• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Peran Lembaga Pendidikan InformalDenganTingkat Kelulusan Ujian Nasional Siswa (Studi Deskriptif Peran BT/BS Bima di SMU Neg.1 Tarutung, Kab,Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hubungan Peran Lembaga Pendidikan InformalDenganTingkat Kelulusan Ujian Nasional Siswa (Studi Deskriptif Peran BT/BS Bima di SMU Neg.1 Tarutung, Kab,Tapanuli Utara"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN

INFORMAL DENGAN TINGKAT KELULUSAN

UJIAN NASIONAL SISWA

(Studi Deskriptif Peran BT/BS Bima di SMU Neg.1

Tarutung, Kab,Tapanuli Utara)

SKRIPSI

Oleh :

HARDI D. SITUMEANG

030901004

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN INFORMAL DENGAN TINGKAT KELULUSAN

UJIAN NASIONAL SISWA

(Studi Deskriptif Peran BT/BS Bima di SMU Neg.1 Tarutung, Kab,Tapanuli Utara)

Munculnya kursus-kursus ketrampilan, bimbingan belajar, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis, baik yang dilakukan perorangan maupun lembaga, sebenarnya mengindikasikan bahwa sekolah saja tidaklah sanggup untuk mewujudkan mutu pendidikan yang kita harapkan. Tingginya minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan belajar merupakan simbol ketidakpercayaan siswa dan orangtua siswa terhadap proses pembelajaran di sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki pelayanannya kepada siswa untuk mengembalikan kepercayaan.

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui hubungan Peran Lembaga Pendidikan Informal BT/BS Bima sebagai Lembaga Bimbingan Belajar dalam meningkatkan jumlah kelulusan siswa di Sekolah SMU Neg.1 Tarutung . Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan mendeskripsikan secara rinci dan mendalam tentang suatu fenomena sosial tertentu. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas III SMU Neg.1 Tarutung. dengan jumlah sampel 11 siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwaTerdapat hubuingan yang signifikan antara Tangibles (bukti langsung), sebesar 0,008 < 0,05.Terdapat hubuingan yang signifikan antara Reliability (kehandalan), sebesar sebesar 0,036 < 0,05..Terdapat hubuingan yang signifikan antara Responsiveness (daya tangkap), sebesar sebesar 0,043 < 0,05Terdapat hubuingan yang signifikan antara Assurance (jaminan), sebesar 0,000 < 0,05.Terdapat hubuingan yang signifikan antara Empaty, sebesar 0,009 < 0,05.

Disarankan dalam memilih lembaga Bimbingan Belajar, para siswa perlu menimbang berbagai faktor, terutama pengetahuan tentang tenaga pengajar, sarana pendukung pendidikan, prestasi Bimbingan Belajar Kepada petugas bimbingan belajar agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam hal sosialisasi mengenai pemanfaatan lembaga bimbingan belajar Kerjasama sekolah dengan lembaga bimbingan belajar lebih ditingkatkan lagi, agar jumkah siswa yang menjadi peserta bimbingan lebih banyak lagi Tenaga pengajar dari sekolah agar dilibatkan dalam program bimbingan belajar. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam terutama dalam hal – hal yang masih relevan dengan pemanfaatan bimbingan belajar.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menylesaikan Skripsi ini denga judul

“(Analisis Hubungan Peran Lembaga Pendidikan InformalDenganTingkat Kelulusan Ujian Nasional Siswa (Studi Deskriptif Peran BT/BS Bima di SMU Neg.1

Tarutung, Kab,Tapanuli Utara)”,guna memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

Dalam penyusunan Skripsi ini Penulis banyak menghadapi hambatan, hal ini di sebabkan oleh keterbatasan wawasan penulis, kurang nya pengalaman serta sedikitnya wacana yang menyangkut bahan penelitian yang di temukan oleh peneliti. Akan tetapi,berkah_Nya semua hambatan tersebut dpat di lalui, sehingga penulisan Skripsi ini selesai. Hal ini tak luput dari keluarga dan teman – teman yang selalu memberikan motifasi dan dorongan serta doa. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam membantu penulisan Skripsi ini. Dalam kesempatan ini penuliis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besar nya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M.Arif Nasution,MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

(4)

3.

Ibu Dra Rosmiani selaku skretaris departemen Sosiologi

,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, dan juga selaku Dosen Wali Penulis yang telah membimbing penulis semenjak semester pertama sampai semester terakhir dan selalu memberikan masukan dan bantuan penulis jika ada masalah.

4. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Khususnya Departemen Sosiologi

5. Teristimewa buat kedua orang tua penulis,Ayahanda Jawara Situmeang dan Ibunda Sereida Simanungkalit yang selalu mendidik dan mengajari penulis dengan kasih saying smenjak kkecil dan selalu memberikan doa – doa yagn tiada hentinya dengan apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Begitu juga dengan Abang dan Kakak saya beserta Keluarga yang sangat Penulis Sayangi.Terimakasih atas doa dan dukungan.

6. Dengan segenap rasa saying dan ungkapan terimakasih kepada Lioni Sinaga untuk Semua perhatian, dukungan, Doa dan cintanya kepada penulis sehingga memotifasi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

7. Buat teman – teman Stambul’03 yang selalu kompak dan menjadi Teman seperjuangan Dalam menyelesaikan Skripsi ini. Terutama Basz, Fery, Herman, Rizky, Vorta, Ferdinan,Alexander, David.Thank’s Bro.

(5)

9. Semua pihak yang turut membantu yang tidak bias disebutkan satupersatu. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaaca sangat diharapkan dari kesempurnaan skripsi ini.

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

1.4. Manfaat Penelitian ... 16

1.5. Hipotesis. ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 18

2.1. Teori peran... 18

2.2. Teori Kelembagaan... 19

2.3. Teori Pembelajaran ... 21

2.4. Teori Pendidikan... 24

2.4.1. Pengertian ... 24

2.4.2. Lembaga Pendidikan... 25

2.4.3. Klasifikasi Lembaga Pendidikan ... 26

2.4.4. Lembaga Pendidikan dan Perubahan Sosial ... 31

2.5. Jasa... 32

2.5.1. Pengertian ... 32

2.5.2. Pengertian dan Konsep dasar kualitas ... 33

2.5.3. Definisi Indikator Pelayanan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.2. Lokasi Penelitian... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1.Populasi... 37

3.3.2.Sampel... 38

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 38

3.5. Metod Analisa Data ... 40

3.5.1.Pengolahan Data ... 40

3.5.2.Analisa Data... 40

3.6. Operasionalisasi Penelitian dan Variabel ... 41

(7)

BAB IV PEMBAHASAN ... 36

4.1. Gambaran Umum ... 46

4.1.1.Gambaran Tingkat Kelulusan Siswa... 46

4.1.2.Gambaran Tingkat Kelulusan Siswa Bimbingan... 46

4.2. Analisa Univariat ... 47

4.2.1.Jenis Kelamin Responden ... 47

4.2.2.Jurusan Responden... 47

4.2.3.Deskripsi Responden Berdasarkan Bukti langsung ... 47

4.2.4.Deskripsi Responden Berdasarkan Kehandalan... 48

4.2.5.Deskripsi Responden Berdasarkan Daya tangkap... 49

4.2.6.Deskripsi Responden Berdasarkan Jaminan ... 49

4.2.7.Deskripsi Responden Berdasarkan Emphaty ... 50

4.3. Analisa Korelasi... 50

4.3.1.Hubungan Bukti langsung dengan Tingkat Kelulusan... 52

4.3.2.Hubungan Bukti langsung dengan Kehandalan ... 53

4.3.3.Hubungan Bukti langsung dengan Daya Tangkap... 54

4.3.4.Hubungan Bukti langsung dengan Jaminan ... 55

4.3.5.Hubungan Bukti langsung dengan Emphaty... 56

4.4. Deskripsi Kategori Korelasi... 57

4.5. Deskripsi Kategori Peran ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran ... 58

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Kriteria Korelasi antar variabel ……… 39

Tabel 3.2. Presentase rerata Aspek Peraanan Lembaga Bimbel……… 41

Tabel 4.1. Deskripsi Jumlah Siswa SMU Ng.1 Tarutung……… 46

Tabel 4.2. Deskripsi Jumlah Siswa Peserta Bimbingan……… 46

Tabel 4.3. Deskripsi Jenis Kelamin Siswa Peserta Bimbingan……… 47

Tabel 4.4. Deskripsi Jurusan Responden………. . 46

Tabel 4.5. Deskripsi Pelayanan Bukti langsung……… 47

Tabel 4.6. Deskripsi Pelayanan Kehandalan ………. 48

Tabel 4.7. Deskripsi Pelayanan Daya Tangkap ……… ……… 49

Tabel 4.8. Deskripsi Pelayanan Jaminan ……….. 49

Tabel 4.9. Deskripsi Pelayanan Emphaty ……… 50

Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Analisis Hubungan Peran Antar Variabel …… 46

Tabel 4.11. Persentase Rerata Aspek Peranan Lembaga Bimbingan……… 57

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN INFORMAL DENGAN TINGKAT KELULUSAN

UJIAN NASIONAL SISWA

(Studi Deskriptif Peran BT/BS Bima di SMU Neg.1 Tarutung, Kab,Tapanuli Utara)

Munculnya kursus-kursus ketrampilan, bimbingan belajar, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis, baik yang dilakukan perorangan maupun lembaga, sebenarnya mengindikasikan bahwa sekolah saja tidaklah sanggup untuk mewujudkan mutu pendidikan yang kita harapkan. Tingginya minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan belajar merupakan simbol ketidakpercayaan siswa dan orangtua siswa terhadap proses pembelajaran di sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki pelayanannya kepada siswa untuk mengembalikan kepercayaan.

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui hubungan Peran Lembaga Pendidikan Informal BT/BS Bima sebagai Lembaga Bimbingan Belajar dalam meningkatkan jumlah kelulusan siswa di Sekolah SMU Neg.1 Tarutung . Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan mendeskripsikan secara rinci dan mendalam tentang suatu fenomena sosial tertentu. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas III SMU Neg.1 Tarutung. dengan jumlah sampel 11 siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwaTerdapat hubuingan yang signifikan antara Tangibles (bukti langsung), sebesar 0,008 < 0,05.Terdapat hubuingan yang signifikan antara Reliability (kehandalan), sebesar sebesar 0,036 < 0,05..Terdapat hubuingan yang signifikan antara Responsiveness (daya tangkap), sebesar sebesar 0,043 < 0,05Terdapat hubuingan yang signifikan antara Assurance (jaminan), sebesar 0,000 < 0,05.Terdapat hubuingan yang signifikan antara Empaty, sebesar 0,009 < 0,05.

Disarankan dalam memilih lembaga Bimbingan Belajar, para siswa perlu menimbang berbagai faktor, terutama pengetahuan tentang tenaga pengajar, sarana pendukung pendidikan, prestasi Bimbingan Belajar Kepada petugas bimbingan belajar agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam hal sosialisasi mengenai pemanfaatan lembaga bimbingan belajar Kerjasama sekolah dengan lembaga bimbingan belajar lebih ditingkatkan lagi, agar jumkah siswa yang menjadi peserta bimbingan lebih banyak lagi Tenaga pengajar dari sekolah agar dilibatkan dalam program bimbingan belajar. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam terutama dalam hal – hal yang masih relevan dengan pemanfaatan bimbingan belajar.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara Umum, angka kelulusan ujian nasional untuk tingkat SMA secara nasional tahun ini mengalami kenaikan sebesar 2,3% dari tahun sebelumnya. Data yang dirilis Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) beberapa waktu lalu bisa jadi menggembirakan banyak pihak. Namun di sisi lain, data tersebut justru sangat memilukan sekaligus mengecewakan, khususnya bila mengingat upaya untuk mendapatkan angka kelulusan dimaksud.

(12)

dalam Ujian Nasional (UN). Semua menjadi sah-sah saja sepanjang mampu mengantarkan siswa ke pintu kelulusan. Ironisnya, berbagai bentuk pelanggaran dan kecurangan itu tidak lagi hanya dilakukan oleh para siswa, tetapi sudah melibatkan pihak sekolah masing-masing.

Lebih lanjut Guru Besar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta mengatakan, pertumbuhan lembaga pendidikan nonformal di Indonesia relatif pesat. Catatan Ditjen Diklusepa Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003 menyebutkan, di Indonesia terdapat 22.510 lembaga kursus, sebanyak 2.822 buah di antaranya adalah LBB bahasa. Bandingkan dengan jumlah SMA sebanyak 7.900 buah dan SMK 4.169 lembaga. "Sekolah harus berani membuka diri terhadap lembaga bimbingan belajar dalam upaya meningkatkan prestasi siswa. Tujuannya supaya para siswa lebih mampu berbicara di tingkat nasional dan internasional," tegasnya.

Munculnya kursus-kursus ketrampilan, bimbingan belajar, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis, baik yang dilakukan perorangan maupun lembaga, sebenarnya mengindikasikan bahwa sekolah saja tidaklah sanggup untuk mewujudkan mutu pendidikan yang kita harapkan.

(13)

Bimbingan belajar yang ada saat ini sebenarnya juga sama yakni mengantarkan siswanya untuk dapat lulus tes/ujian baik UN, US, SPMB maupun ujian masuk perguruan tinggi lainya. Sampai saat ini kepercayaan masayarakat pun masih tinggi terhadap lembaga ini. Terbukti tak pernah sepinya lembaga bimbingan belajar dari pendaftar, siswanya bahkan kini telah merambah ke Siswa SD dan SMP. Bagi siswa SD dan SMP selain untuk meningkatkan prestasinya disekolah juga untuk mempersiapkan UN dan seleksi masuk SMP dan SMA favorit. Lantas dimana posisi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal? Apakah kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tidak lebih baik dari lembaga bimbel atau bimtes. Siswa pun agaknya kurang Pede (percaya diri) dalam menghadapi UN dan SPMB kalau belum mengikuti bimbel di luar sekolahnya. Ironinya banyak sekolah yang mulai mejalin kerjasama dengan bimbel-bimbel ternama untuk mengantarkan siswanya agar lulus UN.

(14)
(15)

Tipe soal yang diberikan pun berbeda, disekolah tidak diberikan model soal pilihan ganda kompleks dan soal sebab-akibat sedang dalam ujian SPMB ataupun ujian masuk perguruan tinggi yang lain ada. Disekolah siswa diberi Belum lagi kurikulum yang tidak sinkron dengan materi SPMB. Misal siswa kelas XII program IPS tidak mendapatkan pelajaran geografi tapi dalam SPMB materinya ada dalam mata ujian kemampuan IPS dan Disekolah tidak ada pelajaran IPS /IPA terpadu tapi di SPMB ada mata ujiannya. Dan masih banyak hal lain yang tidak didapatkan disekolah tapi dibutuhkan siswa dalam persiapan mengahadapi ujian SPMB atau lainya.

(16)

Jauh-jauh hari Ki Hajar Dewantara menekankan tentang perlunya tri pusat pendidikan-keluarga, sekolah, dan masyarakat-bersinergi dan berkolaborasi untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Mendiang Pater Drost juga mengingatkan kita semua bahwa sekolah sebenarnya lebih banyak porsi pengajarannya daripada pendidikannya. Karena itu keluarga menjadi pilar pertama dan utama dalam membentuk moral dan karakter anak.

Jika dilihat dari teori pemasaran dan mekanisme pasar, hadirnya bimbingan belajar adalah buah dari kejelian orang melihat kebutuhan murid yang tidak terpenuhi di sekolah maupun di rumah. Yakni kebutuhan yang berkait dengan proses belajar yang variatif dan menyenangkan, serta kebutuhan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dengan menggunakan cara-cara yang lebih simpel dan praktis.

Berdasarkan survei pada sebuah Sekolah Menengah Pertama yang tergolong bonafit dan faforit di kota Malang. Survei tersebut berusaha menjaring data yang terkait dengan aspek-aspek Pembinaan Menjelang UN di sekolah, dibandingkan LBB/Bimbingan Belajar (Bimbel) yang berada di luar sekolah. Setelah diadakan survei diperoleh data, terdapat 79,13% siswa telah mengikuti Bimbel di luar sekolah dan 20,87% belum/tidak mengikuti Bimbel. Data ini diperoleh dari seratus lima belas (115) siswa kelas 9 yang telah mengisi angket.

(17)

pengaruhnya terhadap kelulusan siswa, baik pada Pembinaan di Sekolah maupun pada Bimbel termasuk didalamya kualitas jasa pelayanan dari lembaga bimbel.

Memang, terdapat persentasi siswa lebih banyak yang menyatakan Pembinaan di Sekolah lebih berpengaruh pada kelulusan siswa. Namun, pendapat tersebut bukan disebabkan oleh keyakinan siswa akan kualitas pembinaan di sekolah, kompetensi guru, ataupun kecocokan materinya. Pendapat tersebut lebih dipengaruhi oleh keyakinan siswa bahwa guru adalah salah satu pemegang palu kelulusan siswa, sama seperti pendapat bahwa guru adalah salah satu penentu kenaikan kelas siswa.

(18)

Berbagai cara dilakukan baik pihak sekolah maupun siswa itu sendiri demi mengurangi beban psikis siswa yang dirasa semakin berat Menurut Juliani Prasetyaningrum, stres yang dialami siswa dapat diminimalisir oleh siswa itu sendiri. ”Stres dapat diminimalisir dengan memanage stres yang bersifat individual atau personal,” ungkapnya. Menurutnya hal tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara subjek mandalami penyebab stressor dan di deskripsikan. Kemudian subjek membayangkan hal paling buruk yang mungkin terjadi dari rasa takutnya. Lantas subjek mencari solusi dari hasil retrospeksi diatas. Dan solusinya itu dipersiapkan sebelum subjek menghadapi langsung stressornya

Jika dilihat dari aspek edukasi, hadirnya bimbingan belajar sesungguhnya telah menghadirkan banyak manfaat positif bagi anak didik.

Pertama, bimbingan belajar mengembangkan suasana kompetitif bagi para murid. Jika mereka di sekolah, ‘lawan’ yang dihadapi berasal dari satu sekolah. Tidak demikian halnya ketika mereka berada di bimbingan belajar. Sebagai bangsa yang harus siap berkompetisi dalam era globalisasi, menanamkan jiwa dan sikap kompetitif sejak dini merupakan sebuah keniscayaan. Apalagi pendidikan itu adalah investasi, bukan sebuah proses yang tiba-tiba, sehingga menanamkan nilai-nilai sejak awal menjadi sebuah keharusan.

(19)

Ketiga, bimbingan belajar yang pengelolaannya lebih fleksibel dibanding sekolah memiliki akselerasi yang lebih tinggi dalam menyosialisasikan informasi-informasi tentang perkembangan ilmu dan teknologi dalam pembelajaran.

Dalam hal pemilihan jurusan, misalnya, bimbingan belajar memiliki data yang lengkap dan akurat tentang peta persaingan perguruan tinggi. Lewat data-data ini, para siswa diberi arahan tentang fakultas, jurusan, atau program studi yang cocok dengan minat dan kemampuan siswa, plus prospek lulusannya di kemudian hari.

Dengan demikian diharapkan agar jika kelak siswa yang bersangkutan telah diterima di fakultas, jurusan, atau program studi pilihannya, ia akan lebih bersungguh-sungguh dalam menekuni ilmu yang dia pelajari. Kalau ini terlaksana, para lulusan perguruan tinggi tentu akan memiliki diferensiasi dan daya saing yang bisa diandalkan.

Hal-hal lain yang berkait dengan pengembangan pribadi yang juga sering diberikan kepada para siswa, adalah manfaat keempat dari kehadiran bimbingan belajar. Ceramah atau pelatihan semacam Achievement Motivation, Leadership, Emotional Intelligence, Multiple Intelligence, adalah beberapa contoh materi yang sering diterima peserta bimbingan belajar. Ketika materi-materi semacam itu diberikan kepada para siswa, mereka mengaku bahwa rasa percaya dirinya menjadi makin meningkat. Padahal rasa percaya diri merupakan bagian yang sangat penting untuk menjangkau prestasi yang lebih maksimal.

(20)

mengingkari kenyataan. Sebab fakta di lapangan menunjukkan bahwa mahasiswa yang pernah mengikuti bimbingan belajar, sebagian besar memiliki track record yang bagus selama di perguruan tinggi. Paling tidak, itulah yang pernah disinggung Prof. Boma saat menjelaskan tentang mekanisme penerimaan mahasiswa baru beberapa tahun silam.

Namun agaknya penyakit reaktif dan curiga lebih mewarnai alam pikiran masyarakat kita. Berbagai upaya yang dilakukan oleh sebagian kecil komponen masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan, sering disikapi dengan nada miring atau sumbang. Bimbingan belajar atau pendidikan non formal pada umumnya, sebenarnya bukan ‘musuh’ nya sekolah, bukan pula ‘musuh’ nya para guru yang menyelenggarakan privat di rumahnya masing-masing. Kehadiran mereka, ibarat mozaik, adalah untuk melengkapi dan memperindah suasana.

Selanjutnya, berkenaan dengan masalah pendidikan di Indonesia, disamping keadaan rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru, pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.

(21)

dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.

Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).

Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.

Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTA kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.

Tingginya minat siswa-siswi sekolah formal mengikuti bimbingan belajar merupakan simbol ketidakpercayaan siswa dan orangtua siswa terhadap proses pembelajaran di sekolah formal. Karenanya, sekolah harus memperbaiki pelayanannya kepada siswa untuk mengembalikan kepercayaan.

(22)

tentang budaya les dikalangan pelajar SLTA se-derajat di Kota Padang. Survey ini adalah survey lapangan yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan realitas lapangan secara apa adanya. Survey ditujukan pada 100 orang pelajar SLTA se-derajat dengan teknik pengambilan sampel secara random (acak).

Hasilnya, dari total 100 orang responden, sebanyak 74 responden menjawab pernah mengikuti les/kursus, 26 responden tidak pernah. Dari total responden yang mengikuti les, sebanyak 32% mulai mengikuti les sejak SD, 53% responden mulai mengikuti les sejak SLTP, dan 15% responden mulai mengikuti les sejak SLTA. Mengenai tempat mereka mengikuti les, mayoritas responden (65%) mengikuti les di lembaga-lembaga les/ kursus (lembaga pendidikan non-formal), 16% responden ikut les di sekolah, 15% responden les di di rumah guru mereka, dan ada 4% responden yang sengaja mendatangkan guru les ke rumah mereka.

(23)

Sebanyak 54% responden justru yakin bisa menyelesaikan soal-soal ulangan disekolah dengan baik meski tidak mengikuti les, sementara 43% lainnya menjawab tidak yakin bisa menjawabnya jika tidak ikut les. Data ini melihatkan bahwa belajar bangku sekolah saja tidak cukup membuat peserta didik percaya diri menghadapi ujian akhir (Irma T, 2009).

Masuk LBB para pelajar biasa menyebut bimbel (bimbingan belajar) memang menjadi tren sejak pertengahan tahun 1990-an. Dari zaman sebelum tahun 1990, saat bimbingan belajar BT/BS Bima mulai dikenal karena begitu agresif memperkenalkan lembaganya sebagai tempat bimbingan belajar yang berhasil membawa peserta kursus masuk ke sekolah favorit, promosi yang dilakukan memang luar biasa. Pengelola bisnis kursus pelajaran sekolah tersebut tahu benar masalah yang satu ini. Mulai dari tidak pede (percaya diri)-nya para orang tua terhadap pelajaran disekolah.

Benarkah peran bimbingan belajar BT/BS Bima begitu besar dalam mengasah kemampuan anak terutama agar lolos ujian masuk sekolah favorit, bagaimana dengan janji peserta pasti lulus tes jika ia mampu mencapai skor tertentu saat try out.

(24)

Perkembangan bisnis bimbingan belajar BT/BS Bima tampaknya tak lepas dari menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan formal. Orang tua merasa tidak puas terhadap kemampuan yang dicapai anaknya dari belajar di sekolah. Namun apakah dengan bimbingan belajar prestasi siswa akan lebih baik? Bimbingan belajar, lanjut Toemin, hanya dibutuhkan oleh mereka yang malas belajar. Pada pokoknya, belajar tak bisa dengan cara instant karena dengan belajar secara instans tak akan bisa memahami ilmunya, karena pemahaman itu terjadi lewat proses pembelajaran secara terus menerus.(www.kompas.com).

Dengan latar belakang bahwa dengan adanya penetapan nilai minimal kelulusan peserta didik yang ditentukan oleh pemerintah, dengan demikian para orang tua serta siswa merasa perlu menambah jam belajar di luar jam belajar di sekolah formal.

Salah satu sekolah favorit yang berada di wilayah Tapanuli Utara, SMU Neg.1 Tarutung, jauh-jauh hari telah berbenah diri untuk mengantisipasi dan mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka kompetisi dan kompetensi seperti halnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan kegiatan olimpiade pendidikan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas siswa dan sekolah.

(25)

Dengan asumsi adanya peningkatan jumlah dan prestasi siswa ada kaitannya dengan kualitas lembaga pendidikan informal BT/BS Bima, Penulis ingin meneliti lebih jauh apakah peran lembaga pendidikan informal khususnya dalam sistim pelayanan dapat meningkatkan prestasi siswa disekolah atau tidak. Dengan demikian penulis berminat melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan Peran Lembaga Pendidikan Informal dengan Tingkat Kelulusan Siswa SMU (Studi Deskriptif Peran BT/BS Bima di SMU Neg.1 Tarutung-Tapanuli Utara)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana hubungan Peran Lembaga Pendidikan Informal BT/BS Bima sebagai Lembaga Bimbingan Belajar dalam meningkatkan jumlah kelulusan siswa di Sekolah SMU Neg..1 Tarutung ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan yang ada diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui hubungan Peran Lembaga Pendidikan Informal BT/BS Bima sebagai Lembaga Bimbingan Belajar dalam meningkatkan jumlah kelulusan siswa di Sekolah SMU Neg.1 Tarutung

(26)

Dari penelitian yang dilakukan maka penulis mengharapkan dapat dipergunakan oleh pihak yang memerlukam antara lain :

1. Peneliti dapat mengetahui hubungan Peran Lembaga Pendidikan Informal BT/BS Bima sebagai lembaga Bimbingan Belajar dalam meningkatkan jumlah kelulusan siswa di Sekolah SMU Neg.1 Tarutung

2. Penelitian ini sebagai cakrawala ilmu pengetahuan penulis dalam berkarya khasanah ilmu pengetahuan, disamping sebagai pengalaman yang dapat berguna sebagai bekal apabila ingin berkecimpung didalam lingkungan penelitian.

1.5. Hipotesis

1. Hipotesis nihil/nol (h) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara Peran Bimbel dengan tingkat kelulusan siswa

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Peran

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori , orientasi maupun disiplin ilmu. Istilah “Peran” diambil dari dunia teater, dimana posisi actor dalam dunia teater itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat sehingga hasilnya bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, tapi selalu ada dalam kaitannya dengan orang lain yang berhubungan dengan orang / actor tsb. Dalam pembahasan teori peran ini akan dipusatkan pada teori milik Biddle & Thomas (1966)

(28)

memiliki peranannya sendiri pula. Dia mempunyai peranan yang bermacam-macam, dia akan berperan lain bila dirumah, sebagai dosen yang bertemu dengan mahasiswa yang pintar maupun bodoh dia akan mempunyai peranan yang berbeda pula.

2.2.Teori Kelembagaan

Meskipun banyak ditemui pemberian batasan yang tumpang tindih antar penulis, namun tampak bahwa istilah kelembagaan memberi tekanan kepada lima hal berikut :

Pertama, kelembagaan berkenaan dengan seuatu yang permanen. Ia menjadi permanen, karena dipandang rasional dan disadari kebutuhannya dalam kehidupan. Cooley (dalam Soemardjan dan Soemardi, 1964) secara sederhana menyimpulkan bahwa:.

“....institutiondefined as established norm or procedures. It is sometime the practice to refer to anything which is sociallyestablished as an institution”.

Suatu norma dan tata cara yang bersifat tetap tersebut berada dalam suatu kelembagaan. Sejalan dengan itu, Uphoff juga menyatakan bahwa kelembagaan berkenaan dengan sesuatu yang telah berjalan lama. Namun, Uphoff tidak menyebut sesuatu yang bersifat tetap tersebut norm dan procedurs, tapi norm dan behaviour.

“In general, institutions, are complexes of norm and behaviour that persist over time by serving collectively valued purpose” (Uphoff, 1986).

(29)

Menurut struktur peristilahan, ‘perilaku’ diturunkan dari ‘norma’, sehingga norma berada di level yang lebih tinggi.

Kedua, berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku. Sesuatu yang abstrak tersebut merupakan suatu kompleks beberapa hal yang sesungguhnya terdiri dari beberapa bentuk yang tidak selevel. Hal yang abstrak ini kira-kira sama dengan apa yang disebut Cooley dengan public mind, atau ‘wujud ideel kebudayaan’ oleh Koentjaraningrat, atau cultural menurut Johnson. Secara garis besar, hal yang dimaksud terdiri dari nilai, norma, hukum, peraturan-peraturan, pengetahuan, ide-ide, belief, dan moral. Kumpulan dari hal-hal yang abstrak tersebut, terutama norma sosial, diciptakan untuk melaksanakan fungsi masyarakat (Taneko, 1993). Fungsi-fungsi yang dimaksud merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Karena tingkat kepentingannya yang tinggi, maka seiring berjalannya waktu, akhirnya ia mempunyai kedudukan pasti, atau terkristalisasi menjadi semakin tegas.

Ketiga, berkaitan dengan perilaku, atau seperangkat mores (tata kelakuan), atau cara bertindak yang mantap yang berjalan di masyarakat (establish way of behaving). Perilaku yang terpola merupakan kunci keteraturan hidup. Sebagaimana menurut Hebding et al. (1994), institusi sosial merupakan sesuatu yang selalu ada pada semua masyarakat, karena berguna untuk mempertemukan berbagai kebutuhan dan tujuan sosial yang dinilai penting. Jika masyarakat ingin survive, maka insitusi sosial harus ada. Keluarga misalnya, merupakan institusi sosial pokok yang mempertemukan kebutuhan sosial yang dinilia vital.

(30)

asalah. Hebding et al. (1994) menyatakan bahwa institusi sosial adalah nilai-nilai yang melekat pada masyarakat yang menyediakan stabilitas dan konsistensi di masyarakat, yang berfungsi sebagai pengontrol dan pengatur perilaku. Menjamin sistuasi akan berulang, sehingga menjadi efektif. Efektifitas merupakan perhatian utama dalam apa yang dikenal dengan pemahaman “ekonomi kelembagaan”.

Dari kelima tekanan pengertian di atas terlihat bahwa ‘kelembagaan’ memiliki perhatian utama kepada perilaku yang berpola yang sebagian besar datang norma-norma yang dianut. Kelembagaan berpusat pada sekitar tujuan-tujuan, nilai atau kebutuhan social utama.

2.3.Teori Pembelajaran

2.3.1. Pengertian Pembelajaran

(31)

Sedangkan menurut Drs. Udin Saripudin, pembelajaran adalah sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses mengalami sesuatu yang diciptakan dalam rancangan proses pembelajaran (

Winataputra, 1994).

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yakni kegiatan belajar dan mengajar yang didukung oleh sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan.

2.3.2.Tujuan Pembelajaran

Pada masa sekarang, pembelajaran dicoba dikaitkan dengan kegiatan belajar. Hakekat mengajar bukanlah melakukan sesuatu bagi peserta didik, tetapi lebih berupa menggerakkan peserta didik melakukan hal-hal yang menjadi tujuan pendidikan. Tugas utama seorang guru bukanlah menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku-buku tetapi mendorong memberikan inspirasi- inspirasi dan membimbing peserta didik dalam usaha mereka mencapai tujuan yang diinginkan. Secara umum, pembelajaran dilukiskan sebagai upaya seseorang yang tujuannya adalah membantu orang belajar.

Dalam sistem operasionalisasi kelembagaan pendidikan, berbagai tingkat tujuan pendidikan ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program intruksional, sehingga tergambarlah klasifikasi gradual yang semakin meningkat. Bila dilihat dari pendekatan sistem intruksional tertentu sebagai berikut, (Arifin, 1991).

(32)

b. Tujuan intruksional umum, diarahkan pada penguasaan atau pengamalan suatu bidang studi secara umum atau garis besarnya sebagai suatu kebulatan.

c. Tujuan kurikuler, adalah tujuan pendidikan yang akan dicapai melalui bidang studi tertentu. Dengan kata lain, tujuan kurikuler adalah tujuan untuk tiap-tiap bidang studi. Tujuan ini lebih mengarah pada pembentukan pribadi siswa. Di dalam rumusan tujuan kurikuler dapat diketahui bahwa aspek-aspek pribadi yang akan dibina dan dikembangkan melalui pendidikan bidang studi yang bersangkutan.

d. Tujuan institusional, adalah tujuan yang dirumuskan dan hendak dicapai oleh sesuatu lembaga pendidikan. Tujuan ini sudah bersifat khusus sesuai dengan apa yang akan dihasilkan oleh institusi atau lembaga tersebut. Tujuan umum atau tujuan nasional, adalah tujuan yang hendak dicapai melalui upaya pendidikan secara menyeluruh. Tujuan pendidikan ini merupakan tujuan umum yang telah ditentukan oleh pemerintah dan tertera di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara. Tujuan yang sifatnya masih umum ini harus menjiwai semua gerak kegiatan pendidikan, walaupun tindakan-tindakan khusus harus dilakukan berdasarekan atas jabaran dari tujuan umum tersebut dalam bentuk tujuan yang lebih khusus. (Arikunto,1999)

2.4.Teori Pendidikan

2.4.1.Pengertian Pendidikan

(33)

Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.. Lebih jelasnya pendidikan adalah setiap proses di mana seseorang memperoleh pengetahuan, mengembangkan kemampuan/keterampilan sikap atau mengubah sikap.

Secara garis besar, Pendidikan mempunyai fungsi sosial dan individual. Fungsi sosialnya adalah untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif masa lampau dan kini. Fungsi individualnya adalah untuk memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru). Proses pendidikan dapat berlangsung secara formal seperti yang terjadi di berbagai lembaga pendidikan. Ia juga berlangsung secara informal lewat berbagai kontak dengan media komunikasi seperti buku, surat kabar, majalah, TV, radio dan sebagainya atau non formal seperti interaksi peserta didik dengan masyarakat sekitar.

2.4.2.Lembaga pendidikan

(34)

penyeimbang, serta model dan corak kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan tujuan-tujuan tersebut.

Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.

Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik.

Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan. Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat:

(35)

3) Pengembangan Budaya 4) Pengembangan bangsa 2.4.3.Klasifikasi Lembaga Pendidikan

Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan cita-cita dari pembangunan bangsa. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup dimensi lahir batin, material dan spiritual. Lebih dari itu pendidikan menghendaki agar peserta didiknya menjadi individu yang menjalani kehidupan yang aman dan damai. Oleh karena itu pembangunan lembaga pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat, maka pengembangan nilai-nilai serta peningkatan mutu pendidikan tentunya menjadi tema pokok dalam rencana kerja pemerintah dalam membangun lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan di indonesia dalam UU bisa kita klasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu: sekolah dan luar sekolah, selanjutnya pembagian ini lebih rincinya menjadi tiga bentuk:

1). informal. 2). formal

3). dan nonformal

(36)

yaitu formal atau sekolah, peran besarnya lebih banyak di arahkan pada pengembangan penalaran murid. Yang terakhir lembaga pendidikan ketiga, yaitu masyarakat, peranya lebih banyak pada pembentukan karakter sosial.

Ketiga pembagian di atas adalah merupakan perubahan mendasar, Dalam Sisdiknas yang lama pendidikan informal (keluarga) tersebut sebenarnya juga telah diberlakukan, namun masih termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah, dan ketentuan penyelenggaraannyapun tidak konkrit. Penjelasan dari klasifikasi tersebut adalah:

a. Pendidikan informal, atau pendidikan pertama adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, hal ini adalah menjadi pendidikan primer bagi peserta dalam dalam pembentukan karakter dan kepribadian.

(37)

Ø Jalur formal adalah lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan:

1). umum 2). Kejuruan 3). Akademik 4). profesi 5). Advokasi 6). keagamaan.

Pendidikan formal dapat coraknya diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat

Pendidikan dasar yang merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah berbentuk lembaga sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (Mts) atau bentuk lain yang sederajad.

(38)

jalur formal (TK, atau Raudatul Athfal), sedangkan dalam nonformal bisa dalam bentuk ( TPQ, kelompok bermain, taman/panti penitipan anak) dan/atau informal (pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan

Sedangkan Pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan pendidikan dasar terdiri atas, pendidikan umum dan pendidikan kejuruan yang berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajad.

Yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah, pendidikan ini mencakup program pendidikan

1). Diploma 2). Sarjana 3). Magister 4). Doktor,

Perguruan tinggi memiliki beberapa bentuk 1). Akademi

2). Politeknik 3). Sekolah tinggi

4). Institut atau universitas

(39)

memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni

Untuk menagulangi permasalahan yang cukup aktual dan meresahkan masyarakat saat ini, seperti pemberian gelar-gelar instan, pembuatan skripsi atau tesis palsu, ijazah palsu dan lain-lain, pemerintah telah mengatur dan mengancam sebagai tindak pidana dengan sanksi yang juga telah ditetapkan dalam UU Sisdiknas yang baru (Bab XX Ketentuan Pidana, pasal 67-71).

2.4.4. Lembaga Pendidikan Dan Perubahan Sosial

Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah mewariskan ilmu dari generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu yang dimaksud antara lain: pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya (keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah di emban oleh orang-orang yang terbeban terhadap generasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang yang punya visi kedepan, yaitu menjadikan serta mencetak generasi yang lebih baik dan beradab. Peradaban kuno mencatat methode penyampaian ajaran lewat tembang dan kidung, puisi ataupun juga cerita sederhana yang biasanya tentang kepahlawanan

(40)

diadakanya pembentukan kurikulum yang telah disesuaikan. Prinsib dasar pembentukan tersebut adalah meliputi:

1) Perumusan tujuan institusional yang meliputi: a. Orientasi pada pendidikan nasional b. Kebutuhan dan perubahan masyarakat c. Kebutuhan lembaga.

2) menetapkan isi dan struktur progam

3) penyusunan strategi penyusunan dan pelaksanaan kurikulum 4) pengembangan progam

Diharapkan nanti dengan persiapan dan orientasi yang jelas sebagaimana di atas, diharapkan lembaga-lembaga pendidikan akan mampu mencetak kader-kader perubahan ke arah perbaikan di masyarakat. Selanjutnya mengenai pengembangan kurikulum ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan, yaitu:

1) relevansi dengan dengan pendidikan lingkungan hidup masyarakat 2) sesuai dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan akan datang 3) efektifitas waktu pengajar dan peserta didik

4) efisien, dengan usaha dan hasilnya sesuai

5) kesinambungan antara jenis, progam, dan tingkat pendidikan

6) fleksibelitas atau adanya kebebasan bertindak dalam memilih progam, pengembangan progam, dan kurikulum pendidikan.

2.5. Jasa

(41)

Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak yang lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. (Kotler, 1997: 83). Pengertian jasa dapat diperjelas dengan mengetahui karakteristik utama yang membedakannya dengan barang, yaitu:

1. Intangibility (tidak berwujud), berbeda dengan barang yang merupakan obyek, alat atau benda sedangkan jasa adalah perbuatan, kinerja atau usaha.

2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi bersamaan.

3. Variability (berubah-ubah), bersifat variabel artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenisnya tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.

4. Perishability (daya tahan), tidak dapat disimpan, hal ini tidak menjadi masalah jika permintaannya tetap karena untuk menyiapkan pelayanan permintaan tersebut mudah tapi apabila berfluktuasi, berbagai masalah muncul (Kotler, 1997).

2.5.2.Pengertian dan Konsep Dasar Kualitas

(42)

kebutuhan dan keinginan konsumen. Sedangkan Juran menyatakan kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi.

Konsep dasar kualitas dari suatu pelayanan (jasa) ataupun kualitas dari suatu produk dapat didefinisikan sebagai pemenuhan yang dapat melebihi dari keinginan ataupun harapan dari pelanggan (konsumen). Zeithami, Berry dan Parasuraman (Yamit, 2001) telah melakukan berbagai penelitian terhadap beberapa jenis jasa, dan berhasil mengidentifikasi lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah:

1. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,dan sarana komunikasi.

1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.

2. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

5. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keraguraguan.

6. Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

(43)

1. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,dan sarana komunikasi.

2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.

3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keraguraguan.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan desain crossectional study untuk melihat hubungan kualitas pelayanan antara variabel independen yaitu Tangible (bukti langsung), Reliability (kehandalan) , Responsiveness (daya tangkap), Assurance (jaminan), dan Empaty terhadap variabel dependen yaitu tingkat kelulusan siswa.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan mendeskripsikan secara rinci dan mendalam tentang suatu fenomena sosial tertentu, maka akan dikembangkan konsep dan dihimpunlah fakta dari berbagai keterangan informan. Penelitian ini juga bersifat heuristik terutama dalam mempelajari fenomena sosial mengenai keberadaan lembaga pendidikan informal dalam meningkatkan tingkat kelulusan siswa dalam ujian nasional (UAN).

Terdapat dua elemen penting di dalam penelitian heuristik, yaitu:

1. Peneliti harus mempunyai kepentingan dan pengalaman pribadi yang intens dengan fenomena sosial dari penelitiannya.

(45)

Berangkat dari dua elemen di atas, maka penelitian ini mendasarkan pada temuan-temuan data yang diperoleh dalam melakukan penelitian tersebut dan pandangan personal serta refleksi dari peneliti.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMU Neg.1 Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Adapun yang menjadi alasan penulis memeilih lokasi penelitian adalah karena :

1. Mayoritas siswa SMU Neg.1 (rata-rata 70%) menjadi peserta Bimbingan belajar dengan BT/BS Bima dan sejal tahun 1999 telah lama menjadi mitra sekolah tersebut.

2. Penulis merupakan alumni sekolah SMU Neg.1 Tarutung, dan diharapkan akan mendapat akses untuk melaksanakan penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1.Populasi

(46)

Pada penelitian ini, jumlah peserta Bimbingan Test Bima sebanyak 101 siswa, yang terdiri dari 87 siswa jurusan IPA dan 14 siswa jurusan IPS.

3.3.2.Sampel

Karena subyek penelitian lebih dari 100, maka hanya di ambil 10% dari jumlah populasi yang ada untuk dijadikan sampel. (Arikunto,2002).Dengan demikian jumlah sampel adalah 10% X 101 = 11 siswa

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpukan data penelitiannya. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas dalam mengumpukan data. Instrumen penelitian membantu pekerjaan peneliti menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

3.4.1.Metode Angket

(47)

Angket disusun dengan menggunakan skala likert atau rating-scale (skala bertingkat) sebagai alat ukur sikap responden terhadap pernyataan yang diberikan. Kategori jawaban terdiri atas 5 alternatif jawaban, untuk analisis secara kuantitatif, maka alternaltif jawaban diberi skor dari 1 sampai 5, dengan rincian sebagai berikut:

5 : Sangat Setuju 4 : Setuju

3 : Kurang Setuju 2 : Tidak Seruju

1 : Sangat Tidak Setuju ( Arikunto, 2006).

Untuk mengetahui korelasi antar sub variabel dapat dilihat pada Tabel 3.1. dengan ketentuan Kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.1Kriteria Korelasi antar Variabel Nilai Korelasi Kriteria Korelasi

0 – 0,25 Korelasi Sangat Lemah > 0, 25 Korelasi Cukup

> 0,5 – 0,75 Korelasi Kuat

> 0,75 - 1 Korelasi Sangat Kuat

3.4.2. Metode Dokumentasi

(48)

digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum tentang SMU Neg.1 Tarutung secara terperinci dan metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan siswa yang menjadi subyek dalam penelitian dini, apabila ada kekeliruan dengan data yang sudah diperoleh.

3.5. Metode Analisa Data 3.5.1. Pengolahan data

Data primer yang telah dikumpulkan kemudian dilaksanakan sebagai berikut : a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan lembaran dan isian daftar cheklist dan

kuisioner serta memeriksa apakah terdapat kekeliruan dalam pengisiannya. b. Tabulasi, yaitu data yang telah diedit dibuat menjadi tabel-tabel.

3.5.2. Analisa data

Data tentang peranan lembaga Bimbingan belajar dianalisis secara diskriptif untuk menentukan jenis kategori peranan Bimbingan belajar yaitu sangat baik, baik, sedang, kurang, dan sangat kurang. Selanjutnya, data dari peranan masing-masing Bimbingan belajar kemudian dikorelasikan dan diuji dengan uji khi sguare untuk mencari keeratan hubungannya. Prosentase Peran dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. 0 - 20 % : Sangat kurang b. 21 - 40% : Kurang c. 41- 60% : Cukup d. 61-80% : Baik

(49)

Setelah pengolahan data dilakukan analisis secara kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, artinya hasil penelitian dipaparkan untuk mencocokkan teori yang ada hubungannya dengan judul penelitian ini. Analisis yang digunakan tetap mengacu pada kondisi kinerja pengelola bimbel di lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi program komputer SPSS for windows versi 11,5 dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Untuk pengujian hipotesis di gunakan uji statistik danhipotesis yang akan diuji adalah hipotesis Null (Ho) dimana Ho ditolak jika p<0,05.

Aspek peranan Lembaga Informal pelaksanaan bimbingan dapat dinyatakan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2.Persentase Rerata Aspek Peranan Lembaga Bimbel dan Jenjang Kategori

Aspek peranan (Atribut Pelayanan)

Persentase Pencapaian Kategori

Tangibles (bukti langsung)

Reliability (kehandalan)

Responsiveness (daya tangkap)

Assurance (jaminan)

Empathy

3.6. Operasionalisasi Penelitian dan Variabel 3.6.1.Operasional Penelitian dan Variabel

(50)

Operasionalisasi variable adalah pengalihan hipotesis yang teoritis menjadi suatu kalimat atau pernyataan yang empirik. Empirik di sini berarti dapat diukur dengan mudah (Tomahawk, 2008).

1. Peran lembaga Pendidikan Informal

Peran adalah sekumpulan tingkah laku atau tindakan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan informal terhadap suatu posisi tertentu siswa dalam hal ini adalah peningkatan prestasi siswa.

2. BT/BS Bima sebagai Lembaga Pendidikan Informal

Lembaga Pendidikan Iformal yang berperan dalam melakukan tindakan yang terhadap suatu posisi tertentu siswa dalam hal ini adalah peningkatan prestasi siswa. 3. Tingkat Kelulusan Siswa SMU

Yang dimaksud dengan tingkat kelulusan Siswa adalah selieisih peserta ujian dengan jumlah siswa yang tidak lulus, artimya apabila nilai rata-rata minimal 5,25 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan dengan tidak ada nilai di bawah 4,25.

4. Prestasi

Prestasi adalah sesuatu posisi yang diharkam dengan adanya peran atau tindakan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan informal.

5. Lembaga Pendidikan Informal

(51)

SKL (Standar Kompetensi Lulusan) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar Kompetensi Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran.

7. Prestasi belajar

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan akademik siswa sebagai akibat dari keikutsertaan bimbingan belajar. Dengan demikian prestasi belajar lain seperti organisasi, olah raga dan lain sebagainya tidak termasuk dalam kategori prestasi yang dimaksud dalam penelitian

8. Bimbingan belajar

Bimbingan belajar dalam penelitian ini adalah bimbingan belajar yang diikuti siswa di luar jam pelajaran sekolah dan dilakukan bersama lembaga bimbingan belajar independen. Dengan demikian bimbingan belajar yang dilakukan oleh guru bidang studi di sekolah tidak termasuk dalam kategori bimbingan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini.

9. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

(52)

Dalam penelitian “Peran Lembaga Pendidikan Informal dengan Prestasi siswa SMU” ini terdapat dua macam variabel yaitu independent variable (variabel bebas) dan dependen variable (variabel terikat).

1. Variabel Bebas (Independen Variabel)

Variabel bebas (independent variable) ialah ubahan yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya dependen variable. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Peran Lembaga Pendidikan Informal

2. Variabel Terikat (Dependen Variable)

Variabel terikat ialah ubahan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya penjuru variabel bebas (Usman, 2003). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah tingkat Kelulusan Siswa SMU

Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hubungan antara dua variabel tersebut berupa hubungan asimetris dimana satu variabel mempengaruhi variabel yang lain (Sofian Effendi,1989). Hubungan asimetris yang terbentuk berupa hubungan antara stimulus dan respons dalam bentuk bivariat (dua variabel). Hubungan asimetris dalam penelitian ini terlihat dari variabel bebas (sebagai stimulus) yang berupa bimbingan belajar yang mempengaruhi tingkat kelulusan siswa.

(53)

Variabel (x) Variabel (y)

P

Gambar 3.1. Diagram Variabel Penelitian Pelayanan Lembaga Pendidikan

Informal (X)

1. Tangibles (bukti langsung) (X1) 2. Reliability (kehandalan) (X2) 3. Responsiveness (daya tangkap)

(X3)

4. Assurance (jaminan) (X4) 5. Empaty (X5)

(54)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum SMU Neg.1 Tarutung 4.1.1. Gambaran Tingkat Kelulusan Siswa

Dari hasil yang diperoleh dari Sekolah SMU Neg. 1 Tarutung diperoleh gambaran pertumbuhan jumlah siswa selama periode 2006-2008.

Tabel 4.1. Deskripsi Jumlah Siswa SMU Neg.1 Tarutung Periode 2006-2008

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa tiap tahun tingkat kelulusan siswa di SMU Neg.1 Tarutung untuk masing-masing jurusan adalah mencapai 100%.

4.1.2. Gambaran Tingkat Kelulusan Siswa Peserta Bimbingan BT/BS Bima Tabel 4.2. Deskripsi Jumlah Siswa SMU Neg.1 Tarutung Peserta Bimbingan

BT/BS Bima Periode 2006-2008 Tahun Ajaran

(55)

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.3 Deskripsi Jenis Kelamin Responden

No. Umur Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 6 54,54

2 Perempuan 5 45,46

Total 11 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa paling banyak responden adalah laki-laki sebanyak 6 responden (54,54%), sedangkan perempuan sebanyak 5 responden (45,46%).

4.2.2. Jurusan Responden

Tabel 4.4 Deskripsi Jurusan Responden

No. Umur Frekuensi Persentase (%)

1 IPA 8 72,72

2 IPS 3 27,28

Total 11 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa paling banyak responden adalah dari jurusan IPA sebanyak 8 responden (72,72%), sedangkan Jurusan IPS sebanyak 3 responden (27,28%).

4.2.3.Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Bukti Langsung Tabel 4.5 Deskripsi Pelayanan Bukti Langsung

Pelayanan Bukti langsung

(56)

meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,dan sarana komunikasi yang menyatakan sangat setuju sebanyak 2 responden (18,2%), 6 responden menyatakan Setuju (54,5%), dan 3 responden menjawab Kurang Setuju (27,3%).

4.2.4.Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Kehandalan Petugas Tabel 4.6 Deskripsi Pelayanan Kehandalan Petugas

Kehandalan

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, di peroleh gambaran bahwa pelayanan BT/BS Bima dalam menjalankan perannya dilihat dari Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan yang menyatakan sangat baik sebanyak 3 responden (27,3%), 3 responden menyatakan Baik (27,3%), dan 2 responden menjawab Cukup Baik (18,2%), selanjutnya 3 responden menyakana kurang Baik (27,3%).

4.2.5.Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Daya Tangkap Tabel 4.7 Deskripsi Pelayanan Daya Tangkap

(57)

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, di peroleh gambaran bahwa pelayanan BT/BS Bima dalam menjalankan perannya dilihat dari Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para siswa dan memberikan pelayanan dengan tanggap, yang menyatakan sangat baik sebanyak 2 responden (18,2%), 6 responden menyatakan Baik (54,5%), dan 3 responden menjawab Cukup Baik (27,3%).

4.2.6.Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Jaminan Tabel 4.8 Deskripsi Pelayanan Jaminan

Jaminan

2 18.2 18.2 18.2

5 45.5 45.5 63.6

4 36.4 36.4 100.0

11 100.0 100.0

Cukup Baik Baik Sangat Baik Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(58)

4.2.7.Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Emphaty Tabel 4.9. Deskripsi Pelayanan Emphaty

Emphaty

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, di peroleh gambaran bahwa pelayanan BT/BS Bima dalam menjalankan perannya dilihat dari Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan, yang menyatakan sangat baik sebanyak 2 responden (18,2%), 7 responden menyatakan Baik (63,6%), dan 2 responden menjawab Cukup Baik (18,2%).

4.3.Analisis Korelasi

Agar Penafsiran dapat dilakukan sesuai ketentuan, diperlukan kriteria yang mnenunjukkan kuat atau lemahnya korelasi.Kriteriaadalah :

1. Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1

2. Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel. Patokan angkanya adalah sebagai berikut :

a. 0-0,25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) b. > 0,25-0,5 : Korelasi cukup

(59)

3. Korelasi dapat positif dan negatif .Korelasi positif menunjukkan arah yang sama pada hubungan antarvariabel. Artinya, jika variabel 1 besar maka vriabel 2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi negatif menunjukkan arah yang berlawanan. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 menjadi kecil.

4. Signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan ketetentuan sebagai berikut :

a. Jika probabilitas < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan b. Jika probabilitis > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan 5. Untuk mengetahui besarnya peranan variabel dapat dihitung dengan rumus

Koefisien Determinasi, adapun rumusnya adalah : KD ═ r2 x 100%

(60)

Tabel 4.10 Deskripsi Hasil Analisis Hubungan Peran Antar Variabel

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.

4.3.1. Hubungan antara Variabel Pelayanan Bukti langsung dengan Tingkat Kelulusan Siswa

Jika dilihat dari hasil perhitungan pada tabel 4.10, maka korelasi antara variabel Peran Bimbingan BT/BS Bima dalam hal ini Bukti Langsung dengan Tingkat kelulusan menunjukkan angka 0,751 Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi positif yang Sangat kuat dan searah.

(61)

Uji signifikan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai p pada kolom sig dengan probabilitas (α-=0,05). Nilai p < 0,05 dikatakan signifikan sedangkan nilai p > 0,05 dikatakan tidak signifikan. Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai p sebesar 0,008 < 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Bukti Langsung dengan Tingkat kelulusan

Untuk uji hipotesa, bila :

1. H0 : tidak ada hubungan Bukti Langsung dengan Tingkat kelulusan 2. Hα : Ada hubungan Bukti Langsung dengan Tingkat kelulusan

3. Pada penelitian ini, dimana α = 0,05 tampak pada hasil uji korelasi diperoleh nilai p 0,008< 0,05, maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Hα diterima. 4. Besar koefisien Determinan Peran variabel Bukti Langsung dengan Tingkat

kelulusan adalah sebesar (0,751)2 X 100% = 56,40%

4.3.2. Hubungan antara Variabel Pelayanan Reliability (kehandalan), dengan Tingkat Kelulusan Siswa

Jika dilihat dari hasil perhitungan pada tabel 4.10, maka korelasi antara variabel Peran Bimbingan BT/BS Bima dalam hal ini Reliability (kehandalan) dengan Tingkat kelulusan menunjukkan angka 0,634 Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi positif yang kuat dan searah.

Berdasarkan kriteria besar kecilnya angka korelasi, maka besar korelasi 0,634 berada pada kategori Kuat.

(62)

0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Reliability (kehandalan) dengan Tingkat kelulusan

Untuk uji hipotesa, bila :

1. H0 : tidak ada hubungan Reliability (kehandalan) dengan Tingkat kelulusan 2. Hα : Ada hubungan Reliability (kehandalan) dengan Tingkat kelulusan

3. Pada penelitian ini, dimana α = 0,05 tampak pada hasil uji korelasi diperoleh nilai p 0,036< 0,05, maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Hα diterima. 4. Besar koefisien Determinan Peran variabel Reliability (kehandalan) dengan

Tingkat kelulusan adalah sebesar (0,634)2 X 100% = 40,19%

4.3.3. Hubungan antara Variabel Pelayanan Responsiveness (daya tangkap), dengan Tingkat Kelulusan Siswa

Jika dilihat dari hasil perhitungan pada tabel 4.10, maka korelasi antara variabel Peran Bimbingan BT/BS Bima dalam hal ini Responsiveness (daya tangkap dengan Tingkat kelulusan menunjukkan angka 0,617 Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi positif yang kuat dan searah.

Berdasarkan kriteria besar kecilnya angka korelasi, maka besar korelasi 0,617 berada pada kategori Kuat.

(63)

Untuk uji hipotesa, bila :

1. H0 : tidak ada hubungan Responsiveness (daya tangkap),dengan Tingkat kelulusan

2. Hα : Ada hubungan Reliability (kehandalan) dengan Tingkat kelulusan

3. Pada penelitian ini, dimana α = 0,05 tampak pada hasil uji korelasi diperoleh nilai p 0,043< 0,05, maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Hα diterima. 4. Besar koefisien Determinan Peran variabel Reliability (kehandalan) dengan

Tingkat kelulusan adalah sebesar (0,617)2 X 100% = 40,19%

4.3.4. Hubungan antara Variabel Pelayanan Assurance (jaminan), dengan Tingkat Kelulusan Siswa

Jika dilihat dari hasil perhitungan pada tabel 4.10, maka korelasi antara variabel Peran Bimbingan BT/BS Bima dalam hal ini Assurance (jaminan),dengan Tingkat kelulusan menunjukkan angka 0,885 Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi positif yang Sangat kuat dan searah.

Berdasarkan kriteria besar kecilnya angka korelasi, maka besar korelasi 0,741 berada pada kategori Sangat Kuat.

Uji signifikan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai p pada kolom sig dengan probabilitas (α-=0,05). Nilai p < 0,05 dikatakan signifikan sedangkan nilai p > 0,05 dikatakan tidak signifikan. Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh nilai p sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Assurance (jaminan) dengan Tingkat kelulusan

(64)

1. H0 : tidak ada hubungan Assurance (jaminan),dengan Tingkat kelulusan 2. Hα : Ada hubungan Assurance (jaminan) dengan Tingkat kelulusan

3. Pada penelitian ini, dimana α = 0,05 tampak pada hasil uji korelasi diperoleh nilai p 0,000< 0,05, maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Hα diterima. 4. Besar koefisien Determinan Peran variabel Assurance (jaminan)dengan Tingkat

kelulusan adalah sebesar (0,885)2X 100% = 78,32%

4.3.5. Hubungan antara Variabel Pelayanan Empaty dengan Tingkat Kelulusan Siswa

Jika dilihat dari hasil perhitungan pada tabel 4.10, maka korelasi antara variabel Peran Bimbingan BT/BS Bima dalam hal ini Empaty dengan Tingkat kelulusan menunjukkan angka 0,741 Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi positif yang kuat dan searah.

Berdasarkan kriteria besar kecilnya angka korelasi, maka besar korelasi 0,741 berada pada kategori Kuat. Uji signifikan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai p pada kolom sig dengan probabilitas (α-=0,05). Nilai p < 0,05 dikatakan signifikan sedangkan nilai p > 0,05 dikatakan tidak signifikan. Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh nilai p sebesar 0,009 < 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Empaty,dengan Tingkat kelulusan.

Untuk uji hipotesa, bila :

1. H0 : tidak ada hubungan Empaty,dengan Tingkat kelulusan 2. Hα : Ada hubungan Empaty dengan Tingkat kelulusan

(65)

4. Besar koefisien Determinan Peran variabel Empaty,dengan Tingkat kelulusan adalah sebesar (0,741)2 X 100% = 54,90%

4.4. Deskripsi Kategori Korelasi

Aspek korelasi peranan Lembaga Informal pelaksanaan bimbingan dapat dinyatakan dalam tabel 4.11. berikut.

Tabel 4.11.Persentase Rerata Aspek Peranan Lembaga Bimbel dan Jenjang Kategori

Tangibles (bukti langsung) 0,751 Sangat Kuat

Reliability (kehandalan) 0,634 Kuat

Responsiveness (daya tangkap) 0,617 Kuat

Assurance (jaminan) 0,885 Sangat Kuat

Empathy 0,741 Kuat

4.5. Deskripsi Kategori Peran

Aspek peranan Lembaga Informal pelaksanaan bimbingan dapat dinyatakan dalam tabel 4.12. berikut.

Tabel 4.12.Persentase Peranan Lembaga Bimbel dan Jenjang Kategori

Reliability (kehandalan) 0,634 Kuat 40,19 Kurang

Responsiveness (daya tangkap)

0,617 Kuat 38,07 Kurang

Assurance (jaminan) 0,885 Sangat Kuat 78,32 Baik

(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

6.1. Kesimpulan

1. Terdapat hubuingan yang signifikan antara Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,dan sarana komunikasi.dengan tingkat kelulusan siswa, dimana hasil uji signifikansinya sebesar 0,008 < 0,05

2. Terdapat hubuingan yang signifikan antara Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan. dengan tingkat kelulusan siswa, dimana hasil uji signifikansinya sebesar sebesar 0,036 < 0,05.

3. Terdapat hubuingan yang signifikan antara Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. dengan tingkat kelulusan siswa, dimana hasil uji signifikansinya sebesar sebesar 0,043 < 0,05

(67)

5. Terdapat hubuingan yang signifikan antara Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan..dengan tingkat kelulusan siswa, dimana hasil uji signifikansinya sebesar 0,009 < 0,05.

6.2. Saran

1. Dalam memilih lembaga Bimbingan Belajar, para siswa perlu menimbang berbagai faktor, terutama pengetahuan tentang tenaga pengajar, sarana pendukung pendidikan, prestasi Bimbingan Belajar

2. Disarankan kepada petugas bimbingan belajar agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam hal sosialisasi mengenai pemanfaatan lembaga bimbingan belajar

3. Disarankan agar kerjasama sekolah dengan lembaga bimbingan belajar lebih ditingkatkan lagi, agar jumkah siswa yang menjadi peserta bimbingan lebih banyak lagi

4. Disarankan agar para tenaga pengajar dari sekolah agar dilibatkan dalam program bimbingan belajar.

Gambar

Tabel 3.1Kriteria Korelasi antar Variabel
Tabel   3.2.Persentase Rerata Aspek Peranan Lembaga Bimbel  dan Jenjang Kategori
Gambar 3.1. Diagram Variabel Penelitian
Tabel 4.1. Deskripsi Jumlah Siswa SMU Neg.1 Tarutung Periode 2006-2008
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian terlihat bahwa sistem olah tanah dan aplikasi herbisida tidak berpengaruh terhadap kandungan K-dd tanah pada 5 BST dan 10 BST pada lahan penelitian

Data yang didapat merupakan data kualitatif berupa grafik viabilitas aktivator kompos, tabel kemiringan kurva sebagai indikator pertumbuhan aktivator kompos dengan masa simpan

Adanya buah kenanga yang memiliki ukuran lebih kecil yang ditemukan dalam penelitian ini menyebabkan jumlah benih dalam buah juga lebih sedikit dibandingkan dengan

Sehubungan dengan itu penulis melihat pendekatan kepada penyediaan brif projek oleh pelanggan secara komprehensif akan menjadikan penyediaan Kehendak Kerajaan lebih jelas dan

Semakin baik skor CGPI maka akan semakin meningkat return saham perusahaan tersebut, namun Untung dan Widyatmini (2008) menyatakan penilaian CGPI tidak berpengaruh terhadap

Praktičen primer izračuna manjkajočih orodnih delov Glede na naročilo sinter izdelkov smo izračunali, da potrebujemo 5 orodij v obtoku za določeno skupino orodja.. Predpisana

Mencegah penyakit ND Mencegah penyakit ND dan IB Mencegah penyakit ND Mencegah penyakit ND dan IB Mencegah penyakit ND Mencegah penyakit ND dan IB Mencegah penyakit ND Mencegah

Teknik alternatif terbaik untuk meningkatkan kandungan pati resisten dalam bahan pangan adalah dengan mengombinasikan fermentasi bakteri asam laktat (BAL) penghasil