• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Etanol Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Jantan Galur Swiss Webster.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Etanol Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Jantan Galur Swiss Webster."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABE JAWA (Piper Retrofractum Vahl.) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT JANTAN

GALUR SWISS-WEBSTER

Maria Enrica, 2007, Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra,dr, Mkes. Pembimbing II: Kartika Dewi,dr, Mkes.

Masalah seksual merupakan masalah serius bagi kebanyakan pria, hal ini dapat menyebabkan penurunan kepercayaan diri dan masalah dalam rumah tangga. Hal ini mendorong individu tersebut untuk mencari pengobatan konvensional maupun modern. Salah satu pengobatan konvensional adalah dengan menggunakan cabe jawa yang dipercaya berefek afrodisiak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak etanol cabe jawa dalam menimbulkan perilaku seksual.

Penelitian ini merupakan penelitian prospektif eksperimental sungguhan, memakai Rancangan Acak Lengkap, bersifat komparatif. Hewan coba mencit jantan dewasa berusia 6-8 minggu, berat badan 24-30 gr dibagi 4 kelompok (n=6), 2 kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol cabe jawa (EECJ) masing-masing sebanyak 250 mg/kgBB dan 350 mg/kgBB setiap hari selama 7 hari, Kelompok Kontrol dan Kelompok Pembanding (Natrium Carboxy Methyl Cellulosa 1% dan andriol 10.4 mg/kgBB). Data yang diukur adalah pengenalan (Introducing) dan penunggangan (Mounting) yang diamati pada hari kelima dan ketujuh. Analisis data dengan ANOVA satu arah, dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α = 0.05, menggunakan program SPSS 13.0.

Hasil penelitian EECJ dosis 1 berefek menimbulkan introducing dan mounting dan potensinya setara dengan Andriol (p>0.05). EECJ dosis 2 berefek menimbulkan mounting dan potensinya setara dengan Andriol (p>0.05).

(2)

ABSTRACT

SEXUAL BEHAVIOUR EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF

JAVA PEPPER (Piper Retrofractum Vahl.) ON MALE MICE

STRAIN Swiss-Webster

Maria Enrica, 2007, 1st Tutor : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. 2nd Tutor : Kartika Dewi, dr., M.Kes.

Sexual dysfunction is a serious problem for most men, it can effect self confidence and their marriage, which drive people to seek conventional or modern treatment. One of the conventional treatments is by using java pepper which is believed to have an afrodisiac effect.

The purpose of this research is to know the effect of ethanol extract of java pepper (Piper Retrofractum Vahl.) on sexual behaviour.

This research was a Real Prospective Experimental Method, using Random Complete Design, characteristic of comparative. The animals for the samples were adult male mice strain Swiss-Webster, which age ranged about 6-8 weeks, their weights were 24-30 grams. The mice were randomly divided into 4 groups (n=6), 2 treated groups were given ethanol extract of java pepper (EECJ) 250 mg/kgBW and 350 mg/kgBW everyday for 7 days, control and comparison groups (Natrium Carboxy Methyl Cellulosa 1% and andriol 10.4 mg/kgBW). Data observed were introducing and mounting which were observed on the 5th and 7th day. Data analysis with one way ANOVA, followed by Tukey HSD test with = 0.05, using SPSS 13.0 program.

The results, the first dose of EECJ have significantly produced introducing and mounting (p<0.05) and the potency was equal with Andriol (p>0.05). The second dose of EECJ have significantly produced mounting (p<0.05) and the potency was equal with Andriol (p> 0.05).

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PERNYATAAN MAHASISWA...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ...v

PRAKATA ...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Identifikasi Masalah...3

1.3 Maksud dan Tujuan...3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ...3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ...4

1.6 Metodologi ...5

1.7 Lokasi dan Waktu ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Perilaku dan Motivasi Pada Otak...6

2.1.1 Pengaruh Feromon ...8

2.2 Mekanisme Hormonal Pada Perilaku dan Motivasi ...10

2.2.1 Hipotalamus ...11

2.2.2 Hipofisis Pars anterior ...12

2.2.3 Testis ...13

2.3 Siklus Respon Seksual Pada Pria...15

2.4 Libido .. ...18

2.5 Andriol ...20

2.6 Cabe Jawa...22

BAB III BAHAN DAN ALAT PERCOBAAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ...26

3.1.1 Bahan-bahan ...26

3.1.2 Alat-alat ...26

3.1.3 Hewan Coba...26

3.2 Metode Penelitian ...27

3.2.1 Desain Penelitian...27

3.2.2 Variabel Perlakuan dan Variabel Respon...27

3.2.3 Penentuan Besar Sampel ...29

3.2.4 Prosedur Penelitian...29

(4)

3.2.4.2 Prosedur Kerja...30

3.2.5 Metode Analisis ...30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ...33

4.2 Uji Hipotesis...38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...40

5.2 Saran ...40

DAFTAR PUSTAKA ...41

LAMPIRAN ...46

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tabel Respon Seksual pada Pria ...18

Tabel 4.1 Rerata Introducing Hari Kelima...33

Tabel 4.2 Uji ANOVA terhadap Rerata Introducing Hari Kelima...34

Tabel 4.3 Uji Tukey HSD terhadap Rerata Introducing Hari Kelima ...34

Tabel 4.4 Rerata Mounting Hari Kelima ...36

Tabel 4.5 Uji ANOVA terhadap Rerata Mounting Hari Kelima ...36

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sistem Limbik ...7

Gambar 2.2 Bagan respon pada sistem limbik...8

Gambar 2.3 Traktus Feromon ...9

Gambar 2.4 Bagankontrol hormonal terhadap fungsi testis...10

Gambar 2.5 Reseptor hormon testosteron pada otak ...15

Gambar 2.5 Gambar tahap-tahap sexual arousal...16

Gambar 2.6Efek samping terapi testosteron ...21

Gambar 2.7 Dried long pepper...22

Gambar 2.8 Long pepper plant (P. retrofractum) ...23

Gambar 2.9 Amida Cabe Jawa ...24

Gambar 2.10 Mekanisme cabe jawa...25

Gambar 3.1 Introducing ...28

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Prosedur ekstraksi cabe jawa pelarut etanol...46

Lampiran 2 Perhitungan dosis...47

Lampiran 3 Data kasar penelitian...49

Lampiran 4 Hasil uji statistik introducing ...51

(8)

46

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

PROSEDUR EKSTRAKSI CABE JAWA PELARUT ETANOL

1. Cabe jawa yang sudah kering dihaluskan dengan mesin penggiling

(diserbuk sampai halus). Jumlah serbuk halus cabe jawa 1 kg.

2. Cabe jawa/ simplisia (bahan yang sudah digiling halus) dimasukkan ke

dalam wadah simplisia pada alat ekstraksi (mesin ekstraktor) dengan

perbandingan 1 : 5 w/v dalam 95% etanol, pada temperatur/suhu

ekstraktor 500C dan tekanan 76 cmHg, prosesnya dilakukan secara

kontinyu hingga semua senyawa dalam simplisia telah terekstraksi secara

merata/sempurna selama 4 jam, kemudian diperoleh ekstrak cair cabe

jawa.

3. Ekstrak cair tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam lemari

pengering/oven selama 48 jam dengan suhu 500C hingga diperoleh ekstrak

kering. (untuk ekstrak cabe tidak bisa sampai kering).

4. Ekstrak tersebut kemudian dikemas dalam botol dengan jumlah total 168.5

(9)

47

LAMPIRAN 2

PERHITUNGAN DOSIS

Perhitungan dosis Andriol :

Kandungan Andriol (1 tablet) = 40 mg

Dikonversikan dari dosis manusia ke dosis mencit :

80 mg/ pria 70 kg = 80 x 0.0026 = 0.208 mg/ mencit 20 gr

Berat mencit yang digunakan : ± 27 gr

Dosis andriol = (27 : 20 ) x 0.208 = 0.2808 mg / mencit 27 gr / 0.5 ml

= 10.4 mg / kg BB mencit/ 0,5 ml

Pembuatan Larutan Andriol = 0.2808 mg / 0.5 ml

= 0.5616 mg / ml

= 5.616 mg / 10 ml

= 5.6 mg / 10 ml

40 mg / tablet = 40 mg / 10 ml

= (5.6 : 40 ) x 10 ml = 1.4 ml

Larutan Andriol akhir yang diberikan :

1.4 ml andriol dalam Na-CMC 1% ditambahkan 8,6 ml Na-CMC 1%

Perhitungan dosis ekstrak etanol cabe jawa (EECJ) (Piper Retrofractum Vahl.) :

Dosis efektif pada mencit = 2,1 mg/ 10 g BB ( Sa’roni dkk., 1989)

= 210 mg / kg BB

Mencit yang digunakan pada penelitian beratnya ± 27 g

Volume lambung mencit ± 0.5 ml

Perhitungan :

Dosis yang digunakan :

ECJ-1 = 250 mg/ kg BB mencit

(10)

48

Perhitungan dosis 1 :

EECJ-1 = 250 mg/ kg BB mencit

= 6.75 mg/ 27 g BB mencit

Dosis 1 diberikan 6.75 mg/ 0.5 ml

Pembuatan Larutan EECJ 1 = 135 mg dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC 1%

Perhitungan dosis 2 :

EECJ-2 = 350 mg/ kg BB mencit

= 9.45 mg/ 27 g BB mencit

Dosis 2 diberikan 9.45 mg/ 0.5 ml

(11)

49

LAMPIRAN 3

DATA KASAR PENELITIAN 3.1 Hasil Introducing

(12)

50

3.2 Hasil Mounting

Kelompok Mounting

(13)

51

LAMPIRAN 4

HASIL UJI STATISTIK INTRODUCING

Introducing Hari Kelima 15 menit Pertama Oneway

Descriptives

Introducing Hari Kelima 15 menit Pertama

95% Confidence

Test of Homogeneity of Variances Introducing Hari Kelima 15 menit Pertama

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.840 3 20 .064

ANOVA

Introducing Hari Kelima 15 menit Pertama

(14)

52

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Introducing Hari Kelima 15 menit Pertama Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

Introducing Hari Kelima 15 menit Pertama

Tukey HSD

(15)

53

Introducing Hari Kelima 15 menit Kedua Oneway

Descriptives

Introducing Hari Kelima 15 menit Kedua

95% Confidence

Test of Homogeneity of Variances Introducing Hari Kelima 15 menit Kedua

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.476 3 20 .091

ANOVA

Introducing Hari Kelima 15 menit Kedua

(16)

54

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Introducing Hari Kelima 15 menit Kedua Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

Introducing Hari Kelima 15 menit Kedua

Tukey HSD

(17)

55

Rerata Introducing Hari Kelima Oneway

Descriptives

Rerata Introducing Hari Kelima

95% Confidence Interval for Mean

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Rerata Introducing Hari Kelima

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

3.556 3 20 .033

ANOVA

Rerata Introducing Hari Kelima

(18)

56

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Rerata Introducing Hari Kelima Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Kontrol Negatif 11.00000(*) 2.64667 .003 3.5921 18.4079 EECJ 1

Kontrol

Pembanding .16667 2.64667 1.000 -7.2412 7.5745

EECJ 2 EECJ 1

-15.58333(*) 2.64667 .000 -22.9912 -8.1755 Kontrol Negatif -4.58333 2.64667 .334 -11.9912 2.8245 Kontrol Kontrol Negatif 10.83333(*) 2.64667 .003 3.4255 18.2412

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

Rerata Introducing Hari Kelima Tukey HSD

(19)

57

Introducing Hari Ketujuh 15 menit Pertama Oneway

Descriptives

Introducing Hari Ketujuh 15 menit Pertama

95% Confidence

Test of Homogeneity of Variances Introducing Hari Ketujuh 15 menit Pertama

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.754 3 20 .188

ANOVA Introducing Hari Ketujuh 15 menit Pertama

(20)

58

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Introducing Hari Ketujuh 15 menit Pertama Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Introducing Hari Ketujuh 15 menit Pertama Tukey HSD

(21)

59

Introducing Hari Ketujuh 15 menit Kedua

Oneway

Descriptives

Introducing Hari Ketujuh 15 menit Kedua

95% Confidence

Test of Homogeneity of Variances Introducing Hari Ketujuh 15 menit Kedua

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.399 3 20 .272

ANOVA

Introducing Hari Ketujuh 15 menit Kedua

(22)

60

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Introducing Hari Ketujuh 15 menit Kedua Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Introducing Hari Ketujuh 15 menit Kedua Tukey HSD

(23)

61

Rerata Introducing Hari Ketujuh Oneway

Descriptives

Rerata Introducing Hari Ketujuh

95%

Test of Homogeneity of Variances

Rerata Introducing Hari Ketujuh

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.628 3 20 .214

ANOVA

Rerata Introducing Hari Ketujuh

(24)

62

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Rerata Introducing Hari Ketujuh Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Kontrol Negatif 5.41667 3.77961 .494 -5.1622 15.9955 EECJ 1

Kontrol

Pembanding -3.75000 3.77961 .755 -14.3289 6.8289 EECJ 2 EECJ 1 -5.58333 3.77961 .469 -16.1622 4.9955 Kontrol Negatif -.16667 3.77961 1.000 -10.7455 10.4122 Kontrol

Pembanding -9.33333 3.77961 .096 -19.9122 1.2455 Kontrol Negatif EECJ 1 -5.41667 3.77961 .494 -15.9955 5.1622 EECJ 2 .16667 3.77961 1.000 -10.4122 10.7455 Kontrol

Pembanding -9.16667 3.77961 .104 -19.7455 1.4122 Kontrol

Pembanding

EECJ 1

3.75000 3.77961 .755 -6.8289 14.3289

EECJ 2 9.33333 3.77961 .096 -1.2455 19.9122 Kontrol Negatif 9.16667 3.77961 .104 -1.4122 19.7455

Homogeneous Subsets

Rerata Introducing Hari Ketujuh Tukey HSD

(25)

63

LAMPIRAN 5

HASIL UJI STATISTIK MOUNTING

Mounting Hari Kelima 15 menit Pertama

Descriptives

Mounting Hari Kelima 15 menit Pertama

95% Confidence

Test of Homogeneity of Variances

Mounting Hari Kelima 15 menit Pertama

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.784 3 20 .067

ANOVA

Mounting Hari Kelima 15 menit Pertama

(26)

64

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Mounting Hari Kelima 15 menit Pertama Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

Mounting Hari Kelima 15 menit Pertama Tukey HSD

(27)

65

Mounting Hari Kelima 15 menit Kedua

Descriptives

Mounting Hari Kelima 15 menit Kedua

95% Confidence

Test of Homogeneity of Variances

Mounting Hari Kelima 15 menit Kedua

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.958 3 20 .057

ANOVA

Mounting Hari Kelima 15 menit Kedua

(28)

66

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Mounting Hari Kelima 15 menit Kedua Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

Mounting Hari Kelima 15 menit Kedua

Tukey HSD

(29)

67

Rerata Mounting Hari Kelima Oneway

Descriptives

Rerata Mounting Hari Kelima

95%

Test of Homogeneity of Variances

Rerata Mounting Hari Kelima

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

4.661 3 20 .013

ANOVA

Rerata Mounting Hari Kelima

(30)

68

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Rerata Mounting Hari Kelima Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Kontrol Negatif 9.16667(*) 1.83731 .000 4.0242 14.3092 EECJ 1

Kontrol

Pembanding -1.00000 1.83731 .947 -6.1425 4.1425 EECJ 2 EECJ 1 -3.08333 1.83731 .361 -8.2258 2.0592 Kontrol Negatif 6.08333(*) 1.83731 .017 .9408 11.2258 Kontrol Kontrol Negatif 10.16667(*) 1.83731 .000 5.0242 15.3092

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

Rerata Mounting Hari Kelima

Tukey HSD

(31)

69

Mounting Hari Ketujuh 15 menit Pertama

Oneway

Descriptives

Mounting Hari Ketujuh 15 menit Pertama

95% Confidence

Test of Homogeneity of Variances

Mounting Hari Ketujuh 15 menit Pertama

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

5.732 3 20 .005

ANOVA

Mounting Hari Ketujuh 15 menit Pertama

(32)

70

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Mounting Hari Ketujuh 15 menit Pertama Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Mounting Hari Ketujuh 15 menit Pertama

Tukey HSD

(33)

71

Mounting Hari Ketujuh 15 menit Kedua

Oneway

Descriptives

Mounting Hari Ketujuh 15 menit Kedua

95% Confidence

Test of Homogeneity of Variances Mounting Hari Ketujuh 15 menit Kedua

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

3.055 3 20 .052

ANOVA Mounting Hari Ketujuh 15 menit Kedua

(34)

72

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Mounting Hari Ketujuh 15 menit Kedua Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

• The mean difference is significant at the .05 level. •

Homogeneous Subsets

Mounting Hari Ketujuh 15 menit Kedua

Tukey HSD

(35)

73

Rerata Mounting Hari Ketujuh

Oneway

Descriptives

Rerata Mounting Hari Ketujuh

95%

Test of Homogeneity of Variances

Rerata Mounting Hari Ketujuh

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

7.170 3 20 .002

ANOVA

Rerata Mounting Hari Ketujuh

(36)

74

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Rerata Mounting Hari Ketujuh Tukey HSD

95% Confidence Interval

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Kontrol Negatif 9.58333(*) 2.87010 .016 1.5501 17.6166 EECJ 1

Kontrol

Pembanding 1.41667 2.87010 .960 -6.6166 9.4499 EECJ 2 EECJ 1 -3.33333 2.87010 .657 -11.3666 4.6999 Kontrol Negatif 6.25000 2.87010 .164 -1.7832 14.2832 Kontrol Kontrol Negatif 8.16667(*) 2.87010 .045 .1334 16.1999

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

Rerata Mounting Hari Ketujuh

Tukey HSD

(37)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah seksual merupakan hal serius bagi kebanyakan pria. Masalah seksual

dapat menyebabkan penurunan kepercayaan diri dan dapat menimbulkan masalah

bagi kehidupan rumah tangga. Penelitian yang dilakukan oleh Journal of The

American Health Association menyebutkan bahwa 3 dari 10 pria mengalami

masalah seksual. Keluhan itu antara lain berupa ejakulasi dini (21%), disfungsi

ereksi (5%) dan hasrat seksual yang rendah (5%) (Dian N Sulaeman, 2002).

Menurut data statistik didapatkan 20% laki-laki mempunyai nilai serum

testosteron bebas di bawah normal pada umur 60-80 tahun dan 33% di atas 80

tahun (Dedy K. Saragih, 2006). Data statistik tersebut memperlihatkan bahwa

penurunan gairah seksual seharusnya hanya dialami oleh laki-laki yang berusia di

atas 60 tahun yang diakibatkan penurunan fungsi-fungsi fisiologis organ tubuh.

Namun dengan adanya pergeseran jaman, maka insidensi penurunan gairah

seksual tidak hanya pada laki-laki berumur lanjut saja tetapi juga dapat terjadi

pada laki-laki berusia lebih muda. Hal ini dapat diakibatkan antara lain karena

tubuh yang tidak lagi bugar akibat kurangnya jam tidur, faktor stres, kebiasaan

makan yang tidak sesuai dengan aktivitas sehari-hari, gaya hidup tidak sehat

seperti merokok; minum minuman keras dan narkoba. Hal-hal ini dapat

mempengaruhi kondisi psikologis di dalam otak, yang mengakibatkan

berkurangnya gairah seksual (Boyke Dian Nugraha, 2006).

Oleh karena permasalahan ini merupakan masalah yang amat penting dalam

kehidupan seseorang, baik pria maupun wanita, banyak inovasi-inovasi yang

dilakukan untuk mengatasi masalah penurunan gairah seksual tersebut. Contohnya

dengan menggunakan berbagai obat tradisional, seperti jamu, maupun obat

modern.

Terapi modern misalnya dengan terapi penggantian hormon testosteron.

Namun, terapi tersebut tidak sepenuhnya aman. Terapi menggunakan hormon

(38)

2

gynecomastia, benign prostatic hyperplasia, kanker prostat, serta atrofi testis

(Rhoden and Morgentaler, 2004). Jadi, terapi modern harus dimonitor dengan

cermat agar tidak terjadi efek samping yang merugikan.

Pada saat ini, orang lebih banyak menggunakan bahan-bahan alam, obat

alternatif, dalam upaya untuk mencapai kesehatan. Orang-orang berpendapat

bahwa obat dari alam tidak memiliki efek samping dibandingkan dengan obat

sintetik. Anggapan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi perlu diingat bahwa bahan

alam pun mempunyai efek samping yang merugikan apabila penggunaannya tidak

tepat. Di dalam penggunaan tanaman obat kita harus memperhitungkan

mekanisme kerja tanaman obat tersebut, dosis, waktu, indikasi dan teknik

pemberian yang tepat. Bila segalanya telah diperhitungkan dengan cermat maka

tanaman obat memang memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat

sintetik (Katno S Pramono, 2003).

Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman yang dapat dimanfaatkan

sebagai tanaman obat, contohnya cengkeh, lengkuas merah, pala, cabe jawa,

pegagan,dan lain-lain. Banyak di antara tanaman tersebut telah digunakan secara

empiris oleh masyarakat kita, namun amat sedikit penelitian yang dilakukan untuk

membuktikan khasiat tanaman obat tersebut secara ilmiah.

Salah satu contoh penggunaan tanaman itu adalah untuk mengatasi masalah

gairah seksual pada pria. Contoh obat-obatan tradisional yang beredar di

masyarakat untuk mengatasi penurunan gairah seksual antara lain jamu pasak

bumi, jamu sehat pria, kuku bima, dan lain-lain. Ternyata setelah diperhatikan,

obat-obat tradisional tersebut memiliki kemiripan dalam komposisinya. Salah

satunya adalah penggunaan cabe jawa dalam obat-obat tersebut.

Cabe jawa (Piper Retrofractum Vahl.) merupakan tanaman asli dari Asia

Tenggara, dan terutama didapatkan di Indonesia dan Thailand. Tanaman ini

banyak ditanam di daerah-daerah kering dan tanah berpasir. Cabe jawa telah

banyak digunakan sebagai bahan obat pada penyakit lemah syahwat, demam,

kejang perut, beri-beri, dan lain-lain. Cabe Jawa memiliki kandungan zat pedas

(piperine) yang dipercaya dapat meningkatkan gairah seksual pria (Seno

(39)

3

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah cabe jawa

memang berperan dalam menimbulkan gairah seksual pada kaum pria atau tidak.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah ekstrak etanol cabe jawa menimbulkan perilaku seksual.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Meneliti kemungkinan penggunaan cabe jawa sebagai obat alternatif dalam

menimbulkan gairah seksual pria.

1.3.2 Tujuan

Meneliti efek ekstrak etanol cabe jawa dalam menimbulkan perilaku seksual.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Akademis

Karya Tulis ini dapat membantu dalam memperluas pengetahuan farmakologi

tanaman obat khususnya mengenai ekstrak etanol cabe jawa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Cabe jawa diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengatasi

(40)

4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Sistem pengaturan gairah seksual pada pria terdiri dari dua buah sistem, yaitu

sistem hormon dan sistem saraf. Sistem hormon memiliki aksis

hipotalamus-hipofisis-testis (Klein, 1988). Aksis ini memiliki peranan dalam mengatur kadar

hormon testosteron dalam serum yang amat berpengaruh terhadap gairah seksual

seorang pria.

Selain sistem hormon, sistem saraf juga berperan dalam pengaturan gairah

seksual pada pria. Sistem saraf yang terutama terlibat adalah sistem limbik, yang

merupakan pusat dari emosi. Apabila sistem ini terangsang, maka akan terjadi

perangsangan pada hipotalamus yang akhirnya akan merangsang testis untuk

mensekresikan testosteron. Contoh jenis perangsangan pada sistem saraf ini

adalah feromon (Kohl, 1998). Feromon merupakan salah satu bentuk input pada

sistem olfaktorius, ketika input ini diterima oleh Vomeronasal Organ (VNO),

maka akan terjadi perangsangan terhadap sistem saraf pada medial pre optic area

(mPOA) yang kemudian menghasilkan pelepasan GnRH (Gonadotropin

Releasing Hormone) dari hipotalamus. Pelepasan GnRH ini akan meningkatkan

sekresi testosteron (Payne, 2002).

Salah satu kandungan cabe jawa yang diteliti adalah piperine, yang telah

diketahui dapat memberikan pengaruh dalam proses reproduksi. Melalui

penelitian terdahulu diketahui bahwa piperine dapat meningkatkan kadar hormon

gonadotropin dalam serum dengan cara menghambat feedback negatif ke

hipofisis (D’cruz and Mathur, 2005).

Gonadotropin yang dihasilkan hipofisis, terutama LH (Luteinizing Hormone)

akan merangsang testis, dalam hal ini sel Leydig, untuk menghasilkan testosteron

(Molina, 2004). Testosteron inilah yang nantinya berperan dalam menimbulkan

(41)

5

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Major : Ekstrak etanol cabe jawa (Piper Retrofractum Vahl.) menimbulkan

perilaku seksual.

Minor : 1. Ekstrak etanol cabe jawa (Piper Retrofractum Vahl.) menimbulkan

introducing.

2. Ekstrak etanol cabe jawa (Piper Retrofractum Vahl.) menimbulkan

mounting.

1.6 Metodologi Penelitian

Percobaan ini menggunakan teknik penelitian prospektif eksperimental

sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) komparatif.

Data yang diukur : 1) Pengenalan (Introducing); 2) Penunggangan (Mounting).

Analisis statistik berdasarkan metode one way analysis of variance (ANOVA)

dan jika bermakna dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD α= 0.05.

Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p<0.05.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekstrak etanol cabe jawa (Piper Retrofractum Vahl.) dosis 1 (250 mg/kgBB)

dan dosis 2 (350 mg/kgBB) berefek menimbulkan perilaku seksual.

5.2 Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efek ekstrak cabe jawa

terhadap perilaku seksual dengan menggunakan dosis yang lebih

bervariasi, atau menggunakan hewan lain.

Diperlukan penelitian serupa dengan menambah hari pengamatan.

Diperlukan uji toksisitas pada mencit atau hewan coba lain untuk

mengetahui batas keamanannya.

Diperlukan penelitian serupa dengan menggunakan pelarut lain,

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adhi Djuanda, Aulia Sani, Azrul Anwar, Handaya, Merdias Almatsier, Rianto Setiabudy, dkk. 2005. Androgen dan preparat sintetiknya. Dalam: MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta : PT Infomaster. h. 228.

Akmal Taher. 2003. Penggunaan testosteron pada andropause.

http://cyberman.cbn.net.id/detil.asp?/kategori=Health&newsno=413, 29 Mei 2006.

Anabolicweb. 2006. Andriol (Testosterone Undecanoate).

http://www.anabolicweb.com / andriol_testosterone.html, December 4th 2006.

Balittro. 2005. Cabe jawa, potensial untuk industri obat tradisional. http://www.litbang.deptan.go.id/tahukah-anda/?p=2, 6 Maret 2006.

Banerji Avijit, Sarkar Manjusha, Datta Ratna, Sengupta Piyali, Abraham Koshy. 2002. Amides from piper brachystachyum and piper retrofractum.

http://www.sciencedirect.com/science?, March 16th 2006.

Bellarmine. 2006. What are pheromones?

http://cas.bellarmine.edu/tietjen/Human%20Nature%205%201999/WAP.htm, May 2nd 2006.

Boxtel C.J.V. 2001. Hormones and hormone antagonists. In : Chris J. van Boxtel, Budiono Santoso, I. Ralph Edwards, eds. Drug benefits and risks. UK: John Wiley & Sons Ltd. p. 359-60.

Boyke Dian Nugraha. 2006. Libido : penting untuk aktivitas seksual. http://seks-kesehatan.blogspot.com/, 29 Mei 2006.

D’cruz S.C., Mathur P.P. 2005. Effect of piperine on the epididymis of adlt male rats. Asian J Androl, 7: 363-8.

Dedy K.Saragih. 2006. Andropause: mitos atau kenyataan?.

http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/sek-1.htm, 29 Mei 2006.

deGroot J. 1997. Sistem Limbik. Dalam: Sandy Qlintang. ed. Neuroanatomi korelatif. Jakarta: EGC. h. 193-200.

(44)

42

Ganong, W.F. 2002. Dasar-dasar neurofisiologik perilaku instingtif & emosi. Dalam: M.Djauhari Widjajakusumah,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 17, Jakarta : EGC. h. 247-57.

Gernot Katzer’s. 2004. Long pepper. http://www.uni- graz.at/~katzer/engl/index.html, March 9th 2006.

Gottlieb E. 2005. Libido Lulls. http://mydna.com/health/sexual, April 2nd 2006.

Guyton and Hall. 1997. Mekanisme perilaku dan motivasi pada otak sistem limbik dan hipotalamus. Dalam: Irawati Setiawan,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 9, Jakarta : EGC. h. 933-42.

.1997. Pengantar endokrinologi. Dalam: Irawati Setiawan,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 9, Jakarta : EGC. h. 1159.

.1997. Hormon dan pengaturannya oleh hipotalamus. Dalam: Irawati Setiawan,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 9, Jakarta : EGC. h. 1171-74.

. 1997. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan kelenjar pineal). Dalam: Irawati Setiawan,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 9, Jakarta : EGC. h.1265-82.

Indiadiets. 2006. His sexual response. http://indiadiets.com/sex_guide, May 9th 2006.

Jacob T. 2005. Human pheromones.

http://www.cf.ac.uk/biosi/staff/jacob/teaching/sensory/pherom.html#Index, May 2nd 2006.

Kapit W., Macey I.R., Meisani E. 1987. Emotions, instinct & the limbic brain. In : Claudia M.Wilson,ed. The physiology coloring book, USA: Harper Collins Publishers.Inc. p.102-3.

Katno S.Pramono. 2003. Tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.

http://72.14.203.104/search?q=cache:bBawHdejvEgJ:www.litbang.depkes.go. id/bpto/kemanan_TO.pdf+penurunan+libido+pada+pria+muda&hl=en&gl=id &ct=clnk&cd=32, 29 Mei 2006.

Katzung B.G. 2002. Hormon-hormon gonad dan penghambatnya. Dalam :

Farmakologi dasar dan klinik, Edisi 1, Jakarta : Salemba Medika. h. 649-61.

(45)

43

Kenyon P. 1994. Hormones & sexual behaviour.

http://salmon.psy.plym.ac.uk/year1/psy128sexualbehaviour, May 2nd 2006.

Klein M.A. 1988. The anatomy and physiology of normal male sexual function. In : Doody D.J., Marshall D.K. eds. Disorders of male sexual

function, USA : Year Book Medical Publisher. p. 2-17.

Kohl, J.V. 1998. Human pheromones and the neuroendrocrinology of behaviour. http://cas.bellarmine.edu/tietjen/Human%20Nature%20S%201999/presentatio n_text.htm, May 2nd 2006.

Luria, Friedman, Rose. 1987. Stages of arousal and response. In: Hanley Jane,ed. Human sexuality, USA: John Wiley & Sons,Inc. p. 166-85.

Mantozoros S.C, Georgiadis I.E., Trichopoulos D. 1995. Contribution of dihydrotestosterone to male sexual behaviour. BMJ, 310: 1289-1291.

Molina E. P. 2004. Male reproductive system. In : Isabel Nogueira, Peter J.B.,eds. Endocrine physiology. USA: McGraw-Hill Companies. p.181-97.

Newman D.W.A. 2003. Libido. Dalam: Dorland’s illistrated medical dictionary, 30th edition. Philadelphia: Saunders. p. 1025.

Nolen H.S. 2004. Sexual disorders. In : John T.W. ed. Abnormal psychology, 3rd ed, NY: McGraw-Hill. p.548-50.

Nordenberg T. 1996. Looking for libido lift? The facts about aphrodisiacs.

http://www.fda.gov/fdac/features/196_love.html, May 2nd 2006.

Payne J. 2002. Sexual differentiation.

http://soma.npa.uiuc.edu/labs/greenough/statements/rswain/tech/lect12.html, May 11st 2006.

Rhoden L.E., Morgentaler A. 2004. Risk of testosterone-replacement therapy and recommendations for monitoring. NEJM, 350: 482-492.

Rxmed. 2006. The Comprehensive Resource for Physician Drug and Illness Information.

http://www.rxmed.com/b.main/b2.pharmaceutical/b2.1.monographs/ CPS-

%20Monographs/CPS-%20(General%20Monographs-%20A)/ANDRIOL.html, December 4th 2006.

Sahelian R. 2005. Libido enhancement information for men & women.

(46)

44

Sa’roni, Pidjiastuti, Adjirni. 1989. Penelitian efek androgenik dan anabolik buah cabe jawa (Piper Retrofractum Vahl.) pada tikus putih. Cermin Dunia Kedokteran 59 : 22-4.

Seno Sastroamidjojo. 2001. Daftar tumbuh-tumbuhan sebagai bahan-bahan obat asli indonesia. Dalam: Arjatmo Tjokronegoro,ed. Jakarta: Dian Rakyat.

h.165-6

Shackleford D.M., Faassen W.A, Houwing N.,Lass H., Edwards G.A., Porter C.J.H, et al. 2003. Contribution of lymphatically distribution testosterone undecanoate to the systemic exposure of testosterone after oral administration of two andriol formulations in conscious lymp duct cannulated dogs. JPET, 306:925-933.

Silverberg C. 2006. Mastersand johnson’s description of male sexual response. http://sexualtiy.about.com/od/anatomyresponse/a/malesexualrepo.htm, May 16th 2006.

Speroff, L. 1983. Neuroendocrinology. In : Clinical gynecologic endocrinology and infertility, 3rd ed, USA : Williams & Wilkins Co. p. 41-57.

Sriana Azis, Titik Ratih Rahayu. 1996. Dasar formulasi jamu majun atau kuat pria.

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/07DasarFormulasiJamuMajun112. pdf/ 07DasarFormulasiJamuMajun112, 7 Maret 2006.

Sudarsono, Agus Pudjoarinto, Didik Gunawan, Subagus Wahyuono, Imono Argo Donatus, M.Dradjad, dkk. 1996. Piper retrofractum vahl. (piperaceae) cabe jawa. Dalam : Tumbuhan obat. Yogyakarta : Pusat Penelitian Obat tradisional-Universitas Gajah Mada. h. 130-134.

Tajuddin, Shamshad Ahmad, Abdul Latif, Qasmi I.A. 2003. Aphrodisiac activity of 50% ethanolic extracts of Myristica fragrans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry. (clove) in male mice : a comparative study. http://www.biomedcentral.com/1472-6882/3/6, November 20th 2006.

Taryono, Agus Ruhnayat. 2004. Cabe jawa. Jakarta : Penebar Swadaya. h.1-15

Tenover L.J. 2003. The Androgen Deficient Aging Male Current Treatment Options. Urol 5 : S22-S28.

Wikipedia. 2006. Libido.

http://en.wikipedia.org/wiki/Libido, October 16th 2006.

2006. Limbic system.

(47)

45

2006. Hypothalamus. http://en.wikipedia.org/wiki/Hypothalamus, May 11st 2006.

Winters S.J. 1998. Androgens and antiandrogens. In : Theodore M. Brody, Joseph Larner, Kenneth P. Minneman, eds. Human pharmacology, 3rd ed, USA: Mosby-Year Book, Inc. p. 519-24

http://cti.itc.virginia.edu, 26 Mei 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana ekspresi yang diberikan anak ibu/bapak ketika diberi saran atau pendapat?. Anaknya nerima aja sih soalnya kan dia yang minta saran sama orangtuanya

Diperolehdari :http://blog.uin- malang.ac.id/uchielblog/2011/04/07/teori-belajar-dan-pembelajaran-konsep- belajar-dan-pembelajaran/.(TanggalAkses 19 Juli

Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang suatu bangsa (bangsa Indonesia) dalam rangka mengelola tata kehidupan berbangsa dan bernegara yang berpedoman pada

Hal ini dapat diartikan, jika terpaan iklan televisi pictorial warning pada rokok meningkat, maka sikap untuk berhenti merokok pada perokok dewasa di Kota.. Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan memanfaatkan teknologi dengan mengembangkan aplikasi yang dapat mengabadikan bentuk-bentuk sejarah yang meliputi gedung dan profil rektor Universitas

Pengembangan aplikasi sistem pendukung keputusan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process menggunakan parameter kualitas kayu yang terdiri dari empat kriteria,

Harga, dengan membawa asli dan fotocopy seluruh dokumen yang sesuai dengan daftar isian. dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada aplikasi SPSE, yang akan dilaksanakan

Generator adalah suatu alat yang dapat mengubah tenaga mekanik menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh generator bisa berupa Listrik AC listrik