ABSTRAK
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04
METRO BARAT
Oleh
M. ASRUL FAEHANI
Masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa, yang ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar siswa hanya sebesar 45% dari 22 orang siswa. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization.
Penelitian ini menggunakaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tahapan setiap siklus yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan non tes dan tes. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learningtipe team assisted individualization dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai motivasi belajar siswa pada siklus I mendapat kategori “baik” dengan nilai 67, siklus II mendapat kategori “baik” dengan nilai 70. Persentase ketuntasan motivasi siswa pada siklus I adalah 77% dengan kategori “baik”, meningkat pada siklus II menjadi 82% dengan kategori “sangat baik”. Rata-rata hasil belajar pada siklus I mencapai 62 dengan kategori “cukup” meningkat padasiklus II menjadi 70 dengan kategori “baik”. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I adalah 27%, dengan kategori “rendah” meningkat pada siklus II menjadi 82% dengan kategori “sangat tinggi”.
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATIONUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04
METRO BARAT
Oleh
M. ASRUL FAEHANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Tias Bangun, 17 Agustus 1992. Peneliti adalah anak pertama dari pasangan Bapak Afandi dan Ibu Dwi Ayu Supnani.
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kepada Sang Maha Kuasa,
dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan karyaku ini kepada:
Ayahanda Afandi(alm.) dan Ibunda Dwi Ayu Supnani, yang telah ikhlas memberikan segala pengorbanan bagi kesuksesanku. Terimakasih telah memberikan cinta dan kasih sayang tanpa batas, serta segala untaian do’a
yang senantiasa dimohonkan pada Illahi untuk kebaikanku.
Adikku Nevi Andiani, terimakasih atas do’a, dukungan, dan motivasi untuk keberhasilanku.
Kakekku Abdul Hamid, terima kasih telah memberikan dukungan baik moral dan mareriil demi kesuksesan cucumu
Pamanku Rohman Basuki dan Samijo serta Bibiku Uji Widati dan Sri Hartini, terima kasih telah memberikan semangat dan arti hidup yang
sebenarnya.
MOTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.”
ii
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku koordinator Kampus B FKIP UNILA. 6. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku pembimbing pertama skripsi. Terima
kasih atas kesediaan untuk memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku pembimbing kedua. Terima kasih atas kesediaan memberikan waktu untuk membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.
iii
9. Ibu Sutini, S.Pd. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama peneliti menyelesaikan skripsi ini.
10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Kampus B FKIP UNILA yang telah membantu hingga skripsi ini selesai.
11. Ibu Djumatun, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 04 Metro Barat yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian, terimakasih atas kerja sama selama ini.
12. Ibu Siska Anggraini, S.Pd., selaku guru kelas VB yang berperan sebagai observer I peneliti dalam melakukan penelitian. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk mempelajari keadaan yang sesungguhnya dalam mendidik.
13. Bapak Puryantoro, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS yang telah memberikan masukan dan saran peneliti dalam pembelajaran.
14. Anak-anakku kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat, semoga kalian menjadi anak yang taqwa, cerdas, dan berprestasi.
15. Septi Yuyun Ernitasari yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat tersayang, tercinta, dan tak terlupakan Rois Sujimat, Arfian Junianto, Yuli Dwi Purnama, dan Ahmad Nasikun. Terima kasih telah menjadi teman bertukar pendapat dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 17. Sahabat-sahabatku angkatan 2011, khususnya komunitas HIMALASA (Adit, Aji, Annisa, Arrizal, Asep, Atika, Azka, Dedi, Dwi, Deni, Erlis, Etik, Fikri, Gusti, Ikke, Tsani, Juwita, Wulan, Nuke, Aulia, Lita, Putri P, Putri N, Rizty, Puspa, Sella E, Sella P, Sovia, SM, Suci Amel, Suciyati, Tya, Umi, Zaka, Tiwi, Dilla) yang selalu menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan.
18. Adik-adikku di HIMAJIP divisi PGSD UPP Metro dan Racana Ki Hajar Dewantara & RA Kartini (Rizky, Benny, Hasan, Hayat, Deni, Mira, Adinda, Alif, Mawar, Suci, Udin, Isro’i, Fadjrin) yang telah memberikan warna tersendiri dalam berorganisasi.
iv
Kiat Trisna, Zelina, dan Alfian Deni Iskandar). Terima kasih atas masukan yang telah diberikan.
20. Seluruh pihak yang tak dapat peneliti sebutkan namanya, terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Metro, Mei 2015 Peneliti
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 9
1. Pengertian IPS ... 9
2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 10
3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 11
B. Belajar dan Pembelajaran ... 12
1. Belajar ... 12
a. Pengertian Belajar... 12
b. Teori-teori Belajar ... 13
c. Aktivitas Belajar ... 14
d. Motivasi Belajar ... 15
e. Hasil belajar ... 19
2. Pembelajaran ... 21
a. Pengertian Pembelajaran ... 21
b. Pembelajaran IPS di SD ... 22
C. Model Pembelajaran ... 23
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 23
2. Macam-Macam Model Pembelajaran ... 24
3. Model Cooperative Learning ... 25
4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning ... 26
5. Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization ... 26
vi
b. Langkah-langkah Cooperative Learning Tipe
Team Assisted Individualization ... 28
D. Kinerja Guru ... 30
E. Hipotesis Tindakan ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32
B. Setting Penelitian ... 33
C. Teknik Pengumpulan Data ... 34
D. Alat Pengumpulan Data ... 34
E. Teknik Analisis Data ... 39
F. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 45
G. Indikator Keberhasilan ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51
1. Profil Sekolah ... 51
2. Pelaksanaan Kegiatan ... 52
3. Pelaksanaan Kegiatan Siklus I ... 53
a. Perencanaan ... 53
b. Pelaksanaan ... 53
c. Pengamatan ... 57
d. Refleksi ... 78
e. Saran Perbaikan ... 79
4. Pelaksanaan Kegiatan Siklus II ... 81
a. Perencanaan ... 81
b. Pelaksanaan ... 82
c. Pengamatan ... 85
d. Refleksi ... 104
B. Pembahasan ... 106
1. Kinerja Guru ... 106
2. Motivasi Siswa ... 107
3. Hasil Belajar ... 109
4. Motivasi dan Hasil Belajar ... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116
B. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2. 01 Langkah-langkah penerapan model team assisted individualization ... 30
3. 01 Instrumen penilaian kinerja guru ... 35
3. 02 Kriteria penilaian kinerja guru ... 36
3. 03 Indikator penilaian motivasi siswa ... 37
3. 04 Indikator penilaian sikap siswa ... 38
3. 05 Indikator penilaian keterampilan siswa ... 39
3. 06 Kriteria kinerja guru ... 40
3. 07 Kategori perolehan motivasi siswa ... 40
3. 08 Kategori tingkat keberhasilan motivasi siswa dalam % ... 41
3. 09 Kategori perolehan sikap siswa ... 41
3. 10 Kategori tingkat keberhasilan sikap siswa dalam %... 42
3. 11 Kategori perolehan keterampilan siswa ... 42
3. 12 Kategori tingkat keberhasilan keterampilan siswa dalam % ... 43
3. 13 Kategori perolehan kognitif siswa ... 44
3. 14 Kategori keberhasilan kognitif siswa dalam % ... 44
3. 15 Kategori perolehan hasil belajar siswa ... 45
3. 16 Kategori keberhasilan siswa dalam % ... 45
4. 01 Kinerja guru pada pertemuan ke-1 siklus I ... 58
4. 02 Kinerja guru pada pertemuan ke-2 siklus I ... 60
4. 03 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I ... 62
4. 04 Motivasi siswa pertemuan ke-1 siklus I... 63
4. 05 Motivasi siswa pertemuan ke-2 siklus I... 65
4. 06 Rekapitulasi nilai motivasi siswa siklus I ... 67
4. 07 Sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 67
4. 08 Sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 69
4. 09 Rekapitulasi nilai sikap siswa siklus I ... 70
4. 10 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 71
4. 11 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 73
4. 12 Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus I ... 74
4. 13 Nilai kognitif siswa siklus I ... 75
4. 14 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I ... 77
4. 15 Kinerja guru pada pertemuan ke-1 siklus II ... 86
4. 16 Kinerja guru pada pertemuan ke-2 siklus II ... 88
4. 17 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus II ... 90
4. 18 Motivasi siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 90
4. 19 Motivasi siswa pertemuan ke-2 siklus II ... 92
viii
4. 21 Sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 94
4. 22 Sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 95
4. 23 Rekapitulasi nilai sikap siswa siklus II ... 96
4. 24 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 97
4. 25 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 99
4. 26 Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus II ... 101
4. 27 Nilai kognitif siswa siklus II ... 101
4. 28 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus II ... 103
4. 29 Rekapitulasi nilai kinerja guru ... 106
4. 30 Rekapitulasi nilai motivasi siswa... 107
4. 31 Rekapitulasi nilai sikap siswa ... 109
4. 32 Rekapitulasi nilai keterampilan siswa ... 110
4. 33 Rekapitulasi nilai kognitif siswa ... 111
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat-surat
A. Penelitian pendahuluan ... 125
B. Surat izin penelitian dari fakultas ... 126
C. Surat keterangan penelitian dari fakultas ... 127
D. Surat izin penelitian dari SD ... 128
E. Surat pernyataan teman sejawat ... 129
F. Surat keterangan penelitian dari SD ... 131
2. Perangkat Pembelajaran A. Pemetaan siklus I... 133
B. Silabus siklus I ... 135
C. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus I ... 138
D. Pemetaan siklus II ... 145
E. Silabus siklus II ... 147
F. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II ... 150
3. Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) A. IPKG pertemuan ke-1 siklus I ... 158
B. IPKG pertemuan ke-2 siklus I ... 161
C. IPKG pertemuan ke-1 siklus II ... 164
D. IPKG pertemuan ke-2 siklus II ... 167
4. Penilaian Motivasi Siswa A. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 171
B. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 173
C. Rekapitulasi nilai motivasi siswa siklus I ... 175
D. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 176
E. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 178
F. Rekapitulasi nilai motivasi siswa siklus II ... 180
5. Penilaian Sikap Siswa A. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 182
B. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 184
C. Rekapitulasi nilai sikap siswa siklus I ... 186
D. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 187
E. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 189
xi
C. Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus I ... 197
D. Hasil pengamatan keterampilan siswa pada pertemuan ke-1 siklus II .... 198
E. Hasil pengamatan keterampilan siswa pada pertemuan ke-2 siklus II .... 200
F. Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus II ... 202
7. Penilaian Hasil Belajar Kognitif Siswa A. Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa ... 204
B. Tes Formatif Siklus I ... 205
C. Tes Formatif Siklus II ... 209
8. Lembar Kerja Kelompok (LKK) A. LKK pertemuan ke-1 siklus I ... 214
B. LKK pertemuan ke-2 siklus I ... 217
C. LKK pertemuan ke-1 siklus II... 220
D. LKK pertemuan ke-2 siklus II... 223
9. Dokumentasi A. Dokumentasi Siklus I ... 227
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Prosedur PTK ... 33
4.1 Grafik peningkatan kinerja guru dari siklus I ke siklus II... 107
4.2 Grafik peningkatan motivasi siswa dari siklus I ke siklus II ... 108
4.3 Grafik peningkatan sikap siswa dari siklus I ke siklus II ... 110
4.4 Grafik peningkatan keterampilan siswa dari siklus I ke siklus II ... 111
4.5 Grafik peningkatan kognitif siswa dari siklus I ke siklus II ... 112
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru sebagai tenaga profesional memiliki tugas untuk mendidik siswa
menjadi manusia yang beriman, berakhlak, berilmu, mandiri, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.
Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 6 menyatakan bahwa:
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sejalan dengan undang-undang di atas, Asmuni (2013) menjelaskan bahwa
tugas profesional guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih atau
membimbing, serta meneliti. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih atau membimbing
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik. Meneliti
untuk pengembangan kependidikan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
2
nilai hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan siswa, serta mampu
mengembangkan mutu pendidikan.
Pelaksanaan tugas guru sebagai tenaga profesional membutuhkan upaya
yang mampu menjembatani tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan guru adalah dengan memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran dilakukan agar
pembelajaran benar-benar mampu memberikan bekal kemampuan dan
keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia yang unggul. Salah
satunya dengan mengantarkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Proses pembelajaran yang berlandaskan atas asas keaktifan belajar,
menekankan pada proses belajar siswa. Apabila seorang guru menginginkan
agar siswanya memahami suatu konsep, maka siswa harus mengonstruksi
pengetahuan melalui hal konkret yang ada disekitarnya. Proses yang harus
dilakukan guru bukan dengan mengajarkan konsep, tetapi juga memaparkan
tentang fakta yang ada, dan menarik generalisasi dari fakta dan konsep,
dengan kehidupan manusia sehingga salah satu disiplin ilmu yang relevan dan
terdapat dalam kurikulum SD adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Depdiknas (2008: 162) mengemukakan bahwa IPS merupakan pelajaran
yang mengkaji peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu sosial. Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mempelajari kehidupan yang kompleks dalam masyarakat sehari-hari.
Pembelajaran IPS bersumber dari lingkungan dan kehidupan masyarakat
sehari-hari. Melalui pembelajaran IPS siswa dapat mempelajari perilaku sosial
yang terjadi dalam masyarakat sehingga siswa terampil dalam bersosialisasi dan
mampu memecahkan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas VB SD Negeri
04 Metro Barat, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa guru masih menjadi
pihak yang mentransfer pengetahuan bukan sebagai fasilitator. Pembelajaran
yang dilakukan bersifat satu arah dan terkesan monoton. Guru belum
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk melibatkan siswa
dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran IPS masih
didominasi oleh guru. Masalah lain yang diperoleh adalah masih banyak siswa
yang gaduh dan mengobrol dengan temannya. Terdapat siswa yang tidak
memusatkan perhatiannya dan kurang merespon perintah guru pada saat
pembelajaran berlangsung. Siswa juga kurang antusias dalam mengemukakan
pendapat dan bertanya pada saat pembelajaran. Bahkan ketika diberi tugas
4
Beberapa indikasi tersebut menunjukan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran masih rendah.
Penelusuran dokumen mengenai hasil mid semester ganjil tahun 2014/2015,
diketahui bahwa dari 22 orang siswa, hanya 10 orang siswa atau 45% yang telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) yaitu 66 dan sebanyak 12
orang siswa atau 55% belum mencapai KKM. Mulyasa (2013: 131)
menyebutkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila
sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di kelas telah mencapai KKM. Merujuk pada
pendapat Mulyasa (2013: 131) di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar di
kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat masih rendah.
Berdasarkan masalah tersebut, perlu diterapkan model yang sesuai dengan
konteks dan tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai macam model
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan belajar
siswa, akan tetapi model cooperative learning tipe team assisted indiviualization dirasa tepat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Cooperative learning tipe team assisted individualization adalah tipe pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran klasikal. Menurut Slavin (2005: 187) cooperative learning tipe team assisted individualization dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok
untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua
anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai
Pembelajaran dengan team assisted individualization diprediksi akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena pembelajaran dengan
team assisted individualization dilakukan secara berkelompok dan siswa memiliki kesempatan berbicara yang sama di masing-masing kelompok untuk
bertukar pikiran dan berpikir kritis. Team assisted individualization akan membuat siswa tertarik dan antusias dalam pembelajaran, karena skor akhir
yang akan diperoleh siswa adalah skor individu, sehingga siswa harus bersaing
untuk mendapatkan skor terbaik. Hal ini sejalan dengan penelitian Indriyani
(2011) yang menyatakan bahwa penerapan model cooperative learning tipe team assisted individualization dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk mengadakan
perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization
untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Guru masih menjadi pihak yang mentransfer pengetahuan bukan fasilitator.
6
3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk
melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa
pembelajaran IPS masih didominasi oleh guru.
4. Masih banyak siswa yang gaduh dan mengobrol dengan temannya.
5. Terdapat siswa yang tidak memusatkan perhatiannya dan kurang merespon
perintah guru pada saat pembelajaran berlangsung.
6. Siswa juga kurang antusias dalam mengemukakan pendapatnya dan
bertanya pada saat pembelajaran.
7. Siswa tidak langsung mengerjakan tugas melainkan asik bermain dengan
temannya. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar siswa rendah.
8. Hasil belajar siswa rendah dibuktikan dengan persentase ketuntasan yang
hanya 45% dari KKM yang ditetapkan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model cooperative learning tipe team assisted individualization pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat.
2. Menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa
Menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VB
SD Negeri 04 Metro Barat.
2. Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di
kelas, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam
pembelajaran yang baik dan benar.
3. Sekolah
Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan
8
4. Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman sehingga peneliti bisa menjadi guru
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS
IPS merupakan ilmu yang mempelajari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang
bertujuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Banks (Sapriya, 2006: 4) IPS sebagai
bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai
tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup
bernegara di lingkungan masyarakat. Lebih lanjut, Susanto (2013: 6)
menyatakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang
ilmu sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian IPS
adalah suatu program pendidikan yang dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang membantu siswa dalam mengembangkan
10
2. Karakteristik Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah
yang dihadapi sehingga semakin mengerti dan memahami lingkungan
masyarakatnya.
Hamid Hasan (Trianto, 2010: 174) menerangkan bahwa:
Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sejalan dengan pendapat di atas, Misbahul (2013) menyatakan bahwa
karakteristik IPS meliputi beberapa aspek yaitu memberikan berbagai
pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan dan
mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan. Karakteristik lain yang juga
merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni digunakannya pendekatan
pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab
permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
pembelajaran IPS di SD mencakup pola pembelajaran pendidikan IPS yang
melibatkan siswa ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat dan
pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS di SD diharapkan
3. Tujuan Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS memiliki tujuan sebagai acuan dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial).
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, global.
Trianto (2010: 176) tujuan IPS ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik
yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa
(peserta didik) untuk menguasai disiplin ilmu sosial dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk
ditingkat lokal, nasional, dan global serta memiliki komitmen terhadap
12
B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman yang dilakukan secara sadar. Menurut Hamalik (2011: 27)
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu, yakni mengalami. Menurut Uno & Nurdin (2012: 138) belajar
adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang
dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan
dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik.
Sejalan dengan pengertian di atas, Suprihatiningrum (2013: 14)
mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah
laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang
tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam
interaksinya dengan lingkungan. Menurut Prastowo (2013: 65) belajar
adalah suatu proses mental yang tidak terlihat melalui interaksi dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku siswa.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
belajar adalah proses yang dilakukan individu secara sadar untuk
mencapai perubahan dalam pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman
baru baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat
b. Teori-teori Belajar
Proses belajar tidak terlepas dari teori belajar, sebagai penjelasan
mengenai terjadinya belajar. Menurut Trianto (2011: 27) teori belajar
pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya
belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa.
Hamalik (2011: 34-42) mengemukakan beberapa aliran psikologi
yang berhubungan dengan teori belajar, yaitu:
1) Teori Psikologi Klasik
Manusia terdiri dari jiwa dan badan yang berbeda satu sama lain. Menurut teori ini, belajar adalah all learning is a process of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangka kekuatan menciptakan, ingatan, keinginan, dan pikiran, dengan melihatnya. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu proses dari dalam atau inner development.
2) Teori Psikologi Daya
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, mengingat, berfikir, merasakan, kemauan, dan sebagainya. Dengan demikian maka, kurikulum harus menyediakan mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya tersebut. Pemilihan mata pelajaran dilakukan atas dasar pembentukan daya-daya secara efisien dan ekonomis.
3) Teori Mental State
Teori ini bersifat materialistis mengutamakan bahan. Jiwa yang baik apabila bahan yang diterima adalah baik, dalam arti sesuai dengan norma-norma etis. Menurut teori ini, belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar.
4) Teori Psikologi Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori mental State. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja. Di dalam behaviorisme masalah matter (zat) menempati kedudukan yang utama. Melalui behaviorisme dapat dijelaskan kelakuan manusia secara seksama dan memberikan program pendidikan yang memuaskan.
5) Teori Psikologi Gestalt
14
tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian, adalah sebagai berikut :
a) Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan lingkungannya, faktor herediter lebih berpengaruh.
b) Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.
c) Belajar mengutamakan aspek pemahaman terhadap situasi problematis
d) Belajar menitik beratkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya.
e) Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.
Berdasarkan pengertian teori-teori belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa teori belajar merupakan penjelasan tentang bagaimana proses
terjadinya belajar, dan komponen-komponen dalam proses belajar.
Teori-teori tersebut antara lain, teori psikologi klasik, teori psikologi
daya, teori mental state, teori psikologi behaviorisme, dan teori psikologi gestalt.
c. Aktivitas Belajar
Proses belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar yaitu adanya
interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Hamalik (2009: 197)
mendefinisikan bahwa aktivitas belajar sebagai aktivitas yang diberikan
kepada siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas yang diberikan
kepada siswa dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kunandar (2011: 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, minat, perhatian, dan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses
Hamalik (Hanafiah, 2010: 24-25) membagi aktivitas belajar ke
dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.
3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.
4) Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.
5) Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.
6) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat,
memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, motivasi, dan lain-lain
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
aktivitas belajar adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa dalam
pembelajaran guna menunjang keberhasilan pembelajaran dan
memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran. Salah satu kegiatan
yang dilakukan siswa adalah kegiatan emosional berupa motivasi.
d. Motivasi Belajar 1) Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan rasa ingin tahu secara alami, didorong oleh
16
sekitar siswa. Menurut Uno (2007: 23) motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya
dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Selanjutnya
Dimyati & Mudjiono (2009: 296) motivasi adalah tenaga pendorong
yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Munurut Sardiman (2011: 75) motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah
dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk
belajar.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam
maupun dari luar diri siswa untuk mendukung terjadinya proses
belajar sehingga terjadi perubahan perilaku.
2) Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam maupun
dari luar diri seseorang untuk melakukan perubahan. Menurut
Hanafiah & Cucu (2010: 26) fungsi motivasi adalah sebagai berikut.
a) Pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik. b) Mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.
c) Memberikan arah terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. d) Membangun sistem pembelajaran yang lebih bermakna.
Sejalan dengan pengertian di atas, Suprijono (2013: 163-164)
mengatakan motivasi memiliki fungsi: a) mendorong peserta didik
(siswa) untuk berbuat; b) menentukan arah kegiatan pembelajaran
kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa
yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
motivasi belajar adalah sebagai alat pendorong terjadinya perilaku
siswa dalam belajar untuk membangun sistem pembelajaran yang
lebih bermakna.
3) Indikator dan Alat Ukur Motivasi
a) Indikator Motivasi
Indikator adalah tanda dari tercapainya sesuatu. Untuk
mengukur motivasi belajar, diperlukan indikator motivasi
belajar, sehingga motivasi dapat diukur. Sudjana (2010: 61)
mengemukakan indikator motivasi belajar adalah: a) minat dan
perhatian siswa terhadap pelajaran; b) semangat siswa untuk
melaksanakan tugas-tugas belajarnya; c) tanggung jawab siswa
dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya; d) reaksi yang
ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; e) rasa
senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Merdekawati (2011)
mengatakan aspek dalam motivasi belajar yaitu, minat,
ketekunan, dan menyukai tantangan. Adapun indikator dari
masing-masing aspek adalah:
1. Minat dengan indikator 1) telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk ke kelas; 2) memperhatikan ketika guru memberikan tugas.
18
3. Menyukai tantangan dengan indikator 1) aktif dalam proses pembelajaran; 2) tidak mengeluh mengerjakan soal.
Berdasarkan pengertian di atas, indikator motivasi belajar
adalah tanda yang ditunjukan siswa untuk menunjukan bahwa
siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan penilaiannya
diintegrasikan ke dalam penilaian sikap. Adapun aspek motivasi
yang dilihat pada penelitian ini adalah, minat dengan indikator
1) telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk
ke kelas; 2) memperhatikan ketika guru memberikan tugas.
Ketekunan dengan indikator 1) mencatat materi pelajaran; 2)
langsung mengerjakan ketika tugas diberikan. Menyukai
tantangan dengan indikator 1) aktif dalam proses pembelajaran;
2) tidak mengeluh mengerjakan soal.
b) Alat Ukur Motivasi
Motivasi belajar dapat diukur dengan menggunakan beberapa
instrumen. Menurut Hanafiah & Cucu (2010: 29) motivasi
seseorang dapat diukur menggunakan: a) tes tindakan; b)
kuesioner; c) mengarang bebas untuk memahami informasi
tentang visi dan aspirasinya; d) tes prestasi; e) skala untuk
memahami informasi tentang sikapnya. Sedangkan menurut
Notoatmodjo (2010: 135) ada beberapa cara untuk mengukur
motivasi yaitu: a) tes proyektif; b) kuesioner; c) observasi
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
untuk mengukur motivasi belajar siswa, peneliti menggunakan
teknik observasi yaitu dengan cara mengamati motivasi siswa
dengan aspek minat, ketekunan, dan menyukai tantangan.
e. Hasil Belajar
Hasil belajar berupa perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar. Nashar (2004: 77)
mengatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh
siswa setelah melalui kegiatan belajar. Susanto (2013: 277) mengatakan
bahwa hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Bloom (Sudjana, 2010: 22-23) mengungkapkan bahwa:
a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
b. Ranah sikap (afektif) yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga , teman, guru dan tetangganya. 1) Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
2) Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan.
3) Tanggung jawab, adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
4) Kerja sama adalah sikap baik dalam pergaulan dalam prilaku seseorang.
20
6) Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. c. Ranah keterampilan (psikomotor) siswa menyajikan
pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Sejalan dengan pengertian di atas, Fraenkel (Sapriya, 2007: 51)
mengemukakan keterampilan sosial meliputi: 1) merencanakan bekerja
dengan orang lain, 2) mengambil bagian dalam proyek penelitian, 3)
mengambil bagian secara produktif dalam diskusi kelompok, 4)
menjawab atau menanggapi secara sopan pernyataan orang lain, 5)
memimpin diskusi kelompok, 6) bertindak secara tanggung jawab, dan
7) bersedia membantu atau menolong orang lain. NCSS (Pradita, 2013)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa keterampilan sosial yang
seyogianya dapat dimiliki, antara lain: 1) keterampilan penelitian, 2)
keterampilan berpikir, 3) keterampilan berpartisipasi sosial, dan 4)
keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh siswa berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperoleh melalui proses belajar yang
dijelaskan sebagai berikut:
a. Ranah kognitif, adapun indikator dalam ranah kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pemahaman.
1) datang tepat waktu patuh pada tata tertib atau aturan
bersamamengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Kerja sama, dengan indikator: 1) duduk
bersama dalam kelompok, 2) berpartisipasi dalam kelompok, 3)
mampu memecahkan masalah dalam kelompok.
c. Ranah keterampilan, penilaian ranah keterampilan ini dinilai menggunakan daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik. Keterampilan yang dinilai adalah keterampilan berpartisipasi sosial
dengan indikator: 1) berbagi tugas kelompok; 2) bekerja sama
dengan orang lain; dan 3) menerima terhadap kritik dan saran.
Keterampilan berkomunikasi, dengan indikator: 1) menjelaskan
materi kepada anggota kelompok, 2) mempresentasikan hasil
diskusi, 3) menanggapi hasil kegiatan.
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk
menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, digunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Winataputra, dkk
(2008: 1.19) istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang
berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
pasal 1 butir 20, menyebutkan pembelajaran adalah proses interaksi
22
belajar. Menurut Rusman (2014: 134-135) pembelajaran pada
hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa,
baik interaksi secara langsung maupun secara tidak langsung.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi antara siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan belajarnya.
b. Pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran IPS di SD sangat erat kaitannya dengan kehidupan di
lingkungan siswa. Sapriya (2007: 1) mengemukakan IPS adalah suatu
program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin
konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan
kewarganegaraan. Menurut Trianto (2010: 173) Ilmu Pengetahuan
Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang
sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
Ruang lingkup pembelajaran IPS di SD berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 meliputi
aspek-aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu,
keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya dan (4)
perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar anak didik.
C. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Selama proses pembelajaran guru harus menggunakan model
pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
Menurut Joyce & Well (Rusman, 2014: 133) model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Hanafiah & Cucu (2010: 41) menyatakan bahwa model pembelajaran
merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan
perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.
Menurut Prastowo (2013: 65) model pembelajaran adalah acuan
pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola–pola
pembelajaran tertentu. Komalasari (2010: 57) mengemukakan bahwa model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah acuan yang digunakan dalam proses pembelajaran
berupa pola-pola yang yang disusun secara sistematis untuk mencapai
24
2. Macam-macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah acuan yang digunakan dalam proses
pembelajaran berupa pola-pola yang yang disusun secara sistematis untuk
mencapai tujuan belajar. Terdapat berbagai macam model pembelajaran
yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Rusman (2014: 145) model
pembelajaran berdasarkan teori belajar, meliputi model interaksi sosial,
model pemrosesan informasi, model personal, dan model pembelajaran
modifikasi tingkah laku. Arends (Trianto, 2010: 76) menyeleksi enam
model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,
masing-masing adalah: presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, cooperative learning, pengajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas. Sejalan dengan pengertian tersebut, Amri (2013: 7-8) mengatakan macam-macam model pembelajaran
adalah sebagai berikut: model pembelajaran mencari dan bermakna; model
pembelajaran terpadu; model pembelajaran kooperatif (cooperative learning); model pembelajaran berdasarkan masalah; model pembelajaran langsung; model pembelajaran kontekstual; model pembelajaran penemuan;
model pembelajaran problem solving.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat
berbagai macam model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Namun, pada penelitian ini peneliti memilih model
cooperative learning karena dalam cooperative learning siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok sehingga motivasi belajar siswa akan
3. Model Cooperative Learning
Model cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara kelompok yang heterogen. Menurut Slavin (2005: 4)
cooperative learning merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Komalasari (2010: 62) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu strategi kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok–kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Rusman (2014: 202) menyatakan bahwa cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Menurut Hosnan (2014: 235) cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa bekerja dan berinteraksi satu sama lain
26
4. Tipe-tipe Model Cooperative Learning
Cooperative learning memiliki berbagai macam tipe. Hosnan (2014: 246) memaparkan tipe cooperative learning, yaitu STAD, Jigsaw, investigasi kelompok, dan pendekatan struktural. Rusman (2014: 213-227)
jenis-jenis model cooperative learning, yaitu 1) model Student Team Achievement Division (STAD), 2) model Jigsaw, 3) investigasi kelompok (Group Investigation), 4) model Make a Match (membuat pasangan), 5) model TGT (Teams Games Tournament).
Menurut Slavin (2005: 11) terdapat lima tipe yang melibatkan
penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang
sama, tetapi dengan cara yang berbeda yaitu: Student Team Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Team Assised Individualization.
Berdasarkan tipe-tipe model cooperative learning di atas, peneliti menggunakan model cooperative learning tipe team assisted individualization untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena pada tipe ini pembelajaran dilakukan secara kolaboratif antara
pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran klasikal.
5. Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization
Cooperative learning tipe team assisted individualization adalah tipe pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan
individualization merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individu secara
akademik. Kemudian Slavin (2005: 187) menyatakan bahwa tipe ini
dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Hasil
belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan
saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning Tipe team assisted individualization adalah model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
individual untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.
a. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization
Model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan,
begitu juga dengan model cooperative learning Tipe team assisted individualization.
28
Sedangkan Slavin (2005: 101) menyatakan kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran koopertif tipe team assisted individualization adalah sebagai berikut:
Kelebihan :
a. Meningkatkan hasil belajar
b. Meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa c. Mengurangi perilaku yang mengganggu
d. Program ini sangat membantu siswa yang lemah
Selain memiliki kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization juga memiliki kekurangan, yaitu:
a. Dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran
b. Dengan jumlah siswa yang besar dalam kelas, maka guru akan mengalami kesulitan dan memberikan bimbingan kepada siswanya.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa setiap
model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Cara untuk
mengantisipasi kekurangan yang ada adalah dengan mempersiapkan
terlebih dahulu segala keperluan yang dibutuhkan dan meminta bantuan
pada guru lainnya dalam memberikan bimbingan pada siswa.
b. Langkah-langkah Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization
Langkah pembelajaran adalah prosedur untuk melaksanakan
pembelajaran. Menurut Slavin (2005: 195-200) model pembelajaran kooperatif team assisted individualization memiliki delapan komponen sebagai berikut:
1. Membagi siswa ke dalam kelompok (Teams)
Siswa ditempatkan dalam kelompok heterogen terdiri dari 4-6 orang.
Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, atau nilai ulangan harian siswa dimaksudkan untuk menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan pada hasil tes mereka. 3. Materi pelajaran (Currikulum material)
Siswa menyelesaikan materi pelajaran yang telah disusun sesuai dengan kurikulum, misalnya untuk mata pelajaran IPS
4. Belajar kelompok (Team study)
Setelah ujian penempatan, guru mengajar materi pertama, kemudian siswa mulai mempelajari unit materi pelajaran yang telah ditentukan secara individu. Siswa mengerjakan unit-unit materi tersebut dalam kelompok masing-masing.
5. Skor dan penghargaan kelompok (Team score and team recognitif)
Di akhir minggu, guru menghitung skor kelompok. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkann untuk penampilan (hasil) kelompok.
6. Mengajar kelompok (Teaching groups)
Pada saat memulai materi baru, guru mengajar materi pokok selama 10 atau 15 menit secara tradisional kepada siswa. Tunjuannya adalah untuk memperkenalkan konsep utama kepada siswa. Guru menggunakan manipulasi, diagram dan demontrasi. Pelajaran dirancang untuk membantu siswa memahami hubungan di antara materi yang diajarkan dengan masalah kehidupan.
7. Tes fakta (Facts test)
Guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan materi. Pada penelitian ini tes diberikan setelah akhir pembelajaran.
8. Unit keseluruhan (Whole-class units)
Pada tahap ini dilakukan diskusi kelas, setiap anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Ketika ada kelompok yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, maka tugas kelompok lain adalah menanggapi jawaban dari hasil kerja kelompok yang presentasi. Setelah diskusi, guru mengevaluasi terhadap jalannya diskusi dan membenahi atau menyempurnakan jawaban siswa. Di akhir diskusi guru meminta kepada siswa untuk membuat kesimpulan.
30
Tabel 2.01 Langkah-langkah penerapan model team assisted Individualization.
Tahapan
pembelajaran Kegiatan
Tahap 1 Tes penempatan
Pada tahap ini, guru memberikan pre test kepada siswa di awal siklus untuk menentukan kelompok. Tahap 2
Pembagian kelompok
Guru menjelaskan materi pelajaran sebagai pembuka materi yang akan diajarkan.
Guru membagi siswa dalam kelompok sesuai dengan kemampuan belajar siswa.
Tahap 3
Mengajar kelompok (Teaching groups)
Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan konsep materi melalui LKK yang dibagikan. Materi tersebut didiskusikan dalam kelopok.
Guru membimbing kelompok siswa agar diskusi berjalan lancar dan terjadi interaksi antar siswa. Tahap 4
Unit keseluruhan (Whole-class units)
Guru memilih secara acak salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan menyempurnakan jawaban siswa.
Tahap 5
Test fakta (Fact test)
Di akhir siklus, guru memberikan soal kuis untuk mengetahui perkembangan siswa setelah diterapkan team assisted individualization.
D. Kinerja Guru
Kinerja guru adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran. Berdasarkan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,
kinerja guru adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai
guru dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur
berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah
kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan
menilai hasil belajar.
Berdasarkan Permendiknas Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama,
yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional.
Sejalan dengan pengertian di atas, Sanjaya (2005: 13-14) menjelaskan
bahwa kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan
pembelajaran, dan penilaian hasil belajar siswa. Guru sebagai perencana harus
mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan
belajar. Sebagai pengelola harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik. Sebagai penilai hasil belajar
guru mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru
adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai guru dalam
melaksanakan tugasnya yang dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi
utama, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan
kelas yaitu sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan
model cooperative learning tipe team assisted individualization dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan motivasi dan hasil
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Reseacrh. Menurut Wardhani (2007: 1. 4) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat.
Sedangkan menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu kegiatan ilmiah
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang,
melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus
secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menilai kelasnya sendiri melalui
refleksi, yang dilakukan melalui beberapa siklus untuk memperbaiki kualitas
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan model siklus yang ditulis oleh
Arikunto, dkk (2011: 16) dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu;
1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) pengamatan; dan 4) refleksi.
[image:51.595.143.501.190.435.2]Siklus yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Prosedur PTK (Modifikasi dari Arikunto, dkk., 2011: 16)
B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru
kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat. Subjek penelitian ini yaitu guru kelas
VB dan 22 orang siswa yang terdiri dari 7 orang siswa perempuan dan 15
orang siswa laki-laki.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Metro Barat, Jl. Soekarno
Hatta, Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro.
SIKLUS II Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS I Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
34
3. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2014/2015, selama 4 bulan yaitu pada bulan Januari sampai
dengan April 2015.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan
kelas adalah sebagai berikut:
a. Teknik non tes, dilakukan dengan observasi. Observasi ini digunakan untuk
menilai kinerja guru, motivasi, sikap, dan keterampilan siswa.
b. Teknik tes, dilakukan dengan lembar soal yang digunakan untuk
mendapatkan data berupa hasil belajar kognitif siswa.
D. Alat Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat
pengumpul data diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Alat pengumpul data kualitatif
Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data
kualitatif. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kinarja guru,
motivasi, sikap, dan keterampilan siswa selama pembelajaran berlangsung.
a) Kinerja Guru
Kinerja guru dinilai menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru
(IPKG). Penilaian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
observasi sejak melakukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, sampai
[image:53.595.164.515.163.744.2]dengan kegiatan penutup. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.01 Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG).
Aspek yang Diamati Skor
Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi
1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya.
1 2 3 4
2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4
3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 1 2 3 4
4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi. 1 2 3 4
Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan
1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai siswa. 1 2 3 4 2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja
kelompok, dan melakukan observasi.
1 2 3 4
Kegiatan Inti
Penguasaan Materi Pelajaran
1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran.
1 2 3 4
2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.
1 2 3 4
3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. 1 2 3 4 4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari
konkrit ke abstrak)
1 2 3 4
Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization
1 Memberikan pre-test 1 2 3 4
2 Menjelaskan materi yang akan diajarkan 1 2 3 4
3 Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang heterogen
1 2 3 4
4 Guru membagi lembar kerja kelompok 1 2 3 4
5 Guru meminta siswa mendiskusikan lembar kerja kelompok 1 2 3 4
6 Guru membimbing kelompok siswa 1 2 3 4
7 Guru memilih secara acak kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
1 2 3 4
8 Guru menyempurnakan jawaban siswa 1 2 3 4
9 Guru memberikan soal kuis 1 2 3 4
Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik
1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
1 2 3 4
2 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
1 2 3 4
3 Melaksanakan pembelajaran se