• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE BERBASIS BUDAYA BATAK TOBA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP ETIS LANDIA MEDAN T.A 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE BERBASIS BUDAYA BATAK TOBA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP ETIS LANDIA MEDAN T.A 2016/2017."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE BERBASIS B U D A Y A B A T A K T O B A U N T U K M E N I N G K A T K A N

K E M A M PU A N K O M U N I K A S I D A N B E R PI K I R KRITIS MATEMATIKA SISWA KELAS IX

SMP ETIS LANDIA MEDAN T.A 2016/2017

Oleh :

Novi Ryanti Siahaan NIM. 4122111031

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PENERAPAN PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE BERBASIS BUDAYA BATAK TOBA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA KELAS IX

SMP ETIS LANDIA MEDAN T.A 2016/2017

Novi Ryanti Siahaan (4122111031)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IX SMP Swasta Etis Landia Medan melalui pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba, (2) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IX SMP Swasta Etis Landia Medan melalui pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba, (3) Mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematika melalui model pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri atas empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX-1 SMP Swasta Etis Landia Medan T.A 2016/2017 yang berjumlah 30 orang. Sedangkan objek penelitian ini adalah kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran Think-Pair-Share pada materi bangun ruang sisi lengkung. Penelitian terdiri dari 2 siklus dan tes diberikan pada setiap akhir siklus. Dari hasil analisis data diperoleh hasil: (1) rata-rata nilai tes komunikasi matematika pada siklus I sebesar 68,33 dengan 56,67% dari jumlah siswa yang mengikuti tes memiliki tingkat komunikasi matematika minimal kategori baik kemudian rata-rata meningkat pada siklus II sebesar 84,44 dengan 86,67% dari jumlah siswa memiliki tingkat komunikasi matematika minimal kategori baik, (2) rata-rata nilai tes berpikir kritis pada siklus I sebesar 67,08 dengan 53,33% dari jumlah siswa yang mengikuti tes memiliki tingkat berpikir kritis minimal kategori baik kemudian rata-rata meningkat pada siklus II sebesar 80 dengan 83,33% dari jumlah siswa memiliki tingkat berpikir kritis minimal kategori baik, (3) Proses penyelesaian masalah berkaitan dengan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematika secara klasikal pada siklus I berada pada kategori cukup baik kemudian meningkat pada siklus II menjadi baik. Berdasarkan hasil pada siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematika siswa kelas IX SMP Swasta Etis Landia Medan T.A 2016/2017.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Think-Pair-Share

Berbasis Budaya Batak Toba Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas IX SMP Etis Landia Medan T.A 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun sejak penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, dan Ibu Dra. Hamidah Nasution, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Dian Armanto, M.Sc., Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku ketua jurusan, sekretaris jurusan, dan ketua program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh Bapak, Ibu Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Jatogi Sihotang, SH, MH, M.Pd selaku Kepala Sekolah sekaligus guru bidang studi matematika SMP Swasta Etis Landia Medan, guru, staf, pegawai, dan siswa-siswi SMP Swasta Etis Landia Medan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

(6)

v

Terima kasih kepada teman sekaligus abang terkasih Amri Husein Nasution yang sudah banyak membantu, mendukung, dan memberi semangat sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada sahabat-sahabat terkasih Cinde Claudi Sihite dan Irma Sintia Dewi Sinaga yang selalu setia menemani penulis selama 4 tahun ini. Terima kasih kepada teman seperjuangan selama bimbingan skripsi Indah Hartaty Tamba, Yulitaria Marselina, dan Riani Wulandari yang sudah banyak membantu dan memberikan informasi serta motivasi. Terima kasih juga kepada semua rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas DIK A 2012 Richard, Hendrikson, Eka, Juniar, Elisa, Dwi Nur, Khairunnisa, dan yang lainnya yang telah banyak membantu dan saling memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

Teruntuk teman-teman PPL Irma, Irda, Sherlin, Putri, Janwilson, dan yang lainnya terima kasih sudah saling mendoakan meski jarang bertemu, karena doa tulus dari kalian penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 10

1.3 Batasan Masalah 10

1.4 Rumusan Masalah 10

1.5 Tujuan Penelitian 11

1.6 Manfaat Penelitian 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berpikir Kritis 12

2.2 Komunikasi Matematika 19

2.3 Budaya Batak 22

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share 24

A. Pengertian Model Pembelajaran Think-Pair-Share 24

B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Think-Pair-Share 25

C. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran 25

Think-Pair-Share (TPS)

2.5 Model Pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak 26

2.6 Teori Belajar yang Mendukung 27

(8)

vii

2.8 Penelitian yang Relevan 36

2.9 Kerangka Konseptual 37

2.10 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan 38

Masalah Berkaitan Dengan Kemampuan Komunikasi

Matematika Melalui Model Think-Pair-Share Berbasis Budaya

2.11 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan 39

Masalah Berkaitan Dengan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui

Model Think-Pair-Share Berbasis Budaya

2.12 Hipotesis Tindakan 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 41

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 41

3.2.1 Lokasi Penelitian 41

3.2.2 Waktu Penelitian 41

3.3 Subjek dan Objek Penelitian 41

3.3.1 Subjek Penelitian 41

3.3.2 Objek Penelitian 42

3.4 Definisi Operasional 42

3.5 Instrumen Penelitian 44

3.5.1 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 44

3.5.2 Tes Kemampuan Berpikir Kritis 44

3.5.3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa 44

3.5.4 Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola 45

Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran

Think-Pair-Share Berbasis Budaya

3.5.5 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 45

3.6 Prosedur Penelitian 45

3.6.1 Siklus I 46

(9)

viii

3.7 Teknik Analisis Data 50

3.7.1 Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 50

3.7.2 Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis 51

3.7.3 Analisis Data Observasi 52

3.7.4 Analisis Data Proses Penyelesaian Jawaban Siswa untuk 53

Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematika

3.7.5 Kriteria Keberhasilan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 54

3.8 Indikator Keberhasilan 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Siklus I 56

4.1.1 Permasalahan I 56

4.1.2 Perencanaan Tindakan I 58

4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 58

4.1.4 Observasi I 61

4.1.5 Analisis Data I 66

4.1.6 Proses Penyelesaian Jawaban I 72

4.1.7 Keberhasilan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 76

4.1.8 Kesimpulan Data 77

4.1.9 Refleksi I 78

4.2 Hasil Penelitian Siklus II 82

4.2.1 Permasalahan II 82

4.2.2 Perencanaan Tindakan II 83

4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 84

4.2.4 Observasi II 88

4.2.5 Analisis Data II 92

4.2.6 Proses Penyelesaian Jawaban II 97

4.2.7 Keberhasilan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 102

4.2.8 Kesimpulan Data 102

4.2.9 Refleksi II 103

(10)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 108

5.2 Saran 109

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Jawaban tes awal siswa 1 5

Gambar 1.2 Jawaban tes awal siswa 2 5

Gambar 1.3 Jawaban tes awal siswa 3 6

Gambar 2.1 Unsur-unsur tabung 30

Gambar 2.2 Taganing berbentuk tabung 31

Gambar 2.3 Jaring-jaring tabung 32

Gambar 2.4 Prisma segitiga, Balok, dan Tabung 32

Gambar 2.5 Ukiran Ruma Bolon Berbentuk Setengah Bola 34

Gambar 2.6 Bola dan Tabung 34

Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas 46

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Komunikasi Matematika Klasikal 69

Siklus I

Gambar 4.2 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Klasikal 72

Siklus I

Gambar 4.3 Proses Jawaban butir soal No. 1 dengan skor 3 73

Gambar 4.4 Proses jawaban butir soal No. 1 dengan skor 2 74

Gambar 4.5 Proses jawaban butir soal No. 1 dengan skor 1 75

Gambar 4.6 Proses jawaban butir soal No. 1 dengan skor 0 76

Gambar 4.7 Grafik Kemampuan Komunikasi Matematika Klasikal 95

Siklus II

Gambar 4.8 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Klasikal 97

Siklus II

Gambar 4.9 Proses jawaban butir soal No. 3 dengan skor 3 99

Gambar 4.10 Proses jawaban butir soal No. 3 dengan skor 2 100

Gambar 4.11 Proses jawaban butir soal No. 3 dengan skor 1 101

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15

Tabel 3.1 Kategori Kemampuan Komunikasi Matematika 51

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis 52

Tabel 3.3 Interpretasi Kegiatan Siswa dan Kemampuan Guru 53

Tabel 3.4 Kategori Persentase Proses Penyelesaian Jawaban 54

Tabel 3.5 Kriteria dan Target Keberhasilan 54

Tabel 4.1 Data Kemampuan Awal Komunikasi Matematika Siswa 57

Tabel 4.2 Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis Matematika Siswa 57

Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus I 62

Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I 64

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika I pada 66

Aspek Melukiskan Gambar

Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika I pada 67

Aspek Memaknai Gambar

Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika I pada 68

Aspek Memberikan Argumentasi

Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika I pada 68

Aspek Representasi

Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Soal 70

Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Mensintesis Soal 70

Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkan 71

Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis 72

Matematika

Tabel 4.13 Hasil Pelaksanaan Siklus I 81

Tabel 4.14 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II 88

Tabel 4.15 Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II 90

Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika II pada 92

(13)

xii

Tabel 4.17 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika II pada 93

Aspek Memaknai Gambar

Tabel 4.18 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika II pada 93

Aspek Memberikan Argumentasi

Tabel 4.19 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika II pada 94

Aspek Representasi

Tabel 4.20 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Soal 95

Tabel 4.21 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Mensintesis Soal 96

Tabel 4.22 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkan 96

Tabel 4.23 Tingkat Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis 98

Matematika

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 113

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I 119

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 124

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 130

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa (LAS I) 135

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa (LAS II) 139

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa (LAS III) 143

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa (LAS IV) 146

Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I 150

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II 152

Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III 155

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa IV 156

Lampiran 13 Tes Kemampuan Awal 158

Lampiran 14 Tes Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis

Matematika Siklus I 159

Lampiran 15 Tes Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis

Matematika Siklus II 161

Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 163

Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

dan Berpikir Kritis Matematika Siklus I 166

Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi dan

Berpikir Kritis Matematika Siklus II 170

Lampiran 19 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal 173

Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 175

Lampiran 21 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis I 176

Lampiran 22 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 177

Lampiran 23 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis II 178

Lampiran 24 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

(15)

xiv

Lampiran 25 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 181

Lampiran 26 Lembar Validitas Tes Kemampuan Awal 182

Lampiran 27 Lembar Validitas Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika I 188

Lampiran 28 Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis I 194

Lampiran 29 Lembar Validitas Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika II 197

Lampiran 30 Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis II 203

Lampiran 31 Lembar Observasi Kegiatan Guru I (Siklus I) 206

Lampiran 32 Lembar Observasi Kegiatan Guru II (Siklus I) 209

Lampiran 33 Rekapitulasi Observasi Kegiatan Guru Siklus I 212

Lampiran 34 Lembar Observasi Kegiatan Siswa I (Siklus I) 214

Lampiran 35 Lembar Observasi Kegiatan Siswa II (Siklus I) 216

Lampiran 36 Rekapitulasi Observasi Kegiatan Siswa Siklus I 218

Lampiran 37 Lembar Observasi Kegiatan Guru I (Siklus II) 219

Lampiran 38 Lembar Observasi Kegiatan Guru II (Siklus II) 222

Lampiran 39 Rekapitulasi Observasi Kegiatan Guru Siklus II 225

Lampiran 40 Lembar Observasi Kegiatan Siswa I (Siklus II) 227

Lampiran 41 Lembar Observasi Kegiatan Siswa II (Siklus II) 229

Lampiran 42 Rekapitulasi Observasi Kegiatan Siswa Siklus II 231

Lampiran 43a Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika Awal 232

Lampiran 43b Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Awal 233

Lampiran 44a Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 235

Lampiran 44b Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

Per-Indikator 236

Lampiran 45a Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis I 240

Lampiran 45b Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis I

Per-Indikator 241

Lampiran 46a Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi

(16)

xv

Lampiran 46b Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika II Per-Indikator 245

Lampiran 47a Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis II 249

Lampiran 47b Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis II

Per-Indikator 250

Lampiran 48 Analisis Proses Penyelesaian Jawaban Siswa I (Siklus I) 253

Lampiran 49 Analisis Proses Penyelesaian Jawaban Siswa II (Siklus II) 254

Lampiran 50 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IX-1 Pada Siklus I 255

Lampiran 51 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IX-1 Pada Siklus II 257

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber

daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat

dipandang dan berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu

tinggi adalah pendidikan. Seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Trianto, 2011: 1):

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Matematika

dipelajari pada setiap jenjang sekolah baik di tingkat dasar, menengah maupun

perguruan tinggi. Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman

penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari. Matematika yang diajarkan di sekolah bukan hanya

untuk keperluan kalkulasi saja, tetapi lebih dari itu matematika sudah banyak

digunakan untuk membantu perkembangan berbagai ilmu pengetahuan dan

teknologi. Oleh karena itu, matematika memiliki peranan penting dalam

kehidupan sehari-hari. Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:204) menjelaskan :

(18)

2

Cornelius (dalam Abdurahman, 2012:204) juga mengatakan bahwa ada

lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan:

(1) sarana berpikir yang jelas dan logis; (2) sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; (4) sarana mengembangkan kreativitas; dan (5) sarana meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Untuk itu matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat

penting diajarkan kepada siswa karena matematika akan menuntun seseorang

untuk berpikir logis, kritis, dan teliti yang bermanfaat dalam memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan matematika ada

beberapa kompetensi yang harus dikembangkan, yaitu kompetensi penalaran,

pemahaman, pemecahan masalah, dan komunikasi matematika.

Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia khususnya matematika masih

rendah. berdasarkan hasil tes mengenai pendidikan yang dilaksanakan oleh

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menurut

Mawardi dalam

(http://www.lintasnasional.com/2015/06/27/opini-pendidikan-indonesia-peringkat-ketujuh-terburuk-dunia/) :

Kemampuan matematika dan tingkat baca anak Indonesia dinilai terendah. Indonesia berada di posisi ketujuh terbawah. Dari 76 negara yang disurvei pada tahun 2015, Indonesia hanya mampu duduk di posisi 69. Kuantitas tenaga pengajar di Indonesia tergolong tinggi, tapi kualitas tenaga pengajar masih tergolong rendah. Selain itu, fasilitas pedidikan sebagai faktor pendukung kegiata belajar mengajar di negara ini masih sangat minim.

Selama ini proses pembelajaran matematika tidak terlepas dari berbagai

macam permasalahan. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar

matematika siswa diantaranya adalah kurangnya keaktifan siswa di dalam proses

belajar mengajar dan kurangnya keterampilan guru dalam memberikan materi

pembelajaran. Dalam proses kegiatan belajar mengajar kebanyakan guru masih

menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga banyak siswa

yang merasa jenuh dengan pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika

(19)

3

proses belajar mengajar. Ketidaktepatan guru dalam merancang dan

melaksanakan pembelajaran menjadi salah satu faktor penyebab prestasi belajar

matematika siswa rendah. Guru dan siswa sebagai pelaku kegiatan pembelajaran

sering kali merasa kurang puas terhadap hasil yang dicapai. Trianto (2011:5)

menyatakan bahwa :

Berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini, suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran.

Dari hasil observasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 13 Januari 2015 di SMP Swasta Etis Landia Medan, peneliti melihat

bahwa guru masih mendominasi proses pembelajaran di dalam kelas. Selain itu,

siswa terlihat kurang tertarik untuk merespon/menjawab materi yang disampaikan

oleh gurunya, beberapa siswa terlihat tidak memperhatikan guru, mereka lebih

senang bercerita dengan temannya. Sebagian siswa yang mengetahui jawaban dari

pertanyaan yang diberikan oleh guru lebih memilih untuk diam, namun ada juga

yang menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Tindakan-tindakan yang

dilakukan siswa tersebut adalah fakta yang menunjukkan bahwa minat siswa

dalam proses pembelajaran masih rendah.

Peneliti juga menanyakan alasan siswa tidak menyukai pelajaran

matematika. Mereka mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang paling

sulit dan juga membosankan. Mereka juga mengatakan bahwa dalam mengerjakan

soal matematika, mereka dituntut untuk pandai berhitung dan berpikir keras

sehingga mereka merasa malas untuk belajar matematika apalagi jika

mempelajarinya sendirian. Mereka tidak berani/malu untuk bertanya kepada guru.

Sehingga jika mereka tidak tahu, mereka hanya diam dan membiarkan

ketidaktahuannya tersebut. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

siswa masih belum terbiasa berpikir kritis dan berkomunikasi. Hal ini sangat

disayangkan, karena kemampuan berkomunikasi dan berpikir dalam matematika

(20)

4

Salah satu tujuan umum pembelajaran matematika adalah kemampuan

komunikasi matematis. Matematika merupakan bahasa dan alat, sebagai bahasa

matematika menggunakan definisi-definisi yang jelas dan simbol-simbol khusus,

dan sebagai alat matematika digunakan dalam kehidupan. Baroody (dalam Ansari,

2009:4) menyatakan bahwa:

Setidaknya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan dikalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika sebagai wahana untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua macthematics learnig as social activity artinya sebagai wahana untuk interaksi antara siswa dan juga antara guru dan siswa untuk mempercepat pemahaman matematika siswa.

Saragih dan Rahmiyana (2013) mengatakan bahwa:

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis mengakibatkan siswa sulit untuk memahami soal-soal yang diberikan sehingga siswa sulit dalam memecahkan masalah. Seorang siswa yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik dapat dengan mudah mengambil suatu langkah untuk menyelesaikan sebuah persoalan.

Komunikasi matematis memiliki peranan penting bagi siswa dalam

merumuskan konsep dan strategi matematika, investasi siswa terhadap

penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika, dan sarana bagi siswa

dalam berkomunikasi untuk memperoleh informasi, membagi ide dan penemuan.

Hasil observasi dari tes kemampuan awal yang dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 13 Januari 2016 kepada siswa kelas VIII SMP Swasta Etis Landia

Medan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa,

menunjukkan bahwa persentase ketuntasan klasikal kelas untuk kemampuan

komunikasi matematika tertulis masih rendah yaitu sebesar 30%. Hal ini dapat

dilihat dari proses jawaban siswa dari permasalahan berikut:

Gambarlah persegi panjang PQRS dengan diagonal PR dan QS. Jika sisi

PQ dan QR berturut-turut berukuran 12 m dan 6m. Hitunglah keliling

(21)

5

Salah satu jawaban siswa dari permasalahan tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa 1

Berdasarkan proses jawaban siswa diperoleh bahwa hampir semua siswa

mengalami kesulitan menyajikan masalah dalam bentuk gambar. Selain itu, dilihat

dari Gambar 1.1, siswa sudah mengetahui rumus keliling persegi panjang, akan

tetapi siswa lupa menulis ukuran satuan (meter) di setiap perhitungan. Dari 30

orang siswa yang mengikuti tes awal, hanya 9 orang yang memiliki kemampuan

komunikasi kategori sedang, 8 orang berada pada kategori rendah dan 13 orang

sangat rendah, karena mereka tidak mampu menjelaskan, menggambarkan, serta

merepresentasikan soal yang diberikan.

Sedangkan untuk jawaban yang benar dari permasalahan tersebut dapat

dilihat pada gambar berikut:

(22)

6

Rendahnya komunikasi matematis siswa diperkuat oleh Saragih (2007)

yang mengatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran matematika banyak siswa

yang mengalami kesulitan ketika diminta untuk memberikan penjelasan dan

alasan atas jawaban yang dibuat.

Selain kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis matematis juga

perlu dikuasai siswa. Wijaya (dalam Turohmah, 2014:9) mengatakan bahwa

“Kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari keterampilan berpikir perlu

dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-persoalan

dalam kehidupan yang memerlukan pemecahan.” Sehingga dalam memutuskan

suatu permasalahan, tidak secara langsung mengarah kesimpulan tanpa

benar-benar memikirkannya. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis

matematis tinggi mampu menganalisis masalah, menentukan tindakan yang tepat,

serta melakukan tindak lanjut dari tindakan yang diambil.

Akan tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah,

jarang sekali siswa diberi kesempatan untuk berpikir kritis dalam menghadapi

suatu permasalahannya. Berdasarkan observasi melalui tes diagnostik yang

dilakukan peneliti terhadap siswa kelas VIII SMP Swasta Etis Landia Medan

ditemukan bahwa persentase ketuntasan klasikal kelas untuk kemampuan berpikir

kritis siswa rendah, yaitu hanya 10%. Hal ini dapat dilihat dari proses jawaban

siswa dari permasalahan berikut:

(23)

7

Berdasarkan jawaban siswa, terlihat bahwa siswa sudah dapat memahami

maksud/makna dari soal hal ini terlihat ketika siswa mulai menentukan keliling

dari persegi panjang serta digunakan dalam menentukan luas persegi. Siswa juga

dapat menentukan informasi penting. Namun siswa belum mampu dalam

menuliskan rumus, serta menemukan konsep-konsep yang dapat digunakan dalam

menyelesaikan soal. Siswa juga belum mampu mengkreadibilitas pernyataannya

untuk menetapkan kesimpulan. Dari 30 orang siswa yang mengikuti tes awal,

diperoleh hasil keterampilan siswa untuk menganalisis soal sebanyak 22 orang

termasuk dalam kategori kurang, keterampilan siswa untuk mensintesis soal

sebanyak 25 orang termasuk dalam kategori kurang, dan keterampilan siswa

untuk membuat kesimpulan sebanyak 25 orang siswa dalam kategori kurang.

Rendahnya kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematika siswa

salah satunya dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Rusman (2012:58) mengemukakan :

Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Proses belajar mengajar yang selama ini digunakan guru belum mampu

membantu siswa untuk memahami konsep-konsep matematika, terlibat aktif

dalam pembelajaran, memotivasi untuk menemukan ide-ide siswa dan kurangnya

keterbukaan antar siswa dengan guru. Selain itu permasalahan yang diberikan

kepada siswa cenderung memberikan jawaban yang sama sehingga siswa akan

merasa kesulitan jika diminta mengerjakan soal yang menuntut penalaran tinggi.

Pembelajaran seperti ini tentunya kurang melatih kemampuan komunikasi dan

berpikir kritis matematika siswa.

Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan penerapan model pembelajaran

yang diadopsi dari luar dan diaptasikan di sekolah, menuntut siswa dan guru

untuk mengubah perilaku belajar dan mengajarnya. Salah satu alternatif yang

diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dan berpikir kritis matematika siswa

serta mengurangi tingkat kejenuhan siswa adalah dengan menggunakan model

(24)

8

Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi

siswa.”

Sedangkan Istarani (2012:68) mengatakan bahwa “Model Pembelajaran

Think Pair and Share ini menekankan pada peningkatan daya nalar siswa, daya

kritis siswa, daya imajinasi siswa dan daya analisis terhadap suatu

permasalahan.”

Prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberikan siswa lebih

banyak waktu untuk berfikir, merespon dan saling membantu. Pembelajaran

kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang

menempatkan siswa secara berpasangan untuk menyelesaikan tugas-tugas

akademik melalui tiga tahap, yaitu: Think (berpikir), Pair (berpasangan), dan

Share (berbagi).

Salah satu kegunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu dapat

menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan siswa dengan memberikan

kesempatan terbuka pada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya

sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas. Dengan

demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dapat

membantu siswa dalam berkomunikasi matematik untuk menyampaikan

informasi, seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan dan menanggapi

pertanyaan orang lain serta dapat melatih anak untuk berpikir kritis.

Untuk mencapai tingkat kemampuan komunikasi dan berpikir kritis yang

maksimal, penerapan model pembelajaran matematika diharapkan lebih

disesuaikan dengan cara alamiah siswa dalam belajar matematika dan hakekat

pengembangan kemampuan berpikir kritis matematis. Guru dan siswa

memerlukan pedoman berupa model pembelajaran yang inovatif dan relevan

dengan pembelajaran matematika serta sesuai dengan kondisi daerah dan budaya

siswa. Pembelajaran lebih diupayakan bermakna dalam budaya lokal dan dalam

proses pembelajarannya memasukkan sistem budaya dan nilai-nilai budaya yang

terdapat pada masyarakat di daerah siswa berada. Dalam penelitian ini, budaya

(25)

9

& Wahyuddin, 2012:63) mengatakan bahwa “Hasil belajar dipengaruhi oleh

pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.”

Taylor (dalam Sinaga, 2007:6) juga menyatakan :

Fungsi mental yang lebih tinggi (individu adalah unik) mengandung unsur sosial (dipengaruhi budaya) dan sosial semu bersifat alami. Fungsi mental yang lebih tinggi dapat dicapai lewat interaksi sosial yang melibatkan fakta dan simbol-simbol. Fakta dan simbol-simbol dari lingkungan budaya mempengaruhi perkembangan pemahaman individu.

Dengan demikian, pemanfaatan aspek-aspek budaya Batak Toba dalam

pembelajaran matematika dapat menstimulus fungsi mental yang tinggi. Pola

interaksi sosial yang dipahami siswa dalam sistem budaya Batak Toba dapat

dijadikan pola interaksi edukatif yang mengatur aktivitas siswa selama proses

pembelajaran. Interaksi sosial di antara siswa secara spontan akan tercipta

disebabkan pemahaman sistem budaya dari dalam diri siwa dan guru. Selain itu,

benda-benda khas budaya Batak Toba dapat dijadikan sebagai permasalahan

matematika agar siswa lebih tertarik dalam mengerjakan soal matematika. Dalam

hal ini, betapa pentingnya guru memahami sosio kultural anak, cara anak

berinteraksi, memanfaatkan fakta dan lingkungan budaya Batak Toba yang

dialami siswa dan membawakan situasi sosial tersebut ke dalam pembelajaran

matematika.

Berdasarkan uraian di atas, maka pemilihan model pembelajaran yang

tepat untuk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis

matematika yang pada akhirnya akan memperbaiki hasil belajar matematika

menjadi penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, penulis merasa perlu

melakukan penelitian mengenai Penerapan Pembelajaran Think-Pair-Share

Berbasis Budaya Batak Toba Untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas IX SMP Swasta

(26)

10

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi

beberapa masalah yaitu :

1. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa.

2. Rendahnya daya berpikir kritis siswa.

3. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan.

4. Metode mengajar guru belum mampu untuk mengembangkan kemampuan

komunikasi dan berpikir kritis matematika siswa.

1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, terdapat banyak masalah

yang teridentifikasi. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka

peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu kemampuan komunikasi dan

berpikir kritis matematika siswa SMP Etis Landia Medan masih rendah.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematika tertulis siswa kelas IX SMP Swasta Etis Landia

Medan?

2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa kelas IX SMP Swasta Etis Landia Medan?

3. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan

dengan kemampuan komunikasi matematika melalui model pembelajaran

Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba?

4. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan

dengan berpikir kritis matematika melalui model pembelajaran

(27)

11

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa pada

pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung di kelas IX SMP Swasta Etis

Landia Medan dengan menerapkan pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis

Budaya Batak Toba.

2. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan

bangun ruang sisi lengkung di kelas IX SMP Swasta Etis Landia Medan

dengan menerapkan pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak

Toba.

3. Untuk mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah

berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematika melalui model

pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba.

4. Untuk mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah

berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis matematika melalui model

pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba.

1.6 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini

memberi manfaat antara lain :

1. Bagi Siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan

berpikir kritis matematika siswa khususnya pada materi bangun ruang sisi

lengkung .

2. Bagi Guru, sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan strategi

pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi Peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi

peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar

di masa yang akan datang.

4. Bagi Peneliti Lain, diharapkan hasil penelitian ini akan menambah informasi

(28)

108 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada Bab IV

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi

Bangun Ruang Sisi Lengkung khususnya pokok bahasan Luas Permukaan

dan Volume Tabung dan Bola di kelas IX-1 di SMP Etis Landia Medan. Nilai

rata-rata yang diperoleh adalah 84,44 dengan 86,67% siswa sudah mampu

melukiskan gambar, 86,67% siswa sudah mampu memaknai gambar, 86,67%

siswa sudah mampu memberikan argumentasi, dan 86,67% siswa sudah

mampu merepresentasi.

2. Model pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Bangun Ruang

Sisi Lengkung khususnya pokok bahasan Luas Permukaan dan Volume

Tabung dan Bola di kelas IX-1 di SMP Etis Landia Medan. Nilai rata-rata

yang diperoleh adalah 80 dengan 56,67% siswa sudah mampu menganalisis

soal, 80% siswa sudah mampu mensintesis soal, dan 60% siswa sudah

mampu memberi kesimpulan.

3. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal tes komunikasi matematika

adalah baik. Hal ini dilihat dari persentase proses penyelesaian jawaban siswa

pada tes kemampuan komunikasi matematika siklus I sebesar 53,33% dan

pada siklus II sebesar 86,67% dengan 8 orang (26,67%) mencapai kategori

sangat baik, 18 orang (60%) mencapai kategori baik, dan 4 orang (13,33%)

mencapai kategori cukup.

4. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal tes berpikir kritis adalah

baik. Hal ini dilihat dari persentase proses penyelesaian jawaban siswa pada

tes kemampuan berpikir kritis matematika siklus I sebesar 53,33% dan pada

(29)

109

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran

matematika disarankan untuk menggunakan model pembelajaran

Think-Pair-Share Berbasis Budaya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematika siswa.

2. Dalam menyusun instrumen disarankan kepada guru hendaknya

mempergunakan kalimat yang sederhana yang mudah dipahami siswa, jika

perlu menggunakan gambar dan memberikan soal-soal yang menunjukkan

penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga matematika

itu lebih bermakna bagi siswa.

3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan model

pembelajaran Think-Pair-Share Berbasis Budaya Batak Toba terhadap

peningkatan kemampuan belajar lainnya serta penerapannya pada pokok

bahasan yang berbeda.

4. Guru berupaya untuk selalu melibatkan siswa untuk lebih aktif dan

membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar

sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar.

5. Guru hendaknya sebelum memulai pembelajaran mengkondisikan siswa

dalam keadaan nyaman dan siap untuk belajar, karena kondisi yang

nyaman dapat menciptakan suasana yang efektif untuk belajar.

6. Kepada siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar,

lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal, khususnya soal-soal

penerapan dan lebih berani untuk mengungkapkan ide dan pendapat saat

(30)

110

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar :Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Alexon. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya Untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa Terhadap Budaya Lokal. Disertasi Tidak Diterbitkan. Bandung: UPI.

Ansari, B. 2011. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Pena.

Arikunto, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arohman, E.A. 2012. Penerapan Model Quantum Learning Untuk Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Desma R.S. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Segi Empat di Kelas VII SMP Swasta Santa Maria Medan T.A 2014/2015. Skripsi. Medan: UNIMED.

Ennis, R.H. 2013. The Nature of Critical Thinking: Outlines of General Critical

Thinking Dispositions and Abilities, Online,

http://www.criticalthinking.net/longdefinition.html (diakses pada tanggal 18 Januari 2016).

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Haryani, D. 2012. Membentuk Siswa Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Matematika. “Makalah yang disajikan dalam Seminar Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematia dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa” yang diselenggarakan oleh UNY, 10 November 2012.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Lie, A. 2010. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

(31)

111

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). 2015. Online, http://www.lintasnasional.com/2015/06/27/opini-pendidikan-indonesia-peringkat-ketujuh-terburuk-dunia/) (diakses pada tanggal 5 Februari 2016).

Rahmanah, E. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) dan NHT (Numbered Head Together). Cirebon: IKIP Universitas Swadaya Gunung Jati.

Rasyidin dan Wahyuddin. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Saragih dan Rahmiyana. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA/MA di Kecamatan Simpang Ulim Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19 No 2: 174-188.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI Bandung.

Simbolon, P. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3) Pada Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Galang. Tesis. Medan: PPS UNIMED.

Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPS UNESA.

Situmorang, M. 2010. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi FMIPA Unimed. Medan: FMIPA UNIMED.

Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(32)

112

Turohmah, N.A. 2014. Peningkatan Kemampaun Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penerapan Penerapan Pendekatan Open Ended. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Wahyu dan Anik. 2011. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Think-Talk-Write (TTW). “Makalah yang disajikan dalam Seminar Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran” yang diselenggarakan oleh UNY, 3 Desember 2011.

Wardani, F.K. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa dengan Penerapan Strategi Pembelajaran TTW (Think-Talk-Write) Pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padangsidimpuan T.A 2013/2014. Skripsi. Medan: UNIMED.

Yanti, S. 2015. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Pada Materi Segiempat Dengan Model Kooperatif Think-Pair-Share Pada Siswa Kelas Vii Di Smp Muhammadiyah 01 Medan T.A 2014/2015. Skripsi. Medan: UNIMED.

Ziswan, D. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Melalui Workshop Pada SMK N 4 Kota Jambi. Tesis. Medan: PPS UNIMED.

Gambar

Tabel 4.17
gambar berikut:
Gambar 1.3 Jawaban Tes Awal Siswa 3

Referensi

Dokumen terkait

Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam diri (gen) atau pribadi manusia itu sendiri. Seperti misalnya kecerdasan atau kemampuan siswa dalam

[r]

Metode yang digunakan adalah Rapid Assesment (metode survei). Metode ini digunakan untuk mengetahui keberadaan badak yang terdapat di lokasi pengamatan. Pengamatan tidak

Kegiatan usaha penunjang angkutan udara tersebut dapat berupa kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan angkutan udara niaga antara lain sistem reservasi

Hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) proses: terdapat 5 kegiatan pendidikan agama dan seluruhnya melibatkan masyarakat umum dalam pelaksanaanya, digunakanya Komunikasi

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b di atas, serta memenuhi maksud Pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Dengan pemberian infra red dan terapi latihan berupa active exercise, dan hold relax pada kasus Fraktur radius 1/3 distal sinistra didapatkan adanya perubahan