• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04 METRO BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04 METRO BARAT"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04

METRO BARAT

Oleh

M. ASRUL FAEHANI

Masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa, yang ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar siswa hanya sebesar 45% dari 22 orang siswa. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization.

Penelitian ini menggunakaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tahapan setiap siklus yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan non tes dan tes. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learningtipe team assisted individualization dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai motivasi belajar siswa pada siklus I mendapat kategori “baik” dengan nilai 67, siklus II mendapat kategori “baik” dengan nilai 70. Persentase ketuntasan motivasi siswa pada siklus I adalah 77% dengan kategori “baik”, meningkat pada siklus II menjadi 82% dengan kategori “sangat baik”. Rata-rata hasil belajar pada siklus I mencapai 62 dengan kategori “cukup” meningkat padasiklus II menjadi 70 dengan kategori “baik”. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I adalah 27%, dengan kategori “rendah” meningkat pada siklus II menjadi 82% dengan kategori “sangat tinggi”.

(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATIONUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04

METRO BARAT

Oleh

M. ASRUL FAEHANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Tias Bangun, 17 Agustus 1992. Peneliti adalah anak pertama dari pasangan Bapak Afandi dan Ibu Dwi Ayu Supnani.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kepada Sang Maha Kuasa,

dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan karyaku ini kepada:

Ayahanda Afandi(alm.) dan Ibunda Dwi Ayu Supnani, yang telah ikhlas memberikan segala pengorbanan bagi kesuksesanku. Terimakasih telah memberikan cinta dan kasih sayang tanpa batas, serta segala untaian do’a

yang senantiasa dimohonkan pada Illahi untuk kebaikanku.

Adikku Nevi Andiani, terimakasih atas do’a, dukungan, dan motivasi untuk keberhasilanku.

Kakekku Abdul Hamid, terima kasih telah memberikan dukungan baik moral dan mareriil demi kesuksesan cucumu

Pamanku Rohman Basuki dan Samijo serta Bibiku Uji Widati dan Sri Hartini, terima kasih telah memberikan semangat dan arti hidup yang

sebenarnya.

(8)

MOTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap.”

(9)

ii

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku koordinator Kampus B FKIP UNILA. 6. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku pembimbing pertama skripsi. Terima

kasih atas kesediaan untuk memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku pembimbing kedua. Terima kasih atas kesediaan memberikan waktu untuk membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(10)

iii

9. Ibu Sutini, S.Pd. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama peneliti menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Kampus B FKIP UNILA yang telah membantu hingga skripsi ini selesai.

11. Ibu Djumatun, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 04 Metro Barat yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian, terimakasih atas kerja sama selama ini.

12. Ibu Siska Anggraini, S.Pd., selaku guru kelas VB yang berperan sebagai observer I peneliti dalam melakukan penelitian. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk mempelajari keadaan yang sesungguhnya dalam mendidik.

13. Bapak Puryantoro, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS yang telah memberikan masukan dan saran peneliti dalam pembelajaran.

14. Anak-anakku kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat, semoga kalian menjadi anak yang taqwa, cerdas, dan berprestasi.

15. Septi Yuyun Ernitasari yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Sahabat tersayang, tercinta, dan tak terlupakan Rois Sujimat, Arfian Junianto, Yuli Dwi Purnama, dan Ahmad Nasikun. Terima kasih telah menjadi teman bertukar pendapat dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 17. Sahabat-sahabatku angkatan 2011, khususnya komunitas HIMALASA (Adit, Aji, Annisa, Arrizal, Asep, Atika, Azka, Dedi, Dwi, Deni, Erlis, Etik, Fikri, Gusti, Ikke, Tsani, Juwita, Wulan, Nuke, Aulia, Lita, Putri P, Putri N, Rizty, Puspa, Sella E, Sella P, Sovia, SM, Suci Amel, Suciyati, Tya, Umi, Zaka, Tiwi, Dilla) yang selalu menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan.

18. Adik-adikku di HIMAJIP divisi PGSD UPP Metro dan Racana Ki Hajar Dewantara & RA Kartini (Rizky, Benny, Hasan, Hayat, Deni, Mira, Adinda, Alif, Mawar, Suci, Udin, Isro’i, Fadjrin) yang telah memberikan warna tersendiri dalam berorganisasi.

(11)

iv

Kiat Trisna, Zelina, dan Alfian Deni Iskandar). Terima kasih atas masukan yang telah diberikan.

20. Seluruh pihak yang tak dapat peneliti sebutkan namanya, terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Metro, Mei 2015 Peneliti

(12)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 9

1. Pengertian IPS ... 9

2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 10

3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 11

B. Belajar dan Pembelajaran ... 12

1. Belajar ... 12

a. Pengertian Belajar... 12

b. Teori-teori Belajar ... 13

c. Aktivitas Belajar ... 14

d. Motivasi Belajar ... 15

e. Hasil belajar ... 19

2. Pembelajaran ... 21

a. Pengertian Pembelajaran ... 21

b. Pembelajaran IPS di SD ... 22

C. Model Pembelajaran ... 23

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 23

2. Macam-Macam Model Pembelajaran ... 24

3. Model Cooperative Learning ... 25

4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning ... 26

5. Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization ... 26

(13)

vi

b. Langkah-langkah Cooperative Learning Tipe

Team Assisted Individualization ... 28

D. Kinerja Guru ... 30

E. Hipotesis Tindakan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Setting Penelitian ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Alat Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 39

F. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 45

G. Indikator Keberhasilan ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Profil Sekolah ... 51

2. Pelaksanaan Kegiatan ... 52

3. Pelaksanaan Kegiatan Siklus I ... 53

a. Perencanaan ... 53

b. Pelaksanaan ... 53

c. Pengamatan ... 57

d. Refleksi ... 78

e. Saran Perbaikan ... 79

4. Pelaksanaan Kegiatan Siklus II ... 81

a. Perencanaan ... 81

b. Pelaksanaan ... 82

c. Pengamatan ... 85

d. Refleksi ... 104

B. Pembahasan ... 106

1. Kinerja Guru ... 106

2. Motivasi Siswa ... 107

3. Hasil Belajar ... 109

4. Motivasi dan Hasil Belajar ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(14)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2. 01 Langkah-langkah penerapan model team assisted individualization ... 30

3. 01 Instrumen penilaian kinerja guru ... 35

3. 02 Kriteria penilaian kinerja guru ... 36

3. 03 Indikator penilaian motivasi siswa ... 37

3. 04 Indikator penilaian sikap siswa ... 38

3. 05 Indikator penilaian keterampilan siswa ... 39

3. 06 Kriteria kinerja guru ... 40

3. 07 Kategori perolehan motivasi siswa ... 40

3. 08 Kategori tingkat keberhasilan motivasi siswa dalam % ... 41

3. 09 Kategori perolehan sikap siswa ... 41

3. 10 Kategori tingkat keberhasilan sikap siswa dalam %... 42

3. 11 Kategori perolehan keterampilan siswa ... 42

3. 12 Kategori tingkat keberhasilan keterampilan siswa dalam % ... 43

3. 13 Kategori perolehan kognitif siswa ... 44

3. 14 Kategori keberhasilan kognitif siswa dalam % ... 44

3. 15 Kategori perolehan hasil belajar siswa ... 45

3. 16 Kategori keberhasilan siswa dalam % ... 45

4. 01 Kinerja guru pada pertemuan ke-1 siklus I ... 58

4. 02 Kinerja guru pada pertemuan ke-2 siklus I ... 60

4. 03 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I ... 62

4. 04 Motivasi siswa pertemuan ke-1 siklus I... 63

4. 05 Motivasi siswa pertemuan ke-2 siklus I... 65

4. 06 Rekapitulasi nilai motivasi siswa siklus I ... 67

4. 07 Sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 67

4. 08 Sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 69

4. 09 Rekapitulasi nilai sikap siswa siklus I ... 70

4. 10 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 71

4. 11 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 73

4. 12 Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus I ... 74

4. 13 Nilai kognitif siswa siklus I ... 75

4. 14 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I ... 77

4. 15 Kinerja guru pada pertemuan ke-1 siklus II ... 86

4. 16 Kinerja guru pada pertemuan ke-2 siklus II ... 88

4. 17 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus II ... 90

4. 18 Motivasi siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 90

4. 19 Motivasi siswa pertemuan ke-2 siklus II ... 92

(15)

viii

4. 21 Sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 94

4. 22 Sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 95

4. 23 Rekapitulasi nilai sikap siswa siklus II ... 96

4. 24 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 97

4. 25 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 99

4. 26 Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus II ... 101

4. 27 Nilai kognitif siswa siklus II ... 101

4. 28 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus II ... 103

4. 29 Rekapitulasi nilai kinerja guru ... 106

4. 30 Rekapitulasi nilai motivasi siswa... 107

4. 31 Rekapitulasi nilai sikap siswa ... 109

4. 32 Rekapitulasi nilai keterampilan siswa ... 110

4. 33 Rekapitulasi nilai kognitif siswa ... 111

(16)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat

A. Penelitian pendahuluan ... 125

B. Surat izin penelitian dari fakultas ... 126

C. Surat keterangan penelitian dari fakultas ... 127

D. Surat izin penelitian dari SD ... 128

E. Surat pernyataan teman sejawat ... 129

F. Surat keterangan penelitian dari SD ... 131

2. Perangkat Pembelajaran A. Pemetaan siklus I... 133

B. Silabus siklus I ... 135

C. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus I ... 138

D. Pemetaan siklus II ... 145

E. Silabus siklus II ... 147

F. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II ... 150

3. Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) A. IPKG pertemuan ke-1 siklus I ... 158

B. IPKG pertemuan ke-2 siklus I ... 161

C. IPKG pertemuan ke-1 siklus II ... 164

D. IPKG pertemuan ke-2 siklus II ... 167

4. Penilaian Motivasi Siswa A. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 171

B. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 173

C. Rekapitulasi nilai motivasi siswa siklus I ... 175

D. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 176

E. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 178

F. Rekapitulasi nilai motivasi siswa siklus II ... 180

5. Penilaian Sikap Siswa A. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 182

B. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 184

C. Rekapitulasi nilai sikap siswa siklus I ... 186

D. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 187

E. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 189

(17)

xi

C. Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus I ... 197

D. Hasil pengamatan keterampilan siswa pada pertemuan ke-1 siklus II .... 198

E. Hasil pengamatan keterampilan siswa pada pertemuan ke-2 siklus II .... 200

F. Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus II ... 202

7. Penilaian Hasil Belajar Kognitif Siswa A. Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa ... 204

B. Tes Formatif Siklus I ... 205

C. Tes Formatif Siklus II ... 209

8. Lembar Kerja Kelompok (LKK) A. LKK pertemuan ke-1 siklus I ... 214

B. LKK pertemuan ke-2 siklus I ... 217

C. LKK pertemuan ke-1 siklus II... 220

D. LKK pertemuan ke-2 siklus II... 223

9. Dokumentasi A. Dokumentasi Siklus I ... 227

(18)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Prosedur PTK ... 33

4.1 Grafik peningkatan kinerja guru dari siklus I ke siklus II... 107

4.2 Grafik peningkatan motivasi siswa dari siklus I ke siklus II ... 108

4.3 Grafik peningkatan sikap siswa dari siklus I ke siklus II ... 110

4.4 Grafik peningkatan keterampilan siswa dari siklus I ke siklus II ... 111

4.5 Grafik peningkatan kognitif siswa dari siklus I ke siklus II ... 112

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru sebagai tenaga profesional memiliki tugas untuk mendidik siswa

menjadi manusia yang beriman, berakhlak, berilmu, mandiri, serta menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.

Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 6 menyatakan bahwa:

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Sejalan dengan undang-undang di atas, Asmuni (2013) menjelaskan bahwa

tugas profesional guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih atau

membimbing, serta meneliti. Mendidik berarti meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih atau membimbing

berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik. Meneliti

untuk pengembangan kependidikan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat

(20)

2

nilai hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan siswa, serta mampu

mengembangkan mutu pendidikan.

Pelaksanaan tugas guru sebagai tenaga profesional membutuhkan upaya

yang mampu menjembatani tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan guru adalah dengan memilih dan menggunakan model

pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran dilakukan agar

pembelajaran benar-benar mampu memberikan bekal kemampuan dan

keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia yang unggul. Salah

satunya dengan mengantarkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 bahwa proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik.

Proses pembelajaran yang berlandaskan atas asas keaktifan belajar,

menekankan pada proses belajar siswa. Apabila seorang guru menginginkan

agar siswanya memahami suatu konsep, maka siswa harus mengonstruksi

pengetahuan melalui hal konkret yang ada disekitarnya. Proses yang harus

dilakukan guru bukan dengan mengajarkan konsep, tetapi juga memaparkan

tentang fakta yang ada, dan menarik generalisasi dari fakta dan konsep,

(21)

dengan kehidupan manusia sehingga salah satu disiplin ilmu yang relevan dan

terdapat dalam kurikulum SD adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Depdiknas (2008: 162) mengemukakan bahwa IPS merupakan pelajaran

yang mengkaji peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan

isu sosial. Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah,

geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

mempelajari kehidupan yang kompleks dalam masyarakat sehari-hari.

Pembelajaran IPS bersumber dari lingkungan dan kehidupan masyarakat

sehari-hari. Melalui pembelajaran IPS siswa dapat mempelajari perilaku sosial

yang terjadi dalam masyarakat sehingga siswa terampil dalam bersosialisasi dan

mampu memecahkan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas VB SD Negeri

04 Metro Barat, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa guru masih menjadi

pihak yang mentransfer pengetahuan bukan sebagai fasilitator. Pembelajaran

yang dilakukan bersifat satu arah dan terkesan monoton. Guru belum

menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk melibatkan siswa

dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran IPS masih

didominasi oleh guru. Masalah lain yang diperoleh adalah masih banyak siswa

yang gaduh dan mengobrol dengan temannya. Terdapat siswa yang tidak

memusatkan perhatiannya dan kurang merespon perintah guru pada saat

pembelajaran berlangsung. Siswa juga kurang antusias dalam mengemukakan

pendapat dan bertanya pada saat pembelajaran. Bahkan ketika diberi tugas

(22)

4

Beberapa indikasi tersebut menunjukan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran masih rendah.

Penelusuran dokumen mengenai hasil mid semester ganjil tahun 2014/2015,

diketahui bahwa dari 22 orang siswa, hanya 10 orang siswa atau 45% yang telah

mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) yaitu 66 dan sebanyak 12

orang siswa atau 55% belum mencapai KKM. Mulyasa (2013: 131)

menyebutkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila

sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di kelas telah mencapai KKM. Merujuk pada

pendapat Mulyasa (2013: 131) di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar di

kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat masih rendah.

Berdasarkan masalah tersebut, perlu diterapkan model yang sesuai dengan

konteks dan tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai macam model

pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan belajar

siswa, akan tetapi model cooperative learning tipe team assisted indiviualization dirasa tepat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Cooperative learning tipe team assisted individualization adalah tipe pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan

pembelajaran klasikal. Menurut Slavin (2005: 187) cooperative learning tipe team assisted individualization dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok

untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua

anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai

(23)

Pembelajaran dengan team assisted individualization diprediksi akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena pembelajaran dengan

team assisted individualization dilakukan secara berkelompok dan siswa memiliki kesempatan berbicara yang sama di masing-masing kelompok untuk

bertukar pikiran dan berpikir kritis. Team assisted individualization akan membuat siswa tertarik dan antusias dalam pembelajaran, karena skor akhir

yang akan diperoleh siswa adalah skor individu, sehingga siswa harus bersaing

untuk mendapatkan skor terbaik. Hal ini sejalan dengan penelitian Indriyani

(2011) yang menyatakan bahwa penerapan model cooperative learning tipe team assisted individualization dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk mengadakan

perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization

untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Guru masih menjadi pihak yang mentransfer pengetahuan bukan fasilitator.

(24)

6

3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk

melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa

pembelajaran IPS masih didominasi oleh guru.

4. Masih banyak siswa yang gaduh dan mengobrol dengan temannya.

5. Terdapat siswa yang tidak memusatkan perhatiannya dan kurang merespon

perintah guru pada saat pembelajaran berlangsung.

6. Siswa juga kurang antusias dalam mengemukakan pendapatnya dan

bertanya pada saat pembelajaran.

7. Siswa tidak langsung mengerjakan tugas melainkan asik bermain dengan

temannya. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar siswa rendah.

8. Hasil belajar siswa rendah dibuktikan dengan persentase ketuntasan yang

hanya 45% dari KKM yang ditetapkan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model cooperative learning tipe team assisted individualization pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

(25)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk:

1. Menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat.

2. Menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan, sehingga dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VB

SD Negeri 04 Metro Barat.

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di

kelas, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam

pembelajaran yang baik dan benar.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan

(26)

8

4. Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman sehingga peneliti bisa menjadi guru

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

IPS merupakan ilmu yang mempelajari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang

bertujuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam

kehidupan sehari-hari. Menurut Banks (Sapriya, 2006: 4) IPS sebagai

bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai

tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup

bernegara di lingkungan masyarakat. Lebih lanjut, Susanto (2013: 6)

menyatakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang

ilmu-ilmu sosial, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan

budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang

mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang

ilmu sosial.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian IPS

adalah suatu program pendidikan yang dirumuskan atas dasar realitas dan

fenomena sosial yang membantu siswa dalam mengembangkan

(28)

10

2. Karakteristik Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah

yang dihadapi sehingga semakin mengerti dan memahami lingkungan

masyarakatnya.

Hamid Hasan (Trianto, 2010: 174) menerangkan bahwa:

Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Sejalan dengan pendapat di atas, Misbahul (2013) menyatakan bahwa

karakteristik IPS meliputi beberapa aspek yaitu memberikan berbagai

pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan dan

mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan. Karakteristik lain yang juga

merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni digunakannya pendekatan

pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab

permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

pembelajaran IPS di SD mencakup pola pembelajaran pendidikan IPS yang

melibatkan siswa ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat dan

pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS di SD diharapkan

(29)

3. Tujuan Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS memiliki tujuan sebagai acuan dalam melaksanakan

proses pembelajaran.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial).

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, global.

Trianto (2010: 176) tujuan IPS ialah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang

terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik

yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa

(peserta didik) untuk menguasai disiplin ilmu sosial dan terampil mengatasi

setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik yang

menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Memiliki

kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk

ditingkat lokal, nasional, dan global serta memiliki komitmen terhadap

(30)

12

B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman yang dilakukan secara sadar. Menurut Hamalik (2011: 27)

belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil

atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari

itu, yakni mengalami. Menurut Uno & Nurdin (2012: 138) belajar

adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang

dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan

dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik.

Sejalan dengan pengertian di atas, Suprihatiningrum (2013: 14)

mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah

laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang

tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam

interaksinya dengan lingkungan. Menurut Prastowo (2013: 65) belajar

adalah suatu proses mental yang tidak terlihat melalui interaksi dengan

lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku siswa.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

belajar adalah proses yang dilakukan individu secara sadar untuk

mencapai perubahan dalam pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman

baru baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat

(31)

b. Teori-teori Belajar

Proses belajar tidak terlepas dari teori belajar, sebagai penjelasan

mengenai terjadinya belajar. Menurut Trianto (2011: 27) teori belajar

pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya

belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa.

Hamalik (2011: 34-42) mengemukakan beberapa aliran psikologi

yang berhubungan dengan teori belajar, yaitu:

1) Teori Psikologi Klasik

Manusia terdiri dari jiwa dan badan yang berbeda satu sama lain. Menurut teori ini, belajar adalah all learning is a process of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangka kekuatan menciptakan, ingatan, keinginan, dan pikiran, dengan melihatnya. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu proses dari dalam atau inner development.

2) Teori Psikologi Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, mengingat, berfikir, merasakan, kemauan, dan sebagainya. Dengan demikian maka, kurikulum harus menyediakan mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya tersebut. Pemilihan mata pelajaran dilakukan atas dasar pembentukan daya-daya secara efisien dan ekonomis.

3) Teori Mental State

Teori ini bersifat materialistis mengutamakan bahan. Jiwa yang baik apabila bahan yang diterima adalah baik, dalam arti sesuai dengan norma-norma etis. Menurut teori ini, belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar.

4) Teori Psikologi Behaviorisme

Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori mental State. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja. Di dalam behaviorisme masalah matter (zat) menempati kedudukan yang utama. Melalui behaviorisme dapat dijelaskan kelakuan manusia secara seksama dan memberikan program pendidikan yang memuaskan.

5) Teori Psikologi Gestalt

(32)

14

tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian, adalah sebagai berikut :

a) Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan lingkungannya, faktor herediter lebih berpengaruh.

b) Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.

c) Belajar mengutamakan aspek pemahaman terhadap situasi problematis

d) Belajar menitik beratkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya.

e) Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.

Berdasarkan pengertian teori-teori belajar di atas, dapat disimpulkan

bahwa teori belajar merupakan penjelasan tentang bagaimana proses

terjadinya belajar, dan komponen-komponen dalam proses belajar.

Teori-teori tersebut antara lain, teori psikologi klasik, teori psikologi

daya, teori mental state, teori psikologi behaviorisme, dan teori psikologi gestalt.

c. Aktivitas Belajar

Proses belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar yaitu adanya

interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Hamalik (2009: 197)

mendefinisikan bahwa aktivitas belajar sebagai aktivitas yang diberikan

kepada siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas yang diberikan

kepada siswa dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Kunandar (2011: 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, minat, perhatian, dan aktivitas

dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses

(33)

Hamalik (Hanafiah, 2010: 24-25) membagi aktivitas belajar ke

dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, motivasi, dan lain-lain

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

aktivitas belajar adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa dalam

pembelajaran guna menunjang keberhasilan pembelajaran dan

memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran. Salah satu kegiatan

yang dilakukan siswa adalah kegiatan emosional berupa motivasi.

d. Motivasi Belajar 1) Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan rasa ingin tahu secara alami, didorong oleh

(34)

16

sekitar siswa. Menurut Uno (2007: 23) motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang

belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya

dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Selanjutnya

Dimyati & Mudjiono (2009: 296) motivasi adalah tenaga pendorong

yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

Munurut Sardiman (2011: 75) motivasi belajar merupakan faktor

psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah

dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk

belajar.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam

maupun dari luar diri siswa untuk mendukung terjadinya proses

belajar sehingga terjadi perubahan perilaku.

2) Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam maupun

dari luar diri seseorang untuk melakukan perubahan. Menurut

Hanafiah & Cucu (2010: 26) fungsi motivasi adalah sebagai berikut.

a) Pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik. b) Mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

c) Memberikan arah terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. d) Membangun sistem pembelajaran yang lebih bermakna.

Sejalan dengan pengertian di atas, Suprijono (2013: 163-164)

mengatakan motivasi memiliki fungsi: a) mendorong peserta didik

(siswa) untuk berbuat; b) menentukan arah kegiatan pembelajaran

(35)

kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa

yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

motivasi belajar adalah sebagai alat pendorong terjadinya perilaku

siswa dalam belajar untuk membangun sistem pembelajaran yang

lebih bermakna.

3) Indikator dan Alat Ukur Motivasi

a) Indikator Motivasi

Indikator adalah tanda dari tercapainya sesuatu. Untuk

mengukur motivasi belajar, diperlukan indikator motivasi

belajar, sehingga motivasi dapat diukur. Sudjana (2010: 61)

mengemukakan indikator motivasi belajar adalah: a) minat dan

perhatian siswa terhadap pelajaran; b) semangat siswa untuk

melaksanakan tugas-tugas belajarnya; c) tanggung jawab siswa

dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya; d) reaksi yang

ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; e) rasa

senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Merdekawati (2011)

mengatakan aspek dalam motivasi belajar yaitu, minat,

ketekunan, dan menyukai tantangan. Adapun indikator dari

masing-masing aspek adalah:

1. Minat dengan indikator 1) telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk ke kelas; 2) memperhatikan ketika guru memberikan tugas.

(36)

18

3. Menyukai tantangan dengan indikator 1) aktif dalam proses pembelajaran; 2) tidak mengeluh mengerjakan soal.

Berdasarkan pengertian di atas, indikator motivasi belajar

adalah tanda yang ditunjukan siswa untuk menunjukan bahwa

siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan penilaiannya

diintegrasikan ke dalam penilaian sikap. Adapun aspek motivasi

yang dilihat pada penelitian ini adalah, minat dengan indikator

1) telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk

ke kelas; 2) memperhatikan ketika guru memberikan tugas.

Ketekunan dengan indikator 1) mencatat materi pelajaran; 2)

langsung mengerjakan ketika tugas diberikan. Menyukai

tantangan dengan indikator 1) aktif dalam proses pembelajaran;

2) tidak mengeluh mengerjakan soal.

b) Alat Ukur Motivasi

Motivasi belajar dapat diukur dengan menggunakan beberapa

instrumen. Menurut Hanafiah & Cucu (2010: 29) motivasi

seseorang dapat diukur menggunakan: a) tes tindakan; b)

kuesioner; c) mengarang bebas untuk memahami informasi

tentang visi dan aspirasinya; d) tes prestasi; e) skala untuk

memahami informasi tentang sikapnya. Sedangkan menurut

Notoatmodjo (2010: 135) ada beberapa cara untuk mengukur

motivasi yaitu: a) tes proyektif; b) kuesioner; c) observasi

(37)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

untuk mengukur motivasi belajar siswa, peneliti menggunakan

teknik observasi yaitu dengan cara mengamati motivasi siswa

dengan aspek minat, ketekunan, dan menyukai tantangan.

e. Hasil Belajar

Hasil belajar berupa perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar. Nashar (2004: 77)

mengatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh

siswa setelah melalui kegiatan belajar. Susanto (2013: 277) mengatakan

bahwa hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Bloom (Sudjana, 2010: 22-23) mengungkapkan bahwa:

a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

b. Ranah sikap (afektif) yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga , teman, guru dan tetangganya. 1) Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat

dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

2) Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan.

3) Tanggung jawab, adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

4) Kerja sama adalah sikap baik dalam pergaulan dalam prilaku seseorang.

(38)

20

6) Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. c. Ranah keterampilan (psikomotor) siswa menyajikan

pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Sejalan dengan pengertian di atas, Fraenkel (Sapriya, 2007: 51)

mengemukakan keterampilan sosial meliputi: 1) merencanakan bekerja

dengan orang lain, 2) mengambil bagian dalam proyek penelitian, 3)

mengambil bagian secara produktif dalam diskusi kelompok, 4)

menjawab atau menanggapi secara sopan pernyataan orang lain, 5)

memimpin diskusi kelompok, 6) bertindak secara tanggung jawab, dan

7) bersedia membantu atau menolong orang lain. NCSS (Pradita, 2013)

mengemukakan bahwa terdapat beberapa keterampilan sosial yang

seyogianya dapat dimiliki, antara lain: 1) keterampilan penelitian, 2)

keterampilan berpikir, 3) keterampilan berpartisipasi sosial, dan 4)

keterampilan berkomunikasi.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh siswa berupa pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang diperoleh melalui proses belajar yang

dijelaskan sebagai berikut:

a. Ranah kognitif, adapun indikator dalam ranah kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pemahaman.

(39)

1) datang tepat waktu patuh pada tata tertib atau aturan

bersamamengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan

waktu yang ditentukan. Kerja sama, dengan indikator: 1) duduk

bersama dalam kelompok, 2) berpartisipasi dalam kelompok, 3)

mampu memecahkan masalah dalam kelompok.

c. Ranah keterampilan, penilaian ranah keterampilan ini dinilai menggunakan daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik. Keterampilan yang dinilai adalah keterampilan berpartisipasi sosial

dengan indikator: 1) berbagi tugas kelompok; 2) bekerja sama

dengan orang lain; dan 3) menerima terhadap kritik dan saran.

Keterampilan berkomunikasi, dengan indikator: 1) menjelaskan

materi kepada anggota kelompok, 2) mempresentasikan hasil

diskusi, 3) menanggapi hasil kegiatan.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk

menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, digunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Winataputra, dkk

(2008: 1.19) istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang

berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa.

Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

pasal 1 butir 20, menyebutkan pembelajaran adalah proses interaksi

(40)

22

belajar. Menurut Rusman (2014: 134-135) pembelajaran pada

hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa,

baik interaksi secara langsung maupun secara tidak langsung.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi antara siswa dengan

siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan belajarnya.

b. Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS di SD sangat erat kaitannya dengan kehidupan di

lingkungan siswa. Sapriya (2007: 1) mengemukakan IPS adalah suatu

program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin

konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan

kewarganegaraan. Menurut Trianto (2010: 173) Ilmu Pengetahuan

Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang

sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai

permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

Ruang lingkup pembelajaran IPS di SD berdasarkan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 meliputi

aspek-aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu,

keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya dan (4)

perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

(41)

pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial yang

berhubungan dengan lingkungan sekitar anak didik.

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Selama proses pembelajaran guru harus menggunakan model

pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan.

Menurut Joyce & Well (Rusman, 2014: 133) model pembelajaran adalah

suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan

pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Hanafiah & Cucu (2010: 41) menyatakan bahwa model pembelajaran

merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan

perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.

Menurut Prastowo (2013: 65) model pembelajaran adalah acuan

pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola–pola

pembelajaran tertentu. Komalasari (2010: 57) mengemukakan bahwa model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah acuan yang digunakan dalam proses pembelajaran

berupa pola-pola yang yang disusun secara sistematis untuk mencapai

(42)

24

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah acuan yang digunakan dalam proses

pembelajaran berupa pola-pola yang yang disusun secara sistematis untuk

mencapai tujuan belajar. Terdapat berbagai macam model pembelajaran

yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Rusman (2014: 145) model

pembelajaran berdasarkan teori belajar, meliputi model interaksi sosial,

model pemrosesan informasi, model personal, dan model pembelajaran

modifikasi tingkah laku. Arends (Trianto, 2010: 76) menyeleksi enam

model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,

masing-masing adalah: presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, cooperative learning, pengajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas. Sejalan dengan pengertian tersebut, Amri (2013: 7-8) mengatakan macam-macam model pembelajaran

adalah sebagai berikut: model pembelajaran mencari dan bermakna; model

pembelajaran terpadu; model pembelajaran kooperatif (cooperative learning); model pembelajaran berdasarkan masalah; model pembelajaran langsung; model pembelajaran kontekstual; model pembelajaran penemuan;

model pembelajaran problem solving.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat

berbagai macam model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran. Namun, pada penelitian ini peneliti memilih model

cooperative learning karena dalam cooperative learning siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok sehingga motivasi belajar siswa akan

(43)

3. Model Cooperative Learning

Model cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara kelompok yang heterogen. Menurut Slavin (2005: 4)

cooperative learning merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Komalasari (2010: 62) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

suatu strategi kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok–kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Rusman (2014: 202) menyatakan bahwa cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen. Menurut Hosnan (2014: 235) cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam

kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja

sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu

sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa bekerja dan berinteraksi satu sama lain

(44)

26

4. Tipe-tipe Model Cooperative Learning

Cooperative learning memiliki berbagai macam tipe. Hosnan (2014: 246) memaparkan tipe cooperative learning, yaitu STAD, Jigsaw, investigasi kelompok, dan pendekatan struktural. Rusman (2014: 213-227)

jenis-jenis model cooperative learning, yaitu 1) model Student Team Achievement Division (STAD), 2) model Jigsaw, 3) investigasi kelompok (Group Investigation), 4) model Make a Match (membuat pasangan), 5) model TGT (Teams Games Tournament).

Menurut Slavin (2005: 11) terdapat lima tipe yang melibatkan

penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang

sama, tetapi dengan cara yang berbeda yaitu: Student Team Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Team Assised Individualization.

Berdasarkan tipe-tipe model cooperative learning di atas, peneliti menggunakan model cooperative learning tipe team assisted individualization untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena pada tipe ini pembelajaran dilakukan secara kolaboratif antara

pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran klasikal.

5. Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization

Cooperative learning tipe team assisted individualization adalah tipe pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan

(45)

individualization merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individu secara

akademik. Kemudian Slavin (2005: 187) menyatakan bahwa tipe ini

dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Hasil

belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan

saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok

bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab

bersama.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning Tipe team assisted individualization adalah model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran

individual untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.

a. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization

Model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan,

begitu juga dengan model cooperative learning Tipe team assisted individualization.

(46)

28

Sedangkan Slavin (2005: 101) menyatakan kelebihan dan

kekurangan model pembelajaran koopertif tipe team assisted individualization adalah sebagai berikut:

Kelebihan :

a. Meningkatkan hasil belajar

b. Meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa c. Mengurangi perilaku yang mengganggu

d. Program ini sangat membantu siswa yang lemah

Selain memiliki kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization juga memiliki kekurangan, yaitu:

a. Dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran

b. Dengan jumlah siswa yang besar dalam kelas, maka guru akan mengalami kesulitan dan memberikan bimbingan kepada siswanya.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa setiap

model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Cara untuk

mengantisipasi kekurangan yang ada adalah dengan mempersiapkan

terlebih dahulu segala keperluan yang dibutuhkan dan meminta bantuan

pada guru lainnya dalam memberikan bimbingan pada siswa.

b. Langkah-langkah Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization

Langkah pembelajaran adalah prosedur untuk melaksanakan

pembelajaran. Menurut Slavin (2005: 195-200) model pembelajaran kooperatif team assisted individualization memiliki delapan komponen sebagai berikut:

1. Membagi siswa ke dalam kelompok (Teams)

Siswa ditempatkan dalam kelompok heterogen terdiri dari 4-6 orang.

(47)

Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, atau nilai ulangan harian siswa dimaksudkan untuk menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan pada hasil tes mereka. 3. Materi pelajaran (Currikulum material)

Siswa menyelesaikan materi pelajaran yang telah disusun sesuai dengan kurikulum, misalnya untuk mata pelajaran IPS

4. Belajar kelompok (Team study)

Setelah ujian penempatan, guru mengajar materi pertama, kemudian siswa mulai mempelajari unit materi pelajaran yang telah ditentukan secara individu. Siswa mengerjakan unit-unit materi tersebut dalam kelompok masing-masing.

5. Skor dan penghargaan kelompok (Team score and team recognitif)

Di akhir minggu, guru menghitung skor kelompok. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkann untuk penampilan (hasil) kelompok.

6. Mengajar kelompok (Teaching groups)

Pada saat memulai materi baru, guru mengajar materi pokok selama 10 atau 15 menit secara tradisional kepada siswa. Tunjuannya adalah untuk memperkenalkan konsep utama kepada siswa. Guru menggunakan manipulasi, diagram dan demontrasi. Pelajaran dirancang untuk membantu siswa memahami hubungan di antara materi yang diajarkan dengan masalah kehidupan.

7. Tes fakta (Facts test)

Guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan materi. Pada penelitian ini tes diberikan setelah akhir pembelajaran.

8. Unit keseluruhan (Whole-class units)

Pada tahap ini dilakukan diskusi kelas, setiap anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Ketika ada kelompok yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, maka tugas kelompok lain adalah menanggapi jawaban dari hasil kerja kelompok yang presentasi. Setelah diskusi, guru mengevaluasi terhadap jalannya diskusi dan membenahi atau menyempurnakan jawaban siswa. Di akhir diskusi guru meminta kepada siswa untuk membuat kesimpulan.

(48)
[image:48.595.167.515.121.374.2]

30

Tabel 2.01 Langkah-langkah penerapan model team assisted Individualization.

Tahapan

pembelajaran Kegiatan

Tahap 1 Tes penempatan

Pada tahap ini, guru memberikan pre test kepada siswa di awal siklus untuk menentukan kelompok. Tahap 2

Pembagian kelompok

Guru menjelaskan materi pelajaran sebagai pembuka materi yang akan diajarkan.

Guru membagi siswa dalam kelompok sesuai dengan kemampuan belajar siswa.

Tahap 3

Mengajar kelompok (Teaching groups)

Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan konsep materi melalui LKK yang dibagikan. Materi tersebut didiskusikan dalam kelopok.

Guru membimbing kelompok siswa agar diskusi berjalan lancar dan terjadi interaksi antar siswa. Tahap 4

Unit keseluruhan (Whole-class units)

Guru memilih secara acak salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan menyempurnakan jawaban siswa.

Tahap 5

Test fakta (Fact test)

Di akhir siklus, guru memberikan soal kuis untuk mengetahui perkembangan siswa setelah diterapkan team assisted individualization.

D. Kinerja Guru

Kinerja guru adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam

pembelajaran. Berdasarkan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,

kinerja guru adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai

guru dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur

berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah

kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan

menilai hasil belajar.

Berdasarkan Permendiknas Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007

(49)

Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama,

yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional.

Sejalan dengan pengertian di atas, Sanjaya (2005: 13-14) menjelaskan

bahwa kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan

pembelajaran, dan penilaian hasil belajar siswa. Guru sebagai perencana harus

mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan

belajar. Sebagai pengelola harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang

kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik. Sebagai penilai hasil belajar

guru mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru

adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai guru dalam

melaksanakan tugasnya yang dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi

utama, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan

kelas yaitu sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan

model cooperative learning tipe team assisted individualization dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan motivasi dan hasil

(50)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Reseacrh. Menurut Wardhani (2007: 1. 4) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa

menjadi meningkat.

Sedangkan menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu kegiatan ilmiah

yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang,

melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus

secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah

kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menilai kelasnya sendiri melalui

refleksi, yang dilakukan melalui beberapa siklus untuk memperbaiki kualitas

(51)

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan model siklus yang ditulis oleh

Arikunto, dkk (2011: 16) dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu;

1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) pengamatan; dan 4) refleksi.

[image:51.595.143.501.190.435.2]

Siklus yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Prosedur PTK (Modifikasi dari Arikunto, dkk., 2011: 16)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru

kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat. Subjek penelitian ini yaitu guru kelas

VB dan 22 orang siswa yang terdiri dari 7 orang siswa perempuan dan 15

orang siswa laki-laki.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Metro Barat, Jl. Soekarno

Hatta, Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro.

SIKLUS II Pelaksanaan

Refleksi

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Pengamatan

(52)

34

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun

pelajaran 2014/2015, selama 4 bulan yaitu pada bulan Januari sampai

dengan April 2015.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan

kelas adalah sebagai berikut:

a. Teknik non tes, dilakukan dengan observasi. Observasi ini digunakan untuk

menilai kinerja guru, motivasi, sikap, dan keterampilan siswa.

b. Teknik tes, dilakukan dengan lembar soal yang digunakan untuk

mendapatkan data berupa hasil belajar kognitif siswa.

D. Alat Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat

pengumpul data diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Alat pengumpul data kualitatif

Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data

kualitatif. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kinarja guru,

motivasi, sikap, dan keterampilan siswa selama pembelajaran berlangsung.

a) Kinerja Guru

Kinerja guru dinilai menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru

(IPKG). Penilaian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

(53)

observasi sejak melakukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, sampai

[image:53.595.164.515.163.744.2]

dengan kegiatan penutup. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.01 Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG).

Aspek yang Diamati Skor

Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya.

1 2 3 4

2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4

3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 1 2 3 4

4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi. 1 2 3 4

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai siswa. 1 2 3 4 2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja

kelompok, dan melakukan observasi.

1 2 3 4

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran.

1 2 3 4

2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.

1 2 3 4

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. 1 2 3 4 4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari

konkrit ke abstrak)

1 2 3 4

Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization

1 Memberikan pre-test 1 2 3 4

2 Menjelaskan materi yang akan diajarkan 1 2 3 4

3 Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang heterogen

1 2 3 4

4 Guru membagi lembar kerja kelompok 1 2 3 4

5 Guru meminta siswa mendiskusikan lembar kerja kelompok 1 2 3 4

6 Guru membimbing kelompok siswa 1 2 3 4

7 Guru memilih secara acak kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

1 2 3 4

8 Guru menyempurnakan jawaban siswa 1 2 3 4

9 Guru memberikan soal kuis 1 2 3 4

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.

1 2 3 4

2 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

1 2 3 4

3 Melaksanakan pembelajaran se

Gambar

Tabel 2.01 Langkah-langkah penerapan model team assisted
Gambar 3.1. Prosedur PTK (Modifikasi dari Arikunto, dkk., 2011: 16)
Tabel 3.01 Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG).
Tabel 3.02 Kriteria penilaian kinerja guru.
+7

Referensi

Dokumen terkait

lesson study dilakukan dengan lima tahap. 1) Orientasi siswa pada situasi masalah. 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun

[r]

[r]

a. Setiap butir skala minat yang terkumpul kemudian dihitung menggunakan cara analisis tingkat persetujuan. Setelah pelaksanaan postest, siswa langsung diberikan

[r]

Pertama, pada pola tumpangsari terjadi persaingan antar tanaman, yang terlihat pada saat jagung disisipi kedelai varietas Burangrang dan Lokon yang tidak ditambah

Sehubungan dengan telah berakhirnya masa sanggah terhadap Pengumuman Pemenang Seleksi Sederhana Nomor : 602.1/08/POKJA-PK.III/LEBANG/VIII/2016, tanggal 16 Agustus 2016 untuk paket

Tesis yang berjudul “ HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN