• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper Retrofractum Vahl) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL GERMINAL TESTIS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper Retrofractum Vahl) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL GERMINAL TESTIS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper Retrofractum Vahl) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL GERMINAL TESTIS

TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

Oleh

UTARI GITA MUTIARA

Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan serius, kompleks dan rumit. Besarnya persentase infertilitas pada pria di Indonesia cukup besar ( 40-60%) dan salah satunya adalah gangguan kesuburan. Beberapa cara telah dilakukan untuk mengatasi gangguan kesuburan termasuk dengan pengobatan secara tradisional dengan menggunakan bahan alami. Salah satu tanaman obat yang diduga mempunyai khasiat adalah buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl). Menurut penelitian Kintoko, 2006, cabe jawa cukup aman, mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar hormon testosteron tikus percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai simplisia maupun ekstrak etanol 95%. Selain itu, dipilih juga Zinc (Zn) yang berperan pada proses produksi, penyimpanan dan seksresi hormon testosteron serta sebagai komponen yang sangat diperlukan dalam pengembangan sperma, ovulasi, dan pembuahan. Kekurangan zinc pada pria akan mengganggu proses pembentukan sperma dan perkembangan organ seks primer dan sekunder pria menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig. Tujuan penelitian ini ada 2 yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan dan mengetahui pengaruh penambahan zinc pada pemberian ekstrak cabe jawa terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain Sprague Dawley. Pada penelitian ini, digunakan 24 tikus putih jantan dibagi dalam 4 kelompok secara acak. K (kontrol yang hanya diberi aquadest), P1 (diberi ekstrak cabe jawa 500 mg/kgBB), P2 (diberi ekstrak cabe jawa 500 mg/kgBB dan ZnSO4 1

(2)

mg/kgBB). Setelah 10 hari dilakukan pembedahan testis, pembuatan preparat dan pengamatan preparat secara mikroskopik. Analisa data menggunakan uji Kruskal wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann whitney.

Hasil penelitian didapatkan 1) kelompok K memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok P1, P2 dan P3 dengan nilai (p < 0,05). 2) Kelompok P1 tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok P2 dan P3 dengan nilai (p> 0,05). 3) Kelompok P2 terhadap kelompok P3 tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan nilai (p>0,05)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) berpengaruh pada jumlah sel germinal testis tikus putih jantan

(Rattus norvegicus) dan penambahan Zinc (Zn) pada pemberian ekstrak cabe jawa

(Piper retrofractum Vahl) tidak berpengaruh signifikan pada sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

(3)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl ) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL GERMINAL TESTIS

TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

Oleh

UTARI GITA MUTIARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL

GERMINAL TESTIS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

Nama Mahasiswa : Utari Gita Mutiara

Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011084

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Sutyarso, M. Biomed dr. Syazili Mustofa

Nip 19570424 19873 1 001 Nip 19830713 200812 1 003

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Dr. Sutyarso, M. Biomed

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sutyarso, M. Biomed ______________

Sekretaris : dr. Syazili Mustofa ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Susianti, M.Sc ______________

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M. Biomed

Nip 19570424 19873 1 001

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13 Juli 1991, sebagai anak

bungsu dari dua bersaudara, dari pasangan Drs. H. Mukhlis Basri, S.T, M.T, M.Si

dan Hj. Ida Nirwana.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Satria Bandar

Lampung, pada tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Rawa

Laut, Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Lanjutan tingkat Pertama

(SLTP) di SMPN 2 Bandar Lampung, pada tahun 2006, Sekolah Lanjutan Tingkat

atas (SLTA) di SMAN 10 Bandar Lampung, pada tahun 2009.

Pada tahun itu juga, tahun 2009, setelah menamatkan SMA, penulis terdaftar

sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif pada organisasi BEM FK Unila tahun 2009-2011.

(7)

ALHAMDULILLAH

Sebuah Karya Tulis ini, ku Persembahkan Untuk

Mama, Papa,

Cikwo, Oddo, Shabiyya,

Mas Inal

Atas semangat, dukungan, kasih sayang

dan perhatian yang begitu besar

Serta doa kalian

(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta’ala, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam

semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul : PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CABE JAWA

(Piper retrofractum Vahl) DAN ZINC (Zn) TERHADAP JUMLAH SEL

GERMINAL TESTIS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus), adalah salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, selaku rektor Universitas Lampung;

2. Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung;

3. Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya

untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesain

(9)

4. dr. Syazili Mustofa, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesain skripsi

ini;

5. dr. Susianti, M.Sc, selaku Penguji Utama. Terima kasih atas waktu, ilmu

dan saran-saran yang telah diberikan dalam proses penyelesain skripsi ini;

6. dr. Masykur Berawi, Sp.A dan dr. Rizki Hanriko , selaku Pembimbing

Akademik;

7. Yang tercinta Papa dan Mama yang tiada henti-hentinya mendoakan,

mendukung, membimbing dan selalu memberikan yang terbaik dalam

hidupku. Tiada yang dapat menggantikan jasa kalian kepadaku;

8. Ketiga kakakku tersayang Miryando Eka Putra, S.H, M.H, Dina Tyagita

Vidya, S.H, M,H dan Nindya Adiwiyantari, S.E serta adikku Muhammad

Nur Aditya atas bimbingan, dukungan serta doa yang selalu diberikan;

9. Radinal Yusivanandra Prayitno, S.Ked, yang setia mendukung, membantu

dan memberikan semangat dalam suka duka dan cita kepadaku;

10.Kelima kesayangan, Shabiyya Kalya Aqillah, Ratu, Nadine, Hatta dan

Nayla yang dengan senyum dan tawanya selalu dapat menghiburku;

11.Seluruh Keluarga Besarku, teriamakasih atas bantuan, do’a dan semangat

yang telah diberikan;

12.Sahabatku tercinta, Vallensia Nurdiana Febriyanti terimakasih telah

memberikan semangat, dukungan, tawa serta canda selama ini kepadaku;

13.Riska Tiarasari, teman seperjuanganku dalam penelitian ini terima kasih

(10)

14.Teman-teman satu team Riska Tiarasari, Dyah Gaby Kesuma, Ressi Ana

Maisuri, Talitha Badzlina, Rizkiana Ramadona terima kasih untuk bantuan

dan dukungannya;

15.Sahabat-sahabatku tersayang Raisa Harly, Tara Lioni, Sespana dan Bunga

Annisa terima kasih atas kebersamaan, semangat dukungan serta doa yang

telah kalian berikan;

16.Sahabat-sahabatku tersayang Vindita Mentari, Cyntia Amanda dan Charla

Gutri terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan semangat yang telah

kalian berikan;

17.Sahabat-sahabatku tersayang Finda Melinda, Litha Yuninda, Mayfree Syari

dan Alduri Asfira terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah

kalian berikan;

18.Sahabat-sahabatku terbaik Riska Tiarasari, Nirmala Astri, R.A. Siti

Marhani, Intan Putri, Evi Febriani, Widhi Astuti, Rinavi Adrin, Hema

Anggika, Siti Soraya, atas dukungan dan semangat yang telah kalian

berikan;

19.Teman-teman PA ku, Ummi Kaltsum, Tetra Arya dan Widhi Astuti yang

telah mendukung dan memberikan do’a kepadaku;

20.Teman-temanku Pasca, Iqbal, Emon, Fariz, Prata, Hario, Angga, Deem,

Galih dan Hilman atas kebersamaan dan bantuannya selama ini;

21.Teman-teman kelompok propti Derma yaitu R.A. Siti Marhani, Vindita

Mentari, Riska Tiarasari, Hema Anggika, Giska Tri Putri, M.Rizki

(11)

M. Patrio Gondo, dan Afga Revindo terima kasih atas kebersamaan serta

semangat yang telah diberikan dari awal masuk FK sampai saat ini;

22.Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis

untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai

cita-cita;

23.Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai

khususnya untuk Mba Lisa dan Mas Bayu yang turut membantu dalam

proses penelitian dan penyusunan skripsi ini;

24.Teman-teman angkatan 2009 (DORLAN) yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terima kasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang

terjalin dan memberi motivasi belajar;

25.Kakak-kakak dan adik-adik tingkatku (angkatan 2002–2012) yang sudah

memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, April 2013

Penulis.

(12)

DAFTAR ISI

3. Penyebab Infertilitas... 9

(13)

D. Efek Cabe Jawa dan Zinc terhadap Infertilitas... 16

1. Efek Cabe Jawa terhadap Infertilitas ... 16

2. Efek Zinc terhadap Infertilitas ... 19

F. Gambaran Histologi Sistem Reproduksi Pria... 22

1. Tubulus Seminiferus ... 22

D. Definisi Operasional Variabel ... 26

E. Alat dan Bahan ... 27

F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

G. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 28

H. Prosedur Penelitian ... 29

I. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 37

(14)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

(15)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori... 6

2. Kerangka Konsep ... 7

3. Tanaman Cabe Jawa ... 12

4. Struktur Piperin ... 17

5. Gambaran Histologi Sel Germinal ... 23

6. Alur Penelitian ... 38

7. Gambaran Histologi Tubulus Seminiferus ... 40

8. Gambaran Histologi Tubulus Seminiferus Setiap Kelompok ... 41

9. Grafik Histogram Perhitungan Jumlah Sel Germinal Testis ... 43

(16)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Cabe Jawa ... 10

2. Kebutuhan Zinc ... 15

3. Definisi Operasional Penelitian... 26

4. Hasil pengamatan jumlah sel germinal testis ... 42

5. Hasil uji distribusi data jumlah sel germinal testis... 44

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan

penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas

wanita dalam penatalaksanaan diagnosis dan terapi pasangan suami isteri

yang ingin punya anak. Besarnya persentase infertilitas pada pria cukup besar ( 40-60%) dan salah satunya adalah gangguan kesuburan. Selain

itu penanganan infertilitas pria merupakan masalah yang cukup kompleks

dan rumit(Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

Besarnya persentase infertilitas pada pria cukup besar ( 40-60%). Selain

itu penanganan infertilitas pria merupakan masalah yang cukup kompleks

dan rumit (Moeloek dkk, 2009).

Gangguan kesuburan pada pria dapat dibagi atas 3 golongan yakni

Pre-testikuler, Testikuler, Post-testikuler. Gangguan pre-testikuler berkaitan

(18)

2

seperti menurunnya produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan

Luteinizing Hormone (LH) sehingga menimbulkan keadaan yang disebut

hipogonadisme. Gangguan testikuler dapat terjadi di dalam tubulus seminiferus, misalnya testis rusak akibat trauma atau infeksi. Adapun

gangguan post-testikuler adalah berbagai gangguan yang terjadi setelah

spermatozoa keluar dari tubulus seminiferus, misalnya gangguan

viabilitas dan motilitas spermatozoa karena infeksi atau sebab lainnya.

Salah satu pemeriksaan untuk mengetahui infertilitas atau tidak adalah

dengan melihat gambaran Histologi sel germinal testis (Sarwanto, 2008).

Salah satu tanaman obat bisa membantu dan diduga mempunyai

kandungan androgen (khusus pria) adalah buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl). Obat fitofarmaka cabe jawa telah banyak digunakan oleh masyarakat secara luas sebagai obat tradisional. Secara empirik buah

cabe jawa telah digunakan sebagai obat lemah syahwat (aprodisiak),

lambung lemah, dan peluruh keringat dan rematik (Wahjoedi, 2004)

Salah satu penelitian cabe jawa antara lain adalah yang dilakukan oleh

Isnawati (2002) dalam bentuk infus, LD50 nya termasuk bahan yang tidak

toksik, infus pada dosis 2,1 miligram/10 gram berat badan pada tikus

putih mempunyai efek androgenik dan anabolik.Kemudian dalam bentuk

suspensi sampai dengan dosis 1400 miligram/10 gram berat badan mencit

(ekuivalen dengan 100 kali dosis manusia) yang diberikan secara oral.

(19)

3

serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai simplisia maupun

ekstrak etanol 95%. Kelihatannya ekstrak cabe jawa ini mempunyai

prospek positif untuk dapat dikembangkan menjadi fitofarmaka

androgenik melalui berbagai aspek penelitian secara klinik. Fitofarmaka

merupakan sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya,

bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah

memenuhi persyaratan yang berlaku (Kintoko, 2006)

Kekurangan zinc (Zn) akan mengganggu proses pembentukan sperma dan

perkembangan organ seks primer dan sekunder pada pria. Kekurangan

zinc pada pria menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig.

Dimana testosteron adalah hormon yang mempengaruhi libido dan

ciri-ciri kelamin sekunder=laki-laki. Dalam keadaan normal atau sehat jumlah

zinc (Zn) yang dianjurkan untuk pria dewasa sebanyak 15 mg per hari,

sedangkan wanita 12 mg per hari (DepKes, 2009).

Penelitian yang telah dilakukan sebagian besar mengenai pengaruh zinc

(Zn) terhadap jumlah sel germinal testis dan sebagian kecil pengaruh

ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) terhadap sel germinal testis. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian melihat pengaruh dari

keduanya terhadap jumlah sel germinal testis pada tikus jantan putih

(20)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diuraikan yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian yaitu :

1. Apakah pengaruh ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl)

terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus),

2. Apakah pengaruh penambahan Zinc (Zn) pada pemberian ekstrak

cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus),

2. Mengetahui pengaruh penambahan Zinc (Zn) pada ekstrak Cabe Jawa

(Piper retrofractum Vahl) terhadap jumlah sel germinal testis pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menambah ilmu mengenai

khasiat ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn)terhadap jumlah sel germinal

(21)

5

2. Bagi institusi, sebagai bahan kepustakaan yang mendukung Visi

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada tahun 2025,

3. Bagi masyarakat, agar mengetahui manfaat yang didapatkan dari

penggunaan cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) dan zinc (Zn) pada kesuburan pria.

E. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori

Infertilitas pada pria dapat terjadi, baik karena faktor intrinsik maupun

karena faktor ekstrinsik. Dari faktor intriksik disebabkan karena

adanya gangguan hormon, gangguan anatomis, maupun gangguan

imunologis. Sedangkan dari faktor ekstrinsik disebabkan karena pola

hidup yang kurang sehat seperti jarang berolahraga, konsumsi rokok

dan alkohol, dan stres (Ferial, 2012)

Kekurangan zinc akan mengganggu proses pembentukan sperma dan

perkembangan organ seks primer dan sekunder pada pria. Kekurangan

zinc pada pria menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig.

Dimana testosteron adalah hormon yang mempengaruhi libido dan

ciri-ciri kelamin sekunder=laki-laki (DepKes, 2009).

(22)

6

percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai

simplisia maupun ekstrak etanol 95% (Kintoko, 2006)

Gambar 1. Kerangka Teori

Keterangan :

: Mempengaruhi Gambaran Histologi testis dan Spermatogenesis

(23)

7

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dibuat suatu hipotesis

bahwa Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) dan zinc (Zn) dapat memberikan pengaruh terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infertilitas

1. Definisi Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah

sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali

seminggu tanpa kontrasepsi (Heffner & Schust, 2008)

Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama

secara teratur 2-3 kali seminggu, tanpa memakai metode pencegahan

belum mengalami kehamilan selama satu tahun (Susantha, 2008)

2. Jenis Infertilitas

Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas

sekunder. Infertilitas primer adalah kalau istri belum pernah hamil

walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada

kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.

Infertilitas sekunder adalah kalau istri pernah hamil, namun kemudian

(25)

9

kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama

dua belas bulan (Ilyas, 2008)

3. Penyebab Infertilitas

a. Masalah ejakulasi

Ejakulasi retrograde yang berhubungan dengan diabetes,

kerusakan saraf, obat-obatan atau trauma bedah.

b. Faktor lain

Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau

semen adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan

seksual, stress, nutrisi yang tidak adekuat, asupan alkohol

berlebihan dan nikotin.

c. Faktor pekerjaan

Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah

temperature tubuh, Spermagenesis diperkirakan kurang efisien

pada pria dengan jenis pekerjaan tertentu, yaitu pada petugas

pemadam kebakaran dan pengemudi truk jarak jauh (Rizal &

Nasrullah, 2004).

B. Cabe Jawa

1. Definisi Cabe Jawa

Cabe jawa merupakan tanaman tahunan yang banyak tumbuh di

(26)

10

laut. Daerah sentra produksi cabe jawa diantaranya adalah di Madura

yang meliputi seluruh Kabupaten, Lamongan, dan Lampung serta

Sumatera Selatan (Taryono, 2004).

Di Indonesia, cabe jawa telah menyebar ke Pulau Jawa, Sulawesi

Utara, Bali, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan. Hal ini

memunculkan beberapa nama untuk cabe jawa, tergantung daerahnya,

seperti campli puta (Manado), lada panjang (Minang), dan sebagainya

(Winarto, 2008).

2. Klasifikasi Cabe Jawa

Cabe jawa memiliki beberapa nama daerah, yaitu: di Sumatera disebut

lada panjang, cabai jawa, cabai panjang. Di jawa, namanya cabean,

cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, cabe sula. Klasifikasi cabe jawa :

Tabel 1. Klasifikasi Cabe Jawa Kingdom Plantae

(27)

11

3. Morfologi Cabe Jawa

Secara morfologi cabe jawa mempunyai bagian- bagian yang tidak

berbeda dari tanaman lainnya, yaitu akar, batang, daun, bunga, dan

buah. Cabe Jawa punya dua akar yaitu akar utama, berada dalam tanah

dan berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah,

panjangnya 1-2 meter, dan akar lekat yang panjangnya 3-5 cm, berada

di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk melekatkan batang

sehingga tanaman dapat memanjang (Rostiana, 2006).

Daun berbentuk bundar telur sampai lonjong, tunggal berseling,

pangkal tumpul, ujung meruncing, bertulang menyirip terdiri dari 3-5

pasang, permukaan daun bagian atas licin dan bagian bawah berbintik,

daun muda berwarna hijau kekuningan, dan daun tua berwarna hijau

mengkilap. Lebar daun 5-10 cm, panjangnya 14-19 cm.

Bunga majemuk dan berkelamin tunggal. Bunga majemuk tersebut

tersusun dalam bentuk bulir. Panjang tangkai bunga dapat mencapai

0,5-2,0 cm. Benang sari berjumlah 2-3 buah, tangkai sari pendek, dan

berwarna kuning. Putik berjumlah 2-3 buah dan berwarna hijau

kekuningan (Rostiana, 2006).

Buah cabe jawa berbentuk silinder, berukuran 4-6 cm. Buah muda

berwarna hijau, setelah cukup tua berwarna kuning gading, dan

(28)

12

Gambar 3. Buah Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl)

4. Kandungan Cabe Jawa

Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jawa antara lain beberapa

jenis alkaloid seperti piperine, piperlonguminine, sylvatine,

guineensine, piperlongumine, filfiline, sitosterol, methyl piperate,

asam amino serta minyak atsiri sebagai alkaloid utama yang

terkandung dalam cabe jawa (Nuraini, 2003).

Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmetic

acids, tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3, 4- methylenedioxy

benzene, piperidin, minyak atsiri , N-isobutyldekatrans- 2-trans-4-

dienamide dan sesamin. Piperine mempunyai daya antipiretik,

analgesik, antiinflamasi dan menekan susunan saraf pusat. Bagian

akar mengadung piperine, piplartine, dan piperlonguminine

(29)

13

C. Zinc (Zn)

1. Definisi Zinc (Zn)

Zinc (Zn) adalah salah satu mineral yang paling penting dan esensial

yang dibutuhkan tubuh. Zinc melakukan banyak fungsi seperti yang

digunakan dalam tubuh untuk mensintesis 100 enzim, membangun

sistem kekebalan tubuh, dan membantu untuk mempertahankan indera

penciuman dan rasa. Hal ini juga disebut mineral seks karena penting

untuk libido, serta memproduksi dan mempertahankan hormon

testosteron (Linder, 2006).

2. Fungsi dan Manfaat Zinc (Zn)

Zinc (Zn) merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat

perhatian yang cukup besar akhir-akhir ini. Zinc berperan di dalam

bekerjanya lebih dari 10 macam enzim. Berperan di dalam sintesa

Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA),

dan protein. Maka bila terjadi defisiensi zinc dapat menghambat

pembelahan sel, pertumbuhan dan perbaikan jaringan (WHO, 2006)

Zinc (Zn) merupakan mineral yang berperan sebagai kofaktor lebih

dari 100 enzim dan penting untuk metabolism asam nukleat dan

sintesis protein. Zinc menstimulasi aktivitas lebih dari 100 enzim yang

memiliki fungsi penting bagi tubuh termasuk produksi insulin,

membuat sperma dan memainkan peran penting dalam sistem imun

dan sintesis DNA. Zinc membantu penyembuhan luka dan membantu

pasien mempertahankan kemampuan dalam pengecapan dan

(30)

14

Zinc merupakan komponen penting dari tubuh dan merupakan

konstituen penting dari sel. Unsur zinc ini adalah elemen penting

untuk mengaktifkan fungsi beberapa enzim dalam tubuh yang

memainkan peran penting dalam kegiatan metabolisme tubuh yang

berbeda. Di samping itu, memainkan peran utama dalam

penyembuhan luka, membangun sistem kekebalan tubuh, dan

dibutuhkan dalam sintesis DNA. Di antara banyak fungsi, zinc

mendukung pertumbuhan normal dan perkembangan selama

kehamilan, dan merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam

pengembangan sperma, ovulasi, dan pembuahan (Chandra, 2010).

Defisiensi zinc dilaporkan juga mampu menghambat proses

spermatogenesis dan menyebabkan degenerasi sel benih serta

mengakibatkan degenerasi epitel tubuli seminiferus dan menghentikan

produksi spermatozoa sehingga menurunkan konsentrasi spermatozoa

(Afifa, 2010).

3. Kebutuhan Zinc (Zn)

Kebutuhan zinc harus memperhitungkan bioavailability dari bahan makanan yang mengandung zinc. Yang dimaksud dengan

bioavailability zinc adalah efek dari setiap proses; baik fisik, kimia maupun fisiologis yang berpengaruh terhadap jumlah zinc yang

diserap dari bahan makanan sampai menjadi bentuk biologis yang

aktif untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan fungsional (Almatsier,

(31)

15

Defisiensi zinc ditandai dengan kehilangan nafsu makan, pada anak

pertumbuhan terhambat, pada anak laki-laki kelenjar kelamin

mengecil, kehilangan daya kecap dan rambut yang berwarna suram

(Lestari, 2012).

Bagi bayi umur 0 - 6 bulan, kebutuhan hariannya yang cukup (AI =

adequate intake) akan zinc adalah 2.0 miligram per hari. RDA untuk

zinc bagi bayi umur 7 hingga 12 bulan, anak-anak dan dewasa per

miligram per hari adalah sebagai berikut menurut RDA

(Recommended Dietary Allowance) zinc bagi bayi di atas 7 bulan,

Anak-Anak dan Orang Dewasa (Agustian dkk, 2009)

Tabel 2. Kebutuhan Zinc (Zn)

Bayi ( 7 bulan – 3 tahun ) 3 mg Anak ( 4 tahun – 8 tahun ) 5 mg Anak ( 9 tahun – 13 tahun ) 8 mg

Usia 14 hingga 18 tahun

(32)

16

4. Sumber Zinc (Zn)

Sumber zinc dari makanan biasanya berhubungan dengan protein,

kadar yang tinggi didapat dalam kacang–kacangan. Absorbsi zinc

sangat bervariasi (5% tidak hanya pada kandungan zinc dalam diet,

tapi juga tergantung pada bioavaibilitas zinc. Zinc dari produk hewani

merupakan zinc yang mudah diserap, sedangkan zinc dari produk

nabati absorbsinya tergantung pada kandungan zinc. Kombinasi antara

sumber makanan berprotein tinggi dan hambatan absorbsi pada

sumber makanan nabati menimbulkan kecenderungan terjadinya

defisiensi pada masyarakat di Negaraberkembang (Astawan, 2008).

Beberapa makanan yang kaya akan kandungan zinc termasuk

diantaranya adalah daging merah, daging unggas, kepiting, lobster,

kacang tanah, kacang panjang, susu, yogurt, keju, roti gandum, dan

sereal sarapan yang dilengkapi seng (Astawan, 2008).

D. Efek Cabe Jawa dan Zinc (Zn) terhadap Infertilitas

1. Efek Cabe Jawa terhadap Infertilitas

Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki

efek stimulan terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan

stamina tubuh. Efek hormonal dari tanaman ini dikenal sebagai

afrodisiaka. Kandungan kimia atau senyawa kimia yang berperan

sebagai afrodisiaka adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin

dan senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran darah. Bagian

(33)

17

senyawa aktif yang berkhasiat afrodisiaka di dalam buahnya adalah

senyawa piperine (Nuraini, 2003).

Gambar 4. Struktur Piperine

Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) adalah salah satu tanaman yang tumbuh subur di Indonesia dan banyak digunakan dalam pengobatan

tradisional. Dari berbagai hasil pengujian baik secara empiris maupun

klinis telah diketahui bahwa cabe Jawa mempunyai efek farmakologis

seperti menghangatkan tubuh, meningkatkan gairah seksual,

menambah nafsu makan, melancarkan peredaran darah, meningkatkan

kesuburan pada pria dan masih banyak lagi kegunaan lainnya. Karena

kegunaannya tersebut, saat ini cabe Jawa banyak digunakan dalam

obat tradisional (Hidayat, 2012).

Cabe jawa memiliki efek stimulan terhadap sel darah sehingga mampu

meningkatkan stamina tubuh. Efek hormonal ini disebut afrodisiaka.

Cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena memiliki efek

androgenik, anabolik dan antivirus. Bagian yang dimanfaatkan

sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan diduga senyawa aktif yang

berkhasiat afrodisiaka di dalam buahnya adalah senyawa piperin.

(34)

18

didapatkan hasil bahwa cabe jawa dapat meningkatkan kadar

testosterone darah pada 7 dari 9 orang pria hipogonad (78%). Dapat

disimpulkan bahwa ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) pada dosis 100mg/hari dapat bersifat atau bertindak sebagai fitofarmako

androgenik yakni dapat meningkatkan kadar hormone testosterone

darah dan libido pada pria hipogonad serta bersifat aman. Namun,

pada dosis tersebut ekstrak cabe jawa tidak dapat menurunkan kadar

FSH dan LH pada pria hipogonad dan tidak berpengaruh terhadap

PSA (Prostate-Spesific Antigen) serta berat badan pria hipogonad (Purbani, 2008).

Ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) cukup aman, mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar hormon testosteron tikus

percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai

simplisia maupun ekstrak etanol 95% (Isnawati dkk, 2002).

Kelihatannya ekstrak cabe jawa ini mempunyai prospek positif untuk

dapat dikembangkan menjadi fitofarmaka androgenik melalui

berbagai aspek penelitian secara klinik. Fitofarmaka merupakan

sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan

bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah

memenuhi persyaratan yang berlaku. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian untuk melihat pengaruh androgenik ekstrak cabe jawa pada

pria infertil dengan menggunakan pria hipogonad sebagai subjek

(35)

19

2. Efek Zinc (Zn) Terhadap Infertilitas

Zinc penting untuk pertumbuhan dan replikasi sel, kematangan organ

seks, fertilitas dan reproduksi, mencegah buta senja, imunitas, daya

kecap dan selera makan. Akibat paling hebat dari defisiensi zinc

adalah gangguan pertumbuhan. (Sanocja & Kurpisz, 2004).

Kekurangan zinc akan mengganggu proses pembentukan sperma dan

perkembangan organ seks primer dan sekunder pria. Kekurangan zinc

pada pria menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig.

Testosteron adalah hormon yang mempengaruhi libido=dan=

ciri-ciri=kelamin=sekunder=laki laki=(DepKes, 2009).

Kelenjar prostat memerlukan zinc untuk mencegah bekerjanya enzim

5-alfa reduktase yang mengubah testoteron menjadi dihidrotestoteron.

Penumpukan dihidrotestoteron pada prostat terjadi pada defisiensi

zinc, yang menyebabkan kelenjar ini membengkak, menghalangi

keluarnya urin pada orang tua – keadaan ini disebut pembengkakan

jinak pada prostat atau benign prostate hypertrophy (BPH).

Kekurangan zinc bisa menyebabkan penurunan hormon testosteron,

penyusutan testis, dan pengurangan produksi sperma yang sehat.

Dalam keadaan normal atau sehat jumlah yang dianjurkan untuk pria

dewasa sebanyak 15 mg per hari, sedangkan wanita 12 mg per hari

(36)

20

E. Hormon Yang Berperan Pada Pria 1. Hormon Testosteron

Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara

tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan

sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis

untuk membentuk spermatosit sekunder. Sebagian besar testosteron

berikatan longgar dengan protein plasma yang terdapat dalam darah

dan sebagian terikat pada jaringan yang dibuahi dalam sel menjadi

dehidrasi testosteron. Testosteron yang tidak terikat pada jaringan

dengan cepat diubah oleh hati menjadi aldosteron dan

dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresi dalam usus melalui

empedu ke dalam urin. Hormon testosterone memiliki banyak fungsi

yaitu :

 Efek desensus (penempatan) testis.

Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang

penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan

manusia dan merupakan faktor keturunan.

 Perkembangan seks pria dan sekunder.

Sekresi testosteron setelah pubertas menyebabkan penis, testis,

dan skrotum. Membesar sampai usia 20 tahun serta

mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai

(37)

21

2. Hormon LH (Luteinizing Hormone)

LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi

menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.

3. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone)

FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan

berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini,

pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.

4. Hormon Estrogen

Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH.

Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang

mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam

cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk

pematangan sperma. Walaupun kadar hormone estrogen ini tidak

sebanyak yang ada pada wanita.

5. Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme

testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan

(38)

22

F. Gambaran Histologi Sistem Reproduksi Pria

1. Tubulus Seminiferus

Epitel tubulus seminiferus berada tepat di bawah membrane basalis

yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut jaringan

peritubular yang mengandung serat-serat jaringan ikat, sel-sel

fibroblast dan sel otot polos yang disebut dengan sel mioid. Setiap

tubulus dilapisi epitel berlapis majemuk, garis tengahnya lebih kurang

150-250 µm dan panjangnya 30-70 cm. Panjang seluruh tubulus satu

testis mencapai 250 m. Pada ujung setiap lobules, lumen menyempit

dan berlanjut ke dalam ruas pendek yang dikenal tubulus rektus, atau

tubulus lurus yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan

labirin saluran-saluran berlapis epitel yang berkesinambungan yaitu

rete testis (Junqueira, 2007).

Tubulus seminiferus terdiri dari sel spermatogenik dan sel sertoli yang

mengatur dan menyokong nutrisi spermatozoa yang berkembang, hal

ini tidak dijumpai pada sel tubuh lainnya. Sel-sel spermatogenik

membentuk sebagian terbesar dari lapisan epitel dan melalui

prolifwrasi yang kompleks akan menghasilkan spermatozoa

(Junqueira, 2007).

2. Sel-sel germinal/sel-sel spermatogenik

Spermatogonium adalah sel spermatif yang terletak di samping lamina

basalis. Sel spermatogonium relative kecil, bergaris tengah sekitar 12

(39)

23

kematangan kelamin, sel ini mengalami sederetan mitosis lalu

terbentuk sel induk atau spermatogonium tipe A, dan berdiferensiasi

selama mitotic progresif menjadi spermatogonium tipe B.

Spermatogonium tipe A adalah sel induk untuk garis keturunan

spermatogenik sedangkan spermatogonium tipe B merupakan sel

progenitor yang berdiferensiasi menjadi spermatosit primer

(Junqueira, 2007).

Spermatosit primer memiliki 46 (44+XY) kromosom dan 4N DNA,

spermatosit primer merupakan sel yang terbesar pada garis turunan

spermatogenik ditandai adanya kromosom yang berbeda di dalam

intinya. (Junqueira, 2007).

Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis karena

merupakan sel berumur pendek yang berada dalam fase interfase yang

singkat dengan cepat memasuki pembelahan kedua. Spermatosit

sekunder memiliki 23 kromosom (22+X atau 22+Y) dengan

pengurangan DNA per sel (dari 4N menjadi 2N) (Junqueira, 2007).

(40)

24

3. Sel sertoli

Sel sertoli adalah sel pyramid yang memanjang yang sebagian

memeluk sel-sel dari garis keturunan spermatogenik. Dasar sel sertoli

melekat pada lamina basalis, sedangkan ujung apeksnya meluas ke

dalam tubulus seminiferus. Memiliki inti yang memanjang yang

sering berbentuk segitiga, memiliki banyak lipatan dan sebuah anak

inti yang mencolok, memiliki sedikit heterokromatin. Fungsi utama

sel sertoli adalah untuk menunjang, emlindungi dan mengatur nutrisi

spermatozoa. Selain itu fungsinya sebagai fagositosis kelebihan

sitoplasma selama spermatogenesis, sekresi sebuah protein pengikat

androgen dan inhibin serta produksi hormone anti-Mullerian

(Junqueira, 2007).

4. Sel Leydig

Sel leydig atau sel interstitial letaknya berkelompok memadat pada

daerah segitiga yang terbentuk oleh susunan-susunan tubulus

seminiferus. Sel ini memiliki inti yang mengandung butir-butir

kromatin kasar dan anak intinya jelas. Sitoplasma sel kaya dengan

benda-benda inklusi seperti titik lipid, dan pada manusia juga

mengandung kristaloid berbentuk batang. Celah di antara tubulus

seminiferus dalam testis diisi kumpulan jaringan ikat, saraf, pembuluh

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental

dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus

putih jantan (Rattus norvegicus) dilaksanakan di Animal House Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada bulan akhir November sampai

awal Desember 2012 selama 10 hari. Pembedahan organ testis tikus putih

jantan (Rattus norvegicus) dilaksanakan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung serta pembuatan preparat dan

pengamatan preparat dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi

(42)

26

C. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, digunakan dua macam variabel penelitian, yaitu :

1. Variabel Bebas

a. Ekstrak cabe jawa

b. Zinc (Zn)

2. Variabel Terikat

Jumlah sel germinal testis tikus putih jantan dewasa

D. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Hasil Ukur Skala Ukur

Ekstrak cabe jawa (Piper

retrofractum Vahl)

Buah cabe jawa (Piper

retrofractum Vahl) yang

dikeringkan lalu digiling sampai halus dan dilakukan proses maserasi dengan konsentrasi 50 mg/ml.

Sumplemen mikro mineral yang dilarutkan sehingga berbentuk cairan yang diberikan secara oral

Gambaran mikroskopik testis yang diamati adalah jumlah sel-sel germinal. Sel-sel ini terdapat pada tubulus seminiferus dan akan mengalami pembelahan yang kompleks untuk membentuk spermatozoa. Terdiri dari spermatogonium, spermatosit primer, spermatid.

Sediaan mikroskopik dengan pewarnaan HE dengan pembesaran mikroskop 40x10 (Wahyuni, 2012). Pengamatan dilakukan pada 9 (Sembilan) tubulus seminiferus tiap pelakuan (Astuti, 2008)

(43)

27

E. Alat dan Bahan

Pada penelitian ini digunakan alat-alat dan bahan-bahan penelitian, yaitu:

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan yaitu : kandang tikus yang terbuat dari bak

plastik yang ditutupi dengan kawat pada bagian atasnya sebanyak 6

kandang, botol yang tutupnya diberi pipa alumunium sebagai tempat

minum tikus, spuit oral, toples plastik yang mempunyai tutup, kapas,

jarum pentol, gabus/busa, seperangkat alat bedah (dissecting set),

Improved Neubauer, objek glass dan mikroskop.

2. Bahan Penelitian

Bahan Biologis : tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dewasa, usia 2-4 bulan dan dalam keadaan sehat dengan berat 200 gram. Bahan kimia

adalah ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) dengan dosis pada Kelompok Perlakuan I dan II sebesar 500 mg/kgBB/hari dan dosis pada

kelompok III sebesar 750 mg/kgBB/hari , ZnSO4 dengan dosis 1

mg/kgBB/hari, alkohol 70%-100%, formalin buffer, aquadest, eter dan

pelet lele (pelet ikan) sebagai pakan tikus.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

dewasa dan sehat yang ditandai dengan gerak aktif, diperoleh dari IPB

(Institut Pertanian Bogor). Besar sampel ditentukan berdasarkan buku

(44)

28

kelompok. Sedangkan, banyaknya pengulangan ditentukan berdasarkan

rumus Ferderrer :

(4-1)(n-1) ≥ 15

3(n-1) ≥ 15

3n-3 ≥ 15

3n ≥ 18

n ≥ 6

t = kelompok perlakuan (4 kelompok)

n = jumlah pengulangan atau sampel tiap kelompok

G. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Sehat

b. Memiliki berat badan antara 200-250 gram

c. Jenis kelamin jantan

d. Usia 2-4 bulan

2. Kriteria Ekslusi

a. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah 1 minggu

masa adaptasi di laboratorium.

b. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas

kurang atau tidak aktif).

(45)

29

H. Prosedur Penelitian

Untuk prosedur pada penelitian ini, diadakan berbagai langkah-langkah

yang sesuai, sebagai berikut :

1. Pemeliharan Hewan Uji

Pada penelitian kali ini hewan uji yang digunakan adalah tikus putih

jantan (Rattus novergicus) strain Sprague dawley dewasa usia 2-4 bulan dengan berat ± 200 gram dan sehat. Hewan uji di tempatkan pada

kandang yang terbuat dari baskom/wadah plastik yang alasnya dilapisi

dengan sekam padi dan diganti setiap 2 hari sekali untuk menjaga

kandang tetap bersih dan mencegah timbulya penyakit akibat infeksi

akibat perkembangan mikroorganisme yang dapat mengganggu

kelangsungan hidup hewan uji. Kandang diletakkan dalam suhu kamar

dan menggunakan sinar matahari secara tidak langsung. Suhu dan

kelembaban ruangan dibiarkan berada dalam kisaran alamiah. Pada

bagian atas kandang (baskom) ditutupi dengan kawat dan diletakkan

botol tempat minum untuk hewan uji. Untuk makanan hewan uji

diberikan berupa pelet/pakan ikan. Makanan dan minuman di

tempatkan pada wadah terpisah dan diganti setiap 2 hari sekali (pagi

dan sore hari).

2. Persiapan Hewan Uji

Sebelum diberi perlakuan, hewan uji diadaptasikan selama satu minggu

(46)

30

terdapat kerusakan pada tubuh hewan uji), kebersihan kandang dan

frekuensi pemberian makan.

3. Penyediaan Ekstrak Cabe Jawa

Pada penelitian ini digunakan bahan ekstrak dari cabe jawa (Piper retrofactum Vahl), ada langkah-langkah pembuatan bahan ekstrak tersebut, yaitu :

Cara pembuatan ekstrak cabe jawa :

Ekstrak dibuat di Bagian Kimia Organik FMIPA Unila. Proses

pembuatan ekstrak etanol cabe jawa dalam penelitian ini menggunakan

etanol teknis 97% sebagai pelarut.

Ekstraksi dimulai dari penimbangan cabe jawa. Selanjutnya seluruh

bagian dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan

menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol teknis dengan

kadar 97 % ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini

selama kurang lebih 2 (dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama

24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu.

Filtrat yang didapat akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotatory Evaporator pada suhu 40 º C sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering. Konsentrasi yang dibutuhkan setelah disaring adalah 50 mg/ml.

Lalu kemudian dilarutkan dalam 1 ml air untuk mendapatkan larutan

(47)

31

Cara perhitungan dosis ekstrak cabe jawa:

Dosis ekstrak cabe jawa yang akan digunakan dalam penelitian ini 500

mg/KgBB dan 750 mg/kgBB hewan uji (Evacuasiany dan Puradisastra,

2010).

a. Dosis untuk tiap tikus kelompok P1

500 mg/KgBB x 0,2 kg(berat tikus) = 100 mg

b. Dosis untuk tiap tikus kelompok P2

500 mg/KgBB x 0,2 kg(berat tikus) = 100 mg

c. Dosis untuk tiap tikus kelompok P3

750 mg/KgBB x 0,2 Kg(berat tikus) = 150 mg

Penentuan dosis untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas

rata-rata berat badan hewan uji yaitu sekitar 200 gram. Untuk

masing-masing dosis perhari pada tikus dihitung dari konsentrasi larutan stok.

Dosis pemberian ekstrak cabe jawa pada masing-masing tikus

kelompok P1, P2 dan kelompok P3 (Lansida, 2003) :

Tikus kelompok P1

Dosis larutan stok = dosis perhari tikus

x = 1 ml

Jadi masing-masing tikus pada kelompok II akan diberikan ekstrak

cabe jawa sebanyak 1 ml. Dosis tersebut diberikan 1 kali/hari selama

(48)

32

Tikus kelompok P2

Dosis larutan stok = dosis perhari tikus

x = 1 ml

Jadi masing-masing tikus pada kelompok II akan diberikan ekstrak

cabe jawa sebanyak 1 ml. Dosis tersebut diberikan 1 kali/hari selama

10 hari perlakuan.

Tikus kelompok P3

Dosis larutan stok = dosis perhari tikus

x = 1 ml

Jadi masing-masing tikus pada kelompok III akan diberikan ekstrak

cabe jawa sebanyak 1 ml. Dosis tersebut diberikan 1 kali/hari selama

10 hari perlakuan. Total kebutuhan ekstrak cabe jawa selama 10 hari

perlakuan untuk 6 ekor tikus adalah 60 ml.

4. Penyediaan Zinc (Zn)

Penentuan dosis zinc didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Fadda et al tahun 2008 yaitu pemberian seng yang digunakan adalah

zinc sulphate (ZnSO4) sebesar 1 mg/kgBB/hari secara oral. Pemberian

(ZnSO4) untuk masing-masing perlakuan ditetapkan atas rata-rata berat

hewan uji yaitu sekitar 200 gr.Dengan demikian dosis yang dibutuhkan

untuk setiap ekor tikus dalam penelitian ini adalah:

(49)

33

Total kebutuhan ZnSO4 selama 10 hari perlakuan untuk 6 ekor tikus

adalah 12 mg

5. Penentuan dosis campuran ekstrak cabe jawa dan ZnSO4

a. Pengenceran ZnSO4 dalam aquadest (Jayanti & Setyaningsih, 2008)

b. Ekstrak cabe jawa + ZnSO4 yang telah di encerkan

Jumlah total larutan dari campuran ekstrak cabe jawa dan ZnSO4

selama 10 hari perlakuan untuk 6 ekor tikus adalah :

60 ml ekstrak cabe jawa + 12 ml ZnSO4 = 72 ml

Jadi dosis campuran larutan ekstrak cabe jawa dan ZnSO4 untuk

setiap ekor tikus pada kelompok perlakuan P3 dan P4 adalah

sebanyak: :

6. Pemberian Perlakuan

Setiap kelompok mempunyai perlakuan yang berbeda, yaitu :

a. Kelompok K : hanya diberi aquades 1,2 ml

b. Kelompok P1 : diberi ekstrak cabe jawa 500 mg/kgBB yang

dilarutkan dalam 1,2 ml aquadest secara oral setiap hari selama 10

hari

c. Kelompok P2 : diberi ekstrak cabe jawa 500 mg/kgBB/hari yang

ditambah ZnSO4 1 mg/kgBB/hari secara oral 1,2 ml setiap hari

(50)

34

d. Kelompok P3 : diberi ekstrak cabe jawa 750 mg/kgBB/hari

ditambah ZnSO4 1 mg/kgBB/hari secara oral 1,2 ml setiap hari

selama 10 hari

7. Pengamatan

Setelah 10 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan

dengan cara pemberian larutan ether dan selanjutnya dibedah

menggunakan alat bedah minor. Selanjutnya dilakukan pengamatan

sebagai berikut :

a. Pengambilan dan pemotongan Testis

Setelah pembedahan selesai, pengambilan bagian testis dengan

menggunakan pinset. Kemudian meletakkan testis tikus pada

aluminium foil agar mudah memisahkan testis dengan lemak. Lalu

dipotong bagian tengah secara horizontal lalu diletakkan di dalam

botol berisi formalin.

b. Pembuatan Preparat Histologi

Pembuatan preparat histologi testis dilakukan di Laboratorium

Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas lampung.

Tahap-tahap pembuatan preparat testis sebagai berikut:

1) Fiksasi

Spesimen berupa potongan testis yang telah dipilih difiksasi

dengan larutan pengawet berupa buffer formalin atau formalin

10%. Perbandingan antara volume specimen dengan larutan

(51)

35

untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan dan membuat

unsur-unsur jaringan stabil dan tahan terhadap perlakuan

berikutnya.

2) Trimming

Organ yang telah difiksasi kemudian dicuci dengan air mengalir

lalu dipotong setebal 2-4mm, selanjutnya memasukkan

potongan tersebut ke dalam embedding cassette dan dicuci kembali dengan air mengalir.

3) Dehidrasi

Proses dehidrasi dilakukan secara bertahap dengan

menggunakan alkohol 70% selama 10 menit, alkohol 80%, 90%

dan 96% masing-masing selama 60 menit, kemudian alkohol

absolute selama 30 menit. Setelah dehidrasi selesai, dilanjutkan

dengan proses clearing atau penjernihan menggunakan xylol atau toluol murni. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan

kandungan air di dalam jaringan.

4) Infiltrasi Parafin

Proses infiltrasi dilakukan di dalam oven dengan suhu 56°C.

Disebut juga dengan proses impregnasi. Organ testis

dimasukkan ke dalam campuran toluol-parafin dengan

perbandingan 1:1 selama 30 menit. Kemudian berturut-turut

dimasukkan ke dalam : Parafin murni I, II dan III yang

(52)

36

5) Embedding

Setelah melalui proses dehidrasi, jaringan yang berada di

embedding cassette dipindahkan ke dalam base mold, kemudian di isi dengan paraffin cair untuk kemudian diletakkan pada

balok kayu ukuran 3x3 cm. Jaringan yang sudah diletakkan

pada balok kayu disebut blok.

6) Cutting

Pemotongan atau cutting dilakukan pada ruang dingin. Sebelum dipotong, blok terlebih dahulu didinginkan. Pemotongan

dilakukan hingga ketebalan 6 mikron. Setelah dipotong, pilih

lembaran jaringan yang paling baik, apungkan pada air di

dalam water bath selama beberapa detik, tunggu sampai potongan mengembang sempurna dan tidak ada kerutan,

kemudian letakkan ditengah slide. Slide kemudian dimasukkan dalam inkubator (suhu 37°C) selama 24 jam sampai jaringan

melekat sempurna.

7) Staining

Setelah jaringan melekat sempurna, selanjutnya dilakukan

pewarnaan menggunakan zat warna HE dengan cara

(53)

37

8) Mounting

Setelah pewarnaan selesai, slide ditempatkan di atas kertas tissue pada tempat datar, kemudian ditetesi dengan kanada

balsam dan ditutup dengan cover glass.

c. Perhitungan Populasi Sel germinal

Setelah preparat selesai, dilakukan perhitungan di Laboratorium

Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Perhitungan

populasi sel germinal testis pada 9 (Sembilan) tubulus seminiferus

tiap pelakuan (Astuti, 2008) di bawah mikroskop dengam

pembesaran 40x10. Perhitungan populasi sel germinal terdiri dari :

1) Jumlah sel spermatogonium

2) Jumlah sel spermatosit primer

3) Jumlah sel spermatid

I. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Kelompok penelitian ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu : 1 kelompok

kontrol dan 3 kelompok perlakuan dalam 6 kali pengulangan. Pada tiap

kelompok, data yang terkumpul dianalisis menggunakan program statistic

dengan menggunakan uji one way anova untuk menguji perbedaan rerata kelompok perlakuan. Jika hasil bermakna (p < 0,05) maka dilanjutkan

(54)

38

Tikus diadaptasi selama 1 minggu

Diberi ekstrak cabe

Pengamatan jumlah sel germinal dengan mikroskop

Interpretasi hasil pengamatan dan penyusunan laporan

Selesai

(55)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemberian ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) berpengaruh terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

2. Penambahan Zinc (Zn) pada pemberian ekstrak Cabe Jawa (Piper

retrofractum Vahl) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah sel germinal testis tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat direkomendasikan

adalah:

1. Bagi peneliti lain, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

durasi waktu perlakuan yang sesuai dengan lamanya proses

spermatogenesis tikus (42 hari) dan Zinc (Zn) dijadikan sebagai kontrol

2. Bagi masyarakat, dapat mengkonsumsi bahan herbal yaitu cabe jawa

(Piper retrofractum vahl) dan Zinc (Zn) untuk mengatasi gangguan aprodisiak

3. Bagi institusi, dapat mendukung visi Fakultas Kedokteran Unila dalam

mencapai 10 Universitas terbaik di Indonesia pada tahun 2025 dengan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Afifa, A. 2010. Zinc Mineral Yang Diremehkan. Fakultas Kejuruan dan Alam Bina, Universitas Kebangsaan Malaysia.

Agustian, L. Sembiring, T. Ariani, A. 2009. Zink Terhadap Pertumbuhan Anak. Sari Pediatri, Vol. 11, No.4.Medan.

Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Astawan, M. 2008. Zinc Mineral Peningkat Kekebalan Tubuh. (Jurnal). Makasar :

Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Makasar.

Astuti, S.D. Muchtadi, M. Astawan, B. Purwantara dan T. Wresdiyati. 2008. Pengaruh pemberian tepung kedelai kaya isoflavon, seng (zn) dan vitamin E terhadap kadar hormone testosterone serum dan jumlah sel

Spermatogenik pada tubuli seminiferi testis tikus jantan. JITV 13 (4): 288-294.

Asyiyah, N. 2005. Tanaman Obat Indonesia. Penerbit: IPTEK. Jakarta.

Chandra. 2010. Zinc Mineral Esensial. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dahlan, S. 2004. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta.

Dahlan, S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta.

Ermayani. 2010. Zinc Immune. Universitas Diponegoro, Semarang.

Ferial, E.W. 2012. Gizi, Infertilitas dan Penanganannya. Jurusan Biologi FMIPA UNHAS, Makassar, Indonesia.

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22. EGC. Jakarta. Hal : 441-449.

Handayani, N. 2001. Fisiologi Reproduksi: Fungsi Testis dan Fertilisasi. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.

(57)

52

Hermawanto, H.H. & Hadiwidjaya, D.B. 2007. Analisis Sperma pada Infertilitas Pria. Bagian Patologi Klinik, RSUD dr. Syaiful Anwar, Malang

Hidayat, T.M. 2012. Berbagai Manfaat Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.). Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro, Semarang.

Ilyas, S. 2008. Efektivitas Kontrasepsi Hormonal Pria yang Menggunakan Kombinasi Testosteron Undekanoat dan Noritesteron Enantat. Departemen Biologi, Fakultas MIPA. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Isnawati, A. Endreswari, S. Pudjiastuti. Murhandini. Efek mutagen ekstrak etanol buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Jurnal Bahan Alam Indonesia

2002;1(2):63-67.

Jayanti. Setyaningsih, K. 2008. Pengaruh Laju Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi. Fakultas Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang.

Junqueira, L.C. 2007. Histologi Dasar, Teks dan Atlas, edisi 10, EGC, Jakarta. Hal : 416-417

Kintoko. Prospek pengembangan tanaman obat. Prosiding Persidangan Antara Bangsa Pembangunan Aceh, Universitas Kebangsaan Malaysia, Bangi 2006:178-188.

Lansida. 2003. Pengenceran Larutan, Ekstraksi Obat dan Ekstrasi Pra Analisis. Penerbit : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis, Padang.

Lestari, D.A. 2012. Kenali Gejala Tubuh Kekurangan Zinc. Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Moeloek, N. Lestari, S. Yurnadi. Wahjoedi, B. 2009. Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) SebagaiFitofarmaka Androgenik Pada Pria Hipogonad. Biologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Moore, K.L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Penerbit : Hipokrates. Jakarta. Nuraini, A. Mengenal etnobotani beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai

aprodisiaka. InfoPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia 2003;IV(10):1-4.

Profil Kesehatan Indonesia. 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009

Purwaningsih, E.A. Community–based randomized controlled trial of iron and zinc suplementation in Indonesian infant: effects on child morbidities. M Med Indonesia 2005;40:52–61

(58)

53

Rizal, M. Nasrullah. 2004. Pemanfaatan Spermatozoa Epididimis dalam

Teknologi Reproduksi. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian.

Universitas Patimura, Sulawesi Selatan.

Rostiana, O.W. Haryudin, B. Martono, S. Aisyah. 2006. Karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah cabe jawa. Laporan Teknis Penelitian Tanaman Obat. Balai Penelitian Tanaman Rempat dan Obat:90 – 102.

Rukmana, R. 2003. Cabai Jawa : Potensi dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta. 43 hal.

Samodra, W.D. Suhartono, V. Santosa, S. 2009. Pembelajaran Reproduksi Pada Manusia. Universitas Dian Nusantara. Semarang.

Sanocja, D. Kurpisz, M. 2004. Reactive oxygen species and sperm cells. Reprod. Biol. Endocrinol. 2: 12.

Sarwanto, B. W. 2008. Spermiogram Pria Infertil di Laboraturium Infertil-

Andrologi Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Surabaya. Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Litbangkes, surabaya.

Saryono. 2008. Biokimia Reproduksi. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press. Hal. 4 Shankar, A.H. Prasad, A.S. 1998. Zinc and Immune function : the biological vasis

of Altered resistance to infection. Am J Cln Nutr 68 (suppl) : 447S-63S

S i n g g i h , H . 2 0 0 6 . Hama Permukiman Indonesia. B o g o r : F a k u l t a s Kedokteran Hewan IPB

Susantha, R. 2008. Fertilisasi in Vitro. Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali.

Taryono, R.A. Cabe jawa. Penebar Swadaya. 2004:1-63.

Wahjoedi, B. Pudjiastuti. Adjirni. Nuratmi, B. Astuti, Y. Efek androgenik ekstrak etanol cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) pada anak ayam. Jurnal Bahan Alam Indonesia 2004; 3(2):201-204.

Widyana, M. 2011. Sistem Reproduksi Manusia. Stikes Mahardika Cirebon.

Winarto, P. 2008. Cabe Jawa Si Pedas Berkhasiat Obat. Penerbit : Agromedia Pustaka. Jakarta.

World Health Organization, UNICEF, USAID, Johns Hopkins Bloomberg School Of Public Health. Implementing the new recommendations on the clinical management of diarrhoea. Guidelines for policy makers andprogramme

Gambar

Gambaran Histologi Sistem Reproduksi Pria...........................
Gambaran
Gambar 2. Kerangka konsep
Tabel 1. Klasifikasi Cabe Jawa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Karya Tulis Akhir dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Anggur Merah ( Vitis Vinifera ) Terhadap Kerusakan Sel Otak Aterosklerosis Pada Tikus Putih Jantan

Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian boraks peroral sub akut terhadap terjadinya atrofi testis tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan mengukur

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kandungan dari buah cabe jawa yang bersifat larut etanol mempunyai efek tonik pada mencit putih jantan galur Swiss..

PENGARUH MONOSODIUM GLUTAMAT TERHADAP KADAR HORMON TESTOSTERON DAN BERAT TESTIS. PADA TIKUS PUTIH JANTAN

penelitian kami cabe jawa tidak dapat menurunkan jumlah limfosit secara signifikan. Apabila dibandingkan pemberian minyak atsiri bawang putih dan minyak atsiri cabe jawa secara

Houtt) dan ekstrak cabe jawa ( Piper retrofractum Vahl) meningkatkan gairah seksual pada tikus da mencit, yang mana kekuatan peningkatan gairah seksual ekstrak

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kandungan dari buah cabe jawa yang bersifat larut etanol mempunyai efek tonik pada mencit putih jantan galur Swiss..

Ekstrak biji pala (Myristica Fragans Houtt) dan ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) meningkatkan gairah seksual pada tikus da mencit, yang mana kekuatan