RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Nama : Anisa Nurjanah
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 26 Februari 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 60 kg
Agama : Islam
Suku : Sunda
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jln. Jurang Gg.Bapa Adma No 654/181 Rt 06 /
Rw 05 Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi
40161
No.Telp/Hp : 085722673325
Email : nza.Niez@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
TAHUN PENDIDIKAN TEMPAT
1995 - 1997 TK Yayasan Beribu Bandung
1997 - 2003 SD Sirnamanah II Bandung
2003 - 2006 SMP Negeri 15 Bandung Bandung
2006 - 2009 SMA Lab.School UPI Bandung
THE INFLUENCE OF PROFESSIONAL ETHICS EXTERNAL
AUDITOR AND DYSFUNCTIONAL BEHAVIOR EKSTERNAL
AUDITOR ON QUALITY AUDIT
(Survey On Public Accounting Firm in Bandung)SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi
Jenjang Studi Strata 1
Disusun Oleh :
Anisa Nurjanah 21109126
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
v
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat sehat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Mata
Kuliah Skripsi, adapun penulis mengambil judul Penelitian Skripsi ini adalah
“Pengaruh Etika Profesi Auditor Eksternal dan Perilaku Disfungsional Auditor
Eksternal terhadap Kualitas Audit”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dorongan serta bantuan baik moril maupun
materil selama penulis menyusun laporan usulan penelitian ini, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Sugoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia, Bandung.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE.Spec.Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si.,Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Wati Aris Astuti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi dan
selaku Dosen Wali Kelas 4 Ak-3 Universitas Komputer Indonesia.
5. Dr. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak.,CA. sebagai Dosen Pembimbing yang telah
iv
6. Staf Dosen Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman serta
dukungan kepada penulis selama menyelesaikan kuliah.
7. Sekretariat Jurusan UNIKOM yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi.
8. Kedua orang tua, kaka dan adikku tercinta, do’a dan kasih sayang selalu menjadi
kekuatan dan motivasi bagi penulis dalam menyusun skripsi ini, semoga anakmu
ini dapat menjadi kebanggaan keluarga.
9. Indra Agustia Saputra yang selalu memberikan dorongan, motivasi dan semangat
baik moril dan spiritual yang telah dengan sabar selalu menjadi tempat berkeluh
kesah.
10.Untuk 4 AK-3 yang selama ini sama-sama berjuang dan memberikan semangat.
11.Seluruh kawan-kawan akuntansi angkatan’09, dan kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah sangat membantu.
Penulis menyadari penulisan laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan beberapa saran dan kritik yang membangun dari
pembimbing dan para pembaca. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkannya.
Bandung, Januari 2014 Penulis
Anisa Nurjanah 21109126
vii
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRACT... . iii
ABSTRAK... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 10
1.3 Rumusan Masalah ... 11
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.4.1 Maksud Penelitian ... 11
1.4.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.5 Kegunaan Penelitian... 12
1.5.1 Kegunaan Praktis ... 12
1.5.2 Kegunaan Akademis ... 12
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
1.6.1 Lokasi Penelitian ... 12
1.6.2 Waktu Penelitian... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 14
2.1.1 Etika Profesi Auditor Eksternal ... 14
2.1.1.1 Pengertian Etika Profesi Auditor Eksternal ... 14
2.1.1.2 Tujuan Etika Profesi ... 20
vii
2.1.3.1 Pengertian Audit ... 38
2.1.3.2 Pengertian Kualitas Audit ... 39
2.1.3.3 Faktor-Faktor Kualitas Audit... 31
2.2 Kerangka Pemikiran ... 31
2.2.1 Pengaruh Etika Profesi Auditor Eksternal terhadap Kualitas Audit... 32
2.2.2 Pengaruh Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal Terhadap Kualitas Audit ... 34
2.2.3 Penelitian Sebelumnya ... 35
2.3 Hipotesis ... 37
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 38
3.2 Metode Penelitian ... 48
3.2.1 Desain Penelitian ... 40
3.3 Oprasionalisasi Variabel ... 44
3.4 Sumber Data ... 47
3.5 Alat Ukur Penelitian ... 48
3.5.1 Uji Validitas ... 49
3.5.2 Uji Realibilitas ... 50
3.5.3 Uji Method of Succesive Interval (MSI) ... 51
3.6 Populasi dan Penarikan Sampel ... 53
3.6.1 Populasi ... 53
3.6.2 Penarikan Sampel ... 56
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 58
3.8 Metode Pengujian Data ... 58
3.8.1 Rancangan Analisis ... 58
3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 67
vii
4.1.1.2 Struktur Organisasi Akuntan Publik ... 78
4.1.1.3 Uraian Tugas ... 79
4.1.1.4 Aspek Kegiatan Kantor Akuntan Publik ... 81
4.1.1.5 Karakteristik Responden ... 84
4.1.2 Pengujian Alat Analisis Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 88
4.1.2.1 Hasil Pengujian Validitas ... 88
4.1.2.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 90
4.1.3 Analisis Deskriptif Tanggapan Responden ... 92
4.1.3.1 Analisis Deskriptif Etika Profesi Auditor ... 94
4.1.3.2 Analisis Deskriptif perilaku Disfungsional Auditor ... 103
4.1.3.3 Analisis Deskriptif Kualitas Audit ... 108
4.1.4 Analisis Verifikatif ... 115
4.1.4.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 116
4.1.4.2 Estimasi Persamaan Regresi ... 120
4.1.5 Pengaruh Etika Profesi Auditor Eksternal Terhadap kualitas audit ………121
4.1.6 Pengaruh Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal Terhadap kualitas audit………..124
4.2 Pembahasan ... 130
4.2.1 Pengaruh Etika Profesi Auditor Eksternal Terhadap kualitas audit ………...130
4.2.2 Pengaruh Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal Terhadap kualitas audit ... 133
vii
5.2.1 Saran Akademis ... 138
DAFTAR PUSTAKA ... 139
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR PUSTAKA
Adanan Silaban. 2011. Pengaruh Multidimensi Komitmen Profesional Terhadap Perilaku Audit Disfungsional. Jurnal Akuntansi & Auditing. Vol. 8. No. 1.
Amilin. 2010. Analisis Dampak Karakteristik Personal, Pengalaman Audit, Dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Penerapan Etika Akuntan Publik Dan Implikasinya Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Para Akuntan Publik di Indonesia. Disertasi . Bandung : Program Pascasarjana Unpad (Tidak dipublikasikan ).hal 10-15.
Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Interfensi dan Nonparametrik Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Arens, A.A., Elder, R.J., and Beasley, M.S. 2012. Auditing and Assurance Service – An Intergated Approach, 14th Edition. Edinburg UK : Pearson Limited Education.
Arens, Alvin A dan James L. Loebbecke (Amir Abadi Yusuf, Penerjemah). 2008. Auditing Pendekatan Terpadu. Buku Dua Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Indepedensi Auditor Pada Kualitas Audit. Jurnal Trikonomika Vol. 7, No .2.
Damodar N. Gujarati. 2003. “Basic Econometrics”. fourth edition. New York : McGraw-Hill.
Davis, Keith dan Newstrom, 2000, Perilaku Dalam Organisasi, Edisi ketujuh, Penerbit. Erlangga, Jakarta.
De Angelo, L.E, 1981. Auditor Size and audit quality. Journal of Accounting & Economics.
DeZoort, F. Todd., and Alan T. Lord. 1997. A Review And Synthesis Of Pressure
Donnelly, David P., Jeffrey J. Quirin., and David O’Bryan.2003. Attitudes Toward Dysfunctional Audit Behavior:The Efect Of Locus Of Control, Organization Commitment, and Possition. The Journal Of Applied Business Research vol 19 Number 1.
Edy Sujana, Tjiptohadi Sawarjuwono. 2006. Perilaku Disgungsional Auditor:Perilaku yang Tidak Mungkin Dihentikan. Jurnal Bisnis danAkuntansi Vol.8 No.3.
Effects Reseach In Accounting. Journal Of Accounting Literature Vol. 16 pg 28, 58 pgs.
Gibson. et. al. 2006. Organization: Behavior Structure Process. New York: McGraw Hill.
Gustati. 2012. Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan PerilakuDisfungsional Audit. Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vol.7. No. 2.
Henry Simamora. 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jakarta: Salemba Empat.
.
Husein Umar. 2005. Metode Penelitian, PT. Gramedia Pusaka : Jakarta.
Jonathan Sarwono. 2006. Panduan Cepat Dan Mudah SPSS 14. Yogyakarta: Andi.
Kane, G., & U. Velury. 2005. The impact of managerial ownership on the likelihood of provision of high quality auditing services, Review Of Accounting & Finance.
Kinichi, Angelo., and Robert Kreitner. 2003. Organizational Behavior, Keys concepts,skills and best practice. Mc Graw Hill.Co, Inc Newyork.
Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan
Kemungkinan Topik Penelitian Di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen (Desember). Hal.25-60
Lightner, S.S., Adams, S, and Lightner, K. 1982. “The Influence of Situasional, Ethical and Expentancy Theory Variables on Accountants’ Underreporting Behavior”. Auditing: Journalof Practice and Theory. Vol. 2. pp. 1-12.
Mashuri Maschab. 2008. Kekuasaan Eksekutif di Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.
Mulyadi. 2008. Auditing. Jakarta: Salemba Empat
Murtanto dan Marini. 2003. Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan, Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, hlm.790–805.
Mustafa, Zainal. Mengurai Variabel hingga Instrumentasi. 2009. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Mustofa. 2009. Globalisasi Profesi Akuntansi Di Mata Mustofa. Akuntan Indonesia : Edisi No.19/Tahun III Agustus 2009, Hal 13-15
Nor, Mohd Nazli Mohd, Smith, Malcolm and Ismail, Zubaidah.2009. Auditors’
Perception of Time Budget Preassure and Reduced Audit Quality practices: A Preliminary Study From Malaysian Context.
Nugrahiningsih, Putri. 2005. Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor di KAP dalam Etika Profesi (Studi terhadap Peran Faktor-Faktor Individual : Locus of Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender dan Equity Sensitivity). Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Nungky Nurmalita Sari. 2011. Pengaruh Pengalaman kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika terhadap Kualitas Audit
Otley, David T., dan Pierce, Bernard J. 1996. Auditor Time Budget Pressure: Consequences and Antecedents, Accounting. Auditing and Accountability Journal. 9: 31-58.
Profesi Akuntan, Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober,
Puradiredja Mulyadi dan. 1998. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta: Salemba Empat.
Purba. J. M. & Pujiastuti. S. E. (2009). Dilema etik & pengambilan keputusan etis. Jakarta. EGC.
Raghunathan, Bhanu. (1991). “Premature Signing-Off Audit Procedures: An Analysis”.
Accounting Horizons. Robbins. Stephen P., and Timothy A.Judge.2009. Organizational Behavior.13th Edition. Pearson International.
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2010. Auditing, Konsep Dasar dan Pedoman pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sofyan Syafri Harahap. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi Kesatu Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada.
Stephen P Robbins, 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Alih Bahasa : Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit PT.Bhuana Ilmu Populer.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.
Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.
Sukrisno Agoes. 2012. AUDITING Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Buku 1 4E. Penerbit Salemba.
Suprian, A.S. 1995. Metodologi Penelitian. Bandung : JPTB FPTK IKIP Bandung.
Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Auditterhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini AkuntanPublik. Jurnal Sosiohumaniora Vol. 7.
Susanti Irawati. 2008. Auditing, Bandung : Gramedia Pustaka.
Tjiptohadi Unti Ludigdo. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Edisi Pertama. Penerbit Pustaka Pelajar.
Uma Sekaran, 2003. Research methods for business a skill-building approach. Fourth Edition. Copyright 2003 © John Wiley & Sons, Inc. Printed in the United States of America
Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: Penerbit Genesis.
William F. Messier, Jr, Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt.2005. Jasa Audit & Assurance: Pendekatan Sistematis, Edisi 4, Jakarta : Salemba Empat
www.hukumonline.com
www.iapi.or.id
www.liputan6news.com
www.tempo.com
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Etika Profesi Auditor Eksternal
2.1.1.1Pengertian Etika Profesi Auditor Eksternal
Menurut Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana (2009:26) etika adalah :
“Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang
bisa dilakukan, atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan
hidup yang baik dan yang buruk”.
Menurut William F. Messier, Jr, Steven M. Glover and Douglas F. Prawitt
(2005:374) yang diterjemahkan oleh Nuri Hinduan adalah :
“Etika mengacu pada suatu sistem atau kode perilaku berdasarkan
kewajiban moral yang menunjukkan bagaimana seorang individu harus
berperilaku dalam masyarakat”.
Menurut Sukamto, 1991 dalam Suraida, (2005:118) etika profesi adalah:
“Etika secara umum didefiniskan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau
aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu
golongan tertentu atau individu”.
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010 : 49) etika profesi
adalah :
“Kode etik untuk profesi tertentu dan karenanya harus dimengerti
selayaknya bukan sebagai etika absolut”.
Dari definisi-definisi diatas etika profesi dapat diartikan nilai-nilai tingkah
laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu
golongan tertentu atau individu dan harus dimengerti selayaknya bukan sebagai
etika absolut.
Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah
sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para
pelaku bisnis, Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang
membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur
tingkah laku para anggotanya Murtanto dan Marini (2003).
Dengan demikian etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang
membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur
tingkah laku para anggotanya. Etika profesi berkaitan dengan independensi,
disiplin pribadi dan integritas moral orang yang profesional. Menurut Standar
Profesi Akuntan Publik, profesi akuntan publik dibagi dalam sembilan bagian
yang dikutip oleh Mulyadi (2002:51) adalah :
1. Pembukaan 2. Kepribadian
3. Kecakapan profesional 4. Tanggung jawab 5. Ketentuan khusus 6. Pelaksanaan kode etik
7. Suplemen-suplemen penyempurnaan kode etik 8. Penutup
9. Pengesahan
Adapun penjelasan dari bagian-bagian Kode Etik Akuntan Indonesia
1. Pembukaan
Kode Etik Akuntan Indonesia diawali dengan pembukaan yang berisi latar
belakang diperlukannya kode etik bagi profesi akuntan Indonesia dan definisi
kode etik. Latar belakang diperlukannya kode etik bagi profesi akuntan
disebutkan dibawah ini :
1. Setiap manusia menyediakan jasa berdasarkan pengetahuan dan keahliannya
kepada masyarakat sehingga harus memiliki rasa tanggung jawab kepada
masyarakat tersebut.
2. Undang-undang No. 34 tahun 1954 dikeluarkan oleh pemerintah untuk
menjamin masyarakat untuk mendapatkan pelayanan jasa dari orang-orang
yang memiliki pengetahuan dan keahlian memadai. Dengan demikian dalam
menjalankan pekerjaannya, akuntan harus mengutamakan kepentingan
masyarakat pemakai jasanya. Pada tahun 2002 Menteri Keuangan
mengeluarkan SK Nomor 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik.
Dalam pembukuan didefinisikan kode etik sebagaipedoman bagi para
anggota Akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab.
2. Kepribadian
Kepribadian mencantumkan dua pasal yang mengatur:
1. Kewajaran semua anggota Ikatan Akutan Indoesia (IAI) untuk menjaga
nama baik profesi dan menjunjung tinggi anggota etika profesi serta hukum
yang berlaku ditempat anggota menjalankan profesinya.
2. Kewajiban semua anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk
3. Kecakapan profesional
Kecakapan profesional mencantumkan dua pasal, pasal 2 (dua) dalam Kode
Etik yang mengatur :
1. Kewajiban bagi setiap anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk
mengikat orang-orang lain yang bekerja dalam pelaksanaan tugas
profesional yang berlaku bagi pekerjaannya tersebut.
2. Kewajiban bagi setiap anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk
mengikat orang-orang lain yang bekerja dalam pelaksanaan tugas
profesionalnya untuk memenuhi Kode Etik Akuntan Indonesia.
3. Kewajiban bagi setiap anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk
senantiasa meningkatkan kecakapan profesional.
4. Kewajiban untuk menolak setiap penugasan yang tidak sesuai dengan
kecakapan profesionalnya.
Pasal 3 (tiga) Kode Etik Akuntan Indonesia berisi larangan bagi anggota
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang tidak sebagai akuntan publik untuk
melakukan pernyataan pendapat atau asersi yang dibuat oleh pihak lain,
kecuali bagi akuntan pemerintah yang menurut Perundang-undangan yang
berlaku harus memberikan pernyataanpendapat akuntan.
4. Tanggung jawab
Dua tanggung jawab yang harus dipikul oleh Akuntan Publik dalam
1. Menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya
2. Menjaga mutu pekerjaan profesionalnya.
Informasi yang diperoleh akuntan publik selama ia menjalankan
penugasannya tidak boleh diungkapkan kepada pihak ketiga, kecuali atas
izin kliennya, naum jika hukum atau negara menghendaki akuntan publik
mengungkapkan informasi tersebut tanpa harus mendapat persetujuan dari
kliennya. Akuntan publik bertanggung jawab atas dipatuhinya pasal ini oleh
staf dan karyawan yang bekerja dikantornya.
5. Ketentuan khusus
Ketentuan khusus dalam Kode etik Akuntan Indonesia berisi pasal yang
mengatur perilaku anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berpraktik
sebagai akuntan publik. Dari pasal 6 Kode Etik Akuntah Indonesia, akuntan
publik diharuskan untuk :
1. Memperlihatkan sikap independen
2. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
yang berlaku.
3. Memberikan penjelasan yang cukup mengenai tujuan pembubuhan tanda
tangan dalam laporan yang dibuat sebagai hasil pelaksanaan tugasnya.
4. Menugaskan bahwa ia tidak menjamin terwujudnya ramalan atau
proyeksinya, jika ia melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan
ramalan atau proyeksi.
5. Memelihara tubungan baik dengan rekan seprofesi. Hal ini terutama berlaku
kebutuhan kerja sama.
6. Pelaksanaan kode etik
Pasal 7 Kode Etik Akuntan Indonesia mengatur pelaksanaan etika profesi
ini :
1. Setiap anggota wajib menghayati dan mengamalkan kode etik ini dengan
penuh rasa tanggung jawab, baik secara perorangan maupun bersama
dengan rekan anggota lain.
2. Setiap anggota harus selalu berusaha untuk saling mengingatkan sesama
anggota terhadap tindakan-tindakan yang dinilai tidak etis.
3. Setiap anggota harus meminta petunjuk dari Komite Kode Etik Akuntan
Indonesia, dalam hal adanya masalah yang tidak jelas pengaturannya.
4. Setiap anggota harus melaporkan setiap tindakan yang melanggar kode etik
ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Pengawasan kepatuhan dan penilaian pelaksanaan Kode Etik oleh Akuntan
Publik dilaksanakan oleh dua lembaga, yaitu Badan Pengawas Profesi dan
Dewan Pertimbangan Profesi.
6. Jika atas keputusan sanksi yang dijatuhkan oleh Badan Pengawas Profesi,
Akuntan Publik yang terkena sanksi mengajukan banding, maka kasus ini
kemudian ditangani oleh lembaga banding.
7. Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Pertimbangan Profesi dapat
mengenakan sanksi atas pelanggaran Kode Etik, berupa pemberhentian
sementara atau pemberhentian tetap, sebagaimana diatur dalam Anggaran
Pertimbangan Profesi Ikatan AKuntan Indonesia bertindak atas pengaduan
tertulis mengenai pelanggaran Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia atas
permintaan pengurus Ikatan Akuntan Indonesia.
7. Suplemen-suplemen penyempurna kode etik
Adanya penyimpangan atau kesulitan penerapan pasal-pasal yang
tercantum dalam Kode Etik Akuntan Indonesia tidak dapat dihindari oleh Anggota
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan-pernyataan dari anggota IAI maupun
masyarakat mengenai Pelaksanaan Kode Etik ditampung oleh Komite Kode Etik
IAI, dan setelah melalui proses tertentu komite ini menerbitkan tafsiran resmi
Kode Etik.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa etika merupakan aturan yang
ditetapkan untuk melindungi profesi, untuk menentukan anggota dalam
berhubungan dengan sesama anggota dan memberikan jaminan bahwa profesi
akan memberikan hasil kinerjanya yang tinggi.
2.1.1.2 Tujuan Etika Profesi
Etika dalam bahasa Yunani berasal dari dua kata yaitu Ethos yang berarti
kebiasaan atau adat dan Etikhos yang berarti perasaan batin atau kecenderungan
batin yang mendorong manusia dalam bertingkah laku.
Tujuan Etika Profesi menurut Sri Wahjoeni dan M. Gudono (2000:170)
adalah :
“Untuk melindungi kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa
2.1.1.3 Faktor-Faktor Etika Profesi Auditor Eksternal
Menurut (Sukrisno Agoes, 2012:43)Prinsip prinsip etika yang dirumuskan
IAPI dan dianggap menjadi kode etik perilaku akuntan Indonesia adalah :
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral
dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai
profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab
kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus
selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota
untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur
dirinya sendiri.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari
suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.
Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan
integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara
tertib.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi
anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa
yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota
bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi
kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang
paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna
jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali
bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi
yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat
panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta
mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai
dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota
adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan
2.1.2 Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal
2.1.2.1 Pengertian Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal
Menurut Arens (2008:43) menjelaskan perilaku disfungsional adalah :
“Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan
auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau
menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung”.
Menurut Gibson, et al., (2006:266) adalah :
“Konflik disfungsional adalah setiap konfrontasi atau interaksi antara
kelompok yang merugikan organisasi atau menghalangi pencapaian tujuan
organisasi”.
Menurut Newstorm & Davis (2002:14) adalah :
“Perilaku disfungsional didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
memberikan efek kurang menyenangkan pada suatu sistem”.
Menurut Kelley dan Margheim (1990); Otley dan Pierce (1996) dalam Siti
Marfuah (2011) adalah “Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang
dilakukan auditor dalam pelaksanaan pekerjaan audit yang dapat mengurangi atau
menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung“.
Menurut Edy dan Tjiptohadi (2006), perilaku disfungsional auditor adalah
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan audit.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
disfungsional didefinisikan sebagai perilaku akuntan publik yang menyimpang
2.1.2.2 Faktor-Faktor Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal
Perilaku-perilaku yang mereduksi kualitas audit secara langsung dilakukan
melalui tindakan seperti: penghentian prematur prosedur audit, review yang
dangkal terhadap dokumen klien, bias dalam pemilihan sampel, tidak memperluas
scope pengujian ketika terdeteksi ketidak beresan, dan tidak meneliti kesesuaian
perlakuan, akuntansi yang diterapkan klien (Kelley dan Margheim, 1990; Otley
dan Pierce 1996a). Tindakan-tindakan seperti yang disebutkan di atas secara
langsung mereduksi kualitas audit karena auditor memilih untuk tidak
melaksanakan seluruh tahapan program audit secara cermat dan seksama. Dalam
literatur auditing, tindakan-tindakan seperti yang disebutkan di atas
dikelompokkan sebagai perilaku reduksi kualitas audit (Malone dan Robert, 1996;
Otley dan Pierce, 1996a; Pierce dan Sweeney 2004).
Selain tindakan yang dapat mereduksi kualitas audit secara langsung,
perilaku disfungsional lainnya yang terjadi dalam praktek audit adalah tindakan
auditor dengan cara tidak melaporkan seluruh waktu audit yang digunakan untuk
melaksanakan tugas audit. Pada literatur auditing tindakan dengan memanipulasi
atau tidak melaporkan waktu audit yang sesungguhnya disebut dengan perilaku
Perilaku disfungsional menurut Donelly et al. (2003) ada 3 faktor-faktor
utama perilaku disfungsional, adalah :
1. Replacing and altering original audit procedures (mengubah prosedur
yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan),
2. Premature signing-off of audit steps without completion of the procedure
(menyelesaikan langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi
keseluruhan prosedur),
3. Underreporting of audit time (melaporkan waktu audit dengan total waktu
yang lebih pendek daripada waktu yang sebenarnya).
Dalam penelitian Edy dan Tjiptohadi (2006), hal-hal yang menyebabkan
kualitas audit seorang auditor menjadi buruk yaitu seperti melakukan perilaku
disfungsional auditor yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan auditor dalam
melaksanakan audit. Perilaku satu sampai dengan lima dibawah dikelompokkan
sebagai perilaku menyimpang yang secara langsung mengurangi kualitas audit,
sedangkan perilaku enam (underreporting of time) merupakan prilaku yang secara
tidak langsung mempengaruhi kualitas audit. Prilaku menyimpang dari auditor
yang dimaksud adalah:
1. Penghentian prematur terhadap langkah audit dalam program audit
(premature sign off).
2. Mengurangi jumlah pekerjaan yang dikerjakan dalam langkah audit yang
dianggap beralasan oleh auditor.
3. Tidak melakukan penelitian terhadap prinsip akuntansi yang digunakan
4. Tidak melakukan review dengan sungguh-sungguh terhadap dokumen
klien.
5. Menerima penjelasan klien yang lemah.
6. Melakukan underreporting of time.
Menurut Donnelly et al (2003) penyampaian laporan penggunaan waktu
yang lebih singkat juga menghasilkan keputusan yang dibuat seseorang auditor
menjadi lebih buruk, mempersulit kebutuhan untuk merevisi anggaran, serta
mengakibatkan timbulnya tekanan penggunaan waktu untuk pelaksanaan audit
diwaktu yang akan datang. Donelly et al (2003) beranggapan bahwa faktor yang
memberikan pengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor adalah karakteristik
individu yang diukur dengan locus of control, komitmen organisasi, kinerja
auditor.
2.1.3 Kualitas Audit
2.1.3.1 Pengertian Audit
Menurut Susanti Irawati (2008:1) mendefinisikan audit adalah :
“Audit adalah suatu proses yang dalam mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti-bukti audit mengenai kegiatan ekonomi yang dicerminkan dari
informasi keuangan suatu perusahaan tertentu”.
Menurut Sukrisno Agoes (2012:4) mendefinisikan audit adalah :
Dari tiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit adalah suatu
proses pemeriksaan atau evaluasi terhadap laporan keuangan untuk memberikan
informasi mengenai kewajaran laporan keuangan kepada pemakai yang
berkepentingan.
2.1.3.2 Pengertian Kualitas Audit
Menurut Mulyadi (2008:9) audit adalah :
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Menurut De Angelo dalam Justinia Castellani (2008) mendefinisikan
kualitas audit adalah:
“Kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan
melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien”.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas audit
merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan
keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam system
akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan audit, dimana dalam
melaksanakan tugasnya tersebut auditor harus berpedoman pada standar auditing.
Menurut Pernyataan Standar Auditing No. 01 (2001:150.1-150.2) standar
1. Standar Umum.
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan.
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.,
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat
diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan.
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
c. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.
2.1.3.3 Faktor-Faktor Kualitas Audit
Ukuran kualitas audit menurut Justiana Castellani (2008) adalah :
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan
3. Kemampuan menemukan kesalahan dan melaporkan kesalahan
2.2 Kerangka Pemikiran
Dengan mematuhi Etika Profesi Auditor yang berlaku umum, auditor dalam
melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar auditing yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yaitu standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, dengan berpedoman kepada standar
auditing maka audit yang dilakukan auditor akan berkualitas. Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2001:20) “Audit yang dilakukan auditor dikatakan
berkualitas, jika memenuhi standar auditing”.
Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah
sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para
membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur
tingkah laku para anggotanya Murtanto dan Marini (2003).
faktor internal yang mempengaruhi perilaku disfungsional adalah self
employee performance sebagaimana yang dinyatakan oleh Robbins (1996) bahwa
kinerja karyawan adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan
motivasi. Hal tersebut ditegaskan oleh Donelly et al. (2003) bahwa individu yang
melakukan kinerja di bawah ekspektasi atasannya akan cenderung terlibat untuk
melakukan perilaku disfungsional karena menganggap bahwa mereka tidak dapat
mencapai tujuan yang diperlukan untuk bertahan dalam sebuah perusahaan
melalui usahanya sendiri sehingga penyimpangan perilaku dianggap perlu dalam
situasi ini.
Menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan
kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) dimana auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien.
Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan
keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan
untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya.
2.2.1 Pengaruh Etika Profesi Auditor Eksternal terhadap Kualitas Audit
Etika merupakan aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku
manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut
Menurut Arens ( 2001 : 120) adalah :
“Etika profesi auditor adalah standar-standar, prinsip-pirinsip, interprestasi atas peraturan etika dan kaidah etika yang harus dilakukan seorang auditor dalam memeriksa laporan keuangan dan menghasilkan kualitas audit yang layak untuk dipublikasikan”.
Menurut Amilin (2010) adalah “Penerapan etika akuntan publik
berpengaruh terhadap kualitas audit. Akuntan publik yang memiliki kesadaran
untuk selalu berperilaku secara etis berarti memiliki komitmen untuk menerapkan
Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Apabila komitmen ini selalu dijaga maka
pelanggaran etika profesi dapat dihindari, sehingga akuntan publik lebih
berkonsentrasi untuk meningkatkan kualitas auditnya”.
Sedangkan Menurut Purba (2009) adalah : “Profesional dalam etika
profesi mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada
kepentingan klien dan keinginan tulus dalam membantu permasalahan yang
dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat”.
Menurut Nugrahaningsih (2005) untuk memenuhi akuntabilitas publik dan
kualitas audit diperlukan adanya etika auditor. Akuntan mempunyai kewajiban
untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana
mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana
akuntan mempunyai tangggungjawab menjadi komepeten dan untuk menjaga
integritas dan obyektivitas mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Nungky Nurmalita Sari (2011) variabel
Etika dan Independensi menunjukkan bahwa semakin tinggi auditor menjaga
sikap tidak terpengaruh oleh pihak lain dalam mengambil keputusan maka
Menurut Amilin bahwa penerapan etika akuntan publik berpengaruh
terhadap kualitas audit. Akuntan publik yang memiliki kesadaran untuk selalu
berperilaku secara etis berarti memiliki komitmen untuk menerapkan Kode Etik
Profesi Akuntan Publik. Apabila komitmen ini selalu dijaga maka pelanggaran
etika profesi dapat dihindari, sehingga akuntan public lebih berkonsentrasi untuk
meningkatkan kualitas auditnya.
2.2.2 Pengaruh Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal Terhadap
Kualitas Audit
Menurut Arens (2008:43) menjelaskan perilaku disfungsional adalah :
“Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan
auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau
menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung”.
Hasil penelitian Donelly (2003) serta Malone dan Robert (1996) “Perilaku
disfungsioal berhubungan langsung dengan kualitas audit”. Sedangkan DeZoort
(1997) dalam penelitiannya “Perilaku disfungsional berhubungan kuat dengan
time budget pressure dan mempunyai dampak terhadapa kualitas audit".
Selanjutnya Raghunathan (1991) efek dari perilaku disfungsional yaitu terjadinya
premature sign-off berpengaruh terhadap kualitas audit.
Menurut Wahyudin (dalam Gustati, 2012) dinyatakan bahwa perilaku
professional auditor/akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk
menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior).
Perilaku disfungsional yang dimaksud disini adalah perilaku menyimpang yang
penyimpangan terhadap standar audit. Perilaku ini bisa mempengaruhi kualitas
audit baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran diatas dan di dukung oleh
pendapat para ahli serta penelitian terdahulu, maka dapat di uraikan paradigma
yang disajikan dalam gambar 2.1 sebagai berikut :
(Purba 2009)
(arrens 2001: 120) dan (arleen 2010)
(Fitrini mansyur, dkk:2010)
(Arens 2008:43)
(Donelly 2003)
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
2.2.3 Penelitian Sebelumnya
Untuk menjaga originalitas penulis, maka dapat diuraikan
penelitian-penelitian terdahulu sesuai dengan yang ditelitinya.
Kualitas Audit (Y)
Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal (X2)
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
No Peneliti dan Tahun
Judul Sumber Hasil Penelitian
1 Arleen ahuan Menditeksi Kekeliruan dan
Et-Pengetahuan auditor da-lam mendeteksi ke-keliruan dan etika profesi berpengaruh secara pos-itif terhadap pertim-bangan tingkat mate-rialitas dalam proses audit laporan keuangan. meningkatkan rasa kepat-uhan terhadap etika profesi dalam setiap pelaksanaan proses audit atas laporan keuangan sehingga dapat dihasilkan laporan keuangan audit yang berkualitas
Jurnal Penelitian Univ-ersitas Jambi Seri Hu-maniora Volume 12, Nomor 1, Hal. 1-8 ISSN 0852-8349
Hasil penelitian menun-jukkan bahwa ada pengaruh variabel Time Budget Pressure dan Prilaku Disfungsional ledge, personal ethics, audit quality, and
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pe- ngaruh kompetensi, independensi dan etika auditor terhadap kua-litas audit. Variable independenya adalah kompeten dan etika auditor sedangkan variable dependennya
adalah kualitas audit.
2012 International Co-n-ference on Econo-mics, Business and Marketing Managem-ent. IPEDR vol.29
(2012) © (2012)
IACSIT Press, Sing-apore
1. Tenure audit and dysfunctional behaviors jointly influence the quality of audits.
2. The dysfunctional be-ha-vior significantly affects the auditing quality in public
Penelitian ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit di lingkungan pemerintah daerah.
Etika seorang auditor berpengaruh positif ter-hadap kualitas audit sehingga auditor yang memiliki etika yang baik akan mampu mening-katkan kualitas audit yang dilakukannya.
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:64) mendefinisikan hipotesis adalah :
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan”.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba
merumuskan hipotesis :
Hı : Etika Profesi Auditor Eksternal berpengaruh terhadap Kualitas Audit pada
Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung.
H2 : Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal berpengaruh terhadap Kualitas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh etika
profesi auditor eksternal dan perilaku disfungsional auditor eksternal terhadap
kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Bandung dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Etika profesi auditor eksternal berpengaruh terhadap kualitas audit pada
Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung. Etika profesi auditor
yang ditaati dengan baik akan meningkatkan kualitas audit. Etika profesi
auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah
Bandung berada dalam kategori sedang. Pada indikator integritas dalam
pelaksanaan audit sebagian besar auditor hanya kadang-kadang bersikap
jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa
dan pada indikator obyektifitas dalam pelaksanaan audit cukup masih
dipengaruhi oleh pihak lain. Masalah yang terjadi dikarenakan adanya
akuntan publik yang melanggar SA-SPAP.
2. Perilaku disfungsional auditor eksternal berpengaruh terhadap kualitas
audit pada Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Bandung.
Semakin tinggi perilaku disfungsional auditor akan menurunkan kualitas
audit. Perilaku disfungsional auditor eksternal pada Kantor Akuntan
Publik yang berada di kota Bandung berada dalam kategori sedang. Akan
tetapi sebagian besar auditor pada Kantor Akuntan Publik yang berada di
kota Bandung masih sering melakukan perubahan dalam prosedur audit.
Masalah yang terjadi dikarenakan adanya akuntan publik yang melakukan
kolusi yang ditenggarai memalsukan laporan keuangan dan tidak
melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Operasional
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan bahwa Etika Profesi
Auditor Eksternal dan Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal terhadap Kualitas
Audit pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung, maka peneliti
memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan masukan
kepada auditor pada Kantor AkuntanPublik di wilayah Bandung sebagai berikut :
1. Etika profesi auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik yang berada di
kota Bandung berada dalam kategori sedang. Namun dalam pelaksanaan
audit pada indikator integritas sebagian besar auditor hanya
kadang-kadang bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa dan dalam pelaksanaan audit pada indikator
obyektifitas cukup masih dipengaruhi oleh pihak lain. Agar dalam
pelaksanaan bersikap jujur dan tidak dipengaruhi oleh pihak lain, maka
auditor perlu menyadari mengenai profesi sebagai auditor dimana
bertanggung jawab dalam pelaksanaan audit dikarenakan etika itu dipatuhi
melainkan dari kesadaran yang dimulai dari diri setiap individu mendalami
pengetahuan,pelaksanaan audit dalam SA dan SPAP agar kualitas audit
yang akan dihasilkan menjadi lebih baik.
2. Perilaku disfungsional auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik yang
berada di kota Bandung berada dalam kategori sedang. Perlunya KAP
melakukan program pelatihan untuk mengedukasi auditor tentang risiko
yang dapat ditimbulkan akibat tindakan audit disfungsional dalam
pelaksanaan progam audit. Selain itu, temuan ini menunjukkan pentingnya
pengawasan atas pelaksanaan audit yang dilakukan auditor dalam
pelaksana program audit. Pemahaman auditor atas risiko yang dapat
ditimbulkan dari tindakan audit disfungsional, dan pengawasan yang
efektif atas pelaksanaan program audit dapat mengurangi kecenderungan
auditor melakukan tindakan audit disfungsional, sehingga dapat
meningkatkan kualitas audit.
5.2.2 Saran Akademis
1. Bagi Pengembang Ilmu
Diharapkan agar para pengembang ilmu dapat lebih memberikan bukti
empiris bahwa etika profesi auditor eksternal dan perilaku disfungsional auditor
eksternal berpengaruh terhadap kualitas audit.
2. Saran Bagi Peneliti Lain
Diharapkan agar peneliti lain melakukan penelitian yang sama dan
menggunakan metode yang sama dengan unit analisis dan sampel yang berbeda,
agar hasil dari penelitian tersebut dapat mendukung teori yang sudah ada sehingga
ANISA NURJANAH
Jurusan Akuntansi Universitas Komputer Indonesia
The research was implemented on Public Accounting Firm in Bandung. Object of this study of Professional Ethics External Auditor, Dysfunctional behavior External Auditor and Quality Audit. The Phenomena occurring violations of the code of an external auditor and perform the behavior deviation in the implementation audit in conducting the audit, which results in inadequate audit quality. Research purposes to determine the influence of Professional Ethics External Auditor and Dysfunctional behavior External Auditor to Quality Audit In Public Accounting Firm in Bandung.
The method in this research is qualitative (descriptive) and quantitative (verifikatif). The population in this study were 28 public accounting firms in Bandung. And pullout the sample with use technique pullout sensus. Data collection techniques in this study using observation, library research, questionnaires, interviews and searching (Internet). The test statistic used is the calculation of the regression analysis pearson correlation, coefficient of determination, hypothesis testing, and also use the help of an application program SPSS 20.0 for Windows..
The results show the professional ethics external auditor affect on audit quality, professional ethics external auditors which comply with good will increase the audit quality. The dysfunctional behavior external auditor affect on audit quality. The higher dysfunctional behavior external auditor will decrease the audit quality. Taken together the professional ethics external auditor and dysfunctional behavior external auditor affect on audit quality In Public Accounting Firm in Bandung.
Keywords: Professional Ethics External Auditor, Dysfunctional Behavior External Auditor Quality Audit.
I. PENDAHULUAN
Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan sumber informasi yang dijadikan sebagai acuan oleh stakeholder dan pihak-pihak terkait yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang
selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Sofyan Syafri Harahap, 2007:201). Masih menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:201) Laporan Keuangan merupakan output dan hasil dari proses akuntansi yang menjadi bahan
informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan.
besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh
akuntan publik yang akhirnya
mengharuskan akuntan publik
memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.
Kane dan Velury (2005),
mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk penyimpangan lainnya.
Nor dan Smith (2009) menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya bagi klien ataupun bagi KAP itu sendiri, tetapi juga bagi publik. Kualitas audit merupakan elemen fundamental yang menjelaskan
demand untuk jasa audit, Nor dan Smith
(2009). Buletin akuntan publik (2010) menyatakan, pedoman standar auditing juga hanya mengatur apa yang harus dilakukan dalam audit dan kepatuhan terhadap standar akan menunjukan bahwa audit telah dilakukan pada kualitas yang dapat diterima. Kualitas audit selain menjelaskan mengenai audit risk, juga menilai aspek pengetahuan, kemampuan, perencanaan audit, ketepatan waktu, kecukupan, indenpendensi.
Buletin Akuntan Publik (2010)
menyatakan bahwa KAP harus
meningkatkan mutu, karena hal tersebut cukup penting bagi profesi akuntan puublik untuk menjaga kepercayaan dan keyakinan kepada investor atas pelaporan keuangan. Review oleh organisasi profesi mutlak harus dilakukan karena kegitan tersebut memberi pengaruh yang luar pengaruh yang luar bisa untuk meningkatkan kepatuhan agar kualitas KAP dapat diandalkan Mustofa (2009).
Permasalahan etika paling sulit adalah permintaan klien untuk merubah laporan keuangan permasalahan profesional, dan melakukan penipuan. menyatakan bahwa kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis sangat berguna bagi semua profesi termasuk auditor (Don W. Finn et. Al.,1988 dalam Anitaria, 2011; Larkin, 2000 dalam Nugrahiningsih, 2005).
Mannan melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik dalam kasus audit umum atas laporan keuangan PT Kereta Api (Persero) Tahun 2005.Selama izinnya dibekukan, Akuntan Publik itu dilarang memberikan jasa
atestasi termasuk audit umum, review, audit
kinerja dan audit khusus. Dan pada tahun
2009 Akuntan Publik Ba-syiruddin Nur dikenakan sanksi pembekuan ijin selama tiga bulan. Hal ini disebabkan karena yang bersangkutan belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan konsolidasian PT Datascrip dan anak perusahaan tahun buku 2007, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. Dan masih banyak lagi Akuntan Publik yang masih belum menaati SA dan SPAP .
Sumber : Sumber:tempo.com,
hukumonline.com.
Dalam penugasan audit, auditor independen bertanggung jawab untuk mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Seksi 202 Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik mengharuskan anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai auditor independen mematuhi standar auditing jika berkaitan dengan audit atas laporan keuangan (SPAP, SA seksi 161, PSA No. peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan hingga pencabutan ijin (Ngalim Sawega, 2012). "Sanksi akuntan publik yang paling berat hanya dikenakan pembekuan kegiatan usaha di sektor pasar modal sebanyak 4 akuntan publik," (Ngalim Sawega, 2012 dalam Akuntan Online).
diri berperilaku etis.
Hermerhorn et al., (2005:86) menyatakan sikap akuntan publik merupakan suatu kecenderungan untuk merespon baik secara positf (searah dengan tujuan seperti senang, bangga, lega) maupun nefatif (tidak searah dengan tujuan seperti marah, gelisah, stress) atau keadaan mental melalui pengalaman terhadap objek, orang atau peristiwa kearah mana seseeorang akan bereaksi terhadap lingkungannya, selanjutnya Kinichi dan Kreitner (2003:182) menyatakan sikap akan mempengaruhi perilaku.
Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung (Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce 1996) dalam Adanan Silaban (2011). Dalam literatur, tindakan-tindakan yang dapat mereduksi kualitas audit secara langsung disebut sebagai perilaku reduksi kualitas audit (audit quality reduction
behaviors), sedangkan yang dapat
mereduksi kualitas audit secara tidak langsung disebut perilaku underreporting of time (Kelley dan Margheim 1990; Otley dan Pierce 1996) dalam Adanan Silaban (2011).
Perilaku disfungsional menurut Robbins dan judge (2009:118) terjadi apabila “akuntan publik” tidak menyukai lingkungan kerja, sebenarnya tidak mudah meramalkan “akuntan publik” dengan pasti bagaimana mereka akan merespons suatu pekerjaan karena adanya tekanan Robbins dan judge (2009:118), tetapi bila “akuntan publik” ingin mengendalikan kosekuensinya yang tidak diinginkan dari ketidak puasan kerja, “akuntan publik” haru bersikap positif untuk menyelesaikan sumber masalahnya Robbins dan judge (2009:118).
Keyakinan publik pada kualitas audit dari jasa profesional akan semakin besar, ketika KAP menunjukan standar kinerja yang tinggi serta bertindak profesional (arens, et al., 2012:118).
sembilan akuntan publik yang ditengarai memalsukan laporan keuangan. Yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya. Berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 38 bank bermasalah, dan pemalsuan terhadap laporan keuangan 38 bank yang kini berstatus Beku Kegiatan Usaha, ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit (Teten,2001).
Kesembilan KAP tersebut adalah AI memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan (Teten,2001).
Dalam pengamatan ICW, hampir
semua kantor akuntan tersebut
menyimpang dari standar profesional akuntan publik. Misalnya, seperti tak melakukan pengujian memadai atas rekening plus minimnya dokumentasi audit. Bahkan terdapat auditor yang tak memahami peraturan perbankan lantas juga bukan anggota IAI.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi (Teten,2001 dalam www.news.liputa -n6.com).
dilihat dari sudut resiko.
Kasus yang menimpa PT. Taspen yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Ngurah Arya dan Rekan, telah terjadi kesalahan pencatatan dalam audit laporan keuangan Taspen tahun buku 2005. (Achmad Subianto. Bisnis Indonesia, 2006)
PT Taspen memberi waktu sepekan bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) Ngurah Arya dan Rekan untuk memberikan penjelasan resmi terkait kesalahan pencatatan dalam audit laporan keuangan Taspen tahun buku 2005. Direktur Utama PT Taspen Achmad Subianto mengatakan kesalahan audit itu bukan terjadi dalam pencatatan keuangan Taspen, melainkan dilakukan pada tahap auditing oleh KAP bersangkutan berupa salah kutip maupun salah tulis. Dia menyebutkan kesalahan itu diantaranya mengenai pencatatan aktiva bersih 2004 yang seharusnya Rp 245 miliar, namun ditulis Rp 249 miliar.“Tak ada potensi kerugian negara Rp 4 miliar. Mereka salah kutip.” Kesalahan fatal lainnya, adalah salah ketik laba setelah pajak PT. Arthaloka Indonesia yakni senilai Rp 4,175 miliar dan Rp 4,385 miliar. Dalam audit mereka, angka itu dikategorikan sebagai laba sebelum pajak. (Achmad Subianto. Bisnis Indonesia, 2006)
Lebih lanjut dia mengakui kualitas KAP tersebut memang lebih buruk dibandingkan KAP-KAP yang sebelumnya disewa seperti Grand Thornton atau Tasnin, mengingat tarif kontrak mereka terbilang murah. Bahkan, lanjut Achmad Subianto, KAP Ngurah Arya itu merupakan yang pertama melalui tender. Pada 2000 audit laporan keuangan Taspen dilakukan BPKP, 2001 dan 2002 oleh Grand Thornton, Tasnin pada 2003, BPK (2004), dan tahun lalu melalui tender yang diikuti sembilan KAP. Sementara terkait perbedaan kontrak audit dengan realisasi dilapangan mengenai hari efektif dan jumlah auditor, dia menjelaskan hal itu karena tim audit kesulitan mencapai target waktu dalam kontrak, sehingga mengerahkan personil lebih banyak dibandingkan dikontrak. “Memang ada juga
penelitian ini adalah :
1. Auditor belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan melakukan pelanggaran kode etik profesi.
2. Adanya akuntan publik yang melakukan kolusi dengan pihak yang diauditnya.
3. Pada PT.Taspen telah terjadi kesalahan pada pelaksanaan pencatatan dalam pelaksanaan audit. Sesuai dengan masalah yang diuraikan, maka maksud dari penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah mengenai Etika Profesi Auditor Eksternal dan Perilaku Disfungsional Auditor Eksternal terhadap Kualitas Audit.
Kegunaan penelitian ini adalah yang pertama kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang terjadi baik pada etika profesi auditor eksternal, perilaku disfungsional auditor eksternal, maupun kualitas audit. Berdasarkan teori yang dibangun dan bukti empiris yang dihasilkan maka fenomena pada kualitas audit dapat diperbaiki melalui etika profesi auditor eksternal yang baik dan perilaku disfungsional auditor eksternal yang menurun. Yang kedua kegunaan akademis hasil penelitian sebagai pembuktian empiris dari konsep-konsep yang telah dikaji yaitu hasil-hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori yang telah ada mengenai hubungan etika profesi auditor eksternal, perilaku disfungsional auditor eksternal, dan kualitas audit menjadikan ilmu akuntansi yang berkembang.
II.KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMI-KIRAN DAN HIPOTESIS
Menurut Arens ( 2001 : 120) adalah :
audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung”.
Menurut Mulyadi (2008:9) audit adalah : “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
2010)
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Menurut Suad Husnan (2001:133), dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai populasi yang telah didapat, biasanya didahului oleh pengandaian atau
asumsi mengenai populasi yang
bersangkutan. Pengandaian ini, mungkin benar ataupun tidak benar yang kemudian disebut dengan hipotesis.
Berdasarkan identifikasi dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai berikut :
Hı : Etika Profesi Auditor Eksternal berpengaruh terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung.
III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2011:32) adalah : “Objek Penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu.Objek dalam penelitian ini adalah etika proesi, perilaku disfungsional dan kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriftif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2011:29)
mendefinisikan metode deskriptif adalah : “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.
Sedangkan Medote Verifikatif menurut Mashuri (2008:45) menyatakan metode verifikatif adalah :
“Metode Verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.