• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GERAK DASAR GULING LENTING (Roll Kip) PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GERAK DASAR GULING LENTING (Roll Kip) PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GERAK DASAR GULING LENTING(Roll Kip)PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Oleh

MUHRODIN

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan media pembelajaran gerak dasar guling lenting (Roll kip) berupa audio-visual yang ditujukan kepada siswa kelas VIII SMP IT Permata Bunda Labuhan Ratu Bandar Lampung yang dapat menjadi salah satu alat bantu guru maupun siswa dalam proses pembelajaran senam lantai pada materi guling lenting.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahResearch and development (R & D). Sedangkan prosedur pengembangan media pembelajaran ini dari sumber Sadiman dkk. Adapun tahap penelitian ini meliputi: menyusun instrumen penelitian, menyusun naskah/draft produk, melakukan validasi ahli, melakukan uji coba dan revisi, dan produk akhir yang dihasilkan berupa model pembelajaran gerak dasar guling lenting.

Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah media pembelajaran guling lenting dalam bentuk audio-visual yang berupa compact disk. Model pembelajaran ini dapat memberikan kontribusi bagi guru penjasorkes, pelatih senam artistik dan semua pihak yang berhubungan dengan kegiatan senam upaya peningkatan penguasan gerak dasar guling lenting. Implikasi dalam pembelajaran apapun, tanpa pemilihan media dan model pembelajaran yang sesuai, hasil pembelajaran khususnya senam lantai guling lenting(Kip)tentu saja tidak akan efektif.

(2)

Oleh Muhrodin

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

vii

Penulis dilahirkan di Bendosari Desa Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 01 januari 1991, sebagai anak ke- tujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Bapak Mispan. dan Ibu Kasiyem. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Komering Putih yang diselesaikan pada Tahun 2003, melanjutkan di SMP Negeri 2 Gunung Sugih yang diselesaikan pada Tahun 2006, dan masuk SMK Negeri 2 Terbanggi Besar yang diselesaikan pada Tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis belajar Agama di Payaman II Magelang Jawa Tengah selama satu tahun , dan tahun 2010 penulis bekerja di suatu perusahaan pembiayaan motor di Bandar Jaya Lampung Tengah, Pada tahun 2011 Penulis diterima di Program Studi Pendidikan Jasmani dan , Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(7)

viii

(8)

x

Segala Puji bagi Allah SWT yang tiada henti memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karya kecilku ini kepada:

1. Bapak dan Ibuku tersayang (Mispan dan Kasiyem) yang senantiasa dengan sepenuh hati memberikan segala yang terbaik untukku yang takkan mungkin ananda balas walau sampai akhir hayat.

2. Kakak-kakaku tersayang (Kasiyati, Kasiyah, Kastini, Kasiyono,

M. Abdurrohim, Muhdiantoro) yang turut memberi semangat dan doa dalam setiap langkahku.

3. Adik-adiku tersayang (Misnan Saputra dan Muhammad Iqbal Santoso) yang menjadi salahsatu sumber semangatku untuk membahagiakan keluarga. 4. Keluargaku di BPH MasjidAlwasi’i dankawan-kawan seperjuangan di

PENJASKES angkatan 2011.

5. Orang-orang yang pernah kukenal dan yang telah memberikan begitu banyak hikmah yang membantu membentuk kepribadianku.

(9)

ix

“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan saling menasehati dalam kebenaran, dan saling

menasehati dalam kesabaran”

(Q.S. Al-’Ashr: 1-3)

”Barangsiapa yang menunaikan hajat (keperluan) saudaranya, maka Alloh menunaikan hajatnya

(Bagian dari Hadits yang panjang Hr. Abu Dawud, hadits no. 4893) “Jadikan Dakwah Maksud Hidup”

“HidupDalamDakwah” “Dakwah Sampai Mati”

“Mati Dalam Dakwah”

“Maknai Arti Hidup Sesungguhnya (Ibadah)”

(10)

xi

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran gerak dasar Guling Lenting(Roll Kip)Pada siswa Sekolah Menengah Pertama”. Penulis

menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan jasmani dan kesehatan sekaligus menjadi Dosen Pembimbing II yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi. 4. Bapak Drs. Surisman, M.Pd., selaku Pembimbing I sekaligus selaku Dosen Pembimbing Akademik, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, dan arahan, kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

(11)

xii

penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.

7. Bapak Dr. Sulthon Djasmi, M.Pd. selaku evaluator uji ahli, terimakasih atas kritik dan masukannya.

8. Bapak Novian Iskandar, M.Pd., selaku Kepala SMP IT Permata Bunda Labuha Ratu Bandar Lampung yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

9. Bapak dan ibu dewan guru SMP IT Permata Bunda Labuhan ratu Bandar Lampung beserta staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Siswa kelas VIII SMP IT Permata Bunda Labuhan ratu Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.

11. Keluargaku di BPH Masjid Al-Wasi’i, TPA KAWULA, HIMAJIP FKIP Periode 2013-2014.

12. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandar Lampung, 17 April 2015 Penulis,

(12)
(13)

xiv

6. Uji Eksternal ... 46

7. Produksi ... 47

C. Subjek Penelitian ... 47

D. Variabel Penelitian ... 48

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Teknik Analisis Data... 50

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pegembangan ... 52

B. Pembahasan... 60

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(14)

xv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kelompok Media Instruksional ... 29 2. Skor Penilaian Terhadap Jawaban ... 51 3. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas

(15)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Observasi Inventarisasi Fasilitas yang

Dimiliki Sekolah ... 72

2. Transkripsi Wawancara ... 74

3. Kisi-Kisi Validasi Instrumen Uji Ahli ... 80

4. Petunjuk Angket Instrumen Uji Ahli ... 82

5. Instrumen Uji Satu Lawan Satu dan Kelompok Kecil... 88

6. Instrumen Uji Kelompok Besar……… . 91

7. Silabus ... 92

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 94

9. Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 100

10. Hasil Uji Kelompok Kecil ... 101

11. Analisis Hasil Hasil Uji Kemenarikan Produk ... 102

12. Dokumentasi Penelitian ... 105

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelentukan merupakan unsur gerak dasar yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa pendidikan dasar (SD dan SMP), hal ini sesuai dengan anjuran pemerintah tentang pentingnya penguasaan pola gerak dasar

(Basic Movement Patternt)dalam upaya mewujudkan penguasaan berbagai pengalaman gerak dasar (multilateral) sebagai keterampilan, sehingga keterampilan tersebut dapat dipertahankan selama mungkin oleh siswa dan kiranya siswa dengan mudah menguasai keterampilan cabang olahraga yang diminatinya.

Menyadari pentingnya gerak dasar tersebut, guru penjaskes perlu

mempertimbangkan model maupun metode yang dapat meningkatkan atau mudah dikuasai oleh siswa dari materi yang diajarkan itu, salahsatu bentuk atau upaya mendukung untuk meningkatkan keterampilan siswa adalah melalui media pembelajaran. Menurut sadiman (2006: 6) menjelaskan Media juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan

penyampaian pesan dan informasi yang disampaikan tenaga pendidik, baik itu bisa memberikan dan meningkatkan perhatian siswa,maupun

(17)

pembelajaran dapat merangsang memori siswa sehingga tampilan yang bagaimanapun bentuknya akan dapat mudah diterapkan oleh siswa. Metode demonstrasi yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani memang

memberikan kejelasan mengenai materi yang disampaikan, tetapi tidak semua siswa memahami dengan baik materi yang disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran. Siswa yang kurang memahami materi, merasa canggung untuk meminta guru mengulang demostrasi gerakan. Selain itu, tidak semua guru mampu mendemonstrasikan dengan baik pada olahraga senam lantai dikarenakan beberapa faktor diantaranya guru sulit mendemonstrasikan dikarekan kegemukan dan faktor usia. Salahsatu unsur gerak yang menggunakan kelentukan adalah guling lenting(Kip,)sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi guru dalam proses pembelajaran di sekolah melalui media pembelajaran audio visual.

Materi gerak dasar guling lenting yang menurut kebanyakan siswa sulit sebenarnya dapat dikemas menarik. Siswa dapat belajar dengan suasana santai dan siswa juga berkonsentrasi secara bersama melalui media pembelajaran berupa audio-visual.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Permata Bunda Bandar Lampung, keterampilan gerak dasar guling lenting pada siswa masih terlihat kurang, dilihat dari banyaknya siswa yang masih banyak melakukan kesalahan dalam mempraktikan gerakan guling lenting seperti pada saat kedua kaki

(18)

gerakan yang komplek sehingga penulis menyimpulkan perlunya media pembelajaran di sekolah . Hal ini terlihat dari ketidakteraturan tahapan pembelajaran gerak dasar guling lenting yang diberikan oleh guru. Selain itu, minat belajar siswa juga rendah dalam mengikuti pembelajaran, terlihat dari banyak siswa yang pasif saat proses pembelajaran atau tidak mempraktikan gerakan guling lenting. Berbeda halnya Dalam proses pembelajaran senam lantai dengan meggunakan bantuan media pembelajaran berbasis audio-visual, Siswa lebih termotivasi melakukan gerak guling lenting setelah menonton video pembelajaran meskipun siswa mengakui untuk melakukan gerakan guling lenting sangatlah sulit apabila tidak belajar secara

berkesinambungan.

Dari permasalahan di atas, penulis berpendapat bahwa banyaknya kesalahan yang dialami siswa pada saat melakukan gerak dasar guling lenting di karenakan keterbatasan guru dalam menggunakan model pembelajaran dan tidak adanya media pembelajaran gerak dasar guling lenting dalam bentuk audio-visual yang cocok sebagai media bantu pada saat pembelajaran berlangsung.

(19)

B. Identifikasi Masalah

Latar belakang masalah yang telah dikemukakan mengarah pada pemikiran adanya berbagai masalah. Dari berbagai masalah yang muncul, dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Kesulitan siswa dalam mempraktikan gerakan yang didemonstrasikan oleh guru maupun rekan siswa.

2. Keterbatasan kemampuan guru untuk mendemonstrasikan gerakan guling lenting(Kip)yang baik.

3. Keterbatasan sarana berupa matras maupun alat bantu, sehingga siswa merasa ketakutan dalam melakukan gerakan terssebut.

4. Siswa memiliki kesulitan yang tinggi dalam melakukan gerakan yang kompleks seperti gerakan guling lenting(Kip).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah seperti yang diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“Apakah melalui penggunaan media pembelajaran yang berupa audio-visual dapat meningkatkan keterampilan yang berupa kelentukan seperti gerak dasar guling lenting(Kip)secara efektif pada siswa SMP ?.

D. Tujuan Penelitian

(20)

1. Untuk meningkatkan pembelajaran gerak dasar guling lenting(Kip) secara efektif.

2. Mencari solusi keterbatasan guru terhadap gerakan-gerakan yang kompleks.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penilitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan khususnya dalam mengembangkan media

b. Memberikan alternatif pemecahan masalah kekurangan media belajar di SMP khususnya untuk materi gerak guling lenting mata pelajaran senam lantai.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, menjadi bahan rujukan mata pelajaran lainya dalam mengembangkan model pembelajaran di sekolah.

b. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberi motivasi para guru untuk selalu mengembangkan model pembelajaran dan memecahkan masalah-masalah kelas sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Model Pembelajaran

Sagala (2011: 175) menyatakan bahwa model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Selanjutnya Komaruddin (Sagala, 2011: 175) menjelaskan bahwa model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain, (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati, (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa, (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan, (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin, dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.

Rosdiani (2012: 4) menyatakan bahwa model adalah suatu gambaran tentang suatu yang dapat memperjelas berbagai kaitan diantara unsur-unsur yang ada. Selanjutnya Metzler (2011: 17)“someone demonstrates the way others should act or think-to be a model by example”. Model dapat

(22)

Secara umum model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola atau bentuk pembelajaran yang di dalamnya terdapat langkah-langkah

pembelajaran untuk mempelajari suatu topik tertentu sesuai dengan tujuan belajar yang hendak dicapai. Selain itu juga terdapat lingkungan belajar yang dibutuhkan agar pembelajaran tersebut dapat berhasil.

Rahyubi (2012: 251) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Selanjutnya Rusman (2011: 133) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merencanakan bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam pelaksanaannya model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

(23)

metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalaha plan of operation achieving something, sedangkan metode adalaha way in achieving something.

1. Pembelajaran Motorik

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung maupun secara tidak langsung. Sagala (2011: 64) menyatakan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar

Pembelajaran motorik adalah suatu upaya mengubah perilaku motorik melalui kondisi dan situasi yang sengaja diciptakan agar proses

(24)

Selanjutnya Richard(2005: 302) menyatakan bahwa “Motor learning is a set ofprocesseswith practice or experience leading relatively permanent change in the capability for movement”. Belajargerak adalah

serangkaian proses dengan latihan atau pengalaman, yang mengarah kepada perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan untuk bergerak. Secara umum, definisi yang diajukan Richard diatas, mengandung 3 aspek penting sebagai berikut:

a. Belajar Motorik adalah Hasil Langsung dari Latihan atau Pengalaman Perkembangan kemampuan memang bisa berkembang tanpa dilatih. Kemampuan tersebut berkembang misalnya, karena pengaruh kematangan dan pertumbuhan. Perubahan kemampuan semacam ini tentu akan meningkatkan keterampilan, walaupun hanya sampai pada batas minimal. Perubahan keterampilan anak karena faktor

kematangan anak, jelas tidak bisa dikatakan sebagai hasil belajar. Hal ini disebabkan perubahan tersebut bukan karena hasil dari latihan. b. Belajar Motorik Tidak Teramati Secara Langsung

(25)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka disimpulan bahwa pembelajaran motorik adalah suatu proses pengubahan perilaku gerak peserta didik melalui latihan atau pembekalan pengalaman yang sengaja dirancang melalui aktivitas bermain, agar proses perubahan keterampilan gerak menjadi efektif dan efisien. Peserta didik yang melakukan proses pembelajaran motorik dengan baik dan benar akan mengalami suatu perubahan , misalnya dari “tidak bisa” menjadi “bisa”, dari “tidak

terampil” menjadi “terampil”, berkaitan dengan kemampuan gerak.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Motorik

Pertumbuhan Keterampilan motorik, baik motorik kasar (gross motor) maupun motorik halus (fine motor) pada anak tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Sukamti (2011: 14-15) menjelaskan bahwa ada delapan kondisi penting yang harus diperhatikan dalam mempelajari keterampilan motorik yaitu: (1) kesiapan belajar, (2) kesempatan belajar, (3) kesempatan berpraktik, (4) model yang baik, (5) bimbingan, (6) motivasi, (7) setiap keterampilan harus dipelajari secara individu, dan (8) sebaiknya keterampilan

dipelajari satu demi satu. a. Kesiapan belajar

(26)

b. Kesempatan belajar

Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya.

c. Kesempatan berpraktik

Anak harus diberi waktu yang cukup untuk berpraktik sebanyak mungkin yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Meskipun demikian, kualitas praktik jauh lebih penting ketimbang kuantitasnya. Pada hakikatnya, pembelajaran motorik adalah kegiatan yang memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya bagi para siswa untuk melakukan praktik.

d. Model yang baik

Pembelajaran motorik yang baik perlu dilandasi dengan model yang baik oleh guru. Karena dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting. Adapun yang dimaksud dengan model yang baik adalah guru mampu merancang kegiatan pembelajaran motorik dengan metode aplikasi yang menyenangkan bagi para siswa dan tidak membosankan, sehingga siswa semakin bersemangat dalam kegiatan pembelajaran tersebut. e. Bimbingan

(27)

sehingga sulit dibetulkan kembali. Guru harus menyadari bahwa setiap bimbingan yang diberikan akan berguna bagi perkembangan kemampuan dan kecerdasan motorik siswa, untuk itu bimbingan yang diberikan seperlunya saja apa bila para siswa sudah dianggap paham. f. Motivasi

Motivasi tentu berbeda dengan bimbingan. Bimbingan berkaitan dengan materi aplikasi pembelajaran secara normatif, sedangkan motivasi yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran motorik berkaitan dengan kejiwaan dan kondisi psikologis siswa. Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Untuk mempelajari keterampilan, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemandirian dan gengsi yang diperoleh dari kelompok sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah.

g. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu. Guru harus memberi kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk melakukan percobaan/praktik suatu keterampilan tertentu, karena suatu keterampilan dapat dikuasai/dilakukan dengan baik oleh seorang anak atas usahanya sendiri bukan atas usaha orang lain. h. Keterampilan motorik sebaiknya dipelajari satu demi satu.

(28)

kurang baik serta merupakan pemborosan waktu dan tenaga. Apabila sesuatu keterampilan sudah dikuasai, maka keterampilan lain dapat dipelajari tanpa menimbulkan kebingungan.

Selanjutnya Decaprio (2013: 22) menjelaskan bahwa secara garis besar, pembelajaran motorik di sekolah mengacu pada empat konsep utama, yaitu:

1. Pelajaran motorik di sekolah adalah suatu proses bagi para siswa untuk memperoleh kemampuan dalam berbagai keterampilan. Tidak semua siswa dapat melakukan suatu gerakan atau keterampilan secara sempurna, kecuali dilakukan dengan latihan dan pembelajaran.

2. Pelajaran motorik di sekolah dilakukan dengan pengalaman ataupun praktik langsung oleh para siswa dengan bimbingan dan pengawasan guru. Pembelajaran motorik merupakan pembelajaran keahlian dalam hal terapan (keterampilan) yang hanya bisa diperoleh dengan cara praktik.

3. Untuk mengukur hasil pembelajaran motorik terhadap para siswa di sekolah, para guru tidak bisa mengukur secara langsung dalam waktu singkat. Oleh karena itu, pengukuran dapat dilakukan dengan melihat secara kasat mata terjadi atau tidaknya perubahan dan perkembangan yang signifikan dalam hal pembelajaran motorik.

(29)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran motorik untuk siswa pendidikan tingkat dasar adalah: (1) pembelajaran motorik dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan kesiapan belajar dari peserta didik, (2) pembelajaran motorik dilakukan dengan pengalaman ataupun praktik langsung oleh para siswa dengan bimbingan dan pengawasan guru, (3) pembelajaran motorik dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk melakukan praktik sebanyak mungkin dengan suasana yang menyenangkan, dan (4) pengukuran hasil belajar terhadap siswa dilakukan selama proses dan setelah proses.

3. Unsur-Unsur Pokok Pembelajaran Motorik

(30)

Selanjutnya Rahyubi (2012: 212) menjelaskan bahwa unsur kemampuan pada setiap individu bisa berfungsi baik jika bisa menghasilkan gerak yang efektif dan efisien. Untuk mencapai efisiensi gerak dalam pembelajaran motorik diperlukan beberapa unsur kemampuan yaitu; (a) unsur kemampuan fisik, (b) unsur kemampuan mental, dan unsur kemampuan emosional.

a. Unsur Kemampuan Fisik

Fisik merupakan salah satu faktor utama yang berfungsi untuk melakukan gerak. Agar siswa dapat melakukan gerakan yang efektif dan efisien, harus didukung oleh kemampuan fisik yang baik. Rahyubi (2012: 212) menyatakan bahwa beberapa unsur kemampuan fisik antara lain: kecepatan, ketahanan, kelincahan, fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi dan ketajaman indera.

(31)

Ketahanan (Endurance) merupakan unsur penting dalam pembelajaran motorik di sekolah. Pengertian ketahanan ditinjau dari kerja otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang berulang-ulang terhadap suatu beban submaksimal dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian ketahanan dari sistem energi adalah kemampuan kerja organ-organ tubuh dalam jangka waktu tertentu). Unsur ketahanan pada umumnya digunakan sebagai salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani (physical fitness) peserta didik.

Kelincahan (Agility) adalah kemampuan mengubah secara cepat dan tepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan dan gerak itu sendiri (Decaprio, 2013: 47). Kelincahan yang baik mampu mengubah posisi yang berbeda dengan cepat dan dengan koordinasi yang baik. Unsur kelincahan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi gerakan siswa dalam pembelajaran motorik di sekolah.

(32)

Fleksibilitas (Flexibility) merujuk pada rentang kemampuan persendian untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi (Bompa, 2000: 31). Meningkatkan fleksibilitas anak merupakan unsur penting dalam pembelajaran motorik, karena dengan fleksibilitas yang baik akan meningkatkan kemampuan anak untuk melakukan gerakan atau keterampilan dengan mudah dan membantu mencegah terjadinya cedera. Keleluasan gerak tubuh pada persendian sangat dipengaruhi oleh elastisitas otot, tendon, dan ligament sekitar sendi serta sendiri itu sendiri.

Koordinasi (Coodination) merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan Koordinasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu koordinasi umum dan koordinasi khusus. Koordinasi umum merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam menyesuaikan dan mengatur gerakan secara simultan pada saat melakukan suatu gerak. Sedangkan koordinasi khusus merupakan kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota badan secara simultan. Siswa yang koordinasi geraknya baik akan mampu mengendalikan gerak tubuhnya sesuai dengan kemauannya.

b. Unsur Kemampuan Mental

(33)

penggerak tubuh. Kemampuan mental diperlukan untuk mendukung terciptanya gerakan yang efektif dan efisien. Beberapa jenis kemampuan mental antara lain: (1) Kemampuan memahami gerak yang dilakukan, (2) kecepatan memahami stimulus, (3) kecepatan membuat keputusan, (4) kemampuan memahami mekanika gerak, dan kemampuan menilai gerak masa lalu (Rahyubi, 2012: 213).

c. Unsur Kemampuan Emosional

Kemampuan emosional merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya gerakan yang efektif dan efisien. Beberapa hal yang dapat digolongkan dalam kemampuan emosional antara lain: (1) kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan, dan (2) memiliki sifat positif terhadap prestasi geraknya (Rahyubi, 2012: 214).

Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa unsur-unsur kemampuan fisik yang ingin dikembangkan melalui pembelajaran motorik dalam penelitian ini adalah kecepatan, kelincahan, kelenturan, keseimbangan, power, daya tahan dan koordinasi.

4. Tahapan Pembelajaran Motorik

(34)

yang otomatis tersebut. Tahapan pembelajaran motorik di sekolah harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang terlibat. Richard (2005: 402) menyatakan bahwa dalam pembelajaran motorik, setidaknya ada tiga tahap yang harus dilewati dan dilakukan yaitu, (1) cognitive phase (2) associative phase, dan (3) autonomous phase. Selanjutnya Decaprio (2013: 81) menjelaskan bahwa tahapan pembelajaran motorik kepada para siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu: (a) tahapan pemahaman konsep gerak (cognitive stage), (b) tahapan gerak (motor stage), dan (c) tahapan otonomi (autonomous stage).

a. Tahapan Pemahaman Konsep Gerak (Cognitive stage)

(35)

Pada tahap ini guru Penjas setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus dilakukan adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaiman cara melakukan aktivitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentukmotor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapatkan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktekkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

b. Tahapan Gerak (Motor stage)

(36)

sebagai akibat otot yang berfungsi semakin relevan dengan tugas gerak, dan pelibatan pikiran ketika bergerak semakin berkurang pula (Rahyubi, 2012: 270).

Pada tahap ini ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian, yakni frekuensi pengulangan, intensitas dan tempo dalam melakukan gerak. Frekuensi pengulangan yang efektif dapat mengurangi tingkat gangguan dalam pembentukan pola gerak secara permanen. Bila keterampilan gerak terus dilakukan dengan pengulangan dan umpan balik yang efektif dapat mempercepat proses otomatisasi gerak. Namun secara fisiologis anak memiliki kemampuan yang terbatas dalam beradaptasi dengan intensitas kerja fisik tertentu. Anak membutuhkan waktu istirahat di antara dua atau lebih perlakuan kerja fisik. Waktu istirahat dibutuhkan anak untuk dapat mengembalikan kemampuannya. Aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dan rendah memiliki implikasi yang berbeda terhadap kemampuan anak untuk melakukan aktivitas dan waktu istirahat.

(37)

c. Tahapan Otonomi (Autonomous stage)

Tahapan berikutnya dalam pembelajaran motorik adalah tahapan otonomi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian proses pembelajaran motorik. Setelah melalui tahap-tahap sebelumnya, selanjutnya peserta didik diharapkan telah menguasai gerakan-gerakan dengan baik dan dapat melakukan gerakan secara otomatis, serta gerakannya tidak terpengaruh oleh aktivitas lain. Kondisi tersebut menunjukkan telah terjadi suatu proses koordinasi yang baik antara sistem saraf dan otot sehingga peserta didik dapat melakukan gerakan-gerakan secara otomatis.

Gerakan otomatis dapat terjadi karena terjadinya hubungan yang permanen antara reseptor dengan efektor. Gerakan otomatisasi dalam mekanismenya tidak lagi dikoordinasikan oleh sistem saraf pusat, melainkan pada jalur singkat pada sistem otonom. Semua gerakan yang dilakukan peserta didik berjalan dengan lancar tanpa perlu memikirkan lagi urutan gerakan yang harus dilakukan, namun kemajuan tetap dimungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat (Rahyubi, 2012: 274).

(38)

B. Definisi dan Pengertian Senam

1. Definisi Senam

Istilah senam berasaldari bahasa inggris “Gymnastic” dalam bahasa

aslinya merupakan kata serapan dari bahasa Yunani “Gymnos” yang

berarti telanjang, sedangkan tujuan dari senam adalah meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh (Mahendra, 2000: 7). Menurut Hidayat yang dikutip oleh Mahendra

(2002: 1) “kataGymnastictersebut dipakai untuk menunjukkan kegiatan

kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu

dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang”. Menurut Hidayat

yang dikutip oleh Mahendra (2002 : 2) “senam sebagai suatu latihan tubuh

yang dipilih dan dikonsrtuk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan

kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan

nilai-nilai mental spiritual”.

2. Pengertian Senam

Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur, sedangkan penulismengatakan, “Senam merupakan

latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara

keseluruhan dengan harmonis”. Sementara itu Peter H. Wener seperti yang

(39)

tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, koordinasi, serta kontrol tubuh.

Berdasarkan beberapa pendapat dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa senam merupakan latihan tubuh yang disusun secara sistematis dan berencana, yang diawali oleh gerakan dasar yang membangun pola gerak lokomotor sekaligus manipulatif dengan tujuan membentuk dan

mengembangkan pribadi secara harmonis.

C. Senam Lantai

Senam lantai merupakan bagian dari senam artistik, menurut Kurnia (2010: 110) ” senam denganistilah lantai, merupakan gerakan atau bentuk latihan yang dilakukan di atas lantai dengan beralaskan permadani atau sebangsanya sebagai alat yang dipergunakan.” Bentuk-bentuk latihan dalam senam lantai

(40)

D. Guling Lenting(Kip)

Menurut Kurniasari (2010 : 64) Guling lenting merupakan satu dari berbagai macam kip (roll kip, head kip, ground kip).Kipadalah bentuk gerakan yang pada hakekatnya “melemparkan” dan melentingkan titik berat badan setinggi -tingginya. Sebagaimana diketahui bahwa titik berat badan berada di pusar, Melakukan gerakankip, membutuhkan kekuatan oto perut yangexplosive, yang memungkinkan dapat melemparkan kedua kaki sekaligus sehingga seluruh badan terangkat ke atas.

Menurut Mahendra (2000: 44) adapun cara melakukan gerakan guling lenting sebagai berikut:

b. Sikap Awal

Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat dan kedua lengan diangkat lurus. Dengan membungkukan badan, letakan kedua lengan di lantai kira-kira satu langkah dari kaki. Kemudian, letakan tengkuk di antara kedua tangan sambil mengambil sikap guling depan.

c. Pelaksanaan

Ketika posisi untuk guling depan tercapai, segeralah pesenam mengguling ke depan. Saat badan sudah berada di atas kepala, kedua kaki segera di lecutkan ke depan lurus dibantu oleh kedua tangan mendorong badan dengan menekan lantai. Lecutan ini menyebabkan badan lenting ke depan. d. Sikap Akhir

Ketika layangan selesai, kedua kaki segera mendarat. Badan tetap

(41)

Gambar 2.1. Gerakan Guling Lenting (Sumber : Mahendra. 2000 : 45)

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Motorik

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran motorik, antara lain faktor individu, lingkungan, peralatan atau fasilitas , dan pengajar (Rahyubi, 2012: 209). Faktor individu berkaitan dengan potensi, bakat, kemampuan, dan kemauan seorang peserta didik. Faktor lingkungan berkaitan dengan kondisi kondusif atau tidaknya tempat dan lingkungan dimana peserta didik melakukan proses pembelajaran motorik. Faktor peralatan dan fasilitas menyangkut tersedianya alat atau sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran motorik. Faktor pengajar adalah sejauh mana seorang pengajar mampu memandu dan menciptakan suasana pembelajaran sehingga proses pembelajaran motorik bisa berjalan dengan baik dan sukses.

(42)

E. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran. Sadiman, dkk (2006:6) menjelaskan bahwa kata media berasal dari bahasa latin medium yang berarti perantara atau penghantar. Jadi Media pembelajaran adalah sesuatu yang dipakai untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, motivasi dan perhatian siswa sehingga terjadi proses pembelajaran.

Media juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan penyampaian pesan dan informasi yang disampaikan tenaga pendidik, baik itu bisa memberikan dan meningkatkan perhatian siswa,maupun meningkatkan kualitas pada proses pembelajaran. Selain itu media pembelajaran juga digunakan siswa sebagai sarana untuk belajar mandiri, atau bersama dengan siswa yang lainnya sebagai bentuk variasi dalam proses pembelajaran.

Media pembelajaran sendiri adalah salah satu komponen dari sumber belajar yang mengandung materi berupa instruksional yang dapat merangsang siswa untuk belajar. AECT (Assosiation for Education Comunication and

Technology) dalam Sadiman, dkk (2006 :19) menjelaskan bahwa:

(43)

rangkai, program radio, komputer dan seterusnya)masing-masing dengan ciri-ciri dan kemampuanya sendiri”.

Media pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional baik itu berupa orang, pesan,latar,peralatan,teknik. Sehingga fungsi media pembelajaran yang paling utama adalah sebagai alat bantu dalam proses mengajar yang turut mempengaruhi dalam kondisi dan lingkungan belajar yang diimplementasikan oleh guru .

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Jadi penggunaan media pembelajaran pada bagian orientasi pencapaian dari proses pembelajaran sangat membantu keefektifan pembelajaran dan

penyampaian isi dari pesan pembelajaran. Menurut Sadiman, dkk (2006) media mempunyai kegunaan:

a. Dapat memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalis

b. Bisa mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya tangkap c. Menimbulkan semangat belajar, hubungan langsung antara murid dengan

sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.

(44)

Kemampuan dan karakteristik masing-masing media perlu diperhatikan oleh seorang guru agar mereka dapat memilih media mana yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Sebagai contoh media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal(bahasa asing). Untuk pengajaran bahasa asing media ini tepat karena, bila tanpa media sering terjadi ketidaktepatan

pengucapan,pengulangan dan sebagainya.Pembuatan media kaset audio ini termasuk hal yang mudah,cukup dengan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya menggunakan alat yang sama juga.

Untuk itu perlu dicermati daftar kelompok media instruksional menurut Arsyad (2002) adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Kelompok Media Instruksional No Kelompok Media Media Instruksionl

1. Audio pita audio (rol atau kaset)

piringan audio

radio (rekaman siaran)

2. Cetak buku teks terprogram

buku pegangan/manual buku tugas

buku lembar kerja

3. Audio-Cetak buku latihan dilengkapi kaset gambar/poster (dilengkapi audio) 4. Proyek Visual Diam film bingkai (slide)

film rangkai (berisi pesan verbal) 5. Proyek Visual Diam dengan

Audio

film bingkai (slide) suara film rangkai suara

6. Visual Gerak film bisu dengan judul (caption) 7 Visual Gerak dengan Audio film suara

video/vcd/dvd

8 Benda benda nyata

(45)

9 Komputer media berbasis computer

CAI (Computer Assisted Instructional) CMI (Computer Managed

Instructional)

F. Multimedia

Multimedia adalah kumpulan dari beberapa media.

Multimedia merupakan kombinasi dari audio, data text, animasi, gambar, video, dan interaksi dalam menyajikan informasi. Jadi multimedia

merupakan penyatuan dua atau lebih media komunikasi seperti teks, grafik, animasi, audio dan video dengan ciri-ciri interaktif komputer untuk

menghasilkan satu tampilan yang menarik.

Menurut Arsyad (2002: 2) multimedia terdiri dari beberapa unsur diantaranya teks, grafik, audio,video, dan animasi.

a. Teks

Teks adalah kombinasi huruf yang membentuk satu kalimat

yangmenerangkan atau membicarakan sesuatu topik dan topik ini dikenal sebagaiinformasi berteks. Teks merupakan asas utama di dalam

menyampaikaninformasi. b. Grafik

(46)

c. Audio

Audio didefinisikan sebagai semua jenis bunyi dalam bentuk digital sepertisuara, musik, narasi dan sebagainya yang bisa didengar. Suara latar atau kesanaudio dapat membantu di dalam penampilan atau penyampaian data. Audiojuga meningkatkan daya tarik dalam suatu tampilan.

d. Video

Video adalah media yang dapat menunjukkan benda nyata. Video menyediakan satu kaedah penyaluran informasi yang amat menarik dan live.Video merupakan sumber atau media yang paling dinamik serta efektif dalammenyampaikan sesuatu informasi. Video sebagai satu sumber

penyimpananinformasi dan sumber acuan yang efektif. e. Animasi

Animasi merupakan satu teknologi yang membolehkan gambar bergerak kelihatan seolah-olah hidup, dapat bergerak, beraksi dan berbicara. Animasi berarti gerakan image atau video, seperti gerakan orang yang sedang melakukan suatu kegiatan, dan lain-lain.Informasi yang disajikan melalui multimedia ini berbentuk dokumenyang hidup, dapat dilihat dilayar monitor, atau ketika diproyeksikan ke layar lebarmelalui overhead projector, dan dapat didengar suaranya, dilihat gerakannya(video atau

animasi).

(47)

Multimedia terdiri dua kategori, yaitunonlinear(interaktif) danmovie

linear.Movie non lineardapat berinteraksi dengan aplikasi dari web yang lain melalui tombol navigasi, pengisian form. Desainer web membuatmovie non lineardengan membuat tombol navigasi, animasi logo,animasi bentuk, dengan sinkronisasi suara. Untukmovie linearpada prinsipnya sama dengan movie non linear, tetapi dalam movie ini tidak ada

penggabungan-penggabungan seperti padamovie non linearhanya animasi-animasi biasa.Definisi sistem multimedia dari terjemahan adalah sistem yang

pengolahannya dilakukan oleh komputer, ,manipulasi, perwakilan, integrasi, penyimpanan dan komunikasi bagi data yang dikodekan melalui media analog (time-dependent) menjadi media digital (time-independent).

Umumnya terdapat empat ciri utama sistem multimedia yaitu : system multimedia berbasis komputer, unsur-unsur multimedia diintegrasikan, data yangdisampaikan adalah secara digital, antarmuka kepada pengguna adalah interaktif.

Pengertian multimedia interaktif adalah mengintegrasikan teks,gambar, suara, video ke dalam sistem penyajian informasi yang saling-taut(interlinked) dan menyediakan sarana interaksi antara sajian informasi dengandan

penggunanya melalui antarmuka-pengguna (user interface).

(48)

dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu. Dengan demikian fungsi multimedia interaktif menyajikan bentuk multimedia yang bersifat interaktif dan menarik.Multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media. Arti

multimedia yang umumnya dikenal dewasa ini adalah berbagai macam kombinasi grafis, teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran. Konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan pengendali seluruh peralatan itu. Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas. Multimedia berbasis komputer ini sangat menjanjikan untuk penggunannya dalam bidang pendidikan.

(49)

Computer Assisted Instruction (CAI) dan Computer Managed Instruction (CMI).

Penggunaan komputer dalam pendidikan tentu menuntut pendidikan guru yang mempunyai kompetensi mengajar dengan alat teknologi pendidikan modern.

G. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan merupakan penelitian terdahulu yang bidang

kajiannya menyentuh beberapa poin dari penelitian yang akan dikembangkan peneliti. Penelitian yang relevan bertujuan untuk menghindari kajian

penelitian yang sama agar tidak terjadi pelagiat. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

1. Jumesam(2010) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran MotorikUntuk Anak SD”(Tesis Pascasarjana UNY Prodi Ilmu

Keolahragaan). Metode penelitian yang dipergunakan adalahresearch and development. Pada penelitian tersebut diperoleh langkah-langkah

pembelajaran dengan cara bermain yang terdiri atasmotivation, ask, hypothesis, investigate, create, disscus dan reflect.Pada permainan

penanda terjadi respon yang positif anak terhadap pembelajaran Penjaskes. Relevansi penelitian tersebut adalah sama-sama mengembangkan model pembelajaran motorik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Dwi Andriyani (2011) dengan judul

(50)

kanak-kanak” (Tesis Pascasarjana UNY Prodi Ilmu Keolahragaan).

Metode penelitian yang dipergunakan adalahresearch and development. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Nuridin Widya Pranoto (2014) dengan

judul“pengembangan model pembelajaran motorik kasar siswa taman kanak-kanak kelompok a” (Tesis Pascasarjana UNY Prodi Ilmu

Keolahragaan). Metode penelitian yang dipergunakan adalahresearch and development.

H. Kerangka Berpikir

Dalam menyelesaikan suatu masalah harus melihat dari berbagai sudut pandang. Peninjauan dari berbagai sudut pandang dilakukan dari hal-hal terkecil sampai hal-hal yang besar. Peninjauan berfungsi untuk memahami konsep permasalahan dan menyelesaikan masalah dengan baik. Untuk memudahkan melihat permasalahan diperlukan suatu kerangka pikir yang jelas. Dengan kerangka pikir yang jelas dapat diketahui gambaran-gambaran permasalahan dan konsep penanganan masalah.

Media pembelajaran audio-visual dapat menambah motivasi siswa dalam mempraktikan gerakan guling lenting Analisis kebutuhan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa siswa membutuhkan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan mempelajari materi gerakan guling lenting melalui media

(51)

fase konfirmasi memungkinkan siswa untuk mempelajari kembali materi, lalu dengan tambahan mengenai materi yang dipelajari akan membantu siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

Kemudian, media pembelajaran ini memungkinkan untuk memotivasi siswa upaya melakukan gerakan guling lenting. Media pembelajaran juga haruslah mudah digunakan pengguna. Selain itu, media pembelajaran gerak dasar guling lenting harus menarik agar siswa tidak bosan dalam proses pembelajaran .

Berdasarkan asumsi tersebut maka tergambarlah kerangka pikir, adapun gambaran kerangka pikir pengembangan media pembelajaran gerak dasar guling lenting adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2Kerangka Berpikir Masalah

Diperlukanya media pembelajaran gerak dasar guling lenting pada siswa

SMP

Pendekatan

Media Pembelajaran gerak dasar gulin lenting berupa audio-visual

Uji satu-satu, kelompok kecil dan kelompok besar

SMP IT Permata Bunda Labuhan Ratu Bandar Lampung

Analisis Data

Hasil

Media pembelajaran gerak dasar guling lenting diduga akan mendapat respon

(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan “research and

development”atau penelitian pengembangan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatanresearch and developmentmenurut Borg dan Gall (1983: 775) yang mencakup sepuluh langkah, yaitu:

1. Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)

Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi literatur, dan penelitian skala kecil.

2. Merencanakan Penelitian (Planning)

Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.

3. Pengembangan Desain (Develop Preliminary from of Product)

Langkah ini meliputi penentuan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik), penentuan sarana dan prasarana penelitian yang

(53)

tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan, serta penentuan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.

4. Uji Produk Terbatas (Preliminary Field Testing)

Langkah ini dimulai dengan uji lapangan awal terhadap desain produk yang bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat, kemudian uji lapangan awal yang dilakukan secara berulang sehingga diperoleh desain yang layak, baik substansi maupun metodologi. 5. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision)

Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.

6. Uji Produk Secara Luas (Main Field Testing)

Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi 1) melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model pengulangan; 3) Hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.

(54)

kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

8. Uji Kelayakan (Operational Field Testing)

Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1)

melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; 3) hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.

9. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision) Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang

dikembangkan.Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang

dapat diandalkan.

10. Desiminasi dan Implementasi Produk

(55)

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada prosedur pengembangan produk menurut Suyanto (2009). Langkah-langkah yang disusun dalam penelitian ini mengadaptasi dan memodifikasi langkah-langkah pendekatanresearch and developmentyang dikembangkan oleh Borg dan Gall. Peneliti selalu meletakkan langkah revisi setelah tindakan uji dilakukan. Uji yang dilakukan pun bertahap sesuai dengan komponen yang akan diuji secara spesifik sehingga revisi lebih terarah sesuai dengan komponen yang diujikan.

Prosedur penelitian ini meliputi tujuh langkah, yatiu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4)Pengembangan produk, (5) Uji Para ahli: Uji spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk,

(56)

Gambar 3.1 : Diagram Prosedur Penelitian yang akan dilakukan Langkah VII : Produksi

Langkah VI : Uji Lapangan Uji Kemenarikan Produk(PrototipeIV)

Langkah I

Analisis Kebutuhan Pengembangan Langkah II

Identifikasi Sumber Daya Langkah V : Uji Para Ahli

Langkah III

Identifikasi Spesifikasi Produk Langkah IV : Pengembangan Produk

(PrototipeI)

Uji Kualitas (Prototipe III)

(57)

1. Analisis Kebutuhan Pengembangan

Analisis kebutuhan pengembangan dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukan adanya media pembelajaran di sekolah. Analisis kebutuhan pengembangan ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu analisis materi, analisis kurikulum, dan analisis kebutuhan. Analisis materi dilakukan dengan menganalisis materi senam lantai. Berdasarkan analisis ini, materi senam lantai yang dianggap perlu untuk dibelajarkan secara efektif menggunakan media adalah materi gerak dasar guling lenting.

Sedangkan untuk analisis kubutuhan dilakukan dengan cara pengamatan, pemberian angket, dan wawancara kepada beberapa guru SMP. Dari hasil pengamatan, disimpulkan bahwa gerak dasar guling lenting tidak diajarkan dengan baik kepada siswa kelas VIII. Hal ini diperkuat dari hasil analisis angket dan wawancara yang dilakukan (instrumen dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3).

(58)

2. Identifikasi Sumberdaya

Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik SDM guru maupun sumber daya sekolah seperti ketersediaan laboratorium komputer dan LCDProyektor. Atas dasar potensi sumber daya yang dimiliki, maka peneliti akan mendesain media pembelajaran gerak dasar guling lenting dalam bentuk audio-visual. Spesifikasi tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi berdasarkan analisis kebutuhan.

3. Identifikasi Spesifikasi Produk

Dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah, pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. penentuan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan

b. mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.

c. menentukan buku-buku Senam lantai yang akan dijadikan rujukan materi penunjang.

(59)

4. Pengembangan Produk

Untuk melakukan pengembangan produk, terlebih dahulu peneliti

menyusun naskah/desain materi yang akan dimuat dalam media. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun naskah/desain materi adalah sebagai berikut:

a) membuat naskah materi.

b) membuat gambaran kompetensi, c) menampilkan pemanasan,

d) menampilkan model permainan ,

e) menampilkan gerakan guling lenting (Kip) secara berulang-ulang, f) menampilkan analisis gerakan guling lenting.

g) menampilkan berbagai gerakan guling lenting. h) Kesimpulan

Berdasarkan naskah/desain materi yang dirancang demikian, diharapkan pesan yang akan disajikan dapat tersusun sebaik mungkin, mudah dioperasikan dan dimengerti oleh pengguna. Ini merupakan bagian dari penilaian yang menentukan baik tidaknya multimedia sehingga layak digunakan.

5. Uji Internal

Dalam penelitian pengembangan, sebuah desain pembelajaran

(60)

spesifikasi dan uji kualitas produk, yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/ materi pembelajaran. Media pembelajaran yang telah diberi nama prototipe 1, dikenakan uji spesifikasi produk yang bertujuan untuk

mengevaluasi kesesuaian produk yang direncanakan dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah ditetapkan. Prosedur uji spesifikasi produk ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai prototipe 1 yang telah dibuat.

2. Menyusun instrumen uji spesifikasi berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3. Melaksanakan uji spesifikasi produk ini dilakukan oleh ahli desain pembelajaran.

4. Melakukan analisis terhadap hasil uji untuk mendapatkan perbaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum.

5. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil uji spesifikasi produk.

6. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada ahli desain pembelajaran.

Setelah melalui uji spesifikasi akan dihasilkan prototipe II. Prototipe II ini kemudian dikenakan uji kualitas produk dengan berpedoman instrumen uji yang telah ditetapkan. Uji kualitas produk ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

(61)

2) Menyusun instrumen uji kualitas produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3) Melaksanakan uji kualitas produk yang dilakukan oleh ahli isi/ materi, dalam hal ini dilakukan oleh Magister Pendidikan olahraga.

4) Melakukan analisis terhadap hasil uji kualitas produk untuk memperoleh perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.

5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji kualitas produk.

6) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada ahli isi/ materi dan ahli desain media pembelajaran.

Setelah dilakukan uji kualitas produk, maka prototipe II akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli isi/ materi dan akan diperoleh prototipe III.

6. Uji Eksternal

Hasil prototipe III akan dikenakan uji ekternal atau lapangan yaitu uji kemanfaatan produk oleh pengguna. Pada uji ini produk diberikan kepada siswa SMP IT Permata Bunda sebagai sampel untuk digunakan sebagai sumber belajar sekaligus media belajar. Uji lapangan merupakan uji coba kemanfaatan produk oleh pengguna, yaitu: kemenarikan produk yang telah dibuat. Selain itu, uji coba ini juga bertujuan untuk memperoleh data di lapangan guna perbaikan produk.

(62)

siswa, dan uji lapangan dikenakan kepada satu kelas . Dari hasil uji

Lapangan ini akan diperoleh saran terkait manfaat produk yang dihasilkan. Berdasarkan saran tersebut, oleh peneliti akan dilakukan perbaikan

sehingga dihasilkan prototipe IV yang merupakan produk akhir penelitian pengembangan ini.

7. Produksi

Tahap produksi dilakukan setelah perbaikan dari hasil uji lapangan. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP IT Permata Bunda Bandar Lampung 2014/2015 yang berjumlah 50 siswa, terdiri atas 30 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

a. Pada tahap uji coba satu lawan satu dilaksanakan dengan melibatkan 8 orang siswa yang diajar 1 orang guru

b. Pada tahap uji coba kelompok kecil dilaksanakan dengan melibatkan siswa sebanyak 20 orang yang diajar oleh 1 orang guru.

c. Pada tahap uji coba kelompok besar dilaksanakan dengan melibatkan seluruh siswa kelas VIII SMP IT Permata Bunda bandar Lampung

(63)

D. Variabel penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian.

(Variabel dalam penelitian ini menggunakan 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gerak dasar guling lenting pada senam lantai.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

a. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen adalah alat ukur yang dipergunakan untuk memperoleh data penelitian. Pemilihan jenis instrumen tidak boleh sembarang dilakukan, sebab instrumen menentukan hasil dari penelitian yang dilaksanakan. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian pengembangan media pembelajaran gerak dasar guling lenting untuk siswa SMP IT Permata Bunda berupa pedoman wawancara dan angket observasi media, angket keefektifan media. Instrumen yang dipergunakan dibuat untuk menilai apakah produk yang telah dikembangkan baik dari aspek isi, tampilan dan aspek manfaat layak dipergunakan.

(64)

dipergunakan untuk menggali informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui permasalahan sehingga ditemukan solusi yang tepat.

wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Pedoman wawancara yang dibuat pada penelitian ini dipergunakan sebagai panduan wawancara dengan guru SMP sehingga pertanyan yang dilontarkan tidak menyimpang dari tujuan. Butir-butir pedoman wawancara merupakan pegangan agar data yang dikumpulkan agar pertanyaan yang ditanyakan tidak

menyimpang dari masalah yang ingin digali.

Format wawancara pada penelitian ini adalah bebas terpimpin. Format bebas terpimpin dipilih karena dirasa paling tepat sehingga saat

pewawancara melakukan pertanyaan, materi yang digali dapat dikembangkan sesuai arah jawaban dari narasumber dan penggalian informasi tidak kaku. Dalam pengembangan pertanyaan pewawancara tetap berpatokan dengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Berikut ditampilkan pertanyaan-pertanyaan yang dipergunakan sebagai pedoman wawancara.

b. Teknik Pengumpulan Data

(65)

Bunda. Data kekurangan model pembelajaran dari ahli materi dan guru pelaku uji coba. Data masukan ahli materi dan guru pelaku uji coba. Data kuantitatif diperoleh dari penilaian ahli materi terhadap media. Penilaian ahli materi terhadap keefektifan media. Penilaian ahli materi terhadap guru pelaku ujicoba.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Analisis data berdasarkan instrumen uji para ahli dan uji lapangan dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen penilaian uji internal baik uji spesifikasi maupun uji kualitas produk oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran, memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “Ya” dan “Tidak”.

Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak”,

atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap media/prototipe yang sudah dibuat. Data kemenarikan dan keefektifan produk sebagai sumber belajar diperoleh dari siswa sebagai pengguna dan dilakukan melalui uji satu-satu dan uji kelompok. Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan

jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”,

“kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang

baik” dan “tidak baik”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda

(66)

pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban PILIHAN

Sangat Menarik Sangat Baik 4

Menarik Baik 3

Kurang Menarik Kurang Baik 2

Tidak Menarik Tidak Baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

= × 4

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan dan keefektifan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26-4.00 Sangat Baik

3 2,51-3,25 Baik

2 1,76-3,20 Kurang Baik

1 1,01-1,75 Tidak Baik

(67)

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dari bab hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa untuk meningkatkan gerak dasar guling lenting(Kip) dibutuhlkan media pembelajaran yang efektif dalam bentuk audio-visual berupacompact disk sehingga menjadi media bantu bagi guru penjaskes di SMP IT Permata Bunda Bandar Lampung dan juga dapat menjadi acuan media pembelajaran gerak dasar guling lenting pada materi senam lantai pada mata pelajaran penjaskes di Sekolah Menengah Pertama.

B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Kegiatan penelitian lanjutan berupa pengembangan media pembelajaran senam lantai untuk kompetensi dasar yang lain.

(68)

Andriyani, Dwi Fitria. 2011Model Permainan Aktivitas Jasmani yang Terintegrasi bagi siswa taman kanak-kanak”(Tesis). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Arsyad. 2002Media Pembelajaran, edisi 1. PT. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Bompa, Tudor, O. 2000. Total training four young champions. Champaign, Il:

Human Kinetics.

Borg W.R., & Gall M.D. 1983. Education research (4 ed.). New York: Longman Inc.

Decaprio, Richard. 2013.Aplikasi teori pembelajaran motorik di sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Jumesam. 2010Pengembangan Model PembelajaranMotorikUntuk Anak SD (Tesis). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Kurnia, Sari 2010Senam 1, Metro: STKIP Dharma Wacana Metro.

Magill, Richard A. 2007.Motor learning and control: Concepts and applications (8 ed.). New York: McGraw-Hill.

Mahendra, Agus. 2000Senam.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Margono, Agus. 2009Senam. Surakarta: UNS Press.

Metzler, Michael W. 2011. Instructional models for physical education (3 ed.). USA: Holcomb Hathaway, Publishers, Inc.

(69)

Rahyubi, Heri. 2012.Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik: Deskripsi dan tinjauan kritis.Bandung: Nusa Media.

Richard, Schmidt. 2005.Motor control and learning: A behavioral emphasis (4 ed.). Champaign, Il: Human Kinetics

Roji. 2007.Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMP Kelas VIII .Jakarta : Erlangga.

Rosdiani, Dini. 2012.Model pembelajaran langsung dalam pendidikan jasmani dan kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Rusman. 2011.Model-model pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali pers

Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 1990.Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. CV. Rajawali. Jakarta

Sadiman, A.S. Raharjo,R., Haryono Anung & Rahardjito. 2006.Pengertian Media pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Pustekom dan Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2011.Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Subagio, Wega Sapto. 2014.Kontribusi Kekuatan Otot Lengan, Power Otot

Tungkai, Keseimbangan dan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Terhadap Keterampilan Dasar Meroda Pada Siswa Kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung. Sukamti, Endang Rini. 2011. Perkembangan motorik. Yogyakarta: FIK

Universitas Negeri Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2.1. Gerakan Guling Lenting
gambar/poster (dilengkapi audio)
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 : Diagram Prosedur Penelitian yang akan dilakukan
+2

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran Fisika pada pokok bahasan Gerak Lurus untuk siswa SMP kelas VII secara umum sudah baik dan dapat meningkatkan minat baca siswa, sesuai kelayakan aspek materi

4.12 Aktivitas Siswa Pada Proses Pelaksanaan Pembelajaran Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Guling Perut Siklus III .... 16 Gambaran aktivitas siswa siklus I, II

Penelitian ini memiliki lima tujuan, yaitu un- tuk mengetahui (1) perbedaan keterampilan gerak dasar siswa antara kelompok siswa yang diberi per- lakuan strategi

Hasil tes gerak manipulatif yang dominan kriteria cukup baik (belum baik) di karenakan aktivitas gerak menggunakan alat yang dilakukan siswa masih kurang. Hal

Pengembangan multimedia komputer pada pokok bahasan gerak lurus ini dilaksanakan dengan metode 4D dan pelaksanaan uji cobanya dilaksanakan di kelas VII salah satu SMP Negeri di

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan permainan manipulatif berbasis animasi untuk meningkatkan gerak dasar pada siswa sekolah dasar yang dasar dari penelitian

Penelitian yang dilakukan Putro & Lumintuarso 2013 menunjukkan bahwa media pembelajaran teknik dasar bolavoli untuk siswa Sekolah Menengah Pertama efektif meningkatkan pengetahuan siswa

HASIL Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh di lapangan, maka dalam bab ini diberikan gambaran dan analisis data temuan yang berkaitan dengan