• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Tarik Tayangan Kabayan Nyintreuk Di STV Bandung Sebagai Media Kritik Sosial Bagi Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Daya Tarik Tayangan Kabayan Nyintreuk Di STV Bandung Sebagai Media Kritik Sosial Bagi Mahasiswa"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarajana (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh : Agil Nopiandi NIM. 41806889

PROGRAM STUDI LMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

iv Oleh: Agil Nopiandi NIM: 41806106

Skripsi ini dibawah bimbingan, Drs. Manap Solihat, M.Si

Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan Daya Tarik Tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa. Untuk menjawab Daya Tarik tersebut maka peneliti mengangkat empat sub fokus yaitu kekuatan, penampilan, pesan dan media untuk memperkuat fokus penelitian.

Pendekatan penelitian adalah kualitatif, metode penelitian adalah deskriptif (descriptive research). Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi langsung kelapangan, studi pustaka, internet searching dan Triangulasi. Peneliti menggunakan teknik sampling purposive dalam menentukan teknik penentuannya berdasarkan pertimbangan tertentu. Informan dalam penelitian ini adalah lima orang yang mengetahui tentang Daya Tarik Tayangan “Kabayan

Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa. Peneliti

melakukan wawancara, sesuai dengan apa yang akan diteliti. Jawaban yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dianalisis dan dibahas pada pembahasan.

Hasil penelitian tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung disajikan lebih berbeda dan ingin memberikan informasi seputar permasalahan sosial. program ini telah mengetahui ke empat sub fokus yang menguatkan keseluruhan tayangan ini yaitu ; kekuatan, penampilan, pesan dan media, sehingga tayangan “Kabayan

Nyintreuk” menjadi media kritik sosial bagi para khalayak khususnya bagi

mahasiswa yang mempunyai pemikiran yang kritis terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masayarakat.

Kesimpulan penelitian ini memperlihatkan bahwa pada Daya Tarik acara Program Kabayan Nyintreuk memiliki kekuatan, penampilan, pesan dan media yang dapat dijadikan sebagai media informasi yang aktual, faktual, menarik dan menghibur sehingga menjadikan literature media kritik sosial bagi mahasiswa.

(3)

v By: Agil Nopiandi NIM: 41806106

This research under the guidance, Drs. Manap Solihat, M. Si

This study intends to explain the Attractiveness Impressions "Kabayan Nyintreuk" in STV Bandung as Social Criticism for Student Media. To answer these attractions, the researcher picked up four sub focus of strength, appearance, message and media to measure the focus of research.

Research approach is qualitative, research methods are descriptive (descriptive research). The collection of research data conducted by in-depth interviews and direct observation spaciousness, literature, internet searching and triangulition. Researchers used a purposive sampling technique in determining its determination techniques based on certain considerations. Informants in this study were five people who know about the Fascination Impressions "Kabayan Nyintreuk" in STV Bandung as Social Criticism for Student Media. Researchers conducted interviews, by arranging the interview questions in accordance with what will be studied. Answers obtained from the interviews were then analyzed and discussed in the discussion.

The results showed that impressions "Kabayan Nyintreuk" in STV Bandung presented more different and want to provide information about social issues. In the presentation of this program has met the four sub focus which has been established, namely: strength, appearance, message and media, so that impressions "Kabayan Nyintreuk" become the media of social criticism for the audience, especially for students who have critical thinking to social problems that occur in community.

(4)

vi

Alhamdulillah, Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian pada program acara Kabayan Nyintreuk di STV Bandung. Tujuan Penulis melaksanakan Tugas Akhir dan Skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (S1).

Skripsi ini berisi tentang prosedur dan kegiatan kerja selama penulis melakukan penelitian di PT. Pasundan Utama Televisi (STV) Bandung. Penulis menyusun laporan ini secara sistematis dan ketentuan yang diberikan oleh Universitas. Dalam penyusunan laporan Skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada :

1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs. M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmo Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan surat pengantar penelitian

(5)

vii

setiap perkuliahan untuk menjadikan peneliti sukses dalam menjalankan perkuliahan.

4. Yth. Ibu Rismawaty S.Sos., M.Si, Selaku Dosen Wali penulis yang memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.

5. Yth. Seluruh Staff Dosen Ilmu Komunikasi Unikom yang telah banyak memberikan ilmu, nasehat, arahan, inspirasi, masukan dan motivasi kepada penulis.

6. Bpk. Sangra S.Ikom, sebagai penyelenggara sidang Tugas Akhir dan Skripsi

7. Kepada Mbak Asri Amd. dan Mbak Sri Intan, S.I Kom sebagai sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi dan PR Ilmu Komunikasi Unikom, yang telah banyak membantu perurusan administrasi penulis.

8. Yth. Ibu Rossalia Heni sebagai Manajer HRD STV Bandung yang memberikan kesempatan dan masukan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

9. Yth. Tisna Sanjaya selaku figur Kabayan dalam program tayangan acara

“Kabayan Nyintreuk” di STV yang memberikan bimbingan, masukan,

fungsi kritik sosial, arahan dan motivasi kepada penulis.

(6)

viii

lapangan dan Assisten Produser di “Kabayan Nyintreuk” yang

memberikan masukan, bimbingan, arahan, dukungan kepada penulis. 12.Yth. Seluruh staff dan staff News di STV Bandung yang memberikan

dukungan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

13.Ayah dan Mama yang memberikan dukungan moril dan materil serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah di kampus Unikom.

14.Adikku tersayang melinda dan abil yang mendoakan penulis untuk kelancaran dalam melaksanakan kuliah.

15.Terkasih Ria dan teman-teman seperjuangan di kampus tercinta, Apip (Almarhum), Ismet, Wandrik, Fauzy, Manyu, Ucok Presiden Gembel Arseto, Yaser, Chankir, Algi, Eko, Enot Rido Roma, Ludy, Rio, Niko, Eza, Sole, Okim, Isa Munyuk, Arye Chelsot Rizki, Yaser, Gita, Imas, Iha, Endah, Lina, Ratih, Fandi, Agus Abang, Rizki, Ucup, Yusman, Kakang, Luky, Kang Darso, Derini, Zurma, Novi, Gery, Kang Darso, yang memberikan dukungan dan motivasi serta doa kepada penulis.

16.Teman seperjuangan saat PKL di Jakarta, Rhea, Jaya, Gita, Ismet, Wandrik, Uji, Ayouvi, Reza, Putri, Erli, Fadli, Eko, Dina dan semua teman-teman lainnya, terima kasih atas kekompakan dan pengertiannya selama ini semoga kita selalu kompak sampai akhir masa.

(7)

ix

18.Teman-teman Protokoler, Leo, Rika, Ria, Daniel, Kodin, Juang, Sutan, Anggi, Mas Rudi, Mas Oji, Anissa, Vita, Annita dan saking banyaknya semua yang bisa disebut satu-satu, Thank‟s For All.

19.Teman – teman penulis lainnya di Kampus IK Unikom serta semua pihak dan kenalan penulis baik di Bandung, Jakarta, dan Kota-kota Lainnya, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

20.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis selama ini.

Penulis telah banyak mendapatkan pengalaman dan manfaat yang sangat besar selama melakukan penelitian dan mengikuti program kerja yang ada di Divisi Production, STV.

Menyadari masih banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun tentang penulisan Skripsi, besar harapan penelitian ini menjadi momentum dalam melaksanakan Tugas Akhir dan Skripsi bagi Penulis. Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan usulan penelitian ini dari awal sampai akhir, Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandung, 5 Agustus 2011

(8)

1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia telekomunikasi saat ini yang semakin maju, dapat dirasakan dengan semakin lancarnya orang untuk bersosialisi menggunakan sarana komunikasi lewat teknologi, tentunya hal ini lebih sederhana karena orang dapat berkomunikasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Meskipun jarak antara satu orang dengan orang lain sangat jauh, dengan adanya kemajuan teknologi tentu sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan manusia dalam bidang komunikasi.

Kemajuan teknologi merupakan sebuah dasar yang menjadikan perusahaan untuk berlomba-lomba dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat terutama pelanggannya. Hal ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi, baik berupa barang ataupun jasa yang selalu mengalami persaingan dan peningkatan untuk memberikan pelayanan terbaru untuk kebutuhan masyarakat.

Persaingan dalam suatu industri dapat dilihat sebagai suatu kombinasi atas lima kekuatan, yang menurut Porter sendiri terdiri dari :

(9)

3. Potensi pengembangan produk substitusi 4. Kekuatan tawar menawar penjual dan pemasok

5. Kekuatan tawar menawar pembeli atau konsumen. (Porter dalam David, 2006:130)

Kemajuan masyarakat, diakui atau tidak, tentu karena besarnya peran dari media massa. Tetapi, ketika di masyarakat timbul kekacauan, kemerosotan moral, tindak kekerasan, juga tidak bisa dilepaskan dari peran media massa pula. Intinya media telah menjadi faktor penentu kehidupan manusia, karena perkembangan media massa selama beberapa dasawarsa saat memasuki abad 21 ditandai dengan semakin pentingnya informasi dan penglohan data dalam banyak aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. “Media massa adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan dalam arti kata khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut.Berupa surat kabar, radio, televisi dan film teatrikal yang ditayangkan digedung bioskop” (Effendy, 2001; 127).

Media massa mempunyai peran yang besar dalam memajukan pengetahuan masyarakat ; sebuah media informasi yang dapat dirasakan seluruh kalangan tanpa batas usia dan waktu tertentu kapanpun mereka dapat menikmatinya, sehingga memunculkan asumsi dasar bahwa media sangat memiliki fungsi yang penting, asumsi ini ditopang dengan adil.

(10)

bahan dan kebudayaan yang mungkin kita tidak akan mengetahui kebudayaan yang mungkin kita tidak akan mengetahuinya sebelumnya, dengan media kita dapat mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada. Definisi gamblang dari penyampaian pesan adalah penyampaian informasi peristiwa yang menyangkut dengan kepentingan umum dan disiarkan secara menarik oleh media massa. Dalam kerangka penyajiannya, TV memiliki beberapa ciri khusus yang berbeda dengan penyampaian oleh media massa lainnya, seperti dari surat kabar, radio, dan internet.

George Girbner dan Larry Gross dalam tulisannya The Scary World of

TV’s Heavy Viewer, menyebutkan bahwa:

Television is different from all other media. From cradle to grave it penetrates nearly every home in the land. Unlike newspaper and magazines, television does not require literacy. Unlike the movies, it’s runs countinously, and once purchased, cost almost nothing. Unlike radio, it can show as well as tell. Unlike the theater or movies, it does not require leaving your home (Televisi merupakan media yang berbeda dengan media lainnya, hampir di setiap rumah orang mempunyai pesawat televisi, karena itulah televisi adalah media terpenting bagi informasi masyarakat, tidak halnya seperti surat kabar yang memerlukan biaya untuk mengetahui informasi dan juga membacanya, dan juga radio yang cuma mendengarkan suaranya, tetapi televisi selain suara kita juga dapat melihat yang gambar yang bergerak, dan juga secara langsung kita dapat melihat informasi tersebut).”(Muhtadi, 1999:99)

(11)

Daya tarik televisi yang bersifat audio visual, mampu menjadi media yang nyaris tak pernah mati ditinggal oleh pemirsanya. Kelebihan itulah yang membuat televisi berkembang dengan sangat cepat dari masa ke massa, media memiliki dampak terhadap masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya.

Walaupun fungsi televisi sama dengan media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran). Namun fungsi hiburan bagi sebuah media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, masalahnya karena masyarakat kita memang masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Program yang ada pada sebuah stasiun televisi merupakan serangkaian upaya mendorong masyarakat untuk menciptakan pertumbuhan lembaga penyiaran yang sehat, yang ditandai oleh kelayakan teknis, kehandalan manajemen dan keuangan, serta keunggulan sumber daya manusia sehingga mampu menyajikan acara yang berkualitas dan bermanfaat bagi khalayak. Selain itu berbagai upaya penyehatan kehidupan media dilakukan bersamaan dengan peningkatan kesadaran (awareness) dan kecermatan khalayak dalam menyeleksi tayangan yang dinikmatinya, sehingga mendatangkan keuntungan dan kepuasan dengan dampak negatif paling minimal.Sehingga ini merupakan suatu pekerjaan rumah bagi seluruh stasiun televisi baru, khususnya stasiun televisi lokal sebagai contoh media yang harus sehat dalam penyiarannya.

(12)

penyiaran ini hadir dengan beragam acaranya, termasuk beberapa acara yang diminati oleh pemirsanya seperti acara sports, berita, musik, kesehatan, film dan lainnya. Sebagai salah satu televisi lokal yang berada dikawasan Jawa Barat, STV memiliki program acara yang khas berkaitan erat dengan konteks kebudayaan sunda atau pasundan (local content). Program-program acara yang disuguhkan oleh STV ini sangat beragam, diantara stasiun-stasiun televisi lokal Bandung, STV menyuguhkan banyak siaran yang mengangkat budaya tanah Pasundan.

Telah kita ketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi.Tetapi fungsi mendidik dan membujuk sering diabaikan. Masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya agar fungsi mendidik dan membujuk tetap ada, namun tetap diminati pemirsa.

Caranya adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsur hiburan. Atau pesan nonhiburan ditempelkan pada acara hiburan, misalnya dalam tayangan acara, reality show, sinetron, film, dan acara-acara lainnya disisipkan pesan-pesan yang mengandung unsur-unsur pendidikan dan informasi yang terselubung, sehingga pemirsa tidak merasa terganggu dengan adanya sisipan pesan tersebut. Dengan demikian, acara nonhiburan dapat dikemas dalam bentuk hiburan (Erdiyanto & Erdiyana, 2005 : 133).

STV Bandung adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa siaran televisi lokal yang memberikan siaran terbaiknya.Dengan

(13)

bermunculannya stasiun televisi lokal lainnyadi Bandung, maka STV Bandung dituntut untuk lebih memuaskan pemirsanya dengan berbagai macam program acaranya. Keberadaan stasiun STV Bandung sudah sangatlah melekat dengan masyarakat Kota Bandung. Maka dari itu STV memberikan tayangan-tayangan program terbaiknya untuk pemirsa yang berada di Bandung dan daerah Jawa Barat.

“Kabayan Nyintreuk” salah satu acara di STV Bandung yang

menyuguhkan reality show dalam bentuk pesan sosial acara tersebut sangat bermutu dengan segi penyampaian pesan kritik sosial kepada khalayak Bandung khususnyadan Jawa Barat umumnya. Kritik sosial yang

disampaikan dalam acara “Kabayan Nyintreuk” mengandung dampak faktor

emosional dan arti yang bermanfaat untuk kemajuan masyarakat.

(14)

Nyintreuk merupakan kata yang berasal dari bahasa Sunda yang berarti menegur, memperingatkan atau memarahi. Karena pada dasarnya didalam

acara “Kabayan Nyintreuk” ini lebih mengedepankan sosok Si Kabayan yang

intelektual dan mempunyai rasa idealisme atau kritis terhadap keadaan sosial, sehingga Si Kabayan lebih banyak memberikan pesan-pesan yang kritis atau kritik sosial, Kabayan dalam acara ini diartikan sebagai sosok sunda yang melihat sisi dan situasi kehidupan kota Bandung serta mengangkat permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan rincian canda namun tidak menafsirkan akar permasalahannya dan hanya mengangkat suatu masalah. Si Kabayan dalam hal ini juga berusaha mencari solusi dengan sindiran kritik sosialnya, tentunya memperingatkan atau mengkritik terhadap pemerintah dan isu-isu lainnya yang sedang hangat terjadi di masyarakat Kota Bandung. Dilihat dari segi komunikan dalam banyak hal, seperi yang dikatakan McLuhan bahwa media akan menentukan pesan. Dengan sendirinya, orang akan segera mengetahui isi pesan yang disampaikan dengan mengetahui siapa pemilih pengelolan suatu media massa (Astrid, 1982:4).

Televisi lokal yang menayangkan acara berbentuk reality show “Kabayan Nyinteruk”, di STV dikemas secara unik dan lebih sedikit berbeda

dengan Si Kabayan pada umumnya. Bentuk program acara “Kabayan

Nyintreuk” ini sama halnya dengan sebuah feature di dalam sebuah media

(15)

pedesaan, maupun masyarakat lain yang tingkat sosialnya berbeda (Sudiono, 1995:88).

Ketertarikan peneliti untuk mengangkat isi program acara “Kabayan

Nyintreuk” sebagai penelitian karena “Kabayan Nyintreuk” adalah program

yang mendapatkan penghargaan “KPID Society Awards” pada bulan januari 2011 sebagai progam acara yang mengangkat budaya sunda yang mengandung makna sosial. Isi acara yang sering diangkat pada program ini adalah fenomena yang sering terjadi di lingkungan sosial, kritikan-kritikan sosialnya ditujukan kepada semua pihak yang terkait tidak hanya ditujukan kepada masyarakat dan pemerintah, tentunya daya tarik peran si Kabayan ini yang mengingatkannya dengan mengutarakan pesan-pesannya atau kritikan sosial yang bertujuan untuk “Menyintreuk” atau menegur dan memperingatkan pihak tertentu dengan gayanya yang lugas menjadikan alasan yang kuat untuk literature sebuah penelitian.

(16)

Disini Kabayan merupakan pemeran utama yang dibawakan oleh Kang Tisna Sanjaya dan Astahiam sebagai peran kedua atau back up dari (dulur Kabayan) yang dibawakan oleh Kang Regi, kedua tokoh ini menyampaikan pesan-pesan bebas bagi pemirsa baik itu berupa nasihat, solusi melalui kritik sosial. Tisna Sanjaya yang berperan sebagai “Kabayan” di acara ini merupakan seorang seniman asal Bandung, beliau telah banyak mengangkat fenomena-fenomena sosial melalui karya seninya yang ditampilkan dalam kegiatan acara seminar, workshop, pameran seni dan lain sebagainya.

Selain memerankan tokoh Kabayan di program acara “Kabayan Nyintreuk”, Tisna Sanjaya adalah seorang dosen seni rupa di Institut

Teknologi Bandung (ITB). Karya-karya seninya banyak dikenal di dalam dan luar Negeri, seperti saat melakukan kegiatan amal di Negara Singapura dan Jerman yang ditujukan untuk korban gempa dan tsunami di Jepang

bertajuk “Pray for Japan”, Tisna Sanjaya mendemontrasikan suatu lukisan

menggunakan bahan sampah dari TPS (Tempat Penampungan Sampah) Cigondewa Bandung, tanah gunung Merapi, dan lumpur Lapindo, yang dijadikan sebuah lukisan bernilai seni yang tinggi.

Sebelum adanya program acara “Kabayan Nyintreuk”, Tisna Sanjaya

lebih banyak dikenal sebagai seorang seniman yang kritis terhadap permasalahan sosial seperti yang ditampilkan lewat karya-karya seninya, sehingga pada saat dibentuknya sebuah program acara “Kabayan Nyintreuk”

(17)

Selain Tisna Sanjaya yang memerankan tokoh Kabayan di dalam acara ini, adapun peran kedua yaitu; tokoh Astahiam yang diperankan oleh Regi jika pemeran utama “Si Kabayan” berhalangan hadir. Pemilihan Regi yang

memerankan sosok Astahiam sebagai dulur Kabayan atau saudara Kabayan di dalam acara ini diukur dengan kapasitas Regi yang juga bekerja sebagai seorang pengacara, serta aktif sebagai seorang seniman dan tokoh di kalangan komunitas underground di Bandung. Sehingga kekuatan dan penampilan kedua komunikator ini mempunyai daya pikat bagi masyarakat terhadap pemenuhan informasi dan pesan yang disampaikan melalui acara “Kabayan

Nyintreuk”.

Bagi komunitas para pecinta “Kabayan Nyintreuk”, Facebook merupakan sarana yang dimanfaatkan para pemirsa pecinta acara ini untuk saling bertukar informasi, pemirsa yang tergabung sebagai anggota dalam grup “Kabayan Nyinteuk” dapat melakukan interaksi langsung dengan

membahas permasalahan sosial dan memberikan saran langsung bersama sosok Kabayan langsung secara online melalui laman grup. Jumlah teman anggota yang semakin bertambah, maka terlihat antusias dan minat dari para pemirsanya pada tayangan ini, setiap acara yang telah ditayangkan didalam siaran program “Kabayan Nyinteuk” di STV, lalu didokumentasikan kembali didalam grup “Kabayan Nyinteuk”.

Semua kemajuan lahir dari kritik, karena tanpa kritik, bangsa manusia tidak akan mungkin bisa mencapai hasil yang kioni telah dicapainya itu. (Kwant dalam Sobur: 2001:193). Kritik adalah sesuatu bentuk kebebasan

(18)

yang mesti „disesuaikan dengan situasi dan kondisi‟ pada masa transisi

kebudayaan ini yang dapat memicu atau menimbulkan rasa emosionalisme seseorang karena pesan kritik sosial yang disampaikannya.

Isi kritikan yang disampaikan lewat tayangan “Kabayan Nyintreuk” ini pun mengenai bermacam-macam hal, tidak hanya seperti kritikan terhadap pemerintah, namun peran Si Kabayan juga untuk mengkontrol, menegur dan mengingatkan masyarakat kota Bandung dalam mengatasi dan menjaga kebersihan, keindahan, ketertiban, dan berbagai hal lain yang menjadi akar permasalahan di Kota Bandung, sehingga pesan kritik sosial yang disampaikan oleh si Kabayan ini menimbulkan rasa emosional kepada pemirsanya.

(19)

diungkapkan secara jujur dan cerdas, sehingga seseorang merasakan adanya efek faktor emosional dari pesan yang disampaikan oleh si Kabayan dan ia mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang diperoleh dari media. Si Kabayan mampu mempengaruhi seorang individu ke individu lainnya dengan cara penyampaian informasi yang lebih sederhana dengan memberikan kritik-kritik sosial atau pesan-pesan yang lebih Idealisme.

Objek dalam penelitian ini ialah para mahasiswa yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang peka dan kritis dalam melihat permasalahan-permasalahan yang ada disekelilingnya khususnya yang ada di kota Bandung, sehingga fenomena yang diangkat dalam program tayangan “Kabayan Nyintreuk” dapat menarik minat mahasiswa dalam menjadikan program

tayangan ini sebagai pemenuhan informasi sebagai media kritik sosial bagi mahasiswa.

Dari alasan inilah peneliti menerapkan pemikiran bahwa daya tarik yang ditampilkan dalam acara ini dapat kita amati adanya pengaruh dan kekuatan yang dimiliki menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah selaku pihak berwenang, untuk menyelesaikan sedikit permasalahan-permasalahan yang di informasikan dari program acara “Kabayan Nyinteruk”.

STV dalam halnya media yang menayangkan acara program “Kabayan

Nyintreuk” ingin menjadi sebuah wadah yang menampung saran dan ide-ide

(20)

permasalahan-permasalahan yang ada di Kota Bandung. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media informasi sekaligus wadah bagi berbagai pihak di Bandung untuk lebih peduli terhadap berbagai permasalahan sosial yang ada di Bandung khususnya tatanan bidang kebersihan, keindahan, dan ketertiban. Daya tarik dalam program tayangan “Kabayan Nyintreuk” ini berpeluang untuk dijadikan sebagai media informasi dalam sosialisasi terhadap bidang-bidang sosial yang telah disebutkan sebelumnya. Daya tarik ini juga berfungsi untuk mengetahui berbagai kritisasi yang berkembang di masyarakat mengenai isu-isu yang ada di Bandung untuk dapat ditangani bersama-sama. Berdasarkan latar belakang tersebut, dengan rumusan masalah yaitu : “Bagaimana Daya Tarik Program Tayangan acara “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa?”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kekuatan tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa?

(21)

3. Bagaimana pesan tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa?

4. Bagaimana media tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa?

5. Bagaimana daya tarik tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk menjelaskan daya tarik program

tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial

bagi Mahasiswa.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kekuatan tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa.

2. Untuk mengetahui penampilan tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa.

(22)

4. Untuk mengetahui media tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa.

5. Untuk mengetahui daya tarik tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis maupun metodologis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan bahan rujukan atau referensi bagi peneliti lain sehingga berperan dalam mengembangkan Ilmu Komunikasi, khususnya konsentrasi ilmu Jurnalistik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis, kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti

Penelitian ini dapat berguna secara praktis bagi peneliti sekaligus mengaplikasikan ilmu atau teori yang telah didapatkan sebelumnya khususnya tentang pendalaman komunikasi massa.

2. Program Studi Ilmu Komunikasi

(23)

3. Perusahaan

Dapat memberikan bahan masukan informasi dan evaluasi yang positif bagi perusahaan, khususnya untuk PT. STV (Pasundan Utama Tevelisi) Bandung, dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pada acara program tayangan “Kabayan Nyintreuk”. Berkaitan dengan nilai sosial yang disampaikan kepada pemirsa di Bandung dan Jawa Barat.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Menurut Onong Uchjana Effendy, “daya tarik adalah kekuatan, penampilan komunikator dalam memikat perhatian, sehingga seseorang mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media komunikasi”. (Effendy, 1989 : 181)

Sedangkan Whiterington berpendapat mengenai pengertian daya tarik yang dikutip oleh M. Buchori yaitu : “kesadaran seseorang, suatu saat atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya, daya tarik harus dipandang sebagaimana sambutan yang sadar”. (Buchori, 1988 : 135).

(24)

Maka, peneliti menyimpulkan bahwa daya tarik dalam penelitian yang akan dilakukan di jawab dengan mengangkat subfokus kekuatan, penampilan, pesan, dan media.

1. Kekuatan ialah keteguhan atau kekukuhan dan mempunyai keunggulan dalam sesuatu.

2. Penampilan mempunyai arti proses, perbuatan, cara, langkah untuk maju untuk mengemukakan sesuatu.

3. Pesan adalah suatu isi atau informasi yang akan disampaikan melalui proses komunikasi.

4. Media merupakan saluran komunikasi, seperti televisi, radio, dan surat kabar. (Effendy, 1989 : 181)

Sebagai suatu aspek kejiwaan, daya tarik bukan saja dapat mewarnai perilaku seseorang tetapi lebih dari itu, dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dan menyebabkan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.

Daya tarik dapat menjadi sesuatu proses yang dapat berkembang menjadi pemberian respon positif maupun respon negatif terhadap pesan komunikasi yang diberikan.

(25)

Fungsi media massa yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk, tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi, sebagaimana pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. (Ardianto dan Komala. 2005. 128)

Kritik sosial dalam kamus komunikasi, kritik diartikan sebagai kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian pertimbangan baik buruk terhadap suatu karya pendapat dan sebagainya, menurut Kwant bentuk kritik dapat dibedakan dalam dua macam yaitu; kritik positif dan kritik negatif. Kritik negatif artinya sikap kritis yang kesimpulannya tidak menyetujui, biasanya kritik negatif lebih banyak dibanding kritik positif, sementara kritik positif artinya suatu penilaian terhadap suatu yang mempunyai kesimpulan menyetujui.

Kritik berasal dari bahasa yunani yaitu krinein yang berarti memisahkan, memerinci. Dalam kenyataan tersebut, manusia membuat pemisahan dan perincian antara nilai dan bukan nilai, arti dan bukan arti, baik dan jelek. Jadi kritik suatu penilaian terhadap kenyataan dalam sorotan norma. Dalam buku berjudul Mens en Kritiek. R.C. Kwant (1975:12) menuliskan bahwa kritik menentukan nilai suatu kenyataan yang dihadapinya.

(26)

karenanya,orang tersebut harus mengetahui sebelumnya bagaimana seharusnya (Kwant, 1975:90).

Kepekaan sosial atau social sensitivity, merupakan inti suatu kritik sosial. Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitik beratkan dan mengajak khalayak untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat. Suatu media kritik sosial karenanya didasarkan pada rasa tanggung jawab atau pengontrol bahwa manusia sama-sama bertanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya.

Menurut Astrid S. Susanto (1977:5), kritik sosial biasanya dihubungkan dengan perlunya situasi ideal dan perilaku ideal (ideal conduct). Suatu kritikan selalu menginginkan perubahan, hingga kritik selalu berorientasi ke masa depan. Oleh karena itu suatu kritik perlu dilandasi data dan pengetahuan yang tepat, yaitu agar prediksi tentang masalah dalam bermasyarakat jadi tepat, setepat mungkin.

Fungsi media kritik sosial antara lain sebagai pengontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau merupakan proses bermasyarakat, dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah satu variabel penting dalam memelihara sistem sosial.

1.5.2 Kerangka Konseptual

(27)

keseluruhan dari program ke dalam masalah penelitian yaitu Daya Tarik Program Tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik Sosial bagi Mahasiswa.

1. Kekuatan merupakan kelebihan atau keuntungan yang diunggulkan dari program tayangan “Kabayan Nyintreuk” yang akan diperoleh dari para informannya disini ialah mahasiswa.

2. Penampilan merupakan tampilan dan desain yang dikemas dalam setiap penayangan “Kabayan Nyinteruk” sebagai salah satu cara menyampaikan kelebihan program tayangan “Kabayan Nyintreuk” kepada publik (para informan disini ialah mahasiswa).

3. Pesan merupakan isi atau informasi dari program tayangan “Kabayan

Nyintreuk” yang ingin disampaikan kepada publik dan para

komunikannya yaitu mahasiswa.

4. Media atau STV disini sebagai alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi dari program program tayangan

“Kabayan Nyintreuk” bagi para komunikannya disini yaitu mahasiswa.

Dalam penelitian ini, Peneliti menekankan pada keberhasilan STV Bandung dalam mengemas program tayangan “Kabayan Nyintreuk” kepada para pemirsa yang notabenenya sasaranya ialah komunitas mahasiswa. Sehingga pemirsa setia STV Bandung memilih program tayangan “Kabayan

Nyintreuk” sebagai pemenuhan aspek informasi yang kritis, aktual, faktual,

(28)

Aplikasi konseptual dari definisi menurut Onong Uchjana Effendy yakni untuk melihat secara keseluruhan program “Kabayan Nyintreuk” ditinjau dari kekuatan, penampilan, pesan dan media. Artinya, program tayangan “Kabayan Nyintreuk” memiliki daya tarik bagi para pemirsa khususnya bagi Mahasiswa berdasarkan sub fokus yang diangkat pada penelitian. Dimana hal ini dapat ditinjau dengan meningkatknya jumlah pemirsa STV Bandung dan anggota grup laman jejaring sosial facebook

untuk komunitas pecinta tayangan “Kabayan Nyintreuk” khususnya bagi

kalangan mahasiswa baik di Kota Bandung, khususnya maupun Jawa Barat.

1.6 Pertanyaan Penelitian / Pedoman Wawancara

Sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian, Peneliti menetapkan pertanyaan sebagai berikut:

1. Kekuatan

a. Apakah kekuatan yang dimiliki program tayangan “Kabayan

Nyintreuk” ?

b. Apakah alasan dipilihnya program tayangan “Kabayan Nyintreuk” tersebut?

c. Apakah yang akan dilakukan jika program tayangan “Kabayan

Nyintreuk” tidak bisa menarik para pemirsanya?

d. Apakah yang akan dilakukan jika program tayangan “Kabayan

(29)

2. Penampilan

a. Seperti apa penampilan komunikator program tayangan “Kabayan Nyintreuk”?

b. Apakah ada tema khusus dari penampilan program tayangan

“Kabayan Nyintreuk” ?

3. Pesan

a. Seperti apa gaya pesan (formal dan/atau informal) yang digunakan dalam program tayangan “Kabayan Nyintreuk” ?

Bagaimana gaya bahasa yang digunakan program tayangan

“Kabayan Nyintreuk” ?

b. Apakah bentuk pesan (informatif, persuasif, instruktif) yang digunakan dalam program tayangan “Kabayan Nyintreuk”?

c. Apakah isi yang digunakan dalam program tayangan “Kabayan

Nyintreuk”?

4. Media

a. Seperti apa penyampaian kritik sosial dalam acara “Kabayan

Nyintreuk” di STV Bandung?

b. Apakah media dalam halnya STV yang menayangkan program tayangan “Kabayan Nyintreuk” sudah dinilai memuaskan?

(30)

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen). (Mulyana. 2003), dimana peneliti adalah instrument kunci. Senada dengan apa yang diungkapkan Winarno Surachmad:

“Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang mencakup berbagai teknik diantaranya adalah penyelidik dengan teknik survei, interview, angket, observasi, studi kasus, studi komparatif, studi waktu dan gerak, analisis kuantitatif, studi kooperatif atau operasional”. (Surachmad, 1982 : 139)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena penelitian ini hanya bertujuan untuk melukiskan atau mendeskripsikan secara faktual dan cermat mengenai Daya Tarik Program

Tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai Media Kritik

Sosial bagi Mahasiswa. .

1.8 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam

(31)

Bisa juga dikenal dengan suatu teknik pengumpulan data yang dalam pelaksanaanya dengan mengadakan tanya jawab dengan mewawancarai mahasiswa sebagai informan pemirsa STV yang menonton tayangan acara “Kabayan Nyintreuk” dan juga pihak produksi tayangan acara “Kabayan

Nyintreuk” dalam menanggapi penyampaian pesan.

2. Observasi

Observasi dijadikan sebagai salah satu teknik pengumpulan data oleh peneliti karena pada dasarnya observasi dipakai ketika peneliti merupakan bagian dari populasi tersebut. Penelitian ini juga merupakan bagian dari populasi karena peneliti juga merupakan penonton dan pemerhati acara “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung.

3. Studi Kepustakaan

Peneliti menggunakan studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data menggunakan buku atau referensi sebagai penunjang penelitian, dengan melengkapi atau mencari data-data yang dibutuhkan dari literature, referensi, majalah, makalah dan yang lainnya. Sehingga memperoleh data-data yang tertulis melalui telaah bacaan yang ada kaitannya dengan masalah penelitian.

4. Dokumentasi

Dokumentasi ini dengan mengambil beberapa foto-foto hasil peliputan dan episode “Sanggar Seniman Mahasiswa di Cigondewa”, “Anak-Anak

Jalanan”, “Jalan rusak di kota Bandung” dan “Feature Simbol Kota

(32)

“Kabayan Nyintreuk”, sehingga merujuk untuk dijadikan referensi

penelitian.

5. Internet Searching

Pengumpulan data dengan melengkapi atau mencari data-data yang dibutuhkan internet, yaitu dari website maupun blog.

1.9 Uji Keabsahan Data/Triangulasi

Untuk mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Pengertian triangulasi itu sendiri adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan beberapa macam triangulasi. Dan yang peneliti ambil yaitu teknik triangulasi data.

Triangulasi data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

(33)

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (Moleong, 2007:330)

1.10 Analisa Data

Dalam penelitian ini diadakan tahapan-tahapan yang memungkinkan peneliti untuk tetap berada di jalur yang benar dan memiliki langkah-langkah yang akan diambil dalam penelitian. Tahapan-tahapan penelitian ini berguna sebagai sistematika proses penelitian yang akan mengarahkan peneliti dengan patokan jelas sebagai gambaran dari proses penelitian dan digunakan sebagai teknik analisa data.

1.10.1 Teknik Analisa Data

1) Penyeleksian Data

(34)

2) Klasifikasi Data

Klasifikasi data yakni mengkategorikan data yang diperoleh berdasarkan bagian-bagian penelitian yang telah ditetapkan. Klasifikasi data ini dilakukan untuk menyusun laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya. Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam memberikan penjelasan secara lebih detail dan jelas.

3) Merumuskan hasil Penelitian

Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut pengklasifisian data yang telah ditentukan.Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat di lapangan dan berusaha untuk menjelaskannya dalam bentuk laporan yang terarah dan sistematis

4) Menganalisis hasil Penelitian

Tahap akhir adalah menganalisis hasil penelitian yang diperoleh dan berusaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan.Menganalisa hasil penelitian dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha untuk membuahkan suatu kerangka piker atau menguatkan data yang ada.

(35)

“Pengolahan data yang mencakup kegiatan mengedit data (editing). pengeditan data merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang

perlu dilakukan terhadap data penelitian”. (Ruslan, 2000 : 155).

Kemudian dilakukan pengeditan dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan yang ada pada seluruh data yang peneliti dapatkan, hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dan memperoleh kejelasan makna dari data atau informasi yang peneliti peroleh. Menurut M. Iqbal Hasan, editing adalah;

Editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.Pada kesempatan ini kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan penyisipan (interpolasi).Setelah itu, data yang diperoleh di analisa dan diberi penjelasan dihubungkan dengan teori-teori yang relevan”.

1.11 Subjek Penelitian dan Informan

1.11.1 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, Peneliti memfokuskan penelitian kepada Mahasiswa (pemirsa) yang setia menonton dan mengikuti tayangan acara

“Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung. Teknik yang digunakan ialah

(36)

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa episode yang telah ditayangkan “Kabayan Nyintreuk” yaitu “Sanggar Seniman Mahasiswa di

Cigondewa”, “Anak-Anak Jalanan”, “Jalan rusak di kota Bandung” dan

Feature Simbol Kota Bandung”. Isi dari tayangan tersebut diperkirakan dapat mewakili gambaran umum tentang masalah yang sedang diteliti yaitu daya tarik program tayangan “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung sebagai media kritik sosial bagi Mahasiswa.

1.11.2 Informan

Para informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah anggota yang ada di laman jejaring sosial facebook grup “Kabayan Nyintreuk” yaitu dengan

memilih orang-orang tertentu khususnya ialah mahasiswa karena dianggap (berdasarkan penilaian tertentu) yang dapat berlaku bagi rancangan sampling purposive.

Bila unsur informan terlalu banyak, maka kita harus menggunakan

sampel sebagai cara lain untuk dapat “menguasai” informan dengan jumlah

yang lebih sedikit. Istilahnya subjek dapat mewakili informan secara keseluruhan, berarti subjek mencerminkan semua unsur informan secara keseluruhan.

(37)

penelitian memiliki kewenangan untuk menentukan informan yang menurut penelitian ada dalam kriteria yang mewakili kegiatan penelitian, peneliti mewawancarai mahasiswa sebagai informan.

Pemilihan para informan ini berkaitan dengan analisa dan sudut pandang setiap mahasiswa yang memiliki pemikiran kritis dalam melihat permasalahan yang ada disekelilingnya khususnya yang ada di kota Bandung. Sehingga penyampaian pesan di program “Kabayan Nyintreuk” diharapkan dapat menarik minat mahasiswa dalam menjadikan program tayangan ini sebagai pemenuhan informasi dan penyampaian pesan yang positif media kritik sosial.

Tabel 1.1 Data Informan

Nama Informan Mahasiswa Jurusan

Mega Priyana Universitas Padjajaran Bandung Sastra Sunda Risma Adityana Universitas Pendidikan Indonesia Sejarah Citra Mustikawati Universitas Komputer Indonesia Ilmu Komunikasi Yogi Maulana Ibrahim Universitas Pasundan Bandung Ilmu Komunikasi

Agung Listiano LP3I Ilmu Komunikasi

(Sumber:Penulis, 2011)

(38)

yang aktual, faktual, menarik, dan menghibur. Peneliti beranggapan bahwa berbagai aspek dari informan yang diajukan oleh peneliti ini, diharapkan dapat mewakili berbagai perbedaan tersebut secara keseluruhan. Pendekatan komunikasi dengan melakukan tinjauan langsung dengan informan ini dirasakan dapat memberikan berbagai masukan mengenai penganalisisan tayangan acara “Kabayan Nyintreuk” dari berbagai sudut pandang yang

berbeda.

1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.12.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian bertempat di Kantor STV Bandung yang berlokasi di Komp. Setrasari Plaza Mall B4 No.68 Jl. Surya Sumantri, kecamatan Sarijadi, Bandung Telp. 022-2005112 Fax. 022-2005113. Tower dan Studio Jl. Kol. Masturi Komplek Pemancar Kampung Gandrung Desa Jambudipa – Cisarua, Bandung.

1.12.2 Waktu Penelitian

(39)
[image:39.595.43.582.140.477.2]

Tabel 1.2 Schedule Penelitian

(Sumber : Penulis, 2011)

1.12 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian (meliputi; maksud penelitian, tujuan penelitian), kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis,

No Kegiatan April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul 2 Penulisan Bab I Bimbingan 3 Penulisan Bab II Bimbingan 4 Penulisan Bab III Bimbingan 5 Pengumpulan

(40)

kegunaan praktis), kerangka pemikiran (meliputi;kerangka teoritis, kerangka konseptual), pertanyaan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan data/triangulasi, teknik analisa data, subjek dan informan penelitian, lokasi dan waktu penelitian (meliputi; lokasi penelitian, waktu penelitian), dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang tinjauan mengenai tayangan, tinjauan tentang ilmu komunikasi diantaranya meliputi (pengertian komunikasi, jenis-jenis komunikasi), tinjauan komunikasi massa diantaranya meliputi (karakteristik komunikasi massa, tinjauan media massa), tinjauan tentang televisi siaran diantaranya meliputi (sejarah singkat televisi, siaran televisi di Indonesia, karakteristik televisi, fungsi televisi), tinjauan tentang anggapan diantaranya meliputi (pengertian tanggapan, jenis-jenis tanggapan, fungsi tanggapan). Tinjauan tentang cerita kabayan diantaranya meliputi (kisah Kabayan, Kabayan sebagai mitos), tinjauan tentang daya tarik, tinjauan tentanng teori daya tarik menurut Onong Uchjana Effendy.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

(41)

organisasi PT. Pasundan Utama Televisi STV Bandung, job description produksi PT. Pasundan Utama Televisi STV Bandung, sarana dan prasarana bagian produksi tayangan acara “Kabayan Nyintreuk” di STV Bandung.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang deskripsi informan, deskripsi tayangan

acara “Kabayan Nyintreuk” ditinjau dari kritik sosial dan daya tarik

yang menjelaskan hasil penelitian terdiri dari gambaran data yang didalamnya mengelompokan data-data yang dimiliki, dan analisa data yang dilakukan oleh peneliti yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan wawancara pembawa acara “Kabayan Nyintreuk”, Produser dan Staf produksi “Kabayan Nyintreuk),

observasi, setudi kepustakaan dan internet searching.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(42)

35 2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komuikasi

Setiap ilmu, mempunyai dasar pemikiran (Filsafat) sebagai titik tolak menuju kebenaran. Setiap ilmu juga memiliki objek formal maupun material. Beberapa ilmu dapat saja memiliki objek material secara bersamaan, namun guna memisahkan yang satu dengan yang lain harus ditinjau dari objeknya yang berbeda-beda.

Harus diakui bahwa di dalam ilmu-ilmu sosal suatu pendapat tidak ada yang benar dalam kurun waktu pendapat itu benar, tetapi pada kurun waktu yang lain, pendapat itu harus disempurnakan atau dikoreksi atau dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini dikarenakan didalam ilmu sosial, yang bersumber dari masyarakat itu sendiri, sumbernya dapat mengalami perubahan-perubahan yang dapat membuat masyarakat itu menjadi berbeda sama sekali dengan aslinya.

2.1.1Pengertian Ilmu Komunikasi

(43)

diantara yang terlibat komunikasi didalam mengartikan lambang atau ide itu. Komunikasi itu dapat dilakukan yang dikomunikasikan media massa pada sejumlah besar orang.

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Menurut Effendy (2003:55), bahwa terdapat 4 tujuan komunikasi, yaitu :

1. Perubahan sikap (attitude change) 2. Perubahan pendapat (opinion change) 3. Perubahan perilaku (behaviour change) 4. Perubahan sosial (social change)

Dalam komunikasi menggunakan situs jejaring sosial keempat tujuan komunikasi mengambil peranan dalam setiap proses yang terjadi. Mulai dari mengubah sikap seseorang, merubah pendapat danpandangan seseorang, merubah perilaku, serta merubah kehidupan sosialpenggunanya.

2.1.3Fungsi Komunikasi

(44)

1. Menyampaikan informasi (to inform)

Dengan komunikasi, komunikator dapat menyampaikan informasikepada komunikan. Serta terjadi pertukaran informasi antarakomunikator dan komunikan.

2. Mendidik (to educate)

Komunikasi sebagai sarana untuk mendidik, dalam arti bagaimanakomunikasi secara formal maupun informal bekerja untuk memberikanatau bertukar pengetahuan. Dan kebutuhan akan pengetahuan dapatterpenuhi. Fungsi mendidik ini dapat juga ditunjukan dalam bentuk beritadengan gambar maupun artikel.

3. Menghibur (to entertaintment)

Komunikasi menciptakan interaksi antara komunikator dankomunikan. Interaksi tersebut menimbulkan reaksi interaktif yangdapat menghibur baik terjadi pada komunikator maupun komunikan.

4. Mempengaruhi (to influence)

(45)

pengaruh positif atau negatif, dan komunikan dapatmenerima ataupun menolak pesan tersebut tanpa ada paksaan.

Keempat tujuan komunikasi di atas turut mengambil peranan daalam setiap proses yangterjadi. Mulai dari mengubah sikap seseorang, merubah pendapat dan pandangan seseorang, merubah perilaku, serta merubah kehidupan sosial penggunanya.

2.1.4 Hambatan Komunikasi

Hambatan komunikasi menurut Effendy pada bukunya “Ilmu,

Teoridan Filsafat Komunikasi” (2003: 45) dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurutsifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik.

1. Gangguan mekanik (mechanical, channel noise) adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhanyang bersifat fisik. Seperti contohnya adalah gangguan yangdihasilkan dari suara atau bunyi, gambar yang tidak jelas danlainnya.

(46)

ke dalam pesanmelalui penggunaan bahasa. Gangguan semantik terjadi dalamsalah pengertian.

2. Kepentingan

Interest atau kepentingan membuat orang selektif dalam menanggapipesan. Orang hanya memperhatikan perangsang yang adahubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanyamempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan dayatanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak sesuai ataubertentangan dengan suatu kepentingan.

3. Motivasi terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuaibenar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakinsesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihakyang bersangkutan.

4. Prasangka

(47)

kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Sesuatuyang objektif pun akan dinilai negatif.

Hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam penggunaan situsjejaring sosial antara lain gangguan mekanik seperti gangguan pada koneksiinternet atau gangguan teknis pada situs yang digunakan. Selain itugangguan sematik juga sering terjadi dalam komunikasi melalui situs jejaringsosial. Ada pula motivasi terpendam pada penggunaan situs jejaring sosial. Contohnya adalah penyalahgunaan-penyalahgunaan yang ditujukan untukhal-hal yang tidak baik.

2.2 Tinjauan tentang Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern yang terbit atau disiarkan secara periodik. Hal ini perlu dijelaskan karena ada bentuk komunikasi dengan massa yang menggunakan media massa tradisional, seperti wayang, lenong, lawak atau grup sandiwara yang dalam pelaksanaan komunikasinya lebih bersifat tatap muka (face to face communication).

Para pengguna media massa adalah para pembaca surat kabar/majalah, pendengar radio, penonton televisi yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a. Banyak jumlahnya

(48)

c. Heterogen

d. Tidak diorganisasikan

e. Tidak dikenal oleh si pengirim atau komunikator f. Tidak dapat memberikan umpan balik secara langsung

Konsep komunikasi massa ialah suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarluaskan pesan secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari dan digunakan.

2.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa terdapat juga cirri-ciri khusus, seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard Jr. dikaitkan dengan pendapat Devito, komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-ciri sebagai berikut :

1. Komunikasi massa bersifat satu arah

Ini berarti tidak ada arus balik dari komunikan ke komunikator, dengan kata lain komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap kesan atau berita yang disiarkan.

2. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga

Yakni suatu institusi atau organisasi, oleh karena itu komuikatornya melembaga, mempunyai lebih banyak kebebasan.

(49)

Media ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, tidak ditujukan kepada sekelompok orang tertentu. Media massa tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut kepentingan umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri ini merupakan media yang paling hakiki dibandingkan dengan komunikasi lainnya.

5. Komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikasi adalah khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen dalam keberadaannya secara terpecah-pecah, dimana satu sama lain tidak saling mengenai dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal, jenis kelaminnya, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman hidup, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya. (Effendy, 1984 :23-24) Berdasarkan ciri-ciri diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi pada komunikasi massa hanya berlangsung satu arah, melembaga, pesan menyangkut kepentingan umum dengan salurannya berupa media massa baik itu surat kabar, maupun elektronik pada saat yang bersamaan, dengan sasaran khalayak yang heterogen. Hanya dengan menggunakan media massa, proses komunikasi massa dapat dilakukan.

2.2.2 Tinjauan tentang Media Massa

(50)

budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat.

Media massa sendiri mempunyai pengertian saluran atau media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Tegasnya yang disebut dengan komunikasi massa disini ialah media massa modern (surat kabar, majalah, radio, televisi dan film) yang memiliki sifat-sifat tersendiri.

Seorang ahli komunikasi DeFleur berpendapat bahwa pesan yang disampaikan melalui media massa akan menimbulkan reaksi yang berbeda bagi penerima yang mempunyai karakter yang berbeda pula karena setiap individu mempunyai interest yang berbeda pula.

Mass Media atau media komunikasi massa merupakan channel of mass yaitu saluran, alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, karakteristik komunikasi massa itu meliputi :

1. Publisitias, disebarluaskan kepada khalayak. 2. Universalitas, kesannya bersifat umum. 3. Perioditas, tetap atau berkala

4. Kontinuitas, berkesinambungan

5. Aktualitas, berisi hal-hal yang baru. (Romli, 2002:5-6).

Isi media massa secara garis besar terbagi kedalam kategori : berita, opini, dan feature. Karena pengaruhnya terhadap massa (dapat membentuk opini publik),

media massa disebut “kekuatan keempat” (The Four Estate) setelah lembaga

(51)

Media yang termasuk kedalam kategori media massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Kelima media tersebut dinamakan “The Big Five of Mass Media” (lima besar media massa), media massa sendiri terbagi dua macam, media massa cetak (printed media), dan media massa elektronik (electronic media). Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, televisi, film (movie), termasuk CD. (Romli, 2002:6).

Secara garis besar media massa merupakan kekuatan keempat (The Four Estate) dalam menjalankan kontrol sosial terhadap masyarakat setelah lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dalam kaitannya dengan televisi siaran, maka yang dimaksud dengan media massa di sini ialah media massa periodik seperti surat kabar, majalah (media massa cetak), radio, televisi dan film (media massa elektronik).

2.2.3 Fungsi dan Peranan Media Massa

Dengan sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia tentu hal ini mendorong keterbukaan informasi yang diberikan media massa secara luas kepada publik, fungsi media massa di Indonesia sangatlah penting karena merupakan pilar keempat yang ikut menjalankan dan mengawasi kontrol sosial di sebuah Negara yang berdemokrasi.

(52)

interperation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaan nilai) dan entertainment (hiburan). Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (Ardianto dkk, 2004) adalah sebagai berikut:

1. Surveillance (Pengawasan) : Pengawasan mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang mempekerjakan pengawasan. 2. Interpretation (Penafsiran) : Media massa tidak hanya menyajikan fakta

atau data, tetapi juga informasi beserta penafsiran mengenai suatu peristiwa tertentu. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok. 3. Linkage (Pertalian) :Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai) : Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat dan dengan membaca, mendengar, dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.

(53)

khalayak, karena dengan melihat berita-berita ringan atau melihat tayangan-tayangan hiburan di televise dapat membuat pikiran khalayak segar kembali. Menurut Chaffe (Ardianto dkk, 20049) efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan, dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral.

(54)

baik tentu dengan keterbukaan sistem informasi dan peran media massa dalam memberikan informasi yang tepat dengan karakter dan budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia.

“fenomena terbentuknya selebritas di bidang keartisan atau pakar di bidang politik, ekonomi, komunikasi dan lainnya, tidak terlepas dari peran yang dimainkan komunikasi massa dalam kehidupan masayarakat. Begitu pun dalam bidang produk kebutuhan hidup. Kita mengetahui dimana seupermarket yang menyediakan barang yang kita pelukan karena adanya ilan pada media massa. Melalui komunikasi massa kita

menjadi tahu berbagai macam informasi.”(Dominick:2000)

Media massa mempunyai fungsi membujuk sehingga pesan yang disampaikan dan didapatkan oleh komunikannya dapat menjadi sebuah informasi yang dapat mempengaruhi. Kebutuhan aktual yang dipuaskan oleh media yang disebut media gratifications. Sejumlah peneliti mengklasifikasikan penggunaan dan kepuasan kedalam kategori sistem: cognition (pengetahuan), diversion (hiburan), sosial utility (kepentingan sosial) dan withdrawal (pelarian).

(55)

2.3 Tinjauan tentang Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dan visi (videre – bahasa latin) berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Meihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televise) dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televise set).

Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang berada pada saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai Negara. Dengan demikian kata televisi di sini diartikan dengan Televisi Siaran yang dapat dilakukan melalui kabel (televisi kabel).

(56)

2.3.1 Sejarah Singkat Televisi

Sebagaimana radio siaran, penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi, pada tahun 1890 Paul Nipkaow dan Willian Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel (Heibert, Ungrait, Bohn, pada Komala dalam Karinam dkk 1999). Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dan Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronical Company mulai menyelenggarakan acara-acara televisi secara regular. Pada tahun 1999 presiden Fanklin D. Roosevelt tampil di layar televisi, sedangkan siaran televisi komersial di Amerika pada 1 September 1940.

Sebelum dunia mengenal televisi, dunia telah mengenal radio siaran hasil rintisan seorang ahli, Dane yang pada tahun 1802 dalam pecobaannya secara sederhana menemukan bahwa pesan dapat dikirim melalui kawat beralian listrik dalam jarak pendek. Perkembangan televisi siaran juga akan ditentukan oleh perkembangan teknologi itu sendiri.

2.3.2 Siaran Televisi di Indonesia

(57)

raga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia atau di singkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) sampai sekarang (Effendi, pada Komala dalahi Karlina, dkk. 1999) selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaanya.

Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginanan rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi, maka pada tanggal 16 Agustus 1976, presiden Suharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya, satelit Palapa A sebagai generasi pertama diganti dengan satelit Palapa A2, selanjutnya Palapa , Palapa B-2, Palapa B2P, Palapa B2R dan PAlapa B-4 diluncurkan tahun 1922 (Effendi, pada Komala dalam Karlina, dkk. 1999).

(58)

(Metro TV), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), TV7 yang kini berganti Trans 7, Global TV, dan Lativi yang kini berganti berganti Tv One.

Kemudian muncul banyak stasiun televisi lokal hampir diseluruh kota besar di Indonesia, salah satunya di Kota Bandung yang saat mulai banyak stasiun televisi lokal yang sudah bersoperasi. Pasundan Utama Televisi (STV) salah satunya yang hadir untuk menyemarakan dan siap bersaing dengan stasiun televisi lainnya untuk menghadirkan produksi siaran yang banyak memuat unsur budaya lokal.

2.3.3 Karakteristik Televisi 1. Audiovisual

Televisi dapat didengar dan dapat dilihat, apabila khalayak radio hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Tetapi tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. 2. Berpikir dalam gambar

(59)

3. Pengoperasian lebih kompleks

Melibatkan lebih banyak orang contoh melibatkan kerabat kerja (crew) dalam pembuatan suatu program acara.

2.3.4 Fungsi dan Peranan Televisi

Fungsi Televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberikan informasi yang mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. (Ardianto dan Komala. 2005.128)

Televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang paling banyak diminati oleh kalangan apapun tanpa dibatasi oleh umur dan status sosial, karena pada dasarnya setiap orang pada saat ini secara umum memiliki televisi di setiap rumahnya masing-masing. Namun berdasarkan analisa orang-orang menganggap televisi hanyalah sebuah alat media hiburan, padahal jelas fungsi yang paling utama adalah memberikan informasi yang aktual dan faktual dalam kesehariannya. Tetapi hingga saat ini masyarakat kita cenderung menganggap televisi sebagai alat hiburan.

(60)

dalam memberikan informasi yang teraktual kepada khalayak, selain itu pesan yang ditayangkan dalam televisi juga dianggap yang paling efektif dalam mempengaruhi komunikan. Sehingga terjadi keseimbangan tatanan sosial dan proses sosial di masyarakat.

Dengan banyaknya televisi Nasional dan lokal yang ada di Indonesia diharapkan untuk lebih memberikan nilai yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa sebagai media alat kontrol sosial, persaingan perusahaan yang semakin ketat dengan banyaknya perusahaan media televisi saat ini tentunya harus dijadikan motivasi dalam memberikan tayangan yang dapat membangun, medidik dan bernilai positif.

2.4 Tinjauan Tentang Daya Tarik

Menurut Onong Uchjana Effendy, “daya tarik adalah kekuatan, penampilan komunikator dalam memikat perhatian, sehingga seseorang mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media komunikasi”. (Effendy, 1989 : 181)

(61)

Berdasarkan dari dua definisi mengenai daya tarik tersebut, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa daya tarik adalah kekuatan dalam membentuk kesan dari suatu bentuk komunikasi yang sangat berperan dalam membentuk animo komunikan.

Daya tarik dapat menjadi sesuatu proses yang dapat berkembang menjadi pemberian respon positif maupun respon negatif terhadap pesan komunikasi yang diberikan.

2.5 Tinjauan tentang Kritik Sosial 2.5.1 Kritik Sosial

Semua kemajuan lahir dari kritik, karena tanpa kritik, bangsa manusia tidak akan mungkin bisa mencapai hasil yang kioni dicapainya itu. (Kwan dalam Sobur:2001-193). Banyak orang berbicara mengenai kritik, baik dalam arti positif maupun negatig. “kalau saya

Gambar

Tabel 1.2
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulilah hirobil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Yang mana hal itu tidak hanya merubah kebijakan pendidikan nasional, tetapi juga menuntut diadakannya penuisan kembali UU Pendidikan

Masing – masing kelompok peserta diberikan sebuah media untuk dianalisa dan diperagakan, selanjutnya mereka diminta untuk membuat kuesioner dari hasil analisa tersebut, lucunya ada

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Dengan berlakunya

Sistem informasi penggajian karyawan yang telah dibuat dapat membantu dalam penyimpanan data karyawan, pembuatan jadwal shift kerja, membuat surat perintah lembur,

Pelbagai hipotesis tentang kehadiran kelompok Aryan-Kamboja, raja-raja India, orang Cina, pedagang dan pendakwah Arab, pengembara Parsi, imperial Eropah dan bermacam-macam

d) penggunaan Access Point (AP) peribadi akan menganggu isyarat wifi sedia ada. Oleh yang demikian, penggunaan AP peribadi adalah dilarang kecuali dengan kebenaran

ARAH KEBIJAKAN TAHUNAN RPJMD KABUPATEN KUBU RAYA 2014-2019 Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan Peningkatan