• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penerapan Varietas Indragiri Pada Penanaman Padi Pinggir Pantai (Desa Pematang Cengal Barat Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Penerapan Varietas Indragiri Pada Penanaman Padi Pinggir Pantai (Desa Pematang Cengal Barat Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENERAPAN VARIETAS INDRAGIRI PADA PENANAMAN PADI PINGGIR PANTAI

( Studi Kasus : Desa Pematang Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat )

SKRIPSI

OLEH :

ARI SUKHAIRA 040309014

SEP-PKP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ARI SUKHAIRA (040309014), dengan judul “Evaluasi Penerapan Varietas Indragiri Pada Penanaman Padi Pinggir Pantai (Desa Pematang Cengal Barat Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)”. Penelitian ini

dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, MSi dan Bapak Ir. M. Jufri, Msi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan penerapan Varietas Indragiri di daerah penelitian. Mengetahui bagaimana dampak penerapan varietas Indragiri terhadap faktor sosial (Kegiatan penyuluhan, kegiatan bersama dalam penerapan varietas Indragiri) di daerah penelitian. Mengetahui bagaimana dampak penerapan varietas Indragiri terhadap faktor ekonomi (Produksi, produktifitas lahan, dan pendapatan dalam penerapan varietas Indragiri) di daerah penelitian.

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu di Desa Pematang Cengal Barat Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dan metode penarikan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling yaitu sebanyak 30 petani yang telah menerapkan varietas Indragiri. Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu Analisis Deskriptif dan analisis uji t atau dengan alat bantu SPSS (Statistic Product and Service Solution).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan varietas Indragiri sesuai dengan pedoman tata laksana BPTP. Penerapan varietas Indragiri meningkatkan kegiatan penyuluhan dan kegiatan bersama di daerah penelitian. Pada faktor ekonomi (Produksi, produktifitas lahan, dan pendapatan) petani padi pada lahan yang menerapkan varietas Indragiri tidak berbeda signifikan dengan pendapatan petani sebelum menerapkan varietas Indragiri.

(3)

RIWAYAT HIDUP

Ari Sukhaira, dilahirkan di Binjai pada tanggal 24 Januari 1987. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Sutarman dan Ibu Elida

Ariani.

Jenjang Pendidikan :

1. Tahun 1992 masuk SD Neg. No. 024768 Binjai dan tamat pada tahun 1998.

2. Tahun 1998 masuk SLTP Neg. 1 Binjai dan tamat pada tahun 2001.

3. Tahun 2001 masuk SMU Neg. 1 Binjai dan tamat pada tahun 2004.

4. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonopmi Pertanian Universitas

Sumatera Utara melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

5. Bulan Juni - Juli Tahun 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

di Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera

Utara.

6. Tahun 2009 melakukan penelitian skripsi di Desa Pematang Cengal Barat

Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa

Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Serikat Mahasiswa Muslim

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas berkat

rahmad, hidayahdan barokah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini “Evaluasi Penerapan Varietas Indragiri Pada

Penanaman Padi Pinggir Pantai (Desa Pematang Cengal Barat Kecamatan

Tanjung Pura Kabupaten Langkat”. Tujuan dari skripsi ini adalah sebagai salah

satu syaratuntuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis dengan ketulusan dan kerendahan hati

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir.Hj. Lily Fauzia, M.Si sebagai Ketua Komosi Pembimbing.

2. Bapak Ir.M.Jufri, M.Si sebagai Anggota Komosi Pembimbing.

3. Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi

Pertanian.

4. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS sebagai Sekertaris Departemen Sosial Ekonomi

Pertanian.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

6. Seluruh petani responden dan instansi yang terkait dalam penelitian ini yang

telah memberi data dan informasi bagi kelengkapan skripsi ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

serta rasa bangga memiliki orang tua tercinta ayahnda Sutarman dan Ibunda Elida

Ariani atas kasih sayang dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang

(5)

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabatku (Een, Fla, dan bebet)

serta kakak tersayangku (Kak Lina, kak rita, kak salma, kak siti, kak lita) dan

Lembah berduri Crew yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi,

dukungan serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 5

2.1 Tinjauan Pustaka ... 5

2.2 Landasan Teori ... 9

2.3 Kerangka Pemikiran ... 16

2.4 Hipotesis Penelitian ... 18

METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

3.2 Metode Penentuan Responden ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 23

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 25

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

4.1.1 Letak dan Luas Geografis ... 25

4.1.2 Tata Guna Lahan ... 25

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 26

4.1.4 Sarana dan Prasarana ... 28

4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

(7)

5.2 Dampak Faktor Sosial Petani Dalam Penerapan Varietas Indragiri Di Desa Pematang Cengal Barat Kecamatan Tanjung

Pura Kabupaten Langkat ... 33

5.3 Dampak Faktor Ekonomi Petani Dalam Penerapan Varietas Indragiri Di Desa Pematang Cengal Barat Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1 Kesimpulan ... 43

6.2 Saran ... 44

(8)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Distribusi Tata Penggunaan Lahan Tahun 2007 ... 26

2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Pematang Cengal Barat Tahun 2007 ... 26

3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2007 ... 27

4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku tahun 2007 ... 28

5. Sarana dan Prasarana Desa Tahun 2007 ... 29

6. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pematang Cengal Barat tahun 2009 ... 30

7. Faktor Sosial Kegiatan Penyuluhan Pertanian Sebelum dan Sesudah PenerapanVarietas Indragiri tahun 2009 ... 34

8. Faktor Sosial Kegiatan Bersama Sebelum dan Sesudah Penerapan Varietas Indragiri tahun 2009 ... 36

9. Faktor Ekonomi Meliputi Produksi, Pendapatan, dan Produktivitas Lahan Kegiatan Penyuluhan Pertanian sebelum dan Sesudah Penerapan Indragiri ... 37

10.Analisis dampak Produksi Petani Sebelum dan Sesudah Penerapan Indragiri ... 39

11.Analisis Dampak Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Melakukan Penerapan Indragiri ... 41

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Petani Sampel

2. Jawaban Untuk Mengukur Tingkat Sosial Sebelum Penerapan Varietas Indragiri

3. Skor Pengukuran Tingkat Sosial Sebelum Penerapan Varietas Indragiri 4. Jawaban Untuk Mengukur Tingkat Sosial Setelah Penerapan Varietas

Indragiri

5. Skor Untuk Mengukur Tingkat Sosial Setelah Penerapan Varietas Indragiri

(11)

ABSTRAK

ARI SUKHAIRA (040309014), dengan judul “Evaluasi Penerapan Varietas Indragiri Pada Penanaman Padi Pinggir Pantai (Desa Pematang Cengal Barat Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)”. Penelitian ini

dibimbing oleh Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, MSi dan Bapak Ir. M. Jufri, Msi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan penerapan Varietas Indragiri di daerah penelitian. Mengetahui bagaimana dampak penerapan varietas Indragiri terhadap faktor sosial (Kegiatan penyuluhan, kegiatan bersama dalam penerapan varietas Indragiri) di daerah penelitian. Mengetahui bagaimana dampak penerapan varietas Indragiri terhadap faktor ekonomi (Produksi, produktifitas lahan, dan pendapatan dalam penerapan varietas Indragiri) di daerah penelitian.

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu di Desa Pematang Cengal Barat Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dan metode penarikan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling yaitu sebanyak 30 petani yang telah menerapkan varietas Indragiri. Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu Analisis Deskriptif dan analisis uji t atau dengan alat bantu SPSS (Statistic Product and Service Solution).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan varietas Indragiri sesuai dengan pedoman tata laksana BPTP. Penerapan varietas Indragiri meningkatkan kegiatan penyuluhan dan kegiatan bersama di daerah penelitian. Pada faktor ekonomi (Produksi, produktifitas lahan, dan pendapatan) petani padi pada lahan yang menerapkan varietas Indragiri tidak berbeda signifikan dengan pendapatan petani sebelum menerapkan varietas Indragiri.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian adalah sektor terbear dalam hampir setiap ekonomi negara

berkembang. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya,

memberikan lapangan kerja bagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada,

menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi industri dan menjadi

sumber terbesar penerimaan devisa (Silitonga, 1996)

Sektor pertanian di Indonesia semakin dirasakan penting bagi bangsa

Indonesia, karena sektor ini mampu memasok pangan sehinga Indonesia menjadi

negara produsen padi dan mampu berswasembada padi sejak 1984. Disamping itu

sektorpertanian juga mampu menyediakan lapangan kerja, menyumbangan devisa

melalui bertambahnya ekspor serta mampu mendukung munculnya industri yang

berbahan baku pertanian. Oleh karena itu nilai sektor produk pertanian terus

bertambah walaupun kontribusinya secara relatif terhadap produk domestik bruto

(PDB) terus menurun (Soekartawi, 1994)

Prioritas utama pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan bagi

seluruh penduduk yang terus meningkat. Bila dikaitkan dengan keterjaminan

pangan ini menyiratkan pula perlunya pertumbuhan ekonomi disertai oleh

pemerataan sehinnga daya beli masyarakat meningkat dan distribusi pangan

merata. Permintaan akan komuditas pangan akan terus meningkat sesuai dengan

(13)

lain, upaya untuk meningkatkan pendapatan petani terus dilakukan agar mereka

tetap bergairah dalam meningkatkan produksi usaha taninya (BPTP, 1992)

Upaya peningkatan produksi tanaman pangan dihadapkan dalam berbagai

kendala dan masalah. Kekeringan dan banjir yang tidak jarang mengancam

produksi di beberapa daerah, penurunan produktifitas lahan pada sebagian areal

pertanaman, hama penyakit tanaman yang terus berkembang dan tingkat

kehilangan hasil pada saat dan setelah panen yang masih tinggi merupakan

masalah yang perlu dipecahkan. Kini dan kedepan, upaya peningkatan produksi

tanaman pangan perlu dikaitkan dengan efesiensi, daya saing produksi, dan

kelestarian lingkungan. Hal ini penting artinya dalam upaya peningkatan

pendapatan petani, ketahanan pangan, dan keberlanjutan usaha tani yang

merupakan isu sentral pembangunan pertanian (Suyamto, 2007)

Bagi Indonesia, pemenuhan pangan yang cukup ini merupakn pekerjaan

yang sangat besar. Dengan penduduk sekitar 206 juta jiwa tahun 2000 yang terus

tumbuh sekitar 1,49 persen per tahun, kebutuhan pangan akan terus meningkat.

Peningkatan produksi dan penyediaan pangan tersebut sedikitnya harus

mencukupi bagi tambahan penduduk, yang setahun mencapai sekitar tiga juta jiwa

(Suryana, 2003)

Untuk meningkatkan produksi beras, upaya yang dapat dilakukan antara

lain memperluas daerah pertanian di luar Jawa, Mengintensifir (intensifikasi)

usaha pertanian melalui pemupukan, seleksi benih unggul, dan memanfaatkan

lahan kering dan ladang, dengan pengembangan perhewahan ternak (integrasi

(14)

kualitas lahan yang subur dan topografi yang relatif landai (sawah) dengan unsur

klimatologi yang khas untuk setiap komoditi, sementara luasan lahan dengan

karakteristik seperti itu semakin terbatas jumlahnya (Sudiodiningrat, 2001)

Jutaan petani kecil di daerah tropis melakukan usaha taninya pada lahan

tadah hujan dalam lingkungan yang beragam rentan resiko. Dalam suatu

perjuangan yang terus menerus untuk bertahan hidup, masyarakat tani telah

mengembangkan cara yang tak terbatas untuk mendapatkan pangan dan serat dari

tanaman dan hewan. Suatu cakupan keragaman sistem pertanian telah

berkembang yang masing-masing disesuaikan dengan konduksi ekologis lokal dan

sangat terikat dengan budaya lokal. Suatu pandangan yang lebih dekat pada sistem

pertanian “tradisional” menunjukan bahwa mereka tidak statis. Mereka telah

berubah dari generasi ke generasi dan khususnya perubahan ini lebih cepat selama

dekade terakhir (Reijntjes dkk, 1999)

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan penerapan Varietas Indragiri di daerah

penelitian.

2. Bagaimana dampak penerapan Varietas Indragiri terhadap faktor sosial

(kegiatan penyuluhan pertanian, Kegiatan bersama dalam penerapan

Varietas Indragiri) di daerah penelitian.

3. Bagaimana dampak penerapan Varietas Indragiri terhadap faktor ekonomi

(15)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan penerapan Varietas

Indragiri di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui bagaimana dampak penerapan Varietas Indragiri

terhadap faktor sosial (kegiatan penyuluhan pertanian, Kegiatan bersama

dalam penerapan Varietas Indragiri) di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui bagaimana dampak penerapan Varietas Indragiri

terhadap faktor ekonomi (produksi, pendapatan, produktifitas lahan) di

daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi Balai Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Sumatera Utara, sebagai lembaga penyalur teknologi bagi

petani.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman padi dapat tumbuh dilahan pasang surut. Hanya saja padi yang

ditanaman dilahan ini haruslah yang toleran terhadap keadaan air yang asin

(saliniti). Hal ini disebabkan karena masuknya air laut ke lahan pertanian padi.

Pada dasarnya, padi adalah tanaman yang agak toleran (moderately toleran)

terhadap keasinan. Namun, tidak ada varietas padi yang bertahan terus menerus

dalam satu periode tumbuhan terhadap keasinan dan tidak ada padi yang ditanam

secara kering dilahan yang berkadar garam tinggi. Yang perlu diperhatikan adalah

respon tanaman padi terhadap keasinan selama priode tumbuh.

Tanpa disengaja petani yang menanam padi dilahan asin telah memiliki

varietas-varietas yang toleran terhadap keasinan secara alami. Pada tingkat

keasinan tertentu, tanaman padi akan lebih sensitif pada intensitas cahaya yang

lebih tinggi dan kelembapan yang relatif rendah. Tanaman padi lebih dapat

bertahan pada tingkat keasinan (salinitas) tertentu selama musim hujan dari pada

musim kemarau (Suparyono, 1997)

Varietas padi merupakan salah satu teknologi yang mampu meningkatkan

produktifitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas padi yang

telah dilepas pemerintah, kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan

(17)

merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini

mudan dan penggunaannya sangat praktis.

Dalam rangka usaha peningkatan produksi padi, pemerintah selalu

berupaya untuk mendapatkan jenis-jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik.

Jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik itu disebut dengan “padi jenis unggul”

atau disebut “varietas unggul”. Caranya dengan mengadakan

perkawinan-perkawinan silang antara jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik dengan jenis

padi lain yang juga mempunyai salah satu sifat baik pula, sehingga akan didapat

satu jenis padi yang mempunyai sifat yang paling baik atau unggul

(Sugeng, 2001)

Pilihan kebijakan teknologi yang utama di era reformasi ini adalah

pengembangan teknologi dibidan agribisnis. Usulan pemerintah menjadikan

agribisnis sebagai salah satu unggulan teknologi sangat tepat. Keunggulan

komperatif Indonesia (seperti sumber daya alam yang melimpah, jumlah tenaga

kerja yang besar, dan pasar yang besar) sebaiknya dijadikan basis untuk

pengembangan teknologi sesuai dengan kondisi sosial budaya Indonesia.

Pengembangan teknologi dibidang agribisnis diharapkan dapat berperan dalam :

1. Peningkatan produksi dan efisiensi.

2. Meningkatkan teknologi baru yang tepat guna dan tepat sasaran.

3. Memberi nilai tambah (value added) produk akhir.

(18)

Peningkatan produktifitas usaha tani tanaman padi sangat dibutuhkan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Dimana padi

merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Untuk itu Badan

Pengkajian Teknologi Pertanian menciptakan komponen teknologi PTT yaitu

pengelolaan tanaman terpadu yang terdiri dari varietas unggul, persemaian, bibit

muda, sistem tanam, pemupukan berimbang, penggunaan bahan organik,

pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. Kesinergisan komponen

PTT mampu meningkatkan produktifitas padi (Sembiring, 2001)

Budidaya padi dengan pendekatan PTT pada prinsipnya memadukan

berbagai komponen teknologi saling menunjang (sinergis) guna meningkatkan

efektifitas dan efisiensi usaha tani seperti selama ini telah dikembangkan dilahan

irigasi. Dilahan rawa pasang surut, kemajuan teknologi seperti perakitan varietas

baru, pengelolaan tata mikro, pengelolaan hara tanaman sesuai tipologi lahan,

peningkatan monitoring hama/penyakit, ameliorasi lahan yang disertai dengan

penerapan beberapa komponen teknologi lain yang saling menunjang diharapkan

dapat juga berhasil seperti halnya pendekatan pengembangan PTT dilahan irigasi.

Akan tetapi dilahan rawa pasang surut suatu perhatian khusus diperlukan karena

lahan ini terdiri dari beberapa tipologi lahan sehingga memerlukan penerapan

teknologi sfesifik lokasi dan tidak bisa disamaratakan (Suryana, 2007)

Komponen teknologi yang dapat di introduksikan dalam pengembangan

usaha tani melalui pendekatan PTT padi lahan pasang surut terdiri dari :

1. Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan,

(19)

2. Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi).

3. Jumlah bibit 2-3 batang per lubang dan tanam dengan sistem jajar legowo

2:1, 4:1, dan lainnya dengan populasi minimum 250.000 rumpun/Ha, atau

tanam dengan sistem tabela.

4. Pengelolaan tata air mikro dengan sistem tata air satu arah dengan saluran

keliling dan kemalir, pintu-pintu air (flapgate) masuk dan keluar serta

stoplong, saluran kemalir dibuat dengan interval 6-8 m yang disertai

caren-caren.

5. Mengaplikasi pupuk urea tabel/granul dengan dosis 200kg/Ha. Pemberian

pupuk N berdasarkan pembacaan BWD bisa merancu karena gejala

keracunan besi dan defisiensi hara N sukar dibedakan.

6. Pemberian pupuk P dan K didasarkan pada status hara tanah. Pemakaian

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau menggunaka petak omisi dilahan

pasang surut masih perlu penelitian yang lebih mendalam.

7. Ameloirasi lahan dengan mengaplikasi 1-2 t/ha kapur pertanian (kaptan)

atau dolomit.

8. Pengendalian gulma secara terpadu.

9. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).

10. Panen beregu dan pasca panen menggunakan alat perontok.

(Suryana, 2007)

Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi dan penelitian hasil

pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik

(feedback) guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Untuk keperluan ini

(20)

Kegiatan ini dibuat pada waktu rencana dilaksanakan. Dalam evaluasi atau

penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program

atau dampak dari suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana

keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program/proyek. Disamping

mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya

hal-hal positip maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat dihubungkan dengan

pengawasan. Dengan menentukan norma-norma atau kriteria mengenai hasil yang

harus dicapai, sekaligus pelaksana-pelaksana diawasi melalui norma-norma

tersebut (Reksopoetranto, 1992)

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efesiensi, efektifitas dan

dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Dengan

demikian kegiatan ini merupakan proses untuk memperbaiki dan

menyempurnakan aktifitas yang sedang berjalan. Evaluasi juga dimaksud untuk

membantu manajemen dalam merumuskan program dan pengambilan keputusan

(Suryana, 2007)

2.2 Landasan Teori

Lahan rawa pasang surut telah diusahakan sebagai usaha tani yang

berbasis padi, yang dikombinasikan dengan tanaman jeru, kelapa, dan tanaman

lainnya secara tradisional oleh petani Banjar dan Bugis di sepanjang pantai dan

tepian sungai Kalimantan dan Sumatera sejak ratusan tahun yang lalu. Luas lahan

pasang surut di Indonesia diperkirakan 24,7 juta Ha yang sebagian besar terdapat

di Sumatera, Kalimantan, dan Irianjaya. Dari total luas lahan pasang surut berikut

(21)

sudah direklamasi oleh penduduk setempat dan 1,8 juta ha direklamasi oleh

pemerintah.

Berdasarkan tipologinya, lahan rawa pasang surut dibedakan kedalam 4

tipe :

− Lahan potensial : lahan yang mempunyai kedalaman pirit (lapisan

beracun) pada kedalaman >50 cm di atas permukaan tanah, luasnya

diperkirakan sekitar 10%.

− Lahan sulfat masam : Lahan yang mempunyai lapisan parit pada

kedalaman 0-50 cm di atas permukaan tanah, luasnya sekitar 33%.

− Lahan gambut : Lahan yang mengandung lapisan gambut dengan

kedalaman yang sangat bervariasi , luasnya sekitar 5% dan

− Lahan salin : lahan yang mendapat intruksi air laut sehingga mengandung

garam dengan konsentrasi yang tingi, terutama pada musim kemarau,

luasnya sekitar 2% (Suryana, 2007)

Dalam usaha pemerintah meningkatkan produksi pertanian daerah pantai

mulai dimanfaatkan untuk tanaman padi, yang dimungkinkan berkat teknologi

pertanian yang sangat canggih. Di pilih varietas yang tahan sementara waktu pada

permulaan pertumbuhannya terhadap salinitas dan sampai pada tahap pengisian

butir-butir pdi sampai masa panen (Muljani, 1988)

Kendala dan masalah yang umum dihadapi petani di dalam usaha tani padi

(22)

a. Lahan potensial :

Masalah kesuburan tanah relatif kecil.

b. Lahan Sulfat masam :

− PH tanah sangat rendah (sangat masam).

− Keracunan besi (permukaan air di lahan adakalanya nampak

berwarna kecoklatan, berbau besi).

− Keracunan aluminium.

− Kadar hara P dan K.

c. Lahan gambut :

− Konsentrasi asam-asam organik tinggi.

− PH rendah.

− Kadar hara N, P, K, Si.

− Kadar hara mikro (Cu dan Zn).

d. Lahan salin :

− Konsentrasi garam (NaCl) di dalam tanah tinggi, terutama pada

musim kemarau (Suryana, 2007)

Varietas unggul baru (VUB) tanaman padi yang telah di lepas hingga

tahun 2006 lebih dari 190 varietas, dan sekitar 85% diantaranya adalah hasil

penelitian Badan Litbang Pertanian. Sekitar 90% lahan sawah irigasi di Indonesia

ditanami oleh sekitar 80 jenis varietas, namun jumlah VUB yang ditanam dalam

luasan lebih dari 10.000 hektar per musim hanya sekitar 31 varietas. Sebelas

varietas diantaranya merupakan varietas yang dilepas pada tahun 2002-2003.

Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab kurang berkembangnya VUB

(23)

daerah petani belum mengenal VUB yang dilepas tiga tahun terakhir. Salah satu

strategi diseminasi untuk mempercepat adopsi inovasi teknologi VUB oleh petani

adalah komersialisasi benih bermutu VUB. Data distribusi benih menunjukan

bahwa ketersediaan volume benih bernutu yang cukup dari varietas IR64,

Ciherang dan Ciliwung menjadikan varietas tersebut paling tinggi tingkat

komersialisasinya yang diukur dengan volume permintaan benih yang dapat

disertakan dengan luas arel pertanaman, luas penyebaran varietas dan kontinuitas

permintaan yang dapat disertakan dengan umur pengguna varietas.

Penggunaan benih bermutu varietas unggul adalah salah satu penentu

untuk keberhasilan budidaya tanaman. Melalui penggunaan benih varietas unggul

dan teknik budidaya yang sesuai diharapkan produksi padi tradisional dapat

meningkat

(Suprihatno, 2008)

Varietas Indragiri dengan nomor seleksi B7952F-KN-18-2, berasal dari

persilangan B6256-MR-3-5P/Barumun/Rojolele/IR68 termasuk kepada golongan

cere dengan bentuk tegak dan tinggi tanaman 100 cm serta memiliki anakan

produktif sebanyak 15-20 batang dan dilepas pada 25 februsri 2000 dengan No.

(24)

Adapun ciri-ciri lain dari varietas Indragiri adalah sebagai berikut :

Sumber : Situmorang, dkk 2004

Varietas Indragiri tahan terhadap rebah, terhadap hama wereng coklat

populasi IR42 (biotipe 2) serta tahan terhadap penyakit blast dan tahan terhadap

hawar daun bakteri strain 3. Varietas Indragiri ini juga toleran terhadap keracunan

Fe dan Al. Baik ditanam pada lahan potensial, gambut, dan sulfat masam

(25)

Dampak dalam arti sederhana merupakan manfaat yang paling akhir.

Beberapa penulis mereflesikan dampak sebagai outcomes dan manfaat suatu

program. Evaluasi program yang baik, diperlukan langkah yang sistematis, terarah

dan konsisten. Program yang telah selesai dilaksanakan perlu dievaluasi untuk

mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan itu sudah tepat. Evaluasi

program bertujuan : (a) mempertanggung jawabkan keberhasilan program kepada

masyarakat atau instansi yang membiayai program yang bersangkutan, dan (b)

keberhasilan maupun ketidakberhasilan program ini selanjutnya dapat digunakan

untuk pengambilan keputusan oleh mereka yang berwenang (Kunarjo, 2002)

Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasipola pertanian

tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani

dalam meningkatkan produktifitasnya saja, akan tetapi yang lebih penting lagi

semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan

kondisikelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus

dihadapi petani (Torado, 1998)

Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, maka petani harus mampu

mengelola faktor-faktor produksi tersebut secara efisien. Faktor produksi yang

dimaksud adalah tanah, modal, tenaga kerja, dan sarana produksi. Permasalahan

yang dihadapi petani adalah kemampuan petani dalam menguasai suatu teknologi

baru.

Tujuan dari suatu penerapan teknologi dalam usaha tani adalah untuk

mencapai produktifitas pertanian yang lebih tinggi. Hasil yang diperoleh akan

(26)

atau diperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan usaha tani atau

pendapatannya akan mendorong petani dapat mengalokasikan kebutuhan seperti

biaya produksi priode selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lainnya untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan

efesien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya

yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efesien bila

pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi

masukan (input).

Efisiensi usaha tani dapat diukur dengan cara menghitung efesiensi teknis,

efesiensi harga dan efisiensi ekonomis. Ketiga macam efisiensi ini penting untuk

diketahui dan diraih oleh petani bila ia menginginkan keuntungan yang

sebesar-besarnya, umumnya petani tidak mempunyai catatan usaha tani (farm recording),

sehingga sulit bagi petani untuk melakukan usaha taninya. Petani hanya

(27)

2.3 Kerangka Pemikiran

Usaha tani padi sawah banyak diusahakan pada kualitas lahan yang subur

dan topografi yang relatif landai (sawah) dengan unsur klimatologi yang khas

pada umumnya.

Namun dengan sejalan perkembangan teknologi dilakukan pengujian

varietas unggul yakni varietas Indragiri yang toleran terhadap keasinan tanah di

daerah pinggir pantai.

Maka dilakukan kegiatan evaluasi terhadap proses pelaksanaan penerapan

varietas Indragiri dan faktor-faktor sosial ekonomi yang menilai relevansi,

efisiensi, efektivitas pada petani yang melaksanakan program penerapan varietas

Indragiri secara keseluruhan melalui berbagai variabel-variabel yang telah

ditentukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, untuk

kemudian dibandingkan hasilnya dengan sebelum petani melaksanakan penerapan

(28)

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

(29)

2.4 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penerapan varietas Indragiri di daerah penelitian sesuai

dengan pedoman tata laksana penerapan teknologi BPTP.

2. a. Penerapan varietas Indragiri meningkatkan kegiatan penyuluhan

pertanian di daerah penelitian.

b. Penerapan varietas Indragiri meningkatkan kegiatan bersama di daerah

penelitian.

3. a. Produksi padi pada lahan yang menerapkan varietas Indragiri lebih

besar dibandingkan sebelum menerapkan varietas Indragiri.

b. Pendapatan petani padi yang menerapkan varietas Indragiri lebih besar

dibandingkan sebelum me nerapkan varietas Indragiri.

c. Produktifitas lahan petani padi yang menerapkan varietas Indragiri

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja).

Penelitian ini dilakukan di Desa Pematang Cengal Barat, Kecamatan Tanjung

Pura Kabupaten Langkat pada tahun 2009. Adapun alasan penentuan daerah

penelitian ini adalah karena di Desa Pematang Cengal Barat, Kecamatan Tanjung

Pura Kabupaten Langkat adalah daerah pinggir pantai yang telah melakukan uji

tanam padi varietas unggul yakni varietas Indragiri oleh Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Sumatera Utara.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode Simple

Random Sampling (penerikan sampel acak sederhana) dari setiap kategori, dimana

setiap petani mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Dari 50 petani yang menerapkan varietas Indragiri dipilih 30 petani sampel.

Menurut Wirartha untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan

statistik, ukuran sampel paling kecil 30.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data skunder. Data primer yang akan dikumpulkan adalah data yang diperoleh

(31)

kuisioner, sedangkan data skunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait

dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisa Data

Hipotesis 1, dianalisis secara deskriptif dengan cara menjelaskan

pelaksanaan penerapan Indragiri di daerah penelitian.

Hipotesis 2, faktor sosial dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi

sederhana yang menjelaskan materi dan frekuensi yang diikuti petani (kegiatan

penyuluhan pertanian dan kegiatan bersama dalam penerapan varietas Indragiri).

Hipotesis 3, faktor ekonomi (produksi, pendapatan dan produktifitas

lahan) dianalisis dengan :

• Produksi dianalisis dengan menghitung hasil usaha tani padi yang didapat

petani dalam satu kali masa tanam (satu tahun).

TRi = Yi . Py

Dimana : TR = total penerimaan

Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani

Py = harga Y

Biaya usaha tani adalah semua pengeluaran yang diperguakan dalam suatu usaha

tani

TC = FC + VC

Dimana : FC = biaya tetap

(32)

PXi = harga input

n = macam input

VC = biaya tidak tetap (Soekartawi, 1995)

• Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran.

Pendapatan dianalisis dengan metode penghitung :

Pd = TR – TC

Dimana :

Pd = pedapatan

TR = total penerimaan

TC = total biaya

Untuk hipotesis 3, digunakan penghitungan statistik dengan analisis uji t,

yakni sebagai berikut :

(33)

n1 = Besar sampel 1

n2 = Besar sampel 2

Sx1-x2 = Standard error dari beda

N = populasi

Dengan kriteria uji hipotesis :

2

• Rumus Produktivitas lahan

produktivitas lahan =

Luaslahan oduksi Pr

atau dengan alat bantu SPSS (statistic Product and service solution)

dengan kriteria uji sbb :

(34)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam

penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

Defenisi

• Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efisiensi, efektifitas dan

dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan.

• Hasil akhir atau output dari proses pengolahan usaha tani.

• Dampak dalam arti yang sederhana merupakan manfaat yang paling akhir

atau sebagai outcomes dan manfaat suatu program.

• Padi varietas Indragiri adalah varietas dengan nomor seleksi

B7952F-KN-18-2, berasal dari persilangan B6256-MR-3-5P/Barumun/Rojolele/IR68.

• Pendapatan adalah hasil pengurangan antara total penerimaan yang

diperoleh dari hasil produksi usaha tani dikurangi total biaya yang telah

dikorbankan untuk produksi usaha tani tersebut.

• Salinitas adalah salah satu cekaman abiotik yang sangat mempengaruhi

produktivitas dan kualitas tanaman.

• Produktivitas lahan adalah merupakan perbandingan antara produksi

dengan luas lahan.

Batasan Operasional

• Penelitian ini dilakukan tahun 2009 di Desa Pematang Cengal Barat,

(35)

• Sampel adalah petani sebelum menerapkan varietas Indragiri dan petani

sesudah menerapkan varietas Indragiri pada usaha tani padi mereka.

• Dampak diukur dari saat petani belum menerapkan varietas Indragiri dan

setelah menerapkan varietas Indragiri.

• Pelaksanaan penerapan varietas Indragiri di daerah penelitian sesuai

dengan buku pedoman tata laksana penerapan teknologi yang dikeluarkan

oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sumatera Utara tahun 2003.

• Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait di

daerah penelitian kepada petani, dilihat dari awal pengenalan varietas

sampai penerapan varietas oleh petani.

• Kegiatan bersama dalam penerapan varietas Indragiri yang dilakukan oleh

pihak-pihak terkait di daerah penelitian kepada petani, dilihat dari awal

(36)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, DAN KARAKTERISTIK PETANI

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak dan Luas Geografis

Desa Pematang Cengal Barat terletak di Kecamatan Tanjung Pura

Kabupaten Langkat. Desa Pematang Cengal Barat terletak 12 Km dari Ibukota

Kecamatan Tanjung Pura, 32 Km dari Ibukota Kabupaten Langkat, dan 64 Km

dari Ibukota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Desa ini merupakan daerah

pantai/pesisir dengan luas wilayah 900 hektar. Secara administratif mempunyai

batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulau Banyak

• Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Baja Kuning

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pematang Cengal

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baja Kuning

4.1.2. Tata Guna Lahan

Desa Pematang Cengal Barat mempunyai luas lahan 900 ha. Penggunaan

lahan palin luas adalah untuk persawahan, selain itu juga digunakan sebagai

tempat pemukiman dan lahan tambak. Berikut penjelasannya pada tabel dibawah

(37)

Tabel 1. Distribusi Tata Penggunaan Lahan Tahun 2007 No

Jenis Penggunaan Lahan

Luas Areal (Ha)

Total Dusun

I

Dusun II

Dusun III

Dusun IV

Dusun V

Dusun VI

1. Permukiman 30 50 50 70 60 60 320

2. Sawah 70 50 100 130 90 138 578

3. Tambak - - - 2 2

Sumber : Kepala Desa Pematang Cengal Barat, 2007

Dari tabel 1, dapat diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak

digunakan untuk pertanian yaitu sawah sebesar 578 hektar.

4.1.3. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Pematang Cengal Barat Tahun 2009 adalah terdiri

dari 1.753 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 426 KK. Berikut ini dijelaskan

pada tabel 5, dimana jumlah penduduk dibagi berdasarkan jenis kelamin per

(38)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Pematang Cengal Barat Tahun 2007

Dusun Jumlah Jiwa Jumlah KK Laki-laki Perempuan

I

Sumber : Kepala Desa Pematang Cengal Barat, 2007

Dari tabel 2, diketahui bahwa penduduk terbanyak di dusun II yaitu 343

jiwa. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin penduduk yang mendominasi adalah

laki-laki yaitu 877 jiwa.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1.

(39)

Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa penduduk Desa Pematang Cengal

Barat mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 325 orang,

dan bermata pencaharian terbanyak kedua yaitu sebagai nelayan dengan jumlah

sebanyak 151 orang.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Tahun 2007

No Suku

Sumber : Kepala Desa Pematang Cengal Barat, 2007

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Pematang

Cengal Barat adalah suku Jawa dengan jumlah 794 Jiwa. Kemudian suku

terbanyak kedua setelahnya adalah Melayu yaitu sebanyak 777 Jiwa.

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Berikut dijelaskan dalam Tabel 5. Sarana dan prasarana yang menunjang

(40)

Tabel 5. Sarana dan Prasarana Desa Pada Tahun 2007

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1.

Sumber : Kepala Desa Pematang Cengal Barat, 2007

Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMU masyarakat Desa

Pematang Cengal Barat harus pergi ke Ibukota Kecamatan yaitu Tanjung Pura

dengan jarak tempuh 12 km, maupun Ibukota Kabupaten yaitu Stabat dengan jarak

tempuh 32 km.

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah petani yang sebelum dan setelah

menerapkan Varietas Indragiri. Kedua kelompok petani ini merupakan masyarakat

dalam satu desa yang sama yaitu Desa Pematang Cengal Barat yang terbagi dalam

tiga kelompok tani.

Karakteristik petani sampel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan,

luas lahan, pengalaman bertani, jenis kelamin, kepemilikan lahan. Dapat dilihat

(41)

Tabel 6. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pematang Cengal Barat 2009 No Karakteristik Petani Petani Padi Sawah

Range Rataan

1. Umur 22-75 41

2. Tingkat Pendidikan 0-12 6

3. Lama Bertani 5-45 20

4. Jumlah Tanggungan 1 - 4 3

Sumber: analisis Data Primer, 2009

Dari Tabel 6. Dapat dilihat bahwa umur petani berkisar antara 22-75 tahun

dengan rataan 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani berada pada

usia produktif.

Tingkat pendidikan petani berkisar antara 0-12 Tahun dengan rataan 6

tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan petani masih rendah yaitu tamatan

SD.

Jumlah tanggungan petani berkisar antara 1-4 orang dengan rataan 3 orang.

Hal ini menjelaskan bahwa jumlah tanggungan petani sampel relatif sedikit.

Lama bertani petani berkisar antara 5-45 tahun dengan rataan 20 tahun. Hal

ini menunjukkan bahwa petani sampel telah cukup lama berusahatani padi sawah,

(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani terhadap petani padi di Desa

Pematang Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat, dari 50 kk

petani yang menerapkan varietas indragiri dipilih 30 kk petani sampel.

Kegiatan evaluasi dilakukan terhadap proses pelaksanaan penerapan

varietas Indragiri dan faktor-faktor sosial ekonomi secara keseluruhan melalui

berbagai variabel–variabel yang telah ditentukan dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan, untuk kemudian dibandingkan hasilnya dengan sebelum

petani melaksanakan penerapan varietas Indragiri di Desa Pematang Cengal

Barat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

5.1 Pelaksanaan Penerapan Varietas Indragiri

Varietas indragiri telah dikenal oleh UPT Balai pengawasan dan sertifikasi

benih Dinas Pertanian Sumatera Utara pada tahun 2004. Oleh para petani varietas

Indragiri untuk pertama kali uji coba di lahan mereka pada Juni 2007.

Penerapan varietas Indragiri di dasarkan atas anjuran Badan Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Desa Pematang Cengal

Barat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dipilih oleh BPPTP sebagai

desa percobaan pengujian teknologi pertanian karena areal sawahnya dekat

dengan pantai dan merupakan daerah pasang surut air laut.

BPPTP pada awal penerapan melakukan penanaman dengan sistem tanam

(43)

melakukan percobaan langsung pada petak percobaan. Selanjutnya dilakukan

kegiatan penyuluhan pertanian secara bertahap dan berkesinambungan untuk

peningkatan penerapan teknologi benih baru varietas Indragiri di Desa Pematang

Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

Pada pelaksanaan penerapan varietas Indragiri di daerah penelitian,

BPPTP menganjurkan melakukan penanaman dengan sistem tanam legowo,

namun kenyataan dilapangan dalam melakukan usaha taninya petani

menggunakan sistem tanam tegel. Menurut hasil penelitian dilapangan, hal ini

disebabkan karena petani sudah terbiasa melakukan dengan sistem tanam tegel

yang dalam setiap pelaksanaanya dilakukan dengan cara yang turun-temurun, dan

dalam setiap kegiatan dilakukan dengan cara yang masih sederhana.

Beberapa pelaksanaan berikutnya yang dilakukan untuk menunjang

pengembangan penerapan uji variaetas unggul yakni varietas Indragiri di lahan

pantai daerah pasang surut di daerah penelitian yang diberikan BPPTP, adalah :

1. Sekolah lapang di awal pengenalan varietas

2. Penyedian bibit unggul dan penyediaan pupuk bersubsidi

3. Melakukan kunjungan untuk pembinaan dan bantuan pemeliharaan

perkembangan variaetas unggul indragiri seperti memberikan

racun dan obat-obatan untuk pemberantasan hama dan penyakit.

Berdasarkan pedoman pelaksanaan penerapan paket teknologi BPPTP

agar pemanfaatan dan pendayagunaan paket teknologi pertanian dapat mencapai

sasaran, maka prosedur penerapan paket teknologi tersebut dilakukan sebagai

(44)

1. Dinas daerah lingkup pertanian, menyusun petunjuk teknis

pelaksanaan penerapan paket teknologi pertanian dan

menyampaikannya kepada BPP.

2. PPL yang berada di BPP menggunakan paket teknologi pertanian

yang telah direkomendasikan menjadi materi penyuluhan.

3. Materi penyuluhan tersebut diperbanyak dan disebarluaskan oleh

BPP dalam bentuk bahasa yang sesuai dengan kondisi setempat

serta disampaikan kepada kelompok tani (KT) – nelayan untuk

diterapkan.

4. Penyebarluasan paket teknologi pertanian dilakukan melalui

kegiatan penyuluhan, antara lain melakukan kegiatan demontrasi,

kaji terap teknologi anjuran di tingkat usaha tani, dan bimbingan

penyerapan teknologi anjuran kepada petani melalui temu lapang,

petak percobaan dsb.

5. Sistem kerja LAKUSUSI adalah jalur terbaik dalam rangka

diseminasi paket teknologi pertanian spesifik lokasi kepada para

petani, baik dalam latihan maupun supervisinya, (BPPTP, 2003).

5.2 Dampak Faktor Sosial Petani dalam Penerapan Varietas Indragiri di Desa Pematang Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Faktor sosial petani dalam penerapan varietas indragiri di Desa Pematang,

Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat meliputi Kegiataan

(45)

sesudah petani melakukan penerapan varietas Indragiri tersebut. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Faktor Sosial Kegiataan Penyuluhan Pertanian Sebelum dan Sesudah Penerapan Varietas Indragiri tahun 2009

SEBELUM SESUDAH

N o

Kegiatan Penyuluhan

Materi Frekuensi N

o

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 2.

Sebelum adanya penerapan varietas indragiri kegiataan penyuluhan

pertanian meliputi kunjungan usaha tani dengan materi pemberian pupuk dan

(46)

hama terpadu dengan materi menganjurkan pemakain pestisida sesuai dosis

dimana frekuensi kegiatan adalah 2.

Sementara sesudah adanya penerapan varietas indragiri kegiataan

penyuluhan pertanian meliputi kunjungan usaha tani dengan materi pemberian

pupuk dan pemberian dosis dimana frekuensi kegiatan adalah 2, kegiatan

pengendalian hama terpadu dengan materi menganjurkan pemakain pestisida

sesuai dosis dimana frekuensi kegiatan adalah 2, sekolah lapang dengan materi

pengenalan varietas dimana frekuensi kegiatan adalah 1, demonstrasi plot dengan

materi perbandingan dengan varietas lain dimana frekuensi kegiatan adalah 4, dan

diskusi kelompok dengan materi pemberatasan hama dan penggunaan pupuk

dimana frekuensi kegiatan adalah 2, dengan jumlah frekuensi pertemuan lima kali

per masa tanam sebelum menerapkan varietas Indragiri dan tujuh kali frekuensi

pertemuan per masa tanam setelah menerapkan varietas Indragiri.

Dari tabel 7 diatas, dapat diketahui bahwa setelah menerapkan Varietas

Indragiri materi kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Pematang Cengal Barat

Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat meningkat begitu juga dengan

frekuensi pertemuan petani meningkat.

Selain kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Pematang Cengal Barat,

Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat ada beberapa kegiatan bersama

yang diikuti para petani dari mulai penanaman hingga panen, seperti tabel

(47)

Tabel 8. Faktor Sosial Kegiataan Bersama Sebelum dan Sesudah Penerapan Varietas Indragiri tahun 2009

SEBELUM SESUDAH

N O

Kegiatan Bersama Frekuensi N

O

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 2.

Sebelum adanya penerapan varietas indragiri kegiataan bersama meliputi

persemaian dimana frekuensi kegiatan adalah 2, penanaman dimana frekuensi

kegiatan adalah 2, pemupukan dimana frekuensi kegiatan adalah 2, pemanenan

dimana frekuensi kegiatan adalah 2, dan gotong-royong dimana frekuensi

kegiatan adalah 2.

Sementara sesudah adanya penerapan varietas indragiri kegiataan bersama

meliputi pengenalan varietas dimana frekuensi kegiatan adalah 3, persemaian

dimana frekuensi kegiatan adalah 3, pengenalan sistem tanam dimana frekuensi

kegiatan adalah 2, pengendalian hama dan penyakit persemaian dimana frekuensi

(48)

dimana frekuensi kegiatan adalah 2, dan gotong-royong dimana frekuensi

kegiatan adalah 2, dengan jumlah frekuensi pertemuan sepuluh kali per masa

tanam sebelum menerapkan varietas Indragiri dan enam belas frekuensi

pertemuan per masa tanam setelah menerapkan varietas Indragiri.

Dari tabel 8 diatas, dapat diketahui bahwa setelah menerapkan Varietas

Indragiri kegiatan bersama dan frekuensi pertemuan di Desa Pematang Cengal

Barat Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat meningkat.

5.3 Dampak Faktor Ekonomi Petani dalam Penerapan Varietas Indragiri di Desa Pematang Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Faktor ekonomi petani dalam penerapan varietas indragiri di Desa

Pematang, Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat yang

diukur antara lain produksi rata-rata, pendapatan rata-rata dan produktivitas lahan

rata-rata petani dilihat dari sebelum dan sesudah melakukan penerapan varietas

Indragiri tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Faktor Ekonomi Meliputi : Produksi, Pendapatan, dan

Produktivitas Lahan Kegiataan Penyuluhan Pertanian Sebelum dan Sesudah Penerapan Varietas Indragiri

NO Faktor Ekonomi

(rata – rata)

Satuan Sebelum Sesudah

1. Produksi Kg 4325.67 4202.33

2. Produktivitas Lahan Kg/Ha 7308.029101 7275.555556

3. Penerimaan Rp 17758325 14551111

4. Biaya Rp 4349932 4484894

5. Pendapatan Rp 13408393 10066217

(49)

Dari Tabel 9 memperlihatkan bahwa produksi rata-rata sebelum melakukan

penerapan varietas Indragiri adalah sebesar 4325.67 kg dan produksi rata-rata

sesudah melakukan penerapan varietas Indragiri adalah sebesar 4202.33kg.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa produksi rata-rata sebelum melakukan

penerapan varietas Indragiri lebih tinggi dari pada produksi rata-rata sesudah

melakukan penerapan varietas Indragiri.

Diperoleh bahwa produktivitas lahan rata-rata sebelum melakukan

penerapan varietas Indragiri adalah sebesar 7308.029101 kg/ha dan produktivitas

lahan rata-rata sesudah melakukan penerapan varietas Indragiri adalah sebesar

7275.555556 kg/ha. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa produktivitas

lahan rata-rata sebelum melakukan penerapan varietas Indragiri lebih tinggi dari

pada produktivitas lahan rata-rata sesudah melakukan penerapan varietas Indragiri.

Diperoleh bahwa penerimaan rata-rata sebelum melakukan penerapan

varietas Indragiri adalah sebesar Rp. 17.758.325 dan penerimaan rata-rata sesudah

melakukan penerapan varietas Indragiri adalah sebesar Rp 14.551.111 Sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa penerimaan rata-rata sebelum melakukan

penerapan varietas Indragiri lebih tinggi dari pada penerimaan rata-rata sesudah

melakukan penerapan varietas Indragiri.

Diperoleh bahwa biaya rata-rata sebelum melakukan penerapan varietas

Indragiri adalah sebesar Rp. 4.349.932 dan biaya rata-rata sesudah melakukan

penerapan varietas Indragiri adalah sebesar Rp 4.484.894 Sehingga dapat diambil

(50)

lebih rendah dari pada biaya rata-rata sesudah melakukan penerapan varietas

Indragiri.

Selanjutnya perhitungan nilai pendapatan rata-rata, dimana pendapatan

rata-rata sebelum melakukan penerapan varietas Indragiri adalah sebesar

Rp. 13.408.393 dan pendapatan rata-rata sesudah melakukan penerapan varietas

Indragiri adalah sebesar Rp. 10.066.217 Sehingga dapat diambil kesimpulan

bahwa pendapatan rata-rata sebelum melakukan penerapan varietas Indragiri lebih

tinggi dari pada pendapatan rata-rata sesudah melakukan penerapan varietas

Indragiri.

Selanjutnya untuk pengukuran dampak faktor ekonomi petani sebelum dan

sesudah melakukan penerapan varietas Indragiri digunakan analisis uji beda

rata-rata (Paired t-test Sample). Maka hasil SPSS (Statistical Product and Service

Solusion) nya dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 10. Analisis Dampak Produksi Petani Sebelum dan Sesudah Melakukan Penerapan Varietas Indragiri

(51)

didapat bahwa nilai signifikan sebesar 0.371. Dari hasil uji statistika ini berarti

dapat dinyatakan H0 diterima dan H1

Dalam sebuah teori (Suryana, 2007) bahwa budidaya padi dengan

pendekatan PTT pada prinsipnya memadukan berbagai komponen teknologi saling

menunjang (sinergis) guna meningkatkan efektifitas dan efesiensi usaha tani

seperti selama ini telah dikembangkan dilahan irigasi. Di lahan rawa pasang surut,

kemajuan teknologi seperti perakitan varietas baru, pengelolaan tata mikro,

pengelolaan hara tanaman sesuai tipologi lahan, peningkatan monitoring

hama/penyakit, ameliorasi lahan yang disertai dengan penerapan beberapa ditolak. Hal ini berarti bahwa produksi padi

pada lahan yang menerapkan varietas indragiri tidak berbeda signifikan dengan

produksi petani pada lahan sebelum menerapkan varietas indragiri sehinnga

disimpulkan bahwa tidak terjadi dampak peningkatan produksi karena penerapan

varietas indragiri di lahan petani.

Hal ini cukup beralasan, karena seharusnya penerapan varietas indragiri

haruslah sejalan diterapkan dengan penerapan komponen PTT. Dimana tidak

hanya penerapan bibit unggul namun harus juga memperhatikan hal-hal lain

seperti pembenihan yang bermutu, jumlah bibit, penanaman dengan sistem

legowo, pengelolahan tata air, mengaplikasikan pupuk, ameloirasi lahan

(pengapuran), pengendalian gulma dan hama penyakit, serta panen beegu dan

pasca panen.

Petani padi di daerah penelitian sudah menerapkan varietas unggul dan

pembenihan yang bermutu, namun banyak komponen PTT lain yang masih belum

(52)

komponen teknologi lain yang saling menunjang diharapkan dapat juga berhasil

seperti halnya pendekatan pengembangan PTT di lahan irigasi. Akan tetapi di

lahan rawa pasang surut suatu perhatian khusus diperlukan karena lahan ini terdiri

dari beberapa tipologi lahan ini terdiri beberapa tipologi lahan sehingga

memerlukan penerapan teknologi spesifik lokasi dan tidak bisa disamaratakan.

Tabel 11. Analisis Dampak Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Melakukan Penerapan Varietas Indragiri

1,699. Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. . Dimana dari hasil analisis juga

didapat bahwa nilai signifikan sebesar 0.70. Dari hasil uji statistika ini berarti

dapat dinyatakan H0 diterima dan H1

Kenyataan yang terjadi di daerah penelitian selain produksi setelah

penerapan varietas indragiri rendah bahwa harga jual padi dengan varietas ditolak. Hal ini berarti bahwa pendapatan

petani padi pada lahan yang menerapkan varietas indragiri tidak berbeda

signifikan dengan pendapatan petani pada lahan sebelum menerapkan varietas

indragiri sehinnga disimpulkan bahwa tidak terjadi dampak peningkatan

(53)

indragiri juga lebih murah dari padi varietas sebelumnya ditanam (varietas

ciherang, varietas cibogo,dll).

Soekartawi (1995), mengatakan bahwa pendapatan sangat dipengaruhi oleh

banyaknya produksi yang dijual oleh petani sendiri sehingga semakin banyak

jumlah produksi maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.

Alasan mengapa harga jual padi dengan varietas indragiri lebih murah

dikarenakan bulir padi varietas indragiri tidak seperti padi biasa (varietas ciherang,

varietas cibogo,dll). Bentuk padi varietas indragiri seperti berbentuk oval pendek

dan kurang menarik. Sementara masyarakat lebih menggemari padi biasa (varietas

ciherang, varietas cibogo,dll) dengan bentuk lonjong runcing. Restoran dan kedai

nasi juga menolak mengelola padi varietas indragiri karena penampilan yang

kurang menarik setelah dimasak..

Tabel 12. Analisis Dampak Produktifitas Lahan Petani Sebelum dan Sesudah Melakukan Penerapan Varietas Indragiri

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 8.

Pada Tabel 12 dinyatakan bahwa hasil analisis thitung = 0.079 serta ttabel =

1,699. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. . Dimana dari hasil analisis juga

(54)

dapat dinyatakan H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa produktifitas

lahan padi pada lahan yang menerapkan varietas indragiri tidak berbeda signifikan

dengan produktifitas lahan petani pada lahan sebelum menerapkan varietas

indragiri sehinnga disimpulkan bahwa tidak terjadi dampak peningkatan

produktifitas lahan petani karena penerapan varietas indragiri di lahan petani.

Jelas sekali tidak terjadi peningkatan produktifitas lahan petani padi

varietas indragiri karena dari faktor produksinya sendiri pada saat penerapan

varietas juga tidak terjadi peningkatan.

Produktivitas lahan adalah merupakan perbandingan antara produksi

dengan luas lahan. Soekartawi (1989), mengatakan bahwa luas lahan pertanian

akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya

suatu usaha pertanian. Makin luas lahan pertanian maka lahan semakin tidak

efisien, karena pemikiran untuk mengupayakan lahan secara efisien semakin

berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap

pemakaian faktor produksi semakin baik sehingga lebih efisien. Meskipun

demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak

(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

• Pelaksanaan penerapan varietas Indragiri di Desa Pematang Cengal Barat,

Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat telah sesuai dengan

pedoman tata laksana penerapan teknologi BPTP.

• Penerapan varietas Indragiri di Desa Pematang Cengal Barat, Kecamatan

Tanjung Pura Kabupaten Langkat meningkatkan kegiatan penyuluhan

pertanian.

• Penerapan varietas Indragiri di Desa Pematang Cengal Barat, Kecamatan

Tanjung Pura Kabupaten Langkat meningkatkan kegiatan bersama dan

frekuensi pertemuan.

• Produksi padi pada lahan yang menerapkan varietas Indragiri tidak

berbeda signifikan dengan Produksi petani padi pada lahan sebelum

menerapkan varietas Indragiri.

• Pendapatan petani yang menerapkan varietas Indragiri tidak berbeda

signifikan dengan pendapatan petani sebelum menerapkan varietas

Indragiri.

• Produktivitas lahan yang menerapkan varietas Indragiri tidak berbeda

signifikan dengan Produktivitas lahan petani padi pada lahan sebelum

(56)

6.2Saran

• Kepada BPTP, selaku penyalur paket teknologi sebaiknya terus memonitor

dan mengevaluasi penerapan varietas yang telah di ujikan dan di adopsi

petani, dan juga membantu petani dalam mengefesiensikan penggunaan

biaya-biaya input untuk meningkatkan pendapatan petani.

• Kepada petani, selain telah melaksanakan penerapan varietas Indragiri

juga diharapkan mampu menerapkan dan melaksanakan komponen PTT

secara optimal sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.

• Kepada Pemerintah, diharapkan mampu menciptakan varietas baru lagi

yang lebih tepat guna dan tepat sasaran serta memiliki nilai jual yang

tinggi.

• Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan meneliti faktor sosial ekonomi

lainnya yang turut mempengaruhi sikap petani terhadap penerapan

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan pengembangan Teknologi, 1992. Lima Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gaya Teknik Offiset. Bogor

Kunarjo., 2002. Perencanaan Dan Pengendalian Program Pembangunan. UI-Press.

Jakarta

Muljani. S. Ir.,1988. Budidaya Tanaman Padi di Lahan Rawa Pasang Surut. Bina Aksara. Jakarta

Nazir. M, 1988. Metode Penelitian Ghalia Indonesia. jakarta

Reijntjes. C.dkk., 1999. Pertanian Masa Depan. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Reksopoetranto. S., 1992. Manajemen Proyek Pembangunan. FE Univresitas Indonesia. Jakarta

Sa’id. G. E. dkk.,2001. Manajemen Teknologi Agrobisnis. Ghalia Indonesia. Bogor.

Sembiring. H., 2001. Komoditas Unggulan Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. Sumatera Utara.

___________.,2007. Adaptasi Varietas Padi Pada Tanah Yang Terkena Tsunami.

Silitonga, C.,1996.Perkembangan Ekonomi Pertanian Nasional 1969-1995.PERHEPI. Jakarta

Situmorang dkk., 2004. Deskripsi Varietas (Padi, Jagung, Kacang Kedelai, Kavang tanah dan Kacang hijau) yang dapat Disertifikasi. UPT. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV. Dinas Pertanian. Sumatera Utara. Sudiodiningrat, G., 2001. Menuju Swasembada Pangan, RBI, Jakarta

Soekartawi, Dr., 1994. Pembangunan Pertanian . Grafindo Persada. Jakarta __________., 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press, Jakarta.

Sugeng, HR., 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang

Suparyono, Dr, Ir., 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Penebar Swadaya. Jakarta

Suprihatno, B., 2008. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPPP). Jakarta. Suryana, A., 2003. Kapita elekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan.

BPFE. Yogyakarta.

__________., 2007. Produksi Benih Sumber Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. Sumatera Utara.

__________., 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Lahan Rawa Pasang Surut. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. Sumatera Utara.

(58)

Suyamto., 2007. Teknologi Unggulan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. Bogor.

Torado, Michael P., 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta.

(59)
(60)
(61)

Sambungan Lampiran 6

VC

Sewa Biaya sewa Bibit sekali pakai Sprayer Pembelian

(62)
(63)

Sambungan Lampiran 6

VC

Total biaya Marshal Harga Total biaya Alpadine Harga Total biaya Dramabas Harga Total biaya Spontan Harga bestok(Rp) (botol) (RP/botol) marshal(Rp) (botol) Rp/botol alpadine(Rp) (botol) Rp/botol dramabas(Rp) (L) (Rp/liter)

(64)

Sambungan Lampiran 6

Total biaya Sponen Harga Total biaya Antonik Harga Total biaya Gemilang Harga Total biaya sekor spontan(Rp) (botol) Rp/botol sponen(Rp) (botol) Rp/botol antonik(Rp) (botol) Rp/botol gemilang(Rp) (botol)

(65)

Sambungan Lampiran 6

VC

Menaping

Harga Total biaya Polidor Harga Total biaya Aplaut Harga Total biaya benteng TKDK TKLK Upah Total biaya Rp/botol sekor(Rp) (botol) Rp/botol Polidor(Rp) (bungkus) Rp/bungkus Aplaut(Rp) (HOK) (HOK) (HOK) (Rp/hari) benteng(Rp)

(66)
(67)
(68)

Sambungan Lampiran 6

TC TR Pd LL TC TR Pd Produktivitas Lahan Ha Ha Ha Ha Kg/Ha

910200 2,088,000 1177800 0.12 7585000 17400000 9815000 7250

2129000 8,760,000 6631000 0.5 4258000 17520000 13262000 7300

2179125 8,640,000 6460875 0.5 4358250 17280000 12921750 7200

2303500 8,640,000 6336500 0.5 4607000 17280000 12673000 7200

1356000 4,920,000 3564000 0.28 4842857.1 17571429 12728571 7321.428571

2158750 8,640,000 6481250 0.5 4317500 17280000 12962500 7200

4368500 18,250,000 13881500 1 4368500 18250000 13881500 7300

2876000 8,760,000 5884000 0.5 5752000 17520000 11768000 7300

2885000 8,640,000 5755000 0.5 5770000 17280000 11510000 7200

3975500 18,125,000 14149500 1 3975500 18125000 14149500 7250

2037500 8,880,000 6842500 0.5 4075000 17760000 13685000 7400

2095000 9,000,000 6905000 0.5 4190000 18000000 13810000 7500

2117500 8,640,000 6522500 0.5 4235000 17280000 13045000 7200

4222500 17,760,000 13537500 1 4222500 17760000 13537500 7400

1829000 9,000,000 7171000 0.5 3658000 18000000 14342000 7200

1824500 8,640,000 6815500 0.5 3649000 17280000 13631000 7200

1893750 8,880,000 6986250 0.5 3787500 17760000 13972500 7400

1861500 8,760,000 6898500 0.5 3723000 17520000 13797000 7300

2082500 9,125,000 7042500 0.5 4165000 18250000 14085000 7300

2417500 10,440,000 8022500 0.6 4029167 17400000 13370833 7250

3682500 18,250,000 14567500 1 3682500 18250000 14567500 7300

2904000 14,160,000 11256000 0.8 3630000 17700000 14070000 7375

3652500 18,500,000 14847500 1 3652500 18500000 14847500 7400

1617750 7,200,000 5582250 0.4 4044375 18000000 13955625 7500

1291250 5,375,000 4083750 0.3 4304167 17916667 13612500 7166.666667

3738500 13,920,000 10181500 0.8 4673125 17400000 12726875 7250

3422500 15,720,000 12297500 0.9 3802778 17466667 13663889 7277.777778

921250 3,750,000 2828750 0.2 4606250 18750000 14143750 7500

4421000 18,250,000 13829000 1 4421000 18250000 13829000 7300

1480500 6,480,000 4999500 0.36 4112500 18000000 13887500 7500

(69)
(70)
(71)

Sambungan Lampiran 7

sewa Biaya sewa pengangkutan pakai

sekali

pakai Sprayer Pembelian

(72)
(73)

Sambungan Lampiran 7

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Distribusi Tata Penggunaan Lahan Tahun 2007
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Pematang Cengal Barat Tahun 2007
Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sel volta (sel galvani) adalah Sel elektrokimia di mana reaksi oksidasi- reduksi spontan terjadi dan menghasilkan beda potensial. Dalam sel galvani energi kimia diubah menjadi

356/KU.Kol/X/2012 tanggal 10 Oktober 2012 tentang Persiapan Ujian Nasional Kolegium Ob-Gin, bersama ini kami diberitahukan bahwa Lokakarya dan Ujian Nasional (ujian tulis dan

DUWLQ\D WHUMDGL NHFHQGHUXQJDQ SHQLQJNDWDQ NLQHUMD NHWXD WLP NHSHUDZDWDQ \DQJ FXNXS EHUPDNQD SDGD NHORPSRN HNVSHULPHQ \DLWX VHEHVDU 1LODL WHUVHEXW PHQXQMXNNDQ EDKZD SHODWLKDQ

Langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti akan mngaplikasikan permainan geometri dalam peningkatan kemampuan matematika, anak akan mengenal

Hubungan yang terjadi pada lantrak pemerintah adalah hubungan hukum yang bersifat privat, sehingga penyelesaian sengketa iasa konstruksi masuk dalam ,onih hukum

Perancangan Fasilitas Eduwisata Sejarah Perjuangan Kota Surabaya ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan realita yang terjadi mengenai krisis identitas kota

Dalam pengajaran tersebut diperlukan aplikasi-aplikasi khusus yang sesuai dengan tema pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi lebih atraktif dan interakrif. Untuk

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah pada anak sekolah dasar di Distrik