• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) Terhadap Peningkatan Perilaku Seksual Mencit Galur Swiss Webster Jantan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) Terhadap Peningkatan Perilaku Seksual Mencit Galur Swiss Webster Jantan."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU SEKSUAL

MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

Yosefa Mariskavanthy, 2009, Pembimbing Utama: Sugiarto Puradisastra dr., M.Kes.

Kehidupan seksual suami istri merupakan bentuk komunikasi yang paling dalam yang menimbulkan banyak masalah perkawinan bahkan perceraian. Masyarakat kemudian mencari pengobatan alternatif untuk mengatasi masalah seksual, salah satunya adalah akar Pasak Bumi. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui pengaruh Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (EEAPB) terhadap peningkatan perilaku seksual.

Desain penelitian adalah eksperimental sungguhan menggunakan Rancang Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Hewan coba mencit jantan berusia 6-8 minggu, berat rata-rata 25 gram, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok (n=5). Kelompok I, II dan III berturut-turut diberi perlakuan EEABP dosis 26 mg/kgBB, 52 mg/kgBB dan 104 mg/kgBB, kelompok IV (kontrol) diberi Na-CMC 1%, dan kelompok V (pembanding) diberi eugenol dosis 620 mg/kgBB. Perlakuan diberikan selama 7 hari. Data yang diukur adalah jumlah pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting), diamati pada hari 3, 5 dan ke-7. Analisis data menggunakan one way ANOVA, dilanjutkan uji Tukey HSD

dengan α = 0,05.

Hasil penelitian, jumlah introducing kelompok III berbeda sangat signifikan dengan kontrol (p ≤ 0,01) pada semua hari penelitian. Sedangkan kelompok I dan II berbeda signifikan dengan kontrol (p ≤ 0,05), masing-masing pada hari ke-5 dan ke-7. Jumlah mounting kelompok I, II dan III tidak berbeda dengan kelompok kontrol (p > 0,05).

(2)

v

ABSTRACT

THE EFECT OF ETHANOL EXTRACT OF PASAK BUMI ROOTS (Eurycoma longifolia Jack.) IN INCREASE THE SEXUAL BEHAVIOR ON

MALE MICE STRAIN Swiss-Webster

Yosefa Mariskavanthy, 2009, 1st tutor: Sugiarto Puradisastra dr., M.Kes.

Sexual life of husband and wife is the best form of communication that causes many marital problems and even divorce. People then looking for alternative treatment for the sexual problems, one of which is the Pasak Bumi root. The purpose of this research is to obtain the effect of Ethanol Extract of Pasak Bumi roots (EEAPB) in increasing the sexual behavior.

This research was a true experimental with comparative Complete Random Design. Animal used for samples were male mice aged 6-8 weeks, with average weight 25 grams and divided randomly into 5 groups (n = 5). Group I, II and III, were given EEABP with the dosage of 26 mg/kgBB, 52 mg/kgBB and 104 mg/kgBB, group IV (controls) were given Na-CMC 1%, and group V (comparison) were given doses of eugenol 620 mg/kgBB. The treatment was given for 7 days. The data measured was the amount of introducing and mounting, observed on 3rd, 5th and 7th day. The data was analyzed with one way ANOVA, followed by HSD Tukey test, α = 0.05.

The result of this research was that the number of introducing of the group III was highly significant different with control (p ≤ 0.01) during the research. Whereas group I and II were significantly different with control (p ≤ 0.05) on 5th and 7th day in a row. Number of mounting group I, II and III were not different from control (p> 0.05).

It is concluded that ethanol extract of Pasak Bumi roots incerases the sexual behaviour.

(3)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan selalu karena anugerah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan karya tulis ini. Karya tulis ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Selama penyusunan karya tulis ini, banyak pihak senantiasa membantu dan medukung penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

Yang terhormat dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes. selaku dosen pembimbing utama, semoga Tuhan selalu memberkati beliau yang senantiasa memberikan waktu, pikiran, kesabaran, bimbingan dan dorongan semangat selama pembuatan karya tulis ini.

Yang terhormat Tim KTI atas kesempatan dan sarana yang telah diberikan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Yang terhormat dr. Diana Krisanti Jasaputra, M.Kes. dan Dra. Hj. Sri Utami Sugeng, M.Kes., yang telah menyediakan waktu dan memberikan saran kepada penulis.

Bapak Nana Tjahjana, Bapak Kristiono dan Bapak Deni Firmansyah atas segala bantuan dan nasihat yang diberikan.

Rekan kerja penulis: Carien Valerie, Katherine Hutagalung, Tiurma Gabetaruly dan Christine Natalia untuk semua informasi, dukungan, kesabaran, dan doa yang selalu diberikan.

(4)

vii

Yang terkasih keluarga besar penulis: Ita, Arthur dan Hilda yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam pembuatan karya tulis ini. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis. Akhir kata, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi lebih baik dan berguna untuk kita semua.

Tuhan Memberkati.

Bandung, Desember 2009

(5)

viii

1.1 Latar Belakang... 1.2 Identifikasi Masalah... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian... 1.5.1 Kerangka Pemikiran... 1.5.2 Hipotesis Penelitian... 1.6 Metodologi Penelitian... 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Libido... 2.1.1. Definisi Libido... 2.1.2. Peranan Hormon dan Sistem Saraf Terhadap Libido... 2.2. Tahap-tahap Aksi Seksual Laki-laki... 2.3. Fungsi Reproduksi dan Hormonal Laki-laki... 2.3.1. Hormon Kelamin Laki-laki... 2.3.2. Pengaturan Hormon Seksual Laki-laki dari Hipotalamus dan Kelenjar Hipofisis Anterior...

(6)

ix

2.3.2.1. Hormon Pelepas-Gonadotropin (GnRH)... 2.3.2.2. Hormon Lutein (LH) dan Hormon Perangsang-

Folikel (FSH)... 2.3.2.3. Mekanisme Penghambatan Balik (Negatif feed-back) Testosteron...

2.4. Testosteron dan Pengaruhnya Terhadap NOS (Nitric Oxide Synthetasa)...

2.5. Pengendalian Respon Seksual di Otak... 2.5.1. Sistem Limbik... 2.5.2. Hipotalamus... 2.5.3. Hipokampus... 2.5.4. Amigdala... 2.6. Gangguan Seksual pada Laki-laki... 2.6.1. Gangguan Libido... 2.6.1.1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Gangguan Libido... 2.6.1.1.1. Faktor Fisik... 2.6.1.1.2. Faktor Psikologis... 2.6.1.2. Tingkat Penurunan Libido... 2.6.1.3. Terapi pada Gangguan Libido... 2.6.2. Disfungsi Ereksi... 2.6.2.1. Penyebab Disfungsi Ereksi... 2.6.2.2. Klasifikasi Disfungsi Ereksi... 2.6.2.3. Terapi Disfungsi Ereksi... 2.6.3. Ejakulasi Dini... 2.7. Afrodisiak...

(7)

x

2.8.3. Distribusi... 2.8.4. Morfologi Tanaman... 2.8.5. Simplisia yang Digunakan dan Kandungan Zat Aktif... 2.8.6. Manfaat Simplisia... 2.8.7. Akar Pasak Bumi sebagai Afrodisiak... 2.9. Eugenol... 2.9.1. Penggunaan Eugenol... 2.9.2. Kontraindikasi Eugenol...

BAB III BAHAN/SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian... 3.1.1 Alat-alat yang Digunakan... 3.1.2 Persiapan Bahan Uji... 3.1.3 Subjek Penelitian... 3.1.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 3.2 Metode Penelitian... 3.2.1 Desain Penelitian... 3.2.2 Variabel Penelitian...

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel... 3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel... 3.2.3 Besar Sampel Penelitian... 3.2.4 Prosedur Kerja... 3.2.5 Cara Pemeriksaan... 3.2.6 Metode Analisis dan Hipotesis Statistik... 3.2.6.1 Metode Analisis... 3.2.6.2 Hipotesis Statistik... 3.2.6.3 Kriteria Uji... 3.2.7 Aspek Etik Penelitian...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(8)

xi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis... LAMPIRAN 2 Alur Penelitian... LAMPIRAN 3 Data Kasar Penelitian... LAMPIRAN 4 Uji Statistik... LAMPIRAN 5 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian... RIWAYAT HIDUP...

53 53

(9)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rerata Introducing dalam lon (ln+1)... Tabel 4.2 One way ANOVA hari ke-3... Tabel 4.3 Uji Tukey HSD terhadap Rerata Introducing hari ke-3...

43 44 44 Tabel 4.4 One way ANOVA hari ke-5... Tabel 4.5 Uji Tukey HSD terhadap Rerata Introducing hari ke-5... Tabel 4.6 One way ANOVA hari ke-7... Tabel 4.7 Uji Tukey HSD terhadap Rerata Introducing hari ke-7... Tabel 4.8 Rerata Mounting dalam lon (ln+1)... Tabel 4.9 One way ANOVA hari ke-3... Tabel 4.10 One way ANOVA hari ke-5... Tabel 4.11 One way ANOVA hari ke-7...

(10)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Korpus Kavernosa dan Korpus Spongiosa Penis... Gambar 2.2 Siklus Respon Seksual... Gambar 2.3 Fase Seksual pada Laki-laki... Gambar 2.4 Struktur Kimia Testosteron... Gambar 2.5 Penurunan Kadar Testosteron Sesuai Usia... Gambar 2.6 Mekanisme Pengaturan Sekresi Hormon Testosteron... Gambar 2.7 MPOA (Medial Pre Optic Area) di depan Hipotalamus... Gambar 2.8 Sistem Limbik... Gambar 2.9 Hipotalamus... Gambar 2.10 Hipokampus... Gambar 2.11 Amigdala... Gambar 2.12 Tanaman, Daun dan Buah Pasak Bumi... Gambar 2.13 Kandungan Aktif Pasak Bumi... Gambar 2.14 Akar Pasak Bumi... Gambar 2.15 Eugenol dan Metil Eugenol...

(11)

60

LAMPIRAN 1

PERHITUNGAN DOSIS

Pembuatan Simplisia Kering Akar Pasak Bumi

Iris atau rajang bahan baku (akar Pasak Bumi) dengan ketebalan 1–2 cm kemudian masukkan ke dalam oven dengan suhu 500 selama 2–3 hari. Setelah kering, haluskan simplisia dengan menggunakan alat grinding.

Pembuatan Ekstrak Menggunakan Pelarut Organik

Alat dan Bahan: 1. Maserator

2. Simplisia (bahan baku) berupa akar Pasak Bumi 3. Pelarut organik

4. Kapas

5. Rotary evaporator

Cara Pembuatan:

Masukkan simplisia (bahan baku) berupa akar Pasak Bumi yang telah dihaluskan ke dalam maserator yang telah diberi kapas pada alasnya, kemudian diamkan selama 24 jam.

Keluarkan dari outlet di bawah maserator. Apabila masih terdapat serbuk yang terbawa, saring dengan memakai kertas saring. Larutan ini disebut ekstrak encer.

Tambahkan pelarut baru ke dalam ampas yang ada di dalam maserator, begitu seterusnya sampai pelarut yang keluar dari outlet tidak berwarna lagi (biasanya 5-6 kali rendaman).

(12)

61

yang menetes di rotary evaporator. Ekstrak ini disebut ekstrak pekat dan biasanya berbentuk pasta.

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (EEAPB)

EEAPB dibuat dari 1030 g akar Pasak Bumi yang kemudian diekstrak menggunakan 5 liter larutan etanol 50%  25 g.

Dosis efektif untuk manusia = 100 - 200 mg/kgBB (Admin, 2007). Dosis yang digunakan sebagai dasar = 200 mg/kgBB

Dosis standar untuk mencit = 0.0026 mg/mencit 20 g Mencit yang digunakan ± 25 g dengan volume lambung ± 0.5 cc.

Perhitungan

1. Dosis untuk mencit 25 g

= 200 mg x 0.0026 mg/mencit 20 g = 0.52 mg/mencit 20 g

= 0.52 mg x 250 mg/200 mg = 0.65 mg/mencit 25 g

Maka dosis yang digunakan sebagai dasar = 0.65 mg/mencit 25 g = 26 mg/kgBB mencit

2. Dosis EEAPB 1, 2 dan 3

(Perbandingan dosis EEAPB 1 EEAPB 2 EEAPB 3 = 1 2 4) Dosis EEAPB 1 = 26 mg/kgBB mencit

= 25/1000 x 26 mg = 0.65 mg/mencit 25 g Dosis EEAPB 2 = 52 mg/kgBB mencit

(13)

62

Dosis EEAPB 3 = 104 mg/kgBB mencit = 25/1000 x 104 mg = 2.6 mg/mencit 25 g

3. Pengenceran

Pengenceran EEAPB dilakukan dengan menggunakan dosis EEAPB 1 sebagai dasar.

EEAPB 1 = 0.65 mg/mencit 25 g / 0.5 cc (untuk 1x sonde) = 1.3 mg/mencit 25 g/cc

= 13 mg/10 cc Na-CMC 1%

Na-CMC 1 % = 1 g Na-CMC 1% /100 cc akuades = 0.1 g/10 cc

= 100 mg/10 cc

4. Cara Kerja

EEAPB 1:

13 mg EEAPB + 100 mg serbuk Na-CMC 1%  digerus dan ditambahkan akuades  10 cc.

EEAPB 2:

26 mg EEAPB + 100 mg serbuk Na-CMC 1%  digerus dan ditambahkan akuades  10 cc.

EEAPB 3:

52 mg EEAPB + 100 mg serbuk Na-CMC 1%  digerus dan ditambahkan akuades  10 cc.

Perhitungan Dosis Pembanding (Eugenol)

(14)

63

Dosis yang digunakan sebagai dasar = 500 mg/kgBB mencit. Dosis untuk mencit 25 gram = 0.025 x 500 mg = 12.5 mg

(volume lambung mencit 0.5 cc).

Sediaan yang dibuat adalah 3 cc larutan eugenol (volume spuit yang digunakan) dalam Na-CMC 1%.

Jadi, eugenol yang digunakan untuk volume 3 cc: = (3/0.5) x 12.5 = 75 mg.

Eugenol yang diambil adalah: = 75 mg / 930 mg x 1 cc = 0.081 cc

= 0.081 x 20 tetes (1 cc = 20 tetes) = 2 tetes.

 Maka dosis eugenol yang digunakan adalah: (930 mg / 20 tetes) = (x / 2 tetes)

x = 93 mg (93 mg dalam 2 tetes sediaan eugenol)

Dosis eugenol untuk 1 ekor mencit dengan volume lambung 0.5 cc adalah: = 93 mg / (3/0.5)

= 15.5 mg  digunakan untuk mencit dengan berat badan 25 gram: = 15.5 mg x (1000 g / 25 g)

= 620 mg/kgBB mencit 25 gram

Cara kerja:

(15)

64

LAMPIRAN 2

ALUR PENELITIAN

H1 : Pembelian 40 ekor mencit (25 ekor jantan dan 15 ekor betina) dan persiapan ekstrak etanol akar Pasak Bumi

H2-H9 : Adaptasi mencit

H10 : Persiapan larutan Na-CMC 1% 0.5 cc per mencit  kontrol Pembuatan larutan eugenol dosis 620 mg/kgBB mencit  pembanding

Pembuatan EEAPB dosis 26 mg/kgBB mencit  EEAPB 1 Pembuatan EEAPB dosis 52 mg/kgBB mencit  EEAPB 2 Pembuatan EEAPB dosis 104 mg/kgBB mencit  EEAPB 3

T0 : Pemberian perlakuan 0.5 cc per oral + penempatan mencit jantan disalah satu bagian kandang pengamatan yang telah diberi sekat

Kel I : 5 ♂

EEAPB 1

Kel II : 5 ♂

EEAPB 2 Na-CMC 1% Kel IV : 5 ♂

Kel III : 5 ♂

EEAPB 1

Kel V : 5 ♂

Larutan eugenol

T45 : Mencit betina diletakkan dibagian lain kandang

T60 : Sekat dibuka

(16)

Jumlah introducing 15 menit pertama dan 15 menit kedua: Mencit

no.

D-1 D-1 D-1 D-2 D-2 D-2 D-3 D-3 D-3 K K K P P P

H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7

1 97 30 9 5 17 2 53 18 13 1 0 0 25 26 27

2 17 1 91 27 21 4 27 71 30 3 0 0 16 31 9

3 16 3 6 8 30 9 17 16 32 3 0 0 24 43 33

4 8 4 3 19 34 12 16 25 6 0 5 0 27 28 50

5 33 24 10 4 17 6 6 24 5 0 1 2 31 66 10

Rerata introducing: Mencit

no.

D-1 D-1 D-1 D-2 D-2 D-2 D-3 D-3 D-3 K K K P P P

H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 7 3 5 H-7

H-3 H-5 H-7

1 48.5 15 4.5 2.5 8.5 1 26.5 9 6.5 0.5 0 0 12.5 13 13.5

2 8.5 0.5 45.5 13.5 10.5 2 13.5 35.5 15 1.5 0 0 8 15.5 4.5

3 8 1.5 3 4 15 4.5 8.5 8 16 1.5 0 0 12 21.5 16.5

4 4 2 1.5 9.5 17 6 8 12.5 3 0 2.5 0 13.5 14 25

(17)

Jumlah mounting 15 menit pertama dan 15 menit kedua: Mencit

no.

D-1 D-1 D-1 D-2 D-2 D-2 D-3 D-3 D-3 K K K P P P

H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7

1 65 0 1 0 2 0 6 0 0 0 0 0 1 1 1

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerata mounting: Mencit

no.

D-1 D-1 D-1 D-2 D-2 D-2 D-3 D-3 D-3 K K K P P P

H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7 H-3 H-5 H-7

1 32.5 0 0.5 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0.5 0.5 0.5

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(18)

65

LAMPIRAN 3

(19)
(20)

67

LAMPIRAN 4 UJI STATISTIK

1. INTRODUCING

a. INTRODUCING Hari ke-3

Oneway

Descriptives

LN

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

EEAPB 1 5 3,2064 ,90283 ,40376 2,0854 4,3274 2,20 4,58

EEAPB 2 5 2,3853 ,75148 ,33607 1,4522 3,3184 1,61 3,33

EEAPB 3 5 2,9593 ,76380 ,34158 2,0109 3,9077 1,95 3,99

Kontrol 5 ,6931 ,69315 ,30998 -,1675 1,5538 ,00 1,39

Pembanding 5 3,2216 ,23665 ,10583 2,9278 3,5155 2,83 3,47

Total 25 2,4932 1,16441 ,23288 2,0125 2,9738 ,00 4,58

Test of Homogeneity of Variances

LN

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1,698 4 20 ,190

ANOVA

LN

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 22,542 4 5,635 11,272 ,000

Within Groups 9,999 20 ,500

(21)

68

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Means f or groups in homogeneous subs ets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Siz e = 5,000.

a.

Multiple Com parisons

Dependent Variable: LN Tukey HSD

,82116 ,44718 ,382 -,5170 2,1593 ,24712 ,44718 ,980 -1,0910 1,5853 2,51328* ,44718 ,000 1,1751 3,8514 -,01520 ,44718 1,000 -1,3533 1,3229 -,82116 ,44718 ,382 -2,1593 ,5170 -,57403 ,44718 ,704 -1,9122 ,7641 1,69212* ,44718 ,009 ,3540 3,0303 -,83635 ,44718 ,364 -2,1745 ,5018 -,24712 ,44718 ,980 -1,5853 1,0910 ,57403 ,44718 ,704 -,7641 1,9122 2,26616* ,44718 ,001 ,9280 3,6043 -,26232 ,44718 ,976 -1,6005 1,0758 -2,51328* ,44718 ,000 -3,8514 -1,1751 -1,69212* ,44718 ,009 -3,0303 -,3540 -2,26616* ,44718 ,001 -3,6043 -,9280 -2,52848* ,44718 ,000 -3,8666 -1,1903

,01520 ,44718 1,000 -1,3229 1,3533 ,83635 ,44718 ,364 -,5018 2,1745 ,26232 ,44718 ,976 -1,0758 1,6005 2,52848* ,44718 ,000 1,1903 3,8666 (J) Introduc ing EEAPB H3

EEAPB 2 (I) Introducing EEAPB H3 EEAPB 1

(I-J) Std. Error Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(22)

69

b. INTRODUCING Hari ke-5

Oneway

Descriptives

LN

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

EEAPB 1 5 2,0683 1,19955 ,53645 ,5789 3,5578 ,69 3,43

EEAPB 2 5 3,1722 ,30854 ,13798 2,7891 3,5553 2,89 3,56

EEAPB 3 5 2,9479 ,31511 ,14092 2,5566 3,3392 2,48 3,26

Kontrol 5 ,4970 ,78357 ,35042 -,4759 1,4699 ,00 1,79

Pembanding 5 3,6236 ,37467 ,16756 3,1583 4,0888 3,30 4,20

Total 25 2,4618 1,29230 ,25846 1,9284 2,9952 ,00 4,20

Test of Homogeneity of Variances

LN

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

6,531 4 20 ,002

ANOVA

LN

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 30,530 4 7,632 15,983 ,000

Within Groups 9,551 20 ,478

(23)

70

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Means f or groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Siz e = 5,000.

a.

Multiple Com parisons

Dependent Variable: LN Tukey HSD

-1,10388 ,43706 ,124 -2,4117 ,2040 -,87956 ,43706 ,296 -2,1874 ,4283 1,57137* ,43706 ,014 ,2635 2,8792 -1,55520* ,43706 ,015 -2,8630 -,2474 1,10388 ,43706 ,124 -,2040 2,4117 ,22432 ,43706 ,985 -1,0835 1,5322 2,67524* ,43706 ,000 1,3674 3,9831 -,45133 ,43706 ,837 -1,7592 ,8565

,87956 ,43706 ,296 -,4283 2,1874 -,22432 ,43706 ,985 -1,5322 1,0835 2,45092* ,43706 ,000 1,1431 3,7588 -,67564 ,43706 ,547 -1,9835 ,6322 -1,57137* ,43706 ,014 -2,8792 -,2635 -2,67524* ,43706 ,000 -3,9831 -1,3674 -2,45092* ,43706 ,000 -3,7588 -1,1431 -3,12657* ,43706 ,000 -4,4344 -1,8187 1,55520* ,43706 ,015 ,2474 2,8630 ,45133 ,43706 ,837 -,8565 1,7592 ,67564 ,43706 ,547 -,6322 1,9835 3,12657* ,43706 ,000 1,8187 4,4344 (J) Introducing EEAPB H5

EEAPB 2 (I) Introducing EEAPB H5 EEAPB 1

(I-J) Std. Error Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(24)

71

c. INTRODUCING Hari ke-7

Oneway

Descriptives

LN

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

EEAPB 1 5 2,5109 1,19203 ,53309 1,0308 3,9910 1,39 4,52

EEAPB 2 5 1,9043 ,57726 ,25816 1,1875 2,6211 1,10 2,56

EEAPB 3 5 2,6614 ,80047 ,35798 1,6675 3,6554 1,79 3,50

Kontrol 5 ,2197 ,49131 ,21972 -,3903 ,8298 ,00 1,10

Pembanding 5 3,0982 ,71701 ,32066 2,2079 3,9885 2,30 3,93

Total 25 2,0789 1,25601 ,25120 1,5605 2,5974 ,00 4,52

Test of Homogeneity of Variances

LN

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

,801 4 20 ,539

ANOVA

LN

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 25,260 4 6,315 10,022 ,000

Within Groups 12,602 20 ,630

(25)

72

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Means f or groups in homogeneous subs ets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Siz e = 5,000.

a.

Multiple Com parisons

Dependent Variable: LN Tukey HSD

,60660 ,50203 ,747 -,8957 2,1089 -,15055 ,50203 ,998 -1,6528 1,3517 2,29117* ,50203 ,002 ,7889 3,7934 -,58728 ,50203 ,768 -2,0895 ,9150 -,60660 ,50203 ,747 -2,1089 ,8957 -,75715 ,50203 ,569 -2,2594 ,7451 1,68458* ,50203 ,023 ,1823 3,1868 -1,19388 ,50203 ,162 -2,6961 ,3084 ,15055 ,50203 ,998 -1,3517 1,6528 ,75715 ,50203 ,569 -,7451 2,2594 2,44172* ,50203 ,001 ,9395 3,9440 -,43673 ,50203 ,905 -1,9390 1,0655 -2,29117* ,50203 ,002 -3,7934 -,7889 -1,68458* ,50203 ,023 -3,1868 -,1823 -2,44172* ,50203 ,001 -3,9440 -,9395 -2,87845* ,50203 ,000 -4,3807 -1,3762

,58728 ,50203 ,768 -,9150 2,0895 1,19388 ,50203 ,162 -,3084 2,6961 ,43673 ,50203 ,905 -1,0655 1,9390 2,87845* ,50203 ,000 1,3762 4,3807 (J) Introduc ing EEAPB H7

EEAPB 2 (I) Introducing EEAPB H7 EEAPB 1

(I-J) Std. Error Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(26)

73

2. MOUNTING

a. MOUNTING Hari ke - 3

Oneway

Descriptives

LN

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

EEAPB 1 5 ,8379 1,87367 ,83793 -1,4885 3,1644 ,00 4,19

EEAPB 2 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

EEAPB 3 5 ,3892 ,87024 ,38918 -,6914 1,4697 ,00 1,95

Kontrol 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

Pembanding 5 ,3584 ,51120 ,22862 -,2764 ,9931 ,00 1,10

Total 25 ,3171 ,92452 ,18490 -,0645 ,6987 ,00 4,19

Test of Homogeneity of Variances

LN

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

4,885 4 20 ,007

ANOVA

LN

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2,396 4 ,599 ,661 ,626

Within Groups 18,117 20 ,906

(27)

74

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Multiple Com parisons

Dependent Variable: LN Tukey HSD

,83793 ,60195 ,639 -,9633 2,6392 ,44875 ,60195 ,943 -1,3525 2,2500 ,83793 ,60195 ,639 -,9633 2,6392 ,47958 ,60195 ,929 -1,3217 2,2808 -,83793 ,60195 ,639 -2,6392 ,9633 -,38918 ,60195 ,965 -2,1904 1,4121 ,00000 ,60195 1,000 -1,8013 1,8013 -,35835 ,60195 ,974 -2,1596 1,4429 -,44875 ,60195 ,943 -2,2500 1,3525 ,38918 ,60195 ,965 -1,4121 2,1904 ,38918 ,60195 ,965 -1,4121 2,1904 ,03083 ,60195 1,000 -1,7704 1,8321 -,83793 ,60195 ,639 -2,6392 ,9633 ,00000 ,60195 1,000 -1,8013 1,8013 -,38918 ,60195 ,965 -2,1904 1,4121 -,35835 ,60195 ,974 -2,1596 1,4429 -,47958 ,60195 ,929 -2,2808 1,3217 ,35835 ,60195 ,974 -1,4429 2,1596 -,03083 ,60195 1,000 -1,8321 1,7704 ,35835 ,60195 ,974 -1,4429 2,1596 (J) Mounting EEAPB H3

EEAPB 2 (I) Mounting EEAPB H3 EEAPB 1

(I-J) Std. Error Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Confidence Interval Mounting EEA PB H3

EEA PB 2

Means f or groups in homogeneous subsets are dis played. Uses Harmonic Mean Sample Siz e = 5,000.

(28)

75

b. MOUNTING Hari ke-5

Oneway

Descriptives

LN

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

EEAPB 1 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

EEAPB 2 5 ,2197 ,49131 ,21972 -,3903 ,8298 ,00 1,10

EEAPB 3 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

Kontrol 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

Pembanding 5 ,3584 ,51120 ,22862 -,2764 ,9931 ,00 1,10

Total 25 ,1156 ,32661 ,06532 -,0192 ,2504 ,00 1,10

Test of Homogeneity of Variances

LN

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

9,947 4 20 ,000

ANOVA

LN

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,549 4 ,137 1,366 ,281

Within Groups 2,011 20 ,101

(29)

76

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Multiple Com parisons

Dependent Variable: LN Tukey HSD

-,21972 ,20054 ,807 -,8198 ,3804 ,00000 ,20054 1,000 -,6001 ,6001 ,00000 ,20054 1,000 -,6001 ,6001 -,35835 ,20054 ,408 -,9585 ,2417 ,21972 ,20054 ,807 -,3804 ,8198 ,21972 ,20054 ,807 -,3804 ,8198 ,21972 ,20054 ,807 -,3804 ,8198 -,13863 ,20054 ,956 -,7387 ,4615 ,00000 ,20054 1,000 -,6001 ,6001 -,21972 ,20054 ,807 -,8198 ,3804 ,00000 ,20054 1,000 -,6001 ,6001 -,35835 ,20054 ,408 -,9585 ,2417 ,00000 ,20054 1,000 -,6001 ,6001 -,21972 ,20054 ,807 -,8198 ,3804 ,00000 ,20054 1,000 -,6001 ,6001 -,35835 ,20054 ,408 -,9585 ,2417 ,35835 ,20054 ,408 -,2417 ,9585 ,13863 ,20054 ,956 -,4615 ,7387 ,35835 ,20054 ,408 -,2417 ,9585 ,35835 ,20054 ,408 -,2417 ,9585 (J) Mounting EEAPB H5

EEAPB 2 (I) Mounting EEAPB H5 EEAPB 1

(I-J) Std. Error Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Confidence Interval Mounting EEA PB H5

EEA PB 1

Means f or groups in homogeneous subsets are dis played. Uses Harmonic Mean Sample Siz e = 5,000.

(30)

77

c. MOUNTING Hari ke-7

Oneway

Descriptives

LN

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

EEAPB 1 5 ,1386 ,30998 ,13863 -,2463 ,5235 ,00 ,69

EEAPB 2 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

EEAPB 3 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

Kontrol 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

Pembanding 5 ,1386 ,30998 ,13863 -,2463 ,5235 ,00 ,69

Total 25 ,0555 ,19192 ,03838 -,0238 ,1347 ,00 ,69

Test of Homogeneity of Variances

LN

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

5,333 4 20 ,004

ANOVA

LN

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,115 4 ,029 ,750 ,570

Within Groups ,769 20 ,038

(31)

78

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Multiple Com parisons

Dependent Variable: LN Tukey HSD

,13863 ,12399 ,795 -,2324 ,5097 ,13863 ,12399 ,795 -,2324 ,5097 ,13863 ,12399 ,795 -,2324 ,5097 ,00000 ,12399 1,000 -,3710 ,3710 -,13863 ,12399 ,795 -,5097 ,2324 ,00000 ,12399 1,000 -,3710 ,3710 ,00000 ,12399 1,000 -,3710 ,3710 -,13863 ,12399 ,795 -,5097 ,2324 -,13863 ,12399 ,795 -,5097 ,2324 ,00000 ,12399 1,000 -,3710 ,3710 ,00000 ,12399 1,000 -,3710 ,3710 -,13863 ,12399 ,795 -,5097 ,2324 -,13863 ,12399 ,795 -,5097 ,2324 ,00000 ,12399 1,000 -,3710 ,3710 ,00000 ,12399 1,000 -,3710 ,3710 -,13863 ,12399 ,795 -,5097 ,2324 ,00000 ,12399 1,000 -,3710 ,3710 ,13863 ,12399 ,795 -,2324 ,5097 ,13863 ,12399 ,795 -,2324 ,5097 ,13863 ,12399 ,795 -,2324 ,5097 (J) Mounting EEAPB H7

EEAPB 2 (I) Mounting EEAPB H7 EEAPB 1

(I-J) Std. Error Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Confidence Interval Mounting EEA PB H7

EEA PB 2

Means f or groups in homogeneous subsets are dis played.

(32)

79

LAMPIRAN 5

(33)

80

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yosefa Mariskavanthy Balanda

Nomor Pokok Mahasiswa : 0610156

Tempat Tanggal Lahir : Bontang, 07 Maret 1988

Alamat : Jl. Surya Sumantri No. 74, Bandung Riwayat Pendidikan :

SD YPVDP, Bontang, 1997 SMP YPVDP, Bontang, 2003 SMU YPVDP, Bontang, 2006

(34)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kehidupan seksual merupakan suatu bentuk komunikasi yang paling dalam bagi pasangan suami istri. Banyak masalah suami istri seperti ketegangan perkawinan bahkan perceraian, yang berawal dari masalah seksual antara suami istri. Perceraian dapat terjadi oleh berbagai sebab dan unsur seksualitas hampir selalu ada pada setiap perceraian (Ryan Thamrin, 2008). Keadaan ini meningkatkan kecenderungan pasangan suami istri untuk mencari metode-metode yang meningkatkan gairah seksual guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupan seksualnya.

Respons seksual setiap individu berbeda-beda. Respons seksual ini ditentukan oleh berbagai faktor, misalnya faktor psikis, lingkungan, dan biologis (hormon, vaskular, muskular, dan neurologis) (Baram & Basson, 2007). Seseorang akan terdorong untuk memberikan respons seksual dengan adanya libido atau gairah seksual. Ketidakmampuan seksual dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, dan disebut disfungsi seksual.

Disfungsi seksual baik pada laki-laki maupun perempuan umumnya terjadi akibat adanya gangguan seksual atau libido. Pada perempuan dapat berupa keadaan nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia), gangguan orgasme, dan vaginismus. Pada laki-laki mencakup gangguan dari empat komponen fungsi seksual pria (libido, ereksi, ejakulasi, dan orgasme) yang berkaitan dengan ketertarikan dan kemampuan dalam hubungan seksual (Baram & Basson, 2007; Anawalt, 2007). Pada umumnya masyarakat berupaya mengatasi gangguan ini dengan menggunakan obat-obatan modern maupun tradisional.

(35)

2

pada wajah (flushing), pusing, mual, muntah, kulit berminyak, munculnya jerawat, menekan spermatogenesis dan tubuli mani, ginekomastia, edema dan peningkatan berat badan, penyakit kuning dan tumor hati (MIMS, 2006; WebMD, 2007; Tjay, T. H. & Rahardja K., 2007). Pengobatan tradisional yang banyak diminati misalnya Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.), rimpang ginseng (Panax ginseng L.), Tapak Liman (Elephantopus scaber L.), Bawang Putih (Allium sativa L.), Cabai Merah (Capsicum annuum), Semangka (Citrullus vulgaris Schard.), dan Lengkuas Merah (Langus galanga) (Setiawan Dalimartha,

2003).

Secara empiris, penggunaan akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) telah terbukti sebagai afrodisiak (penambah gairah seksual), anti piretik, anti ulkus pada mulut dan anti cacing pada sistem pencernaan, juga sebagai tonic setelah ibu melahirkan. Kegunaan lainnya, untuk pengobatan disentri, mengurangi rasa nyeri tulang, sendi, dan juga menghilangkan gatal-gatal (Julisasi Tri Hadiah, 1996).

Penelitian ekstrak etanol akar Pasak Bumi secara statistik tidak menunjukkan adanya khasiat meningkatkan frekuensi pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting) namun meningkatkan kadar hormon testosteron dalam darah (Olwin Nainggolan & Jenry Walles, 2005). Peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan akar Pasak Bumi sebagai afrodisiak dengan pemberian ekstrak etanol kepada mencit galur Swiss-Webster jantan dengan menggunakan akar Pasak Bumi yang diperoleh langsung dari Kalimantan Timur.

1.2Identifikasi Masalah

(36)

3

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah agar akar Pasak Bumi dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi disfungsi seksual dan meningkatkan gairah seksual.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol akar Pasak Bumi terhadap peningkatan perilaku seksual.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademis

Membuka cakrawala pengetahuan farmakologi tanaman obat di Indonesia, khususnya ekstrak etanol akar Pasak Bumi untuk meningkatkan perilaku dan gairah seksual.

Manfaat Praktis

Pasak Bumi dapat digunakan oleh masyarakat sebagai bahan alami untuk meningkatkan perilaku dan gairah seksual.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

(37)

4

Respons seksual pada pria dapat terjadi akibat rangsangan psikis maupun rangsangan seksual yang nyata dan ditandai dengan terjadinya dilatasi pembuluh darah pada penis yang diatur oleh sistem saraf parasimpatis dan sistem hormonal. Serat-serat parasimpatis ini mensekresikan nitrogen oksida, yang kemudian melebarkan arteri-arteri pada penis, jalinan kerja trabekular serat otot polos dalam jaringan erektil dari korpus kavernosa dan korpus spongiosum dalam batang penis. Darah arteri kemudian akan mengalir dengan cepat ke dalam badan penis, sementara aliran vena sebagian terbendung. Terjadi tekanan yang tinggi dalam jaringan erektil sehingga terjadi penggembungan yang berlebihan, kemudian penis menjadi keras dan memanjang (Guyton & Hall, 1997).

Tanaman Pasak Bumi antara lain mengandung kuasinoid dengan komponen utama amarolid, eurikomanon, eurikomanol dan eurikomalakton, alkaloid, kantin-6-on dan β-karbolin, dan tanin. Zat-zat ini kemudian akan bekerja mengganggu negative feed-back testosteron pada hipotalamus dan kelenjar hipofise anterior

akan tetap menghasilkan Luteineizing Hormone (LH) yang mempengaruhi sel Leydig sehingga kadar testosteron dalam darah meningkat dan akan berikatan dengan reseptor testosteron pada area pre-optik di hipotalamus (Kreutz, 2002; Admin, 2003). Peningkatan testosteron ini akan meningkatkan libido (Kaisser, 2007). Pasak Bumi juga bekerja dengan meningkatkan pelepasan c-GMP yang diinduksi dengan dilepaskannya NO, yang kemudian akan menghasilkan efek vasodilatasi pada pembuluh darah penis, sehingga terjadi ereksi (Kreutz, 2002). Kedua hal tersebut akan mengakibatkan peningkatan perilaku seksual.

1.5.2 Hipotesis Penelitian

(38)

5

1.6Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sungguhan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang bersifat komparatif. Data yang diukur adalah jumlah pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting).

Analisis data dengan one way ANOVA, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α = 0.05.

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

(39)

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekstrak etanol akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) meningkatkan perilaku seksual.

5.2 Saran

Pengaruh ekstrak etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) perlu dilanjutkan dengan:

- Penelitian untuk mengetahui standarisasi simplisia pasak bumi yang dapat meningkatkan perilaku seksual.

- Menggunakan ekstrak etanol Akar Pasak Bumi dengan variasi dosis yang lebih luas, hewan coba dan sediaan yang berbeda untuk dapat meningkatkan perilaku seksual.

- Memperpanjang waktu penelitian untuk menentukan efek yang stabil. - Menggunakan kombinasi ekstrak etanol Akar Pasak Bumi dengan tanaman

(40)

54

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2009. The health benefits of cloves.

http://www.elements4health.com/health-benefits-cloves.html. August, 26th 2009.

Admin. 2009. Medial preoptic area.

http://nawrot.psych.ndsu.nodak.edu/Courses/Psych465.S.02/projects/reproducti on/MPOA.htm. July, 29th 2009.

Admin. 2009. Penis anatomy – know your penis.

http://www.penislessons.com/content/penis_cross_section.jpg. July 29th, 2009.

Admin. 2008. Pentingnya libido untuk aktivitas seks.

http://www.resep.web.id/seputar-sex/pentingnya-libido-untuk-aktivitas-seks.htm. 20 Agustus 2009.

Admin. 2007. The New York time – hypothalamus.

http://www.nytimes.com/imagepages/2007/08/01/health/adam/19239Hypothala mus.html. July, 29th 2009.

Admin. 2003. The proven natural testosterone booster. http://www.ljack.com/products.htm. February 5th, 2009.

Admin. 2007. Your natural libido booster – Eurycoma longifolia Jack. usage. http://www.malaysiatongkatali.com/eurycoma-longifolia-jack-usage.html. October, 2nd 2009.

Anawalt, D. B. 2007. Male sexual dysfunction.

http://www.merck.com/mmpe/sec17/ch227/ch227c.html. December 9th, 2008. Baram D. A., Basson R. 2007. Sexuality, sexual dysfunction, and sexual assault. In: Berek & Novak, 14th ed. Gynecology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 313-320.

Bhasin, S. & Jameson J. L. 2005. Disorder of the testes and male reproductive system. In: Dennis L. K., Anthony S. F., Dan L. L., Eugene B., Stephen L. H., Larry J. J. (editors). Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Ed. Vol 2. New York: Mc-Graw Hill Publishing Company. p. 2185-2188.

Best B. 1990. Mechanism of aging.

(41)

55

CABI, 2009. CABI abstract: Sex and aggregation pheromone transport after methyl eugenol consumption in male Bactrocera papayae.

http://www.cababstractsplus.org/abstracts/Abstract.aspx?AcNo=20023101790. August, 26th 2009.

Dwi Winarni, 2007. Efek Ekstrak Akar Ginseng Jawa dan Korea terhadap Libido Mencit Jantan pada Prakondisi Testosteron Rendah. Dalam: Berk. Penel. Hayati: 12 (153-159).

http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/150/gdlhub-gdl-res-2008-winarnidwi-7487-lp120_0-k.pdf. 29 Juli 2009.

Discovery Health. 2009. Aphrodisiacs.

http://health.discovery.com/centers/sex/sexpedia/aphrodisiacs_02.html. August, 25th 2009.

Encarta. 2009. Lymbic system.

http://encarta.msn.com/media_461543707_761555359_-1_1/limbic_system.html. July 29th 2009.

Farr, M. B., 2007. Melaney birdsong farr, biology 2420: human physiology.

http://www.melaneyb.com/2420_physiology/assignments/22-06_HormnlReglatn_1.jpg. July 29 th 2009.

Ganong W. F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 20th Ed. Jakarta: EGC. h. 248-253.

Globinmed. 2009. Eurycoma longifolia.

http://www.globinmed.com/IMRContent/safetyDetail.aspx?id=SAF00018. July, 29th 2009.

Guyton, A. C. & Hall, J. E. 1997. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan kelenjar pineal). Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Editor: Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. h. 933-942; 1272-1279.

Hanson, D. 2008. Addiction inbox – amphetamine blues.

http://addiction-dirkh.blogspot.com/2008_03_01_archive.html. July 29th, 2009.

ICS UNIDO. 2009. Medicinal and aromatic plants. Eurycoma longifolia Jack. http://www.ics.trieste.it/MAPs/MedicinalPlants_Plant.aspx?id=671. July 29th, 2009.

Infosehat. 2007. Libido: penting untuk aktivitas seksual.

(42)

56

Julisasi Tri Hadiah. 1996. Eurycoma Longifolia Jack. (Pasak Bumi). Dalam: Eksplorasi 2.4. pg. 6 http://www.bogor.indo.net.id/kri/eurycoma.html. 9 Desember 2008.

Johari Md Saad. 2009. Euryco extract.

http://tongkatali.biz/web/media/pdf/eurycoextract01.pdf. August 15th, 2009. Kaisser F. E. 2007. Decreased libido.

http://www.merck.com/mmhe/sec21/ch240/ch240b.htm. December 9th 2008. Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar statistika. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. h. 257-262.

Kenyon P. 2005. Hormones & sexual behaviour.

http://flyfishingdevon.co.uk/salmon/year1/psy128sexual_behaviour/sexbehav.h tm. January 22nd, 2009.

Kilham, C. 2004. Tongkat ali.

http://www.medicinehunter.com/tongkat_ali.htm. August, 26th 2009. Konseling. 2009. Pengertian disfungsi ereksi.

http://www.konseling.net/artikel_seks/disfungsi_ereksi.htm. 22 Agustus 2009. Konseling. 2009. Tips mengatasi penyakit ejakulasi dini.

http://www.konseling.net/artikel_seks/tips_mengobati_ejakulasi_dini.htm. 22 Agustus 2009.

Kreutz S. 2002. Pygeum for a lean prostate, aphrodisiacs and non aphrodisiacs. http://www.asiatour.com/pygeum.htm. December 9th, 2008.

Libidus. 2008. Eurycoma longifolia.

http://www.libidus.info/research.htm. July 29th, 2009.

Lue F. T. & Shindel, A. 2009. Male sexual function and dysfunction, a guide for men and their partnes. http://knol.google.com/k/-/-/O879r3Nx/MJ-NIA/sex%20response%20cycle.bmp. July 29th, 2009.

Mayoclinic. 2008. Erectile dysfunction. http://www.mayoclinic.com/health/erectile

dysfunction/DS00162/DSECTION=symptoms. August, 22nd 2009. Medicinet. 2007. Sildenafil articles.

http://www.medicinet.com/sildenafil/article.htm. August, 22nd 2009. Medline Plus. 2009. Clove (Eugenia aromatica) and clove oil (eugenol).

(43)

57

MIMS. 2006. Obat untuk disfungsi ereksi. Dalam: MIMS. Volume 7. Jakarta: PT InfoMaster. h. 286.

NHS. 2008. Erectile dysfunction.

http://www.nhs.uk/Conditions/Erectile-dysfunction/Pages/Symptoms.aspx. August 22nd, 2009.

Nolen, H. 2004. Abnormal physiology 3th edition, abnormal physiology image gallery.

http://highered.mcgraw-hill.com/sites/0072562463/student_view0/abnormal_psychology_image_galler y.html. July, 30th 2009.

Nusaindah Tripod. 2009.

http://nusaindah.tripod.com/tipsdisfungsiereksi.htm. 22 Agustus 2009. Olwin Nainggolan, W. Jenry Simanjuntak. 2005. Hasil Penelitian: Pengaruh

Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia Jack.) terhadap Perilaku Seksual Mencit Putih. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran No. 146. h. 55-57.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/146_13PengaruhEkstrakEtanolAkarPasa kBumi.pdf/146_13PengaruhEkstrakEtanolAkarPasakBumi.html#3.

9 Desember 2008.

Reynoso R., Mohn C., Retory V., Szwarcfarb B., Carbone B., Rondina D., et al. 2002. Changes in the effect of testosterone on hypothalamic nitric oxide synthetasa during sexual maturation. In its relationship with GnRH release. http://www.nel.edu/pdf_w/23_2/NEL230202A02_Moguilevsky_rw.pdf. July 30th, 2009.

Romanian Medicinal Aromatic and Tinctorial Plants. 2009. Substance description: Amarolid.

http://www.plante-medicinale.ro/mp/fisa_substanta.php. May 11th, 2009. Ryan Thamrin. 2008. Hubungan sexual.

http://konsultasikesehatan.epajak.org/new/hubungan-seksual/. 9 Desember 2008.

Senior. 2009. Purwoceng, viagra jawa, baik untuk wanita.

http://portal.cbn.net.id/cbprtl/common/ptofriend.aspx?x=Hot+Topic&y=cyber man%7C0%7C0%7C8%7C105. August, 25th 2009.

(44)

58

Starr, J. 2009. The four phases of the sexual response cycle.

http://www.associatedcontent.com/article/9252/the_four_phases_of_the_sexual _response.html?cat=41. July 29th, 2009.

Stoller, Marshall L. et al. 2008. Urologic disorder – Male erectile dysfunction & sexual dysfunction. In: McPhee, Stephen J. & Papadakis, Maxine A. 47th ed. Current Medical Diagnosis & Treatment. USA: McGraw-Hill Publishing Company. p. 827-831.

Tajuddin, Ahmad A., Latif A., Qasmi I. A. 2005. Aphrodisiac activity of 50% ethanolic extracts of Myristica fragrans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry. (clove) in male mice: a comparative study. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=270058. January 22nd, 2009.

Tan, J. 2009. Erectile dysfunction.

http://www.urology.com.sg/eng/conditions_ed.htm. August, 21st 2009.

Tjay, T. H. & Rahardja K. 2007. Obat-obat penting : khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya.

http://books.google.com/books?id=TN8QxBMHW6IC&dq=efek+samping+tes tosteron&source=gbs_navlinks_s. October, 16th 2009.

Tnklestari. 2009. Pernak-pernik pasak bumi.

http://tnklestari.wordpress.com/2009/01/03/pernak-pernik-pasakbumi/. 26 Agustus 2009.

Tolson, D. 2005. Eurycoma Longifolia (aka Tongkat Ali).

http://www.ironmagazine.com/review53.html. January 5th, 2009.

Val, S. 2009. In the news: research leads to promising treatment for alzheimer’s disease.

http://searchwarp.com/swa433189-In-The-News-Research-Leads-To-Promising-Treatment-For-Alzheimers-Disease.htm. July 29th 2009. WebMD. 2007. Drugs & medication – testosterone IM.

http://www.webmd.com/drugs/drug-10327-Testosterone+IM.aspx?drugid=10327&drugname=Testosterone+IM. January 22nd, 2009.

Wfneurology. 2007. Neurogenic sexual dysfunction in men and women.

http://www.wfneurology.org/pdfs/SeminarsInClinicalNeurology/Munsat_chapt er4.pdf. August, 20th 2009.

Wikianswer, 2009. Aphrodisiac.

(45)

59

Wikipedia. 2009. Aphrodisiac.

http://en.wikipedia.org/wiki/Aphrodisiac. August, 25th 2009. Wikipedia. 2009. Erectile dysfunction.

http://en.wikipedia.org/wiki/Erectile_dysfunction. August, 20th 2009. Wikipedia. 2009. Eugenol.

http://en.wikipedia.org/wiki/Eugenol. August, 26th 2009. Wikipedia. 2009. Eurycoma longifolia.

http://en.wikipedia.org/wiki/Eurycoma_longifolia. July 29th.2009. Wikipedia. 2009. Hypothalamus.

http://en.wikipedia.org/wiki/Hypothalamus. July 30th, 2009. Wikipedia. 2009. Libido.

http://en.wikipedia.org/wiki/Libido. July 29th, 2009. Wikipedia. 2009. Limbic system.

http://en.wikipedia.org/wiki/Limbic_system. July 30th, 2009. Wikipedia. 2009. Testosterone.

Referensi

Dokumen terkait

1s Hal demikian diklaim sebagai pemberian kemudahan bagi umat Islam dan merupakan bentuk rahmat dari Tuhan sebagaimana dimaksudkan dalam sebuah hadits yang menyatakan

nva lusa helelekli se@en

Mekanisme pemusnahan barang bukti narkotika diatur secara hirarki di dasari dalam Pasal 91 dan 92 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan pelaksanaan

Pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah beton dengan benda uji 12 buah beton silinderdilakukan di Laboratorium Bahan Rekayasa Program Strata Satu (S1) Departemen Teknik

Sektor luar malaysia dijangka sederhana disebabkan oleh eksport yang lebih rendah dan harga komoditi yang lemah, terutamanya dalam tempoh separuh pertama 2013,

[r]

[r]

1) Pemohon Informasi Publik mengisi Formulir Permohonan Publik yang telah disediakan oleh petugas dan melampirkan fotokopi KTP. 2) Petugas mencatat nomor registrasi