PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA JENIS
JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.) PADA BERBAGAI
MEDIA TANAM
SKRIPSI
OLEH :
SITI KALSUM LUBIS 030307015/BDP-PET
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA JENIS
JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.) PADA BERBAGAI
MEDIA TANAM
SKRIPSI
OLEH :
SITI KALSUM LUBIS 030307015/BDP-PET
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh :
Ir.Emmy Harso K. Msc Ir. Eva Sartini Bayu, MP Ketua Anggota
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
The objective of this research is to study the growth and production of oyster mushroom (Pleurotus spp.) on some plant media. The experiment was conducted at Laboratorium Research and Technology, Faculty of Agriculture North Sumatra University, Medan from January to Juni 2008. The experiment arranged in a completely randomized design with four replications. The first factor was type of oyster mushroom consists of two levels, Pleurotus ostreatus (white oyster mushroom) and Pleurotus crystidiyorus (brown oyster mushroom). The second factor was plant media consists of three levels; wood baglogs, straw baglogs, and waste of tea baglogs. The parameter perception which observed were the growth of fruiting bodies (days), age of harvest (days), the number of fruiting body clusters, the number of fruiting bodies (fruits), the cap diameters of fruiting bodies (cm), the stalk maximum length (cm), the total weight of fruiting bodies (g), the harvest interval (days), and the biological efficiency ratio.
The results showed that type of oyster mushroom, plant media and their interaction have significant difference in the appear of fruiting bodies, age of harvest, the number of body clusters, the number of fruiting bodies, the cap diameters of fruiting bodies in first, second and third harvest, the stalk maximum length, the total weight of fruiting bodies, and the harvest interval and the biological efficiency ratio.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa jenis jamur tiram (Pleurotus spp.) pada bergagai media tanam, yang dilaksanakan di Laboratorium Riset dab Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dari bulan Januari sampai Juni 2008. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) non factorial dengan empat ulangan. Faktor pertama adalah jenis jamur tiram yang terdiri dari 2 taraf yaitu: Pleurotus ostreatus (jamur tiram putih) dan Pleurotus crystidiyorus (jamur tiram coklat). Faktor kedua adalah berbagai media tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu serbuk kayu, jerami dan ampas teh. Parameter yang diamati adalah pemunculan tubuh buah pertama (hari), umur panen (hari), jumlah rumpun tubuh buah (buah), jumlah tubuh buah/rumpun (buah), diameter tudung tubuh buah (cm), panjang tangkai tudung tubuh buah (buah), bobot tubuh buah (g), interval panen (hari) dan nilai rasio efisiensi biologis (REB).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jenis jamur tiram, berbagai media dan interaksi keduanya berbeda nyata terhadap pemunculan tubuh buah pertama, umur panen, jumlah rumpun tubuh buah panen I, II dan III, jumlah tubuh buah/rumpun panen I, II, dan III, diameter tudung tubuh buah panen I, II dan III, panjang tangkai tudung tubuh buah panen I, II dan III, bobot tubuh buah panen I, II dan II, interval panen panen dan nilai rasio efisiensi biologis (REB).
RIWAYAT HIDUP
Siti Kalsum Lubis, dilahirkan di Muaratais tanggal 23 September 1984,
sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari Ayahanda Sulhanuddin Lubis dan
Ibunda Derwani Hasibuhan, Amd.
Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis hingga saat ini adalah:
pada tahun 2003 lulus dari SMU Swasta Nurul Ilmi Padangsidempuan, dan pada
tahun 2003 terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Fertanian Unuversitas Sumatera
Utara Medan Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan
Tanaman.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pada tahun 2004-2007 aktif
sebagai anggota pengurus mushala Al-Mukhlisin Fakultas Pertanian, pada tahun
2006 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTP Nusantara II Tanjung
Morawa kebun Bekiun Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, dan tahun 2008
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kekhadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pertumbuhan dan Produksi
Beberapa Jenis Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Pada Berbagai Media Tanam.”
Yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir. E. Harso Kardhinata, MSc selaku Ketua dan Ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MP
selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran
dalam penyelesaian skripsi ini.
Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Mama dan Papa
tercinta serta kakakanda : Arbaina Lubis, Mira Yanthy Lubis; adinda: Romaito
Suryani Lubis, Maya Sari Saima Putri Lubis dan Halomoan Saputera Lubis atas
perhatian, dukungan dan do’anya. Terutama kepada Rahmat Roito, SP atas segala
perhatian, bantuan, do’a, dukungan serta semangat kepada penulis sehingga
penulis lebih kuat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Disamping itu juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir. Hot Setiado, MS., Ph. D yang banyak memberikan masukan dalam penelitian
ini, rekan-rekan pengurus Mushalla Pertanian, teman-teman di Departemen
Budidaya Pertanian USU, angkatan 2003, kakanda Fitri, Novi’02 dan Maya,
Sapriani dan teman-teman parintal yang telah memberikan bantuan maupun
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin
Medan. Agustus 2008
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... iix
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Bealakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Biologi dab Siklus Hidup Jamur Tiram ... 5
Syarat Tumbuh ... 9
Lingkungan ... 9
Media Tumbuh ... 11
Pertumbuhan dan Produksi ... 14
METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian ... 17
Bahan dan Alat ... 17
Metode Penelitian ... 17
Peubah Amatan ... 19
Pemunculan Tubuh Buah Pertama (hari) ... 18
Umur Panen (hari) ... 19
Jumlah Rumpun Tubuh Buah (buah)... 19
Jumlah Tubuh Buah/Rumpun (buah) ... 19
Diameter Tudung Tubuh Buah (cm) ... 19
Panjang Tangkai Tudung Tubuh Buah (cm) ... 19
Bobot Tubuh Buah (g) ... 20
Interval Panen (hari) ... 20
Nilai Rasio Efisiensi Biologi (%) ... 20
Pelaksanaan Penelitian ... 20
Sanitasi Ruang Inkubasi ... 20
Persiapan Media Tanam ... 21
Perlakuan Media Tanam ... 21
Pengomposan ... 22
Pengisian Media ... 22
Sterillisasi ... 23
Inokulasi ... 23
Inkubasi (Spawing) ... 23
Penumbuhan ... 24
Pemeliharaan ... 24
Penyiraman... 24
Pemisahan ... 24
Pengendalian Hama & Penyakit ... 24
Pemanenan ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil... 26
Pemunculan Tubuh Buah Pertama (hari) ... 26
Umur Panen (hari) ... 27
Jumlah Rumpun Tubuh Buah Panen I, II dan III (buah) ... 29
Jumlah Tubuh Buah/Rumpun Panen I, II dan III (buah) ... 31
Diameter Tudung Tubuh Buah Panen I, II dan III (cm) ... 32
Panjang Tangkai Tudung Tubuh Buah I, II dan III (cm) ... 34
Bobot Tubuh Buah Panen I, II dan III (g) ... 35
Interval Panen (hari) ... 37
Nilai Rasio Efisien Biologi (%) ... 38
Hasil Pengamatan Visual ... 40
Media Campuran Serbuk Kayu (M1) ... 40
Media Campuran Jerami (M2) ... 40
Media Campuran Ampas Teh (M3) ... 40
Pembahasan ... 41
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 48
Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 49
DAFTAR TABEL
Hal 1.Kandungan gizi beberapa jenis jamur ... 6
2.Faktor lingkungan yang menentukan pertumbuhan jamur tiram ... 11
3.Rataan Pemunculan Tubuh Buah Pertama dalam Hubungannya
dengan Jamur Tiram Putih dan Jenis Media tanam ... 26
4.Rataan Umur Panen dalam Hubungannya dengan Jamur Tiram Putih
dan Jenis Media Tanam ... 28
5.Rataan jumlah rumpun tubuh buah panen sampai dengan panen III
dalam hubungannya dengan jamur tiram putih dan jenis media tanam ... 29
6.Rataan jumlah tubuh buah/rumpun panen I sampai dengan panen III
dalam hubungannya dengan jamur tiram putih dan jenis media tumbuh... 31
7.Rataan diameter tudung tubuh buah panen I sampai dengan panen III
dalam hubungannya dengan jamur tiram putih dan jenis media tanam ... 33
8.Rataan panjang tangkai tudung tubuh buah panen I sampai dengan panen III dalam hubungannya dengan jamur tiram putih dan
jenis media tanam ... 35
9.Rataan bobot tubuh buah panen I sampai dengan panen III dalam
hubunganya dengan jamur tiram putih dan jenis media tanam ... 37
10.Rataan interval panen dalam hubungannya dengan jamur tiram putih
dan media tanam ... 38
11.Rataan REB dalam hubungannya dengan jamur tiram putih dan
DAFTAR GAMBAR
Hal 1.Siklus hidup jamur tiram ... 8
2.Histogram Perbedaan Pemunculan Tubuh Buah Pertama pada
Perlakuan JamurTiram Putih dan Jenis Media Tanam. ... 27
3.Histogram Perbedaan Umur Panen pada Perlakuan Jamur Tiram Putih
dan Jenis Media Tanam. ... 29
4. Histogram hubungan antara jenis media tanam terhadap jumlah rumpun tubuh buah jamur tiram putih pada periode I sampai dengan panen III... 30
5. Histogram hubungan antara jenis media tanam dengan jumlah tubuh/rumpun jamur tiram putih pada perioide panen I sampai
dengan panen III. ... 32
6.Histogram hubungan antara jenis media tanam dengan diameter tudung Buah jamur tiram putih pada periode panen I sampai dengan panen III. ... 34
7.Histogram hubungan jenis media tanam dengan panjang tangkai tudung buah jamur tiram putih pada periode panen I sampai dengan panen III. .... 35
8.Histogram hubungan antara jenis media tanam dengan bobot tubuh buah Jamur tiram putih pada periode panen I samapai dengan panen III. ... 37
9.Histogram hubungan jenis media tanam dengan interval panen jamur
tiram putih ... 38
10.Histogram hubungan jenis media tanam terhadap nilai efisiensi biologis Jamur tiram putih ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
1.Deskripsi Jamur Tiram Putih ... 51
2.Deskripsi Jamur Tiram Coklat ... 52
3.Bagan penelitian ... 53
4.Rancana kegiatan penelitian ... 54
5.Data Pengamatan Pemunculan Tubuh Buah Pertama (hari) ... 55
6.Sidik Ragam Pemunculan Tubuh Buah (hari) ... 55
7.Data Umur Panen (hari) ... 55
8.Sidik Ragam Umur Panen (hari) ... 55
9.Jumlah Rumpun Tubuh Buah Panen I (buah) ... 55
10.Sidik Ragam Jumlah Rumpun Tubuh Buah (buah) ... 56
11.Jumlah Rumpun Tubuh Buah Panen II (buah) ... 56
12.Sidik Ragam Jumlah Tubuh Buah Panen II (buah) ... 56
13.Jumlah Rumpun Tubuh Buah Panen III (buah) ... 56
14.Sidik Ragam Jumlah Rumpun Tubuh Buah Panen III ... 56
15.Jumlah Tubuh Buah/Rumpun Panen I (buah) ... 57
16.Sidik Ragam Jumlah Tubuh Buah/Rumpun Panen I ... 57
17.Jumlah Tubuh Buah/Rumpun Panen II (buah) ... 57
18.Sidik Ragam Jumlah Tubuh Buah/Rumpun Panen II ... 57
19.Jumlah Tubuh Buah/Rumpun Panen III (buah) ... 57
20.Sidik Ragam Jumlah Tubuh Buah/rumpun Panen III ... 58
21.Diameter Tudung Tubuh Buah Panen I (cm) ... 58
22.Sidik Ragam Diameter Tudung Tubuh Buah Panen I ... 58
24.Sidik Ragam Diameter Tudung Tubuh Buah Panen II ... 58
25.Diameter Tudung Tubuh Buah Panen III (cm) ... 59
26.Sidik Ragam Diameter Tudung Tubuh Buah Panen III ... 59
27.Sidik Ragam Panjang Tangkai Tudung Tubuh Buah Panen I ... 59
28.Panjang Tangkai Tudung Tubuh Buah Panen II (cm) ... 59
29.Sidik Ragam Panjang Tangakai Tudung Tubuh buah Panen II... 60
30.Panjang Tangkai Tudung Tubuha Buah Panen III (cm) ... 60
31. Sidik ragam Panjang Tangakai Tudung Buah Panen III ... 60
32.Bobot Tubuh Buah Panen I (g) ... 60
33.Sidik Ragam Bobot Tubuh Buah panen I ... 60
34.Bobot Tubuh Buah Panen II (g) ... 61
35.Sidik Ragam Bobot Tubuh Buah Panen II ... 61
36.Bobot Tubuh Buah Panen III (g) ... 61
37.Sidik Ragam Bobot Tubuh Buah Panen III ... 61
38.Interval Panen (hari) ... 61
39.Sidik Ragam Interval panen ... 62
40.Nilai Rasio Efisiensi Biologis (REB) ... 62
ABSTRACT
The objective of this research is to study the growth and production of oyster mushroom (Pleurotus spp.) on some plant media. The experiment was conducted at Laboratorium Research and Technology, Faculty of Agriculture North Sumatra University, Medan from January to Juni 2008. The experiment arranged in a completely randomized design with four replications. The first factor was type of oyster mushroom consists of two levels, Pleurotus ostreatus (white oyster mushroom) and Pleurotus crystidiyorus (brown oyster mushroom). The second factor was plant media consists of three levels; wood baglogs, straw baglogs, and waste of tea baglogs. The parameter perception which observed were the growth of fruiting bodies (days), age of harvest (days), the number of fruiting body clusters, the number of fruiting bodies (fruits), the cap diameters of fruiting bodies (cm), the stalk maximum length (cm), the total weight of fruiting bodies (g), the harvest interval (days), and the biological efficiency ratio.
The results showed that type of oyster mushroom, plant media and their interaction have significant difference in the appear of fruiting bodies, age of harvest, the number of body clusters, the number of fruiting bodies, the cap diameters of fruiting bodies in first, second and third harvest, the stalk maximum length, the total weight of fruiting bodies, and the harvest interval and the biological efficiency ratio.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa jenis jamur tiram (Pleurotus spp.) pada bergagai media tanam, yang dilaksanakan di Laboratorium Riset dab Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dari bulan Januari sampai Juni 2008. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) non factorial dengan empat ulangan. Faktor pertama adalah jenis jamur tiram yang terdiri dari 2 taraf yaitu: Pleurotus ostreatus (jamur tiram putih) dan Pleurotus crystidiyorus (jamur tiram coklat). Faktor kedua adalah berbagai media tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu serbuk kayu, jerami dan ampas teh. Parameter yang diamati adalah pemunculan tubuh buah pertama (hari), umur panen (hari), jumlah rumpun tubuh buah (buah), jumlah tubuh buah/rumpun (buah), diameter tudung tubuh buah (cm), panjang tangkai tudung tubuh buah (buah), bobot tubuh buah (g), interval panen (hari) dan nilai rasio efisiensi biologis (REB).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jenis jamur tiram, berbagai media dan interaksi keduanya berbeda nyata terhadap pemunculan tubuh buah pertama, umur panen, jumlah rumpun tubuh buah panen I, II dan III, jumlah tubuh buah/rumpun panen I, II, dan III, diameter tudung tubuh buah panen I, II dan III, panjang tangkai tudung tubuh buah panen I, II dan III, bobot tubuh buah panen I, II dan II, interval panen panen dan nilai rasio efisiensi biologis (REB).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorifil sehingga tidak dapat
menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang
beklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi
dibuat/dihasilkan oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena
ketergantungannya terhadap organisme lain inilah maka jamur digolongkan
sebagai tanaman heterotrofik (Cahyana, dkk, 2001).
Indonesia termasuk salah satu negara yang dikenal sebagai gudang jamur
terkemuka di dunia. Jamur-jamur yang telah dibudidayakan dan telah populer bagi
masyarakat sebagai makanan dan sayuran serta banyak diperdaganggkan di pasar
antara lain adalah jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur champingon
(Agaritus bitorquis, A. campetris dan A. bisporus), jamur kayu seperti jamur
kuping (Auricularui auricular), jamur shiitake (Lentinus) dan beberapa jenis
jamur tiram (Pleurotusspp.). Seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya
jamur tiram sebagai bahan makanan lezat dan bergizi, maka permintaan konsumen
dan pasar jamur tiram di berbagai daerah terus meningkat. Kebutuhan konsumsi
jamur tiram meningkat sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan
pendapatan serta perubahan pola konsumsi makanan penduduk dunia.
Negara-negara konsumen jamur terbesar antara lain adalah Amerika Serikat (AS),
Kanada, Jerman, Jepang, Hongkong, Belgia, Inggris, Belanda, dan Italia
Jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat enak dimakan serta
mempunyai kandungan gizi yang tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Jamur
ini mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia sebagai protein nabati yang tidak
mengandung kolesterol sehingga dapat mencengah timbulnya penyakit darah
tinggi dan jantung serta untuk mengurangi berat badan dan penyakit diabetes.
Kandungan asam fosfatnya (vitamin B-komplek) tinggi, sehingga dapat
menyembuhkan anemia dan obat anti tumor. Disamping itu dapat digunakan
untuk mencengah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan
kekuranagn zat besi (Pasaribu, dkk, 2002).
Dalam lima dekade ini, nilai ekonomis jamur (cendawan, mushroom)
selalu meningkat. Untuk jamur tiram, dalam 10 tahun ini sudah lebih dikenal dan
memasyrakat. Sejalan dengan permintaan pasar dan potensi jamur tiram kita yang
tinggi, Indonesia termasuk negara yang berpeluang untuk membuka ekspor jamur
ke manca negara. Beberapa faktor yang harus ditingkatkan untuk menembus pasar
baik dalam maupun luar negeri adalah optimalisasi kultur teknis dan perlakuan
pasca panen yang menjamin kesegaran jamur (Warintek, 2005).
Pada umumnya subsrat yang digunakan dalam budidaya jamur tiram
adalah serbuk kayu. Sebagai konsekuensi, akan timbul masalah apabila serbuk
kayu sukar diperoleh atau tidak ada sama sekali di lokasi yang akan menjadi
sasaran penyebaran budidaya jamur tiram. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
hal tersebut perlu dicari substrat alternatif yang banyak tersedia dan mudah
diperoleh di daerah tersebut. Sebelum substrat tersebut dijadikan bahan alternatif,
perlu dikaji terlebih dahulu karakteristik pertumbuhan dan produksi jamur tiram
Secara tradisional di Jepang bibit jamur ditanam di dalam lubang atau
garisan di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau
listrik. Dalam budidaya modern, media tumbuh berupa kayu tiruan (log) yang
dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa sumber kayu (gergaji
kayu, ampas tebu), sumber gula (tepung-tepungan), kapur, pupuk P dan air
(Setiawati, 2005).
Penelitian tentang media tumbuh jamur tiram terus dikembangkan. Seperti
hasil penelitian Muthoin (2005) yang melakukan penelitian penggunaan tepung
jagung dan penambahan berbagai suplemen yaitu TSP dan gula pasir memberikan
hasil yang baik pada pertumbuhan miselium, bobot segar, jumlah tubuh buah dan
rasio efisiensi biologis. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Puranti (2003)
dengan penambahan molase dan penggunaan dedak diperoleh adanya interaksi
antara penambahan molase dan penggunaan dedak terhadap saat muncul
miselium, saat muncul tubuh buah dan jumlah tubuh buah.
Menurut Sumiati dan Herbagiandono (1987) secara alamiah jamur tiram
putih mempunyai kemampuan memproduksi enzim yang dapat mengurai material
yang menyerupai kandungan selulosa dan lignin seperti yang dikandung oleh
bahan buangan (limbah) tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Selama ini
penelitian yang telah banyak dilakukan adalah penggunaan bahan buangan
bekatul, jerami dan sekam (Puranti, 2003).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakuakan penelitian untuk
menguji pertumbuhan dan produksi beberapa jenis jamur tiram pada berbagai
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan
pertumbuhan dan produksi beberapa jenis jamur tiram pada berbagai media
tanam.
Hipotesis Penelitian
1. Adanya perbedaan pertumbuhan dan produksi beberbagai jenis jamur
tiram
2. Adanya pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
jamur tiram.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syrat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di
Fakultas Pertania, Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi dan Siklus Hidup Jamur Tiram
Sistematika jamur tiram menurut Alexopolous (1962) dalam Djarijah dan
Djarijah (2001) adalah sebagai berikut :
Super Kingdom : Eukaryota
Kingdom : Myceteae (fungi)
Divisio : Amastigomycota
Sub-Divisio : Basidiomycotae
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricacea
Genus : Pleurotus
Species : Pleurotus spp.
Jamur adalah organisme heterotrof yang menggunakan bahan organik
yang dibentuk oleh organisme lain. Jamur tiram hidup sebagai saprofit pada
bagian organisme lain yang sudah mati atau pada sampahnya, seperti pada kotoran
(Moore and Landecker, 1982).
Secara umum jamur tirm mempunyai tudung yang berdiameter 4-15 cm
atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudiaan menjadi rata atau kadang
membentuk corong; permukaan licin agak berminyak ketika lembab tetapi tidak
lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, coklat atau coklat tua
kokoh tidak lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa
tidak merangsang. Tangkai tidak ada atau jika ada buasanya pendek, kokoh dan
tidak dipusat atau lateral, panjang 0.5-4.0 cm, gemuk, padat, kuat, kering,
umumnya berambut atau berbulu kapas. Cadar tidak ada, jejak spora putih sampai
ungu muda atau abu-abu keunguan berukuran 7-9x3-4 mikron, bentuk lonjong
sampai jorong, licin, nanamiliod (Gunawan, 2004).
Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi
protein, lemak, fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan
dengan jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Macam asam
amino yang terkandung dalam jamur tiram adalah isoleusin, lysine, methionin,
cystein, penylanin, tyrosin, treonin, tryptopan, valin, arginin, histidin, alanin, asam
asparat, asam glutamat, glysin, prolin, dan serin (Djarijah dan Djarijah, 2001).
Kandungan gizi beberapa jenis jamur tiram menurut Cahyana, dkk (2001)
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kandungan gizi beberapa jenis jamur tiram
Komposisi Jamur Shiitake (Lentinus edodes)
Jamur Tiram Coklat (Pleurotus cystidiosua)
Jamur Tiram Putih (Pleurotus flarida) Protein Lemak Karbohidtrat Serat Abu Kalori 17.5% 8% 70.7% 8% 7% 392 kkal 26.6% 2% 50.7% 13.3% 6.5% 300 kkal 27% 1.6% 58% 11.5% 9.3% 265 kkal
Jamur tiram dapat dibedakan jenisnya berdasarkan warna tubuh buahnya,
yaitu : a. Pleurotus ostreatus, bewarna putih kekuning-kuningan, b. Pleurotus
(shimeji white), d. Pleurotus sajor caju, bewarna kelabu (shimeji grey), dan
e. Pleurotus cystudiyosus, bewarna abalone (kecoklatan) (Pasaribu, dkk, 2002).
Siklus hidup jamur tiram hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur
dari keluarga besar Agaricaceae lainya. Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram
menurut (Suriwiria, 2002) adalah sebagai berikut :
1. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat
yang lembab akan tumbuh dan berkecambah membentuk serat-serat halus
yang menyerupai kapas, yang disebut miselium atau miselia.
2. Jika keadaan tempat tumbuh miselia memungkinkan, dalam arti temperatur,
kelembaban, kandungan C/N/P-rasio substrat tempat tumbuh baik, maka
kumpulan miselia tersebut akan membentuk primordia atau bakal tubuh buah
jamur.
3. Bakal tubuh buah jamur itu kemungkinan akan membesar dan pada akhirnya
akan membentuk tubuh buah atau bentuk jamur yang kemudian dipanen.
4. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora. Spora ini tumbuh di bagian
ujung basidium, sehingga disebut basidiospora. Jika sudah matang atau
dewasa, spora akan jatuh dari tubuh buah jamur
Berdasarkan fase perkembangannya, dikenal tiga macam miselia, yaitu
fase miselium primer, sekunder dan tersier. Miselium primer terbentuk dari
basidiospora yang jatuh pada media yang menguntungkan, miselium ini berinti
satu haploid. Fase ini merupakan pertunasan dan fragmentasi hifa yang disebut
pembiakan vegetatif. Fase vegetatif berakhir saat miselium primer mengadakan
plasmogami antara dua hifa yang kompatibel dan membentuk miselium sekunder
jaringan tertur dan membentuk tubuh buah (basidiocarp) yang menghasilkan
basidiospora. Fase ini disebut fase generatif atau fase reproduktif (Djarijah dan
Djarijah, 2001).
Siklus jamur tiram menurut http://ublib.buffaloedu /libraries /e.resoulles
/ebooks record/eej7179, html. (2007) dapat dilihat pada gambar 1.
Syarat Tumbuh Jamur Tiram
Lingkungan
Jamur tiram termasuk tanaman heterotrofik yang hidupnya tergantung
pada lingkungan tempat ia hidup. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan jamur adalah air, keasaman (pH), substrat, kelembaban, suhu udara
dan ketersediaan sumber nutrisi (Djarijah dan Djarijah, 2001).
Jamur tiram dapat tumbuh dengan baik di ketinggian hingga 600 m dpl.
Idealnya, daerah tersebut memiliki kisaran suhu 15-30 ºC dan kelembaban
80-90%. Pertumbuhannya tidak membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi dan
berkembang baik pada media tanam yang agak masam, yakni pada pH 5.5-7
(Agromedia Pustaka, 2002).
Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan
jamur yaitu oksigen dan karbondioksida. Oksigen merupakan unsur penting dalam
respirasi sel. Sumber energi di dalam sel dioksidasi menjadi karbondioksida dan
air sehingga energi menjadi tersedia. Karbondioksida dapat berakumulasi sebagai
hasil respirasi oleh jamur itu sendiri atau respirasi oleh organisme lain. Akumulasi
karbondioksida yang terlalu banyak dapat mengakibatkan salah bentuk pada tubuh
buah jamur. Pengaruh karbondioksida dapat menyebabkan tangkai menjadi sangat
panjang dan pembentukan payung tidak normal (Gunawan, 2004).
Menurut Dwidjoseputro (1994) respirasi adalah suatu proses
pembongkaran, dimana energi yang tersimpan ditimbulkan kembali untuk
menyelenggarakan proses-proses kehidupan. Faktor-faktor yang
a) Tipe dan jenis tumbuhan, perbedaan morfologi antara jenis tumbuhan,
meneyebabkan terjadinya perbedaan laju respirasi antara tumbuhan tersebut.
Bakteri dan jamur umumnya menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibandingkan tumbuhan tingkat tinggi. Ini disebabkan bakteri dan jamur
hanya mengandung sedikit senyawa yang akan diakumulasikan sebagai
cadangan makanan dalam tubuhnya. Secara umum terdapat korelasi yang
kuat antara laju pertumbuhan dengan laju respirasi, karena dalam
pertumbuhan akan digunakan ATP, NADPH untuk sintesis protein, bahan
penyusun dinding sel, komponen membran dan asam-asam nukleat. ATP,
NAD+ dan NADP+ digunakan untuk reaksi respirasi.
b) Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, tetapi besarnya
pengaruh tersebut berbeda antara spesies dan bahkan antara organ pada
tumbuhan yang sama.
c) Ketersediaan substrat, laju respirasi tergantung pada ketersediaan substrat
yaitu senyawa yang diurai melalui serangkaian reaksi. Tumbuhan yang
mengandung cadangan pati, fruktan dan gula yang rendah akan
menunjukkan laju respirasi yang rendah pula.
Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi
dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan (pembentukkan tubuh buah jamur).
Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 22-28 ºC dengan kelembaban 60-80%,
sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah (fruiting body) berkisar antara
16-22 ºC dengan kelembaban 80-90%. Pengaturan kondisi lingkungan sangat
kelembaban terlalu rendah maka primordial (bakal jamur) akan kering dan mati
(Cahyana, dkk, 2001).
Menurut Suriawiria (2002) faktor-faktor lingkungan yang menentukan
pertumbuhan jamur tiram dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2. Faktor lingkungan yang menentukan pertumbuhan jamur tiram
Parameter Pertumbuhan Besaran
Pertumbuhan Miselia Pada Substrat tanam a.Temperatur inkubasi
b.RH
c. Waktu tumbuh d. Kandungan CO2
e. Cahaya
f. Sirkulasi Udara Pembentukan Primordia
a.Temperatur inisiasi pertumbuhan b.RH
c.Waktu tumbuh d.Kandungan CO2
e.Cahaya
f.Sirkulasi udara Pembentukan Tubuh Buah
a.Temperatur inisiasi pertumbuhan b.RH
c.Waktu tumbuh d.Kandungan CO2
e.cahaya Siklus Panen
a.Interval waktu
b.Jangka waktu masa panen c.Nilai BER
d.Produksi rata-rata per log tanaman
24-290C 90-100% 10-14 hari 5000-20.000 ppm 500-1,000 lux 1-2 jam
21-270C 90-100% 3-5 hari <1,000 ppm 500-1,000 lux 4-8 jam
21-280C 90-95% 3-5 hari <1,000 ppm 500-1,000 lux
3-4 kali/10-14 hari 2-4 kali/7-10 hari 40-85 350 g
Media Tumbuh
Menurut Carlie and Watkinson (1995) dan Djarijah dan Djarijah (2001)
semua jenis jamur bersifat heterotrof, yakni organisme yang tidak dapat
zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen yang kemudian digunakan untuk
pertumbuhan jamur tiram.
Jamur tiram tumbuh pada tempat-tempat yang mengandung nutrisi berupa
senyawa karbon, nitrogen, vitamin dan mineral. Karbon digunakan sebagi sumber
energi sekaligus unsur pertumbuhan. Nitrogen diperlukan dalam sintesis protein,
purin, dan pirimidin. Vitamin seperti B1, B2, B5 dan B7 diperlukan sebagai
katalisator sekaligus sebagai koenzim. Unsur mineral untuk pertumbuhan jamur
meliputi unsure makro (K, P, Ca, Mg dan lain-lain) dan unsur mikro (Cu, Zn, dll)
(Djarijah dan Djarijah, 2001).
Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan
media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan
berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung
jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan
kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak
tercampur dengan baha-bahan yang lain yang dapat mengganggu pertumbuhan
jamur. Kegunan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber
karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan
lain seperti kapur (Calsium carbonat) sebagai sumber mineral dan pengatur pH
meter (Dinas Pertanian, 2002).
Unsur hara yang paling banyak diperlukan bagi pertumbuhan jamur adalah
unsur P dan K. Unsur P diperlukan untuk pembentukan organ tanaman untuk
reproduksi, selain P juga berfungsi dalam mendorong pertumbuhan akar tanaman.
karbohidrat, katalisator dalam pembentukan protein, menaikkan pertumbuhan
jaringan meristem, tanaman menjadi lebih berisi dan padat, meningkatkan kualitas
buah, dan meningkatkan tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan
penyakit (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Nutrisi sangat berperan dalam proses budidaya jamur tiram. Nutrisi bahan
baku atau bahan yang ditambahkan harus sesuai dengan kebutuhan hidup jamur
tiram. Bahan baku yang digunakan sebagai media dapat berupa batang kayu yang
sudah kering, campuran antara serbuk kayu dan jerami atau bahkan alang-alang.
Selain itu bahan baku tersebut harus ditambahkan beberapa bahan tambahan
antara lain bekatul sebagai sumber karbohidrat, lemak dan protein; kapur sebagai
sumber mineral dan pengatur pH media; gips sebagai bahan penambah mineral
dan sebagai bahan pemadat (mengokohkan media) (Cahyana, dkk, 2001).
Media yang dibuat dari campuran beberapa macam bahan tersebut perlu
diatur pH-nya. Kadar air media diatur hingga 50-65%. Air perlu ditambahkan agar
miselia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media dengan baik.
Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram.
Apabila pH terlalu rendah atau tinggi, maka pertumbuhan jamur tiram akan
terhambat. Bahkan akan kemungkinan akan tumbuh jamur lain yang akan
menggangu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri (Cahyana, dkk, 2001). Selain itu
juga digunakan bekatul yang merupakan bahan untuk pertumbuhan tubuh buah
jamur, bekatul ini juga kaya vitamin, terutama vitamin B (Suriawiria, 2001).
Media lain yang dicobakan adalah tepung jagung. Kegunaan penambahan
tepung jagung merupakan sumber karbohidrat 13.435%; protein 6.30%; lemak
Pada teh kompos kandungan unsur N 0.1%, P 0.0035%, K 0.17%, Na
0.16%, C 0.78%, Ca 0.22%, Mg 0.066%, B.O 1.34% dan C/N -7.8 (Agutien,
2007).
Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram
Suatu karakteristik individu adalah kerja sama atau interaksi antara faktor
genetik dan lingkungan. Faktor genetik tanaman dan adaptasinya terhadap
lingkungan tidak sama sehingga menghasilkan pertumbuhan yang berbeda-beda
(Yatim, 1981).
Adanya perbedaan genetik pada materi pemuliaan tanaman akan
mempermudah seleksi karakter atau sifat suatu tanaman baik kuantitas maupun
kualitas (Poespodarsono, 1988). Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat
sifat didalam tanaman (genetik) atau perbedaan lingkungan atau keduanya
(Sitompul dan Guritmo, 1995). Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, perlu
dipilih varietas-varietas (genotip) yang memiliki keunggulan dan mampu
beradaptasi terhadap kondisi di lapangan (Fachruddin, 2000).
Karakter tanaman seperti tinggi dan rendah, pewarnaan, umur tanaman,
tinggi dan rendahnya hasil dan sebagainya ditentukan oleh gen-gen tertentu pada
kromosom, interaksi gen-gen atau gen dengan lingkungan. Karakter yang
mempunyai nilai ekonomis dan agronomis sangat penting seperti tinggi tanaman,
daya hasil dan kualitas yang umumnya dipengaruhi oleh banyak gen
Penampakan suatu fenotip bergantung dari sifat hubungan antara genotip
dan lingkungan. Dalam kenyataan, perkembangan suatu organisme sangat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya dan interaksi antar gen (Crowder, 1991).
Menurut hasil penelitian Sumiati. (2003) bahan baku alternatif selain
serbuk kayu gergaji albasia adalah dengan penembahan bahan aditif berupa
bekatul untuk budidaya jamur tiram putih. Selain serbuk kayu gergaji albasia,
bahan baku substrat berupa campuran daun pisang kering, jerami padi, rumput
alang-alang dan bagas/ampas tebu dengan penamabahan bekatul, juga merupakan
bahan baku alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan baku substrat untuk
budidaya jamur tiram putih. Hasil bobot segar jamur tiram dari berbagai jenis
bahan baku alternatif yaitu antara 600 sampai 1.200g/kg bobot basah substrat
dengan nilai REB (Rasio Efisiensi Biologis) antara 10-35%.
Karakteristik pertumbuhan jamur tiram pada baglog (tempat media tanam
yang berbentuk kantong) serbuk kayu gergaji yaitu dalam jangka waktu antara
40-60 hari seluruh permukaan baglog sudah rata ditumbuhi oleh miselium
bewarna putih, 1-2 minggu setelah baglog dibuka biasanya akan tumbuh tunas
dalam 2-3 hari akan menjadi badan buah pada waktu panen telah menunjukkan
lebar tudung antara 5-10 cm. Produksi jamur dilakuakan dengan memanen badan
buah sebanyak 4-5 kali panen dengan rata-rata 100 g jamur setiap panen. Jarak
selang waktu antara masing-masing panen adalah 1-2 minggu (Parlindungan,
2003).
Jamur tiram dipanen saat pertumbuhan tubuh buah telah maksimal yang
ditandai oleh ukuran dan bentuk tubuh buah maksimal dan sempurna. Waktu
(penhead) dan panjangnya telah maksimal atau beratnya telah mencapai 50-70 g
(Djarijah dan Djarijah, 2001).
Tubuh buah jamur tiram putih menyerupai cangkang kerang, tudungnya
halus, panjangnya 5-15 cm. Bila muda, berbentuk seperti kancing kemudian
berkembang menjadi pipih ketika masih muda, warna tudungnya coklat gelap
kebiru-biruan. Tetapi segera menjadi coklat pucat dan berubah menjadi putih bila
telah dewasa. Tangkai sangat pendek bewarna putih setelah dewasa
Nilai BER (biological efficiency ratio) yaitu produksi jamur segar (dalam
gram) per satuan ST (substrat tanam) sangat berpengaruh. Misalnya nilai REB =
15 maka artinya dari 1 kg berat ST akan dihasilkan 150 g jamur segar. Apabila
nilai REB lebih tinggi maka nilai bibit semakin tinggi pula (Agromedia Pustaka,
2002).
Nilai REB tergantung banyak faktor penentu, bila komposisi substrat
tanam, keadaan lingkungan, bibit ada tidaknya serangan hama (serangga) dan
penyakit (umumnya jamur liar) maka nilai BER atau REB atau jumlah hasil
dibandingkan dengan berat log tanam dapat berkisar mulai 30 (300 g per 1 kg
berat log) sampai 65 (650 g per 1 kg berat log) sehingga nilai hasil budidaya
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas
Pertanian Universita Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m
diatas permukaan laut, mulai dari bulan Januari 2008 sampai dengan
bulan Juni 2008.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan daalm penelitian ini adalah bibit jamur tiram
jenis jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), dan bibit jamur tiram coklat
(Pleurotus crystidiyorus); serbuk gergaji, jerami, ampas teh, dedak/bekatul,
tepung jagung, kalsit (CaCO3), gypsum (CaSO4); air, plastik PP (polypropilen)
dengan ukuran 15x27 cm dengan ketebalan 0.6 mm; karet gelang, penutup plastik,
kapas dan lembaran kertas ukuran 10x10 cm, alcohol 96%, methanol, serta
bahan-bahan yang mendukung penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, ayakan,
potongan kayu untuk memadatkan media, autoklaf, bunsen, pipa paralon, spatula,
cutter, lembar plastik lebar, knapsack sprayer, handsprayer, selang bernozzele,
meteran, timbangan digital, penggaris dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
Jenis jamur tiram yaitu : Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus ) dan Jamur tiram
coklat (Pleurotus cystidiyosus)
Jenis media tanam yaitu :
M0 : Serbuk kayu + Dedak + Kalsit (CaCO3) + Gypsum (CaSO4) + Tepung
jagung
M1 : Jerami + Dedak + Kalsit (CaCO3) + Gypsum (CaSO4) + Tepung jagung
M2 : Ampas teh + Dedak + Kalsit (CaCO3) + Gypsum (CaSO4) + Tepung jagung
Jumlah ulangan : 4
Jumlah kombinasi : 6
Jumlah plot : 24
Jumlah baglog/plot : 5
Jumlah sampel/plot : 3
Jumlah seluruh baglog : 144 baglog
Ukuran plastik baglog : 15 cm x 27 cm x 0.6 cm
Isi baglog : 700 g
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linear
sebagai berikut :
Yij = µ + Ti + εij
Dimana :
Yij : Hasil pengamatan dari perlakuan berbagai media tanam dan ulangan
µ : nilai tengah
Ti : Pengaruh berbagai media tanam
Εij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan berbagai media tanam dan
Jika data yang diperoleh berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda
rataan berdasarkan Uji Jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Bangun, 1991).
Peubah Amatan
Pemunculan Tubuh Buah Pertama (hari)
Waktu tubuh buah muncul pertama kali ditentukan setelah pemunculan
tubuh buah yang pertama kali terlihat.
Umur Panen Hari)
Umur panen dihitung setelah jamur siap panen dengan cirri-ciri tudung
tubuh buah telah membuka sempurna.
Jumlah Rumpun Tubuh Buah (buah)
Jumlah rumpun tubuh buah mulai dihitung setelah tunas muncul pertama
kali sampai tubuh buah siap panen.
Jumlah Tubuh Buah/Rumpun (buah)
Jumlah tubuh buah per rumpun dihitung pada saat panen. Semua tubuh
buah yang sudah dalam keadaan siap panen.
Diameter Tudung Tubuh Buah (cm)
Diameter tudung tubuh buah diukur dengan menggunakan penggaris
dengan mengukur tudung buah jamur yang paling besar yang sudah siap dipanen
dan telah diberi tanda terlebih dahulu.
Panjang tangkai tudung tubuh buah diukur dengan menggunakan
penggaris. Diukur mulai dari pangkal tangakai hingga ujung tang tangkai. Panjang
tangkai buah yang diukur adalah tangakai tudung tubuh buah yang paling besar
(jamur utama) dan telah diberi tanda sebelumnya.
Interval Panen (hari)
Interval panen dihitung dengan membandingkan panen yang pertama
dengan yang kedua, kemudian panen yang kedua dengan panen yang ketiga.
Bobot Tubuh Buah (g)
Berat tubuh buah dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan digital.
Karena panen jamur tiram dilakukan lebih dari sekali maka berat badan tubuh
buah dihitung setiap kali panen, kemudian dijumlahkan mulai dari panen pertama
sampai terakhir dan kemudian dirata-ratakan.
Nilai Rasio Efisiensi Biologis (%)
Nilai REB = Berat hasil x 100 % Berat log tanaman
Nilai REB dihitung setelah pengukuran bobot tubuh buah pada masing-masing
baglog sampel.
Pelaksanaan Penelitian
Sanitasi Ruang Inkubasi
Sanitasi ruangan yang digunakan untuk pertumbuhan miselium dan tubuh
buah jamur tiram dilakukan dengan membersihkan seluruh bagian ruangan yang
Bagian dalam rumah jamur dibersihkan dengan menggunakan sapu.
Sampah-sampah yang berada di sekitar ruangan dibersihkan, agar tidak menjadi sumber
kontaminasi bagi pertumbuhan jamur.
Persiapan Media Tanam
1. Serbuk Kayu
Serbuk kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk kayu yang
didapat dari tempat penggergajian. Pertama kali serbuk kayu diayak dengan
menggunakan ayakan yang biasa digunakan untuk mengayak pasir, tujuannya
agar potongan kayu akan halus dan tidak akan merobek plastik. Kemudian
dimasukkan kekarung beras .
2. Jerami
Jerami yang sudah kering dihancurkan dengan gilingan kasar atau
dipotong-potong sehingga berukuran 0.5-1 cm, lalu dimasukkan kedalam karung
beras.
3. Ampas Teh
Ampas teh yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas teh yang
diambil dari pabrik pembuatan teh Sidamanik. Ampas teh ini dimasukkan
kedalam karung beras.
Perlakuan Media Tanam
Semua campuran media dihamparkan dilantai, dengan urutan dari lapisan
bawah ke atas yaitu :
• Serbuk kayu + Dedak + Kalsit + Gipsum + Tepung jagung
• Ampas Teh + Dedak + Kalsit + Gipsum + Tepung Jagung
Dengan perbandingan formulasi media Menurut Chang dan Quimio (1982)
Bahan Perbandingan (kg)
1. Serbuk kayu/jerami/ampas teh 100 g
2. Dedak halus 10 kg
3. Kalsit 0.5 kg
4. Gypsum 1.5 kg
5. Tepung jagung 4 kg
6. Air secukupnya
Pengomposan
Pengomposan dilakukan dengan cara mencampurkan bahan dasar
(serbuk kayu, jerami dan ampas teh) dengan kalsit dibiarkan selama 2 hari, ini
berguna untuk melapukkan bahan dasar media jamur tiram. Setelah 2 hari
dicampurkan dengan dedak, tepung jagung, dan gypsum dan dimasukkan dalam
plastik polypropilen.
Pengisian Media
Media yang telah dicampur dimasukkan dalam kantongan plastik pp
sebanyak ± 700 g, kemudian dipadatkan dengan menggunakan potongan kayu
yang sudah dibentuk ujung runcing, kemudian ujung plastik disatukan dan
dipasang cicin yang terbuat dari pipa paralon pada bagian leher plastik sehingga
bungkusan akan menyerupai botol. Bungkusan diketatkan dan diikat dengan karet,
dan ditutup dengan lembaran plastik (10x10 cm) dan diikat kembali dengan karet
Sterillisasi
Sterillisasi dilakukan dengan menggunakan autoklaf dengan tekanan
1.5 Psi pada suhu 121 ºC selama 1 jam.
Pendinginan
Media yang telah disterillisasi didinginkan selama ± 24 jam sebelum
inokulasi dengan bibit. Pendinginan dilakukan hingga temperatur media turun
(35-40 ºC).
Inokulasi
Inokulasi dilakukan dengan cara taburan, yaitu dengan menaburkan bibit
ke dalam media tanam. Untuk memasukkan bibit digunakan spatula yang telah
disterilkan dengan alkohol dan dibakar diatas Bunsen. Terlebih dahulu tutup
plastik, dan pipa paralon dibuka dan bibit jamur ditaburkan dibagian permukaan
atas media secara merata. Media yang telah diisi selanjutnya dipasang pipa
paralon dan ditutup lagi dengan kertas kemudian diikat dengan karet gelang.
Inkubasi (Spawing)
Media yang telah diisi dengan bibit disimpan pada kondisi tertentu agar
miselia jamur tumbuh. Suhu yang diperlukan untuk menumbuhkan miselia jamur
antara 22-28 ºC. Apabila suhu terlalu tinggi maka dapat diturunkan dengan
membasahi lantai dan dinding ruangan dengan menggunakan knapsack spayer
yang di dalamnya diisi air bersih. Selama masa inkubasi, ruangan dipertahankan
gelap dan semianaerob yaitu dengan membuka ruangan selama 2 jam untuk
sirkulasi udara. Inkubasi dilakuakan hingga media bewarna putih. Media akan
Penumbuhan (Growing)
Setelah 40-60 hari dan media dipenuhi oleh miselia jamur akan siap
dilakukan penumbuhan tubuh buah (growing). Media dipindahkan ke ruang
penumbuhan. Penumbuhan dilakukan dengan cara membuka plastik yang telah
ditumbuhi miselia jamur, 1-2 minggu setelah dibuka biasanya akan tumbuh buah
(primordium) dan setelah 3-5 hari dapat dipanen.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman pada media dan ruangan penumbuhan tubuh buah jamur
dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Penyiraman media jamur dilakukan
setelah baglog dipindahkan ke ruangan growing (setelah baglog dibuka).
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan handspyer. Penyiraman ruangan
pertumbuhan tubuh buah jamur tiram dengan menggunakan knapsack sprayer
yang diisi dengan air bersih, bagian yang disiram adalah lantai dan dinding
ruangan.
Pemisahan
Pemisahan dilakukan jika terdapat media atau bibit yang terkontaminasi
jamur lain yang ditandai dengan tumbuhnya kapang jamur lain 2-3 hari setelah
inokulasi.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang jamur adalah ulat, kecoa, tikus dan rayap.
Untuk pengendalian ulat pada umumnya dilakukan secara manual setelah panen,
dilakukan pengendalian dengan menggunakan perangkap tikus dan untuk kecoa
menggunakan pestisida berbentuk kapur. Sedangkan penyakit yang sering muncul
pada baglog adalah tumbuhnya kapang jamur lain yang dapat mengganggu
pertumbuhan jamur tiram, pengendaliannya adalah dengan memusnakan atau
dibakar. Pengendalian rayap yaitu dengan memberikan anti rayap seperti sevin
untuk mengusir rayap. Secar alami pengendalian hama penyakit yaitu dengan
menyiramkan air kapur ke dinding ruangan agar ruangan menjadi basah sehingga
siklus hama tergangu, sehingga sulit berkembang biak.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tubuh buah jamur tumbuh sesuai dengan
kriteria panen yaitu setelah berumur 3-5 hari. Dimana tepi tudung mulai
menampakkan tepi yang jelas. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Jenis jamur tiram putih (J1) menunjukkan pertumbuhan yang baik pada media
M0 (Serbuk kayu + Dedak + Kalsit (CaCO3) + Gypsum (CaSO4) + Tepung
jagung) dan pada media M1 (Jerami + Dedak + Kalsit (CaCO3) + Gypsum
(CaSO4) + Tepung jagung), namun belum menunjukkan pertumbuhan pada
media M2 (Ampas teh + Dedak + Kalsit (CaCO3) + Gypsum (CaSO4) +
Tepung jagung).
2. Perlakuan media tanam menunjukkan bahwa media yang paling baik untuk
dijadikan media alternatif selain serbuk kayu untuk budidaya jamur tiram
adalah jenis media M1 (media campuran jerami) yang terlihat pada parameter
pemunculan tubuh buah pertama, umur panen, jumlah rumpun tubuh buah
panen III, jumlah tubuh buah/rumpun panen I, diameter tudung tubuh buah
panen III, panjang tangkai tudung tubuh buah panen III, dan bobot tubuh buah
panen II.
3. Jenis jamur tiram coklat hingga akhir pengamatan belum menunjuk kan
adanya pertumbuhan di semua media yang digunakan.
4. Dalam pengamatan visual miselium jamur tiram putih dan coklat dapat
tumbuh baik pada semua permukaan media tanam.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap jenis-jenis jamur tiram
lainnya dan komposisi media pertumbuhan yang terbaik agar diperoleh hasil yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan jenis
media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jamur tiram coklat. Namun
berpengaruh nyata terhadap jamur tiram putih pada parameter pemunculan tubuh
buah pertama, umur panen, jumlah rumpun tubuh buah panen II, dan III, jumlah
tubuh buah/rumpun panen I, II dan III, diameter tudung buah panen I, II, dan III,
panjang tangkai tudung buah panen I, II, dan III, bobot tubuh buah panen I, II dan
III, interval panen dan nilai rasio efisiensi biologi (REB) selama 70 hari
pengamatan.
Pemunculan Tubuh Buah Pertama (hari)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa perlakuan jenis media
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter pemunculan tubuh buah pertama.
Data pengamatan pemunculan tubuh buah pertama dan sidik ragamnya dapat
dilihat pada lampiran 5 dan 6.
Data rataan pemunculan tubuh buah pertama jamur tiram putih dalam
Tabel 3. Rataan Pemunculan Tubuh Buah Pertama Jamur Tiram Putih dalam Hubungannya dengan Jenis Media Tanam.
Jenis Media Pemunculan Tubuh Buah Pertama
M0 10.50 a
M1 9.08 b
M2 0.00 c
Rataan 6.53
Keterangan: Angka-angka yang diiukuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa perlakuan jenis media menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap pemunculan tubuh buah pertama, dengan
pemunculan tercepat terdapat pada perlakuan M1 (9.08 hari). Sedangkan pada
media M2 belum tumbuh buah selama 70 hari pengamatan sehingga diberi nilai 0.
Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M1 dan M0.
Perbedaan pemunculan tubuh buah pertama jamur tiram putih pada
perlakuan jenis media tanam dapat dilihat pada gambar 2.
10.50 9.08 0.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
M0 M1 M2
Jenis Media Tanam
P e m u n c u la n T u b u h b u a h P e rt a m a ( h a ri )
Jamur Tiram Putih
[image:43.595.133.427.488.670.2]Umur Panen (hari)
Dari hasil analisis data diperoleh bahwa jenis media (serbuk kayu dan
jerami) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap umur panen. Data
pengamatan dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8.
Data rataan umur panen jamur tiram putih dalam hubungannya dengan
[image:44.595.111.510.316.413.2]jenis media tanam dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rataa umur panen jamur tiram putih dalam hubungannya dengan jenis media tanam
Jenis Media Tanam Umur Panen (HST)
M0 62.04 a
M1 64.30 a
M2 0.00 b
Rataan 42.11
Keterangan: Angka-angka yang diiukuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa perlakuan jenis media tanam
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap umur panen. Panen tercepat terdapat
pada perlakuan M0 (62.04 HST) dan pada perlakuan M2 belum tumbuh tubuh
buah hingga akhir pengamatan selama 70 hari sehingga diberi nilai 0. Perlakuan
M2 berbeda nyata dengan M1 dan M0. Perlakuan M0 tidak berbeda nyata dengan
M1.
Perbedaan umur panen jamur tiram putih pada perlakuan jenis media
62.04 64.30 0.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
M0 M1 M2
Jenis Media Tanam
U m u r P a n e n ( H S T )
[image:45.595.151.406.96.269.2]Jamur Tiram Putih
Gambar 3. Histogram Perbedaan Umur Panen Jamur Tiram Putih pada Perlakuan Jenis Media Tanam.
Jumlah Rumpun Tubuh Buah (buah)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa jenis media tanam
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah rumpun tubuh buah. Data
pengamatan jumlah rumpun tubuh buah panen I, II dan III dan sidik ragamnya
dapat dilihat pada lampiran 9,10, 11, 12, 13 dan 14.
Data rataan jumlah rumpun tubuh buah jamur tiram putih panen I sampai
dengan panen III dalam hubungannya jenis media tanam dapat dilihat pada
[image:45.595.109.511.647.721.2]tabel 5.
Tabel 5. Rataan jumlah rumpun tubuh buah jamur tiram putih panen I sampai dengan III dalam hubungannya dengan jenis media tanam.
Perlakuan
Jumlah Rumpun Tubuh Buah (buah)
Total
I II III
M0 4.00 a 4.25 a 1.67 a 9.92 a
M1 4.00 a 4.00 a 1.50 a 9.50 a
M2 0.00 b 0.00 b 0.00 b 0.00 b
Dari tabel 5. juga dapat dilihat bahwa jumlah rumpun tubuh buah panen I
terbanyak terdapat pada perlakuan M0 dan M1 (4.00 buah) dan pada perlakuan
M2 belum ada rumpun tubuh buah sehingga diberi nilai 0. Perlakuan M2 berbeda
nyata dengan M1 dan M0. Pada panen II jumlah rumpun tubuh buah terbanyak
terdapat pada perlakuan M0 (4.25 buah) dan pada perlakuan M2 belum ada
rumpun tubuh buah selama 70 hari pengamatan sehingga diberi nilai 0. Perlakuan
M2 berbeda nyata terhadap M1 dan M0. Sedangkan panen III jumlah rumpun
tubuh buah terbanyak terdapat pada M0 (1.67 buah) dan pada perlakuan M2
belum ada rumpun tubuh buah selama 70 hari pengamatan sehingga diberi nilai 0.
Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M0 dan M1.
III.
Hubungan antara jenis media tanam terhadap jumlah rumpun tubuh buah
[image:46.595.162.485.491.650.2]jamur tiram putih pada periode panen I sampai dengan panen III dapat dilihat pada
gambar 4. 4.00 4.00 0.00 4.25 4.00 0.00 1.67 1.50 0.00 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50
M0 M1 M2
Jenis Media Tanam
J lh r u m p u n T u b u h B u a h ( b u a h ) Panen I Panen II panen III
Jumlah Tubuh Buah/rumpun (buah)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa jenis media menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah tubuh buah/rumpun. Data pengamatan
jumlah tubuh buah/rumpun panen I, II dan III serta sidik ragamnya dapat dilihat
pada lampiran 15, 16, 17, 18, 19 dan 20.
Data rataan jumlah tubuh buah/rumpun jamur tiram putih pada periode I
sampai dengan panen III dalam hubungannya dengan jenis media tanam dapat
[image:47.595.114.511.390.507.2]dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan jumlah tubuh buah/rumpun jamur tiram putih pada periode panen I sampai panen III dalam hubungannya dengan jenis media tanam.
Perlakuan
Jumlah Tubuh Buah/Rumpun (buah)
Total
I II III
M0 4.67 a 1.50 a 1.67 a 7.84 b
M1 5.09 a 1.50 a 1.50 a 8.09 a
M2 0.00 b 0.00 b 0.00 b 0.00 c
Keterangan: Angka-angka yang diiukuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari tabel 6 juga dapat dilihat bahwa jumlah tubuh buah/rumpun pada
panen I terbanyak terdapat pada perlakuan M1 (5.09 Buah) dan pada perlakua M2
belum ada tubuh buah/rumpun sehingga diberi nilai 0. Perlakuan M2 berbeda
nyata dengan M0 dan M1, sedangkan M1 tidak berbeda nyata dengan M0. Pada
panen III terbanyak terdapat pada perlakuan M0 (1.67 buah) dan pada perlakuan
M2 belum ada tubuh buah/rumpun selama 70 hari pengamatan sehingga diberi
nialai 0. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M0 dan M1, sedangkan M0 tidak
terdapat pada perlakuan M0 dan M1 (1.50 buah) dan pada M2 belum ada rumpun
tubuh buah/rumpun selama 70 hari pengamatan sehingga diberi nilai 0. Perlakuan
M3 berbeda nyata dengan M0 dan M1.
Hubungan antara jenis media tanam dengan jumlah tubuh buah/rumpun
jamur tiram putih pada periode panen I samapai dengan panen III dapat dilihat
pada gambar 5.
4.67 5.09 0.00 1.50 1.49 0.00 1.67 1.50 0.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
M0 M1 M2
Jenis media tanam
J lh T u b u h B u a h /R u m p u n ( b u a h ) Panen I Panen II Panen III
Gambar 5. Histogram hubungan antara jenis media tanam dengan jumlah tubuh/rumpun jamur tiram putih pada perioide panen I sampai dengan panen III.
Diameter Tudung Buah (cm)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa jenis media tanam
menunjukkan pengaruh yang nyata pada diameter tudung buah pada panen I, II
dan III. Data pengamatan diameter tudung buah I, II dan III serta sidik ragamnya
dapat dilihat pada lampiran 21, 22, 23, 24, 25 dan 26.
Data rataan diameter tudung buah jamur tiram putih pada periode panen I
sampai dengan III dalam hubungannya dengan jenis media tanam dapat dilihat
[image:48.595.131.501.268.427.2]Tabel 7. Rataan diameter tudung buah jamur tiram putih pada periode panen I sampai panen III dalam hubungannya dengan jenis media tanam.
Perlakuan
Diameter Tudung Tubuh Buah (cm)
Total
I II III
M0 10.18 a 11.79 a 9.00 a 30.97 a
M1 9.23 a 11.26 a 10.39 a 30.88 a
M2 0.00 b 0.00 b 0.00 b 0.00 b
Keterangan: Angka-angka yang diiukuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari tabel 7. juga dapat dilihat diameter terlebar pada panen I terdapat
pada perlakuan M0 (10.18 cm) dan pada M2 belum tumbuh tubuh buah selama 70
hari pengamatan sehingga diberi nilai 0. Pada panen II diameter terlebar tedapat
pada perlakuan M0 (11.79 cm) dan Pada M2 belum tumbuh tubuh buah sampai
akhir pengmatan selama 70 hari sehingga diberi nilai 0. Pada panen III diameter
terlebar terdapat pada perlakuan M1 (10.39 cm) dan M2 belum ada tumbuh tubuh
buah sehingga selama 70 hari pengamatan sehingga diberi nilai 0. perlakuan M2
berbeda nyata dengan M0 dan M1, sedangkan M1 tidak berbeda nyata dengan
M1.
Hubungan antara jenis media tanam dengan diameter tudung buah jamur
tiram putih pada periode panen I sampai dengan panen III dapat dilihat pada
10.18 9.23 0.00 11.79 11.26 0.00 9.00 10.39 0.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00
M0 M1 M2
Jenis Media Tanam
[image:50.595.127.493.88.266.2]D ia m e te r T u d u n g T u b u h B u a h ( c m ) Panen I Panen II Panen III
Gambar 6. Histogram hubungan antara jenis media tanam dengan diameter tudung buah jamur tiram putih pada periode panen I sampai dengan panen III.
Panjang Tangkai Tudung Buah (cm)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa jenis media tanam
menunjukkan pengaruh yang nyata pada panjang tangkai tudung buah pada panen
I, II dan III. Data pengamatan panjang tangkai tudung buah pada panen I, II dan
III serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 27, 28, 29, 30, 31 dan 32.
Data raataan panjang tangkai tudung buah jamur tiram putih pada periode
panen I sampai dengan panen III dalam hubungannya dengan jenis media tanam
dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan Panjang Tangkai Tudung Buah Jamur Tiram Putih Pada Periode Panen I sampai dengan Panen III Dalam Hubungannya Jenis Media Tanam.
Perlakuan
Panjang Tangkai Tudung Buah (cm)
Total
I II III
M0 6.57 a 7.18 a 7.52 a 21.27 a
M1 6.43 a 6.62 b 7.55 a 20.60 b
M2 0.00 b 0.00 c 0.00 b 0.00 c
[image:50.595.110.515.624.731.2]Dari tabel. 8 juga dapat dilihat bahwa jenis media tanam berpengaruh
nyata dengan panjang tangkai tudung buah. Panjang tangkai tudung buah
terpanjang terdapat pada panen I yaitu pada perlakuan M0 (6.57 cm) dan pada M2
belum tumbuh tubuh buah selama 70 hari pengamtan. Pada Panen II terpanjang
pada perlakuan M0 (7.18 cm) dan pada M2 belum tumbuh tubuh buah selama 70
hari pengamtan sehingga diberi nilai 0. Sedangkan pada panen III terpanjang
terdapat pada perlakuan M1 (7.55 cm) dan pada M2 belum tumbuh tubuh buah
selama 70 hari pengamatan sehingga diberi nilai 0. Perlakuan M2 berbeda nyata
dengan M0 dan M1.
Hubungan antara jenis media tanam dengan panjang tangkai tudung buah
[image:51.595.141.483.433.606.2]jamur tiram putih pada periode panen I sampai dengan panen III dapat dilihat pada
gambar 7. 6.57 6.43 0.00 7.18 6.62 0.00 7.52 7.55 0.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
M0 M1 M2
Jenis Media Tanam
P a n ja n g D ia m e te r T u d u n g B u a h (c m
) Panen I
Panen II
Panen III
Gambar 7. Histogram hubungan jenis media tanam dengan panjang tangkai tudung buah jamur tiram putih pada periode panen I sampai dengan panen III.
Bobot Tubuh Buah (g)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa jamur tiram putih dan
panen I, II dan III. Data pengamatan bobot tubuh buah pada panen I, II dan III
serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 32, 33, 34, 35, 36 dan 37.
Data rataan bobot tubuh buah jamur tiram putih pada periode panen I
sampai dengan panen III dalam hubungannya dengan jenis media tanam dapat
[image:52.595.113.516.285.394.2]dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rataan Bobot Tubuh Buah Jamur Tiram Putih Pada Periode Panen I sampai dengan Panen III dalam hubungannya dengan jenis media tanam.
Perlakuan
Bobot Tubuh Buah (g)
Total
I II III
M0 47.96 a 36.54 a 77.27 a 161.77 a
M1 46.38 a 53.47 b 58.29 b 158.14 b
M2 0.00 b 0.00 c 0.00 c 0.00 c
Keterangan: Angka-angka yang diiukuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Pada perlakuan jenis media bobot tubuh buah tertinggi pada panen I yaitu
M0 (47.96 g) dan pada M2 belum tumbuh tubuh buah sampai akhir pengamatan.
Pada panen II bobot tubuh buah tertinggi terdapat pada M1 (53.47 g) dan pada M2
belum tumbuh tubuh buah. Sedangkan pada panen III bobot tubuh buah tertinggi
terdapat pada M0 (53.92 g) dan pada M2 belum tumbuh tubuh buah. Perlakuan
M2 berbeda nyata dengan M0 dan M1.
Hubungan jenis media tanam dengan bobot tubuh buah jamur tiram putih
47.96 46.38 0.00 36.54 53.47 0.00 77.27 58.29 0.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
M0 M1 M2
Jenis Media Tanam
B o b o t T u b u h B u a h ( g ) Panen I Panen II Panen III
Gambar 8. Histogram hubungan antara jenis media tanam dengan bobot tubuh buah jamur tiram putih pada periode panen I samapai dengan panen III.
Interval Panen (hari)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa jamur tiram dan jenis
media tanam menunjukkan pengaruh yang nyata pada interval panen. Data
pengamatan interval panen dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 38 dan
39.
Data rataan interval panen dalam hubungannya dengan jamur tiram putih
[image:53.595.136.491.97.271.2]dan jenis media tanam dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Rataan interval panen dalam hubungannya dengan jamur tiram putih dan jenis media tanam.
Jenis Media Tanam Interval Panen (hari)
M0 7.71 a
M1 7.34 a
M2 0.00 b
Rataan 5.02
[image:53.595.111.511.601.699.2]Dari tabel. 10 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis media menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap interval panen, interval panen tercepat terdapat
pada perlakuan M1 (7.34 hari) dan pada M2 belum tumbuh tubuh buah sampai
akhir pengamatan selama 70 hari sehingga diberi nilai 0. perlakuan M2 berbeda
nyata dengan M1 dan M0.
Hubungan antara jamur tiram putih dan jenis media tanam terhadap
interval panen jamur tiram putih dapat dilihat pada gambar 9.
7.71 7.34 0.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
M0 M1 M2
Jenis Media Tanam
In te rv a l P a n e n ( h a ri )
[image:54.595.143.441.302.453.2]Jamur Tiram Putih
Gambar 9. Histogram hubungan jamur tiram putih dan jenis media tanam terhadap interval panen jamur tiram putih.
Nilai Rasio Efisiensi Biologi (REB)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa perlakuan jenis media
tanam menunjukkan pengaruh yang nyata pada nilai rasio efisiensi biologi. Data
pengamatan nilai rasio efisiensi biologi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada
lampiran 40 dan 41.
Data rataan nilai rasio efisiensi biologi dalam hubungannya dengan jamur
Tabel 11. Rataan nilai rasio efisiensi biologi dalam hubungannya dengan jamur tiram putih dan media tanam.
Jenis Media Tanam Rasio Efisiensi Biologis (%)
M0 23.21 a
M1 22.59 a
M2 0.00 b
Rataan 15.27
Keterangan: Angka-angka yang diiukuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari tabel. 11 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis media tanam
berpengaruh nyata terhadap rasio efisiensi biologi dengan nilai efisiensi biologi
tertinggi terdapat pada perlakuan M0 (23.21%) dan pada M2 belum tumbuh tubuh
buah selama 70 hari pengamtan sehingga diberi nilai 0. perlakuan M2 berbeda
nyata dengan M1 dan M0.
Hubungan antara jamur tiram putih dan jenis media tanam terhadap nilai
efisiensi biologi dapat dilihat pada gambar 10.
23.21 22.59 0.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
M0 M1 M2
Jenis Media Tanam
R a s io E fi s ie n s i B io lo g i (% )
Jamur Tiram Putih
[image:55.595.147.479.476.634.2]<