• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

RUSDI SETIONO

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah post-test only control group design. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak tahun pelajaran 2013/2014. Penentuan sampel dalam penelitian dilakukan dengan cara memilih dua dari empat kelas secara acak. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation tidak berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X semester genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak tahun pelajaran 2013/2014.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rusdi Setiono yang biasa disapa Udi atau Rusdi dilahirkan di Desa Sumber Baru Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 16 November 1991. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Rujito Suseno dan Ibu Warsie Mulyani.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sumber Baru, Seputih Banyak dan lulus pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Seputih Banyak dan lulus pada tahun 2007. Setelah itu, melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Paramarta 1 Seputih Banyak dan lulus pada tahun 2010.

(7)

Moto

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah

keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah

keadaan mereka sendiri

(Surah Ar-Ra

du : 11)

(8)

P

ersembahan

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna

Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Rosululloh Muhammad SAW

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini

untuk orang-orang yang selalu berharga dalam hidupku

Ayahku (Rujito Suseno) dan Ibuku (Warsie Mulyani) tercinta yang telah

membesarkan, mendidik, mencurahkan kasih sayangnya, dan selalu mendoakan,

serta selalu ada dikala ku sedih dan senang dengan pengorbanan yang tulus

ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Mbakku (Yuni Eliana), dan Mamas-mamasku (Aan Wahyudi dan Hengky

Sucahyo) yang telah memberikan dukungan dan semangatnya padaku.

Seluruh keluarga besar

yang terus memberikan do’anya, terima kasih.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.

Semua Sahabat terbaikku, dari kalian aku belajar memahami arti persaudaraan.

dan

(9)

ii SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang berharga, saran, motivasi, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

(10)

iii 3. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

kri-tik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Univer-sitas Lampung.

5. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, selaku Rektor Universitas

Lam-pung beserta staff dan jajarannya.

8. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya.

9. Bapak I Nengah Sampun, S.Pd., selaku kepala SMA Paramarta 1 Seputih Banyak beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

10. Bapak Herwan Sukoco, S.T., selaku guru mata pelajaran matematika atas kesediaannya menjadi mitra dalam penelitian di SMA Paramarta 1 Seputih Banyak dan siswa-siswi kelas X-1 dan X-2 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

11. Ayahanda Rujito Suseno, Ibunda Warsie Mulyani, Mbak Yuni Eliana, Mas Aan Wahyudi, dan Mas Hengky Sucahyo serta keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku. 12. Sahabat-sahabat dan teman-teman terbaikku Tofan, Joko, Herman, Weda,

(11)

iv Nando, Sovian, Novrian, Arief, Imam, dan Heru yang senantiasa memberikan perhatian dan semangat.

13. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2010 kelas A: Aan, Tri F., Novrian, Arief, Beni, Endang, Tri H., Sulis, Rini, Intan, Fertil, Nurul R., Utari, Imas, Qorri, Novi, Ria Aa., Nurul H., Yulisa, Dhea, Dian, Asih,

Andri, Iga, Rianita, Hesti, Cita, Ebta, Lia, Josua, Wira, Kismon, Alji, Dilla,

Valenti, dan Aulia. Terima kasih atas persaudaraan, kebersamaan, dan semangat selama ini. Teman-teman angkatan 2010 kelas B: Sovian, Heru, Imam, Nando, Perdan, Clara, Zuma, Selvi, Gesca, Febby, Agustin, Iisy, Mella, Nurul, Liza, Suke, Desy, Anniya, Engla, Tika, Anggi, Ardiyanti, Woro, Resti, Noviana, Silo, Ira, Elfira, Rika, Ayu, Cahya, dan Syafril tetap semangat untuk menjadi guru yang terbaik.

14. Kakak angkatan 2006 sampai 2009 dan adik angkatan 2011 sampai 2013. Terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini.

15. Keluarga KKN dan PPL Pekon Seray Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat: Mas Riski, Mas Riyan, Mbak Reti, Mbak Ade, Mbak Riska, Mbak Sulis, Mbak Ferry, Mbak Eka, dan Mbak Lia. Semoga kekeluargaan dan silaturahim kita akan terus terjalin.

16. Pengurus Referensi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Perpustakaan Universitas Lampung yang telah melayani dalam peminjaman buku serta skripsi.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

(12)

v Skripsi ini masih dirasakan dan ditemui berbagai kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan penulis terima. Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,

(13)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 9

B. Pembelajaran Kooperatif ... 12

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ... 14

D. Kerangka Pikir ... 19

E. Anggapan Dasar ... 24

F. Hipotesis ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 26

B. Desain Penelitian ... 27

C. Prosedur Penelitian ... 28

(14)

vii

1. Data Penelitian ... 29

2. Instrumen Penelitian ... 29

2.1 Validitas Instrumen ... 29

2.1.1 Validitas Isi... 29

2.1.2 Validitas Butir Soal ... 31

2.2 Reliabilitas Instrumen ... 32

E. Teknik Analisis Data ... 34

1. Uji Normalitas ... 34

2. Uji Homogenitas ... 35

3. Uji Hipotesis ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 39

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 40

3. Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 40

B. Pembahasan ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Distribusi Siswa Kelas X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak,

Lampung Tengah ... 26 3.2 Desain Penelitian ... 27 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ... 31 3.4 Validitas Butir Soal... 32 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ... 33 3.6 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa ... 35 3.7 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa ... 37 4.1 Rekapitulasi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa ... 39 4.2 Rekapituasi Uji Hipotesis ... 40 4.3 Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 41 4.4 Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Group Investigation .... 54 A.2 Lembar Kerja Kelompok (LKK) Group Investigation ... 82 A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 164 B.Perangkat Tes

B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 186 B.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ... 188 B.3 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 190 B.4 Rubrik Penskoran Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ... 191 B.5 Form Penilaian Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ... 202 C.Analisis Data

C.1 Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen ... 206 C.2 Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol ... 207 C.3 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen . 208 C.4 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol ... 212 C.5 Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa Antara Kelas

(17)

x C.6 Uji Hipotesis Penelitian Data Kemampuan Awal Siswa ... 218 C.7 Analisis Validitas Butir Soal Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis ... 220 C.8 Perhitungan Analisis Validitas Tiap Butir Soal Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis ... 222 C.9 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ... 228 C.10 Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas

Eksperimen ... 230 C.11 Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas

Kontrol ... 231 C.12 Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 232 C.13 Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelas Kontrol... 236 C.14 Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 240 C.15 Uji Hipotesis Penelitian ... 242 C.16 Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelas Eksperimen… ... 244 C.17 Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Ihsan (2011: 2) menyatakan bahwa pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya pendidikan suatu kelompok manusia tidak akan dapat berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga dalam kehidupan, manusia harus mengembangkan dirinya melalui pendidikan.

Salah satu unsur dalam pendidikan yang menjadi ujung tombak pengembangan potensi diri adalah kegiatan pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran bukan hanya diarahkan pada keberhasilan mencapai nilai yang memenuhi standar, tetapi juga diarahkan pada pencapaian kompetensi dalam rangka mengembangkan potensi siswa. Keberhasilan ini dapat diketahui dari keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

(19)

2 mengembangkan pola pikir siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah pada pembelajaran matematika.

Pada pembelajaran matematika, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa memiliki kemampuan memecahkan suatu masalah. Daryanto dan Rahardjo (2012: 240) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, kreatif, sistematis, analitis, dan kritis serta kemampuan bekerja sama. Adapun Djamarah (2005: 46) mengungkapkan matematika diajarkan karena dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yaitu dengan berpikir sistematis, logis, dan kritis serta memberikan gagasan atau ide dalam memecahkan suatu masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu yang penting dalam pembelajaran matematika karena dengan sendirinya siswa dapat memiliki kemampuan dasar yang kemudian siswa dapat mengembangkannya dengan membuat strategi dalam memecahkan masalah yang lebih efektif. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat empat indikator penyelesaian yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali. Keempat indikator tersebut sangat penting dikembangkan karena dapat mengembangkan pola pikir siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.

(20)

3

Cooperation and Development) pada tahun 2012. PISA 2012 yang bertema

School Systems to Improve Education diikuti oleh 34 negara anggota OECD dan 31 negara mitra termasuk Indonesia, survei ini mengukur kecakapan anak dalam mengimplementasikan masalah-masalah di kehidupan nyata. Hasil survei PISA pada bidang matematika menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke 64 dari 65 negara yang disurvei dengan nilai rata-rata kemampuan matematika yaitu 375 dari nilai standar rata-rata internasional adalah 494. Pada survei PISA tersebut, salah satu indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah matematis.

Pada studi TIMSS (The Third International Mathematics and Science Study) dilakukan pengukuran terhadap ranah kognitif siswa yang dibagi menjadi tiga domain, yaitu knowing (mengetahui), apllying (mengaplikasikan) dan reasoning

(penalaran). Domain pertama, yaitu knowing, mencakup fakta, konsep, dan prosedur yang perlu diketahui oleh siswa untuk selanjutnya menuju ke domain kedua yaitu applying yang berfokus pada kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah. Domain ketiga, yaitu reasoning, lebih dari sekedar menemukan solusi dari masalah rutin tetapi juga mencakup situasi asing, konteks yang kompleks, dan multistep problems. Rata-rata persentase jawaban benar siswa Indonesia pada survey TIMSS tahun 2011, yaitu: 31% untuk

knowing, 23% untuk apllying dan 17% untuk reasoning. Rata-rata tersebut jauh dibawah rata-rata persentase jawaban benar international yaitu: 49% untuk

(21)

4 Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis juga dialami siswa kelas X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan guru matematika SMA Paramarta 1 Seputih Banyak yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa SMA Paramarta 1 Seputih Banyak hanya mampu mengerjakan soal rutin atau soal latihan yang biasa diberikan guru. Ketika siswa dihadapkan dengan soal yang menuntut kemampuan memecahkan suatu permasalahan matematika, mereka kesulitan untuk mengerjakannya. Ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA Paramarta 1 Seputih Banyak masih rendah.

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang rendah, salah satunya disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Paramarta 1 Seputih Banyak diperoleh informasi bahwa guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini terlihat bahwa guru yang lebih aktif untuk menyampaikan informasi dan mendemonstrasikan pemecahan masalah, sehingga pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Adapun rutinitas pembelajaran yang dilakukan adalah penjelasan dari guru, memberikan contoh terkait materi, dan mengerjakan latihan. Pembelajaran ini kurang mengembangkan kemampuan siswa dalam merencanakan dan melakukan pemecahan masalah yang berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

(22)

5 siswa agar lebih berperan aktif dalam menyelesaikan masalah di kelompoknya. Unsur-unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok, sangat berguna dalam memberikan kesempatan berkembangnya kemampuan berkomunikasi dan pemecahan masalah. Selain itu, melalui pembelajaran kooperatif setiap anggota dalam kelompok memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Salah satu tipe pembelajaran koperatif adalah Group Investigation. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan topik, meng-identifikasinya, merencanakan, dan menentukan cara untuk mempelajarinya melalui investigasi di dalam kelompok. Ibrahim, dkk (2000: 23) menyatakan bahwa dalam model Group Investigation,guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang heterogen dengan memper-timbangkan minat yang sama dalam topik tertentu. Kegiatan investigasi dalam pembelajaran ini menuntut siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru melalui diskusi siswa dalam rangka memecahkan masalah matematika yang telah dirumuskan. Diskusi pada pembelajaran ini mengutama-kan keterlibatan pertukaran pemikiran siswa sehingga diharapmengutama-kan dapat mengem-bangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

(23)

6 akan diteliti apakah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?”

Dari rumusan masalah tersebut, diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

“Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran konvensional?”

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

(24)

7 konvensional serta hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran matematika.

b. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memperluas wawasan kepala sekolah untuk mempertimbangkan faktor pendukung dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran matematika.

c. Bagi peneliti lainnya, diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan kemampuan pemecahan masalah matematis.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain:

1. Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang dapat membentuk atau merubah watak. Pada penelitian ini dilihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dikatakan berpengaruh jika kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran konvensional.

(25)

8 secara kooperatif untuk mengidentifikasi topik dan merencanakan investigasi, melakukan investigasi, membuat laporan yang selanjutnya akan dipre-sentasikan oleh siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung.

3. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa digunakan guru pada proses pembelajaran. Dalam pembelajaran ini hanya terjadi satu arah interaksi antara siswa dan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator yang aktif menjelaskan materi kepada siswa, sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Kemudian siswa diberi tugas yang dikerjakan secara individu atau kelompok yang nantinya dibahas oleh guru. Pada akhir pembelajaran guru melakukan refleksi dengan beberapa siswa diminta untuk menyimpulkan materi pembelajaran.

(26)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Suherman (2003: 55) menyatakan bahwa suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah bagi anak tersebut.

Nasution (2009: 171) mengungkapkan beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswa memecahkan suatu masalah yaitu sebagai berikut. 1) Cara yang paling tidak efektif adalah apabila kita memperlihatkan kepada

siswa tentang cara memecahkan masalah tersebut.

2) Cara yang lebih baik adalah memberikan instruksi kepada siswa secara verbal untuk membantu anak memecahkan masalah tersebut.

(27)

10 menemukan sendiri aturan yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.

Menyangkut strategi untuk menyelesaikan masalah, Suherman (2003: 57) menyebutkan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk memecahan masalah, yaitu: (1) act it Out (menggunakan gerakan fisik atau menggerakkan benda kongkrit), (2) membuat gambar dan diagram, (3) menemukan pola, (4) membuat tabel, (5) memperhatikan semua kemungkinan secara sistematis, (6) tebak dan periksa, (7) kerja mundur, (8) menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan informasi yang diperlukan, (9) menggunakan kalimat terbuka, (10) menyelesaikan masalah yang mirip atau yang lebih mudah, dan (11) mengubah sudut pandang.

Menurut NCTM (2000: 51) indikator kemampuan pemecahan masalah adalah: (1) menerapkan dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan strategi untuk menyelesaikan masalah, (2) menyelesaikan masalah yang muncul di dalam matematika atau di dalam konteks lain yang melibatkan matematika, (3) membangun pengetahuan matematis yang baru lewat pemecahan masalah, dan (4) memonitor dan merefleksi pada proses pemecahan masalah matematis.

Adapun Polya (Kusumaningrum dan Saefudin, 2012: 6-7) berpendapat dalam solusi pemecahan masalah terdapat empat indikator, yaitu sebagai berikut.

a. Memahami masalah (understanding the problem)

(28)

11 menganalisis soal, dan menerjemahkan informasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal tersebut.

b. Merencanakan penyelesaian (devising a plan)

Masalah perencanaan ini penting dilakukan karena pada saat siswa mampu membuat suatu hubungan dari data yang diketahui dan tidak diketahui, siswa dapat menyelesaikan dari pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana (carrying out the plan)

Langkah perhitungan ini sangat penting dilakukan karena pada langkah ini pemahaman siswa terhadap permasalahan dapat terlihat. Pada tahap ini siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam yang diperlukan termasuk konsep dan rumus yang sesuai.

d. Melakukan pengecekan kembali (looking back) terhadap semua langkah. Pada tahap ini siswa diharapkan berusaha untuk mengecek kembali dengan teliti setiap tahap yang telah ia lakukan. Dengan demikian, kesalahan dan ke-keliruan dalam penyelesaian soal dapat ditemukan.

Nasution (2009: 173) mengemukakan bahwa dengan memecahkan masalah siswa menemukan aturan baru yang lebih tinggi tarafnya sekalipun ia mungkin tidak dapat merumuskannya secara verbal. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah merupakan komponen penting dalam mempelajari matematika sehingga dengan sendirinya siswa mampu dan memiliki kemampuan dasar yang kemudian siswa dapat membuat strategi dalam memecahkan masalah yang lebih efektif.

(29)

12 matematika terkait dunia nyata yang bersifat non rutin dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah matematis memiliki empat indikator yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana, dan melakukan pengecekan kembali. Untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, diperlukan suatu metode, model, pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai.

B.Pembelajaran Kooperatif

Daryanto dan Rahardjo (2012: 241) mengemukakan model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika me-mungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda-beda serta memperhatikan kesetaraan jenis kelamin. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

(30)

13 Artzt dan Newman (Trianto, 2011: 56) mengemukakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama dalam keberhasilan kelompoknya.

Lebih lanjut, Roger dan Jhonson (Lie, 2008: 31) mengemukakan bahwa ada lima unsur yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kelompok biasa, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.

Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran sangat bergantung pada setiap usaha anggotanya. Setiap siswa dalam kelompok akan saling membantu dalam belajar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini memberikan akibat terjadinya rasa tanggung jawab pada setiap anggota untuk memberikan kontribusinya dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Selain itu, pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk bertatap muka, berdiskusi dan berargumentasi sehingga mem-bangun pengetahuan di antara mereka. Selanjutnya melalui komunikasi antar anggota dalam kelompok, secara bersama-sama setiap anggota mengevaluasi proses pembelajaran dan hasil kerja kelompok mereka.

Terkait dengan pembelajaran kooperatif, Abdurrahman (2009: 123) menyebutkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

(31)

14 2) Akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap

anggota kelompok dan kelompok diberikan balikan tentang prestasi belajar anggota-anggota kelompoknya.

3) Terdiri dari anak-anak yang memiliki kemampuan atau memiliki karakteristik yang heterogen.

4) Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis.

5) Semua anggota harus saling membantu dan saling memberi motivasi.

6) Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya mempertahankan hubungan interpersonal antar anggota kelompok.

7) Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kerja gotong royong, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. 8) Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan

observasi terhadap komponen-komponen belajar dan melakukan intervensi jika terjadi masalah antar anggota kelompok.

9) Guru memperhatikan proses keefektifan proses belajar kelompok.

Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar bersama, saling membantu, mengeluarkan ide, memecahkan masalah melalui diskusi, menjelaskan dan mengajukan pertanyaan dalam kelompoknya. Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

C.Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

(32)

15 Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Pembelajaran ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik mengidentifikasi topik, maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi di kelompok. Di dalam melakukan investigasi kelompok, siswa diberikan tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, baik secara individu, berpasangan maupun dalam kelompok. Setiap kelompok investigasi terdiri dari 4-5 orang, dan akhirnya siswa dapat menggabungkan, mempersentasikan dan merangkum jawaban mereka.

Huda (2011: 123) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation, siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi. Siswa ditempatkan dalam suatu kelompok-kelompok kecil dan masing-masing kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda. Dalam kelompok tersebut, setiap anggota kelompok melakukan diskusi dan menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana cara mengolahnya, bagaimana cara menelitinya, dan bagaimana cara menyajikan hasil penelitiannya di depan kelas.

Menurut Kunandar (2007: 344), model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model pembelajaran ini menuntut para siswa untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilannya dalam memecahkan suatu masalah melalui kegiatan kelompok.

(33)

16 dalam kelompok, (2) merencanakan tugas-tugas belajar, (3) melaksanakan investigasi, (4) menyiapkan laporan akhir, (5) mempresentasikan laporan akhir, dan (6) evaluasi.

Adapun Slavin (2011: 218-219) juga menjabarkan tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menjadi enam tahap, yaitu sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok

a) Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.

b) Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah dipilih.

c) Komposisi suatu kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d) Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Siswa merencanakan secara bersama-sama mengenai apa yang akan dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, dan menyepakati pembagian tugas dalam kelompok.

3) Melaksanakan investigasi

a) Siswa mengumpulkan beberapa informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan kelompok.

(34)

17 c) Siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis

semua gagasan.

4) Menyiapkan laporan akhir

a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan yang diperoleh dari investigasi yang mereka lakukan.

b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka secara kelompok akan membuat presentasi mereka. c) Wakil-wakil dari setiap kelompok membentuk kelompok kerja untuk

mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. 5) Mempresentasikan laporan akhir

a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. b) Bagian presentasi itu harus dapat melibatkan pendengaran secara aktif. c) Para pendengar tersebut mengevaluasi presentasi.

6) Evaluasi

a) Siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

b) Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

(35)

18 telah berlangsung. Pada penelitian ini, langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut.

1) Langkah 1: Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok Kegiatan guru pada Langkah 1 adalah menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan, menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan, menyampaikan materi-materi yang akan diinvestigasi, dan membentuk kelompok dengan jumlah empat orang berdasarkan ketertarikan siswa terhadap materi-materi investigasi, heterogenitas, dan kepandaian.

2) Langkah 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Kegiatan guru pada Langkah 2 adalah guru meminta siswa untuk merencanakan tugas yang diberikan, memutuskan bagaimana melaksana- kannya, menentukan sumber-sumber yang diperlukan, membagi tugas, menggali informasi, bekerjasama, dan berdiskusi.

3) Langkah 3: Melaksanakan investigasi

Kegiatan guru pada Langkah 3 adalah guru meminta siswa melakukan investigasi secara berkelompok, mengumpulkan informasi yang didapat untuk menyelesaikan topik yang dipilih, meminta siswa untuk menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan yang diselidiki.

4) Langkah 4: Menyiapkan laporan akhir

(36)

19 5) Langkah 5: Mempresentasikan laporan akhir

Kegiatan guru dalam Langkah 5 adalah guru meminta kelompok penyaji untuk mempresentasikan hasil investigasi. Setiap anggota kelompok mendapatkan bagian presentasi. Peserta didik yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, meminta peserta didik mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.

6) Langkah 6: Evaluasi

Kegiatan guru dalam Langkah 6 adalah guru mengajak semua peserta didik untuk bersama-sama mengevaluasi pembelajaran, menyimpulkan dan menggabungkan semua topik yang ada, meminta peserta didik merangkum dan mencatat topik yang disajikan.

D.Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran matematika, salah satu indikator kepandaian siswa dapat ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat mengembangkan pola pikir siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Dalam memecahkan masalah, siswa dituntut untuk melakukan tahap-tahap memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali. Hal ini dilakukan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, kreatif, sistematis, analitis, dan kritis.

(37)

20 memecahkan masalah yang lebih efektif. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika, dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis, diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakter siswa sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai.

Model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dan menuntut siswa aktif dalam menyelesaikan masalah di kelompoknya. Selain itu, model pembelajaran kooperatif juga menuntut setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab bersama supaya tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

(38)

21 Adapun tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, yaitu tahap yang pertama, mengidentifikasi topik dan mengatur ke dalam kelompok-kelompok penelitian. Tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan. Guru mempresentasikan serangkaian masalah, kemudian para siswa mengidentifikasikan dan memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari sesuai ketertarikan dan latar belakang siswa.

Aktivitas siswa pada tahap ini terlihat dari partisipasi siswa dalam memilih sub- topik investigasi sebagai suatu bentuk ekspresi ketertarikan mereka setelah saling bertukar gagasan dan pendapat dengan teman sekelasnya. Pengetahuan siswa terhadap subtopik investigasi yang telah dipilih menjadi modal awal untuk lebih percaya diri dalam menggali rasa ingin tahu. Dengan demikian, pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk berpikir sendiri dan mandiri dalam menentukan subtopik investigasi, sehingga siswa dituntut untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami masalah yang ada.

(39)

22 kelompok. Selanjutnya, siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi untuk merencanakan penyelesaian masalah yang akan diinvestigasi secara rinci, mengemukakan gagasan-gagasan dalam menentukan langkah-langkah dan sumber-sumber yang dibutuhkan di dalam suatu penyelidikan, dan tanya jawab antar anggota kelompok.

Tahap yang ketiga yaitu melaksanakan investigasi. Pada tahap ini, setiap kelompok menyelesaikan masalah sesuai rencana yang telah diformulasikan sebelumnya. Aktivitas para siswa baik secara individu atau berpasangan adalah mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan, dan mengaplikasikan sebuah resolusi atas masalah yang diteliti kelompok.

Ketika individu atau pasangan telah menyelesaikan masalah mereka atas tugas kelompok, maka kelompok tersebut akan berkumpul kembali dan para anggotanya akan saling membagi pengetahuan mereka. Kemudian, Setiap anggota kelompok dapat mempresentasikan rangkuman tertulis dari penemuan mereka pada kelompoknya. Dengan demikian, di dalam kegiatan ini siswa menganalisis, mengevaluasi, dan membuat kesimpulan-kesimpulan dari hasil penyelidikan. Kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah matematis terhadap materi karena siswa telah dapat memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah sesuai rencana melalui kegiatan investigasi.

(40)

23 dilakukan pengecekan kembali terhadap semua tahap yang telah dikerjakan. Aktivitas yang dilakukan kelompok adalah menggeneralisasikan gagasan utama dari proyek kelompok, mengintegrasikan semua bagian menjadi sebuah kesatuan, dan merencanakan sebuah presentasi yang bersifat instruktif dan menarik. Dengan demikian, pada tahap ini siswa aktif melakukan diskusi dalam menyiapkan laporan akhir.

Tahap yang kelima yaitu mempresentasikan laporan akhir. Presentasi dilakukan oleh perwakilan dari masing-masing kelompok, sedangkan anggota lainnya mendukung kegiatan presentasi seperti meyiapkan bahan-bahan presentasi, alat bantu atau alat peraga, dan membantu menjawab pertanyaan pendengar jika perwakilan dari setiap kelompok yang maju untuk presentasi belum tepat menjawab pertanyaan yang diajukan.

(41)

24 menyelesaikan suatu masalah matematis. Pada tahap ini juga dapat melatih siswa dalam mengaplikasikan hasil investigasi kelompoknya dalam bentuk penyelesaian soal-soal yang bersifat kontekstual.

Tahap yang keenam yaitu evaluasi pencapaian. Evaluasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terhadap keseluruhan materi pelajaran. Guru harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi dari siswa mengenai subyek yang sedang dipelajari, bagaimana mereka menginvestigasi aspek-aspek tertentu dari suatu subyek, dan bagaimana mereka mengaplikasikan pengetahuan mereka pada solusi dari masalah-masalah baru, serta bagaimana mereka menggunakan kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

E.Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

a. Semua siswa kelas X semester genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak tahun pelajaran 2013/2014 memperoleh materi pembelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

(42)

25 F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Hipotesis Penelitian

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ber-pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

(43)

26

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Paramarta 1 Seputih Banyak yang terletak di Jalan Raya Sumber Baru No.8 Seputih Banyak, Lampung Tengah. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap tahun pelajaran 2013/

2014 yang terbagi dalam empat kelas, yaitu kelas X-1 sampai dengan kelas X-4 dengan distribusi siswa disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak, Lampung Tengah

Sumber : SMA Paramarta 1 Seputih Banyak tahun pelajaran 2013/2014

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih dua dari empat kelas secara acak. Hal ini karena berdasarkan wawancara dengan guru di SMA Paramarta 1 Seputih Banyak, setiap kelas di sekolah tersebut memiliki rata-rata kemampuan matematika yang relatif sama dan tidak ada kelas unggulan. Setelah sampel terpilih secara acak terhadap kelas X, kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas X-1 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang

No. Kelas Jumlah peserta didik

1 X-1 30

2 X-2 31

3 X-3 32

4 X-4 32

(44)

27 sebagai kelas eksperimen, dan kelas X-2 dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang sebagai kelas kontrol.

B.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa maka desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only control group design. Digunakan desain ini karena setelah mempertimbangkan sampel yang ada dalam penelitian, dimana setiap kelas memiliki rata-rata kemampuan matematika yang relatif sama dan pada penelitian ini diketahui pengaruh yang ditimbulkan dari pembelajaran berbeda yang diterapkan di dua kelas sampel. Pengaruh yang ditimbulkan tersebut diambil dari hasil post-test yang diberikan di kelas sampel. Pada desain ini kelas eksperimen memperoleh perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sedangkan kelas kontrol memperoleh perlakuan dengan pembelajaran konvensional. Pada akhir pem-belajaran siswa diberikan post-test untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen (2012: 248) desain pelaksanaan penelitian ini disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Keterangan:

R = Pemilihan kelompok secara acak O = Pemberian post-test

X1 = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

X2 = Perlakuan dengan pembelajaran konvensional

Treatment group R X1 O

(45)

28 C.Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Melakukan observasi pada tanggal 18 November 2013 untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian, seperti banyak kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa.

2. Menentukan populasi dan sampel, yaitu memilih kelas X sebagai populasi. Penentuan sampel dilakukan dengan cara memilih dua dari empat kelas secara acak, sehingga terpilih kelas X-1 dan X-2 sebagai sampel.

3. Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

dan untuk kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

4. Membuat instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis sekaligus aturan penskorannya.

5. Melakukan uji coba instrumen tes pada tanggal 12 Maret 2014 di kelas XI IPA 1 SMA Paramarta 1 Seputih Banyak.

6. Menganalisis data hasil uji coba instrumen tes untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.

7. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kedua kelas mulai tanggal 27 Februari 2014 sampai 29 Maret 2014.

a. Hal-hal yang disamakan adalah jumlah jam pelajaran, materi pelajaran, dan pengajar.

(46)

29 8. Mengadakan post-test pada kelas eksperimen pada tanggal 27 Maret 2014 dan

kelas kontrol pada tanggal 29 Maret 2014. 9. Menganalisis data.

10. Membuat laporan hasil penelitian. 11. Membuat kesimpulan hasil penelitian.

D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang berupa data kuantitatif dan diperoleh melalui post-test setelah mengikuti pembelajaran.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Perangkat tes terdiri dari lima item soal uraian (lihat pada Lampiran B.2). Setiap soal memiliki lebih dari satu indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar instrumen penelitian yang digunakan mendapatkan data yang akurat, yaitu sebagai berikut.

2.1 Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas butir soal.

2.1.1 Validitas isi

(47)

30 pemecahan masalah matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan dan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis tersebut. Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas isi yang baik dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis sesuai dengan kompetensi dasar, indikator pembelajaran dan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.

b. Membuat soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan menyusun pemberian skor butir soal. Penyusunan pemberian skor butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis sesuai dengan pedoman penskoran (lihat pada Tabel 3.3).

c. Meminta pertimbangan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis.

(48)

31 Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Noer (2007)

2.1.2 Validitas Butir Soal

Validitas butir soal yaitu ketepatan butir tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, pengujian validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan uji korelasi product moment. Rumus uji korelasi product moment

dalam Widoyoko (2012: 137) adalah sebagai berikut.

Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal/masalah Skor Merumuskan

masalah

-Tidak memahami masalah/tidak menjawab -Tidak memperhatikan syarat-syarat

-Tidak ada rencana strategi

-Strategi yang direncanakan kurang relevan -Merencanakan satu strategi tetapi mengarah

pada jawaban yang salah

-Merencanakan satu strategi tetapi tidak dilanjutkan

-Merencanakan beberapa strategi yang benar dan mengarah pada jawaban yang benar

0

-Ada penyelesaian tetapi strategi tidak jelas -Menggunakan satu strategi dan mengarah

pada jawaban yang salah

-Menerapkan satu strategi yang benar tetapi salah menghitung

-Menerapkan satu strategi dan jawaban benar

0

-Tidak ada pengujian jawaban

-Pengujian hanya pada proses atau jawaban tetapi salah

-Pengujian hanya pada proses atau jawaban yang benar

-Pengujian pada proses dan jawaban tetapi salah

-Pengujian pada proses dan jawaban benar

(49)

32

= −( )( )

( 2−( )2)( 2− ( )2)

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah siswa

= Jumlah skor siswa pada setiap butir soal = Jumlah total skor siswa

= Jumlah hasil perkalian skor siswa di setiap butir dengan total skor siswa

Penafsiran harga korelasi dilakukan dengan membandingkan harga dengan validitas butir instrumen, yaitu 0,3. Artinya apabila lebih besar atau sama dengan 0,3 nomor butir tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil uji coba dan perhitungan (lihat pada Lampiran C.7 dan Lampiran C.8) diperoleh validitas setiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Validitas Butir Soal

Nomor Item Soal 1 2 3 4 5

0,74 0,34 0,93 0,64 0,79 Interpretasi Valid Valid Valid Valid Valid

2.2 Reliabilitas Instrumen

(50)

33 Pada penelitian ini, uji reliabilitas instrumen dengan rumus Alpha. Sudijono (2011: 208-209) mengungkapkan rumus Alpha dengan kriteria suatu tes dikatakan baik jika memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,70 adalah sebagai berikut.

11 =

r = Koefisien reliabilitas instrumen (tes)

n

= Banyaknya butir soal (item)

2

i

= Jumlah varian dari tiap-tiap item tes = Varian total

N = Banyaknya data � = Jumlah semua data

�2 = Jumlah kuadrat semua data

Berdasarkan hasil perhitungan (lihat pada Lampiran C.9), koefisien reliabilitas instrumen tes diperoleh 11 =0,74. Oleh karena itu, instrumen tes kemampuan

pemecahan masalah matematis tersebut memiliki realibilitas yang baik.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No Item Soal rxy Validitas Butir Soal Reliabilitas Keterangan

1 0,74 Valid

Berdasarkan Tabel 3.5 terlihat bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bersifat valid dan memiliki reliabilitas yang baik. Sehingga instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

2 t

(51)

34 E. Teknik Analisis Data

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda maka dilaksanakan tes akhir berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Dari hasil tes diperoleh data sebagai dasar untuk menguji hipotesis. Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas data.

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut. Uji Normalitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi Kuadrat. Sudjana (2005: 273) menyatakan uji Chi Kuadrat adalah sebagai berikut.

a) Hipotesis

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan �= 5% c) Statistik Uji

χ2 = ( �− ��) 2

�� �=1

Keterangan:

χ2 = harga chi kuadrat

� = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian

�� = frekuensi yang diharapkan

(52)

35 d) Keputusan Uji

Tolak H0 jika χ2ℎ� �� ≥ χ2 1( 3). Untuk hal lainnya H0 diterima.

Tabel 3.6 menunjukkan rekapitulasi perhitungan uji normalitas data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran C.12 dan Lampiran C.13.

Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Kelas χ� χ� �� Keputusan Uji Keterangan

Eksperimen 5,14 7,81 H0 diterima Normal

Kontrol 1,75 7,81 H0 diterima Normal

Berdasarkan Tabel 3.6, diketahui bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki χ2ℎ� �� <

χ2 pada taraf signifikan =5 %. Hal ini berarti bahwa H

0 diterima. Dengan

demikian, kedua kelompok data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui apakah varian-varian pada populasi tersebut bersifat homogen atau tidak maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan antara dua kelompok data yaitu data pada kelas eksperimen dan data pada kelas kontrol. Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Bartlett. Sudjana (2005: 261) mengungkapkan uji Bartlett adalah sebagai berikut.

a) Hipotesis

H0 : �12 = �22 (varian data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

(53)

36 sama dengan varian data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan pembelajaran konvensional)

H1 : �12 ≠�22 (varian data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

pada model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

tidak sama dengan varian data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan pembelajaran konvensional) b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan �= 5% c) Statistik Uji

1) Menghitung si 2 dari masing-masing kelas.

�2 =

( − )2

� −1

2) Menghitung semua varian gabungan dari semua kelas dengan rumus:

2 = (��−1) � 2

(�−1)

3) Menghitung Nilai Satuan B dengan rumus:

� = (log 2 (�−1)

4) Uji Bartlett dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

χ2 = (ln 10) � − �

�−1 log �2

d) Keputusan Uji

Terima H0 jika χ2ℎ� �� < χ2 dengan χ2 1−∝ ( 1). Untuk hal lainnya H0 ditolak.

(54)

37 model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Perhitungan selengkapnya telah disajikan pada Lampiran C.14.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Kelas Varian (s2) �� �� �� Keputusan Uji Keterangan Eksperiman

354,23 0,04 3,84 H0 diterima Homogen

Kontrol

Berdasarkan Tabel 3.7, diketahui bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf nyata

� =5% memiliki χ2ℎ� �� < χ2 , berarti H0 diterima. Dengan demikian,

varian data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model pembe-lajaran kooperatif tipe Group Investigation sama dengan varian data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran konvensional.

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, uji hipotesis dilakukan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji-t dengan rumus sebagai berikut.

(55)

38

n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol 12 = varian kelompok eksperimen 22 = varian kelompok kontrol 2 = varian gabungan

Pasangan hipotesis yang diuji adalah:

H0 : �1 =�2 (kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran konvensional)

H1 : �1 >�2 (kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran konvensional)

Dengan kriteria pengujian terima H0, jika < 1−� dengan derajat kebebasan dk =

(n1 + n2 – 2), peluang (1− �) dan taraf signifikan �= 5%. Untuk nilai t lainnya

(56)

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation tidak lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation tidak berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak tahun pelajaran 2013/2014.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, agar mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.

(57)

49 prapenelitian untuk melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Hal ini karena berkomunikasi dan berinteraksi sosial merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran tersebut.

(58)

50

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Malang: Gava Media.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fraenkel, Jack R dan Norman E Wallen. 2012. How to Design and Evaluate

Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, M., R. Fida, M. Nur, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Koperatif. Surabaya: Unessa Press.

Ihsan, Fuad. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Kunandar. 2007. Guru profesional: implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan persiapan menghadapi sertifikasi guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kusumaningrum dan Saefudin. 2012. Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Matematika Melalui Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/8512/1/P%20-%2060.pdf. (diunduh pada tanggal 20 November 2013).

Nasution. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara

NCTM (National Council Teacher of Mathematics). 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Virginia: NCTM.

(59)

51

Kreatif (Studi Eksperimen pada Siswa Salah Satu SMPN di Bandar Lampung). Bandung: Tesis SPS UPI.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Raja Persindo Persada. Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI dan IMSTEP JICA.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Predana Media.

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak,
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tabel 3.4 Validitas Butir Soal
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Purboningsih (2012) yang berjudul ”Analisis Penggunaan EYD dan Ketidakbakuan

[r]

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peranan bahan pelapis yang baik terhadap perubahan kualitas telur ayam buras setelah transportasi

[r]

Penyimpangan prinsip kerja sama apa sajakah yang terdapat dalam. wacana kartun Tom and Jerry karya

Sebuah Draft Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Mendapat Gelar Magister Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Sekolah

Berkelakuan baik dan tidak pernah terlibat dalam tindak pidana yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).. Sehat jasmani

Parameter yang digunakan dalam perbandingan metode ini adalah parameter rasio (Rc, Cr), Space savings (Ss), Redundancy data (Rd), waktu yang dibutuhkan selama