iv
ABSTRAK
EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT
(Curcuma domestica Val.) PADA MENCIT SWISS WEBSTER
JANTAN
Elfira Teresa Anugrah, 2011; Pembimbing Utama :Dr. SugiartoPuradisastra, dr., M.Kes
Pembimbing Pendamping : dr. Jo Suherman, MS, AIF Diare merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan banyak menimbulkan kematian dalam masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan diare yang mudah diperoleh dan efektif, salah satunya adalah rimpang kunyit. Rimpang kunyit mempunyai zat tertentu yang dapat menghentikan diare. Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol rimpang kunyit (EERK) pada mencit Swiss Webster jantan.
Desain penelitian dalam percobaan ini adalah ekperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Penelitian menggunakan metode proteksi terhadap diare oleh Oleum ricini. Hewan coba yang digunakan berupa 30 ekor mencit yang dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok I, II, III berturut-turut diberi EERK dosis 33,3 mg/kgBB, 66,6 mg/kgBB, 133,2 mg/kgBB, sedangkan kelompok IV dan V berturut-turut diberi Carboxy Metyl Cellulosa (CMC)1% dan loperamid (0,26 mg/kgBB). Data yang diukur adalah frekuensi defekasi, berat feses (gram), dan konsistensi feses. Analisis data untuk berat feses dan frekuensi defekasi, dengan menggunakan uji ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Untuk konsistensi feses dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann Whitney U.
Hasil penelitian rerata berat feses pada EERK dosis II dan III (0,48500 g, 0,72400 g.) berbeda dengan kontrol (1.01667 g) secara signifikan dengan p ≤ 0,05. Hasil rerata frekuensi defekasi pada EERK dosis I, II, dan III (14,17, 12, 14,33) berbeda dengan kontrol (22,5) secara signifikan dengan p ≤ 0,05. Hasil penelitian konsistensi feses EERK dosis I, II, III tidak berbeda signifikan dengan kontrol dengan p > 0,05.
Kesimpulan EERK berefek antidiare dengan menurunkan berat feses dan frekuensi defekasi dan, tetapi tidak memperbaiki konsistensi feses.
v
ABSTRACT
ANTIDIARRHEAL EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF
TURMERIC RHIZOME (Curcuma domestica Val. ) ON SWISS
WEBSTER MALE MICE
Elfira Teresa Anugrah, 2011; 1st Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes 2nd Tutor : dr. Jo Suherman, MS, AIF
Diarrhea is one of common diseases and cause many deaths in society. Therefore, is needed diarrhea treatments which easily obtained and effective, one of which is turmeric rhizome. Tumeric rhizome has a particular substance that can stop diarrhea. The purpose of this research was to know antidiarrheal effect of ethanol extract of turmeric rhizome (EETR) on Swiss Webster male mice.
The design of this research was real experimental with comperative Completely Randomized Design. The research used protection method against diarrhea which is induced by Oleum ricini. The experimental animals which were used were 30 mice, which were divided into 5 groups. Group I, II, III were given in succession EETR 33,3 mg/kg, 66,6 mg/kg, 133,2 mg/kg, whereas group IV and V were given in succession Carboxy Metyl Cellulosa (CMC)1% and loperamide (0,26 mg/kg). The data that were measured were weight of feces (gram), frequency of (0,48500 g, 0,72400 g.) have significant difference from control (1.01667 g) with p ≤ 0,05. The result of average frequency of defecation in EERT doses I, II and III (14,17, 12, 14,33) have significant difference from control (22,5) with p ≤ 0,05. The result of fecal consistency in EERT doses I, II and III didn’t have significant difference from control with p > 0,05.
Conclusion, ethanol extract of turmeric rhizome has antidiarrheal effect by reducing frequency of defecation and fecal weight, but does not improve the consistency of feces.
vi DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
1.2 Identifikasi Masalah………...………. 3
1.3 Maksud dan Tujuan penelitian…...………. 3
1.4 Manfaat Karya Tulis ilmiah………... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ……… 4
1.6 Hipotesis……….. 4
1.7 Metodologi………... 5
viii
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian... 41
ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………..……. 61 5.2 Saran………... 61
DAFTAR PUSTAKA……….62
LAMPIRAN………67
RIWAYAT HIDUP………83
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Duodenum………..………..…… 6
Gambar 2.2 Jejunum dan Ileum ………..…7
Gambar 2.3 Usus Besar ………...… 8
Gambar 2.4 Saekum dan Appendix ………..…...9
Gambar 2.5 Rektum ……….……. 10
Gambar 2.6 Kanalis Analis ……….…... 11
Gambar 2.7 Gerakan Mencampur dan Gerakan Mendorong ………. 15
Gambar 2.8 Bagan Evaluasi Diare Akut ……… 23
Gambar 2.9 Bagan Evaluasi Diare Kronis ………. 24
Gambar 2.10 Bagan Evaluasi Diare Kronis ………. 25
Gambar 2.11 Bagan Terapi Dehidrasi Rencana C ………..…… 30 Gambar 2.12 Rimpang kunyit dan Tanaman Kunyit ………..……. 35 Gambar 4.1 Diagram Batang Berat Feses Mencit (gram) Selama 6 Jam ….……. 50
Gambar 4.2 Diagram Batang Rerata Frekuensi Defekasi Mencit...……….……... 54
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Dosis ………. 67
Lampiran 2 Alur Penelitian ……….. 70
Lampiran 3 Data Hasil Pengamatan Mencit Selama 6 Jam ………. 71
Lampiran 4 Data Hasil Uji Statistik Berat Badan Mencit ………... 72
Lampiran 5 Data Hasil Uji Statistik Berat Feses Mencit ………. 75
Lampiran 6 Data Hasil Uji Statistik Frekuensi Feses Mencit ……….. 78
Lampiran 7 Data Hasil Uji Statistik Konsistensi Feses Mencit ……… 81 Lampiran 8 Ethical Approval……….….82
67
Lampiran 1
Perhitungan Dosis
Perhitungan Dosis Kunyit
Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010).
Berat serbuk rimpang kunyit sebelum dibuat ekstrak = 512 g Berat ekstrak yang dibuat dari serbuk seberat 512 mg = 51,28 g Dosis ekstrak 1 = 51,28 g/512 g x 7,8 mg / 0,5 ml
= 0,78 mg/ 0,5 ml
Dosis untuk 1 kgBB = 1000 g /berat rata-rata mencit x 0,78 mg = 1000 g/23,42 g x 0,78 mg = 33,30 mg/kgBB
Dosis ekstrak 2 = 2 x dosis ekstrak 1
= 2 x 0,78 mg/ 0,5 ml = 1,56 mg/ 0,5 ml
Dosis untuk 1 kgBB = 1000 g /berat rata-rata mencit x 1,56 mg = 1000 g/23,42 g x 1,56 mg = 66,60 mg/kgBB
Dosis ekstrak 3 = 2 x dosis ekstrak 2
= 2 x 1,56 mg/ 0,5 ml = 3,12 mg/ 0,5 ml Dosis untuk 1 kgBB = 1000 g /berat rata-rata mencit x 3,12 mg
68
Prosedur Ekstrasi Dengan Pelarut Etanol :
1. Simplisia yang sudah kering dan halus (sudah digiling) ditimbang untuk mendapatkan berat bersih.
2. Serbuk simplisia dan pelarut etanol ( perbandingan 1:5) dimasukkan ke dalam wadah simplisia pada alat ekstraksi (perkolator). Prosesnya dilakukan secara kontinyu hingga senyawa dalam simplisia terekstrasi sempurna selama 4 jam dengan setting suhu maksimal 500C.
3. Estrak cair tersebut dipekatkan menggunakan alat evaporator. 4. Ekstrak dikemas dalam botol.
(Depkes RI, 1986)
Perhitungan Dosis Loperamid
Dosis loperamid untuk manusia = 2 mg
Dosis loperamid untuk mencit = 2 mg x faktor konversi manusia 70 kg ke mencit 20 g
= 2 mg x 0,0026 = 0,0052 mg
Untuk loperamid 0,0104 mg harus ditambahkan dalam berapa ml CMC 1%?
Caranya :
Dosis loperamid untuk 1 kgBB mencit = 1000/20 x 0,0052 mg = 0,26 mg/kgBB
Dalam percobaan diketahui loperamid dengan dosis 0,26 mg/kgBB akan diberikan dengan 0,5 ml suspensi CMC 1%
0,26 mg/kg x berat rata-rata mencit 0,26 mg/kg x 0,02342 kg
69
Jadi ,
=
x = 0,426 ml
Dengan demikian, untuk loperamid 0,0104 mg harus ditambahkan CMC 1% sebanyak 0,426 ml
70
Lampiran 2
Alur Penelitian
Pembelian 30 ekor mencit galur Swiss Webster jantan umur 6-8 minggu dengan bobot kira-kira 20-30 gram yang diperoleh dari Laboratorium Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
Hewan coba diadaptasikan selama seminggu di Laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Maranatha dalam kandang yang berisi sekam padi, dengan diberi makan pelet dan minum air suling.
Sebelum hari percobaan:
- Masing-masing mencit ditimbang berat badannya dan dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok yaitu kelompok I, II, III, IV, V.
- Kertas saring dipersiapkan yaitu dengan menggunting kertas saring sesuai dengan ukuran alas beaker glass dan ditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan elektrik.
- Rimpang kunyit sudah dibuat menjadi ekstrak etanol rimpang kunyit
Pada hari percobaan :
- Mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 1 jam dengan tetap diberikan air suling. - Mencit yang pada hari sebelumnya sudah dikelompokkan, diberi bahan uji :
kelompok I diberi EERK dosis 33,30 mg/kgBB , kelompok II diberi EERK 66,6 mg/kgBB, kelompok III diberi EERK dosis 133,2 mg/kgBB mg, kelompok IV diberi 0.5 ml CMC 1%, kelompok V diberi 0.5 ml Loperamid.
- Masing-masing mencit ditempatkan dalam beaker glass yang sudah dialasi kertas saring untuk pengamatan.
- Setelah satu jam, semua mencit dari kelima kelompok diberi 0.5 ml Oleum ricini secara oral. - Amati berat feses, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses yang terjadi pada tiap mencit
71
Lampiran 3
72
Lampiran 4
Data Hasil Uji Statistik Berat Badan Mencit
Test of Homogeneity of Variances
73
Kontrol -.192000 2.202395 1.000 -6.66015 6.27615
Pembanding .062500 2.202395 1.000 -6.40565 6.53065
EERK dosis 2 EERK dosis 1 -.567000 2.202395 .999 -7.03515 5.90115
EERK dosis 3 -1.620333 2.202395 .946 -8.08848 4.84782
Kontrol -.759000 2.202395 .997 -7.22715 5.70915
Pembanding -.504500 2.202395 .999 -6.97265 5.96365
EERK dosis 3 EERK dosis 1 1.053333 2.202395 .989 -5.41482 7.52148
EERK dosis 2 1.620333 2.202395 .946 -4.84782 8.08848
Kontrol .861333 2.202395 .995 -5.60682 7.32948
Pembanding 1.115833 2.202395 .986 -5.35232 7.58398
Kontrol EERK dosis 1 .192000 2.202395 1.000 -6.27615 6.66015
EERK dosis 2 .759000 2.202395 .997 -5.70915 7.22715
EERK dosis 3 -.861333 2.202395 .995 -7.32948 5.60682
Pembanding .254500 2.202395 1.000 -6.21365 6.72265
Pembanding EERK dosis 1 -.062500 2.202395 1.000 -6.53065 6.40565
EERK dosis 2 .504500 2.202395 .999 -5.96365 6.97265
EERK dosis 3 -1.115833 2.202395 .986 -7.58398 5.35232
74
Homogeneous Subsets
Berat mencit dalam g
Tukey HSDa
Kelompok Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1
EERK dosis 2 6 22.73233
Pembanding 6 23.23683
EERK dosis 1 6 23.29933
Kontrol 6 23.49133
EERK dosis 3 6 24.35267
Sig. .946
75
Lampiran 5
Data Hasil Uji Statistik Berat Feses Mencit Oneway
Test of Homogeneity of Variances
76
Post Hoc Tests (Tukey HSD)
Multiple Comparisons
Lower Bound Upper Bound
EERK dosis 1 EERK dosis 2 .250000 .099003 .117 -.04076 .54076
77
Homogeneous Subsets
Berat feses dalam g
Tukey HSDa
Kelompok Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
EERK dosis 2 6 .48500
Pembanding 6 .64267
EERK dosis 3 6 .72400
EERK dosis 1 6 .73500 .73500
Kontrol 6 1.01667
Sig. .117 .061
78
Lampiran 6
Data Hasil Uji Statistik Frekuensi Feses Mencit Oneway
Test of Homogeneity of Variances
79
80
Homogeneous Subsets
Frekuensi feses
Tukey HSDa
Kelompok Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Pembanding 6 11.67
EERK dosis 2 6 12.00
EERK dosis 1 6 14.17
EERK dosis 6 14.33
Kontrol 6 22.50
Sig. .799 1.000
81
Lampiran 7
Data Hasil Uji Statistik Konsistensi Feses Mencit Descriptive Statistics
82
Lampiran 8
83
RIWAYAT HIDUP
Nama : Elfira Teresa Anugrah Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 27 Oktober 1989
Alamat : Jl. Mekar Murni no.1, kompleks Mekar Wangi, Bandung Agama : Kristen Protestan
Riwayat Pendidikan :
Tahun 1996 : lulus TKK BPK Penabur Bandung Tahun 2002 : lulus SDK BPK Penabur Bandung Tahun 2005 : lulus SMPK 1 BPK Penabur Bandung Tahun 2008 : lulus SMAK 2 BPK Penabur Bandung
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diare atau gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat (Miftakhul Hudayani, 2008). Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang mempunyai akses kebersihan yang buruk (WHO, 2009).
Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di negara berpenghasilan rendah, dengan persentase kematian yaitu 6,9% (WHO, 2009). Hasil survey Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009 menunjukkan jumlah kasus diare di Indonesia sebanyak 143.696 kasus rawat inap dan 172.013 kasus rawat jalan. Kematian akibat diare di Indonesia pada tahun 2009 mempunyai presentase 1,74% (Jane, dkk., 2009).
Penderita diare terutama anak-anak. Diperkirakan, anak berumur di bawah lima tahun mengalami 3 episode diare per tahunnya. Pada tahun 2004, lebih dari 1,5 juta anak-anak meninggal akibat diare dan 80% berusia kurang dari 2 tahun (WHO, 2009).
Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi, syok hipovolemik, asidosis, malnultrisi (terutama pada anak-anak). Dari semuanya itu, penyebab kematian akibat diare paling sering disebabkan oleh dehidrasi (IDAI, 2009).
2
Obat-obat kimia antidiare dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu golongan obat antimotilitas, adsorben, obat yang mengubah transpor elektrolit dan cairan (Mycek, Harvey, Champe, 2001). Salah satu contohnya adalah loperamid, yang juga dipakai sebagai pembanding dalam penelitian ini.
Masyarakat di Indonesia sendiri, terutama masyarakat golongan menengah kebawah, lebih sering mengatasi diare ini dengan berbagai macam tanaman obat. Adapun contoh tanaman obat yang banyak digunakan sebagai antidiare adalah rimpang kunyit, daun jambu biji, daun salam, temulawak. Tanaman-tanaman ini mempunyai zat tertentu yang berperan dalam menghentikan diare. Dibandingkan obat kimia, obat herbal ini memiliki beberapa keuntungan yaitu lebih murah, efek sampingnya lebih minimal, dan memiliki lebih banyak manfaat (Muaro, 2009).
Kunyit atau Curcuma domestica Val. merupakan tanaman yang dapat tumbuh sepanjang tahun. Tanaman ini tumbuh liar dan banyak ditemukan di semak-semak hutan jati Indonesia. Kunyit banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dapur, pewarna makanan, dan penambah nafsu makan. Selain itu, dalam pengobatan tradisional Cina dan Ayurveda (India) kunyit dipercaya dapat mengatasi beberapa masalah kesehatan, seperti menyembuhkan gangguan pencernaan, pembersihan ginjal, dan membantu memperbaiki siklus menstruasi (Nadia Felicia, 2011).
Sebelumnya, penelitian tentang rimpang kunyit sebagai antidiare sudah pernah dilakukan yaitu membuat rimpang kunyit dalam bentuk infusa. Dosis infusa rimpang kunyit yang digunakan adalah 7,8 mg sebanyak 0,5 ml. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa infusa rimpang kunyit berkhasiat sebagai antidiare (Joao M.C.Ximenes, 2010).
3
1.2Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
- Apakah ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi.
- Apakah ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) berefek antidiare dengan mengurangi berat feses.
- Apakah ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui salah satu rimpang tanaman yang bermanfaat mengobati diare.
Tujuan penelitian ini adalah
- untuk mengetahui efek antidiare ekstrak rimpang kunyit terhadap mencit Swiss Webster jantan dalam mengurangi frekuensi defekasi.
- untuk mengetahui efek antidiare ekstrak rimpang kunyit terhadap mencit Swiss Webster jantan dalam mengurangi berat feses.
- untuk mengetahui efek antidiare ekstrak rimpang kunyit terhadap mencit Swiss Webster jantan dalam memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat akademis adalah untuk menambah wawasan dan sumber informasi terutama di bidang farmakologi tanaman obat khususnya mengenai kegunaan rimpang kunyit terhadap antidiare.
4
1.5Kerangka Pemikiran
Banyak mekanisme yang dapat mendasari terjadinya diare antara lain (1) osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik, (2) sekresi cairan dan elektrolit meninggi atau absoprsi menurun, disebut diare sekretorik, (3) kerusakan mukosa usus, disebut diare diare eksudatif /inflamasi, (4) malabsorbsi asam empedu / asam lemak, (5) motilitas dan waktu transit usus abnormal (Marcellus Simadibrata, 2006; Camilleri, Muray, 2008).
Oleum ricini, sebagai penginduksi diare, di dalam usus akan dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat yang berperan sebagai pencahar dengan meningkatkan motilitas usus (Arief, Sjamsudin, 1995).
Kunyit mempunyai beberapa kandungan kimia utama yang berefek antidiare yaitu kurkuminoid, tanin, dan minyak atsiri (Prawiro, 1977; Yayasan Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica, 1993).
Kurkuminoid, minyak atsiri berefek spasmolitik yang bekerja dengan menghambat peristaltik usus (Kiso, 1983; Sidik, 1988; Parvathy dkk, 2009).
Tanin berkhasiat melapisi dinding mukosa usus dengan lapisan protein sehingga mengurangi sensitifitas ujung-ujung saraf usus terhadap stimulus peristaltik dan menciutkan mukosa usus (Mills, Bone, 2000).
Hal ini menyebabkan ekstrak etanol rimpang kunyit berefek antidiare.
1.6Hipotesis
- Ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi.
- Ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) berefek antidiare dengan mengurangi berat feses.
5
1.7Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental laboratories sungguhan dengan rancangan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif.
Pengujian antidiare menggunakan metode proteksi terhadap diare yang diinduksi oleh oleum ricini. Data yang diukur adalah frekuensi defekasi, berat feses (mg), dan konsistensi feses selama 6 jam (Yayasan Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica, 1993).
61
BAB V
SIMPULAN dan SARAN
5.1 Simpulan
Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) berefek antidiare dengan menurunkan berat feses pada dosis 66,60 mg/kgBB dan 133,2 mg/kgBB.
Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi pada semua dosis. Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) tidak berefek
memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.
5.2 Saran
Penelitian “Efek Antidiare Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit Pada Mencit
Swiss Webster Jantan” merupakan penelitian pendahuluan, yang perlu dilanjutkan dengan menggunakan :
1. Sediaan galenik yang lain (dekok, air perasan) 2. Hewan coba yang lain (tikus, kelinci)
62
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Jazanul. 2000. Obat-obat saluran cerna. Dalam S. G. Ganiswarna, R. Setiabudy, F.D. Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi : Farmakologi dan terapi. Jakarta : Hipokrates. h. 61.
Azalia Arif , Udin Sjamsudin . 1995. Minyak jarak. Dalam S. G. Ganiswarna, R.
Setiabudy, F.D. Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi : Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta : Gaya Baru. h. 511-512.
Backer C.A., Van Den Brink R.C. 1968. Flora of java (spermatophytes only). Vol III. Noordhoff Groningen, Netherlands. p.164-194.
Bowles E.J. 2003. The chemistry of aromatherapeutic oils. In Allen & Unwin : Pharmacokinetics. Australia. p. 118-127.
Camilleri M., Muray J. 2008 . Diarrhea and constipation. In A.S.Fauci, D.L.Kasper, D.L.Longo, E.Braunwald, S.L.Hauser, J.L.Jameson, et al.: Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill. p.245-255.
Chen Liu, Crawford J. 2005. The gastrointestinal tract. In V. Kumar, A.K. Abbas, N. Fausto : Robbins and cotran pathologic basis of disease.7th ed. Pennsylvania : Elsevier. p. 831-832.
Chris. 2006. Food Movement through the Small Intestine.
http://www.healthhype.com/intestinal-motility-food-movement-through-the-small- intestine.html. 20 September 2011.
Daniel Wibowo, Widjaya Paryana. 2009. Systema digestorium. Anatomi tubuh manusia. Wisland House1 : Elseviser. H. 323-345.
Deddy Satriya Putra. 2011.Upaya mengurangi kejadian komplikasi diare akut .
http://www.dr-rocky.com/index.php/artikelkesehatananak/8-diare-akut-pada-anak.
63
Departemen Kesehatan RI. 1986. Prosedur ekstraksi jombang pelarut etanol. Sediaan Galenik. Jakarta : Bakti Husada.
_____________________. 2008. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit.
http:// buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc. 15 Desember 2010.
Dilaga. 1992. Nutrisi mineral makanan ternak (kajian khusus selenium). Jakarta: Pressindo.
Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.M. 2005. Abdomen. Gray’s anatomy for students. 39th edition. Philadelphia: Elsevier. p.273-284; 295-311.
Farid Muntaha. 2011. Indikasi antibiotik pada diare akut.
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Indikasi+Antibiotik+pada+Diar e+Akut. 29 September 2011.
Ganong W.F. 1998.Pengaturan fungsi gastrointestinal. Dalam M. Djauhari
Widjajakusumah : Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 17. Jakarta : EGC. h. 495- 498.
Ghishan F.K. 2007. Chronic diarrhea. In R.M.Kliegman, R.E.Behrman, H.B.Jenson: Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Elsevier. p. 1621-1625.
Guyton A.C., Hall J.E. 2007. Fisiologi gastrointestinal. Buku ajar fisiologi. Terjemahan Irawati, Dian Ramadhani, Fara Indriyani, Frans Dany, Imam
Nuryanto, Srie Sisca Prima Rianti, dkk. Edisi 11. Jakarta : EGC. h.814-815, 829- 831, 847-848,855-858.
Harmono dan Andoko. 2005. Budi daya dan peluang bisnis jahe. Jakarta : Agromedia Pustaka.
64
Jane S., Ratna R., Sunayardi, Iskandar.Z., Nuning K., Marlina.I.S., dkk. 2009. Profil kesehatan Indonesia 2009.http://www.depkes.go.id/downloads/ profil_kesehatan_
2009/index.html. 6 Januari 2011.
Kartasapoetra. 1992. Budidaya tanaman berkhasiat obat kunyit. Jakarta : PT. Rineka Cipta. h. 60.
Kasihani N.M.O., 2000. Daya hambat kunyit terhadap pertumbuhan Escherichia coli. Penyebab colibacillosis pada babi secara in vitro. Denpasar. h.19 – 24.
Katzung B. G. 2004. Loperamid. Basic and clinical pharmacology. 9th edition. New York: Prentice‐Hall Iinternational. h. 1047.
Kiso, Y., Y. Suzuki, N.Watanabe, Y. Oshima dan H.Hikino. 1983. Antihepatotoxic principles of Curcuma longa Rhizomes. Planta Medica. h. 185-187.
Kumar A., Purwar B., Shrivastava A., Pandey S. 2009. Effects of curcumin on the
intestinal motility of albino rats. http://www.ijpp.com/vol54_3/284-288.pdf . 29
September 2011.
Marcellus Simadibrata K., Daldiyono. 2006. Diare akut. Dalam: A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata , S.Setiadi : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h.408-413.
Masduki I. 1996. Efek antibakteri ekstrak biji pinang (Areca catechu) terhadap S. aureus dan E. coli. Cermin dunia kedokteran. h. 21-24.
Miftakhul Hudayani. 2008. Efek antidiare ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) pada mencit jantan galur swiss webster.
http://etd.eprints.ums.ac.id/2243/1/K100040030.pdf. 15 Desember 2010.
65
Mills S., Bone K. 2000. Tannin and oligomeric procyanidins. Principles and practice of phytotherapy. Edinburg : Churchill Livingstone. p.34-37.
______________ . 2000. Essential oils. Principles and practice of phytotherapy. Edinburg : Churchill Livingstone. p.27-29.
MIMS Indonesia. 2008. Antidiare. Dalam A. Santoso, A.D. Pusponegoro, A. Sani, A.A. Rani, C. R. KArtasamita, Evaria,dkk. : MIMS edisi bahasa indonesia. Volume 9. Jakarta: PT Info Master. h.30-33.
Muaro. 2009. Herbal dan obat tradisional. http://www.muaro.com/tag/obat- tradisional/. 6 Januari 2011.
Mycek M.J., Harvey R.A., Champe P.C. 2001. Antidiare. Farmakologi ulasan bergambar. Terjemahan Azwar Agoes. Edisi 2. Jakarta : Widya Medika. h. 248.
Nadia Felicia. 2011. Baiknya kunyit bagi tubuh.
http://health.kompas.com/read/2011/01/15/23462766/Baiknya.Kunyit.Bagi.Tubuh. 15 Januari 2011.
Nia Kurniawati,dkk. 2010. Kunyit (Curcuma domestica). Sehat & cantik alami berkat khasihat bumbu dapur. Bandung : PT Mizan Pustaka. h.151-156.
Parvathy K.S., Negi P.S., Srinivas P. 2009. Antioxidant, antimutagenic and antibacterial activities of curcumin-β-diglucoside. Food chemistry. Volume 115. p. 265-271.
Prawiro. 1977. Tanaman kunyit. http://etd.eprints.ums.ac.id/2243/1/K100040030.pdf. 6 November 2011
Putz R., Pabst R. 2003. Organ viscera perut (rektum). Sobota. Terjemahan Y.Joko Suyono. Jakarta : EGC. h. 205.
66
Ray Sahelian. 2011.Constipation natural treatment and home remedy, herbs, fiber supplement. http://www.raysahelian.com/constipation.html. 28 Oktober 2011.
Rismunandar. 1988. Rempah- rempah hasil komoditi ekspor indonesia. Bandung : Sinar Baru.
Sardjono Santoso, Hedi Dewoto. 1995. Loperamid. Dalam S. G. Ganiswarna, R. Setiabudy, F.D. Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi : Farmakologi dan terapi. Edisis 4. Jakarta :Gaya Baru. h. 200.
Sidik. 1988. Tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor. Simposium hepatititis penanggulangan dan pemanfaatan tumbuhan obat sebagai
hepatoprotektor. Bandung : Universitas Padjadjaran. h. 23-246.
Sudarsono, Pudjoanto, A. Gunawan, D. Wahyuono, S. Donatus, I. A. Drajad, dkk. 1996. Tumbuhan obat, hasil penelitian, sifat-sifat dan penggunaan. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional. h. 44-52.
Tanaman Obatku. 2011. Kunyit, si pewarna alami yang berkhasiat .
http://tanamanobatku.wordpress.com/2011/02/04/kunyit-si-pewarna-alami-yang-berkhasiat/ . 20 September 2011.
World Health Organization. 2009. Diarrhoeal disease.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html. 15 Desember 2010.
Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. 1993. Antidiare.