PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD BERDASARKAN PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2012)
Oleh
Dara Inda Soraya
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
DETECTING FINANCIAL STATEMENT FRAUD BASED THE EFFECTIVENESS OF THE FRAUD TRIANGLE IN MANUFACTURING
COMPANIES
By
DARA INDA SORAYA
This study aims to detect financial statement fraud based on the analysis of fraud triangle. According to Cressey theory, there are three conditions that are always present in the acts of fraud that pressure, opportunity, and rationalization known as the fraud triangle. Based on the theory of Cressey’s fraud triangle, researchers developed a variable that can be used in detecting fraud, ie inneffective monitoring , external pressure, financial stability, financial targets and personal financial need.
The population in this study are all companies listed in 2010-2012 in Indonesia Stock Exchange ( IDX ). Companies that were sampled 12 companies and the number of observations made during the years 2010-2012 was 36 observation items. Data were analyzed using logistic regression analysis with SPSS 17.0 software.
Statistical tests showed that the variables empirically innefective monitoring , external pressure, financial targets, and personal financial need on the financial statements fraud and financial stability has no effect on financial statement fraud.
ABSTRAK
PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD BERDASARKAN PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2012
Oleh
DARA INDA SORAYA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan berdasarkan analisis fraud triangle. Menurut teori Cressey, terdapat tiga kondisi yang selalu hadir dalam tindakan fraud yaitu pressure, opportunity, dan rationalization yang disebut sebagai fraud triangle. Berdasarkan teori fraud triangle Cressey, peneliti mengembangkan variabel yang dapat digunakan dalam mendeteksi fraud, yaitu inneffective monitoring, external pressure, financial stability, financial targets dan personal financial need.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang diambil sebagai sampel 12 perusahaan dan jumlah observasi yang dilakukan selama tahun 2010-2012 adalah 36 item observasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan software SPSS 17.0.
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa secara empiris variabel innefective monitoring, external pressure, financial target, dan personal financial need berpengaruh terhadap financial statement fraud dan financial stability tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Batasan Masalah ... 7
1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 7
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 8
1.4.2.1 Manfaat Teoretis ... 8
1.4.2.2 Manfaat Praktis ... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi ... 10
2.2 Laporan Keuangan ... 10
2.2.2 Isi Laporan Keuangan ... 11
2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan ... 13
2.2.4 Pemakai Laporan Keuangan ... 15
2.3 Fraud ... 20
2.3.1 Jenis-Jenis Fraud ... 21
2.3.2 Fraud Triangle Teory ... 23
2.3.3 Tipe Financial Statement Fraud ... 24
2.5 Model Penelitian ... 28
2.6 Hipotesis Penelitian ... 29
2 .6.1 Pengaruh Innefective Monitoring Terhadap Financial Statement Fraud ... 29
2.6.2 Pengaruh Pengukuran External Pressure Terhadap Financial Statement Fraud ... 30
2.6.3 Pengaruh Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud ... 31
2.6.4 Pengaruh Financial Targets Terhadap Financial Statement Fraud ... 32
2.6.5 Pengaruh Personal Financial Terhadap Financial Statement Fraud ... 32
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Sumber Data ... 34
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 36
3.3.1 Variabel Dependen ... 36
3.3.2 Variabel Independen ... 36
3.4. Metode Analisis Data ... 39
3.4.1 Statistik Deskriptif ... 39
3.4.2 Analisi Regresi Logistik ... 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil penelitian ... 43
4.1.1 Data dan Sampel ... 43
iii
4.2. Pengujian Kelayakan Model ... 46
4.2.1 Uji Hosmer dan Lemeshow ... 46
4.2.2 Model Tabulasi Silang ... 47
4.2.3 Pengujian Keseluruhan Model ... 48
4.3. Pengujian Hipotesis ... 50
4.4. Uji Hipotesis ... 51
4.4.1 Hasil Uji Hipotesis 1 ... 52
4.4.2 Hasil Uji Hipotesis 2 ... 53
4.4.3 Hasil Uji Hipotesis 3 ... 54
4.4.4 Hasil Uji Hipotesis 4 ... 55
4.4.5 Hasil Uji Hipotesis 5 ... 56
4.5. Hasil Penelitian ... 57
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 58
5.2. Keterbatasan Penelitian dan Saran ... 59
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.4 : Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 26
Tabel 4.1.2 : Statistik Deskriptif ... 45
Tabel 4.2.2 : Model Tabulasi Silang ... 47
Tabel 4.2.3 : Pengujian Keseluruhan Model ... 48
Tabel 4.3 : Uji Logistik ... 50
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Emiten Sampel Penelitian
Lampiran 2 : Proksi variabel innefective monitoring, external pressure, financial Stability, financial targets, personal financial need
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai
dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat,
pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan
juga mengubah cara berbisnisnya. Perkembangan kondisi lingkungan tersebut
turut serta mempengaruhi dunia usaha dan menciptakan persaingan yang semakin
ketat. Oleh sebab itu, untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat,
perusahaan diharapkan dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi
tentang perusahaannya. Sehingga akan lebih membantu para pengambil keputusan
dalam mengantisipasi kondisi yang berubah-ubah seiring dengan perkembangan
yang ada.
Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan
manfaatnya sebagai salah satu sarana untuk mengambil keputusan.
Mengkomunikasikan informasi yang timbul akibat transaksi-transaksi
(pertukaran) perusahaan dengan entitas ekonomi lainnya merupakan salah satu
tujuan dari akuntansi. Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi
yang dirancang untuk memberikan informasi kepada calon investor, calon
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2009) laporan keuangan dan laporan tahunan
perusahaan merupakan salah satu informasi yang secara formal wajib
dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap
pengelolaan sumber daya pemilik, serta sebagai jendela informasi yang
memungkinkan pihak-pihak di luar manajemen mendapatkan informasi tentang
perusahaan. Bagi pihak-pihak di luar manajemen suatu perusahaan, laporan
keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk
mengetahui kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Meskipun
memiliki keterbatasan, penggunaan laporan keuangan untuk berbagai
kepentingan, baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan selama ini
tetap diperlukan.
Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan. Pelaporan keuangan
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Tujuan umum laporan keuangan adalah
menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat untuk membantu pengambilan
keputusan ekonomi (Ghozali dan Chariri, 2007). Dalam bisnis yang makin
kompetitif, informasi yang termuat dalam laporan tahunan juga sangat penting
dalam mengefisiensikan pengalokasian dana investasi untuk pemakaian yang
paling produktif (Ghozali dan Chairi, 2007). Oleh karena itu, para pelaku bisnis
harus dapat memberikan informasi yang akurat dan relevan serta terbebas dari
3
keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, tidak seluruh pelaku
bisnis menyadari pentingnya laporan keuangan yang bersih dan terbebas dari
kecurangan (Ema, 2009).
Pentingnya laporan keuangan dalam menunjukkan kinerja perusahaan, maka
banyak perusahaan yang berusaha untuk menyesatkan investor atau pemilik
perusahaan dengan memanfaatkan kurangnya informasi yang diterima investor.
Sebagai contoh di Indonesia dapat dikemukakan kasus yang terjadi pada PT
Kimia Farma Tbk. Berdasarkan indikasi oleh kementerian BUMN dan
pemeriksaan Bapepam (Bapepam,2002) ditemukakan adanya salah saji dalam
laporan keuangan yang mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang
merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Salah saji ini terjadi
dengan cara melebihsajikan penjualan dan persediaan pada 3 unit usaha, dan
menggelembungkan harga persediaan yang telah diotorisasi oleh direktur produksi
untuk menentukan nilai persediaan pada unit distribusi PT Kimia Farma per 31
Desember 2001 (Bapepam,2002).
Brennan dan McGrath (2007) juga menemukan bahwa lebih dari setengah pelaku
fraud adalah manajemen. Konsekuensi bila manajer melakukan financial statement fraud adalah manajer dapat kehilangan reputasi, pekerjaan, dan karirnya. Sedangkan konsekuensi bagi perusahaan adalah adanya ancaman
tindakan yang tidak menyenangkan dari karyawan, kesalahpahaman dari
pelanggan, tekanan dari investor, pemutusan hubungan dari rekan kerja
perusahaan, tuntutan hukum dari aparat, boikot dari aktivis, pandangan sinis dari
menghancurkan reputasi perusahaan (Brigham dan Houston, 2009).
Munawir (2008) menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir financial statement fraud telah meningkat secara substansial. Meningkatnya kecurangan pada laporan keuangan di satu sisi dapat memberikan keuntungan bagi para
pelaku bisnis karena mereka dapat melebih-lebihkan hasil usaha (overstated) dan kondisi keuangan mereka sehingga laporan keuangan mereka terlihat baik
dalam pandangan publik. Akan tetapi, meningkatnya kecurangan laporan juga
sangat merugikan publik yang sangat menggantungkan pengambilan keputusan
mereka berdasarkan laporan keuangan.
Pendeteksian terhadap financial statement fraud tidak selalu mendapatkan titik terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya metode
untuk melakukan financial statement fraud (Brennan dan McGrath, 2007).
Menurut Healy dan Palepu (2003) ada tiga alasan manajemen akan melakukan hal
tersebut, yaitu, manajer memiliki lebih banyak informasi tentang strategi dan
operasi bisnis yang dikelolanya, kepentingan manajer yang tidak selaras dengan
investor, dan tidak sempurnanya aturan akuntansi dan audit.
Menurut teori Cressey (dikutip oleh Skousen et al., 2009), terdapat tiga kondisi yang selalu hadir dalam tindakan fraud yaitu pressure, opportunity, dan
rationalization yang disebut sebagai fraud triangle. Ketiga kondisi tersebut merupakan faktor risiko munculnya kecurangan dalam berbagai situasi. Temuan
berbagai faktor risiko kecurangan oleh Cressey didasarkan pada serangkaian
5
mengembangkan variabel dan proksi untuk mengukurnya (Skousen et al., 2009). Variabel independen yang dapat digunakan dalam mendeteksi fraud antara lain: inneffective monitoring,external pressure, financial stability, financial targets dan personal financial need.
Penelitian terdahulu telah dilakukan di Indonesia untuk mendeteksi komponen
fraud triangle, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle, penelitian ini dilakukan terhadap 16 Perusahaan Manufaktur yang bergerak di sektor Makanan
dan minuman dengan periode penelitian 2007-2008 dengan 32 observasi item
laporan keuangan, alat analisis dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda
sebagai alat perhitungannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
variabel financial target yang diproksikan dengan Return On Asset berpengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian ini juga membuktikan bahwa variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total asset berpengaruh terhadap financial statement fraud, dan variabel innefective
monitoring yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen memiliki pengaruh terhadap financial statement fraud.
Peneliti ingin melakukan penelitian kembali tentang pengaruh komponen fraud triangle terhadap financial statement fraud. Penelitian yang akan dilakukan merupakan pembuktian dari penelitian yang dilakukan Kurniawati (2009).
tahun pengamatan menjadi 3 tahun penelitian yang dilakukan pada periode
terbaru dengan harapan hasil penelitian ini menjadi lebih aktual dibandingka n
dengan penelitian sebelumnya, dengan seluruh perusahaan manufaktur yang go public yang akan menjadi populasi penelitian ini, perbedaan selanjutnya adalah penulis menambahkan variabel personal financial need sebagai variabel yang diduga mempengaruhi kecurangan dalam laporan keuangan, alasan penulis
memilih financial statement fraud menjadi tema dalam penelitian ini karena financial statement fraud yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi skandal besar yang merugikan banyak pihak.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang
pengaruh komponen fraud triangle terhadap financial statement fraud dengan judul penelitian sebagai berikut “Pendeteksian Financial Statement Fraud Berdasarkan Perspektif Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012.”
1.2Rumusan Masalah
Pendeteksian terhadap financial statement fraud tidak selalu mendapatkan titik terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya metode
untuk melakukan financial statement fraud (Brennan dan McGrath, 2007).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Apakah innefektive monitoring berpengaruh terhadap financial statement fraud pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
7
3. Apakah financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah financial target berpengaruh terhadap ffinancial statement fraud pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
5. Apakah personal financial need berpengaruh terhadap financial statement fraud pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
1.3Batasan Masalah
Batasan masalah dilakukan agar penelitian dan pembahasannya lebih terarah,
sehingga hasilnya tidak bias dan sesuai dengan harapan peneliti. Adapun ruang
lingkup penelitianya adalah menguji pengaruh komponen fraud triangle terhadap financial statement fraud pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia Periode 2010-2012.
1.4Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dijelaskan
tujuan dari penelitian ini adalah: membuktikan secara empiris pengaruh
1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1 Manfaat Teoretis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan serta bukti empiris mengenai pengaruh penerapan fraud triangle terhadap financial statement fraud.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
3. wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai fraud triangle dan financial statement fraud.
1.4.2.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai financial statement fraud yang diterapkan oleh perusahaan.
2. Memberikan masukkan kepada para investor sehingga dapat dijadikan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Teori Agensi
Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam
perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam
kegiatan perusahaan. Teori ini muncul karena adanya hubungan antara prinsipal
dan agen. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas
kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan
hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di
dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa
kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Teori ini berusaha untuk menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya
dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif (Warsidi dan Pramuka, 2007).
Konfik kepentingan antara agen dan prinsipal mendorong timbulnya biaya
keagenan (agency cost). Biaya tersebut dapat berupa pertama, pengeluaran untuk mengawasi agen (monitoring expenditure), yaitu pengeluaran yang terkait dengan fungsi pemantauan terhadap agen. Bentuk pemantauan yang sering dilakukan
antara lain penyusunan laporan keuangan periodik untuk kepentingan pemilik
dalam menyatakan pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan. Kedua,
bonding expenditure, yaitu pengeluaran untuk menjamin bahwa agen akan bertindak sesuai dengan keinginan pemilik. Ketiga, residual loss, merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran prinsipal sebagai akibat
perbedaan praktek yang diambil oleh prinsipal dan praktek yang diambil agen.
(Warsidi dan Pramuka, 2007).
Ketidakjelasan informasi yang dihasilkan manajemen pada akhirnya akan
menyesatkan para pengguna laporan dalam proses pengambilan keputusan.
Semakin tingginya asimetri informasi antara manajer (agent) dengan pemilik (principal), mendorong tindakan manajemen laba oleh manajemen. Pada akhirnya, hal itu akan memicu semakin tingginya biaya keagenan (agency cost) dan menunjukkan adanya hubungan positif antara asimetri informasi dengan
manajemen laba (Warsidi dan Pramuka, 2007).
2.2Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya
ekonomi (aset) atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas
aktiva dan atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
11
informasi ini disajikan dengan benar, informasi tersebut sangat berguna bagi siapa
saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut.
Laporan keuangan terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba, dan laporan
perubahan posisis keuangan.
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para
pemilik perusahaan. Laporan keuangan yang pada umumnya disusun oleh
manajemen terdiri dari sebagai berikut.
1) Neraca
Laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu perusahan pada
tanggal tertentu.
2) Laporan Rugi Laba
Laporan yang menunjukan hasil usaha dan biaya-biaya selama satu
periode akuntansi.
3) Laporan Perubahan Modal
Laporan yang menunjukan sebab-sebab perubahan modal dari jumlah pada
awal periode menjadi jumlah modal pada akhir periode.
4) Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Laporan yang menunjukan arus dana (arus kas) dan perubahan dalam
posisi keuangan selama tahun buku.
2.2.2 Isi Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang penting
pasar perusahaan, kualitas manajemen dan yang lainnya. Ada tiga macam laporan
keuangan yang pokok dihasilkan yaitu neraca, laporan laba-rugi, dan laporan
aliran kas.
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada
waktu buku ditutup dan di tentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau
tahun kalender, sehingga neraca sering disebut Balance Aset. Neraca adalah laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal
tertentu. Neraca menampilkan sumberdaya ekonomis (aset), kewajiban ekonomis
(hutang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut, dengan demikian
neraca dapat meringkaskan posisi keuangan suatu perusaahaan pada tanggal
tertentu. Neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk menganalisis
likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional, dan
kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
2. Laporan Laba-Rugi
Laporan laba-rugi merupakan laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya,
rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Kegiatan
perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional, dan
aktivitas-aktivitas ini perlu dilaporkan dengan semestinya agar pembaca laporan
keuangan memperoleh informasi yang relevan. Ada beberapa elemen pokok
dalam laporan laba-rugi antara lain: pendapatan operasional, beban operasional,
13
3. Laporan Aliran Kas
Laporan arus kas digunakan untuk menganalisis dan memberikan informasi
mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu.
Laporan aliran kas bertujuan untuk memberikan informasi mengenai efek kas dari
kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu.
Tujuan utama dari analisis laporan kas adalah untuk menaksir kemapuan
perusahaan menghasilkan kas.
2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah salah satu sumber utama informasi keuangan
perusahaan yang penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement No. 4digolongkan sebagai berikut (Harahap, 2008). :
1. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi
keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan
sesuai dengan GAAP (Generally Accepted AccountingPrinciple). 2 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut.
a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi,
dan kewajiban perusahaan, dengan maksud sebagai berikut:
- untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.
- untuk menunjukan posisi keuangan dan investasinya.
- menunjukan kemampuan sumber-sumber kekayaan yang ada untuk
pertumbuhan perusahaan.
b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih
yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba, dengan maksud :
- memberikan tentang gambaran tentang deviden yang diharapkan
pemegang saham.
- mewujudkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada
kreditor, supplier, pegawai, pajak, mengumpulkan dana untuk perluasan
perusahaan.
- memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam
pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan.
- menunjukan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam
jangka panjang.
- Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir
potensi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
- Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta
dan kewajiban.
- Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai
laporan.
3. Tujuan Kualitatif
a. Relevance
Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai
15
b. Understandability
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga
harus informasi yang dimengerti para pemakainya.
c. Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat dipriksa oleh pihak lain yang akan
menghasilkan pendapat yang sama.
d. Neutrality
Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja.
e. Timeliness
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila
diserahkan pada saat yang tepat.
f. Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus
memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusaahan
lain.
g. Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang
layak dari para pemakai.
2.2.4 Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan
masyarakat karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para
membaca laporan keuangan dengan tepat, seseorang dapat melakukan tindakan
ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan
menghasilkan keuntungan baginya. Para pemakai laporan keuangan beserta
kegunaanya, antara lain.
1. Pemegang Saham
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset,
utang, modal, hasil, biaya dan laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan
dalam pengelolaan managemen yang diberikan amanah. Ia juga ingin
mengetahui jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan per saham,
jumlah laba yang ditahan. Juga mengetahui perkembangan perusahaan dari
waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis dan perusahaan lainnya.
Dari informasi ini pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia
akan mempertahankan sahamnya, menjual atau menambahnya. Semua
tergantung pada simpulan yang diambil dari informasi yang terdapat dalam
laporan keuangan atau informasi tambahan lainnya.
2. Investor
Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham. Bagi investor
potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuangan yang akan diperoleh
dari perusahaan yang dilaporkan.
3. Analis pasar modal
Analis pasar modal selalu melakukan baik analis tajam dan lengkap terhadap
17
disampaikan kepada langganannya berupa investor baik individual maupun
lembaga.
4. Manager
Manager ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya.
Seorang manager selalu diharapkan kepada seribu satu masalah yang
memerlukan keputusan cepat dan setiap saat. Untuk sampai pada keputusan
yang tepat, ia harus mengetahui selengkap-lengkapnya kondisi keuangan
perusahaan baik posisi semua pos neraca (aset, utang, modal), laba/rugi,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor dan sebagainya. Karena beragamnya informasi yang dibutuhkannya ini, laporan keuangan
yang disusun dengan norma akuntansi keuangan yang bersifat umum (general purpose) terasa sangat sedikit sehingga ia harus mengharapkan informasi yang didesain dari akuntansi mangemen.
5. Karyawan
Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan
apakah ia masih terus bekerja di perusahaan tersebut atau pindah. Ia juga perlu
mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan
yang diterimanya adil atau tidak. Ia juga ingin mengetahui jumlah modal yang
dimiliki karyawan jika memang ada seperti dalam perusahaan penerbitan di
Indonesia. Demikian juga tentang cadangan dana pensiun, asuransi kesehatan,
asuransi atau jaminan sosial, hak-hak karyawan dilindungi informasi seperti
6. Instansi Pajak
Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak baik Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Pembangunan, Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPn BM), Pajak Daerah, Retribusi, Pajak
Penghasilan (PPh). Perusahaan juga dikenakan pomotongan, perhitungan dan
pembayarannya. Semua kewajiban pajak ini mestinya akan tergambar dalam
laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak dapat menggunakan
laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak,
pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi dan juga untuk dasar
penindakan.
7. Kreditor
Sama dengan pemegang saham, investor, lender seperti bank, investment fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi
pinjaman. Bagi yang sudah diberikan laporan keuangan dapat menyajikan
informasi tentang penggunaan dana yang diberikan, kondisi keuangan seperti
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan. Bagi perusahaan calon debitor
laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk menilai kelayakan
perusahaan untuk menerima kredit yang akan diluncurkan.
8. Supplier
Supplier hampir sama dengan kreditor. Laporan keuangan bisa menjadi
informasi apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama
19
9. Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi
Pemerintah atau lembaga pengatur sangat membutuhkan laporan keuangan.
Pemerintah ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan
yang telah ditetapkan. Jika belum maka lembaga ini dapat memberikan
teguran atau sanksinya.
10.Langganan atau Lembaga Konsumen
Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan, konsumen sangat
diuntungkan. Ia berhak mendapat layanan memuaskan dengan harga
equilibrium, dalam kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan
praktik yang merugikan baik dari segi kualitas, kuantitas, harga dan lain
sebagainya.
11.Lembaga Swadaya Masyarakat
Untuk LSM tertentu bisa saja memerlukan laporan keuangan misalnya, LSM
yang bergerak melindungi konsumen, lingkungan, serikat kerja. LSM seperti
ini membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan
merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.
12.Peneliti atau Akademis atau Lembaga Peringkat
Bagi peneliti maupun akademis, laporan keuangan sangat penting sebagai data
primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan
dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan
dasar yang diolah untuk mengambil simpulan dari suatu hipotesis atau
2.3Fraud
Fraud telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh para praktisi dan akademisi (Nguyen, 2008). Berikut ini disajikan definisi fraud dari berbagai sudut pandang yang berbeda, Hani dan Mukhlasin (2008) mendefinisikan fraud sebagai
kecurangan terjadi ketika salah saji dibuat dalam suatu keadaan yang mengetahui
bahwa hal itu adalah suatu kepalsuan dan dilakukan dengan maksud untuk
melakukan kecurangan. Sedangkan menurut Statement of Auditing Standards No.99, fraud didefinisikan sebagai tindak kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit.
Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas, maka dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Menurut Binbangkum (n.d.) secara umum, unsur-unsur dari
kecurangan adalah:
1. harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation); 2. dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present); 3. fakta bersifat material (material fact);
4. dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan
21
2.3.1 Jenis-jenis Fraud
Menurut Albrecth (dikutip oleh Nguyen, 2008), fraud diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu:
1. occupational fraud, merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan, Jenis fraud ini dilakukan bawahan dengan melakukan kecurangan padaatasannya secara langsung maupun tidak langsung.
2. Management fraud, merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh
manajemen puncak kepada pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang
mengandalkan laporan keuangan. Jenis fraud ini dilakukan manajemen puncak dengan cara menyediakan penyajian yang keliru, biasanya pada
informasi keuangan.
3. Invesment scams, merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh
individu/perorangan kepada investor. Jenis fraud ini dilakukan individu dengan mengelabui atau menipu investor dengan cara menanamkan
uangnya dalam investasi yang salah.
4. Vendor fraud, merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh organisasi atau perorangan yang menjual barang atau jasa kepada organisasi atau
perusahaan yang menjual barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan organisasi dengan memasang harga terlalu tinggi untuk barang dan jasa
atau tidak adanya pengiriman barang meskipun pembayaran telah
dilakukan.
5. Customer fraud, merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh pelanggan kepada organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa. Jenis
memberikan kepada pelanggan yang tidak seharusnya atau menuduh
penjual memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dilihat bahwa fraud terdiri dari bermacam jenis dilihat dari pelaku, korban serta tindakan fraud yang dilakukan. Kerwin (dalam Nguyen, 2008), menyatakan bahwa financial statement fraud merupakan pemalsuan yang sengaja dilakukan oleh manajemen kepada investor dan kreditor
dengan menyesatkan informasi yang material pada laporan keuangan. Oleh sebab
itu, financial statement fraud termasuk bagian dari management fraud karena terjadi atas persetujuan atau sepengetahuan manajemen (Rezaee, 2002).
Definisi financial statement fraud menurut American Institute Certified Public Accountant (1998) adalah tindakan yang disengaja atau kelalaian yang berakibat pada salah saji material yang menyesatkan laporan keuangan. Selain itu, menurut
Australian Auditing Standards (AAS), financial statement fraud merupakan suatu kelalaian maupun penyalahsajian yang disengaja dalam jumlah tertentu atau
pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk menipu para pengguna laporan
keuangan (Brennan dan McGrath, 2007). Kedua sumber di atas mendefinisikan
financial statement fraud dengan sudut pandang yang sama.
Elliott and Willingham (dalam Hani, Clearly dan Mukhlasin, 2008),
mendefinisikan financial statement fraud dari sudut pandang yang berbeda.
Menurutnya, financial statement fraud merupakan suatu management fraud yaitu,
“the deliberate fraud committed by management that injures investors and
23
fraud dan financial statement fraud sering digunakan secara bergantian, namun secara umum fraud adalah tindakan yang disengaja untuk merugikan pihak lain.
Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan
turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak.
Selain investor dan kreditor, auditor adalah salah satu korban financial statement fraud karena mereka mungkin menderita kerugian keuangan dan/atau kehilangan reputasi (Rezaee, 2002).
2.3.2 Fraud Triangle Theory
Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan oleh Donald R.
ressey (1953) yang dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan. Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud (Skousen et al., 2009):
1. Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan
non keuangan, tekanan dalam penelitian ini diproksikan oleh external pressure, personal financial need dan financial target.
2. Opportunity (Peluang), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Peluang dalam penelitian ini
diproksikan oleh ineffective monitoring
3. Rationalization (Rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter, atau
serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk
lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi
tindakan fraud. Rasionalisasi dalam penelitian ini diproksikan oleh financial stability.
Ketiga hal di tersebut digambarkan dalam gambar berikut ini:
Gambar 1. Fraud Triangle
Sumber : Fraud Triangle Theory oleh Skousen et al., 2009 2.3.3 Tipe Financial Statement Fraud
Menurut SAS No.99, terdapat dua jenis kesengajaan penyalahsajian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dan pertimbangan auditor atas terjadinya
fraud, yaitu:
1. Fraudulent financial reporting. Didefinisikan sebagai salah saji yang disengaja atau kelalaian dalam jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan yang didesain untuk merugikan pengguna laporan keuangan.
2. Misappropriation of assets. Penyalahgunaan aset dapat dilakukan dalam beberapa cara (termasuk menggelapkan penerimaan, mencuri asset atau
menyebabkan organisasi membayar untuk barang dan jasa yang tidak
diterima). Kwok (dikutip oleh Nguyen, 2008) menyatakan bahwa
25
menyembunyikan fakta bahwa aset yang hilang, tidak langsung
menyebabkan penyimpangan akuntansi dalam laporan keuangan.
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Listiana Norbarani (2012) melakukan penelitian terhadap perusahaan
manufaktur yang listing di BEI tahun 2009-2010, dengan judul “Pendeteksian
kecurangan laporan Keuangan dengan analisis fraud Triangle yang diadopsi dalam SAS No.99 “.Variabel bebas yang diduga sebagai indicator financial statement fraud adalah financial stability yang diukur menggunakan rasio perubahan total asset, external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas, personal financial need yang diproksikan dengan rasio kepemilikan saham oleh orang dalam, financial target yang diproksikan dengan return on asset,. Hasil penelitian dengan menggunakan Alat analisis Regresi linier berganda
sebagai alat perhitungannya membuktikan bahwa bahwa variabel external
pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas memiliki hubungan negatif dengan financial statement fraud. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel financial targets yang diproksikan dengan return on ssset memiliki hubungan positif dengan financial statement fraud. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset, variabel personal financial need yang diproksikan dengan rasio kepemilikan saham oleh orang dalam.
2. Ema Kurniawati (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis
bergerak di sektor makanan dan minuman dengan periode penelitian 2007-2008
dengan 32 observasi item laporan keuangan, alat analisis dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda sebagai alat perhitungannya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel financial targets yang diproksikan dengan return on asset berpengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian ini juga membuktikan bahwa variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total asset berpengaruh terhadap financial statement fraud, dan variabel innefective monitoring yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris
independen memiliki pengaruh terhadap financial statement fraud.
berikut adalah table yang menunjukan rangkuman penelitian terdahulu yang
menjadi referensi dalam penelitian ini:
Tabel 1. Rangkuman Penelitian Terdahulu.
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. Ema pressure, financial targets, financial stability, dan variabel innefective monitoring
external pressure tidak berpengaruh terhadap
financial statement fraud. financial targets, financial stability, innefective monitoring tidak berpengaruh terhadap
27 stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets.
external pressure memiliki hubungan negative,
financial targets memiliki hubungan positif, financial stability dan personal financial need memiliki pengaruh terhadap
financial statement fraud. 3. Skousen et
kebutuhan uang tunai, dan
pembiayaan eksternal yang employee fraud dan karateristik audit firms yang diukur dengan big fours versus non-big fours
auditor gagal dalam
memenuhi beberapa
elemen penting dalam
standar fraud. Selain itu, terdapat perbedaan
substansial antara audit
firms big four versus non-big four terkait dengan tingkat kepatuhan mereka
2.5 Model Penelitian
Komponen fraud triangle tidak dapat diteliti secara langsung maka harus mengembangkan variabel dan proksi untuk mengukurnya, variabel independen
yang dapat digunakan dalam mendeteksi fraud triangle dalam penelitian ini antara lain:
Berikut adalah gambar yang menunjukan kerangka pikir dalam penelitian ini:
Gambar 2. Model Penelitian
Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi financial statement fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle
Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud (Skousen et al., 2009): Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif / tekanan / kebutuhan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan
non keuangan, tekanan dalam penelitian ini diproksikan oleh external pressure, personal financial need dan financial target. Opportunity (peluang), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi.
Peluang dalam penelitian ini diproksikan oleh inneffective monitoring. Financial Statement Fraud Pressure
- External Preasure
- Financial Target - Personal Financial
Opportunity - Innefektif Monitoring
Rationalizationnn
29
Rationalization (rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan
kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup
menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi dalam penelitian ini diproksikan oleh financial stability.
2.6 Hipotesis Penelitian
2.6.1 Pengaruh Innefektif Monitoring Terhadap Financial Statement Fraud
Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang
saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain. Dan perusahaan itu
sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargan. Dalam hal ini
dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan
tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi dengan pihak ketiga.
Anggota dewan komisaris independen harus bertindak berdasarkan informasi
yang jelas, dengan itikad yang baik, berdasarkan kehati-hatian, serta demi
kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Subprinsip ini menyatakan dua
elemen penting dari tanggung jawab pengelolaan dewan, yaitu kewajiban
kehati-hatian dan kewajiban kesetiaan.
Oleh karena itu, terhadap financial statement fraud, merupakan alat yang sangat berguna bagi board of directors (terutama komisaris independen) dalam
menjalankan fungsi mereka sebagai pengembalian keputusan dan pihak yang
memonitor manajemen. Board of directors yang kuat (board of directors yang didominasi oleh komisaris independen) akan mensyaratkan informasi yang lebih
fraud. Di lain pihak, board of directors yang didominasi oleh pihak internal atau board of directors yang memiliki innefektive monitoring yang tinggi akan memberikan kesempatan lebih besar manajer untuk melakukan financial statement fraud secara bebas.
H1 : Innefektive monitoring berpengaruh negatif terhadap financial statement fraud
2.6.2 Pengaruh External Pressure Terhadap Financial Statement Fraud External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Untuk mengatasi tekanan
tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber pembiayaan
eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran
pembangunan atau modal (Skousen et al., 2009). Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi
(Skousen et al, 2009). Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang
bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan, Rasio arus kas
bebasmerupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan
kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi sehingga
dimungkinkan terjadinya kecurangan financial yang lebih besar peluangnya.
31
2.6.3 Pengaruh Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud
Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan financial statement fraud (earnings management) untuk membingungkan pemilik atau pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan melihat dari laporan keuangan
perusahaan, dimana pemilik atau pemegang saham akan sulit mengetahui yang
sebenarnya terjadi di dalam perusahaan melalui data atau angka-angka yang
tersaji dalam laporan keuangan. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan
perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan asetnya. Ghozali dan Chariri
(2007) mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi
dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu
sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu.
Perusahaan berusaha untuk meningkatkan outlook perusahaan yang baik salah satunya dengan memanipulasi informasi kekayaan aset yang dimilikinya. Bentuk
manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan
dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et al., 2009). Oleh karena itu,
rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel financial stability. Semakin tinggi total aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan kekayaan yang
dimiliki semakin banyak. Total aset menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset. Konsisten dengan pengertian tersebut maka adanya dugaan bahwa Financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud.
2.6.4 Pengaruh Financial Targets Terhadap Financial Statement Fraud
Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas
usaha yang dikeluarkan adalah ROA. Perbandingan laba tehadap jumlah aset
(ROA) adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk
menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja. ROA sering digunakan dalam
menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan
lain-lain. Oleh karena itu, terhadap financial statement fraud ROA diduga cenderung dapat meningkatkan hal tersebut.
Analisis Return on Asset (ROA) atau sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan perusahaan
menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa
mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada
masa-masa mendatang. Oleh karena itu, semakin tinggi ROA yang ditargetkan
perusahaan maka semakin rentan perusahaan akan cenderung melakukan Fraud yang merupakan salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan.
H4 : financial targets berpengaruh positif terhadap financial statement fraud
2.6.5 Pengaruh Personal Financial Need Terhadap Financial Statement Fraud
Kondisi dimana sebagian saham dimiliki oleh manajer, direktur, maupun
komisaris perusahaan, secara otomatis akan mempengaruhi kondisi finansial
perusahaan, keadaan yang tidak seimbang dengan kepemilikan orang dalam akan
menyebabkan komisaris mengalami kesulitan dalam berdiskusi dengan dewan
33
menginginkan penerapan laporan pengungkapan yang lengkap untuk mencegah
perilaku yang menyimpang dari direksi dan manajer. Menurut Klein (dalam
Ahmed dan Duellman, 2007) kepemilikan sebagian saham oleh orang dalam ini
dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan keuangan. Kepemilikan saham
yang lebih besar dimiliki oleh orang dalam akan menyebabkan tugas setiap
anggota dewan komisaris menjadi lebih khusus karena terdapat komite-komite
yang lebih khusus dalam mengawasi perusahaan. Spesialisasi yang lebih besar
tersebut dapat menunjukkan pengawasan yang lebih efektif. Sehingga semakin
besar ukuran Personal financial need maka semakin besar kekuatan dari dewan komisaris dalam melakukan pengawasan sehingga kecenderungan para manajer
atau direksi melakukan financial statement fraud akan lebih kecil.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu:
1. Data Primer
Merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi atau pun
dalam bentuk file-file dan data ini harus dicari melalui nara sumber yaitu
orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai
sarana mendapatkan informasi atau pun data.
2. Data Sekunder
Merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau
melalui media perantara. Data ini sudah tersedia, sehingga peneliti hanya
mencari dan mengumpulkannya saja.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder karena data diperoleh
35
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada tahun 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiono, 2007). Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih
berdasarkan Purposive Sampling (kriteria yang dikehendaki). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
tahun 2010-2012.
2. Perusahaan manufaktur yang selama tahun penelitian 2010-2012 tidak
mengalami delesting.
3. Perusahaan manufaktur yang secara lengkap mempublikasikan laporan
keuangan selama tahun penelitian 2010-2012
4. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah, dikarenakan
penelitian dilakukan di Indonesia maka laporan keuangan yang digunakan
adalah yang di nyatakan dalam rupiah
5. Perusahaan manufaktur yang memiliki data mengenai kepemilikan saham
orang dalam dan informasi dewan komisaris selama tahun penelitian
3.3 Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2007). Variabel-variabel yang
dalam penelitian ini terdiri dari 1 variabel terikat dan 5 variabel bebas.
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement fraud. Perusahaan dikatakan melakukan kecurangan apabila melakukan transaksi yang
mengandung unsur salah saji laporan keuangan, penyalahgunaan aset dan korupsi
(co: suap dan pemberian illegal). Dalam Undang-Undang, hal itu diatur dalam
Undang-Undang no. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perusahaan dalam
kategori ini dapat dilihat pada annual report Bapepam. Pada annual report Bapepam, terdapat bagian tinjauan operasional yang didalamnya terbagi menjadi
beberapa bagian dan salah satu bagian tersebut adalah perundang-undangan,
bantuan hukum, dan litigasi. Pada bagian itulah terdapat daftar perusahaan yang terkena sanksi oleh Bapepam. Contohnya adalah terjadi manipulasi perdagangan
saham dan salah saji laporan keuangan. Perusahaan yang terbukti melakukan
fraud akan diberi skor 1 dan yang tidak terbukti melakukan fraud akan diberi skor 0.
3.3.2 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen / terikat (Sugiono, 2007).
37
1. Innefektive Monitoring
Pengukuran Innefektif Monitoring ini dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan komisaris independen kemudian dibagi dengan jumlah komisaris (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007). Informasi mengenai jumlah komisaris independen diperoleh dari
laporan tahunan perusahaan dan dari pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI.
BDOUT
2. External Pressure
Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas
operasi dan investasi (Skousen et al.,2009). Oleh karena itu external pressure pada penelitian ini diproksikan dengan rasio arus kas bebas (FREEC). Rasio arus kas bebas (FREEC) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi.
FREEC lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan
tidak terikat dengan harga saham (Skousen et al, 2009). Rasio arus kas bebas dihitung dengan rumus:
FREEC –
3. Financial Stability
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan
perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan asetnya. Ghozali dan Chariri
(2007) mendefinisi aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa
akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Total asset menggambarkan kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan. Total aset meliputi asset lancar dan aset tidak
lancar. Financial stability diproksikan dengan ACHANGE yang merupakan rasio perubahan aset selama tahun penelitian. ACHANGE dihitung dengan rumus
(Skousen et al., 2009):
ACHANGE
4. Financial Target
Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali mematok besaran tingkat
laba yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba
tersebut, kondisi inilah yang dinamakan financial targets (Skousen et al, 2009). Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas
usaha yang dikeluarkan adalah return on assets. ROA (salah satu ukuran
profitabilitas) juga merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik,
semakin besar return yang didapat menimbulkan kecenderungan kecurangan
dalam laporan keuangan yang semakin tinggi. Secara Matematis ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut (Skousen et al, 2009):
39
5. Personal Financial Need
Kepemilikan saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam
pelaporan keuangan (Skousen et al., 2009). Rasio kepemilikan saham orang dalam (OSHIP) dapat diukur dengan:
OSHIP
3.4Metode Analisis Data 3.4.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskripsif
atau variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran
atau deskrepsi umum dari variabel penelitian mengenai nilai rata-rata (mean),
deviasi standar, maksimum, minimum, sum. Pengujian ini dilakukan untuk
mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian.
3.4.2 Analisis Regresi Logistik
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis
kuantitatif (dalam skala angka) dengan alat analisis logistik regresi, dengan
harapan bahwa hasil yang akan diperoleh lebih akurat dan baik. Analisis logistik
regresi dibutuhkan untuk mengungkap probabilitas terjadinya variabel dependen
dapat diprediksi oleh variabel independen.
Pendekatan ini menggunakan simbol ―1‖ untuk perusahaan yang terbukti
melakukan kecurangan laporan keuangan dan ―0‖ untuk perusahaan yang tidak
dengan menggunakan analisis regresi logistik. Berdasarkan rumusan masalah dan
model penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka model penelitian yang
dibentuk adalah sebagai berikut :
FRAUD= b0+b1BDOUT+ b2FREEC+ b3ACHANGE+b4ROA+b5OSHIP Keterangan :
FRAUD : Perusahaan yang terbukti melakukan kecurangan laporan
keuangan / yang tidak melakukan kecurangan laporan
keuangan
BDOUT : innefektive monitoring FREEC : external preasure ACHANGE : financial stability ROA : financial target
OSHIP : personal financial need
1. Menilai Model Regresi (Goodness Of Fit)
Logistic regression adalah model regresi yang telah mengalami modifikasi, sehingga karakteristiknya sudah tidak sama lagi dengan model regresi sederhana
atau berganda. Dalam menilai model regresi logistik dapat dilihat dari pengujian
Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit. Pengujian ini dilakukan untuk menilai
model yang dihipotesiskan agar data empiris cocok atau sesuai dengan model.
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test sama dengan atau
kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak. Sedangkan jika nilainya lebih besar
dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak, artinya model mampu
memprediksi nilai observasinya atau cocok dengan data.
Ho : Model yang dihipotesiskan Fit dengan data
41
2. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Untuk menilai keseluruhan model (Overall Model Fit) ditunjukkan dengan Log Likelihood Value (nilai –2 Log Likelihood Value), yaitu dengan cara
membandingkan antara nilai –2 Log Likelihood Value pada awal (block number = 0), dimana model hanya memasukkan konstanta dengan nilai –2 Log Likelihood Value pada saat block number = 1, dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai –2 Log Likelihood Value block number = 0 lebih besar dari nilai –2 Log Likelihood Value block number = 1, maka menunjukkan model regresi yang baik. sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi semakin baik.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui pengujian koefisien
regresi, yang bertujuan untuk menguji seberapa jauh semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan Wald Statistik dan nilai probabilitas (Sig) dengan cara nilai Wald Statistik dibandingkan dengan Chi-Square tabel, sedangkan nilai probabilitas (Sig) dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α). Untuk menentukan penerimaan atau penolakan Ho didasarkan
pada tingkat signifikansi (α) 5%, dengan kriteria:
- Ho diterima apabila Wald hitung < Chi-Square Tabel, dan nilai Asymptotic Significance > tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti H alternatif ditolak atau hipotesis yang menyatakan variable bebas terpengaruh terhadap variabel
- Ha diterima apabila Wald hitung > Chi-Square tabel, dan nilai Asymptotic Significance < tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti H alternatif diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas yang berpengaruh terhadap
variabel terikat diterima.
Koefisien regresi dapat juga ditentukan dengan menggunakan Cox and Snell R
Square dan Nagelkerke R Square, dalam hal ini ada dua ukuran R square yaitu Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square. Cox & Snell R Square
menggunakan nilai makasimum kurang dari 1 sehingga sulit untuk
diinterpretasikan. Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari Cox & Snell R
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data dan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012. Sumber data berasal dari website http://www.idx.co.id, yang berupa laporan keuangan yang diterbitkan dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi ini adalah seluruh perusahaan
Tabel 2.Prosedur Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
1. Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI dari Tahun 2010-2012.
128 Perusahaan yang tidak masuk sebagai sampel:
1. Perusahaan manufaktur yang selama tahun penelitian 2010-2012 mengalami delisting.
2. Perusahaan manufaktur yang tidak secara lengkap mempublikasikan laporan keuangan selama tahun penelitian 2010-2012
3. Perusahaan Manufaktur yang menggunakan mata uang asing
4. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data mengenai kepemilikan saham orang dalam dan Informasi dewan komisaris selama tahun penelitian 2010-2012.
(2)
(45)
(11)
(58)
Total Sampel penelitian 12
Sumber : www.jsx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory, data diolah (diakses tanggal 10 Agustus -14 september, 2013)
Tabel 2 menunjukan jumlah keseluruhan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI dari tahun 2010-2012 adalah 128 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang
tidak secara lengkap mempublikasikan laporan keuangan selama tahun penelitian
2010-2012 adalah 45 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang menggunakan
mata uang asing adalah 11 Perusahaan. Perusahaan manufaktur yang tidak
memiliki data mengenai kepemilikan saham orang dalam dan Informasi dewan
komisaris selama tahun penelitian 2010-2012 adalah 58 perusahaan. Jadi
perusahaan yang diambil sebagai sampel 12 perusahaan dan jumlah observasi
45
4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 3.Statistik Deskriptif
De scriptive Statistics
36 .00 1.00 .7778 .42164
36 .30 .50 .3713 .06443
36 -.08 .27 .1110 .08359
36 -.22 .38 .1161 .11039
36 .00 .32 .0789 .06012
36 .00 .26 .0940 .10644
36
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Tabel 3. menyajikan statistik deskriptif yang meliputi nilai minimum, maksimum,
rata-rata (mean), dan deviasi standar. Nilai minimum (maksimum) untuk proporsi
FRAUD adalah 0 (1), dan nilai rata-rata FRAUD adalah 0,7778 (0,42164). Nilai
minimum (maksimum) untuk BDOUT adalah 0,30 (0,50), dan nilai rata-rata
BDOUT adalah 0,3713 (0,6443). Nilai minimum (maksimum) untuk FREEC
adalah -0,08 (0,27), dan nilai rata-rata FREEC adalah 0,1110 (0,8359). Nilai
minimum (maksimum) untuk ACHANGE adalah -0,22 (0,38), dan nilai rata-rata
ACHANGE adalah 0,1161 (0,11039). Nilai minimum (maksimum) untuk ROA
adalah 0,00 (0,32), dan nilai rata-rata ROA adalah 0,0789 (0,6012). Nilai
minimum (maksimum) untuk OSHIP adalah 0,00 (0,26), dan nilai rata-rata
OSHIP adalah 0,0940 (0,10644).
Hasil analisis deskriptif ini terlihat bahwa dari keseluruhan variabel, hanya
variabel ACHANGE mempunyai nilai minimum yang terbesar dengan nilai
minimum -0,22 dan variabel ACHANGE juga merupakan variabel dengan
penyimpangan data yang tinggi, dikarenakan nilai deviasi standarnya lebih tinggi
0,1256 dengan deviasi standar sebesar 0,12906. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa nilai SD lebih besar daripada rata-rata ACHANGE yang menunjukkan
bahwa data variabel ACHANGE mengindikasikan hasil yang kurang baik, hal
tersebut dikarenakan standart deviation yang mencerminkan penyimpangan dari
data variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya.
4.2 Pengujian Kelayakan Model (Goodness of Fit)
Pengujian regresi logistik juga akan diuji terhadap ketepatan antara prediksi
model regresi logistik dengan data hasil observasi yang dinyatakan dalam uji
kelayakan model (goodness of fit). Pengujian ini diperlukan untuk memastikan tidak adanya kelemahan atas kesimpulan dari model yang diperoleh. Model
regresi logistik yang baik adalah apabila tidak terjadi perbedaan antara data hasil
observasi dengan data yang diperoleh dari hasil prediksi.
4.2.1 Uji Hosmer and Lemeshow
Pengujian tidak adanya perbedaan antara prediksi dan observasi ini dilakukan
dengan uji Hosmer Lemeshow dengan pendekatan metode Chi Square. Dengan demikian apabila diperoleh hasil uji yang tidak signifikan, maka tidak terdapat
perbedaan antara data prediksi model regresi logistik dengan data hasil observasi.
Hasil pengujian Hosmer Lemeshow test diperoleh sebagai berikut:
Table 3
Hasil uji Hosmer Lemeshow Hosmer and Le meshow Te st
5.642 7 .604
Step 1