ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper Retrofractum Vahl) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL GERMINAL TESTIS
TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
Oleh
UTARI GITA MUTIARA
Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan serius, kompleks dan rumit. Besarnya persentase infertilitas pada pria di Indonesia cukup besar ( 40-60%) dan salah satunya adalah gangguan kesuburan. Beberapa cara telah dilakukan untuk mengatasi gangguan kesuburan termasuk dengan pengobatan secara tradisional dengan menggunakan bahan alami. Salah satu tanaman obat yang diduga mempunyai khasiat adalah buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl). Menurut penelitian Kintoko, 2006, cabe jawa cukup aman, mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar hormon testosteron tikus percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai simplisia maupun ekstrak etanol 95%. Selain itu, dipilih juga Zinc (Zn) yang berperan pada proses produksi, penyimpanan dan seksresi hormon testosteron serta sebagai komponen yang sangat diperlukan dalam pengembangan sperma, ovulasi, dan pembuahan. Kekurangan zinc pada pria akan mengganggu proses pembentukan sperma dan perkembangan organ seks primer dan sekunder pria menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig. Tujuan penelitian ini ada 2 yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan dan mengetahui pengaruh penambahan zinc pada pemberian ekstrak cabe jawa terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain Sprague Dawley. Pada penelitian ini, digunakan 24 tikus putih jantan dibagi dalam 4 kelompok secara acak. K (kontrol yang hanya diberi aquadest), P1 (diberi ekstrak cabe jawa 500 mg/kgBB), P2 (diberi ekstrak cabe jawa 500 mg/kgBB dan ZnSO4 1
mg/kgBB). Setelah 10 hari dilakukan pembedahan testis, pembuatan preparat dan pengamatan preparat secara mikroskopik. Analisa data menggunakan uji Kruskal wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann whitney.
Hasil penelitian didapatkan 1) kelompok K memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok P1, P2 dan P3 dengan nilai (p < 0,05). 2) Kelompok P1 tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok P2 dan P3 dengan nilai (p> 0,05). 3) Kelompok P2 terhadap kelompok P3 tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan nilai (p>0,05)
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) berpengaruh pada jumlah sel germinal testis tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) dan penambahan Zinc (Zn) pada pemberian ekstrak cabe jawa
(Piper retrofractum Vahl) tidak berpengaruh signifikan pada sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl ) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL GERMINAL TESTIS
TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
Oleh
UTARI GITA MUTIARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL
GERMINAL TESTIS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
Nama Mahasiswa : Utari Gita Mutiara
Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011084
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Sutyarso, M. Biomed dr. Syazili Mustofa
Nip 19570424 19873 1 001 Nip 19830713 200812 1 003
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Dr. Sutyarso, M. Biomed
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Sutyarso, M. Biomed ______________
Sekretaris : dr. Syazili Mustofa ______________
Penguji
Bukan Pembimbing : dr. Susianti, M.Sc ______________
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Sutyarso, M. Biomed
Nip 19570424 19873 1 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13 Juli 1991, sebagai anak
bungsu dari dua bersaudara, dari pasangan Drs. H. Mukhlis Basri, S.T, M.T, M.Si
dan Hj. Ida Nirwana.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Satria Bandar
Lampung, pada tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Rawa
Laut, Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Lanjutan tingkat Pertama
(SLTP) di SMPN 2 Bandar Lampung, pada tahun 2006, Sekolah Lanjutan Tingkat
atas (SLTA) di SMAN 10 Bandar Lampung, pada tahun 2009.
Pada tahun itu juga, tahun 2009, setelah menamatkan SMA, penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif pada organisasi BEM FK Unila tahun 2009-2011.
ALHAMDULILLAH
Sebuah Karya Tulis ini, ku Persembahkan Untuk
Mama, Papa,
Cikwo, Oddo, Shabiyya,
Mas Inal
Atas semangat, dukungan, kasih sayang
dan perhatian yang begitu besar
Serta doa kalian
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta’ala, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi dengan judul : PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA
(Piper retrofractum Vahl) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL
GERMINAL TESTIS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus), adalah salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, selaku rektor Universitas Lampung;
2. Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung;
3. Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya
untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesain
4. dr. Syazili Mustofa, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk
memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesain skripsi
ini;
5. dr. Susianti, M.Sc, selaku Penguji Utama. Terima kasih atas waktu, ilmu
dan saran-saran yang telah diberikan dalam proses penyelesain skripsi ini;
6. dr. Masykur Berawi, Sp.A dan dr. Rizki Hanriko , selaku Pembimbing
Akademik;
7. Yang tercinta Papa dan Mama yang tiada henti-hentinya mendoakan,
mendukung, membimbing dan selalu memberikan yang terbaik dalam
hidupku. Tiada yang dapat menggantikan jasa kalian kepadaku;
8. Ketiga kakakku tersayang Miryando Eka Putra, S.H, M.H, Dina Tyagita
Vidya, S.H, M,H dan Nindya Adiwiyantari, S.E serta adikku Muhammad
Nur Aditya atas bimbingan, dukungan serta doa yang selalu diberikan;
9. Radinal Yusivanandra Prayitno, S.Ked, yang setia mendukung, membantu
dan memberikan semangat dalam suka duka dan cita kepadaku;
10.Kelima kesayangan, Shabiyya Kalya Aqillah, Ratu, Nadine, Hatta dan
Nayla yang dengan senyum dan tawanya selalu dapat menghiburku;
11.Seluruh Keluarga Besarku, teriamakasih atas bantuan, do’a dan semangat
yang telah diberikan;
12.Sahabatku tercinta, Vallensia Nurdiana Febriyanti terimakasih telah
memberikan semangat, dukungan, tawa serta canda selama ini kepadaku;
13.Riska Tiarasari, teman seperjuanganku dalam penelitian ini terima kasih
14.Teman-teman satu team Riska Tiarasari, Dyah Gaby Kesuma, Ressi Ana
Maisuri, Talitha Badzlina, Rizkiana Ramadona terima kasih untuk bantuan
dan dukungannya;
15.Sahabat-sahabatku tersayang Raisa Harly, Tara Lioni, Sespana dan Bunga
Annisa terima kasih atas kebersamaan, semangat dukungan serta doa yang
telah kalian berikan;
16.Sahabat-sahabatku tersayang Vindita Mentari, Cyntia Amanda dan Charla
Gutri terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan semangat yang telah
kalian berikan;
17.Sahabat-sahabatku tersayang Finda Melinda, Litha Yuninda, Mayfree Syari
dan Alduri Asfira terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah
kalian berikan;
18.Sahabat-sahabatku terbaik Riska Tiarasari, Nirmala Astri, R.A. Siti
Marhani, Intan Putri, Evi Febriani, Widhi Astuti, Rinavi Adrin, Hema
Anggika, Siti Soraya, atas dukungan dan semangat yang telah kalian
berikan;
19.Teman-teman PA ku, Ummi Kaltsum, Tetra Arya dan Widhi Astuti yang
telah mendukung dan memberikan do’a kepadaku;
20.Teman-temanku Pasca, Iqbal, Emon, Fariz, Prata, Hario, Angga, Deem,
Galih dan Hilman atas kebersamaan dan bantuannya selama ini;
21.Teman-teman kelompok propti Derma yaitu R.A. Siti Marhani, Vindita
Mentari, Riska Tiarasari, Hema Anggika, Giska Tri Putri, M.Rizki
M. Patrio Gondo, dan Afga Revindo terima kasih atas kebersamaan serta
semangat yang telah diberikan dari awal masuk FK sampai saat ini;
22.Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis
untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai
cita-cita;
23.Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai
khususnya untuk Mba Lisa dan Mas Bayu yang turut membantu dalam
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini;
24.Teman-teman angkatan 2009 (DORLAN) yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Terima kasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang
terjalin dan memberi motivasi belajar;
25.Kakak-kakak dan adik-adik tingkatku (angkatan 2002–2012) yang sudah
memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, April 2013
Penulis.
DAFTAR ISI
3. Penyebab Infertilitas... 9
D. Efek Cabe Jawa dan Zinc terhadap Infertilitas... 16
1. Efek Cabe Jawa terhadap Infertilitas ... 16
2. Efek Zinc terhadap Infertilitas ... 19
F. Gambaran Histologi Sistem Reproduksi Pria... 22
1. Tubulus Seminiferus ... 22
D. Definisi Operasional Variabel ... 26
E. Alat dan Bahan ... 27
F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
G. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 28
H. Prosedur Penelitian ... 29
I. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 50
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori... 6
2. Kerangka Konsep ... 7
3. Tanaman Cabe Jawa ... 12
4. Struktur Piperin ... 17
5. Gambaran Histologi Sel Germinal ... 23
6. Alur Penelitian ... 38
7. Gambaran Histologi Tubulus Seminiferus ... 40
8. Gambaran Histologi Tubulus Seminiferus Setiap Kelompok ... 41
9. Grafik Histogram Perhitungan Jumlah Sel Germinal Testis ... 43
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi Cabe Jawa ... 10
2. Kebutuhan Zinc ... 15
3. Definisi Operasional Penelitian... 26
4. Hasil pengamatan jumlah sel germinal testis ... 42
5. Hasil uji distribusi data jumlah sel germinal testis... 44
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan
penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas
wanita dalam penatalaksanaan diagnosis dan terapi pasangan suami isteri
yang ingin punya anak. Besarnya persentase infertilitas pada pria cukup besar ( 40-60%) dan salah satunya adalah gangguan kesuburan. Selain
itu penanganan infertilitas pria merupakan masalah yang cukup kompleks
dan rumit(Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)
Besarnya persentase infertilitas pada pria cukup besar ( 40-60%). Selain
itu penanganan infertilitas pria merupakan masalah yang cukup kompleks
dan rumit (Moeloek dkk, 2009).
Gangguan kesuburan pada pria dapat dibagi atas 3 golongan yakni
Pre-testikuler, Testikuler, Post-testikuler. Gangguan pre-testikuler berkaitan
2
seperti menurunnya produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) sehingga menimbulkan keadaan yang disebut
hipogonadisme. Gangguan testikuler dapat terjadi di dalam tubulus seminiferus, misalnya testis rusak akibat trauma atau infeksi. Adapun
gangguan post-testikuler adalah berbagai gangguan yang terjadi setelah
spermatozoa keluar dari tubulus seminiferus, misalnya gangguan
viabilitas dan motilitas spermatozoa karena infeksi atau sebab lainnya.
Salah satu pemeriksaan untuk mengetahui infertilitas atau tidak adalah
dengan melihat gambaran Histologi sel germinal testis (Sarwanto, 2008).
Salah satu tanaman obat bisa membantu dan diduga mempunyai
kandungan androgen (khusus pria) adalah buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl). Obat fitofarmaka cabe jawa telah banyak digunakan oleh masyarakat secara luas sebagai obat tradisional. Secara empirik buah
cabe jawa telah digunakan sebagai obat lemah syahwat (aprodisiak),
lambung lemah, dan peluruh keringat dan rematik (Wahjoedi, 2004)
Salah satu penelitian cabe jawa antara lain adalah yang dilakukan oleh
Isnawati (2002) dalam bentuk infus, LD50 nya termasuk bahan yang tidak
toksik, infus pada dosis 2,1 miligram/10 gram berat badan pada tikus
putih mempunyai efek androgenik dan anabolik.Kemudian dalam bentuk
suspensi sampai dengan dosis 1400 miligram/10 gram berat badan mencit
(ekuivalen dengan 100 kali dosis manusia) yang diberikan secara oral.
3
serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai simplisia maupun
ekstrak etanol 95%. Kelihatannya ekstrak cabe jawa ini mempunyai
prospek positif untuk dapat dikembangkan menjadi fitofarmaka
androgenik melalui berbagai aspek penelitian secara klinik. Fitofarmaka
merupakan sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya,
bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah
memenuhi persyaratan yang berlaku (Kintoko, 2006)
Kekurangan zinc (Zn) akan mengganggu proses pembentukan sperma dan
perkembangan organ seks primer dan sekunder pada pria. Kekurangan
zinc pada pria menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig.
Dimana testosteron adalah hormon yang mempengaruhi libido dan
ciri-ciri kelamin sekunder=laki-laki. Dalam keadaan normal atau sehat jumlah
zinc (Zn) yang dianjurkan untuk pria dewasa sebanyak 15 mg per hari,
sedangkan wanita 12 mg per hari (DepKes, 2009).
Penelitian yang telah dilakukan sebagian besar mengenai pengaruh zinc
(Zn) terhadap jumlah sel germinal testis dan sebagian kecil pengaruh
ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) terhadap sel germinal testis. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian melihat pengaruh dari
keduanya terhadap jumlah sel germinal testis pada tikus jantan putih
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diuraikan yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian yaitu :
1. Apakah pengaruh ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl)
terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus),
2. Apakah pengaruh penambahan Zinc (Zn) pada pemberian ekstrak
cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus),
2. Mengetahui pengaruh penambahan Zinc (Zn) pada ekstrak Cabe Jawa
(Piper retrofractum Vahl) terhadap jumlah sel germinal testis pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menambah ilmu mengenai
khasiat ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn)terhadap jumlah sel germinal
5
2. Bagi institusi, sebagai bahan kepustakaan yang mendukung Visi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada tahun 2025,
3. Bagi masyarakat, agar mengetahui manfaat yang didapatkan dari
penggunaan cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) dan zinc (Zn) pada kesuburan pria.
E. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori
Infertilitas pada pria dapat terjadi, baik karena faktor intrinsik maupun
karena faktor ekstrinsik. Dari faktor intriksik disebabkan karena
adanya gangguan hormon, gangguan anatomis, maupun gangguan
imunologis. Sedangkan dari faktor ekstrinsik disebabkan karena pola
hidup yang kurang sehat seperti jarang berolahraga, konsumsi rokok
dan alkohol, dan stres (Ferial, 2012)
Kekurangan zinc akan mengganggu proses pembentukan sperma dan
perkembangan organ seks primer dan sekunder pada pria. Kekurangan
zinc pada pria menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig.
Dimana testosteron adalah hormon yang mempengaruhi libido dan
ciri-ciri kelamin sekunder=laki-laki (DepKes, 2009).
6
percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai
simplisia maupun ekstrak etanol 95% (Kintoko, 2006)
Gambar 1. Kerangka Teori
Keterangan :
: Mempengaruhi Gambaran Histologi testis dan Spermatogenesis
7
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dibuat suatu hipotesis
bahwa Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) dan zinc (Zn) dapat memberikan pengaruh terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infertilitas
1. Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah
sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali
seminggu tanpa kontrasepsi (Heffner & Schust, 2008)
Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama
secara teratur 2-3 kali seminggu, tanpa memakai metode pencegahan
belum mengalami kehamilan selama satu tahun (Susantha, 2008)
2. Jenis Infertilitas
Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas
sekunder. Infertilitas primer adalah kalau istri belum pernah hamil
walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada
kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.
Infertilitas sekunder adalah kalau istri pernah hamil, namun kemudian
9
kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama
dua belas bulan (Ilyas, 2008)
3. Penyebab Infertilitas
a. Masalah ejakulasi
Ejakulasi retrograde yang berhubungan dengan diabetes,
kerusakan saraf, obat-obatan atau trauma bedah.
b. Faktor lain
Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau
semen adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual, stress, nutrisi yang tidak adekuat, asupan alkohol
berlebihan dan nikotin.
c. Faktor pekerjaan
Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah
temperature tubuh, Spermagenesis diperkirakan kurang efisien
pada pria dengan jenis pekerjaan tertentu, yaitu pada petugas
pemadam kebakaran dan pengemudi truk jarak jauh (Rizal &
Nasrullah, 2004).
B. Cabe Jawa
1. Definisi Cabe Jawa
Cabe jawa merupakan tanaman tahunan yang banyak tumbuh di
10
laut. Daerah sentra produksi cabe jawa diantaranya adalah di Madura
yang meliputi seluruh Kabupaten, Lamongan, dan Lampung serta
Sumatera Selatan (Taryono, 2004).
Di Indonesia, cabe jawa telah menyebar ke Pulau Jawa, Sulawesi
Utara, Bali, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan. Hal ini
memunculkan beberapa nama untuk cabe jawa, tergantung daerahnya,
seperti campli puta (Manado), lada panjang (Minang), dan sebagainya
(Winarto, 2008).
2. Klasifikasi Cabe Jawa
Cabe jawa memiliki beberapa nama daerah, yaitu: di Sumatera disebut
lada panjang, cabai jawa, cabai panjang. Di jawa, namanya cabean,
cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, cabe sula. Klasifikasi cabe jawa :
Tabel 1. Klasifikasi Cabe Jawa Kingdom Plantae
11
3. Morfologi Cabe Jawa
Secara morfologi cabe jawa mempunyai bagian- bagian yang tidak
berbeda dari tanaman lainnya, yaitu akar, batang, daun, bunga, dan
buah. Cabe Jawa punya dua akar yaitu akar utama, berada dalam tanah
dan berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah,
panjangnya 1-2 meter, dan akar lekat yang panjangnya 3-5 cm, berada
di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk melekatkan batang
sehingga tanaman dapat memanjang (Rostiana, 2006).
Daun berbentuk bundar telur sampai lonjong, tunggal berseling,
pangkal tumpul, ujung meruncing, bertulang menyirip terdiri dari 3-5
pasang, permukaan daun bagian atas licin dan bagian bawah berbintik,
daun muda berwarna hijau kekuningan, dan daun tua berwarna hijau
mengkilap. Lebar daun 5-10 cm, panjangnya 14-19 cm.
Bunga majemuk dan berkelamin tunggal. Bunga majemuk tersebut
tersusun dalam bentuk bulir. Panjang tangkai bunga dapat mencapai
0,5-2,0 cm. Benang sari berjumlah 2-3 buah, tangkai sari pendek, dan
berwarna kuning. Putik berjumlah 2-3 buah dan berwarna hijau
kekuningan (Rostiana, 2006).
Buah cabe jawa berbentuk silinder, berukuran 4-6 cm. Buah muda
berwarna hijau, setelah cukup tua berwarna kuning gading, dan
12
Gambar 3. Buah Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl)
4. Kandungan Cabe Jawa
Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jawa antara lain beberapa
jenis alkaloid seperti piperine, piperlonguminine, sylvatine,
guineensine, piperlongumine, filfiline, sitosterol, methyl piperate,
asam amino serta minyak atsiri sebagai alkaloid utama yang
terkandung dalam cabe jawa (Nuraini, 2003).
Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmetic
acids, tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3, 4- methylenedioxy
benzene, piperidin, minyak atsiri , N-isobutyldekatrans- 2-trans-4-
dienamide dan sesamin. Piperine mempunyai daya antipiretik,
analgesik, antiinflamasi dan menekan susunan saraf pusat. Bagian
akar mengadung piperine, piplartine, dan piperlonguminine
13
C. Zinc (Zn)
1. Definisi Zinc (Zn)
Zinc (Zn) adalah salah satu mineral yang paling penting dan esensial
yang dibutuhkan tubuh. Zinc melakukan banyak fungsi seperti yang
digunakan dalam tubuh untuk mensintesis 100 enzim, membangun
sistem kekebalan tubuh, dan membantu untuk mempertahankan indera
penciuman dan rasa. Hal ini juga disebut mineral seks karena penting
untuk libido, serta memproduksi dan mempertahankan hormon
testosteron (Linder, 2006).
2. Fungsi dan Manfaat Zinc (Zn)
Zinc (Zn) merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat
perhatian yang cukup besar akhir-akhir ini. Zinc berperan di dalam
bekerjanya lebih dari 10 macam enzim. Berperan di dalam sintesa
Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA),
dan protein. Maka bila terjadi defisiensi zinc dapat menghambat
pembelahan sel, pertumbuhan dan perbaikan jaringan (WHO, 2006)
Zinc (Zn) merupakan mineral yang berperan sebagai kofaktor lebih
dari 100 enzim dan penting untuk metabolism asam nukleat dan
sintesis protein. Zinc menstimulasi aktivitas lebih dari 100 enzim yang
memiliki fungsi penting bagi tubuh termasuk produksi insulin,
membuat sperma dan memainkan peran penting dalam sistem imun
dan sintesis DNA. Zinc membantu penyembuhan luka dan membantu
pasien mempertahankan kemampuan dalam pengecapan dan
14
Zinc merupakan komponen penting dari tubuh dan merupakan
konstituen penting dari sel. Unsur zinc ini adalah elemen penting
untuk mengaktifkan fungsi beberapa enzim dalam tubuh yang
memainkan peran penting dalam kegiatan metabolisme tubuh yang
berbeda. Di samping itu, memainkan peran utama dalam
penyembuhan luka, membangun sistem kekebalan tubuh, dan
dibutuhkan dalam sintesis DNA. Di antara banyak fungsi, zinc
mendukung pertumbuhan normal dan perkembangan selama
kehamilan, dan merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam
pengembangan sperma, ovulasi, dan pembuahan (Chandra, 2010).
Defisiensi zinc dilaporkan juga mampu menghambat proses
spermatogenesis dan menyebabkan degenerasi sel benih serta
mengakibatkan degenerasi epitel tubuli seminiferus dan menghentikan
produksi spermatozoa sehingga menurunkan konsentrasi spermatozoa
(Afifa, 2010).
3. Kebutuhan Zinc (Zn)
Kebutuhan zinc harus memperhitungkan bioavailability dari bahan makanan yang mengandung zinc. Yang dimaksud dengan
bioavailability zinc adalah efek dari setiap proses; baik fisik, kimia maupun fisiologis yang berpengaruh terhadap jumlah zinc yang
diserap dari bahan makanan sampai menjadi bentuk biologis yang
aktif untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan fungsional (Almatsier,
15
Defisiensi zinc ditandai dengan kehilangan nafsu makan, pada anak
pertumbuhan terhambat, pada anak laki-laki kelenjar kelamin
mengecil, kehilangan daya kecap dan rambut yang berwarna suram
(Lestari, 2012).
Bagi bayi umur 0 - 6 bulan, kebutuhan hariannya yang cukup (AI =
adequate intake) akan zinc adalah 2.0 miligram per hari. RDA untuk
zinc bagi bayi umur 7 hingga 12 bulan, anak-anak dan dewasa per
miligram per hari adalah sebagai berikut menurut RDA
(Recommended Dietary Allowance) zinc bagi bayi di atas 7 bulan,
Anak-Anak dan Orang Dewasa (Agustian dkk, 2009)
Tabel 2. Kebutuhan Zinc (Zn)
Bayi ( 7 bulan – 3 tahun ) 3 mg Anak ( 4 tahun – 8 tahun ) 5 mg Anak ( 9 tahun – 13 tahun ) 8 mg
Usia 14 hingga 18 tahun
16
4. Sumber Zinc (Zn)
Sumber zinc dari makanan biasanya berhubungan dengan protein,
kadar yang tinggi didapat dalam kacang–kacangan. Absorbsi zinc
sangat bervariasi (5% tidak hanya pada kandungan zinc dalam diet,
tapi juga tergantung pada bioavaibilitas zinc. Zinc dari produk hewani
merupakan zinc yang mudah diserap, sedangkan zinc dari produk
nabati absorbsinya tergantung pada kandungan zinc. Kombinasi antara
sumber makanan berprotein tinggi dan hambatan absorbsi pada
sumber makanan nabati menimbulkan kecenderungan terjadinya
defisiensi pada masyarakat di Negaraberkembang (Astawan, 2008).
Beberapa makanan yang kaya akan kandungan zinc termasuk
diantaranya adalah daging merah, daging unggas, kepiting, lobster,
kacang tanah, kacang panjang, susu, yogurt, keju, roti gandum, dan
sereal sarapan yang dilengkapi seng (Astawan, 2008).
D. Efek Cabe Jawa dan Zinc (Zn) terhadap Infertilitas
1. Efek Cabe Jawa terhadap Infertilitas
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki
efek stimulan terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan
stamina tubuh. Efek hormonal dari tanaman ini dikenal sebagai
afrodisiaka. Kandungan kimia atau senyawa kimia yang berperan
sebagai afrodisiaka adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin
dan senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran darah. Bagian
17
senyawa aktif yang berkhasiat afrodisiaka di dalam buahnya adalah
senyawa piperine (Nuraini, 2003).
Gambar 4. Struktur Piperine
Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) adalah salah satu tanaman yang tumbuh subur di Indonesia dan banyak digunakan dalam pengobatan
tradisional. Dari berbagai hasil pengujian baik secara empiris maupun
klinis telah diketahui bahwa cabe Jawa mempunyai efek farmakologis
seperti menghangatkan tubuh, meningkatkan gairah seksual,
menambah nafsu makan, melancarkan peredaran darah, meningkatkan
kesuburan pada pria dan masih banyak lagi kegunaan lainnya. Karena
kegunaannya tersebut, saat ini cabe Jawa banyak digunakan dalam
obat tradisional (Hidayat, 2012).
Cabe jawa memiliki efek stimulan terhadap sel darah sehingga mampu
meningkatkan stamina tubuh. Efek hormonal ini disebut afrodisiaka.
Cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena memiliki efek
androgenik, anabolik dan antivirus. Bagian yang dimanfaatkan
sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan diduga senyawa aktif yang
berkhasiat afrodisiaka di dalam buahnya adalah senyawa piperin.
18
didapatkan hasil bahwa cabe jawa dapat meningkatkan kadar
testosterone darah pada 7 dari 9 orang pria hipogonad (78%). Dapat
disimpulkan bahwa ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) pada dosis 100mg/hari dapat bersifat atau bertindak sebagai fitofarmako
androgenik yakni dapat meningkatkan kadar hormone testosterone
darah dan libido pada pria hipogonad serta bersifat aman. Namun,
pada dosis tersebut ekstrak cabe jawa tidak dapat menurunkan kadar
FSH dan LH pada pria hipogonad dan tidak berpengaruh terhadap
PSA (Prostate-Spesific Antigen) serta berat badan pria hipogonad (Purbani, 2008).
Ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) cukup aman, mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar hormon testosteron tikus
percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai
simplisia maupun ekstrak etanol 95% (Isnawati dkk, 2002).
Kelihatannya ekstrak cabe jawa ini mempunyai prospek positif untuk
dapat dikembangkan menjadi fitofarmaka androgenik melalui
berbagai aspek penelitian secara klinik. Fitofarmaka merupakan
sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan
bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah
memenuhi persyaratan yang berlaku. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian untuk melihat pengaruh androgenik ekstrak cabe jawa pada
pria infertil dengan menggunakan pria hipogonad sebagai subjek
19
2. Efek Zinc (Zn) Terhadap Infertilitas
Zinc penting untuk pertumbuhan dan replikasi sel, kematangan organ
seks, fertilitas dan reproduksi, mencegah buta senja, imunitas, daya
kecap dan selera makan. Akibat paling hebat dari defisiensi zinc
adalah gangguan pertumbuhan. (Sanocja & Kurpisz, 2004).
Kekurangan zinc akan mengganggu proses pembentukan sperma dan
perkembangan organ seks primer dan sekunder pria. Kekurangan zinc
pada pria menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig.
Testosteron adalah hormon yang mempengaruhi libido=dan=
ciri-ciri=kelamin=sekunder=laki laki=(DepKes, 2009).
Kelenjar prostat memerlukan zinc untuk mencegah bekerjanya enzim
5-alfa reduktase yang mengubah testoteron menjadi dihidrotestoteron.
Penumpukan dihidrotestoteron pada prostat terjadi pada defisiensi
zinc, yang menyebabkan kelenjar ini membengkak, menghalangi
keluarnya urin pada orang tua – keadaan ini disebut pembengkakan
jinak pada prostat atau benign prostate hypertrophy (BPH).
Kekurangan zinc bisa menyebabkan penurunan hormon testosteron,
penyusutan testis, dan pengurangan produksi sperma yang sehat.
Dalam keadaan normal atau sehat jumlah yang dianjurkan untuk pria
dewasa sebanyak 15 mg per hari, sedangkan wanita 12 mg per hari
20
E. Hormon Yang Berperan Pada Pria 1. Hormon Testosteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara
tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan
sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis
untuk membentuk spermatosit sekunder. Sebagian besar testosteron
berikatan longgar dengan protein plasma yang terdapat dalam darah
dan sebagian terikat pada jaringan yang dibuahi dalam sel menjadi
dehidrasi testosteron. Testosteron yang tidak terikat pada jaringan
dengan cepat diubah oleh hati menjadi aldosteron dan
dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresi dalam usus melalui
empedu ke dalam urin. Hormon testosterone memiliki banyak fungsi
yaitu :
Efek desensus (penempatan) testis.
Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang
penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan
manusia dan merupakan faktor keturunan.
Perkembangan seks pria dan sekunder.
Sekresi testosteron setelah pubertas menyebabkan penis, testis,
dan skrotum. Membesar sampai usia 20 tahun serta
mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai
21
2. Hormon LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi
menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.
3. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan
berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini,
pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
4. Hormon Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH.
Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang
mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam
cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk
pematangan sperma. Walaupun kadar hormone estrogen ini tidak
sebanyak yang ada pada wanita.
5. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme
testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan
22
F. Gambaran Histologi Sistem Reproduksi Pria
1. Tubulus Seminiferus
Epitel tubulus seminiferus berada tepat di bawah membrane basalis
yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut jaringan
peritubular yang mengandung serat-serat jaringan ikat, sel-sel
fibroblast dan sel otot polos yang disebut dengan sel mioid. Setiap
tubulus dilapisi epitel berlapis majemuk, garis tengahnya lebih kurang
150-250 µm dan panjangnya 30-70 cm. Panjang seluruh tubulus satu
testis mencapai 250 m. Pada ujung setiap lobules, lumen menyempit
dan berlanjut ke dalam ruas pendek yang dikenal tubulus rektus, atau
tubulus lurus yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan
labirin saluran-saluran berlapis epitel yang berkesinambungan yaitu
rete testis (Junqueira, 2007).
Tubulus seminiferus terdiri dari sel spermatogenik dan sel sertoli yang
mengatur dan menyokong nutrisi spermatozoa yang berkembang, hal
ini tidak dijumpai pada sel tubuh lainnya. Sel-sel spermatogenik
membentuk sebagian terbesar dari lapisan epitel dan melalui
prolifwrasi yang kompleks akan menghasilkan spermatozoa
(Junqueira, 2007).
2. Sel-sel germinal/sel-sel spermatogenik
Spermatogonium adalah sel spermatif yang terletak di samping lamina
basalis. Sel spermatogonium relative kecil, bergaris tengah sekitar 12
23
kematangan kelamin, sel ini mengalami sederetan mitosis lalu
terbentuk sel induk atau spermatogonium tipe A, dan berdiferensiasi
selama mitotic progresif menjadi spermatogonium tipe B.
Spermatogonium tipe A adalah sel induk untuk garis keturunan
spermatogenik sedangkan spermatogonium tipe B merupakan sel
progenitor yang berdiferensiasi menjadi spermatosit primer
(Junqueira, 2007).
Spermatosit primer memiliki 46 (44+XY) kromosom dan 4N DNA,
spermatosit primer merupakan sel yang terbesar pada garis turunan
spermatogenik ditandai adanya kromosom yang berbeda di dalam
intinya. (Junqueira, 2007).
Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis karena
merupakan sel berumur pendek yang berada dalam fase interfase yang
singkat dengan cepat memasuki pembelahan kedua. Spermatosit
sekunder memiliki 23 kromosom (22+X atau 22+Y) dengan
pengurangan DNA per sel (dari 4N menjadi 2N) (Junqueira, 2007).
24
3. Sel sertoli
Sel sertoli adalah sel pyramid yang memanjang yang sebagian
memeluk sel-sel dari garis keturunan spermatogenik. Dasar sel sertoli
melekat pada lamina basalis, sedangkan ujung apeksnya meluas ke
dalam tubulus seminiferus. Memiliki inti yang memanjang yang
sering berbentuk segitiga, memiliki banyak lipatan dan sebuah anak
inti yang mencolok, memiliki sedikit heterokromatin. Fungsi utama
sel sertoli adalah untuk menunjang, emlindungi dan mengatur nutrisi
spermatozoa. Selain itu fungsinya sebagai fagositosis kelebihan
sitoplasma selama spermatogenesis, sekresi sebuah protein pengikat
androgen dan inhibin serta produksi hormone anti-Mullerian
(Junqueira, 2007).
4. Sel Leydig
Sel leydig atau sel interstitial letaknya berkelompok memadat pada
daerah segitiga yang terbentuk oleh susunan-susunan tubulus
seminiferus. Sel ini memiliki inti yang mengandung butir-butir
kromatin kasar dan anak intinya jelas. Sitoplasma sel kaya dengan
benda-benda inklusi seperti titik lipid, dan pada manusia juga
mengandung kristaloid berbentuk batang. Celah di antara tubulus
seminiferus dalam testis diisi kumpulan jaringan ikat, saraf, pembuluh
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental
dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) dilaksanakan di Animal House Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada bulan akhir November sampai
awal Desember 2012 selama 10 hari. Pembedahan organ testis tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) dilaksanakan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung serta pembuatan preparat dan
pengamatan preparat dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi
26
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, digunakan dua macam variabel penelitian, yaitu :
1. Variabel Bebas
a. Ekstrak cabe jawa
b. Zinc (Zn)
2. Variabel Terikat
Jumlah sel germinal testis tikus putih jantan dewasa
D. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3. Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi Hasil Ukur Skala Ukur
Ekstrak cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl)
Buah cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl) yang
dikeringkan lalu digiling sampai halus dan dilakukan proses maserasi dengan konsentrasi 50 mg/ml.
Sumplemen mikro mineral yang dilarutkan sehingga berbentuk cairan yang diberikan secara oral
Gambaran mikroskopik testis yang diamati adalah jumlah sel-sel germinal. Sel-sel ini terdapat pada tubulus seminiferus dan akan mengalami pembelahan yang kompleks untuk membentuk spermatozoa. Terdiri dari spermatogonium, spermatosit primer, spermatid.
Sediaan mikroskopik dengan pewarnaan HE dengan pembesaran mikroskop 40x10 (Wahyuni, 2012). Pengamatan dilakukan pada 9 (Sembilan) tubulus seminiferus tiap pelakuan (Astuti, 2008)
27
E. Alat dan Bahan
Pada penelitian ini digunakan alat-alat dan bahan-bahan penelitian, yaitu:
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan yaitu : kandang tikus yang terbuat dari bak
plastik yang ditutupi dengan kawat pada bagian atasnya sebanyak 6
kandang, botol yang tutupnya diberi pipa alumunium sebagai tempat
minum tikus, spuit oral, toples plastik yang mempunyai tutup, kapas,
jarum pentol, gabus/busa, seperangkat alat bedah (dissecting set),
Improved Neubauer, objek glass dan mikroskop.
2. Bahan Penelitian
Bahan Biologis : tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dewasa, usia 2-4 bulan dan dalam keadaan sehat dengan berat 200 gram. Bahan kimia
adalah ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) dengan dosis pada Kelompok Perlakuan I dan II sebesar 500 mg/kgBB/hari dan dosis pada
kelompok III sebesar 750 mg/kgBB/hari , ZnSO4 dengan dosis 1
mg/kgBB/hari, alkohol 70%-100%, formalin buffer, aquadest, eter dan
pelet lele (pelet ikan) sebagai pakan tikus.
F. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
dewasa dan sehat yang ditandai dengan gerak aktif, diperoleh dari IPB
(Institut Pertanian Bogor). Besar sampel ditentukan berdasarkan buku
28
kelompok. Sedangkan, banyaknya pengulangan ditentukan berdasarkan
rumus Ferderrer :
(4-1)(n-1) ≥ 15
3(n-1) ≥ 15
3n-3 ≥ 15
3n ≥ 18
n ≥ 6
t = kelompok perlakuan (4 kelompok)
n = jumlah pengulangan atau sampel tiap kelompok
G. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
a. Sehat
b. Memiliki berat badan antara 200-250 gram
c. Jenis kelamin jantan
d. Usia 2-4 bulan
2. Kriteria Ekslusi
a. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah 1 minggu
masa adaptasi di laboratorium.
b. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas
kurang atau tidak aktif).
29
H. Prosedur Penelitian
Untuk prosedur pada penelitian ini, diadakan berbagai langkah-langkah
yang sesuai, sebagai berikut :
1. Pemeliharan Hewan Uji
Pada penelitian kali ini hewan uji yang digunakan adalah tikus putih
jantan (Rattus novergicus) strain Sprague dawley dewasa usia 2-4 bulan dengan berat ± 200 gram dan sehat. Hewan uji di tempatkan pada
kandang yang terbuat dari baskom/wadah plastik yang alasnya dilapisi
dengan sekam padi dan diganti setiap 2 hari sekali untuk menjaga
kandang tetap bersih dan mencegah timbulya penyakit akibat infeksi
akibat perkembangan mikroorganisme yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup hewan uji. Kandang diletakkan dalam suhu kamar
dan menggunakan sinar matahari secara tidak langsung. Suhu dan
kelembaban ruangan dibiarkan berada dalam kisaran alamiah. Pada
bagian atas kandang (baskom) ditutupi dengan kawat dan diletakkan
botol tempat minum untuk hewan uji. Untuk makanan hewan uji
diberikan berupa pelet/pakan ikan. Makanan dan minuman di
tempatkan pada wadah terpisah dan diganti setiap 2 hari sekali (pagi
dan sore hari).
2. Persiapan Hewan Uji
Sebelum diberi perlakuan, hewan uji diadaptasikan selama satu minggu
30
terdapat kerusakan pada tubuh hewan uji), kebersihan kandang dan
frekuensi pemberian makan.
3. Penyediaan Ekstrak Cabe Jawa
Pada penelitian ini digunakan bahan ekstrak dari cabe jawa (Piper retrofactum Vahl), ada langkah-langkah pembuatan bahan ekstrak tersebut, yaitu :
Cara pembuatan ekstrak cabe jawa :
Ekstrak dibuat di Bagian Kimia Organik FMIPA Unila. Proses
pembuatan ekstrak etanol cabe jawa dalam penelitian ini menggunakan
etanol teknis 97% sebagai pelarut.
Ekstraksi dimulai dari penimbangan cabe jawa. Selanjutnya seluruh
bagian dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan
menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol teknis dengan
kadar 97 % ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini
selama kurang lebih 2 (dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama
24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu.
Filtrat yang didapat akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotatory Evaporator pada suhu 40 º C sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering. Konsentrasi yang dibutuhkan setelah disaring adalah 50 mg/ml.
Lalu kemudian dilarutkan dalam 1 ml air untuk mendapatkan larutan
31
Cara perhitungan dosis ekstrak cabe jawa:
Dosis ekstrak cabe jawa yang akan digunakan dalam penelitian ini 500
mg/KgBB dan 750 mg/kgBB hewan uji (Evacuasiany dan Puradisastra,
2010).
a. Dosis untuk tiap tikus kelompok P1
500 mg/KgBB x 0,2 kg(berat tikus) = 100 mg
b. Dosis untuk tiap tikus kelompok P2
500 mg/KgBB x 0,2 kg(berat tikus) = 100 mg
c. Dosis untuk tiap tikus kelompok P3
750 mg/KgBB x 0,2 Kg(berat tikus) = 150 mg
Penentuan dosis untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas
rata-rata berat badan hewan uji yaitu sekitar 200 gram. Untuk
masing-masing dosis perhari pada tikus dihitung dari konsentrasi larutan stok.
Dosis pemberian ekstrak cabe jawa pada masing-masing tikus
kelompok P1, P2 dan kelompok P3 (Lansida, 2003) :
Tikus kelompok P1
Dosis larutan stok = dosis perhari tikus
x = 1 ml
Jadi masing-masing tikus pada kelompok II akan diberikan ekstrak
cabe jawa sebanyak 1 ml. Dosis tersebut diberikan 1 kali/hari selama
32
Tikus kelompok P2
Dosis larutan stok = dosis perhari tikus
x = 1 ml
Jadi masing-masing tikus pada kelompok II akan diberikan ekstrak
cabe jawa sebanyak 1 ml. Dosis tersebut diberikan 1 kali/hari selama
10 hari perlakuan.
Tikus kelompok P3
Dosis larutan stok = dosis perhari tikus
x = 1 ml
Jadi masing-masing tikus pada kelompok III akan diberikan ekstrak
cabe jawa sebanyak 1 ml. Dosis tersebut diberikan 1 kali/hari selama
10 hari perlakuan. Total kebutuhan ekstrak cabe jawa selama 10 hari
perlakuan untuk 6 ekor tikus adalah 60 ml.
4. Penyediaan Zinc (Zn)
Penentuan dosis zinc didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Fadda et al tahun 2008 yaitu pemberian seng yang digunakan adalah
zinc sulphate (ZnSO4) sebesar 1 mg/kgBB/hari secara oral. Pemberian
(ZnSO4) untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas rata-rata berat
hewan uji yaitu sekitar 200 gr.Dengan demikian dosis yang dibutuhkan
untuk setiap ekor tikus dalam penelitian ini adalah:
33
Total kebutuhan ZnSO4 selama 10 hari perlakuan untuk 6 ekor tikus
adalah 12 mg
5. Penentuan dosis campuran ekstrak cabe jawa dan ZnSO4
a. Pengenceran ZnSO4 dalam aquadest (Jayanti & Setyaningsih, 2008)
b. Ekstrak cabe jawa + ZnSO4 yang telah di encerkan
Jumlah total larutan dari campuran ekstrak cabe jawa dan ZnSO4
selama 10 hari perlakuan untuk 6 ekor tikus adalah :
60 ml ekstrak cabe jawa + 12 ml ZnSO4 = 72 ml
Jadi dosis campuran larutan ekstrak cabe jawa dan ZnSO4 untuk
setiap ekor tikus pada kelompok perlakuan P3 dan P4 adalah
sebanyak: :
6. Pemberian Perlakuan
Setiap kelompok mempunyai perlakuan yang berbeda, yaitu :
a. Kelompok K : hanya diberi aquades 1,2 ml
b. Kelompok P1 : diberi ekstrak cabe jawa 500 mg/kgBB yang
dilarutkan dalam 1,2 ml aquadest secara oral setiap hari selama 10
hari
c. Kelompok P2 : diberi ekstrak cabe jawa 500 mg/kgBB/hari yang
ditambah ZnSO4 1 mg/kgBB/hari secara oral 1,2 ml setiap hari
34
d. Kelompok P3 : diberi ekstrak cabe jawa 750 mg/kgBB/hari
ditambah ZnSO4 1 mg/kgBB/hari secara oral 1,2 ml setiap hari
selama 10 hari
7. Pengamatan
Setelah 10 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan
dengan cara pemberian larutan ether dan selanjutnya dibedah
menggunakan alat bedah minor. Selanjutnya dilakukan pengamatan
sebagai berikut :
a. Pengambilan dan pemotongan Testis
Setelah pembedahan selesai, pengambilan bagian testis dengan
menggunakan pinset. Kemudian meletakkan testis tikus pada
aluminium foil agar mudah memisahkan testis dengan lemak. Lalu
dipotong bagian tengah secara horizontal lalu diletakkan di dalam
botol berisi formalin.
b. Pembuatan Preparat Histologi
Pembuatan preparat histologi testis dilakukan di Laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas lampung.
Tahap-tahap pembuatan preparat testis sebagai berikut:
1) Fiksasi
Spesimen berupa potongan testis yang telah dipilih difiksasi
dengan larutan pengawet berupa buffer formalin atau formalin
10%. Perbandingan antara volume specimen dengan larutan
35
untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan dan membuat
unsur-unsur jaringan stabil dan tahan terhadap perlakuan
berikutnya.
2) Trimming
Organ yang telah difiksasi kemudian dicuci dengan air mengalir
lalu dipotong setebal 2-4mm, selanjutnya memasukkan
potongan tersebut ke dalam embedding cassette dan dicuci kembali dengan air mengalir.
3) Dehidrasi
Proses dehidrasi dilakukan secara bertahap dengan
menggunakan alkohol 70% selama 10 menit, alkohol 80%, 90%
dan 96% masing-masing selama 60 menit, kemudian alkohol
absolute selama 30 menit. Setelah dehidrasi selesai, dilanjutkan
dengan proses clearing atau penjernihan menggunakan xylol atau toluol murni. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air di dalam jaringan.
4) Infiltrasi Parafin
Proses infiltrasi dilakukan di dalam oven dengan suhu 56°C.
Disebut juga dengan proses impregnasi. Organ testis
dimasukkan ke dalam campuran toluol-parafin dengan
perbandingan 1:1 selama 30 menit. Kemudian berturut-turut
dimasukkan ke dalam : Parafin murni I, II dan III yang
36
5) Embedding
Setelah melalui proses dehidrasi, jaringan yang berada di
embedding cassette dipindahkan ke dalam base mold, kemudian di isi dengan paraffin cair untuk kemudian diletakkan pada
balok kayu ukuran 3x3 cm. Jaringan yang sudah diletakkan
pada balok kayu disebut blok.
6) Cutting
Pemotongan atau cutting dilakukan pada ruang dingin. Sebelum dipotong, blok terlebih dahulu didinginkan. Pemotongan
dilakukan hingga ketebalan 6 mikron. Setelah dipotong, pilih
lembaran jaringan yang paling baik, apungkan pada air di
dalam water bath selama beberapa detik, tunggu sampai potongan mengembang sempurna dan tidak ada kerutan,
kemudian letakkan ditengah slide. Slide kemudian dimasukkan dalam inkubator (suhu 37°C) selama 24 jam sampai jaringan
melekat sempurna.
7) Staining
Setelah jaringan melekat sempurna, selanjutnya dilakukan
pewarnaan menggunakan zat warna HE dengan cara
37
8) Mounting
Setelah pewarnaan selesai, slide ditempatkan di atas kertas tissue pada tempat datar, kemudian ditetesi dengan kanada
balsam dan ditutup dengan cover glass.
c. Perhitungan Populasi Sel germinal
Setelah preparat selesai, dilakukan perhitungan di Laboratorium
Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Perhitungan
populasi sel germinal testis pada 9 (Sembilan) tubulus seminiferus
tiap pelakuan (Astuti, 2008) di bawah mikroskop dengam
pembesaran 40x10. Perhitungan populasi sel germinal terdiri dari :
1) Jumlah sel spermatogonium
2) Jumlah sel spermatosit primer
3) Jumlah sel spermatid
I. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Kelompok penelitian ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu : 1 kelompok
kontrol dan 3 kelompok perlakuan dalam 6 kali pengulangan. Pada tiap
kelompok, data yang terkumpul dianalisis menggunakan program statistic
dengan menggunakan uji one way anova untuk menguji perbedaan rerata kelompok perlakuan. Jika hasil bermakna (p < 0,05) maka dilanjutkan
38
Tikus diadaptasi selama 1 minggu
Diberi ekstrak cabe
Pengamatan jumlah sel germinal dengan mikroskop
Interpretasi hasil pengamatan dan penyusunan laporan
Selesai
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemberian ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) berpengaruh terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
2. Penambahan Zinc (Zn) pada pemberian ekstrak Cabe Jawa (Piper
retrofractum Vahl) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat direkomendasikan
adalah:
1. Bagi peneliti lain, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
durasi waktu perlakuan yang sesuai dengan lamanya proses
spermatogenesis tikus (42 hari) dan Zinc (Zn) dijadikan sebagai kontrol
2. Bagi masyarakat, dapat mengkonsumsi bahan herbal yaitu cabe jawa
(Piper retrofractum vahl) dan Zinc (Zn) untuk mengatasi gangguan aprodisiak
3. Bagi institusi, dapat mendukung visi Fakultas Kedokteran Unila dalam
mencapai 10 Universitas terbaik di Indonesia pada tahun 2025 dengan
DAFTAR PUSTAKA
Afifa, A. 2010. Zinc Mineral Yang Diremehkan. Fakultas Kejuruan dan Alam Bina, Universitas Kebangsaan Malaysia.
Agustian, L. Sembiring, T. Ariani, A. 2009. Zink Terhadap Pertumbuhan Anak. Sari Pediatri, Vol. 11, No.4.Medan.
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Astawan, M. 2008. Zinc Mineral Peningkat Kekebalan Tubuh. (Jurnal). Makasar :
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Makasar.
Astuti, S.D. Muchtadi, M. Astawan, B. Purwantara dan T. Wresdiyati. 2008. Pengaruh pemberian tepung kedelai kaya isoflavon, seng (zn) dan vitamin E terhadap kadar hormone testosterone serum dan jumlah sel
Spermatogenik pada tubuli seminiferi testis tikus jantan. JITV 13 (4): 288-294.
Asyiyah, N. 2005. Tanaman Obat Indonesia. Penerbit: IPTEK. Jakarta.
Chandra. 2010. Zinc Mineral Esensial. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dahlan, S. 2004. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta.
Dahlan, S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta.
Ermayani. 2010. Zinc Immune. Universitas Diponegoro, Semarang.
Ferial, E.W. 2012. Gizi, Infertilitas dan Penanganannya. Jurusan Biologi FMIPA UNHAS, Makassar, Indonesia.
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22. EGC. Jakarta. Hal : 441-449.
Handayani, N. 2001. Fisiologi Reproduksi: Fungsi Testis dan Fertilisasi. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.
52
Hermawanto, H.H. & Hadiwidjaya, D.B. 2007. Analisis Sperma pada Infertilitas Pria. Bagian Patologi Klinik, RSUD dr. Syaiful Anwar, Malang
Hidayat, T.M. 2012. Berbagai Manfaat Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.). Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro, Semarang.
Ilyas, S. 2008. Efektivitas Kontrasepsi Hormonal Pria yang Menggunakan Kombinasi Testosteron Undekanoat dan Noritesteron Enantat. Departemen Biologi, Fakultas MIPA. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Isnawati, A. Endreswari, S. Pudjiastuti. Murhandini. Efek mutagen ekstrak etanol buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Jurnal Bahan Alam Indonesia
2002;1(2):63-67.
Jayanti. Setyaningsih, K. 2008. Pengaruh Laju Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi. Fakultas Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang.
Junqueira, L.C. 2007. Histologi Dasar, Teks dan Atlas, edisi 10, EGC, Jakarta. Hal : 416-417
Kintoko. Prospek pengembangan tanaman obat. Prosiding Persidangan Antara Bangsa Pembangunan Aceh, Universitas Kebangsaan Malaysia, Bangi 2006:178-188.
Lansida. 2003. Pengenceran Larutan, Ekstraksi Obat dan Ekstrasi Pra Analisis. Penerbit : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis, Padang.
Lestari, D.A. 2012. Kenali Gejala Tubuh Kekurangan Zinc. Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Moeloek, N. Lestari, S. Yurnadi. Wahjoedi, B. 2009. Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) SebagaiFitofarmaka Androgenik Pada Pria Hipogonad. Biologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Moore, K.L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Penerbit : Hipokrates. Jakarta. Nuraini, A. Mengenal etnobotani beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai
aprodisiaka. InfoPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia 2003;IV(10):1-4.
Profil Kesehatan Indonesia. 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009
Purwaningsih, E.A. Community–based randomized controlled trial of iron and zinc suplementation in Indonesian infant: effects on child morbidities. M Med Indonesia 2005;40:52–61
53
Rizal, M. Nasrullah. 2004. Pemanfaatan Spermatozoa Epididimis dalam
Teknologi Reproduksi. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian.
Universitas Patimura, Sulawesi Selatan.
Rostiana, O.W. Haryudin, B. Martono, S. Aisyah. 2006. Karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah cabe jawa. Laporan Teknis Penelitian Tanaman Obat. Balai Penelitian Tanaman Rempat dan Obat:90 – 102.
Rukmana, R. 2003. Cabai Jawa : Potensi dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta. 43 hal.
Samodra, W.D. Suhartono, V. Santosa, S. 2009. Pembelajaran Reproduksi Pada Manusia. Universitas Dian Nusantara. Semarang.
Sanocja, D. Kurpisz, M. 2004. Reactive oxygen species and sperm cells. Reprod. Biol. Endocrinol. 2: 12.
Sarwanto, B. W. 2008. Spermiogram Pria Infertil di Laboraturium Infertil-
Andrologi Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Surabaya. Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Litbangkes, surabaya.
Saryono. 2008. Biokimia Reproduksi. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press. Hal. 4 Shankar, A.H. Prasad, A.S. 1998. Zinc and Immune function : the biological vasis
of Altered resistance to infection. Am J Cln Nutr 68 (suppl) : 447S-63S
S i n g g i h , H . 2 0 0 6 . Hama Permukiman Indonesia. B o g o r : F a k u l t a s Kedokteran Hewan IPB
Susantha, R. 2008. Fertilisasi in Vitro. Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali.
Taryono, R.A. Cabe jawa. Penebar Swadaya. 2004:1-63.
Wahjoedi, B. Pudjiastuti. Adjirni. Nuratmi, B. Astuti, Y. Efek androgenik ekstrak etanol cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) pada anak ayam. Jurnal Bahan Alam Indonesia 2004; 3(2):201-204.
Widyana, M. 2011. Sistem Reproduksi Manusia. Stikes Mahardika Cirebon.
Winarto, P. 2008. Cabe Jawa Si Pedas Berkhasiat Obat. Penerbit : Agromedia Pustaka. Jakarta.
World Health Organization, UNICEF, USAID, Johns Hopkins Bloomberg School Of Public Health. Implementing the new recommendations on the clinical management of diarrhoea. Guidelines for policy makers andprogramme