• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abses Septum dan Sinusitis Maksila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Abses Septum dan Sinusitis Maksila"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Askaroellah Aboet Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 359

Abses Septum dan Sinusitis Maksila

Yuritna Ha ryo no

De p a rte me n Ilmu Ke se ha ta n Te ling a Hid ung Te ng g o ro k, Be d a h Ke p a la Le he r Fa kulta s Ke d o kte ra n Unive rsita s Suma tra Uta ra

Abstrak: Abses septum sering diakibatkan oleh komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi bakteri piogenik. Penyebab paling sering adalah trauma pada hidung dan bisa juga disebabkan tindakan bedah. Disamping itu dapat juga disebabkan oleh infeksi dari jaringan sekitarnya seperti komplikasi dari sinusitis etmoid dan sfenoid. Keluhan yang sering timbul adalah rasa sakit, demam dan hidung tersumbat. Abses septum harus segera diobati karena komplikasinya dapat berat. Terapinya adalah insisi dan drainase nanah serta pemberian antibiotika dosis tinggi.

Pada tulisan ini dilaporkan suatu kasus abses septum dengan sinusitis maksila pada seorang anak perempuan berusia 14 tahun, yang penyebabnya diduga komplikasi dari furunkulosis nasi.

Kata kunci: Abses, septum, hematoma, insisi, sinusitis, Staphylococcus aureus

Abstract: Septal abcess often caused by complications from septal hematome which infected with pyogenic bacteria. The most common cause are nose trauma and surgery procedure. Complications from infections in the surround area in etmoid and sphenoid sinusitis are the additional causes. The common ailment are soreness , fever and congested nose. Since the complications could grown severe septal abcess should be treated right away with treatment like incision and secrete drainage with high-dose antibiotics medication.

In this paper, we report a cases of septal abcess with maksilla sinusitis on a 14th year old girl, which we suspected the cause was complications from nasal furunculosis

Keywords: Abcess, septal, hematome, incision, sinusitis, Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN

Abses septum adalah kumpulan nanah yang berada di antara tulang rawan dan mukoperikondrium atau diantara tulang septum dan mukoperiosteum yang melapisinya. Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung, dan sering merupakan komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi bakteri piogenik.1,2

Abses septum jarang ditemui dan biasanya terjadi pada laki-laki. Sebanyak 74% mengenai umur dibawah 31 tahun, dan 42 % mengenai umur diantara 3-14 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada bagian anterior tulang rawan septum.2,3,4

Penyebab paling sering dari abses septum adalah trauma (75%). Penyebab lain adalah akibat penyebaran dari sinusitis etmoit dan sinusitis sfenoid. Disamping itu dapat juga akibat penyebaran dari infeksi gigi.2,5 Lo (2004) menemukan 7% abses septum disebabkan oleh trauma akibat tindakan septomeatoplasti.6

Staphylococcus aureus adalah organisme yang paling sering didapat dari hasil kultur pada abses septum. Kadang-kadang ditemukan

Streptococcus pneumoniae, Streptococcus ȕ hemolyticus, Haemophilus influenzae dan organisme anaerob.6

Rumah Sakit Royal Children, Melbourne Australia melaporkan sebanyak 20 pasien abses sebtum selama 18 tahun dan RS Ciptomangunkusumo didapatkan 9 kasus selama 5 tahun (1989-1994).2,7 Di bagian THT FK-USU/RSUP H.Adam Malik Medan selama tahun 1999-2004 mendapatkan 5 kasus.

(2)

Laporan Kasus

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 360

rawan jadi destruksi. Darah yang terkumpul merupakan media untuk pertumbuhan bakteri dan selanjutnya terbentuk abses. 1,2,8

Bila terdapat daerah yang fraktur atau nekrosis pada tulang rawan, maka darah akan merembes ke sisi yang lain dan menyebabkan hematoma bilateral. Hematoma yang besar akan menyebabkan obstruksi pada kedua sisi rongga hidung. Kemudian hematoma ini terinfeksi kuman dan menjadi abses septum.2 Selain dari trauma ada beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu penyebaran langsung dari jaringan lunak yang berasal dari infeksi sinus. Disamping itu penyebaran infeksi dapat juga dari gigi dan daerah orbita atau sinus kavernosus.2,9 Pada beberapa kondisi abses septum bisa diakibatkan trauma pada saat operasi hidung.6,7,10

Gejala abses septum berupa hidung tersumbat disertai rasa nyeri yang hebat di puncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa demam dan sakit kepala.1,10

Pada pemeriksaan hidung luar ditemukan eritema, edema dan nyeri pada palpasi. Sedangkan dari pemeriksaan hidung dalam dijumpai pembengkakan septum yang berbentuk bulat pada satu atau ke dua rongga hidung terutama mengenai bagian paling depan tulang rawan septum, berwarna merah, licin dan pada perabaan terdapat fluktuasi dan nyeri tekan.1,8,10

Diagnosis abses septum ditegakkan apabila terdapat riwayat trauma, riwayat operasi atau infeksi intranasal. Kebanyakan abses septum disebabkan oleh trauma yang kadang-kadang tidak disadari oleh penderita.2,6 Diagnosa abses septum dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis. Diagnosis pasti adalah dengan melakukan aspirasi, dan dijumpai adanya nanah.10 Diagnosa banding abses septum adalah hematoma septum, septum deviasi, furunkulosis dan vestibulitis.

Infeksi yang luas dan invasif dari kelenjar sebasea atau folikel rambut, yang melibatkan jaringan subkutan membentuk furunkulosis dan vestibulitis dapat menyebabkan abses septum.

Kuman penyebab biasanya ditemukan

Staphylococcus aureus.10

Abses septum harus segera diobati dan pilihan pengobatan adalah drainase yang adekuat serta terapi antibiotik yang tepat.1,10 Insisi yang luas dilakukan pada abses dan dibuat drainase untuk mengeluarkan darah atau pus serta serpihan kartilago, dengan bantuan suction. Dilakukan pemasangan tampon anterior untuk menekan permukaan periosteum dan perikondrium. Drain dipasang 2-3 hari untuk jalan keluar pus serta serpihan kartilago yang nekrosis.10 Antibiotik sistemik diberikan segera setelah diagnosa ditegakkan dan dapat dilanjutkan sampai 10 hari.1,10

Kerusakan tulang rawan akibat hematoma atau abses, akan digantikan oleh jaringan ikat. Kontraktur jaringan dan hilangnya penyangga pada bagian dorsum hidung merupakan komplikasi abses septum yang dapat menimbulkan hidung pelana, retraksi kolumela dan pelebaran dasar hidung. Kadang-kadang dapat timbul fasial selulitis.2,10 Bila infeksi tidak diterapi dengan antibiotika yang adekuat dapat timbul perforasi septum, penyebaran infeksi melalui darah sehingga dapat timbul meningitis, trombosis sinus kavernosis dan sepsis. 2,10

LAPORAN KASUS

Seorang anak perempuan, RN, 14 tahun, pelajar, datang ke poliklinik THT RS H. Adam Malik tanggal 21 Maret 2006, dengan keluhan hidung tersumbat. Keluhan ini sudah dialami oleh penderita sejak 2 minggu, disertai adanya benjolan di dalam hidung yang tidak terasa nyeri. Satu minggu yang lalu penderita mengeluh keluar nanah bercampur darah dari hidung disertai demam. Penderita juga mengeluhkan sakit kepala. Keluhan hidung berair dan sakit gigi tidak ada. Riwayat trauma pada hidung tidak ada.

Pemeriksaan rinoskopi anterior dijumpai kavum nasi kiri dan kanan sempit. Pada septum terlihat benjolan yang bilateral dan memenuhi vestibulum nasi. Benjolan berwarna merah muda, berfluktuasi dan tidak nyeri tekan. Hasil pemeriksaan radiologi dijumpai sinusitis maksilaris duplek.

Diagnosa banding adalah abses septum dan hematoma septum. Sedangkan diagnosa kerja ditegakkan abses septum. Pasien direncanakan untuk insisi dan drainase abses.

(3)

Yuritna Haryono Abses Septum dan Sinusitis Maksila

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 361

Dilakukan insisi pada tempat dilakukan punksi kemudian insisi diperlebar dengan klem arteri. Terlihat nanah bercampur darah yang kemudian dievakuasi dengan bantuan suction, sampai terkesan bersih. Dilakukan penekanan abses septum nasi kanan dengan spekulum Killian, sehingga dari tempat insisi di kavum nasi kiri keluar nanah bercampur darah. Penekanan dilakukan sampai terkesan bersih. Dilakukan pemasangan drain dari potongan sarung tangan melalui tempat insisi dan dipasang tampon anterior pada kedua kavum nasi. Keadaan umum paska operasi baik dan perdarahan sebanyak 20 cc. Pus dikirim ke laboratorium Patologi Klinik RS. H. Adam Malik untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitifitas.

Terapi setelah insisi diberikan injeksi ampisilin dengan sulbaktam 1,5 gr setiap 6 jam i.v, injeksi asam traneksamat 500 mg setiap 8 jam i.v, metronidazol tablet 3 x 500 mg dan injeksi tramadol kalau perlu.

FOLLOW UP

Tanggal 24 Maret 2006 (hari ke III setelah operasi) sakit pada daerah operasi masih dirasakan penderita, tampon anterior dilepaskan dan drain dibuka. Perdarahan dari luka insisi sedikit, mukosa hidung hiperemis serta septum kiri dan kanan masih edema.

Tanggal 25 Maret 2006 (hari ke IV setelah operasi), perdarahan tidak dijumpai lagi, sakit pada daerah operasi juga tidak ada lagi. Mukosa hidung hiperemis, septum kiri dan kanan masih edema

Hasil Kultur dan kepekaan kuman dijumpai kuman Staphylococcus saprophiticus yang sensitif terhadap amoksisilin, siprofloksasin, sefotaksim, cefepim, seftriakson, kanamisin dan sulfametoksazol.

Obat injeksi diganti dengan oral seperti amoksisilin 3 x 500 mg, metronidazol tablet 3 x 500 mg dan metil prednisolon 2 x 4 mg

Tanggal 28 Maret 2006 (hari ke VII setelah operasi) dilakukan nasoendoskopi dengan hasil kompleks ostiomeatal kanan dan kiri terbuka. Pasien direncanakan untuk dilakukan irigasi sinus maksila setelah abses sembuh.

DISKUSI

Telah dilaporkan satu kasus abses septum pada penderita perempuan usia 14 tahun yang diduga furunkulosis sebagai penyebabnya.

Pada kasus abses septum ini, juga dijumpai sinusitis maksila. Tidak jelas hubungan kedua penyakit ini. Sinusitis frontal, etmoid dan sfenoid sebagai menyebabkan abses septum,

sering dilaporkan.1 Namun belum dijumpai laporan, sinusitis maksila sebagai penyebab abses septum. Pada kasus ini belum dapat dipastikan apakah sinusitis maksila sebagai penyebab abses septum karena sinus maksila secara anatomi tidak berhubungan lansung dengan septum. Salah satu kemungkinan yang dapat perkirakan pada kasus ini adalah sinusitis maksila disebabkan komplikasi abses septum akibat penekanan abses pada muara sinus maksila pada daerah ostio-meatal kompleks.

Untuk mencegah kontaminasi infeksi pada luka insisi, maka irigasi sinus maksila dilakukan setelah abses sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Becker W. Clinical Aspects of Diseases of The Nose. In: Ear, Nose and Throat Diseases, A Pocket Reference. 2nd Ed. New York: Thieme Medical Pub Inc., 1994: 261-2

2. Santiago R, Villalonga P, Maggioni A. Nasal Septal Abscess. Clinical article. International Pediatrics. 1999; 14 (4): 229-32.

3. Montgomerry WM. Surgery of Upper Respiratory System. Vol. 2. 3rd Ed. Philadelphia: William& Wilkins A Waverly Company. Baltimore, 1996: 462-72.

4. Laranne JE, Pantilia MA, Karma PA. Treatment and Outcome of Nasal Septal Abscess. In: Otolaryngology, Head and Neck Surgery, Proceeding of The XVI World Congress Madrid 1989. Kogler and Ghedini Publication, 1990; 1891

5. Brain D. The Nasal Septum. In: GleesonM (Ed). Scott-Brown’s Otolaryngology. 6th Ed. Vol 4. Butterworth-Heinemann, Oxford. 1997: 11.

6. Lo SH, Wang PA. Nasal Septal Abscess as a Complication of Laser Inferior Turbinectomy. Original Article. Chang Gung Med Journal. 2004; 27 (5): 390-2.

7. Nizar N.W, Mangunkusumo E. Kelainan Septum. Dalam : Buku ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1997: 99-10.

(4)

Laporan Kasus

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006 362

9. Zielnik JB, Sosinska O, Fudalej P. Nasal septal abscess and palatine process of the maxilla abscess complicating acute rhinosinusitis in 12-year old boy. Abstract. Otolaryngol Pol. 2005; 59 (6): 865-9.

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa pemerintahan SBY – Boediono (2009-2014) memiliki karakteristik pemerintahan yang berada dari masa pemerintaha yang berbeda dari masa pemerintahan sebelumnya,

Modul ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman guru mengenai pembelajaran berbasis kebutuhan siswa dan dapat melakukan pembelajaran tersebut di kelas sehingga

Masing-masing minuman energi dengan merek yang sama yang terdapat dalam lima kemasan sachet dicampurkan agar sediaan kafein yang akan diberikan secara peroral

Populasi penelitian ini terdiri dari intansi pemerintahan Pegawai Negeri Sipil (PNS) bagian dan staf akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota

simulasi lebih tinggi dibandingkan temperatur rata-rata pengukuran pada pukul 14.00 sebesar 31,7 o C dengan

Bahwa seluruh siswa memiliki keinginan untuk belajar saat guru menjelaskan materi pelajaran didepan kelas, siswa juga memiliki perasaan senang saat belajar metematika, dengan

Hasil Ukur Skala Ukur Umur umur dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir penderita yang tercatat pada rekam medik Rekam medik Observasi 1: <18thn 2: 18-60thn

Penelitian yang telah dilakukan terhadap model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan saintifik berbantukan web di SMAN 4 Kota Bengkulu pada kelas X IPA I