ABSTRAK
EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH ( Zingiberis rhizoma) TERHADAP MENCIT GALUR SWISS-WEBSTER
Mirna Primasari, 2006, Pembimbing utama : Winsa Husin, dr., MSc., M. Kes Pembimbing pendamping : Rosnaeni, dra., Apt.
Demam adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas normal, dan merupakan sindrom iatropik yang paling sering ditemukan di Indonesia. Demam dianggap penting dan berhubungan dengan banyak penyebab. Secara empiris, banyak bahan tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan demam, salah satunya adalah rimpang jahe merah ( Zingiberis rhizoma).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efek ekstrak etanol rimpang jahe merah sebagai antipiretik terhadap mencit galur Swiss- Webster.
Penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit jantan galur Swiss-Webster. Demam diinduksi dengan injeksi pepton pada mencit secara subkutan, dan setelah mencapai suhu maksimum ( 5.5 jam) kemudian dibagi dalam 5 kelompok perlakuan secara acak ( n=5). Kelompok I, II, dan III adalah kelompok bahan uji EERJ dengan dosis 1.25%, 2.5%, dan 5%, sedangkan kelompok IV adalah kelompok kontrol positif menggunakan asetosal, dan kelompok V adalah kelompok kontrol negatif menggunakan CMC 1%.
Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit (o C) yang diukur per rektal dengan interval 30 menit selama pengamatan 210 menit.
Analisis data menggunakan ANAVA dan uji beda rata-rata Tukey HSD( α = 0.05). Hasil dari penelitian ditemukan bahwa EERJD-2 dan EERJD-3 efektif dalam menurunkan suhu tubuh mencit bila dibandingkan dengan kontrol negatif ( p= 0.026, p= 0.01), EERJD-2 dan EERJD-3 memiliki efikasi yang sama dengan kontrol positif walaupun EERJD-2 lebih lemah daripada EERJD-3.
ABSTRACT
ANTIPYRETIC EFFECT OF RED GINGER’S ROOT ETHANOL EXTRACT (Zingiberis rhizoma) ON MICE STRAIN SWISS-WEBSTER
Mirna Primasari, 2006, Tutor I : Winsa Husin, dr., Msc., M.Kes Tutor II : Rosnaeni, dra., Apt.
Fever is an iatropic syndrome with increasing of body temperature that mostly found in Indonesia/ tropical area. Fever is considered important and related to many causes. Empirically, many plants can be used for fever treatment including red ginger’s root ( Zingiberis rhizoma).
The aim of this research is to test the effect of red ginger’s root ethanol extract (EERJ) as an antipyretic on mice strain Swiss-Webster.
This research uses 25 male mice strain Swiss-Webster. The fever in mice is induced by peptone injection subcutaneously; after reaching the maximum temperature ( 5.5 hours), then divided into 5 treatment groups randomly (n=5). Group I,II, and III are given test material EERJ with variety of dosage: 1.25% (EERJD-1), 2.5% (EERJD-2), 5% (EERJD-3), while group IV is positive control (acetosal) and group V is negative control (CMC 1%).
Measured data is the mice temperature in Celsius per rectal during 210 minutes' observation in 30 minutes’ interval.
Data analysis uses ANAVA and average difference test of Tukey HSD ( α=0.05). The result is comparing to negative control, EERJD-1 ( p= .0745) is ineffective, while EERJD-2 ( p= .026) and EERJD-3 ( p= .01) are effective in lowering mice temperature. Comparing to positive control, EERJD-1 has different efficacy ( p= .03) while EERJD-2 and EERJD-3 have some efficacy (p= .695), even though EERJD has weaker efficacy than EERJD-3.
The conclusion is red ginger’s root ethanol extract has antipyretic effect on mice strain Swiss-Webster.
DAFTAR ISI
JUDUL ……… i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ………. xiii
DAFTAR BAGAN ……… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Identifikasi Masalah ……… 2
1.3 Maksud dan Tujuan ………. 2
1.4 Manfaat Penelitian ...………3
1.4.1 Akademis ………. 3
1.4.2 Praktis ………...3
1.5 Kerangka Pemikiran ……….3
1.6 Metode Penelitian ……….4
1.7 Lokasi dan Waktu ……… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Tubuh ……….. 5
2.1.1 Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh ………....5
2.2 Demam ……….. 7
2.2.1 Definisi Demam ……….. 7
2.2.3 Tipe Demam ……… 11
2.3 Obat Antipiretik ……… 12
2.3.1 Obat Anti Inflamasi Non Steroid ………. 14
2.3.2 Mekanisme Kerja ... 16
2.3.3 Aspirin/ Asetosal/ Asam Asetil Salisilat... 17
2.3.3.1 Struktur Kimia ... 18
2.3.3.2 Farmakokinetik ... 19
2.3.3.3 Farmakodinamik ... 20
2.3.3.4 Keamanan ... 22
2.3.3.4.1 Sediaan dan Dosis ... 22
2.3.3.4.2 Toksisitas ………... 22
2.3.3.4.3 Kontraindikasi ………23
2.3.3.4.4 Tata Laksana Intoksikasi …………... 23
2.4 Pepton ……….24
2.4.1 Definisi ……… 24
2.4.2 Struktur Kimia ………. 24
2.4.3 Efek Termogenik Pepton ………. 24
2.5 Zingiber officinale Roscoe ………25
2.5.6 Kandungan/ Senyawa Aktif Jahe ………. 30
2.5.7 Kegunaan Jahe ……… 31
2.5.8 Jahe Sebagai Antipiretik ……….. 33
2.5.9 Keamanan ……… 35
2.5.9.1 Efek Samping ………... 35
2.5.9.2 Interaksi Obat/ Herbal ………...35
2.5.9.3 Dosis ………..36
2.5.9.5 Kontraindikasi ………... 36
3.4.1 Desain Penelitian ………. 38
3.4.2 Variabel Penelitian ……….. 39
3.4.3 Metode Penarikan Sampel ………... 39
3.4.4 Prosedur Kerja ………. 40
3.4.5 Metode Analisis ………... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 42
4.1 Hasil Penelitian ……… 42
4.1.1 Data Dasar Suhu Tubuh Mencit Sebelum dan Sesudah Induksi Pepton ………. 42
4.1.2 Homogenitas Rata-Rata Suhu Tubuh Mencit Sesudah Induksi Pepton ……….. 44
4.1.3 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Etanol Jahe ( EEJ) Terhadap Suhu Tubuh Mencit ………...45
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Suhu tubuh mencit sebelum dan sesudah induksi pepton ...43
Tabel 4.2 Rata-rata suhu tubuh mencit sesudah induksi pepton ……….44
Tabel 4.3 Rata-rata suhu tubuh mencit sesudah pengamatan 210 menit ………45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur kimia Asetosal ………..18
Gambar 2.2 Struktur kimia Pepton ……….24
Gambar 2.3 Jahe ( Zingiber officinale Rosc.) ……….26
Gambar 2.4 Tanaman Jahe ……….28
Gambar 2.5 Struktur kimia Gingerol ……….33
Gambar 2.6 Struktur kimia Zingerone ………...34
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
37
Lampiran I:
KONVERSI DOSIS
Dosis Asetosal
Dosis Asetosal = 30 mg/ 100 g tikus (Wahjoedi, 1989) Konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g = 0.14
Konversi dosis untuk mencit 20 g = 0.14
Dosis untuk mencit 20 g = 0.14 x 0.05 ml =0.007 ml Untuk mencit 30 g = 30 x 0.007 ml = 0.0105 ml 20
Dosis Ekstrak Jahe
Dosis untuk tikus adalah 140 mg/kg (Mills & Bone, 2000) Dosis untuk tikus 200 g = 200 x 140 mg = 28 mg
1000
Konversi dosis untuk mencit 20 g = 0.14
Dosis untuk mencit 20 g = 0.14 x 28 mg = 3.92 mg Untuk mencit 30 g = 30 x 3.92 mg = 5.88 mg
38
Dosis mencit = 5.88 mg/ 0.5 cc = 11.76 mg/ cc = 1176mg/ 1000 cc = 1.17 %
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama : Mirna Primasari Nomor Registrasi Pokok : 0210121
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 September 1983 Alamat : Puri Anjasmoro O1/ 7
Semarang
Riwayat Pendidikan:
• 1989-1995 SD Kebon Dalem, Semarang • 1995-1998 SMP Kebon Dalem, Semarang • 1998-2001 SMU Pelita Harapan Sentul, Bogor
• 2001-2002 Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh di
atas normal (Dorland, 2000 ). Suhu tubuh normal pada manusia per oral
berkisar antara ( 36.8 ± 0.4)o C (Braunwald, Eugene et al., 2001). Demam
merupakan sindrom iatropik yang paling sering dijumpai di Indonesia. Hasil
penelitian prospektif di New York, 10% dari kunjungan ke tempat praktek
ternyata disertai gejala demam.
Di Indonesia, diperkirakan prevalensi kejadian jauh lebih tinggi, mengingat
banyaknya kejadian infeksi (Soeroso, 1989). Demam dianggap penting karena
merupakan gejala yang berhubungan dengan banyak penyebab, baik patologis
maupun nonpatologis (Braunwald, Eugene, et al., 2001). Demam mempunyai
arti penting, baik bagi dokter maupun penderita karena merupakan indikator
adanya suatu penyakit. Kenaikan suhu tubuh mudah diketahui dan dapat
diukur secara cepat dan tepat ( Soeroso, 1989).
Demam merupakan gejala umum yang berhubungan dengan banyak sekali
penyebab, mayoritas berkaitan dengan adanya infeksi, dan terjadi dalam
jangka waktu singkat, meskipun dalam beberapa kasus dapat berlangsung
lebih lama ( Watts, 1979 ).
Usaha-usaha untuk mengatasi demam diawali dengan pengobatan sendiri
(self-medication) yaitu dengan pengobatan simtomatis, dan biasanya
konsultasi ke dokter dilakukan bila demam berkelanjutan yang tidak bisa
diatasi sendiri. Pengobatan sendiri untuk demam, dapat dilakukan dengan
obat-obat sintetis atau dengan obat-obat tradisional, yaitu dengan
menggunakan tanaman obat (herbal medicine). Secara empiris, banyak
tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan demam, salah satunya
adalah rimpang jahe merah ( Zingiberis rhizoma). Selain untuk pengobatan
penyakit, seperti sebagai penghilang rasa nyeri, mengatasi gangguan tidur, anti
mual, anti kembung, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Bagian yang
digunakan adalah rimpangnya ( Zingiberis rhizoma).
Penelitian tentang khasiat tanaman obat, perlu dilakukan untuk menunjang
penggunaan secara empiris dengan data-data ilmiah, sehingga penggunaannya
dapat lebih dipertanggungjawabkan. Menurut pustaka, ekstrak jahe yang
diberikan secara oral pada tikus ternyata dapat mengurangi demam sampai
38%, sedangkan aspirin menurunkan demam sampai 44 % ( Mills & Bone,
2000). Penulis tertarik meneliti khasiat ekstrak etanol jahe untuk menurunkan
demam pada mencit.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah ekstrak etanol jahe (Zingiber officinale Rosc.) mempunyai efek antipiretik terhadap mencit jantan galur Swiss Webster.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk memanfaatkan rimpang jahe sebagai
antipiretik sehingga dapat menjadikan jahe sebagai obat alternatif untuk
menurunkan demam.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji efek ekstrak etanol rimpang jahe
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas cakrawala
pengetahuan di bidang farmakologi tumbuhan obat, khususnya jahe
yang mempunyai efek antipiretik.
1.4.2 Manfaat Praktis
Jahe dapat menjadi obat alternatif untuk menurunkan demam.
1.5 Kerangka Pemikiran
Obat antipiretik menurunkan demam dengan menghambat proses
inflamasi/ radang. Mekanisme kerja obat antipiretik adalah dengan
penghambatan biosintesis prostaglandin, yang akan dilepaskan bilamana sel
mengalami kerusakan dengan cara menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat
menghambat siklooksigenase dengan cara yang berbeda (Wilmana, 2002).
Rimpang jahe mempunyai kandungan bahan aktif antara lain: gingerol,
zingerone, shogaol, minyak atsiri (Tang & Eisenbrand, 1992), flavonoid
(Johnny Ria Hutapea & Sri Sugati Syamsuhidayat, 1991). Bahan aktif yang
dipercaya mempunyai efek terapeutik adalah gingerol dan shogaol (Tang &
Eisenbrand, 1992). Zat tersebut bahkan telah dibuktikan memiliki efek
analgetik dan antipiretik pada hewan coba di laboratorium oleh Suekawa,
Ishige, Yuasa, Sudo, Aburada, dan Hosoya pada tahun 1984 (Foster, 2000).
Gingerol telah terbukti menghambat pembentukan prostaglandin (Foster,
2000). Penghambatan biosintesis prostaglandin ini menghambat inflamasi dan
demam (Wilkinson). Penghambatan prostaglandin dengan cara menghambat
aktivitas siklooksigenase dan lipoksigenase dalam asam arakidonat sehingga
2000). Aktivitas penghambatan ekstrak rimpang jahe terhadap sintesa
prostaglandin ternyata analog dengan aktivitas obat-obat antipiretik sintetis.
Pada terapi herbal, rimpang jahe diakui mempunyai efek menghangatkan,
hal ini sebagai dasar dari aktivitas diaforetik, yang dapat merangsang
peningkatan pengeluaran panas dari tubuh sehingga akhirnya dapat
menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam. Jahe dan komponennya juga
berefek menstimulasi reseptor-reseptor termoregulator ( Mills & Bone, 2000).
Hipotesis Penelitian : Ekstrak etanol jahe mempunyai efek antipiretik.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan,
bersifat komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada
penelitian ini dilakukan uji pemberian ekstrak etanol jahe terhadap mencit
jantan galur Swiss- Webster untuk melihat efeknya terhadap penurunan suhu
tubuh mencit setelah diinduksi dengan pepton. Data yang diukur adalah suhu
tubuh mencit dalam derajat Celsius.
Analisis data untuk induksi pepton dengan desain penelitian pra-tes
dan pos-tes, dengan uji t berpasangan.
Analisis data untuk penurunan suhu tubuh mencit dengan ANAVA satu arah,
dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α = 0.05 .
Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0.05.
1.7 Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Waktu penelitian berlangsung mulai bulan Februari 2005 sampai dengan
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan hasil analisis statistik, didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe merah memiliki efek antipiretik terhadap mencit jantan galur Swiss-Webster.
5.2 Saran
52
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Radjaram. Sugiyartono. Dewi Isadiartuti. 2003. Pengembangan Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Jahe ( Zingiber officinalis Roxb.) Dengan Bahan Pengikat Etil Selulosa dan Gelatin B. Majalah Farmasi Airlangga 2(3): 63.
Andria Agusta. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB. hal 110
B. Wahjoedi. Yun Astuti N. B. Nuratmi. 1997. Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Johar (Casia siamea Lamk) Pada Tikus Putih. Buletin Penelitian Kesehatan 3&4(25): 34-8
Braunwald, Eugene,et al. 2001. In: Harrisons Principles of Internal Medicine. 15th ed. United States of America: McGraw Hill. p. 91-4
Chatton, Milton J. 1979. Fever. In: Handbook of Medical Treatment. 17th ed. Editor Watts, H. David. California: Jones Medical Publication. p.15-7
Clark, Wesley G. 1991. Antipyretics. In Mackowiak, Philip A: Fever, Basic Mechanisms and Management. New York: Raven Press. p 297-327
Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Bakti Husada. hal.25-8
Foster, Steven. 2000. Ginger- Zingiber officinale.
http://www.stevenfoster.com/education/monograph/ginger.html. Mei 2005
Friedli, Georges-Louis, PgDip., MSc., PhD. Zingiber officinale ( Ginger). georges-louis@friedli.com, 15 Juli 2005
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Editor Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. hal 1141-54
J.R. Watimena, dkk. 1982. Lab Farmakologi. Bandung: ITB. hal 92
Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. 1996. Editor tim editor EGC. Jakarta: EGC. hal 694-9
53
Moshe IPP. 1995. Fever. In: Conns Current Therapy. Philadelphia: W. B. Saunders Company. p.19-21
P. Freddy Wilmana. 2002. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai. Dalam FKUI: Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. hal 207-22
Roberts II, L. Jackson. Morrow, Jason D. 2001. Chapter 27: Analgesic-Antipyretic and Antiinflammatory Agents and Drugs Employed In The Treatment of Gout. In Goodman & Gillman: Pharmacology and Therapy. 10th ed. United States of America: McGraw Hill. p. 687-9
Santosa Soeroso. 1989. Demam Pada Praktek Dokter Swasta. Dexa Media 1(2):21-3
Simon, Harvey B. 1995. Evaluation of Fever. In Winters, Richard: Primary Care Medicine. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Company. p. 48-53
Spector, W. G. 1993. An Introduction to General Pathology. 3rd ed. Singapore: Longman Singapore Publishers Ltd. p. 90-3
Sri Sugati Syamsuhidayat. Johny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jakarta: Bakti Husada. hal 596-7
Stuart, Armando Gonzalez. 2003. Ginger. http://www.herbalsafety.utep.edu/herbs-pdfs/ginger.pdf., 15 Juli 2005
Tang, W. Eisenbrand, G. 1992. Chinese Drugs Of Plant Origin. Berlin: Springer-Verlag. p.1011-14
Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib. Edisi 1. Penyunting Mulyono. Jakarta: AgroMedia Pustaka. hal 1-13
Woodward, Theodore E. 1991. The Fever Pattern as a Clinical Diagnostic Aid. In Mackowiak, Philip A: Fever, Basic Mechanisms and Management. New York: Raven Press. p. 83-104
Word Reference. 2005. http://www.wordreference.com/definition, 15 Juli 2005