ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Pada Saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
DONITA NABABAN
110907063
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
vi
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Pada Saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)
Nama : Donita Nababan
Nomor Induk Mahasiswa : 110907063
Program studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Onan Marakali S.Sos, M.Si
Latar belakang dilakukannya penelitian ini, adalah karena kondisi ekonomi yang tidak stabil yang menyebabkan fluktuasi kinerja keuangan beberapa perusahaan dan adanya inkonsistensi beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Diharapkan temuan penelitian dapat memberikan informasi bagi para investor dan kontribusi bagi pengembangan studi mengenai struktur modal, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2008 sampai dengan 2014 yaitu sebanyak 97 perusahaan. Dalam penelitian ini diperoleh 11 sampel perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penetapan sampel menggunakan kriteria tertentu. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari Indonesia Stock Exchange dan Indonesia Stock Exchange Statistic dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2008-2014 secara parsial struktur modal berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (t hitung= 0,214; sig.= 0,831). Variabel kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ( t hitung= 4,694; sig.= 0,000). Sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa besarnya kemampuan prediksi dari kedua variabel independen (struktur modal dan kebijakan dividen) terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 25,5 %, sisanya sebesar 74,5 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian atau persamaan regresi.
vii
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF CAPITAL STRUCTURE AND DIVIDEND POLICY TO FIRM VALUE
(Study on The LQ 45 Stocks in Indonesia Stock Exchange Period 2008-2014)
Name : Donita Nababan
Student Identification Number : 110907063
Program of Study : Science of Business Administration
Faculty : Social Science and Political Science
Supervisor : Onan Marakali, S. Sos, M.Si
The background of this research is the instability of economic condition which motivate the fluctuations in the financial performance of some firms and existing research in former have inconsistens. This research aims to examine and analyzinginfluence of capital structureand dividend policy on the firm value. It is expected the results of the research able to give information to investors and contribution for study development about the capital structure, dividend policy and firm value.
Population of this research is listed company on the index LQ 45 at the Indonesia Stock Exchange in the period 2008 to 2014 as many as 97 companies. In this research obtained 11 samples LQ 45 firms in Indonesia Stock Exchange, where the method used was purposive sampling is the determination of the sample using the criteria specific. The types of data used in this research is secondary data in the form of financial statements obtained from the Indonesia Stock Exchange and Indonesia Stock Exchange Statistic from period 2008 to 2014. Exchange Analysis technique used is multiple regression analysis.
The results showed that during the period 2008-2014 is partially capital structure has positive but insignificant affects the firm value (t count = 0,214; sig.= 0,831). The dividend policyinfluence positive and significant affects the firm value (t count =4,694; sig.= 0,000).Result of analisys show that predictive ability of the two independent variables (capital structure and dividend policy) significant effected the firm value simultaneously, with the sum of the effect was 25,5% while the remaining 74,5% are influenced by other factors outside of research or out of the regression equation.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata
Satu (S1) Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
Selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, saya telah banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr.Marlon Sihombing, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Muhammad Arifin Nasution, S. Sos, M.SP selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Onan Marakali Siregar, S. Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk serta saran
yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bekal ilmu
ix
6. Ibu Siswati Saragih, S. Sos, M.SP dan para staf administrasi dan tata usaha
Ilmu adiministrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan studi di Program Ilmu Adiministrasi Niaga/Bisnis Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
7. Ayah dan Ibu (P. Nababan dan D. Sianturi) tercinta, abang (Damser, Dahlan
and Darman), kakak (Dewi, Donna, and Dame) serta adik saya Don Gabrielle
yang saya kasihi dan seluruh keluarga besar yang salalu memberikan cinta,
kasih dan dukungan bagi penulis.
8. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Adiministrasi Niaga/Bisnis
angkatan 2011, khususnya Rani, Lia, Vina, Elta, Rosa, Asih, Uli, Okta dan
teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
9. Semua pihak yang telah membantu saya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan, April 2015
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Batasan Masalah ... 7
1.3.Rumusan Masalah ... 8
1.4.Tujuan Penelitian ... 8
1.5.Manfaat Penelitian ... 9
2. BAB II KERANGKA TEORI 2.1.Nilai Perusahaan ... 10
2.2.Struktur Modal ... 12
2.3.Kebijakan Deviden ... 23
2.4.Penelitian Terdahulu ... 30
2.5.Kerangka Pemikiran Teoritis... 35
2.5.1. Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Nilai Perusahaan ... 36
2.5.2. Pengaruh kebijakan deviden (DPR) terhadap Nilai Perusahaan ... 38
xi
3.6.Definisi Operasional ... 43
3.7.Jenis Data ... 44
3.8.Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.9.Teknik Analisis Data ... 45
3.9.1. Statistik Deskriptif ... 46
3.9.2. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda ... 46
3.9.2.1. Uji Normalitas ... 46
3.9.2.2.Uji Multikolinearitas ... 47
3.9.2.3.Uji Heterokedastisitas ... 47
3.9.2.4.Uji Autokorelasi ... 48
3.9.3. Menganalisis Regresi ... 48
3.9.4. Koefisien Determinasi (R2) ... 49
3.9.5. Uji Hipotesis ... 50
3.9.5.1.Uji Signifikansi/Pengaruh Simultan (Uji Statistik F) ... 50
3.9.5.2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T).... 51
4. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.Deskripsi Hasil Penelitian ...52
4.2.Penyajian Data ... 53
4.3.2.2.Uji Multikolinearitas ... 67
4.3.2.3.Uji Heterokedastisitas ... 68
4.3.2.4.Uji Autokorelasi ... 69
4.3.3. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 70
4.3.4. Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 72
4.3.5. Pengujian Hipotesis ... 73
4.3.5.1.Uji Pengaruh Simultan (Uji Statistik f) ... 73
4.3.5.2.Uji Parameter Individual/Parsial (Uji Statistik t) ...74
4.3.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
4.3.6.1.Analisis Hubungan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan ... 76
4.3.6.2.Analisis Hubungan Keputusan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan ... 78
4.3.6.3.Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan ... 79
5. BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan ... 81
5.2.Saran ... 82
Daftar Pustaka ... 83
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Rata-Rata Nilai Perusahaan Dihitung dengan Tobin’s Q ... 6
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 30
Tabel 3.3. Proses Seleksi Penentuan Sampel ... 42
Tabel 4.1. Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian ... 53
Tabel 4.2. Price Book Value (PBV) Perusahaan Sampel ... 55
Tabel 4.3. Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Sampel ... 56
Tabel 4.4. Dividend Payout Ratio (DPR) Perusahaan Sampel ... 58
Tabel 4.5. Descriptive Statistics PBV ... 60
Tabel 4.6. Descriptive Statistics DER ... 62
Tabel 4.7. Descriptive Statistics DPR ... 63
Tabel 4.8. Uji Normalitas Residual ... 65
Tabel 4.9. Uji Multikolinearitas ... 67
Tabel 4.10. Uji Autokorelasi ... 70
Tabel 4.11. Hasil Pengujian Regresi Linear ... 71
Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) ... 72
Tabel 4.13. Uji Simultan (F test) ... 73
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 39 Gambar 4.1. Uji Normalitas Residual ... 66
Gambar 4.2. Uji Heterokedastisitas ... 69
vi
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Pada Saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)
Nama : Donita Nababan
Nomor Induk Mahasiswa : 110907063
Program studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Onan Marakali S.Sos, M.Si
Latar belakang dilakukannya penelitian ini, adalah karena kondisi ekonomi yang tidak stabil yang menyebabkan fluktuasi kinerja keuangan beberapa perusahaan dan adanya inkonsistensi beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Diharapkan temuan penelitian dapat memberikan informasi bagi para investor dan kontribusi bagi pengembangan studi mengenai struktur modal, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2008 sampai dengan 2014 yaitu sebanyak 97 perusahaan. Dalam penelitian ini diperoleh 11 sampel perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penetapan sampel menggunakan kriteria tertentu. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari Indonesia Stock Exchange dan Indonesia Stock Exchange Statistic dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2008-2014 secara parsial struktur modal berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (t hitung= 0,214; sig.= 0,831). Variabel kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ( t hitung= 4,694; sig.= 0,000). Sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa besarnya kemampuan prediksi dari kedua variabel independen (struktur modal dan kebijakan dividen) terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 25,5 %, sisanya sebesar 74,5 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian atau persamaan regresi.
vii
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF CAPITAL STRUCTURE AND DIVIDEND POLICY TO FIRM VALUE
(Study on The LQ 45 Stocks in Indonesia Stock Exchange Period 2008-2014)
Name : Donita Nababan
Student Identification Number : 110907063
Program of Study : Science of Business Administration
Faculty : Social Science and Political Science
Supervisor : Onan Marakali, S. Sos, M.Si
The background of this research is the instability of economic condition which motivate the fluctuations in the financial performance of some firms and existing research in former have inconsistens. This research aims to examine and analyzinginfluence of capital structureand dividend policy on the firm value. It is expected the results of the research able to give information to investors and contribution for study development about the capital structure, dividend policy and firm value.
Population of this research is listed company on the index LQ 45 at the Indonesia Stock Exchange in the period 2008 to 2014 as many as 97 companies. In this research obtained 11 samples LQ 45 firms in Indonesia Stock Exchange, where the method used was purposive sampling is the determination of the sample using the criteria specific. The types of data used in this research is secondary data in the form of financial statements obtained from the Indonesia Stock Exchange and Indonesia Stock Exchange Statistic from period 2008 to 2014. Exchange Analysis technique used is multiple regression analysis.
The results showed that during the period 2008-2014 is partially capital structure has positive but insignificant affects the firm value (t count = 0,214; sig.= 0,831). The dividend policyinfluence positive and significant affects the firm value (t count =4,694; sig.= 0,000).Result of analisys show that predictive ability of the two independent variables (capital structure and dividend policy) significant effected the firm value simultaneously, with the sum of the effect was 25,5% while the remaining 74,5% are influenced by other factors outside of research or out of the regression equation.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan era teknologi dan informasi yang
semakin mutakhir, pasar modal telah menjadi indikator dan memberikan
kontribusi terhadap kemajuan perekonomian suatu negara. Pertumbuhan
investasi yang berkembang dengan sangat cepat tentu saja akan
memberikan dampak secara makro maupun mikro bagi perusahaan. Hal ini
disebabkan dengan semakin banyaknya perluasan bisnis yang bisa
dimanfaatkan dengan sumber pendanaan yang cukup besar dari pasar
modal.
Secara normatif, tujuan perusahaan jangka panjang adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan melalui kemakmuran atau kepuasan
pemegang saham yang dapat dicapai dengan menentukan struktur modal
dan kebijakan dividen yang tepat. Pada umumnya, untuk meningkatkan
nilai perusahaan manajer keuangan akan melakukan berbagai keputusan,
diantaranya adalah keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Nilai
perusahaan yang optimal dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi
manajemen keuangan yang baik, dimana satu keputusan keuangan yang
diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak
Struktur modal merupakan salah satu topik yang paling kompleks
dalam pengambilan keputusan keuangan karena baik buruknya struktur
modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi keuangan
perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Kesalahan dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak
yang luas terutama dengan besarnya hubungan struktur aktiva, karena
beban tetap yang harus ditanggung oleh perusahaan semakin besar yang
akan menambah risiko tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran
perusahaan. Dalam suatu aktivitas bisnis, menentukan struktur modal yang
tepat merupakan tantangan bagi para eksekutif perusahaan, karena dengan
keputusan tersebut perusahaan akan memperoleh dana dengan biaya modal
yang minimal dengan hasil yang maksimal, khususnya dalam menciptakan
nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan meningkat, jika perusahaan
menggunakan utang karena perusahaan memiliki tax deductible atau
adanya tax shield (Suteja & Manihuruk, 2009). Nilai perusahaan yang
tercermin dari harga sahamnya diindikasikan dengan Price Book Value
(PBV), dimana price book value yang tinggi menandakan adanya prospek
perusahaan ke depannya sehingga kepercayaan investor meningkat pada
perusahaan.
Sedangkan kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan
dalam keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen sangat penting
karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham,
struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan perkataan
perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat dicerminkan dari kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen, semakin tinggi dividen yang
dibayarkan akan berdampak pada harga saham yang tinggi dan pada
akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya,
perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk
membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Oleh karena itu,
perusahaan harus dapat mempertimbangkan seberapa besar laba yang akan
ditahan untuk mengembangkan perusahaan, dan laporan keuangan
digunakan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh investor
sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi di pasar modal yang diperdagangkan. Jika nilai suatu perusahaan
dapat diproksikan dengan harga saham maka memaksimumkan nilai pasar
perusahaan sama dengan memaksimumkan harga pasar saham dan
besarnya dividen yang dibayarkan juga dapat mempengaruhi harga saham.
Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi
sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang
dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Hal
inilah yang merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam
menentukan dividend payout ratio.
Penelitian akan dilakukan pada perusahaan-perusahaan go public
yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia dan masuk dalam
penghitungan indeks LQ 45, selama periode 2008 sampai dengan 2014.
LQ 45 sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa
saham-saham perusahaan tersebut umumnya memiliki kepastian akan return dan
memiliki kinerja pasar dan fundamental perusahaan yang baik (blue chips
stocks). Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih
melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari
saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Apabila ada
saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham
yang lain yang memenuhi syarat. Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai
pelengkap IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan khususnya
menyediakan sarana yang objektif dan terpercaya bagi analisis keuangan,
manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam
memonitor pergerakan dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.
Menurut Jogiyanto (dalam Hernendiastoro, 2005:8) bahwa pasar
modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis
(thin market), yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang
aktif diperdagangkan, maka IHSG yang mencakup semua saham yang
tercatat (sebagian besar kurang aktif diperdagangkan) dianggap kurang
tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal selain itu indeks LQ 45
memiliki tingkat kesalahan prediksi yang lebih kecil dibandingkan IHSG.
Saham-saham perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45
dipandang dapat merefleksikan pergerakkan harga saham yang paling aktif
diperdagangkan dan juga mempengaruhi keadaan pasar, terdiri dari
saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi serta memiliki
itu perusahaan yang masuk dalam perhitungan LQ 45 terdiri dari berbagai
perusahaan yang bergerak diberbagai sektor, sehingga diharapkan dapat
mewakili perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan telah
menjadi subjek perdebatan yang berpusat pada apakah ada struktur modal
yang optimal untuk suatu perusahaan atau apakah proporsi utang yang
digunakan tidak relevan untuk menentukan nilai suatu perusahaan.
Sedangkan dalam penetapan kebijakan dividen masih banyak terdapat
kontradiksi tentang perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang
tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh dalam hal pengambilan
keputusan kebijakan dividen. Dengan memperhatikan pergerakan harga
saham perusahaan-perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks LQ
45 selama periode 2008-2014, peneliti berinisiatif meneliti bagaimana
pengaruh pengambilan keputusan struktur modal dan kebijakan deviden
terhadap nilai perusahaan yang terefleksi pada harga saham sehingga dapat
memberikan gambaran tentang prospek perusahaan yang berpengaruh
terhadap pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasi.
Karena investor yang rasional, pengambilan keputusan investasinya
didasarkan pada penilaian return maupun risiko yang terkandung dalam
alternatif investasi.
Fluktuasi harga saham di pasar modal merupakan tanda ataupun
cerminan ketidakpastian kondisi pasar, yang nantinya baik secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pertimbangan investor
pasar modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan
berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Krisis
ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 berdampak terhadap pasar
modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham
hingga 40-60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November
2008), yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang
membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan diikuti investor domestik
yang ramai-ramai menjual sahamnya.
Tabel 1.1
Rata-Rata Nilai Perusahaan Dihitung dengan Tobin’s Q Code
AALI ANTM ASII INCO INTP KLBF LSIP PTBA SMGR TINS TLKM UNVR Tahun
2007 9.502 4.868 3.409 6.115 4.368 3.740 5.158 8.327 5.166 4.369 3.994 3.324
2008 3.275 2.272 2.168 1.573 2.795 1.977 2.299 3.986 3.612 2.328 3.061 2.374
2009 5.933 3.333 3.079 3.275 5.042 3.232 3.756 6.253 4.679 3.428 3.443 3.470
2010 5.895 3.165 3.487 3.713 5.022 5.568 4.520 7.373 4.869 3.693 3.026 3.711
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang
dihitung dengan Tobin’s Q dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010
menunjukkan perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan
menunjukkan fluktuasi naik turun di tiap tahun yang berbeda dan
menunjukkan gejala yang sama di semua perusahaan sampel. Dari data
yang ditunjukkan terjadi fenomena penurunan nilai perusahaan selama
tahun 2008 pada seluruh perusahaan sampel. Oleh karena itu sangat
mengenai struktur modal dan kebijakan dividen secara tepat dengan
mempertimbangkan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan
keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya
dan berdampak pada nilai perusahaan.
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Saham-Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)”
1.2
Batasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yang
dapat mengaburkan penelitian maka peneliti memberi batasan masalah.
Adapun batasan masalah yang diteliti yaitu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh terkait struktur modal dan kebijakan dividen serta
dampaknya terhadap nilai perusahaan pada perusahaaan-perusahaan
dengan saham-saham yang termasuk dalam indeks LQ 45 yang terdaftar di
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut dan batasan masalah yang ditentukan
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimana struktur modal sebagai faktor fundamental berpengaruh
pada nilai perusahaan ?
2. Bagaimana keputusan kebijakan dividen berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan ?
3. Bagaimana analisis pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen
terhadap nilai perusahaan pada saham-saham LQ 45 di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2008-2014 ?
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian
bertujuan ini untuk :
1. Mengetahui pengaruh struktur modal sebagai faktor fundamental
terhadap nilai perusahaan.
2. Mengetahui pengaruh keputusan kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan.
3. Mengetahui pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap
nilai perusahaan pada saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk melatih
berpikir secara ilmiah dengan berdasar pada teori-teori dan disiplin
ilmu yang diperoleh di bangku kuliah khususnya lingkup administrasi
keuangan bisnis.
2. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, dapat menjadi
referensi dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya di masa
mendatang yang ingin mengkaji hal yang relevan, dan memberikan
kontribusi bagi pengembangan studi tentang administrasi keuangan
bisnis, terutama pada struktur modal, kebijakan dividen dan nilai
perusahaan.
3. Bagi investor dan masyarakat, dapat memberikan bahan pertimbangan
ataupun referensi bagi investor dalam menilai kinerja perusahaan
sehingga membantu dalam pengambilan keputusan investasi di pasar
modal, serta melihat efektivitas investasi yang dilakukan agar
10
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar,
berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang
merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan
secara riil. Dikatakan secara riil karena terbentuknya harga di pasar
merupakan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga yang secara riil
terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal antara para penjual
(emiten) dan para investor (Harmono, 2009:50).
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan
yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham
(Weston dan Bringham, 2004:5). Nilai perusahaan yang tinggi menjadi
keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi
menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan
pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari
saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan
(financing), dan manajemen asset. Investor dalam melakukan keputusan
investasi di pasar modal memerlukan informasi tentang penilaian saham.
Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai
buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic
Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik
merupakan nilai sebenarnya dari saham.
Martono dan Harjito (2005:3) mengatakan bahwa nilai perusahaan
dapat mencerminkan nilai asset yang dimiliki perusahaan seperti
surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat-surat berharga yang
dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi rendahnya harga saham banyak
dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi
harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen.
Menurut Keown (2010) nilai perusahaan merupakan nilai pasar
atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan
yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja
perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai pasar dimana nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
optimalapabila harga saham perusahaan meningkat. Harga pasar berfungsi
sebagai barometer kinerja bisnis, harga tersebut menunjukkan seberapa
baiknya kinerja manajemen sejauh ini atas nama para pemegang
sahamnya.
Dalam menentukan nilai perusahaan digunakan rasio Price Book
Value (PBV). Nilai perusahaan dikonfirmasikan melalui price book value
kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV mengukur nilai
yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan
Houston, 2011:430). Rasio PBV merupakan perbandingan antara nilai
saham menurut pasar dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Rasio PBV
menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif
terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.Secara sederhana menyatakan
bahwa price book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang
digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai
bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut (Warsono,
2003: 39)
PBV = Ps BVS
Ps (price per share) merupakan harga pasar saham dan BVS (book
value per share) merupakan nilai buku per lembar saham. BVS digunakan
untuk mengukur nilai ekuitas atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS
dihitung dengan cara membagi total ekuitas dengan jumlah saham yang
beredar.
2.2Struktur Modal
Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal
pinjaman yang terdiri dari utang jangka pendek yang bersifat permanen,
utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari saham biasa
dan saham preferen. Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana
dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dan modal
sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal suatu investasi
perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan struktur
modal optimal untuk menunjang kegiatan investasi perusahaan. Keputusan
pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh pada penilaian perusahaan
yang terefleksi pada harga saham. Oleh karena itu, salah satu tugas
manajer keuangan adalah menentukan kebijakan pendanaan yang dapat
memaksimalkan harga saham yang merupakan cerminan dari suatu nilai
perusahaan.
Menurut Warsono (2003: 235) struktur modal menjelaskan tentang
keputusan pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara utang
dan ekuitas, yang bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat
mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang
dipilih yaitu bagaimana kombinasi optimal antara pendanaan utang dan
modal sendiri (ekuitas). Struktur modal yang optimal yaitu struktur modal
yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian
sehingga memaksimalkan harga saham.
Menurut Modigliani dan Miller (dalam Warsono, 2003:249)
mengenai teori struktur modal, menjelaskan bahwa perusahaan dengan
utang akan memberikan manfaat karena bunga utang dapat mengurangi
keuntungan kena pajak, sehingga pajak yang dibayarkan perusahaan
menjadi lebih kecil (tax deductible). Sedangkan dalam Brigham dan
struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan
keuntungan penggunaan utang dengan biaya kebangkrutan dari utang
perusahaan. Dalam struktur modal Trade off theory secara teoritis
menyeimbangkan keuntungan pajak dari peminjaman untuk menutup
biaya-biaya kesulitan keuangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Myers
(dalamUtomo dan Djumahir, 2011:375), pecking order theory didasarkan
pada masalah-masalah informasi asimetris. Perusahaan-perusahaan akan
lebih menyukai pendanaan internal untuk membiayai investasi. Jika akan
menggunakan pendanaan eksternal, maka akan dipilih utang terlebih
dahulu daripada ekuitas. Model ini menjelaskan bahwa banyak perusahaan
memiliki kecenderungan untuk tidak mengeluarkan saham dan cenderung
memegang cadangan kas yang besar. Struktur modal merupakan
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Menurut
Martono (2005:35), struktur modal merupakan perbandingan atau imbalan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh
perbandingan struktur aktiva jangka panjang terhadap modal sendiri.
Pendanaan dalam arti luas meliputi semua aktivitas perusahaan yang
berkaitan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh
perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien
mungkin. Untuk memperoleh modal tersebut, perusahaan harus
membayar biaya. Biaya tersebut bisa bersifat eksplisit maupun implisit.
Bagi dana yang berasal dari hubungan struktur aktiva maka biaya
modalnya mudah diidentifikasikan, yaitu biaya bunga. Sedangkan bagi
berbentuk keuntungan yang disyaratkan. Salah satu tugas manajer
keuangan adalah menentukan struktur modal yang tepat, yaitu biaya modal
(cost of capital) minimal yang dapat menghasilkan tingkat return on equity
yang tinggi.
Menurut Warsono (2003: 236-237), faktor-faktor penentu struktur
modal antara lain : stabilitas penjualan atau ukuran perusahaan, resiko
bisnis yang dihadapi perusahaan, tingkat pertumbuhan, struktur aktiva,
profitabilitas, pajak, leverage operasi, pengendalian, sikap manajemen,
sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, keadaan pasar
modal, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan dan
konservatisme atau agresivisme manajerial yang dapat mempengaruhi
manajer dalam menentukan struktur modal sasaran.
Menurut Van Horne (dalam Harmono 2009:137-138), asumsi yang
dibutuhkan untuk menganalisis teori struktur modal adalah sebagai
berikut:
1. Tidak ada pajak pendapatan, dan asumsi ini pada akhirnya dalam
aplikasi yang diabaikan.
2. Perubahan rasio utang terhadap modal disebabkan oleh penerbitan
surat utang yang digunakan untuk membeli saham, dan sebaliknya
menerbitkan saham untuk membayar utang, dan tidak ada biaya
transaksi.
3. Perusahaan menetapkan kebijakan deviden sebesar 100% dari laba
4. Tingkat subjektivitas probabilitas prediksi para investor di pasar
terhadap tingkat laba operasi perusahaan yang akan datang adalah
sama.
5. Tingkat laba operasi perusahaan diprediksi konstan. Nilai distribusi
probabilitas laba operasi prediksi selama periode yang akan datang
sama dengan nilai laba operasi sekarang.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah
hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur
modal diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang)
terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara
matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003: 239) :
DER= Total Hutang Total Ekuitas
Total hutang merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek
maupun jangka panjang) sedangkan total ekuitas merupakan total modal
sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang
dimiliki perusahaan. Apabila total hutang semakin besar, baik jangka
pendek maupun jangka panjang dibandingkan dengan total modal sendiri
akan mengakibatkan beban yang ditanggung perusahaan akan semakin
Dalam buku Sjahrial (2009:179-207), teori struktur modal terbagi
menjadi 2 (dua ) kelompok besar yaitu :
1. Teori Struktur Modal Tradisional yang dikembangkan oleh David
Durand pada tahun 1952 terdiri dari :
a. Pendekatan laba bersih (Net Income Approach)
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor
mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat
kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan
jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang yang konstan pula.
Karena kapitalisasi dan biaya utang konstan maka semakin besar
jumlah utang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata
tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan utang yang
semakin besar.
b. Pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income Approach=
NOI Approach)
Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang
konstan berapapun tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan.
Pertama, diasumsikan bahwa biaya utang konstan seperti dalam
pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan utang yang semakin
besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan resiko
perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan
oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat
rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan
struktur modal menjadi tidak penting.
c. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)
Pendekatan ini paling banyak dianut oleh para praktisi dan para
akademisi. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa suatu laverage
tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga
baik tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang relatif konstan.
Namun demikian setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya
utang dan biaya modal sendiri meningkat.
Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan
bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena
penggunaan utang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal
rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage
tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan
mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan
utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan
tradisional, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap
perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat
nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang
2. Teori Struktur Modal Modern bermula pada tahun 1958 ketika
Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller,
mempublikasikan apa yang disebut sebagai artikel keuangan yang
paling berpengaruh yang pernah ditulis 1
a. Model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak
, yang terdiri dari :
Dengan asumsi yang berlaku pada kondisi tanpa dan dengan pajak,
yaitu :
1) Resiko bisnis perusahaan diukur dengan � EBIT (Standard
Deviation Earning Before Interst and Taxes = Deviasi Standar
Laba Sebelum Bunga dan Pajak)
2) Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT
perusahaan di masa mendatang.
3) Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang
sempurna. Adapun kriteria pasar modal yang efisien adalah :
a) Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric
information) dan dapat diperoleh tanpa biaya.
b) Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional.
c) Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara
sempurna.
d) Tidak ada pajak penghasilan perseorangan maupun pajak
penghasilan perusahaan.
e) Investor baik perseorangan maupun perusahaan/institusi
dapat meminjam dengan tingkatan bunga yang sama seperti
1
halnya perusahaan sebesar tingkat bunga bebas resiko.
Utang adalah tanpa resiko sehingga suku bunga utang
adalah suku bunga bebas resiko.
4) Seluruh aliran kas adalah perpuitas (sama jumlahnya setiap
periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain
pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
Terdapat tiga preposisi yaitu :
Preposisi 1 : Nilai setiap perusahaan tidak lain merupakan
kapitalisasi laba operasi bersih yang diharapkan atau
expected net operating income (NOI=EBIT) dengan
tingkat kapitalisasi konstan yang sesuai dengan
tingkat resiko perusahaan.
Preposisi 2 : Biaya modal sendiri perusahaan yang memiliki
leverage adalah sama dengan biaya modal sendiri
perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah
dengan premi resiko.
Preposisi 3 : Perusahaan seharusnya melakukan investasi proyek
baru sepanjang nilai perusahaaan meningkat paling
tidak sebesar biaya investasi.
b. Model Modigliani-Miller (MM) dengan pajak
Terdapat dua preposisi yaitu :
Preposisi 1 : Nilai perusahaan yang sama sekali tidak
menggunakan hutang sama dengan nilai modal
Preposisi 2 : Perusahaan seharusnya menggunakan hampir 100%
hutang.
c. Model Miller
Teori lain selain MM yang membahas struktur modal adalah teori
yang diajukan oleh Miller. Teori Miller menyajikan teori struktur
modal yang meliputi pajak untuk penghasilan pribadi. Pajak untuk
penghasilan pribadi itu adalah pajak penghasilan saham dan pajak
penghasilan dari obligasi.
Kesimpulan dari model Miller adalah :
1) Jika tidak ada pajak menurut Miller nilai perusahaan yang tidak
menggunakan hutang sama dengan nilai perusahaan yang
menggunakan hutang. (VL = Vu)
2) Jika tidak ada pajak pribadi, maka menurut Miller nilai
perusahaan tidak menggunakan hutang sama dengan nilai
perusahaan yang tidak menggunakan hutang ditambah dengan
besarnya pajak dari hutang perusahaan.
3) Keuntungan dari penggunaan hutang pada model Miller
tergantung pada : pajak perusahaan, pajak pribadi pada
penghasilan saham dan obligasi serta hutang.
d. Model Financial distress and Agency Costs
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami
kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan
mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan
aktiva di bawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya
aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual dan sebagainya.
Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena
perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara
pemilik perusahaan dan kreditor.
e. Model Trade Off (Model gabungan antara Model
Modigliani-Miller, Model Modigliani-Miller, dan Financial Distress and Agency Costs)
Salah satu kelebihan dari model ini adalah didukung oleh beberapa
studi empiris. Sebagai contoh, perusahaan yang memiliki aktiva
berwujud cukup besar cenderung untuk menggunakan utang dalam
proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki aktiva tak berwujud dalam jumlah besar meskipun
memiliki kesempatan untuk tumbuh lebih baik. Dalam praktiknya,
rasio utang dalam struktur modal sangat bervariasi dari satu
perusahaan dengan perusahaan lain. Bagi perusahaan lebih baik
menggunakan utang secara konsisten, sesuai dengan rata-rata
industri yang memiliki tingkat resiko yang setara.
f. Teori Informasi tidak Simetris (Asymmetric Information Theory)
Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard University
mengajukan teori tentang informasi yang tidak simetris.
Asymmetric information adalah kondisi dimana satu pihak
memiliki lebih banyak informasi dibandingkan pihak lain. Karena
asymmetrict information, manajemen perusahaan ingin
stockholder), bukan pemegang saham baru. Karena adanya
asymmetric information, Gordon Donaldson menyimpulkan bahwa
perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan : 1)
laba ditahan dan laba depresiasi, 2) utang, 3) penjualan saham
baru.
2.3Kebijakan Dividen
Perusahaan akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada
waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari
laba yang ditahan dan laba yang akan dibagikan. Pada tahap selanjutnya
laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Dari seluruh laba yang
diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa
dividen. Hanafi (2004:361) menyatakan pemegang saham menerima
kompenisasi berupa dividen, di samping capital gains. Mengenai
penentuan besarnya dividen untuk dibagikan kepada para pemegang
saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan ditentukan dalam rapat
umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung
kepada kebijakan pemimpin.
Van Horne dan Wachowicz (2007:496) menyatakan kebijakan
dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan
perusahaan. Kebijakan dividen pada hakekatnya adalah menentukan
berapa keuntungan yang akan diperoleh perusahaan yang akan dibagikan
laba yang akan ditahan di dalam perusahaan sebagai unsur pembelanjaan
internal perusahaan.
Kebijakan dividen mempunyai arti yang penting bagi perusahaan karena :
1. Kebijakan keuangan ini berpengaruh terhadap sikap para investor.
Pemotongan dividen dapat dianggap negatif oleh para investor, karena
pemotongan seperti ini sering dikaitkan dengan kesulitan keuangan
yang dihadapi perusahaan.
2. Kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan dan
anggaran modal perusahaan.
3. Kebijakan keuangan ini dapat mempengaruhi arus kas perusahaan.
Perusahaan dengan likuiditas buruk dapat dipaksa untuk membatasi
pembayaran dividennya.
4. Kebijakan keuangan ini menurunkan nilai ekuitas pemegang saham
biasa karena besarnya dividen ditentukan oleh besarnya laba ditahan.
Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran
dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen. Rasio
pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber
pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang
dialokasikan untuk pembayaran dividen. Laba ditahan (retained earning)
merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan
aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “equity
investors”. Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan
didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam
perusahaan.
Dalam penentuan kebijakan dividen ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kebijakan deviden suatu perusahaan antara lain :
1. Posisi likuiditas perusahaan, dimana semakin kuat posisi likuiditas
perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.
2. Kebutuhan dana untuk membayar utang, apabila sebagian besar laba
digunakan untuk membayar utang maka sisanya yang digunakan untuk
membayar dividen makin kecil.
3. Rencana perluasan usaha, makin besar perluasan usaha perusahaan,
makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.
4. Pengawasan terhadap perusahaan, kebijakan pembiayaan untuk
ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber internal antara lain laba.
Pertimbangannya apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini
akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham dominan.
Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.
5. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, semakin stabil keuntungan
yang diperoleh perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen. Apabila keuntungan perusahaan
berfluktuasi, maka resiko terjadinya kebangkrutan semakin besar.
6. Biaya transaksi dan kebutuhan pemodal, dalam memenuhi kebutuhan
likuiditasnya para investor terkadang mengharapkan dari hasil
ini jika perusahaan secara tiba-tiba memperkecil dividennya, para
investor dapat mengalami kesulitan pendanaan.
Dalam hal pembagian dividen, dalam Sjahrial (2009:306), ada tiga
kelompok pendapat mengenai kebijakan dividen, yaitu :
1. Kelompok satu, yang biasa disebut kelompok kanan yang mengatakan
bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesar-besarnya.
2. Kelompok kedua, yang biasa disebut kelompok tengah (middle of
roaders, Brealey and Myers, 1991:376) yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen adalah tidak relevan. Artinya apakah perusahaan
akan membagikan dividen yang besar atau kecil, akibatnya bagi
kemakmuran pemegang saham (pemilik perusahaan) sama saja.
3. Kelompok ketiga, yang biasa disebut kelompok kiri yang mengatakan
bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sekecil-kecilnya.
Kalau perlu tidak usah membagikan dividen.
Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan
yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan
dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak
pertama para pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri.
Kesadaran atas tanggapan pasar terhadap kebijakan tertentu sangat
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen dan
asumsi-asumsi yang mendasarinya dalam Sjahrial (2009:311-314) antara
lain :
1. Teori “Dividen Tidak Relevan” dari Modigliani dan Miller
Perusahaan lebih suka menggunakan laba yang ditahan daripada
menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak cukup
besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru. Semakin
besar terget laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan
menerbitkan saham baru, karena biaya modal sendiri ditentukan oleh
besar-kecilnya laba ditahan. Beberapa ahli menentang pendapat
Modigliani dan Miller mengenai dividen tidak relevan dengan
menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk membuktikan teorinya,
Modigliani dan Miller mengemukakan berbagai asumsi sebagai
berikut:
a. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan
b. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi
c. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap
dividend payout ratio
d. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang
kesempatan investasi di masa yang akan datang
e. Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak
berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
2. Teori “The Bird In The Hand”
Gordon dan Lintner, menyatakan bahwa biaya modal sendiri
perusahaan akan naik jika DPR (dividend payout ratio) rendah karena
investor lebih suka menerima dividen dibandingkan capital gain sebab
dividend yield lebih pasti. Menurut Modigliani dan Miller pendapat
Gordon dan Lintner merupakan sebuah kesalahan, karena akhirnya
investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada
perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang
hampir sama.
3. Teori Perbedaan Pajak (Tax preference theory)
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy, dimana ada
kecenderungan para investor lebih menyukai capital gains
dibandingkan dividen karena dapat menunda pembayaran pajak. Jika
capital gains dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak
atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi
lebih menarik.Tetapi sebaliknya jika capital gains dikenai pajak yang
sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain
menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas dividen karena pajak
atas capital gains baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak
atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen .
4. Teori “Signaling Hypothesis”
Bukti empiris menyebutkan jika ada kenaikan dividen maka sering
diikuti dengan kenaikan harga saham, demikian pula sebaliknya.
suatu “signal (tanda)” kepada para investor bahwa manajemen
perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa
mendatang. Sebaliknya penurunan dividen atau kenaikan dividen di
bawah normal (biasanya) diyakini investor sebagai pertanda (signal)
bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang.
Signalling theory menyatakan bahwa manajer yang memiliki informasi
yang lebih baik tentang perusahaan berupaya menyampaikan informasi
tersebut kepada calon investor. Adanya masalah asimetri informasi
menyebabkan calon investor tidak percaya begitu saja terhadap
informasi tersebut. Salah satu cara yang dilakukan oleh manajer untuk
meyakinkan calon investor adalah dengan memberikan signal. Signal
tersebut menjadi sarana bagi investor untuk membedakan kinerja
perusahaan. investor akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada
perusahaan yang memiliki utang yang lebih besar.
5. Teori “Clientele Effect”
Kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat
ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio (DPR) yang tinggi.
Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu
membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan
sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi
individu (misalnya orang lanjut usia dikenakan pajak lebih ringan)
jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Akan tetapi kelompok
pemegang saham yang dikenakan pajak tinggi lebih menyukai capital
gains demikian pula sebaliknya.
2.4Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan dan
referensi dalam penulisan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian
terdahulu yang relevan antara lain :
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Peneliti Universitas Judul Metode
Profitabilitas
dengan teknik analisis path analysis. board size, board intensity
Yuliani, Serta peran resiko bisnis sebagai
bersifat full mediation.
1. Penelitian tentang faktor-faktor fundamental, nilai kapitalisasi pasar dan
return saham pada perusahaan manufaktur di BEI yang dilakukan Asbi
Rachman Faried (2008) mulai kurun waktu 2002-2006. Dengan teknik
analisis data menggunakan regresi linear berganda dan teknik penetapan
sampel dengan purposive sampling dan menetapkan 49 perusahaan
sebagai sampel. Berdasarkan hasil penelitian secara simultan variabel
bebas berpengaruh terhadap return saham dengan nilai signifikansi F
Price to Book Value (PBV) dan nilai kapitalisasi pasar yang berpengaruh
signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI tahun
2002-2006 karena signifikansi kurang dari 5 % yaitu berturut-turut sebesar
1,2 % , 2,6 %, 0,8 % .Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kinerja faktor
fundamental yang diukur dengan Return on Asset (ROA), Price to Book
Value (PBV) dan kapitalisasi pasar digunakan oleh investor untuk
memprediksi return saham perusahaan Manufaktur di BEI pada periode
2002-2006.
2. Penelitian yang dilakukan Dewa Kadek Oka Kusumajaya pada tahun 2011
menunjukkan hasil penelitian bahwa: struktur modal berpengaruh positif
dan signifikan terhadap profitabilitas, pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, struktur modal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Metode penentuan sampel dengan metode purposive
sampling, yang menghasilkan 27 perusahaan manufaktur. Data penelitian
merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dengan teknik
analisis jalur (path analysis).
3. Penelitian yang dilakukan Rika Susanti (2010) menggunakan uji Ordinary
Least Square (OLS) terhadap Tobins’Q dan sampel yang digunakan
adalah perusahaan non keuangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2005
hubungan positif dan signifikan antara variabel board size, board
intensity(mettings), board independence, profitabilitas, dan investment
opportunity terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga ditemukan variabel
struktur kepemilikan dan dividen memiliki hubungan positif dan tidak
signifikan dengan nilai perusahaan, namun terdapat hubungan negativ
antara nilai perusahaan dengan variabel cash dan finance risk, yang berarti
bahwa semakin kecil kepemilikan kas dan risiko perusahaan dalam
perusahaan yang kecil akan mengakibatkan naiknya profitabilitas dan
nilai perusahaan.
4. Penelitian yang dilakukan Sri Rahayu (2010) dengan judul Pengaruh
Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai
Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta) menunjukkan hasil penelitian dengan analisis regresi linear
bahwa ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan (t hitung = 0,1362 ; Sig. = 0,177). Sedangkan analisis variabel
moderating dengan metode MRA menunjukkan bahwa pengungkapan
CSR tidak mampu memoderasi hubungan antara ROE terhadap nilai
perusahaan (t hitung = 0,192 ; Sig. = 0,848). Kepemilikan manajerial juga
bukan merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi
hubungan antara ROE dan nilai perusahaan walaupun menunjukkan
pengaruh yang signifikan dengan hubungan terbalik (t hitung = -2,433 ;
5. Penelitian yang dilakukan Yuliani, Isnurhadi dan Samadi W. Bakar (2013)
melakukan observasi pada tahun 2009-2011 pada 18 perusahaan yang
terdaftar di Indonesian Stock Excange (IDX) dengan teknik anlisis data
berua analisis jalur (Path Analysis) berjenis explanatory research.
Keputusan investasi memberikan kontribusi terhadap peningkatan
terhadap nilai perusahaan. sedangkan keputusan pendanaan dan kebijakan
deviden malah sebaliknya. Serta peran resiko bisnis sebagai variabel
mediasi memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan. Peran resiko
bisnis sebagai mediasi pengaruh keputusan pendanaan terhadap niali
perusahaan bersifat full mediation.
2.5Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian dan hasil penelitian
empiris yang telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya serta
permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesis. Berikut disajikan kerangka pemikiran yang
dituangkan dalam model penelitian. Kerangka pemikiran tersebut,
menunjukkan pengaruh variabel independen yaitu struktur modal dan
kebijakan dividen baik secara parsial maupun simultan terhadap variabel
dependen yaitu nilai perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia periode
2.5.1 Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Nilai Perusahaan
Struktur modal merupakan kajian yang penting dalam manajemen
keuangan karena akan mempunyai konsekuensi tertentu terhadap
pengembalian dan resiko keuangan yang harus ditanggung oleh
perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage berarti bahwa tingkat
ketidakpastian dari return yang diperoleh akan semakin tinggi, tetapi pada
saat yang sama hal tersebut juga dapat memperbesar return yang diperoleh.
Dengan dilema ini maka perlu diusahakan suatu bauran pembelanjaan
yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan dengan resiko yang dapat
diterima.
Ada beberapa teori tentang struktur modal yang dapat dijadikan
referensi dalam membantu pengambilan keputusan penelitian, yaitu teori
struktur modal tradisional yang dikembangkan oleh David Durand
(Sjahrial, 2009: 179-182) yang terdiri dari : Pertama, pendekatan laba
bersih (net income) yang menyatakan jika leverage meningkat, maka nilai
total perusahaan akan meningkat dan biaya modal keseluruhan menurun.
Kedua, pendekatan laba operasi bersih yang menyatakan jika leverage
keuangan meningkat maka nilai per lembar saham dan tingkat kapitalisasi
ekuitas perusahaan akan meningkat. Dalam pendekatan laba bersih dan
laba operasi bersih mempunyai kelemahan yakni tidak memperhatikan
resiko dan tidak ada struktur modal yang optimal. Ketiga, pendekatan
tradisional menyatakan jika leverage keuangan meningkat, maka nilai
tersebut, dengan meningkatnya leverage, justru akan menurunkan nilai
perusahaan total.
Kemudian teori struktur modal modern yang dikembangkan oleh
Mogdigliani dan Miller (Sadalia, 2010:132-139), yaitu pertama
pendekatan Modigliani-Miller menyatakan bahwa antara perusahaan yang
menggunakan leverage dan tidak, pada akhirnya akan mempunyai nilai
yang sama karena adanya proses arbitrasi. Arbitrasi adalah proses
penjualan aktiva (saham) yang dinilai terlalu tinggi dan pembelian aktiva
yang dinilai terlalu rendah agar supaya terjadi keseimbangan dimana
semua aktiva dinilai wajar.Teori trade-off adalah teori yang menjelaskan
bahwa struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan
manfaat dari pendanaan dengan hutang dengan suku bunga dan
kebangkrutan yang lebih tinggi. Trade-off theory menjelaskan bahwa jika
posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap
penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya,
setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap
penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu,
dengan asumsi titik target struktur modal optimal belum tercapai, maka
berdasarkan trade-off theory yang didukung oleh beberapa studi empiris
memprediksi adanya hubungan antara struktur modal yang positif terhadap
nilai perusahaan.
2.5.2 Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai Perusahaan
Keputusan dividen dalam perusahaan akan menghasilkan kebijakan
dividen yang merupakan salah satu keputusan yang penting karena dapat
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang tepat
dapat berimplikasi terhadap kekayaan para pemegang saham perusahaan.
Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen seperti teori dividen tidak
relevan dari Modigliani dan Miller (Keown, et al., 2010: 202) yang
menyatakan bahwa harga saham tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh
kebijakan dividen tetapi lebih pada informasi yang terkandung di dalam
perubahan dividen yang berkaitan dengan laba yang akan datang.
Kenaikan pembanyaran dividen dilihat sebagai signal bahwa perusahaan
memiliki prospek yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen
akan dilihat sebagai prospek perusahaan yang baru.
Sedangkan Gordon dan Lintner (Sadalia, 2010:158) menyatakan
bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout
Ratio rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibandingkan
capital gain sebab dividend yield lebih pasti. Kemudian teori yang
diajukan oleh Lizenberger menyatakan adanya kecenderungan para
investor lebih menyukai capital gains dibandingkan dividen karena dapat
menunda pembayaran pajak. Dan teori yang keempat yaitu teori Clientele
Effect dimana para pemegang saham yang berbeda memiliki preferensi
yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Walaupun teori-teori
tersebut saling bertentangan, akan tetapi pada umumnya bukti empiris
harga saham, demikian pula sebaliknya. Kenaikan pembayaran dividen
dianggap sebagai signal bahwa perusahaan memiliki prospek dan kinerja
yang baik. Dengan demikian hipotesis yang dapat dibangun adalah :
H2 : Diduga kebijakan dividen berpengaruh positif dengan Nilai
Perusahaan.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber : Peneliti, 2015. Struktur Modal
(DER) (X1)
Kebijakan Dividen (DPR) (X2)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berjenis
eksplanatoris karena menguji hubungan kausalitas antar variabel melalui
pengujian hipotesis. Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik (Sugiyono, 2011).
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang
dikaitkan dan mempunyai kejelasan unsur. Dengan pendekatan positivis
ini diperlukan data numerik yang dianalisis menggunakan statistik untuk
menguji sejumlah hipotesis.
3.2.Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan go public yang
terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia dan masuk dalam penghitungan