• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Distribusi Panas Terhadap Kinerja Operator Pada Proses Pembuatan Tahu Di Pabrik Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbaikan Distribusi Panas Terhadap Kinerja Operator Pada Proses Pembuatan Tahu Di Pabrik Tahu"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN DISTRIBUSI PANAS TERHADAP KINERJA

OPERATOR PADA PROSES PEMBUATAN TAHU

DI PABRIK TAHU

TESIS

Oleh

JENNY TARIGAN

087025016/TI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERBAIKAN DISTRIBUSI PANAS TERHADAP KINERJA

OPERATOR PADA PROSES PEMBUATAN TAHU

DI PABRIK TAHU

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

JENNY TARIGAN

087025016 / TI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : PERBAIKAN DISTRIBUSI PANAS TERHADAP KINERJA OPERATOR PADA PROSES PEMBUATAN TAHUN DI PABRIK TAHU

Nama Mahasiswa : Jenny Tarigan Nomor Pokok : 087025016 Program Studi : Teknik Industri

Menyetujui Komosi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (DR. Eng. Ir. Listiani Nurah Huda, MT)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 26 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Anggota : Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng Ir. Mangara M. Tambunan, MSc

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di UD. Tahu Ponimin dan bertujuan untuk mengkaji distribusi panas yang terjadi di lantai produksi untuk meningkatkan kinerja operator. Sifat penelitian ini adalah penelitian korelasional. Subjek penelitian ini adalah seluruh pekerja yang berada di lantai produksi yaitu sebanyak 6 pekerja.

Nilai ISBB yang diperoleh pada lantai produksi adalah 28,53oC dan pada bagian boiler adalah 30,50oC, sehingga pada saat ini persentase waktu kerja pekerja di lantai lantai produksi adalah 75% bekerja dan 25% istirahat. Nilai Heat Stress Index (HSI) yang diperoleh pekerja di lantai produksi sebesar 76% dan pada bagian boiler sebesar 87% sedangkan nilai insulasi pakaian untuk pekerja adalah sebesar 0,655 clo. Setelah dilakukan perbaikan dalam hal pakaian kerja maka dapat mengurangi nilai ISBB sebesar 2oC sehingga presentase waktu bekerja di lantai produksi untuk pekerja sudah dapat dilakukan selama 8 jam secara terus menerus dalam sehari. Hal ini tidak hanya akan mencegah terjadinya heat stress pada pekerja tetapi juga akan meningkatkan kinerja pekerja dengan bertambahnya waktu bekerja. Dari perancangan ventilasi ruangan maka dapat mengurangi beban pendinginan pada lantai produksi sebesar 8,34 kW. Dan dengan menambahkan dua buah exhaust fan yang sesuai dengan kebutuhan di lantai produksi.

Dari penelitian yang dilaksanakan maka saran bagi perusahaan adalah membuat seragam untuk meningkatkan kenyamanan pekerja dan membuat ventilasi dalam mengurangi beban pendinginan, serta penambahan alat penghisap panas berupa exhaust fan.

(6)

ABSTRACT

The research was conducted at UD. Tahu Ponimin and aims to assess the heat distribution that occurs on the production floor to improve the performance of the operators. The nature of this research is correlational research. The subject of this study were all workers who are on the production floor as many as six workers.

ISBB value obtained on the production floor is 28.53°C and in the boiler is 30.50°C, so that at present the percentage of working time of workers on the ground floor of the production is 75% work and 25% rest. Value Heat Stress Index (HSI) obtained by workers on the production floor by 76% and in the boiler by 87% while the insulation value of clothing for workers amounted to 0.655 Clo. After improvements in work clothes, it can be reduced by 2°C so that the value ISBB percentage of time working on the production floor for workers can be performed for 8 hours continuously in a day. This will not only prevent the occurrence of heat stress on workers but also will improve the performance of workers with more time to work. From the design of the room ventilation can reduce the cooling load on the production floor of 8.34 kW. And by adding two exhaust fans to suit the needs of the production floor.

From research conducted for the company then the suggestion is made uniform to improve worker comfort and makes ventilation in reducing the cooling load, and the addition of a vacuum heat of exhaust fan.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Jenny Tarigan dilahirkan di kota wisata Berastagi pada tanggal 26 November 1958.

Anak ke lima dari enam bersaudara, dari pasangan Pt. Em. T. Tarigan dan M. Br Ginting.

Pada tahun 1977, peneliti menyelesaikan pendidikan SMU Negeri Berastagi, dan

pernah mendapatkan beasiswa prestasi Supersemar pada tahun 1976 dari Mendikbud

pemerintah pusat.

Tahun 1978 peneliti melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara

jurusan Teknik Manajemen Industri dan selesai pada tahun 1986.

September 2008, peneliti melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana di bidang Teknik

Industri di Universitas Sumatera Utara.

Pada April 1990 peneliti di terima bekerja di Pendidikan Teknologi Kimia Industri

(PTKI) Medan di bawah Kementerian Perindustrian sebagai staf dosen sampai saat ini.

Pada tahun 1994-2006 peneliti mengajar mata kuliah Proses Kimia Industri dan

sekaligus sebagai Ka. Lab. Proses Kimia Industri. Tahun 2006-2011 sebagai Sekretaris

P3M (Pengembangan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) dan sekaligus tahun

2008-2011 sebagai Sekretaris Senat Dosen. Juni 2011 sebagai Ka. Lab Mikrobiologi

sampai saai ini.

Medan, 26 September 2011

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan anugerah yang diberikanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini sampai dengan selesai. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan Program Studi S2 Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Utara.

Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang tak terhingga kepada Dekan Fakultas Teknik USU, Bapak Prof. Dr. Ir.

Bustami Syam, MSME; Ketua Program Studi Magister Teknik Industri USU, Bapak

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng sekaligus sebagai Pembanding, dan Sekretaris

Program Studi Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T, juga sekaligus sebagai Pembanding yang

telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Bapak Prof.

Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, sebagai Komisi Ketua Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan dukungan dan koreksi pada penyusunan tesis

ini. Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT, sebagai anggota Dosen Pembimbing yang

telah begitu banyak memberikan bantuan, masukan dan arahan serta meluangkan waktu

untuk selesainya penulisan tesis ini. Bapak Ir. Mangara Tambunan, MSc, sebagai Komisi

Pembanding yang telah memberikan masukan kepada penulis. Seluruh staf dosen yang

mengajar di Program Pasca Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik USU Medan.

Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan X Pasca Sarjana Teknik Industri (USU).

Seluruh teman-teman staf Dosen dan Pegawai Pendidikan Teknologi Kimia Industri

(P.T.K.I) Medan yang telah banyak memotivasi penulis untuk selesainya tesis ini.

Teristimewa rasa hormat dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada suami

tercinta Drs. Daneri Sinuraya, dan anak-anakku tersayang Andre Logosta S dan Danny

Yandatsa S yang telah memberikan dukungan serta doa yang tidak henti-hentinya,

(9)

Penulis menyadari bahwa isi tesis ini masih banyak kekurangan dan masih jauh

dari kesempurnaan, untuk itu bila ada saran maupun kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terima kasih, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan Agustus 2011 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... 5

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 8

(11)

3.1.1. Suhu Radiasi ... 22

3.1.2. Suhu Udara (t)... 22

3.1.3. Kecepatan Udara (v) ... 22

3.1.4. Kelembaban (RH) ... 23

3.2. Keseimbangan Panas ... 24

3.3. Keseimbangan Panas dalam Tubuh Manusia ... 29

3.3.1. Metabolisme Tubuh Manusia (Metabolic Rate) ... 29

3.3.2. Luas Permukaan Tubuh (Body Surface Area) ... 31

3.3.3. Perpindahan Panas dari Tubuh ke Kulit... 38

3.3.4. A Simple Clothing Model... 39

3.4. Parameter Tekanan Panas ... 42

3.5. Pengendalian Lingkungan Kerja Panas ... 44

3.6. Pengaruh Fisiologis akibat Tekanan Panas... 46

3.7. Tekanan Darah ... 48

3.7.1. Definisi Tekanan Darah ... 48

3.7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah.... 49

3.7.3. Defenisi Denyut Nadi ... 50

4.4. Kerangka Konseptual... 54

4.5. Penentuan Variabel Penelitian ... 55

4.6. Pengumpulan Data ... 56

4.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 58

4.8. Instrumentasi... 59

BAB 5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... 66

5.1. Kondisi Termal ... 66

5.1.1. Pengaruh Ketinggian terhadap Suhu Ruangan ... 66

5.1.2. Kelembaban ... 68

5.1.3. Kecepatan Angin... 69

(12)

5.2. Data Personal ... 71

5.3. Data Suhu Tubuh, Denyut Nadi dan Tekanan Darah Pekerja . 72 5.4. Perhitungan Kebutuhan Energi Pekerja ... 75

5.5. Perhitungan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) ... 76

5.6. Pengaruh Ketinggian terhadap Suhu ... 78

5.7. Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Suhu ... 79

5.8. Pengaruh Kelembaban terhadap Suhu ... 80

5.9. Perhitungan Keseimbangan Termal Dan Resiko Heat Stress Indeks (HIS)... 80 BAB 6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 89

6.1. Analisis ... 89

6.1.1. Pengaruh Ketinggian terhadap Suhu... 89

6.1.2. Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Suhu... 90

6.1.3. Pengaruh Kelembaban terhadap Suhu ... 91

6.1.4. Analisis Fisiologi Pekerja ... 91

6.1.5. Analisa Hubungan antara Suhu Tubuh dengan Denyut Nadi dan Tekanan Darah ... ... 93

6.1.6. Analisa Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)... 93

6.1.7. Analisis Keseimbangan Panas dan Heat Stress Index . 95 6.2. Pembahasan... 96

6.2.1. Pembahasan Pakaian Pekerja ... 96

6.2.2. Pembahasan Ventilasi pada Lantai Produksi ... 98

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Mesin yang Digunakan dalam Proses Produksi Tahu ... 17

2.2. Peralatan yang Digunakan dalam Proses Produksi Tahu ... 18

3.1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang Diperkenankan ... 23

3.2. Aktivitas dan Kecepatan Metabolisme ... 30

3.3. Nilai Insulasi Panas (Iclu) untuk setiap Jenis Pakaian ... 39

5.12. Data Pengukuran Suhu Rata-rata pada Gradien Ketinggian(oC) ... 75

5.13 Pengaruh Ketinggian Terhadap Suhu ... 76

(14)

5.15. Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Suhu ... 77

5.16. Pengaruh Kelembaban terhadap Suhu ... 77

5.17 Komponen-komponen Keseimbangan Termal ... 84

5.18. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Keseimbangan Panas... 85

6.1. Nilai ISBB dari Kelima Lantai Produksi ... 92

6.2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja ISBB yang Diperkenankan ... 92

6.3. Resiko Relatif Akibat Panas Berdasarkan Nilai HSI ... 94

6.4. Perbandingan ISBB Saat ini dengan Usulan... 95

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Struktur Organisasi UD. Ponimin ... 9

2.2. Flow Process Chart Proses Pembuatan Tahu ... 19

3.1. Pertukaran Panas Tubuh Ke Lingkungan ... 20

3.2. Thermal Comfor t... 21

3.3. Keseimbangan Panas antara Panas yang Dihasilkan dengan Panas yang Dikeluarkan ... 25

3.4. Model Perpindahan Panas Sederhana dengan Insulasi Pakaian ... 39

4.1. Kerangka Konseptual... 55

4.2. Prosedur Pengumpulan Data ... 58

4.3. BlokDiagramMetodologi Penelitian ... 61

4.4. Blok Diagram Pengolahan Data... 62

4.5. Kuesioner Penelitian Lingkungan Termal ... 61

4.6. Lantai Produksi UKM Tahu... 62

5.1. Gradien Suhu di Boiler ... 64

5.2. Gradien Suhu di Lantai Produksi ... 65

5.3. Kelembaban ... 66

5.4. Kecepatan Angin... 67

5.5. Grafik Hubungan Suhu Tubuh dengan Denyut Jantung ... 71

5.6. Grafik Hubungan Suhu Tubuh dengan Sistole ... 71

5.7. Grafik Hubungan Suhu Tubuh dengan Diastole ... 72

5.8. Indeks Suhu Bola Basah ... 75

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Proses Pembuburan, Penyaringan, Boiler, Pengadukan ... 117

2. Design Rencana Perbaikan Lay Out Pabrik Tahu ... 118

3. Data Sensasi, Preferensi dan Kenyamanan Termal ... 121

(17)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di UD. Tahu Ponimin dan bertujuan untuk mengkaji distribusi panas yang terjadi di lantai produksi untuk meningkatkan kinerja operator. Sifat penelitian ini adalah penelitian korelasional. Subjek penelitian ini adalah seluruh pekerja yang berada di lantai produksi yaitu sebanyak 6 pekerja.

Nilai ISBB yang diperoleh pada lantai produksi adalah 28,53oC dan pada bagian boiler adalah 30,50oC, sehingga pada saat ini persentase waktu kerja pekerja di lantai lantai produksi adalah 75% bekerja dan 25% istirahat. Nilai Heat Stress Index (HSI) yang diperoleh pekerja di lantai produksi sebesar 76% dan pada bagian boiler sebesar 87% sedangkan nilai insulasi pakaian untuk pekerja adalah sebesar 0,655 clo. Setelah dilakukan perbaikan dalam hal pakaian kerja maka dapat mengurangi nilai ISBB sebesar 2oC sehingga presentase waktu bekerja di lantai produksi untuk pekerja sudah dapat dilakukan selama 8 jam secara terus menerus dalam sehari. Hal ini tidak hanya akan mencegah terjadinya heat stress pada pekerja tetapi juga akan meningkatkan kinerja pekerja dengan bertambahnya waktu bekerja. Dari perancangan ventilasi ruangan maka dapat mengurangi beban pendinginan pada lantai produksi sebesar 8,34 kW. Dan dengan menambahkan dua buah exhaust fan yang sesuai dengan kebutuhan di lantai produksi.

Dari penelitian yang dilaksanakan maka saran bagi perusahaan adalah membuat seragam untuk meningkatkan kenyamanan pekerja dan membuat ventilasi dalam mengurangi beban pendinginan, serta penambahan alat penghisap panas berupa exhaust fan.

(18)

ABSTRACT

The research was conducted at UD. Tahu Ponimin and aims to assess the heat distribution that occurs on the production floor to improve the performance of the operators. The nature of this research is correlational research. The subject of this study were all workers who are on the production floor as many as six workers.

ISBB value obtained on the production floor is 28.53°C and in the boiler is 30.50°C, so that at present the percentage of working time of workers on the ground floor of the production is 75% work and 25% rest. Value Heat Stress Index (HSI) obtained by workers on the production floor by 76% and in the boiler by 87% while the insulation value of clothing for workers amounted to 0.655 Clo. After improvements in work clothes, it can be reduced by 2°C so that the value ISBB percentage of time working on the production floor for workers can be performed for 8 hours continuously in a day. This will not only prevent the occurrence of heat stress on workers but also will improve the performance of workers with more time to work. From the design of the room ventilation can reduce the cooling load on the production floor of 8.34 kW. And by adding two exhaust fans to suit the needs of the production floor.

From research conducted for the company then the suggestion is made uniform to improve worker comfort and makes ventilation in reducing the cooling load, and the addition of a vacuum heat of exhaust fan.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan pada mereka.

Keadaan tersebut dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja, misalnya jika diperhatikan

“kenyamanan suhu” suatu ruangan, jika sudah berada di luar batas kenyamanan maka

dapat mengganggu pekerja secara psikologis dan fisiologis. Kondisi panas sekeliling

yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan

meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja.

Temperatur yang baik memungkinkan operator dapat melakukan pekerjaan

dengan baik, cepat, sehingga dapat memberikan hal berupa efisiensi yang lebih tinggi,

meningkatkan produktivitas dan mengurangi kesalahan terhadap pekerjaan. Lebih dari itu

temperatur yang baik akan memberikan keadaan yang menyegarkan. Sebaliknya jika

lingkungan kerja memiliki temperatur yang buruk dapat mengakibatkan terjadinya

kesalahan-kesalahan selama melakukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi daya dan

efisiensi kerja. Temperatur yang terlalu panas dapat menjadi penyebab menurunnya

kepuasan kerja sehingga akan menimbulkan kesalahan-kesalahan pelaksanaan proses

produksi. Kondisi termal mempunyai pengaruh langsung terhadap para pekerja. Kondisi

(20)

operator, sebaliknya kondisi termal yang tidak terdistribusi dengan baik dapat

menurunkan kinerja pekerja dan akhirnya motivasi kerja menurun.

Kondisi yang tidak nyaman disebabkan karena terlalu panas di lingkungan kerja.

Kondisi panas terjadi ketika tubuh menyerap atau memproduksi panas lebih besar

daripada yang diterima melalui proses regulasi termal. Peningkatan pada suhu dalam

tubuh yang berlebih dapat mengakibatkan penyakit dan kematian..

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan

dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup

efektif. Untuk mengerjakan sesuatu tanpa didukung kondisi lingkungan kerja yang baik.

Tingginya suhu yang terdistribusi ke ruang produksi di salah satu pabrik tahu

yang berlokasi di Karang Rejo Medan, mengakibatkan beberapa operator merasakan

kurang nyaman dalam bekerja. Sumber panas yang masuk ke ruang produksi berasal dari

boiler yang mendistribusikan uap panas melalui pipa baja kekuali pada proses

pembuburan tahu. Temperatur di atas kuali pembuburan tahu tempat operator bekerja

diantara 47°C sampai 50°C yang terdistribusi langsung ke operator dalam jarak yang

sangat dekat. Akibatnya operator bekerja dalam lingkungan panas. Uap panas yang

masuk ke proses pembuburan tahu langsung bersentuhan ke operator karena tidak ada

wadah pembatas pada saat uap di distribusikan. Pada saat steem di distribusikan ke

wadah pembuburan terlihatlah uap panas yang mengepul disekitar operator sehingga

(21)

Hal tersebut dapat dilihat dari tingkah laku si operator yang berkeringat, sering

mencari waktu untuk beristirahat sebelum jam istirahat dan secara langsung kondisi fisik

operator yang tangannya melepuh dan merah akibat panas.

Oleh karena itu, suatu regulasi pengaturan distribusi panas yang baik di lantai

produksi sangat diperlukan untuk diteliti sehingga kinerja operator dapat ditingkatkan.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Permasalahan yang ditemukan pada lantai produksi di UD. Ponimin dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Jumlah jam kerja dan jam istirahat yang tidak seimbang

2. Kondisi termal di lingkungan kerja yang belum nyaman, akibat tingginya

temperatur di lantai produksi.

3. Sirkulasi udara yang kurang baik menyebabkan uap panas yang keluar dari

boiler mengepul di suatu tempat yaitu di lingkungan kerja operator

Dari identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi di

pabrik adalah panas yang tidak terdistribusi dengan baik sehingga berpengaruh pada

kinerja operator.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melakukan perbaikan terhadap

distribusi panas yang terjadi agar dapat meningkatkan kinerja operator.

(22)

1. Mengetahui kondisi termal lingkungan kerja seperti suhu (T), kecepatan

udara (V), dan kelembaban (RH) di bagian produksi.

2. Mengetahui Heat Stress Index operator yang berada di lantai produksi. 3. Menentukan ambang batas kenyamanan bekerja melalui penentuan waktu

kerja dan waktu istirahat.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi mahasiswa.

a. Menerapkan teori-teori ergonomi, perencanaan, dan teori heat transfer

dalam memperbaiki lingkungan kerja di perusahaan yang saat ini

merupakan suatu permasalahan.

b. Menjadi sarana bagi penulis dalam latihan berupa pengalaman dan

keterampilan untuk mencari solusi terhadap pemecahan masalah paparan

panas di lantai produksi yang berpengaruh pada kesehatan dan

produktivitas pekeja.

2. Bagi Perusahaan.

a. Memberi masukan kepada pihak perusahaan upaya apa yang dapat

dilakukan dalam mengatasi lingkungan kerja yang terpapar panas untuk

mengurangi heat stress di lantai produksi.

b. Memberi pedoman bagi pekerja yang bekerja dilingkungan panas yang

(23)

3. Bagi Institusi

Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dalam mencari solusi terbaik

pengendalian paparan panas di tempat pekerja.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Penelitian dilakukan dalam batasan-batasan tertentu, antara lain:

1. Penelitian dilakukan hanya pada ruangan produksi.

2. Pengukuran kondisi fisik operator hanya dilakukan dengan mengukur

tekanan darah, dan denyut nadi operator.

3. Metode yang dilakukan untuk mengukur indeks panas hanya dengan ISBB.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Kondisi psikologis operator di lantai produksi dianggap tidak mempengaruhi

hasil pengukuran termal.

2. Operator memiliki tingkat metabolisme tubuh yang relatif sama.

3. Metode kerja dan layout pabrik tidak berubah saat penelitian dilakukan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Adapun sistematika yang dilakukan pada penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

(24)

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian dipabrik tahu

ini. Rumusan permasalahan yang terjadi, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan serta sistematika penulisan

tesis ini.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menggambarkan tentang sejarah, manajemen dan organisasi ruang

lingkup pabrik tahu .

BAB III LANDASAN TEORI

Menguraikan teori-teori tentang kondisi lingkungan termal, faktor yang

mempengaruhi tekanan panas, keseimbangan panas dan kesehatan kerja.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Memuat gambaran penelitian dan metodologi yang digunakan dalam

menentukan keseimbangan panas untuk kesehatan operator,

menggambarkan prosedur penelitian yang dilakukan, asumsi, pembatasan,

kondisi dan keseluruhan persiapan yang akan dilakukan dalam

pengamatan juga alat dan bahan yang digunakan selama penelitian.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan

pengukuran yang dilakukan berupa pengumpulan data primer yaitu

(25)

tubuh, denyut jantung, dan tekanan darah, sedangkan data sekunder yaitu

gambaran umum UD. Ponimin, jumlah pekerja, dan data mesin yang

diperoleh dari perusahaan. Data yang diperoleh diolah secara empiris dan

grafis sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Memuat analisis dan pengolahan data dengan standar yang ditetapkan oleh

American Society of Heating Refrigating Air Conditioning Engineer

(ASHRAE) dan Nilai Ambang Batas (NAB). Juga akan dilakukan

pengolahan secara statistik dan analisis grafis, yaitu untuk perbaikan

pendistribusian panas dan perbaikan lingkungan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang bermanfaat

bagi pabrik dan penelitian-penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(26)

BAB 2

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

UD. Ponimin berdiri pada tahun 1998, dan merupakan industri rumah tangga

yang memproduksi tahu. UD. Ponimin berlokasi di Jalan Jawa Kecamatan Sari Rejo No.

29 A Medan Polonia Sumatera Utara. Permintaan akan tahu meningkat setiap hari.

Permintaan yang meningkat disebabkan oleh permintaan tahu pada acara pesta maupun

untuk dipasarkan di pasar. UD. Ponimin memproduksi tahu dengan 2 ½ ton kedelai

dalam 4 hari (+ 620 kg/hari)..

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup bidang usaha pada UD. Ponimin merupakan usaha yang bergerak

dalam pembuatan tahu. Tahu yang diproduksi hanya satu jenis saja yakni tahu gembur.

Untuk menjaga kualitas tahu yang diproduksi UD. Ponimin menjalin kerja sama dengan

UD. Alam Semesta. UD. Alam Semesta ini merupakan tempat penjual bahan baku yang

dipercaya oleh UD. Ponimin. Hasil produksi UD. Ponimin seluruhnya masih dipasarkan

(27)

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang digunakan pada UD. Ponimin adalah struktur organisasi yang berbentuk garis. Organisasi garis (Simple Organizations) adalah stuktur yang sederhana sekali yang merupakan struktur yang tidak formal. Tipe ini umum dijumpai

dalam perusahaan yang berskala kecil, dimana manager umumnya juga pemilik dari

perusahaan itu sendiri. Disini semua keputusan baik yang bersifat strategis maupun

operasional akan diambil sendirian oleh manager pemilik. Dalam bentuk organisasi

seperti ini, tidak seorang bawahan pun yang mempunyai atasan lebih dari satu orang, jadi

kesimpangsiuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya

untuk terjadi. Struktur organisasi pada UD. Ponimin dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Ponimin

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung jawab

Berikut tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan pada

(28)

1. Pimpinan Perusahaan

Pimpinan di UD. Ponimin merupakan pemilik usaha yang merupakan pimpinan

tertinggi dalam perusahaan yang diberikan wewenang atau kekuasaan melakukan

tindakan berupa tugas dan tanggung jawab atas pekerja atas perusahaan.

Adapun tugas dari Pimpinan Perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Pemimpin dan pemegang tertinggi dalam perusahaan.

2. Melakukan pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan serta penilaian

seluruh kegiatan perusahaan.

3. Melakukan tinjauan langsung pada bagian pemasaran

4. Memberi tugas, membayar upah atau gaji.

Adapun tanggung jawab dari Pimpinan Perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Memimpin dan mengendalikan semua usaha, kegiatan pekerjaan untuk

mencapai tujuan.

2. Memperhatikan, memelihara dan mengawasi kelancaran administrasi,

pengamanan dan pelaksanaan tugas secara seimbang dan berhasil.

3. Mengatur pembelian dan penjualan produk.

2. Pekerja

Adapun tugas dari pekerja adalah melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh

pimpinan perusahaan mulai dari bahan untuk diproses sampai berupa suatu produk.

Adapun tanggung jawab dari pekerja adalah bertanggung jawab terhadap semua

(29)

2.3.3. Tenaga Kerja dan Kerja Perusahaan 2.3.3.1. Jumlah Tenaga Kerja

Dalam menjalankan kegiatan operasional, UD. Ponimin membuat sistem kerja

dengan tenaga kerja harian. Adapun jumlah tenaga kerja dari UD. Ponimin sampai

sekarang ini adalah sebanyak 10 0rang. Semua pekerja dapat melakukan pekerjaan yang

ada di lantai produksi kecuali pada bagian pemotongan tahu.

2.3.3.2. Jam Kerja

Untuk menjalankan pekerjaannya UD. Ponimin memiliki jam kerja dengan satu

shift kerja. Tujuan dibuatnya jam kerja untuk menjaga kedisiplinan pekerja dalam melakukan proses produksi.dan jadwal tersebut menjadi panutan seorang pekerja dalam

melakukan pekerjaan.

Adapun jadwal kerja pada UD. Ponimin setiap hari dimana sistem kerjanya

selama satu bulan, libur kerja hanya 2 hari. Artinya setiap 2 minggu sekali pekerjanya

libur. Jam kerjanya dari jam 08.00-12.00 WIB bekerja, 12.00-13.00 WIB Istirahat, dan

kerja kembali jam 13.00-17.00 WIB.

2.3.4. Sistem Pengupahan

Upah adalah suatu penerimaan sebagai sebuah imbalan dari pemberian kerja

kepada penerima kerja untuk pekerjaan atas jasa yang telah dan akan dilakukan. Upah

(30)

produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang akan ditetapkan menurut suatu

persetujuan.

Sistem pengupahan pada UD. Ponimin disesuaikan dengan lamanya pekerja

bekerja di usaha tersebut. Makin lama seorang pekerja tersebut bekerja diperusahaan itu

makin besar pula gaji yang diterima oleh pekerja tersebut. Pemberian upah tersebut

merupakan wujud penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan untuk

menjamin dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Pemberian upah pada setiap pekerja dilakukan dengan sistem harian. Gaji

diterima setiap seminggu sekali dimana pengambilan gaji itu setiap hari Sabtu selesai

melakukan proses produksi. Pekerja dapat menerima langsung gajinya dari Pimpinan

Perusahaan (Pemilik Usaha).

Selain dari itu, pihak UD. Ponimin juga memiliki tunjangan yang diberikan

kepada karyawanya guna memberikan motivasi dalam kerja yakni tunjangan hari raya

(THR).

2.4. Proses Produksi 2.4.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk melancarkan kegiatan proses produksi tahu

pada UD. Ponimin dapat dibagi atas dua, yaitu bahan baku dan bahan penolong.

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut

(31)

lainnya. Jadi bahan baku ini dapat juga disebut bahan utama. Adapun bahan baku yang

digunakan oleh UD. Ponimin adalah kacang kedelai.

2.4.1.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk menyelesaikan suatu

produk dan keberadaannya tidak mengurangi nilai produk yang dihasilkan. Bahan

penolong yang dipergunakan dalam proses produksi adalah sebagai berikut:

1. Cuka (air asam)

Air cuka merupakan resep dari pembuatan tahu, kualitas tahu, dan rasa tahu

itu sendiri.

2. Air

Air digunakan pada setiap kegiatan kerja mulai dari bahan baku sampai

berbentuk seperti produk (tahu).

Adapun standar kualitas tahu itu dikatakan bagus, yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat Kepadatan

2. Adanya Bau Asam

3. Penampilan

4. Cita Rasa Tahu

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Uraian tahap proses produksi yang dilakukan ada UD. Ponimin adalah sebagai

(32)

1. Perendaman Kacang Kedelai

Bahan baku berupa kacang kedelai dibeli dari UD. Alam Semesta. Kacang

kedelai direndam pada ember besar, dimana perendamannya dimulai pada

pukul 05.00 WIB sebelum proses produksi penggilingan dilakukan.

2. Penggilingan Kacang Kedelai

Untuk mendapatkan sari kedelai, kedelai yang lunak (hasil rendaman) harus

dihancurkan terlebih dahulu melalui proses penggilingan. Kedelai digiling

dengan menggunakan mesin penggiling dan air digunakan sebagai bahan

penolong dalam proses penggilingan ini.

3. Perebusan Bubur Kedelai

Perebusan bubur kedelai dilakukan dengan bantuan uap panas. Uap panas

dihasilkan dari proses pembakaran yang diperoleh dari proses pendidihan

sebanyak dua kali. Pada saat terbentuk busa di permukaan bubur kedelai

(pendidihan pertama), air bersih dingin disiramkan secukupnya secara merata

diseluruh permukaan. Dengan tindakan seperti itu busa tersebut tidak akan

meluap. Pada saat timbul busa lagi, pendidihan kedua akan dilakukan. Setelah

ini perebusan bubur kedelai dianggap selesai.

4. Penyaringan Bubur kedelai

Bubur kedelai yang direbus tadi siap untuk disaring. Kegiatan yang dilakukan

pada proses ini bubur kedelai yang ada dalam bak perebusan diambil dengan

bantuan ember kemudian bubur kedelainya dimasukkan kedalam saringan

(33)

dari saringan tersebut adalah kain. Bubur kedelai disaring langsung berikut

dengan kondisi panas. Penyaringan dilakukan dengan mengayak bubur kedelai

tersebut dan hasilnya ditampung oleh bak penampungan yang nantinya akan

menjadi tahu setelah dimasukkan kedalam proses pencetakan.

5. Pencampuran Bahan Tambahan

Bahan tambahan (resep) yang direncanakan akan dicampur, segera dituangkan

sedikit demi sedikit kedalam bubur kedelai sambil diaduk secara merata.

6. Pencetakan Tahu

Adapun proses yang akan dilakukan pada proses pencetakan ini adalah sebagai

berikut:

a. Cetakan disiapkan

b. Kain saring diletakkan diatas cetakan secara merata sehingga permukaan

cetakan tertutup oleh kain saring

c. Bubur tahu yang selesai dicampur dengan bahan tambahan tadi dalam

keadaan panas dituangkan hingga cetakan yang dibuat tadi penuh.

d. Setelah penuh, sisa kain saring ditutupkan kembali kepermukaan bubur tahu

dalam cetakan

e. Cetakan ditutup dengan menggunakan papan yang ukurannya telah

disesuaikan dengan cetakan, kemudian di atasnya ditimpa dengan

menggunakan batu tujuannya agar sebagian dari cairan tahu keluar dan tahu

(34)

f. Dibiarkan bubur tahu berada dalam cetakan selama 10-15 menit atau sampai

cukup keras dan tidak hancur jika diangkat.

g. Selanjutnya batu yang dijadikan sebagai alat bantu untuk menekan

permukaan bubur kedelai tadi diangkat, kemudian kain saring dibuka. Tahu

segera dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang biasanya dibuat. Hasil

potongan tahu tersebut dimasukkan kedalam jerigen yang berisi air dingin.

Tahu siap dipasarkan ke pasar.

(35)
(36)

2.4.3. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan merupakan alat-alat yang digunakan untuk membantu

lancarnya kegiatan produksi. Mesin dan peralatan digunakan dari awal proses produksi

sampai nanti dapat terbentuk suatu produk yang dapat dipasarkan ke pasar.

2.4.3.1. Mesin Produksi

Adapun mesin yang digunakan untuk mengubah bubur kedelai menjadi tahu pada

UD. Ponimin dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Mesin yang Digunakan dalam Proses Produksi Tahu

No Nama

Mesin Fungsi

Jumlah (unit) 1 Diesel Untuk menggiling kedelai hasil rendaman 1

2 Blower

Menghasilkan angin yang gunanya untuk menghembus api sebagai bahan bakar pemanas steam yang akan menghasilkan uap pada proses perebusan

2

3 Genset Sebagai sumber tenaga listrik ketika listrik PLN padam 1

2.4.3.2. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan untuk mengubah bubur kedelai menjadi tahu

pada UD. Ponimin dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Peralatan yang Digunakan dalam Proses Produksi Tahu

No Nama Peralatan Fungsi Jumlah

(unit) 1 Rantang Mengukur takaran kacang kedelai yang direndam 2

2 Ember Untuk Merendam kacang kedelai 5

3 Kuali Besar Untuk merebus kacang kedelai yang sudah 2

4 Tong (Bak

Penampungan) Menampung hasil penyaringan bubur kedelai 2

5 Kain Saring dan Kayu

Sebagai penyaringan bubur kedelai yang sudah

(37)

Tabel 2.2. (Lanjutan)

No Nama Peralatan Fungsi Jumlah

(unit) 6 Jerigen Untuk menempatkan tahu yang siap untuk 30 7 Pisau Untuk memotong hasil tahu dalam pencetakan 3 8 Lempengan Penggaris dalam ukuran pemotongan tahu 3

9 Batu Alat penahan cetakan tahu 18

10 Steam Untuk menghasilkan uap pada proses perebusan 1 11 Pengaduk kayu Mengaduk hasil rebusan bubur kedelai untuk di 2

12 Sapu Mengeringkan air yang tergenam pada lantai

produksi 1

13 Kuali Kecil Membawak hasil ayakan bubur kedelai ke

pencetakan 4

14 Sepatu Bot Untuk melindungi operator dari kecelakaan kerja

(38)

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1. Lingkungan Termal Manusia

Tujuan dari rancangan lingkungan kerja yang ergonomis adalah untuk

menciptakan kondisi sekitar yang nyaman, dapat diterima dan mendukung kinerja atau

kesehatan pekerja. Lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar

tempat kerja seperti suhu, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

gerakan mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain.

Tekanan panas merupakan perpaduan dari suhu dan kelembaban udara, kecepatan

aliran udara, suhu radiasi dengan panas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh (Ken C.

Parsons, 2007), dapat dilihat pada Gambar 3.1. berikut:

Gambar 3.1. Pertukaran Panas Tubuh Ke Lingkungan

(39)

3.1.1. Suhu Radiasi

Selain pengaruh dari suhu udara terhadap suhu tubuh manusia, ada hal lain yang

ikut mempengaruhi suhu tubuh manusia yaitu suhu radiasi. Suhu radiasi adalah panas

yang beradiasi dari objek yang dapat mengeluarkan panas. Suhu radiasi memberikan

pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan suhu udara dalam melepas atau

menerima panas dari atau ke lingkungan.

Dalam setiap lingkungan kerja akan terjadi pertukaran panas yang berkelanjutan,

refleksi dan absorbsi, dapat dilihat pada Gambar 3.2. berikut:

(40)

3.1.2. Suhu Udara (t)

Tubuh manusia akan selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal

dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Tetapi kemampuan untuk

menyesuaikan dirinya dengan suhu luar adalah jika suhu luar tersebut tidak melebihi

20% untuk kondisi panas 35% untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa menyesuaikan

diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan

jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.

Dari suatu penelitian dapat diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia

akan mencapai tingkat paling tinggi pada suhu sekitar 240C sampai dengan 270C.

3.1.3. Kecepatan Udara (v)

Pergerakan udara melalui tubuh dapat mempengaruhi aliran panas ke dan dari

suhu tubuh. Pergerakan udara akan bervariasi dalam setiap waktu, ruang dan arah.

Gambaran kecepatan udara pada suatu titik dapat bervariasi dalam waktu dan intensitas.

Penelitian terhadap respon manusia misalnya, ketidaknyamanan karena aliran udara

menunjukkan pentingnya variasi kecepatan udara. Pergerakan udara (kombinasi dengan

suhu udara) akan mempengaruhi tingkatan udara hangat atau keringat yang 'diambil' dari

tubuh, sehingga mempengaruhi suhu tubuh (Ken Parsons, 2007). Kecepatan angin yang

dirasakan pekerja akan dapat membantu menetralkan suhu tubuh pekerja apabila

kecepatan angin tersebut angin tersebut lebih rendah dari lingkungan. Kecepatan angin

(41)

dalam ruangan tertutup akan menyebabkan kelelahan pada pekerja ataupun berkeringat.

Pergerakan udara dapat meningkatkan heat loss melalui konveksi tanpa mempengaruhi suhu udara keseluruhan ruangan.

3.1.4. Kelembaban (RH)

Kelembaban relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air pada udara dengan

jumlah maksimum uap air di udara yang bisa ditampung pada suhu tersebut. Kelembaban

relatif antara 40%-70% tidak begitu berpengaruh terhadap thermal comfort, dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang diperkenankan

(42)

3.2. Keseimbangan Panas

Pengaturan suhu atau regulasi termal adalah suatu pengaturan secara kompleks

dari suatu proses fisiologis dimana terjadi kesetimbangan antara produksi panas dengan

kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan. Suhu tubuh manusia yang

dapat kita raba/rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi

oleh panas lingkungan. Panas lingkungan yang semakin tinggi akan menyebabkan

pengaruh yang semakin besar terhadap suhu tubuh, sebaliknya jika suhu lingkungan

seakin rendah maka semakin banyak panas tubuh yang hilang. Dengan kata lain, terjadi

pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan

panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran masih

seimbang, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan

kerja. Tekanan panas yang berlebihan merupakan beban tambahan yang harus

diperhatikan dan diperhitungkan. Keseimbangan panas antara panas yang dihasilkan

dengan panas yang dikeluarkan dapat dilihat pada Gambar 3.3. berikut:

(43)

3.3. Keseimbangan Panas dalam Tubuh Manusia

Suhu tubuh manusia merupakan indikator penting untuk melihat kondisi

lingkungan kerja (kenyamanan, stres akibat panas atau dingin dan juga produktivitas).

Ketika panas hilang dari tubuh, maka suhu tubuh akan menurun dan demikian

sebaliknya. Ini adalah hukum termodinamika dimana energi berpindah dari tubuh yang

bersuhu lebih tinggi ke tubuh yang bersuhu lebih rendah. Manusia mempertahankan suhu

tubuhnya sekitar 37,5oC. Penyimpangan suhu tubuh yang melebihi beberapa derajat dari nilai tersebut dapat membuat efek yang cukup serius. Suhu tubuh manusia sangat

dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang ada di sekitarnya karena hal ini mempengaruhi

suhu tubuh dari dan ke tubuh manusia. Tubuh manusia umumnya dipengaruhi oleh

pakaian dan udara, juga ketika tubuh berhubungan langsung dengan permukaan yang

padat, air, cairan lain ataupun bahkan dipengaruhi oleh jarak.

3.4. Parameter Tekanan Panas

Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas sebagai

berikut (Suma’mur, 1991):

1. Suhu efektif, yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh

seseorang tanpa baju kerja ringan dalam berbagai kombinasi suhu,

kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu efektif

ialah tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh

sendiri. Untuk menyempurnakan pemakaian suhu efektif dengan

(44)

(Corected Effektive Suhue Scale). Namun tetap ada kekurangannya yaitu tidak diperhitungkannya panas hasil metabolisme.

2. Indeks suhu bola basah, (Wet Bulb-Globe Suhue Index), yaitu rumusan-rumusan sebagai berikut:

I.S.B.B. : 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering.

(Untuk pekerjaan dengan sinar matahari).

I.S.B.B. : 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi. (Untuk pekerjaan tanpa

penyinaran sinar matahari)

3.5. Pengendalian Lingkungan Kerja Panas

Pengendalian pengaruh paparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu

dilakukan untuk perbaikan tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas

kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat

faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan sehingga dapat

dilakukan langkah pengendalian secara benar. Di samping itu koreksi itu juga

dimaksudkan untuk menilai efektifitas dari sistem pengendalian yang telah dilakukan di

masing-masing tempat.

3.6. Pengaruh Fisiologis akibat Tekanan Panas

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk

(45)

a. Vasodilatasi

b. Denyut jantung meningkat

3.7. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah keadaan dimana tekanan yang dikenakan oleh darah

pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota

(46)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UD. Ponimin di Jalan Bilal gg. Jawa No. 29 A Karang

Rejo Medan Polonia. Objek penelitian yang diamati adalah kondisi termal di lantai

produksi.

4.2. Waktu Pengamatan

Penelitian dilakukan sepanjang waktu kerja dari pukul 08.00-16.00. Penelitian

dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2011 di UD. Ponimin.

4.3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu mengkaji sejauh mana

(47)
(48)

BAB

5

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Kondisi Termal

Pengukuran kondisi termal dilakukan pada bagian produksi dalam rentang waktu

60 menit untuk satu kali pengukuran. Daerah pengamatan dibagi atas dua, seperti

ditunjukkan pada Gambar 5.1.

5.2. Data Personal

Data personal pekerja di UD. Ponimin dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Data Personal Pekerja

No Pekerja Jenis

Sumber: Pengumpulan Data

5.3. Data Suhu Tubuh, Denyut Nadi dan Tekanan Darah Pekerja

Data suhu tubuh, denyut nadi dan tekanan darah pekerja di lantai produksi UD.

(49)

Tabel 5.8. Data Suhu Tubuh, Denyut Nadi dan Tekanan Darah Pekerja

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Sistole Diastole Sistole Diastole

1 1 36,70 37,60 58 62 107 63 111 69

Rata-rata 36,34 37,24 72,67 81,67 122,00 65,67 138,50 69,00 Sumber: Hasil Pengukuran

5.4. Perhitungan Kebutuhan Energi Pekerja

Perumusan hubungan antara energi ekspenditur dengan denyut jantung dilakukan

pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi, Bentuk regresi hubungan

energi W= Kkal/menit dengan kecepatan denyut jantung per menit secara umum sebagai

berikut:

W = 1,080411-0,0229038X + 0,000471733X 2 ...(5.2)

5.5. Perhitungan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

Indeks suhu bola basah (ISBB) untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:

ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering

Indeks suhu bola basah (ISBB) untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas

radiasi:

(50)

Sebagai contoh perhitungan ISBB pada waktu 08,00-09,00 di boiler adalah

sebagai berikut:

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas dapat diperoleh nilai ISBB

sebagai berikut:

Tabel 5.11. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

(51)

Gambar 5.8. Indeks Suhu Bola Basah

5.6. Pengaruh Ketinggian terhadap Suhu

Suhu rata-rata ketinggian di boiler dan lantai produksi dapat dilihat pada Tabel

5.12 dan pengaruh ketinggian terhadap suhu dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut.

Tabel 5.12. Data Pengukuran Suhu Rata-rata pada Gradien Ketinggian(oC) Ketinggian

(m) Suhu Rata-rata

(oC)

0,1 0,6 1,1 1,7 2,5

Boiler 34,55 34,60 34,73 34,91 35,06 Lantai Produksi 39,93 40,01 40,12 40,14 40,18

Sumber: Hasil Pengolahan Data

5.7. Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Suhu

Data suhu rata-rata pada setiap lantai dan pengaruh kecepatan angin terhadap

(52)

Tabel 5.14. Data Suhu Rata-rata

5.9. Perhitungan Keseimbangan Termal dan Resiko Heat Sress Index (HIS)

Keseimbangan panas adalah antara panas yang dihasilkan dengan panas yang

dikeluarkan. ASHRAE (1989a) memberikan persamaan keseimbangan panas sebagai

berikut.

M – W = (C + R + Esk) + ( Cres + Eres) ...(5.4)

Adapun contoh perhitungan keseimbangan panas untuk boiler adalah adalah

sebagai berikut:

Suhu rata-rata ruangan (ta) = 34,77 oC Suhu globe (radian) rata-rata (tr) = 35,09 oC Kelembaban relatif = 60,14 %

Kecepatan angin = 0,13 m/s

Berdasarkan data personal pekerja pada Tabel 5.12 maka diperoleh rata-rata Iclo

(53)

Sedangkan metabolic rate untuk pekerja dengan beban kerja yang tergolong ringan-sedang dengan aktivitas industri yang dikatagorikan sebagai industri ringan yaitu

100 Wm-2 berdasarkan Ken Parsons (2007). Adapun keterangan yang digunakan adalah:

Re,cl = 0,015 m2 kPa W-1

Metabolisme produksi panas

(54)

= exp mb

Untuk ta = 34,77 oC maka tekanan suhu udara diberikan oleh 

235

Kalkulasi br dan tcl kedalam persamaan

(55)

Kombinasikan koefisien heat transfer

h = bc + br

= 3,1 + 4,93

= 8,03 W m-2 K-1

Mengkalkulasikan nilai-nilai yang telah diperoleh ke dalam persamaan,

fclxh

Maka persamaan keseimbangan panas menjadi:

M – W = C + R + Esk + Cres + E res ...(5.5)

(56)

Jadi kebasahan kulit (w) 0,87 akan menyediakan kehilangan panas (heat loss) yang cukup pada kulit melalui penguapan, yaitu tubuh akan berkeringat untuk

thermoregulate dan menerima keseimbangan panas. Untuk penguapan maksimum, Emax

kebasahan adalah 1. Untuk perhitungan diatas memberikan nilai Emax = 96,575 W m-2,

Kebasahan yang dibutuhkan untuk keseimbangan diberikan dengan

Wreq = Emax ...(5.6)

Ereq

Jadi,

Ereq = Wreq x Emax = 0,87 x 96,575 = 84,02 W m-2

Esk untuk keseimbangan panas.

Dengan menggunakan panas laten dari penguapan air (22,5 x 10-5 Jkg-1 dan memperhatikan jumlah keringat menetes, r (sedikit keringat menetes dan panas laten

tidak hilang) ISO 7933 menggunakan:

R = ...(5.7)

Keringat yang dibutuhkan (menyediakan penguapan yang dibutuhkan) dapat

kemudian dihitung sebagai :

Sreq = Wm 2 ...(5.8)

r Ereq

Dimana rata-rata penguapan keringat 0,26 liter (kg) per jam dapat disamakan

dengan kehilangan panas 100 W m-2. Untuk perhitungan di atas, untuk mempertahankan keseimbangan panas maka tubuh harus menghasilkan 0,2 liter keringat per jam, yaitu:

(57)

Sreq =

Tabel 5.18. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Keseimbangan Panas

Keterangan Boiler Lantai Produksi

M-W (a) 100-0 100-0

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Keterangan:

M-W = Metabolic rate (W m-2)

C +R = Konveksi kehilangan panas per unit area (W m-)2 Esk = Total penguapan kehilangan panas dari kulit (W m-2)

(58)

Cres + Eres = Respirasi kering kehilangan panas per unit area permukaan tubuh + Evaporative loss dari Pernapasan (W m-2)

w = Skin wattedness (ND)

Ere = Evaporative loss yang diperlukan per unit area untuk keseimbangan

panas (W m-2) r = Efisiensi keringat

Sreq = Keringat yang diperlukan (W m-2) atau Sreq x 0,26 : 10 (Liter/jam)

(59)

BAB 6

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis

Dalam analisis hasil akan dilakukan beberapa langkah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.1. berikut.

Gambar 6.1. Keterkaitan Analisis yang Dilakukan

6.2. Pembahasan

6.2.1. Pembahasan Pakaian Pekerja

Setelah melakukan analisa terhadap seluruh faktor yang mempengaruhi

meningkatnya kondisi termal lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kinerja

operator, maka selanjutnya dilakukan perbaikan. Beberapa cara yang dilakukan untuk

memperbaiki kondisi termal lingkungan kerja adalah:

(60)

Pakaian pekerja = 0.66 clo

Adapun langkah-langkah dalam merancang pakaian kerja usulan adalah sebagai

berikut:

a. Merancang pakaian dengan mempertimbangkan bahan dan daya serap

keringat, misalnya menggunakan pakaian yang terbuat dari katun.

b. Meningkatkan insulasi pakaian untuk mengurangi paparan panas.

c. Sebaiknya baju berwarna putih karena warna putih lebih menyerap panas atau

keringat.

Tabel 6.4. Perbandingan ISBB Saat ini dengan Usulan

Pakaian Seragam Saat

Ini Usulan Rancangan

Boiler

Tabel 6.5. Nilai Iclo yang Ditentukan untuk setiap Selisih Nilai ISBB

Nilai Iclo Selisih ISBB (oC)

0,6 0 1,0 -2 1,4 -4 1,2 -6

Maka, nilai Iclo adalah 1,0 clo karena diharapkan memiliki selisih ISBB sebesar

2oC.

Pakaian kerja yang diusulkan sesuai dengan nilai Iclo yang sudah diperoleh

adalah:

(61)

b. Singlet, nylon = 0.15

c. Celana panjang flannel hitam = 0.43

d. Baju kaos katun ringan lengan panjang abu-abu tua = 0.24

e. Kaus kaki = 0.10

f. Sepatu (bersol tebal) = 0.04 +

Pakaian seragam = 0.99 clo

Sebelum melakukan perancangan, kategori beban kerja termasuk ke dalam beban

kerja sedang dimana sebelum perbaikan persentase waktu bekerja pekerja adalah 75%

bekerja dan 25% istirahat, tetapi setelah dilakukan perbaikan maka persentase bekerja

untuk pekerja sudah dapat bekerja selama 8 jam terus menerus. Perbaikan ini akan

membuat produktivitas pekerja semakin tinggi, dimana waktu bekerja semakin panjang

karena mengurangi waktu istirahat bagi pekerja.

6.2.2. Pembahasan Ventilasi pada Lantai Produksi

Untuk menghitung beban penyejukan yang diperlukan maka data-data yang

tersedia adalah:

a. Suhu di lantai produksi dipertahankan tetap 25oC

b. Tidak terdapat lampu pada lantai produksi. Uap yang dihasilkan dari proses

perebusan bubur kedelai memiliki panas 90-105oC. Terdapat dua wadah untuk proses perebusan yang menghasilkan panas yang hampir sama. Maka

diasumsikan bahwa uap hasil perebusan mengeluarkan panas sekitar 100

(62)

c. Ventilasi berupa jendela pada dinding.

d. Radiasi matahari rata-rata (I) = 600 W/m2. e. Kecepatan angin = 0,12

f. Transmitan lapisan udara luar (fo) = 10 W/m2 oC.

g. Temperatur luar sekitar 36 oC.

h. Bahan dinding luar bangunan lantai produksi adalah beton ringan dengan

absorbsi permukaan dinding αw = 0,86

i. Cat dinding luar berwarna keabu-abuan, maka absorbsi permukaan yang dicat

adalah αw = 0.91

Maka beban penyejukan yang diperlukan adalah:

Rumus: Qm = Qi +Qs + Qc +Qv ……(6.1)

Dimana:

Qm = panas yang harus diangkut oleh mesin penyejuk, W

Qi = panas dari sumber di dalam ruangan, W

Qs = panas matahari yang menembus atap pabrik, W

Qc = panas dari ruangan luar yang menembus dinding, W

Qv = panas dari udara luar, W

Penyelesaian:

ΔTatap = To - Ti ……….(6.2)

= 36 – 25

(63)

Absorbsi dinding luar adalah rata-rata dari absorbsi bata diplester dan cat

α = 0,5 (α dinding + αcat) ………(6.3)

= 0,5 (0,86 + 0,91)

= 0,89

Suhu permukaan luar dinding

Ts = To + (I. α. cos β / fo)……….(6.4)

= 36 + (600) (0,89) (cos 60)/10

= 36 + 26,7

= 62,7 oC

Maka ΔTdinding = 62,7 - 25

= 37,7 oC

Beban penyejukan di atas sangat besar sehingga perlu usaha untuk

meminimalkannya. Beberapa langkah yang dapat ditempuh adalah:

1. Mengurangi perambatan panas dengan mengganti material dengan material

lain yang memiliki nilai transmitan yang lebih kecil atau menambahkan

material lain agar nilai transmitan semakin kecil. Bagian dalam baja kita lapisi

dengan seng gelombang pada gording, ditambah langit-langit fireboard 13 mm yang dipasang pada ikatan mendatar. Di atas fibreboard ditempelkan

aluminium foil. Ini akan menjadikan Udinding = 1,00 W/m2oC.

2. Mengurangi penyerapan panas dengan cara mengganti warna cat dengan warna

yang lebih cerah. Cat warna coklat medium diganti dengan warna putih agak

(64)

6.2.4. Perhitungan Penambahan Alat Pendingin Ruangan (Exhaust Fan)

Untuk mengurangi beban pendinginan ruangan maka sebaiknya dilakukan juga

penambahan alat pendingin ruangan yaitu exhaust fan. Untuk memudahkan cara menghitung kebutuhan exhaust fan suatu ruangan, rumus atau formula sebagai berikut:

C B A x 

Rumus

………..(6.5)

Keterangan:

Nilai A: adalah volume ruangan dalam m3

Nilai B: adalah nilai kebutuhan frekwensi pergantian udara dalam satu jam untuk suatu

ruangan tertentu yang akan dipasang exhaust fan

Nilai C: adalah nilai "air volume" dari exhaust fan dalam satuan m3/jam Ventilasinya adalah sebagai berikut :

1. Volume ruang (A) (11 m x 7 m x 7m) = 450 m3

2. Kebutuhan frekwensi pergantian udara dalam satu jam untuk suatu ruangan (B) =

20/jam

3. Maka A x B = 450 m3 x 20 = 9000 m3/jam

(65)

Jadi kebutuhan exhaust fan untuk lantai produksi adalah:

Jadi sebaiknya ditambah exhaust fan sebanyak 2 unit untuk mengurangi panas di lantai produksi yang memerlukan daya listrik sebanyak 490 watt. Dengan demikian

beban pendinginan menjadi 2,554 kW.

Dimana harga tarif listriknya menjadi

= 2,554 kW x 400,00/kWh = Rp. 1021,6/jam.

Jadi biaya listrik yang harus ditanggung perusahaan untuk mengurangi panas dan

udara kotor adalah Rp. 1021,6/jam.

Exhaust fan berfungsi untuk menghisap udara di dalam ruang untuk dibuang ke

luar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar di luar ke dalam ruangan. Selain itu

exhaust fan juga bisa mengatur volume udara yang akan disirkulasikan pada ruang. Adapun cara kerja exhaust fan adalah:

1. Motor exhaust fan dilengkapi skring pengaman. Jadi bila panas terlalu lama bekerja, motor tidak rusak tapi hanya skringnya yang putus. Motor juga

memiliki sistem pelumasan agar motor lancar berputar. Exhaust fan

dinyalakan secara manual menarik tali atau elektrik (menggunakan saklar).

2. Exhaust fan akan berfungsi pada mode ‘exhaust’ atau menghisap, bukan pada mode ‘fan’ seperti kipas angin biasa.

(66)

kecepatan putaran 970 Rpm, air volume 8662 m3/jam dari dalam ruangan dan membuangnya keluar ruangan.

4. Udara yang dihisap dan terbuang adalah udara ‘kotor’ yang sebelumnya

berada di dalam ruangan.

5. Dengan terhisap dan terbuang tentu volume/jumlah udara kotor di dalam

ruangan akan berkurang.

6. Setiap kali udara (kotor) terhisap keluar maka udara bersih dari luar ruangan

akan masuk ke ruangan melalui lubang ventilasi, begitu seterusnya, hal

tersebut dimungkinkan karena saat udara terhisap ke luar maka tekanan udara

total di dalam ruangan menjadi lebih kecil dari tekanan udara di luar ruangan,

dengan demikian maka ruangan akan mendapatkan supply udara dari luar

ruangan.

7. Hal ini akan terus berulang selama exhaust fan dalam keadaan ON. Dengan demikian maka udara di dalam ruangan akan terasa lebih segar dan tentu saja

sejuk, karena volume udara kotor selalu terhisap keluar dan digantikan

dengan udara yang bersih setiap saat.

Dengan penambahan 2 unit exhaust fan diharapkan terjadi penurunan suhu di lantai produksi. Penurunan suhu tersebut masih tetap ideal untuk menjaga higienitas

produk dari pencemaran mikroba. Pencemaran mikroba ini dapat menyebabkan tahu

tidak tahan lama (tidak awet).

Ada lima fungsi atau manfaat apabila menggunakan exhaust fan yaitu:

(67)

membuang atau menyedot udara keluar ruangan.

2. Membuang bau yang tidak sedap keluar ruangan.

3. Membuang debu atau pertikel-partikel kecil ke luar ruangan.

4. Mengurangi kelembaban udara ruangan.

5. Menjaga suhu ruangan agar nyaman meskipun tidak sedingin AC.

6.2.4. Pembahasan Heat Stress Indeks

Dari usulan perbaikan yang dilakukan baik melalui perbaikan insulasi pakaian

ataupun keseimbangan panas maka dapat dihitung nilai heat stress indeks usulan, yaitu sebagai berikut.

Keseimbangan panas adalah antara panas yang dihasilkan dengan panas yang

dikeluarkan. ASHRAE (1989a) memberikan persamaan keseimbangan panas sebagai

berikut.

M – W = (C + R + Esk) + ( Cres + Eres) ...(6.6)

Dimana:

M : tingkat produksi energi metabolisme

W : tingkat pekerjaan mekanik

Qsk : total tingkat kehilangan panas dari kulit

Qres : tingkat kehilangan panas dari pernapasan

C : tingkat kehilangan panas konvektif dari kulit

R : tingkat kehilangan panas radiatif dari kulit

(68)

Cres : tingkat kehilangan panas konvektif dari pernapasan

Eres : tingkat kehilangan panas penguapan dari pernapasan

Adapun contoh perhitungan keseimbangan panas untuk lantai 1 adalah adalah

sebagai berikut:

Suhu rata-rata ruangan (ta) = 25oC Suhu globe (radian) rata-rata (tr) = 27oC Kelembaban relatif = 60%

Kecepatan angin = 0,12 m/s

Insulasi pakaian = 1 clo

Sedangkan metabolic rate untuk pekerja dengan beban kerja yang tergolong ringan-sedang dengan aktivitas industri yang dikatagorikan sebagai industri ringan yaitu 100

Wm-2 berdasarkan Ken Parsons (2007).

Adapun keterangannya yang digunakan adalah:

Re,cl = 0.015 m2 kPa W-1

tsk = 36 oC

Metabolisme rate = 100 W m-2 Eksternal work = 0 W m-2

Pakaian = 0.66 Clo

Rcl = 0.155 m2 C W-1

ε = 0.95

Ar/AD = 0.77

(69)

Catatan = 1 Clo = 0.155 m2 C W-1

Untuk ta = 25oC maka tekanan suhu udara diberikan oleh

(70)

maka bc = 16.5 x bc = 16.5 x 3.1 = 51.15 W m-2 kPa-1

Kombinasikan koefisien heat transfer

h = bc + barang ………..(6.10)

= 3.1 + 4.75

= 7.85 W m-2 K-1

Mengkalkulasikan nilai-nilai yang telah diperoleh ke dalam persamaan,

(71)

Maka persamaan keseimbangan panas menjadi :

M – W = C + R + Esk + Cres + E res

...(6.8)

100-0 = 46.12 +( 135.34 x w) +8.14

Keringat yang dibutuhkan (menyediakan penguapan yang dibutuhkan) dapat

kemudian dihitung seb

keseimbangan panas m rus menghasilkan 0.12 liter keringat per jam, yaitu:

Sreq

Dimana rata-rata penguapan keringat 0.26 liter (kg) per jam dapat disamakan

dengan kehilangan panas 100 W m-2. Untuk perhitungan di atas, untuk mempertahankan

(72)

Esk = Total penguapan kehilangan panas dari kulit (W m-2)

Emax = Maksimum potensial penguapan per unit area (W m-2)

Cres + Eres = area permukaan tubuh +

ernapasan (W m-2)

Ere = s yang diperlukan per unit area untuk keseimbangan

an (W m-2) atau Sreq x 0.26 :10 (Liter/jam)

HSI

enjadi 34%.

ilai heat stress index pekerja di lantai produksi berkurang sebanyak 43%. Respirasi kering kehilangan panas per unit

Evaporative loss dari P w = Skin wattedness (ND)

Evaporative los

panas (W m-2) r = Efisiensi keringat

Sreq = Keringat yang diperluk

= Heat stress index (%)

(73)

KESIMPULAN DAN SARAN

1.

hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

tai produksi. Pengaruh antara kedua faktor ini sangat signifikan

nifikan atau lemah terhadap suhu baik pada

ai yang

at

ditentukan bahwa pekerja termasuk ke dalam pekerjaan yang beban kerja sedang.

BAB 7

7. Kesimpulan

Berdasarkan

disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil perhitungan pengaruh antara ketinggian terhadap suhu, maka diperoleh

bahwa semakin tinggi titik pengukuran maka suhu juga semakin tinggi, baik di

boiler maupun lan

atau sangat kuat.

2. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pengarh kecepatan angin dan kelembaban

terhadap suhu, adalah tidak terlalu sig

bagian boiler dan juga lantai produksi.

3. Hal yang mempengaruhi terjadinya paparan panas yang cukup tinggi pada pekerja

adalah paparan panas yang berasal dari uap dari hasil perebusan bubur kedel

dapat mencapai sampai pada suhu 50oC dan sirkulasi udara yang tidak baik.

(74)

7.3. S

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disarankan beberapa hal

ai pakaian

atkan kenyamanan

sehingga lama kerja maksimal tenaga kerja dalam ruangan sesuai

dengan standar.

aran

berikut:

1. Perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan kesehatan pekerja dengan melakukan

pemeriksaan kesehatan dan perusahaan memberikan pelatihan terhadap pentingnya

kesehatan dan membuat aturan yang tegas terhadap pekerja seperti memak

ketika sedang bekerja, hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan pekerja.

2. Perusahaan sebaiknya membuat seragam pekerja untuk meningk

pekerja juga membuat ventilasi untuk mengurangi panas ruangan.

3. Melakukan pengaturan waktu kerja dan istirahat sesuai dengan kondisi termal yang

(75)

DAFTAR PUSTAKA

ltwood, Dennis A, et.al., 2004, Ergonomic Solutions for the Process Industries, El

epartment of Health and Human Services, 1973, The Industrial Environment-Its

iebel, Benjamin, et.al., 1999, Methods Standards and Works Design, 10th Edition,

alvendy, Gavriel, 1997, Handbook of Human Factors and Ergonomics, 2nd Edition,

tanton, Neville, et.al., 2005, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods,

uma’mur, P. K, 1991, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, CV Haji Masagung:

Walpole, R.E., 1995, Pengantar Statistika (Terjemahan), Edisi Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

A

Sevier.

D

Evaluation and Control, Public Health Service.

Fanger, P.O, 1972, Thermal Comfort, Mc Graw-Hill Book Company. N

WCB Mc Graw-Hill.

Parsons, K.C, 2007, Human Thermal Environment, London and New York. S

Wiley Interscience.

Satwiko, Prasasto, 2008, Fisika Bangunan, Penerbit Andy: Yogyakarta. S

CRC Press.

S

(76)

Lampiran 1.

(a) Proses Pembuburan (b) Proses Penyaringan

(c) Tungku Boiler (d) Proses Pengadukan Bubur

u dalam kuali r tahu

c. Pemanasan air dalam boiler d. Pengadukan bubur tahu

Keterangan Gambar:

(77)

Tampak Depan

Tampak Belakang

Tampak Samping

(78)

Tampak Atas

Pandangan Sudut Kiri Depan Atas

(79)

Pandangan Sudut Kanan Belakang Atas

Pandangan Sudut Kiri Belakang Atas

(80)

Tampak Samping Kanan

Tampak Samping Kiri

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Ponimin
Gambar 2.2. Flow Process Chart Proses Pembuatan Tahu
Tabel 2.2. Peralatan yang Digunakan dalam Proses Produksi Tahu
Tabel 2.2. (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan tindakan perawat dalam membuang sampah medis benda tajam di RSUD Ungaran.. Untuk mengetahui hubungan antara

2.24) maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara produksi

Untuk data yang terdapat dalam paper rujukan yang ditulis oleh Madchan Anis (2012), hasil yang diperoleh dalam metode aljabar Max-Plus sesuai dengan hasil yang

Untuk membuktikan bahwa layanan penyampaian menurut Peraturan Dirjen Pajak PER-29/PJ/2014 yaitu secara langsung ke kantor pelayanan pajak, dropbox, jasa ekspedisi

7 Yang menjadi variabel terikat yaitu hasil belajar pada mata pelajaran SKI sebagai variabel Y... Populasi dan

Kalau sudah bisa kita pahami hal ini, mungkin kita bisa sejenak merenung-renung, apakah dalam keberagamaan kita sbg umat, kita juga tengah di giring masuk ke dalam

Undang-undang Persamaan Pembayaran (Equal Pay Act) tahun 1963, yaitu suatu amandemen terhadap Undang-undang Standar Perburuhan yang Adil menentukan bahwa pekerjaan

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, adapun manfaat yang diharapkan dalam kegiatan tentang Analisi Ergonomi Lingkungan Fisik Bengkel Kerja Program Keahlian Teknik