• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L)Lam) pada Pemberian Beberapa Bahan Organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L)Lam) pada Pemberian Beberapa Bahan Organik"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas(L.) Lam) PADA PEMBERIAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK

SKRIPSI

OLEH:

ERISKA RUKMANA HS/070301032 BDP AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas(L.) Lam)PADA PEMBERIAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK

SKRIPSI

OLEH:

ERISKA RUKMANA HS/070301032 BDP AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

JudulPenelitian :Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas(L) Lam) pada Pemberian Beberapa Bahan Organik

Nama : Eriska RukmanaHasibuan

NIM : 070301032

Jurusan : BudidayaPertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr. Dra.Ir. Chairani Hanum, MS) (Ir. Syukri)

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui,

(Ir. T. Sabrina M. Agr. Sc. PhD) Ketua Departemen Agroekoteknologi

(4)

ABSTRAK

ERISKA RUKMANA HASIBUAN. Pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas (L) Lam) pada pemberian beberapa bahan organik. Dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan SYUKRI.

Ubi jalar sebagai salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang keempat setelah padi, jagung dan ubi kayu adalah dalam hal kandungan gizinya terutama pada kandungan beta karoten yang cukup tinggi. Pemilihan kultivar yang ditanam erat hubungannya dengan tujuan pemanfaatnya. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang pada gilirannya akan memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman. Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian Cengkeh Turi, Binjai mulai dari bulan Desember 2010 sampai Februari 2011. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor. Faktor I yakni Varietas A 82, Varietas MSU 03028-10 dan Varietas Daya. Faktor ke II yakni Bahan Organik yaitu Tanpa Bahan Organik (0 g/tanaman), Kompos TKKS (250g/tanaman), Kompos Pupuk Kandang Sapi (250 g/tanaman), Kompos Blotong (250 g/tanaman).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman, panjang umbi, lilit umbi, indeks panen. Bahan Organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman, bobot umbi per plot, rataan bobot umbi, bobot umbi dan indeks panen. Interaksi Varietas dan Bahan Organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman.

(5)

ABSTRACT

ERISKA RUKMANA HASIBUAN. Growth and production of sweet potatoes (Ipomoea batatas (L) Lam) by giving organic matters. Supervised by CHAIRANI HANUM and SYUKRI.

Sweet potatoes is stample food by people which produce carbohidrate number fourth after rice, corn, and cassava and contains carotein is more. Cultivar is related by the porpuse. Organic matters can effect physics, chemical and biological of soil that can repair growth and product plants. This research is want to know effectivity of organic matters to growth and production of sweet potatoes. This research was held in practice field of Cengkeh Turi, Binjai from Desember 2010 to February 2011.The method of this research is randomized block design factorial with 2 factors. Factor I is A 82 Variety , MSU 03028-10 Variety, Daya Variety, Factor 2 is organic matters, such as None organic matters (0 g/plants) empty coconut palm oil(250 g/plants), cow pods as bioactive compost (250 g/plants), sugar pods asbioactive compost (250g /plants).

The result of this research showed that Variety effected significantly on increase height of plant, height of tuber, wrap round of tuber, index of yield. Organic Matters effect significantly on increase height of plants, weight tuber per plots, average weight tuber, weight tuber and index of yield. The interaction of variety and organic matters effect significantly to increase height of plants.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Eriska Rukmana Hs dilahirkan di Jambi 2 Oktober 1989, anak pertama dari 3 bersaudara, dari Ayahanda Ir.Gunawan Hasibuan dan Ibunda Nelly Ernida Harahap. Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah : Sekolah Dasar di SDN 050694 Langkat tamat tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Langkat tamat tahun 2004. Sekolah Menengah Atas di SMAN 6 Medan tamat tahun 2007. Diterima di Fakultas Petanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tahun 2007 melalui jalur SPMB dengan memilih jurusan Budidaya Pertanian dengan Program Studi Agronomi hingga sekarang.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai asisten Laboratorium Agroklimatologi (TA. 2009-2011), Laboratorium Ekologi Tanaman (2009-2011).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) pada Pemberian Beberapa Bahan Organik yang merupakan syarat untuk dapat menempuh sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dra.Ir. Chairani Hanum, MS dan Ir. Syukri selaku dosen pembimbing skripsi. Ayahanda Ir. Gunawan Hasibuan, ibunda Nelly Ernida Harahap, adinda Fitrah Aulia Hasibuan dan Dinda Rizki Salsabila Hasibuan serta kepada teman teman BDP 2007 khususnya Chaty, Dewi, Iqbal, Hendra, bang Juli dan Amri Zatasa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

(8)

DAFTAR ISI

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN ...17

(9)

Peubah Amatan ...21

Pertambahan Panjang Tanaman (cm) ...21

Panjang Umbi (cm)...21

Jumlah Umbi (umbi)...21

Bobot Umbi (g)...21

Rataan Bobot Umbi...23

Bobot Umbi Per Plot (g) ...23

Lilit Umbi (cm)...23

Indeks Panen...23

HASIL DAN PEMBAHASAN ...24

KESIMPULAN DAN SARAN ...41

Kesimpulan ...41

Saran...41

DAFTAR PUSTAKA...42

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 1. Pertambahan Panjang ubi jalar beberapa varietas dan bahan organik

umur 5 MST... 24

2. Panjang umbi ubi jalar pada beberapa varietas dan bahan organik ... 26

3. Jumlah umbi ubi jalar pada beberapa varietas dan pemberian bahan organik... 30

4. Bobot umbi ubi jalar pada pemberian bahan organik. ... 31

5. Rataan bobot umbi ubi jalar pada pemberian bahan organik... 33

6. Bobot umbi ubi jalar per plot pada pemberian bahan organik... 34

7. Lilit umbi ubi jalar pada beberapa varietas... 37

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Pertambahan panjang tanaman ubi jalar 5 MST beberapa

varietas ubi jalar dan bahan organik ... 25

2. Panjang umbi ubi jalar pada pemberian bahan organik ... 26

3. Panjang umbi ubi jalar pada beberapa varietas... 27

4. Bobot umbi ubi jalar pada pemberian bahan organik ... 32

5. Rataan bobot umbi ubi jalar pada pemberian bahan organik... 34

6. Bobot umbi ubi jalar per plot pada pemberian bahan organik... 35

7. Lilit umbi ubi jalar pada beberapa varietas... 37

8. Indeks panen ubi jalar pada pemberian bahan organik ... 39

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1.Deksripsi Varietas Daya... 44

2.Perhitungan Kebutuhan Bahan Organik dan Pupuk Dasar ... 45

3.Bagan Penelitian... 47

4. Jadwal Kegiatan ... 48

5. Analisis Tanah... 49

6. Analisis Kompos... 49

7. Foto Lahan...50

8. Foto Ubi Jalar pada Setiap Perlakuan sebelum Panen ... 51

9. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman 1 MST (cm) ... 55

10.Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 1 MST... 56

11.Rataan Pertambahan Panjang Tanaman 2 MST (cm) ... 56

12.Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 2 MST... 57

13.Rataan Pertambahan Panjang Tanaman 3 MST (cm) ... 57

14.Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 3 MST... 58

15. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman 4 MST (cm) ... 58

16. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 4 MST... 59

17. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman 5 MST (cm) ... 59

18. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 5 MST... 60

19. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman 6 MST (cm) ... 60

20. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 6 MST... 61

21. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman 7 MST (cm) ... 61

22. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 7 MST... 62

23. Rataan Panjang Umbi (cm) ... 62

24. Daftar Sidik Ragam Panjang Umbi... 63

25.Rataan Jumlah Umbi (umbi) ... 63

26. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi... 64

27.Rataan Bobot Umbi (g) ... 64

28. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi... 65

29. Rataan Bobot Umbi (g) ... 65

30. Daftar Sidik Ragam Rataan Bobot Umbi... 66

31.Rataan Bobot Umbi per Plot (g) ... 66

32. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi per Plot ... 67

33. Rataan Lilit Umbi (cm) ... 67

34. Daftar Sidik Ragam Lilit Umbi... 68

35.Rataan Indeks Panen ... 68

36. Daftar Sidik Ragam Indeks Panen ... 69

(13)

ABSTRAK

ERISKA RUKMANA HASIBUAN. Pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas (L) Lam) pada pemberian beberapa bahan organik. Dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan SYUKRI.

Ubi jalar sebagai salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang keempat setelah padi, jagung dan ubi kayu adalah dalam hal kandungan gizinya terutama pada kandungan beta karoten yang cukup tinggi. Pemilihan kultivar yang ditanam erat hubungannya dengan tujuan pemanfaatnya. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang pada gilirannya akan memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman. Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian Cengkeh Turi, Binjai mulai dari bulan Desember 2010 sampai Februari 2011. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor. Faktor I yakni Varietas A 82, Varietas MSU 03028-10 dan Varietas Daya. Faktor ke II yakni Bahan Organik yaitu Tanpa Bahan Organik (0 g/tanaman), Kompos TKKS (250g/tanaman), Kompos Pupuk Kandang Sapi (250 g/tanaman), Kompos Blotong (250 g/tanaman).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman, panjang umbi, lilit umbi, indeks panen. Bahan Organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman, bobot umbi per plot, rataan bobot umbi, bobot umbi dan indeks panen. Interaksi Varietas dan Bahan Organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman.

(14)

ABSTRACT

ERISKA RUKMANA HASIBUAN. Growth and production of sweet potatoes (Ipomoea batatas (L) Lam) by giving organic matters. Supervised by CHAIRANI HANUM and SYUKRI.

Sweet potatoes is stample food by people which produce carbohidrate number fourth after rice, corn, and cassava and contains carotein is more. Cultivar is related by the porpuse. Organic matters can effect physics, chemical and biological of soil that can repair growth and product plants. This research is want to know effectivity of organic matters to growth and production of sweet potatoes. This research was held in practice field of Cengkeh Turi, Binjai from Desember 2010 to February 2011.The method of this research is randomized block design factorial with 2 factors. Factor I is A 82 Variety , MSU 03028-10 Variety, Daya Variety, Factor 2 is organic matters, such as None organic matters (0 g/plants) empty coconut palm oil(250 g/plants), cow pods as bioactive compost (250 g/plants), sugar pods asbioactive compost (250g /plants).

The result of this research showed that Variety effected significantly on increase height of plant, height of tuber, wrap round of tuber, index of yield. Organic Matters effect significantly on increase height of plants, weight tuber per plots, average weight tuber, weight tuber and index of yield. The interaction of variety and organic matters effect significantly to increase height of plants.

(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ubi jalar (Ipomoea batatas(L.) Lam), ubi kayu (Manihot uttilisima Pohl), dan talas (Colocasia esculentum(L.) Shoot) diketahui sebagai penghasil karbohidrat yang produktif dan bernilai ekonomis. Produktivitas ketiga tanaman umbi-umbian diatas rata-rata mencapai hasil 11,5 ton/Ha. Tanaman umbi sebagai sumber pangan karena kandungan karbohidrat yang tinggi juga mengandung vitamin. Umbi dari hasil tanaman ubi banyak digunakan sebagai bahan baku produk olahan seperti, tepung tapioka dan produk-produk makanan lainnya (Turmudi dkk, 2005).

Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan tanaman pangan dan golongan ubi-ubian aslinya berasal dan Amerika Latin. Di Indonesia tanaman ini disenangi petani karena mudah pengelolaannya relatif tahan terhadap kekeringan, di samping itu dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Keistimewaan lain ubi jalar, sebagai salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang keempat setelah padi, jagung dan ubi kayu adalah dalam hal kandungan gizinya terutama pada kandungan beta karoten yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman pangan lainnya. Kandungan beta karoten ubi jalar mencapai 7100 Iu, terutama pada varietas ubi jalar yang warna daging ubinya jingga kemerah-merahan (JuandadanCahyono, 2000).

(16)

produktivitas sebesar 2,89 kuintal/hektar (2,69 persen). Kenaikan produksi ubi jalar tahun 2009 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 150,09 ribu ton (22,35 persen), sedangkan di Luar Jawa mengalami penurunan produksi sebesar 4,35 ribu ton (0,36 persen) (http://www.deptan.go.id, 2010).

Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan. Beberapa peluang penganekaragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini:

a) Daun : sayuran, pakan ternak b) Batang : bahan tanam, pakan ternak c) Kulit ubi : pakan ternak

d) Ubi segar : bahan makanan e) Tepung : makanan

f) Pati : fermentasi, pakan ternak, asam sitrat (Anonimous, 2010).

(17)

setingkat lebih tinggi. Keistimewaan ubi ini juga terletak pada kandungan seratnya yang sangat tinggi. Bagus untuk mencegah kanker saluran pencernaan dan mengikat zat karsinogen penyebab kanker di dalam tubuh. Di bawah ini kandungan gizi Ubji Jalar Merah per 100gr-nya (http:tazar.co.id, 2010).

Komposisi kimia ubi jalar adalah sebagai berikut:

Senyawa Kimia Kandungan

(18)

Peneliltian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian. Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: Lampeneng, Sawo, Cilembu, Rambo, SQ-27, Jahe, Kleneng, Gedang, Tumpuk, Georgia, Layang-layang, Karya, Daya, Borobudur, Prambanan, Mendut, dan Kalasan (Anonimous, 2010).

Bahan organik dapat berperan langsung sebagai sumber hara tanaman setelah mengalami proses mineralisasi dan secara tidak langsung dapat menciptakan suatu kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan meningkatkan ketersediaan hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang pada gilirannya akan memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman (Murbandono, 2005)

Pupuk kandang (pukan) didefenisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan tercampur menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pukan pula. Beberapa petani di daerah memisahkan antara pukan padat dan pukan cair (Darmijati, 1987).

(19)

TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) adalah limbah pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan dihasilkan TKKS sebanyak 22 23% TKKS atau sebanyak 220 230 kg TKKS. Limbah ini belum dimanfaatkan secara baik oleh sebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia. Pengolahan/pemanfaatan TKKS oleh PKS masih sangat terbatas. Sebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia masih membakar TKKS dalam incinerator, meskipun cara ini sudah dilarang oleh pemerintah. Alternatif pengolahan lainya adalah dengan menimbun (open dumping), dijadikan mulsa di perkebunan kelapa sawit, atau diolah menjadi kompos (NingtyasdanAstuti, 2009).

Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat pola pertumbuhan ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) dengan pemberian bahan organik kompos TKKS, pupuk kandang sapi dan kompos blotong tebu.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas(L.) Lam) pada beberapa macam bahan organik.

Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan tanggap pada pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas(L.) Lam) pada pemberian beberapa macam bahan organik.

Kegunaan Penelitian

(20)
(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Dalam Rukmana (1997), klasifikasi tanaman ubi jalar adalah sebagai berikut:

Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di hara dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi. Kedalaman tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih aktif (Sonhaji, 2007).

(22)

kondisi tanah sebagai tempat tumbuhnya tidak pada kondisi optimal (Lakitan, 2000).

Tanaman ubi jalar berbatang lunak, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus, batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang satu ruas antara 1-3 cm dan setiap ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas atau cabang. Panjang batang utama beragam yaitu tergantung varietasnya, dan umumnya berkisar antara 2-3 meter untuk varietas ubi jalar merambat (JuandadanCahyono, 2000).

Daun ubi jalar berbentuk bulat, menyerupai jantung (hati) atau jari tangan, ditopang tangkai yang tegak. Tipe daun bervariasi yaitu rata, berlekuk dangkal dan menjari, sedangkan ujung runcing atau tumpul. Warna daun dari hijau tua sampai kekuningan, sedangkan warna tangkai daun dan tulang daun antara hijau sampai ungu, sesuai warna batangnya (Sarwono, 2005).

Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3-4 cm, berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu, menyerupai warna bunga mekar pagi (morning glory). Bunga mekar pada pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Biji berbentuk dalam kapsul, sebanyak 1-4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan pengausan (skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

(23)

yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif untuk menghasilkan varietas ubi jalar yang baru (JuandadanCahyono, 2000).

Syarat Tumbuh Iklim

Untuk budidaya ubi jalar, temperatur berkisar antara 15 sampai 33ºC diperlukan siklus vegetatif. Dengan suhu optimal antara 20 hingga 25ºC. Temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan vegetatif. Perkembangan umbi-umbian hanya terjadi pada kisaran 20 sampai 30ºC, optimum 25ºC dan umumnya berhenti dibawah 10 º C (http:www.fao.org, 2008).

Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan (http://www.tazar.co.id, 2010).

Tanah

(24)

alkali sering mendorong infeksi bakteri dan menghasilkan pengaruh negatif (http:www.fao.org, 2008).

Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7. Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono, 2005).

Varietas

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman ubi jalar kedua setelah Amerika Latin. Ubi jalar berdaging umbi jingga adalah salah satu sumber -Karoten atau provitamin A. Meskipun potensinya cukup besar, tetapi studi genetika sebagai dasar pengembangan kultivar masih terbatas. Salah satu penyebabnya karena ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan tanaman heksaploid (2n = 6x = 90) serta mempunyai sistem ketidakserasian sendiri (self-incompatibility) dan ketidakserasian silang (cross- incompatibility) (Onggo, 2008).

Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok (Trisnawati dkk, 2004).

Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:

(25)

c. Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur.

d. Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.

e. Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari. Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan (Anonimous, 2010).

Untuk memperoleh tanaman sehat dan hasil tinggi, sebaiknya menggunakan bibit yang sehat dari hama dan penyakit serta dengan varietas/klon yang mempunyai potensi produksi tinggi. Di dalam penyediaan bibit perlu diperhatikan kemurnian dan keseragaman tumbuh di lapangan, bibit bebas dari kotoran serta mempunyai daya kecepatan tumbuh yang tinggi (Setyono dkk, 1995).

(26)

Bahan Organik

Banyak sifat baik pupuk organik terhadap kesuburan tanah antara lain ialah: a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman

dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil.

b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.

c. Tanah lebih mudah diolah untuk tanah-tanah berat.

d. Meningkatkan daya menahan air (water holding capacity). Sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak. Kelengasan air tanah lebih terjaga.

e. Permeabilitas tanah menjadi lebih baik. Menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran), sebaliknya meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan).

f. Meningkatkan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation) sehingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi, akibatnya apabila dipupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci.

g. Memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan tingkat tinggi maupun tingkat rendah ) menjadi lebih baik karena ketersediaan makan lebih terjamin. h. Dapat meningkatkan daya sangga (buffering capasity) terhadap goncangan

perubahan drastis sifat tanah.

i. Mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang berperanan dalam proses dekomposisi bahan organik (http://smartagro.com, 2009).

(27)

nira. Blotong mengandung bahan organik, mineral, serat kasar, protein kasar, dan gula sehingga masih bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak. Komposisi kimia blotong yang dilaporkan Rudiono (2003) meliputi air (60-78%), sukrosa (2,1-7,3%), lilin (2-2,1%), serat (4,3-6,5%), abu (41%), P2O5 (0,4-1,8%), k2O (0,02%), CaO (0,8-1,1%) (Syukur, 2003).

Blotong (limbah pabrik gula) ternyata cukup efektif menekan laju penguapan air tanah. Sifat higroskopisnya mampu mengikat air hujan dalam jumlah banyak. Salah satu menekan air hujan dan menyiasati kekeringan, menurut Justika adalah pemanfaatan mulsa blotong. Sifat higroskopis limbah tebu /pabrik gula yang disebabkan kandungan niranya membuat lahan mampu mengikat air hujan lebih banyak. Dengan begitu pembenamannya ke dalam tanah diharapkan dapat menyerap air hujan lebih banyak sehingga kelembaban tanah dapat lebih terjaga lebih lama. Bukan hanya itu, mulsa juga dapat mempengaruhi aspek iklim lainnya. Mulsa dari blotong dapat menekan energi radiasi untuk menguapkan tanah dan memanaskan udara. Pemberian blotong berpengaruh terhadap berat tanah, karena membentuk agregat tanah, sehingga butiran tanah dapat menyimpan air lebih banyak. Dimana unsur yang diperlukan tanaman akan tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan juga merupakan sumber C-organik yang penting dalam pembentukan humus tanah (Baharsyah, 2007; Sitepu dan Lubis 1997).

(28)

dapat menggantikan fungsi pupuk TSP, Ca CO3, Ca SO4 dan bekatul yang biasa diberikan untuk nutrien tambahan pada media tanam jamur Tiram. Untuk menghasilkan badan buah yang baik diperlukan kandungan selulosa dan nutrien yang cukup. Selulosa didapatkan dari bagas dan nutrien diharapkan tersedia dari blotong, sehingga dalam penelitian ini dicoba menanam jamur Tiram pada bagas yang diberi beberapa macam takaran blotong (RiyatidanSumarsih, 2002).

Hasil penelitian Chairani (2009) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik blotong memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering bagian tanaman bawah dimana hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan B1 (100 g blotong) sebesar 59,22 g dan terendah pada perlakuan B0 (tanpa blotong) sebear 47,50 g. Hal ini dikarenakan kompos blotong mampu mengikat agregat tanah sehingga merangsang pertumbuhan bulu bulu akar tanaman dalam pupuk blotong mengandung Mg yang apabila fotosintesis meningkat maka hasil fotosintesis dipergunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan akibatnya berat tanaman di bawah meningkat

(29)

pasar. Pemanfaatan mulsa diharapkan dapat membantu menurunkan laju inflltrasi (penguapan) dan porositas (penyerapan) air dalam tanah (Mayun 2007).

Pupuk kandang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk kimia yaitu dapat membantu menetralkan pH tanah, membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi gembur sehingga mempertinggi porositas tanah dan secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah, membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan dan juga mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasinya tidak tinggi (MarsonodanSigit, 2001).

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan sisa tandan buah segar (TBS) yang telah dirontokan buahnya setelah dipanen dalam proses pengolahan di pabrik kelapa sawit. Banyaknya tandan kosong adalah 27% dari produksi tandan buah segar dan bila dibakar akan diperoleh abunya sebanyak 1.65% dari berat tandan kosong. Abu TKKS atau disebut juga dengan abu janjang merupakan limbah padat dari hasil pembakaran TKKS didalam incenerator pabrik pengolahan kelapa sawit. TKKS mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan berpotensi untuk dijadikan sebagai pupuk organik. Hasil analisis kimianya adalah : 34% C, 0,8% P2O5, 5,0% K2O, 1,7% CaO, 4,0% MgO dan 275 ppm Mn serta dengan nilai C/N rasio yang tinggi yaitu 43, sehingga sulit di dekomposisi oleh mikroba. Nuryanto (2000) menambahkan bahwa TKKS mengandung selulosa 45, 95%, hemiselulosa 22,84% dan lignin 22,60 %. Tingginya kandungan lignin dan selulosa dalam TKKS menyebabkan bahan tersebut sulit mengalami proses dekompsisi (Kasli, 2008).

(30)

kalium. Kompos tandan kosong kelapa sawit memiliki kandungan unsur hara yang cukup yaitu C= 35%, N=2,34%, P=0,31%, K=5,53%, Ca=1,46%, Mg=0,96%, dan air 96% (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

(31)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai Februari 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setek batang ubi jalar sebagai objek yang diamati yaitu varietas A 82, MSU 03028-10, dan Daya. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), Pupuk Kandang sapi, Kompos Blotong Tebu. Pupuk Urea, TSP, KCl sebagai pupuk dasar, insektisida organik untuk mengendalikan organisme pengganggu.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, tali, Body Sprayer, tugal, pacak sampel, pacak perlakuan, gembor, buku tulis, kalkulator, pena dan penggaris.

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan perlakuan:

Faktor I: Varietas ubi jalar V1 =Ubi jalar A 82

V2 =Ubi jalar MSU 03028-10 V3 = Ubi jalar Daya

(32)

B1 = Kompos TKKS : 10 ton/Ha, 250 g/tanaman B2 = Pupuk kandang sapi : 10 ton/Ha, 250 g/tanaman B3 = Kompos Blotong Tebu: 10 ton/Ha, 250 g/tanaman Sehingga didapat 12 kombinasi:

V1B0 V2B0 V3B0

V1B1 V2B1 V3B1

V1B2 V2B2 V3B2

V1B3 V2B3 V3B3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah Plot : 12

Jumlah plot seluruhnya : 36

Jarak Tanam : 25 cm

Panjang Plot : 200 cm

Lebar Plot : 50 cm

Jarak antar Blok : 50 cm Jarak antar Plot : 100 cm Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman Jumlah sampel per plot : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 216 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linear berikut:

(33)

Keterangan:

Yijk : Hasil pengamatan untuk unit percobaan ke i dengan perlakuan varietas ke j dan bahan organik ke k

µ : Nilai tengah perlakuan

i : pengaruh blok pada taraf ke i j : Pengaruh varietas pada taraf ke - j

k : Pengaruh perlakuan bahan organik pada taraf ke k

( ) jk : pengaruh interaksi antara varietas pada taraf ke-j danbahan organik pada taraf ke - k

ijk : galat perlakuan pada blok ke I yang mendapat perlakuan varietas pada taraf ke j , perlakuan bahan organik pada taraf ke k.

(34)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal

Areal penanaman yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma di areal tesebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan dengn menggunakan cangkul dengan kedalaman olah kira-kira 20 cm. setelah itu dibuat plot-plot dengan ukuran 200 cm x 50 m dan jarak antar blok 50 cm. pada sekeliling daerah dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian.

Pembuatan Bedengan

Pembuatan bedengan dilakukan pada saat setelah dilakukan persiapan lahan dengan ukuran 200x50 cm dengan jarak antar plot 100 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Persiapan Bahan Tanaman

Pengambilan setek pada pagi hari yaitu pada waktu kandungan air maksimum agar tidak layu saat disimpan sebelum penanaman. Panjang setek batang adalah 20-25 cm dengan sekitar 6-8 buku.

Aplikasi Bahan Organik

Aplikasi bahan organik dilakukan pada sesaat sebelum penanaman agar tanah tercampur dengan bahan organik.

Pemupukan Dasar

(35)

Penanaman

Penanaman setek dilakukan dengan ditanam secara mendatar atau agak miring dengan sudut 450 sedalam 5-10 cm, dengan sekurangnya tiga atau empat

buku dibenamkan ke dalam tanah dengan jarak tanam antar larikan 25 cm. Penanaman dilakukan pada minggu ketiga.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila ada setek yang rusak atau tidak tumbuh pada saat 2-3 MST setelah penanaman di lapangan.

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pembumbunan dilakukan agar umbi dapat terbentuk secara sempurna. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST, kemudian pada saat tanaman berumur 8 MST. Pengangkatan Batang

(36)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan insektisida organik. Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida organik. Pengendalian dilaksanakan seminggu sekali sesuai kondisi lahan.

Panen

Panen dilakukan pada saat ubi jalar berumur 12 MST. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman hingga ke akarnya. Tanaman dikeringanginkan dan kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Umbi dipotong dari batang dan akar tanaman.

Peubah Amatan

Pertambahan Panjang Tanaman (cm)

Pertambahan Panjang tanaman yaitu selisih antara data pengamatan 2 MST dikurangi dengan 1 MST ,yaitu diukur mulai pangkal batang (diatas permukaan tanah) hingga ujung yang diluruskan, dan dilakukan dengan interval 1 minggu yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 MST.

Panjang umbi (cm)

Panjang umbi diukur dari pangkal umbi sampai ujung umbi menggunakan meteran dan dilakukan setelah panen.

Jumlah umbi (umbi)

Jumlah umbi (umbi) dihitung dengan menghitung Jumlah umbi setelah panen.

Bobot umbi (g)

(37)

Rataan Bobot Umbi

Rataan bobot umbi dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rataan bobot umbi = bobot umbi

Jumlah umbi Bobot umbi per plot (g)

Bobot umbi per plot (g) ditimbang dengan timbangan dan dilakukan setelah panen

Lilit umbi (cm)

Diameter umbi diukur setelah panen dengan menggunakan meteran. Indeks Panen

Indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut Indeks panen = bobot umbi

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertambahan Panjang Tanaman (cm)

Hasil analisis sidik ragam dari pertambahan panjang tanaman pada umur 1 sampai 7 MST dapat dilihat pada Lampiran 9-22. Masing masing varietas menunjukkan perbedaan nyata pertambahan panjang tanaman 1, 2, dan 4 MST, sedangkan perlakuan bahan organik hanya berpengaruh nyata pada umur 1 dan 3 MST. Interaksi varietas dengan pemberian bahan organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman 4 dan 5 MST.

Hasil uji beda rataan interaksi varietas dengan pemberian beberapa bahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar 5 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertambahan panjang beberapa varietas ubi jalar dengan pemberian bahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar pada umur 5 MST.

BO (g/tanaman) Varietas Rataan

A 82 MSU 03028-10 Daya

...cm...

Tanpa Bahan Organik 5,79e 16,50ab 15,71abc 12,67

Kompos TKKS 12,83abcde 14,50abcd 8,68cde 12,00

Pukan Sapi 12,50abcde 7,63de 13,17abcde 11,10

Kompos Blotong 9,54bcde 12,08abcde 17,71a 13,11

Rataan 10,17 12,68 13,81

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5 %.

(39)

Pertambahan panjang beberapa varietas ubi jalar dengan pemberian bahan organik pada umur 5 MST dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Interaksi beberapa varietas terhadap pemberian berbagai bahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar 5 MST.

Interaksi perlakuan varietas Daya dan pemberian bahan organik kompos blotong menghasilkan pertambahan panjang tanaman yang paling tinggi yaitu sebesar 17,71 cm. Hal ini disebabkan varietas Daya yang mempunyai potensi pertumbuhan vegetatif paling dominan yaitu pada tahap pertumbuhan tanaman seiring dengan pemberian kompos blotong yang mempunyai kandungan N yang cukup dan kandungan C/N mendekati C/N tanah, karena N berperan dalam pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Lakitan (2000) faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, cahaya, air dan komposisi udara. Faktor lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap pertambahan panjang tanaman adalah suhu dan intensitas cahaya. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan

0

Organik KomposTKKS Pukan Sapi KomposBlotong

(40)

biologi tanah dimana tanah akan menjadi remah dan pertukaran anion dan kation cepat. Sehingga unsur hara cepat diserap tanaman dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murbandono (2005) yang menyatakan bahan organik berperan langsung sebagai sumber hara setelah mengalami mineralisasi dan secara tidak langsung menciptakan suatu kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang baik dengan meningkatkan ketersediaan hara untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, biologi tanah untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.

Panjang Umbi (cm)

Hasil analisis sidik ragam dari panjang umbi dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Masing - masing varietas dan bahan organik menunjukkan pengaruh nyata terhadap panjang umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata pada panjang umbi.

Hasil uji beda rataan panjang umbi pada beberapa varietas dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Panjang umbi ubi jalar beberapa varietas dengan pemberian bahan organik

BO (g/tanaman) Varietas Rataan

A 82 MSU 03028-10 Daya

...cm...

Tanpa Bahan Organik 10,84 10,87 10,78 10,83b

Kompos TKKS 14,14 14,20 11,01 13,12a

Pukan Sapi 14,47 13,46 10,80 12,91a

Kompos Blotong 13,91 12,05 11,12 12,36a

Rataan 13,34a 12,64a 10,93b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5 %.

(41)

Beberapa varietas terhadap panjang umbi ubi jalar dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Panjang umbi ubi jalar pada beberapa varietas

Pemberian bahan organik terhadap panjang umbi ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Panjang umbi ubi jalar pada pemberian bahan organik

Dari Tabel 2. dilihat bahwa rataan panjang umbi pada perlakuan bahan organik tertinggi pada Kompos TKKS (13,12 cm) dan yang terendah Tanpa

0

A 82 MSU 03028-10 Daya

Pa

tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong

(42)

Bahan Organik (10,83 cm). Bahan organik berpengaruh nyata terhadap panjang umbi dimana panjang umbi tertinggi yaitu pada pemberian kompos tkks yaitu 13,12 cm. Hal ini dikarenakan pemberian kompos tkks mengandung unsur K yang berperan sebagai pembentukan karbohidrat ke bagian tanaman dan mengaktifkan enzim untuk reaksi fotosintesis sehingga mempengaruhi bobot dan panjang umbi. Hal ini sesuai dengan PPKS (2006) Tandan kosong merupakan limbah kelapa sawit yang kaya akan unsur kalium. Kompos tandan kosong kelapa sawit memiliki kandungan unsur hara yang cukup yaitu C= 35%, N=2,34%, P=0,31%, K=5,53%, Ca=1,46%, Mg=0,96%, dan air 96%. Dari hasil analisis tanah kandungan K sebesar 20,1 21,8 %.

Varietas A 82 berbeda nyata terhadap panjang umbi. Hal ini disebabkan panjang umbi dipengaruhi oleh masing-masing varietas, bentuk umbi dipengaruhi oleh genetik. Namun faktor kesuburan dan struktur tanah serta iklim juga mempengaruhi bentuk dan diameter umbi. Tanaman ubi jalar merupakan tanaman semusim sehingga mampu tumbuh di daerah tropis maupun di daerah dataran tinggi. Hal ini sesuai dengan http:www.fao.org (2008) yang menyatakan bahwa temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan vegetatif. Perkembangan umbi-umbian hanya terjadi pada kisaran 20 sampai 30ºC, optimum 25ºC dan umumnya berhenti dibawah 10 º C.

(43)

Jumlah Umbi (umbi)

Hasil analisis sidik ragam dari jumlah umbi dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi.

Hasil rataan jumlah umbi dengan interaksi varietas dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Umbi ubi jalar pada beberapa varietas dan pemberian berbagai bahan organik

BO (g/tanaman) Varietas Rataan

A 82 MSU 03028-10 Daya

...umbi...

Tanpa Bahan Organik 2,67 3,00 2,42 2,69

Kompos TKKS 1,92 2,50 3,17 2,53

Pukan Sapi 2,58 2,42 3,25 2,75

Kompos Blotong 2,42 2,67 3,50 2,86

Rataan 2,40 2,65 3,68

Keterangan: Angka yang tidak diikuti oleh huruf pada baris dan kolom berbeda tidak nyata

(44)

P berperan sebagai pembentukan buah. Hal ini sesuai dengan Syukur (2003) yang menyatakan bahwa Komposisi kimia blotong meliputi air (60-78%), sukrosa (2,1-7,3%), lilin (2-2,1%), serat (4,3-6,5%), abu (41%), P2O5 (0,4-1,8%), k2O (0,02%), CaO (0,8-1,1%).

Bobot Umbi (g)

Hasil analisis sidik ragam dari bobot umbi dapat dilihat pada Lampiran 27 dan 28. Masing - masing bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot umbi, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi.

Hasil uji beda rataan bobot umbi pada pemberian bahan organik dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot umbi ubi jalar pada pemberian beberapa bahan organik

BO (g/tanaman) Varietas Rataan

A 82 MSU 03028-10 Daya

...g...

Tanpa Bahan Organik 80,83 121,67 126,67 109,72b

Kompos TKKS 102,50 122,08 168,75 131,11b

Pukan Sapi 129,58 111,25 155,83 132,22b

Kompos Blotong 191,25 239,58 254,58 228,47a

Rataan 126,04 148,65 176,46

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5 %.

Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa rataan bobot umbi tertinggi pada pemberian Kompos Blotong (228,47 g) dan terendah Tanpa Bahan Organik (109,72 g).

(45)

Gambar 4. Bobot umbi ubi jalar pada pemberian bahan organik

Bobot umbi paling besar terdapat pada pemberian kompos blotong, hal ini dikarenakan pemberian kompos dapat mempengaruhi sifat tanah khususnya pengikatan unsur hara sehingga tidak terjadi pencucian unsur hara dan unsur hara yang tersedia pada bahan organik akan diterima langsung oleh tanaman untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) pada dasarnya ukuran umbi di lapangan tergantung oleh lingkungan di 20 hari pertama setelah penanaman. Peningkatan aerase tanah akan meningkatkan pembelahan dan pembesaran sel. Inilah peran bahan organik yaitu dalam memperbaiki aerase tanah sehingga unsur hara tersedia dalam tanah untuk pembentukan umbi. Walaupun pH dalam tanah tersebut tergolong masam (4,39), tetapi karena kandungan unsur hara pada kompos blotong tersedia dan jumlahnya cukup, maka baik untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

Varietas tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi, hal ini dikarenakan bahan organik sudah efektif berperan terhadap pembentukan umbi dan tidak tergantung varietas.

Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong

(46)

Rataan Bobot Umbi (g)

Hasil analisis sidik ragam dari rataan bobot umbi dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 30. Masing - masing bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot umbi, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi.

Hasil uji beda rataan bobot umbi pada perlakuan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Rataan Bobot umbi ubi jalar pada pemberian beberapa bahan organik

BO (g/tanaman) Varietas Rataan

A 82 MSU 03028-10 Daya

...g...

Tanpa Bahan Organik 36,76 48,21 50,11 45,03b

Kompos TKKS 59,03 46,90 56,74 54,22b

Pukan Sapi 53,06 47,36 48,21 49,54b

Kompos Blotong 84,58 60,07 80,54 75,06a

Rataan 58,36 50,64 58,90

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa rataan bobot umbi tertinggi pada pemberian Kompos Blotong (75,06 g) dan yang terendah Tanpa Bahan Organik (45,03 g).

(47)

Gambar 5. Rataan bobot umbi ubi jalar pada pemberian beberapa bahan organik

Rataan bobot umbi paling besar terdapat pada pemberian kompos blotong, hal ini dikarenakan kompos blotong mampu mengikat agregat tanah sehingga merangsang pertumbuhan bulu bulu akar tanaman dalam pupuk blotong mengandung Mg yang apabila fotosintesis meningkat maka hasil fotosintesis dipergunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan akibatnya berat tanaman di bawah meningkat (Chairani, 2009).

Bobot Umbi per Plot (g)

Hasil analisis sidik ragam dari rataan bobot umbi per plot dapat dilihat pada Lampiran 31 dan 32. Masing masing bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per plot, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi per plot. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per plot.

Hasil uji beda rataan bobot umbi per plot pada pemberian bahan organik dapat dilihat pada Tabel 6.

0,000

Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong

(48)

Tabel 6. Bobot umbi ubi jalar per plot pada pemberian bahan organik

BO (g/tanaman) Varietas Rataan

A 82 MSU 03028-10 Daya

...g...

Tanpa Bahan Organik 104,72 134,72 145,28 128,24b

Kompos TKKS 131,11 125,83 182,22 146,39b

Pukan Sapi 150,28 125,28 168,06 147,87b

Kompos Blotong 217,50 211,39 268,61 232,50a

Rataan 150,90 149,36 191,02

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa rataan bobot umbi per plot tertinggi Kompos Blotong (232,50 g) dan yang terendah Tanpa Bahan Organik (128,24 g).

Pemberian bahan organik terhadap bobot umbi ubi jalar per plot dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Bobot umbi ubi jalar per plot pada pemberian bahan organik

Rataan bobot umbi per plot paling besar terdapat pada perlakuan kompos blotong (232,50 g), hal ini dikarenakan kompos blotong memiliki kandungan P yang tinggi untuk produksi sehingga menyebabkan bobot umbi mempunyai nilai

0

Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong

(49)

yang tinggi dan dapat menyuplai hara pada tanaman dengan dosis yang lebih tinggi dan proses dekomposisi bahan organik cepat mengakibatkan unsur hara cepat tersedia bagi tanaman. Kandungan C/N tanah juga mendekati C/N tanah sehingga mudah terdekomposisi. Hal ini sesuai dengan Baharsyah (2007) Pemberian blotong berpengaruh terhadap berat tanah, karena membentuk agregat tanah, sehingga butiran tanah dapat menyimpan air lebih banyak. Dimana unsur yang diperlukan tanaman akan tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan juga merupakan sumber C-organik yang penting dalam pembentukan humus tanah. Pembebasan P organik dari kompos blotong menyebabkan ketersediaan P dalam tanah meningkat, sehingga kontak akar (umbi) dengan unsur hara P semakin besar. Keadaan tersebut menyebabkan jumlah serapan P semakin besar bagi pembentukan umbi.

Lilit Umbi (cm)

Hasil analisis sidik ragam dari rataan lilit umbi dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Masing masing varietas berbeda nyata terhadap lilit umbi, sedangkan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap lilit umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap lilit umbi.

(50)

Tabel 7. Lilit umbi ubi jalar pada beberapa varietas

BO (g/tanaman) Varietas Rataan

A 82 MSU 03028-10 Daya

...g...

Tanpa Bahan Organik 10,00 10,79 11,01 10,60

Kompos TKKS 11,27 10,13 12,65 11,35

Pukan Sapi 9,53 10,30 11,63 10,49

Kompos Blotong 12,44 9,58 12,52 11,51

Rataan 10,80ab 10,20b 11,95a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa rataan lilit umbi (cm) tertinggi varietas Daya (11,95 cm) dan terendah MSU 03028-10 (10,20 cm).

Beberapa varietas terhadap lilit umbi ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Lilit umbi ubi jalar (cm) pada beberapa varietas

Hal ini disebabkan karena perbedaan varietas dari masing masing ubi jalar ditentukan oleh sifat genetik dari varietas ubi jalar. Varietas Daya memiliki lilit umbi yang tinggi. Lilit umbi dipengaruhi oleh bentuk umbi masing-masing varietas, bentuk umbi dipengaruhi oleh genetik. Namun faktor kesuburan tanah dan iklim juga dapat mempengaruhi bentuk dan diameter umbi. Pemberian bahan

9

A 82 MSU 03028-10 Daya

(51)

organik yaitu kompos blotong yang berperan dalam pengisian umbi sehingga umbi memiliki lilit umbi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Chairani (2009) Blotong atau filter press mud sebagai hasil sampingan limbah pabrik gula mempunyai komposisi yang dapat dijadikan bahan pupuk organik bagi tanaman. Sebagian blotong tebu berasal dari serat tebu yang merupakan senyawa C organik. Kandungan unsur hara dalam blotong cukup tinggi dan menempatkan blotong lebih unggul daripada organik lain, sebab selain memperbaiki sifat fisik juga sebagai sumber hara yang dapat menguntungkan tanaman. Blotong dapat menyumbang unsur hara makro dan mikro ke dalam tanah.

Indeks Panen

Hasil analisis sidik ragam dari rataan indeks panen dapat dilihat pada Lampiran 35 dan 36. Masing - masing varietas dan bahan organik berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen.

Hasil uji beda rataan indeks panen pada perlakuan beberapa varietas dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Indeks panen ubi jalar pada beberapa varietas dan bahan organik

BO (g/tanaman) Varietas Rataan

A 82 MSU 03028-10 Daya

Tanpa Bahan Organik 0,38 0,30 0,43 0,37c

Kompos TKKS 0,50 0,31 0,56 0,46a

Pukan Sapi 0,47 0,29 0,43 0,39bc

Blotong Tebu 0,49 0,32 0,54 0,45ab

Rataan 0,46a 0,30b 0,49a

(52)

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa rataan indeks panen tertinggi pada varietas Daya (0,49) dan yang terendah pada MSU 03028-10 (0,30).

Beberapa varietas terhadap indeks panen ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Indeks panen ubi jalar pada beberapa varietas

indeks panen ubi jalar terhadap bahan organik dapat dilihat pada Gambar 9.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

A 82 MSU 03028-10 Daya

In

de

ks

p

an

en

(53)

Gambar 9. Indeks panen ubi jalar pada pemberian bahan organik Indeks panen merupakan pembanding antara berat umbi dibagi dengan berat umbi ditambah brangkasan. Varietas yang dihasilkan berat umbi lebih tinggi tertinggi terdapat pada perlakuan varietas Daya sebesar 0,49 artinya fotosintat ditranslokasikan ke organ umbi sebesar 49 %. Indeks panen lebih bagus apabila bernilai tinggi, hal ini diakibatkan fotosintat dari hijauan lebih banyak ditranslokasikan ke umbi. Varietas Daya memiliki umbi, daun dan sulur yang besar sehingga indeks panen nya lebih kecil. Hal ini tergantung dari keragaman genetik ubi jalar tersebut (Jonharnas, 2009).

Bahan Organik yang memiliki indeks panen paling tinggi adalah kompos TKKS (0,46) dan yang terendah tanpa bahan organik (0,37). Kompos TKKS memiliki peran baik pada tanaman agar hasil fotosintat pada akhirnya akan ditranslokasikan ke umbi (padatan) karena kompos ini memiliki kandungan unsur hara yang mencukupi untuk pertumbuhan.

0,00

Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas Daya memiliki keunggulan kompetitif pada pertumbuhan vegetatif, panjang umbi, lilit umbi dan indeks panen.

2. Pemberian kompos tkks mampu meningkatkan panjang umbi 17,45 %, indeks panen 18,97 %.

3. Pemberian kompos blotong mampu meningkatkan bobot umbi 51,97 %, bobot umbi per plot 44,84 %, rataan bobot umbi 40,01 %.

4. Interaksi antara varietas dan pemberian berbagai bahan organik dapat meningkatkan pertambahan panjang tanaman 67,79 %.

Saran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2010. Ubi Jalar / Ketela Rambat (Ipomoea batatas) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp

Baharsyah, J.S. 2007. Mengonveri Air dengan Limbah Pabrik Gula. Fakultas Pertanian IPB.www.google.com

Chairani, 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Blotong dan pupuk Sulfomag terhadap Sifat kimia Tanah, pertumbuhan dan Produksi Jagung(Zea mays, L) pada Tanah Typic Paleudult. Staf Pengajar Fakultas Pertanian UISU.

Darmijati S, 1987. Tanggap Empat Varietas Kacang Tanah Terhadap pemberian Bahan Organik. PP Sukarami 10: 17-21

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, R. Hartono, 2002. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta

Goldsworthy, R. P and N. M Fisher. 1992. Fisiologi Budidaya Tanaman Tropik. Penerjemah Soedharodijo dan Tohari. Gajah Mada University, Yogyakarta http://deptan.go.id.2010. Rapat Koordinasi Penyusunan Angka Ramalan III Tahun

2009 Produksi Tanaman Pangan. 24 Agustus 2010

http://smartagro2009.wordpress.com/manfaat-pupuk-kandang. 20 Agustus 2010 http://www.iptek.net.id, 2010. TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset

dan Teknologi TANAMAN PENGHASIL PATI. 1 Agustus 2010 http:tazar.co.id.2010. Ubi Jalar. 29 Juli 2010

Juanda, D., dan B. Cahyono. 2000. Ubi jalar. Budidaya dan analisis usaha tani. Kanisius. 82 hal

Jonharnas, 2009. Evaluasi Beberapa Varietas Ubi Jalar di kabupaten Dairi Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi Tanaman Pertanian Sumatera Utara.

(56)

Lakitan, B. 2000. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mayun I.A., 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali Indonesia

Murbandono, L. 2005. Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta

Ningtyas V.A dan L.Y.Astuti, 2009. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sisa Media Jamur Merang (Volvariella volvacea) Sebagai Pupuk Organik dengan Penambahan Bahan Aktivator Effective Microorganism EM-4. Laboratorium Pengolahan Limbah Industri-Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri, ITS, Surabaya

Onggo, T. M. 2008. Perubahan Komposisi Pati dan Gula Dua Jenis Ubi Jalar Cilembu Selama peyimpanan. Fakultas Pertanian UNPAD, Padang

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006. Brosur Kompos TKKS, PPKS Medan

Riyati R. dan S. Sumarsih, 2002. Pengaruh Perbandingan Bagas dan Blotong Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Dipublikasilkan pada jurnal ilmiah Agrivet, Yogyakarta, tahun 2002

Rubatzky V.E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia. Penerbit ITB Bandung Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta Sarwono, 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya, Jakarta

Setyono, A., Suparyono, Ooy L., dan Sigit N. 1995. Buletin Teknik Sukamandi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Padi Subang, Jawa Barat

Sonhaji,A, 2007. Mengenal dan Bertanam Ubi Jalar. Gaza Publishing, Bandung Suparman, 207. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Azka Mulia Media.

Syukur, D.A. 2003. Integrasi Usaha peternakan Sapi pada Perkebunana Tebu. www.google.com

(57)

Menekan Pertumbuhan Alang Alang.Jurnal Akta AgrosiaVol.8 No.1 Hal30-35Jan-Jun 2005

(58)

Lampiran I. Deksripsi Varietas DAYA Dilepas Tahun : 1977

Nomor seleksi klon : 380

Asal : Putri Selatan/Jonga, Bogor 1958 Hasil rata-rata : 23 t/ha

Umur tanaman : 4 bulan Tinggi batang :

-Bentuk daun : Bentuk hati berlekuk dangkal Warna pucuk daun : Hijau ungu

Warna tangkai daun : -Warna tulang daun : Warna batang muda : -Warna batang tua :

-Warna kulit umbi : Kuning jingga (bagian luar) Warna daging umbi : Kuning jingga

Kualitas rebus : Kurang baik

Rasa :

-Kadar tepung :

-Kadar protein : 0,8%

Kadar HCN :

(59)

Lampiran 2. Perhitungan Pupuk Dasar dan Bahan Organik PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN ORGANIK

Jarak antar larikan : 25 cm

Populasi : Luas Lahan / Jarak tanam : 10.000 / 0,25 m

: 40.000 tanaman Kebutuhan Pupuk

TKKS 10 ton/Ha : Dosis / Populasi

: 10.000.000 g / 40.000 tan : 250 g / Tanaman

Blotong 10 ton/ Ha : Dosis / Populasi

: 10.000.000 g / 40.000 tan : 250 g / Tanaman

Pukan sapi 10ton / Ha : Dosis / Populasi

(60)

PERHITUNGAN PUPUK DASAR

Jarak antar larikan : 25 cm

Populasi : Luas Lahan / Jarak tanam : 10.000 / 0,25 m

: 40.000 tanaman Kebutuhan Pupuk

Urea 200 kg / Ha : Dosis / Populasi : 66.667 g / 40.000 tan : 1,67 g / Tanaman Kebutuhan Pupuk

TSP 50 kg / Ha : Dosis / Populasi : 16.667 g / 40.000 tan : 0,41 g / Tanaman Kebutuhan Pupuk

(61)

18 m Lampiran 3 : Bagan Penelitian

(62)

Lampiran 4. Pelaksanaan Penelitian

Pembumbunan Disesuaikan Dengan Kondisi lapangan

Pengangkatan

Batang X

Pengendalian Hama

dan Penyakit Disesuaikan Dengan Kondisi lapangan

(63)

Lampiran 5. Hasil Analisa Tanah

No Jenis Analisa Nilai Kriteria

1. pH (H2O) 4,39 Masam

2. C-organik (%) 0,96 Sangat Rendah

3. N-total (%) 0,15 Rendah

4. P-bray I (ppm) Td*) Sangat rendah

5. K-dd (me/100g) 0,09 Rendah

6. Mg (me/100gr) 2,93 Tinggi

7. KTK (me/100gr) 17,43 Rendah

Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Tanaman Pertanian (BPTP) 2010 Lampiran 6. Hasil Analisa berbagai Jenis Pupuk Organik

No Jenis Analisa Pupuk

Kandang

Kompos TKKS

Blotong

1. C-organik (%) 17,87 50-65 7,10

2. N-Total (%) 0,74 7,4-9,8 0,87

3. P2O5-total (%) 0,24 0,6-0,7 2,35

4. K2O (%) 1,39 20,1-21,8 0,16

5. pH 8,73 5,5-7,7

(64)

Lampiran 7. Foto Lahan Penelitian

(65)

Lampiran 8. Foto Ubi Jalar pada tiap Perlakuan Sebelum Panen

Foto 2. Ubi jalar dengan kombinasi varietas A 82 dan tanpa bahan organik pada 11 MST

Foto 3. Ubi jalar dengan kombinasi varietas A 82 dan pemberian kompos tkks 250 g/tanaman pada 11 MST

(66)

Foto 5. Ubi jalar dengan kombinasi varietas A 82 dan pemberian kompos blotong 250 g/tanaman 11 MST

Foto 6. Ubi jalar dengan kombinasi varietas MSU 03028-10 dan tanpa bahan organik 11 MST

(67)

Foto 8. Ubi jalar dengan kombinasi varietas MSU 03028-10 dan pemberian pukan sapi 250 g/tanaman 11 MST

Foto 9. Ubi jalar dengan kombinasi varietas MSU 03028-10 dan pemberian kompos blotong 250 g/tanaman 11 MST

(68)

Foto 11. Ubi jalar dengan kombinasi varietas Daya dan pemberian kompos tkks 250 g/tanaman 11 MST

Foto 12. Ubi jalar dengan kombinasi varietas Daya dan pemberian pukan sapi 250 g/tanaman 11 MST

(69)

Foto 14. Produksi ubi jalar pada varietas A 82

Foto 15. Produksi ubi jalar pada varietas MSU 03028-10

(70)

Lampiran 9. Data Pertambahan Panjang Tanaman 1 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

V1B0 4,000 3,125 3,875 11,00 3,67

V1B1 7,875 6,950 9,500 24,33 8,11

V1B2 3,875 4,625 6,750 15,25 5,08

V1B3 5,000 3,875 8,750 17,63 5,88

V2B0 7,875 5,375 6,500 19,75 6,58

V2B1 9,375 8,000 12,125 29,50 9,83

V2B2 11,125 10,625 10,625 32,38 10,79

V2B3 8,750 9,375 9,650 27,78 9,26

V3B0 9,750 8,375 13,750 31,88 10,63

V3B1 12,625 17,750 12,250 42,63 14,21

V3B2 14,875 11,250 13,125 39,25 13,08

V3B3 12,875 14,750 12,875 40,50 13,50

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 1 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Blok 2 11,13 5,56 1,852137 tn 3,44

Varietas 2 308,71 154,36 51,38943 * 3,44

BO 3 68,83 22,94 7,638438 * 3,05

Interaksi VxB 6 13,29 2,22 0,737586 tn 2,55

(71)

Lampiran 11. Data Pertambahan Panjang Tanaman 2 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

V1B0 8,500 4,125 7,875 20,50 6,83

V1B1 6,625 9,050 8,750 24,43 8,14

V1B2 5,375 3,875 8,500 17,75 5,92

V1B3 5,625 4,875 8,500 19,00 6,33

V2B0 15,500 8,250 7,625 31,38 10,46

V2B1 9,625 15,625 31,750 57,00 19,00

V2B2 20,000 9,375 31,750 61,13 20,38

V2B3 7,500 11,000 15,250 33,75 11,25

V3B0 14,000 13,000 14,375 41,38 13,79

V3B1 14,500 16,750 17,625 48,88 16,29

V3B2 18,000 17,000 26,750 61,75 20,58

V3B3 23,000 20,875 17,500 61,38 20,46

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 2 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Blok 2 178,13 89,07 3,80 * 3,44

Varietas 2 793,61 396,80 16,95 * 3,44

BO 3 142,32 47,44 2,03 tn 3,05

Interaksi VxB 6 203,40 33,90 1,45 tn 2,55

(72)

Lampiran 13. Data Pertambahan Panjang Tanaman 3 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

V1B0 7,000 7,000 7,500 21,50 7,17

V1B1 12,375 18,625 37,375 68,38 22,79

V1B2 17,125 17,125 27,625 61,88 20,63

V1B3 20,250 20,000 11,000 51,25 17,08

V2B0 8,000 6,875 6,375 21,25 7,08

V2B1 13,750 20,000 18,800 52,55 17,52

V2B2 17,625 29,500 12,250 59,38 19,79

V2B3 23,250 13,250 12,750 49,25 16,42

V3B0 8,750 6,875 8,125 23,75 7,92

V3B1 15,250 19,500 19,750 54,50 18,17

V3B2 19,250 9,625 5,625 34,50 11,50

V3B3 23,500 28,250 17,750 69,50 23,17

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 3 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Blok 2 6,91 3,45 0,09 tn 3,44

Varietas 2 23,72 11,86 0,30 tn 3,44

BO 3 865,61 288,54 7,23 * 3,05

Interaksi VxB 6 262,91 43,82 1,10 tn 2,55

(73)

Lampiran 15.Data Pertambahan Panjang Tanaman 4 MST (cm)

Perlakuan Blok Total rataann

I II III

VIB0 13,625 3,625 16,000 33,25 11,08

VIB1 25,500 23,500 28,250 77,25 25,75

VIB2 26,125 31,375 20,750 78,25 26,08

VIB3 11,875 11,125 9,500 32,50 10,83

V2B0 19,625 31,875 56,125 107,63 35,88

V2B1 26,000 27,000 25,125 78,13 26,04

V2B2 14,625 10,875 14,625 40,13 13,38

V2B3 35,750 21,250 22,750 79,75 26,58

V3B0 31,750 30,875 34,625 97,25 32,42

V3B1 11,750 12,750 18,250 42,75 14,25

V3B2 19,500 22,125 23,075 64,70 21,57

V3B3 38,375 38,625 36,750 113,75 37,92

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 4 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Blok 2 76,06 38,03 0,88 tn 3,44

Varietas 2 464,76 232,38 5,38 * 3,44

BO 3 211,77 70,59 1,63 tn 3,05

Interaksi VxB 6 2247,33 374,56 8,67 * 2,55

(74)

Lampiran 17.Data Pertambahan Panjang Tanaman 5 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

VIB0 8,875 4,750 3,750 17,38 5,79

VIB1 13,000 13,500 12,000 38,50 12,83

VIB2 4,625 22,500 10,375 37,50 12,50

VIB3 6,125 12,625 9,875 28,63 9,54

V2B0 11,625 18,000 19,875 49,50 16,50

V2B1 13,250 15,250 15,000 43,50 14,50

V2B2 9,625 8,625 4,625 22,88 7,63

V2B3 10,750 10,000 15,500 36,25 12,08

V3B0 14,125 20,500 12,500 47,13 15,71

V3B1 13,375 5,750 6,900 26,03 8,68

V3B2 17,375 13,000 9,125 39,50 13,17

V3B3 22,875 13,125 17,125 53,13 17,71

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 5 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Blok 2 18,46 9,23 0,50 tn 3,44

Varietas 2 83,61 41,81 2,25 tn 3,44

BO 3 20,71 6,90 0,37 tn 3,05

Interaksi VxB 6 343,74 57,29 3,09 * 2,55

(75)

Lampiran 19. Data Pertambahan Panjang Tanaman 6 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

VIB0 12,750 3,000 6,250 22,00 7,33

VIB1 6,750 11,750 7,875 26,38 8,79

VIB2 3,500 18,250 10,750 32,50 10,83

VIB3 5,375 9,500 5,875 20,75 6,92

V2B0 6,500 10,000 15,875 32,38 10,79

V2B1 11,000 14,500 9,750 35,25 11,75

V2B2 9,375 9,875 9,500 28,75 9,58

V2B3 16,750 14,625 9,250 40,63 13,54

V3B0 17,375 16,500 11,375 45,25 15,08

V3B1 5,625 13,000 5,975 24,60 8,20

V3B2 13,000 7,250 11,875 32,13 10,71

V3B3 14,500 16,500 12,750 43,75 14,58

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 6 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Blok 2 35,80 17,90 1,25 tn 3,44

Varietas 2 90,90 45,45 3,18 tn 3,44

BO 3 22,09 7,36 0,52 tn 3,05

Interaksi VxB 6 127,84 21,31 1,49 tn 2,55

(76)

Lampiran 21. Data Pertambahan Panjang Tanaman 7 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

VIB0 12,250 4,375 8,750 25,38 8,46

VIB1 14,750 14,250 9,750 38,75 12,92

VIB2 6,125 17,125 13,375 36,63 12,21

VIB3 6,250 4,000 7,125 17,38 5,79

V2B0 4,250 10,000 10,625 24,88 8,29

V2B1 22,000 11,250 19,125 52,38 17,46

V2B2 7,000 6,000 6,125 19,13 6,38

V2B3 20,000 7,125 16,500 43,63 14,54

V3B0 5,625 20,750 6,375 32,75 10,92

V3B1 10,125 8,375 7,375 25,88 8,63

V3B2 12,750 8,250 9,750 30,75 10,25

V3B3 9,250 12,750 8,500 30,50 10,17

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 7 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Blok 2 2,42 1,21 0,06 tn 3,44

Varietas 2 24,63 12,31 0,59 tn 3,44

BO 3 79,06 26,35 1,27 tn 3,05

Interaksi VxB 6 273,13 45,52 2,19 tn 2,55

(77)

Lampiran 23. Data Panjang Umbi (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

VIB0 10,633 11,515 10,384 32,53 10,84

VIB1 14,513 14,445 13,463 42,42 14,14

VIB2 14,238 13,578 15,581 43,40 14,47

VIB3 11,683 15,015 15,045 41,74 13,91

V2B0 11,325 10,763 10,513 32,60 10,87

V2B1 13,325 14,738 14,533 42,60 14,20

V2B2 12,688 13,369 14,333 40,39 13,46

V2B3 10,463 14,283 11,403 36,15 12,05

V3B0 9,763 10,425 12,163 32,35 10,78

V3B1 11,161 10,236 11,625 33,02 11,01

V3B2 9,090 11,100 12,215 32,41 10,80

V3B3 10,391 12,245 10,715 33,35 11,12

Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Panjang Umbi

SK db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Blok 2 8,78 4,39 4,02 * 3,44

Varietas 2 37,03 18,52 16,96 * 3,44

BO 3 28,78 9,59 8,78 * 3,05

Interaksi VxB 6 16,66 2,78 2,54 tn 2,55

Gambar

Tabel 1. Pertambahan panjang beberapa varietas ubi jalar dengan pemberianbahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar pada umur 5MST.
Gambar 1. Interaksi beberapa varietas terhadap pemberian berbagai bahan organik
Tabel 2. Panjang umbi ubi jalar beberapa varietas dengan pemberian bahanorganik
gambar 2.16
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian : Pengaruh Substitusi Tepung Ubi Jalar Oranye (Ipomoea batatas L.) terhadap Kadar Beta karoten dan Komposisi Proksimat pada Biskuit..

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi. Terdapat pengaruh berbagai

Judul :Pengaruh Asal Stek dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi jalar ( Ipomoea batatas L.) Lamb.. Nama : Cut Tia Mardi NIM

Interaksi antara beberapa varietas ubi jalar dan kompos jerami padi terbaik pada kombinasi perlakuan Varietas Sari dan kompos jerami padi 2 kg pada pertambahan panjang tanaman 8

Adapun judul skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap Pemberian Berbagai Dosis Bokashi Jerami Padi” yang

Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar ( Ipomoea batatas L. ) Varietas Lokal Ungu.. Budidaya dan analisis

Interaksi beberapa varietas ubi jalar dan pemberian kompos jerami padi memberikan respons dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar pada

Pengaruh Fermentasi Alami pada Chips Ubi Jalar Ipomoea batatas terhadap Sifat Fisik Tepung Ubi Jalar Terfermentasi.. Jurnal Pangan dan