• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI - Analisis Pengaruh Struktur Modal Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan(Studi Pada Saham-Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI - Analisis Pengaruh Struktur Modal Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan(Studi Pada Saham-Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil karena terbentuknya harga di pasar merupakan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal antara para penjual (emiten) dan para investor (Harmono, 2009:50).

(2)

Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.

Martono dan Harjito (2005:3) mengatakan bahwa nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai asset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen.

Menurut Keown (2010) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai pasar dimana nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara optimalapabila harga saham perusahaan meningkat. Harga pasar berfungsi sebagai barometer kinerja bisnis, harga tersebut menunjukkan seberapa baiknya kinerja manajemen sejauh ini atas nama para pemegang sahamnya.

(3)

kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan Houston, 2011:430). Rasio PBV merupakan perbandingan antara nilai saham menurut pasar dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Rasio PBV menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.Secara sederhana menyatakan bahwa price book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut (Warsono, 2003: 39)

PBV = Ps

BVS

Ps (price per share) merupakan harga pasar saham dan BVS (book value per share) merupakan nilai buku per lembar saham. BVS digunakan

untuk mengukur nilai ekuitas atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total ekuitas dengan jumlah saham yang beredar.

2.2Struktur Modal

(4)

dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal suatu investasi perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan struktur modal optimal untuk menunjang kegiatan investasi perusahaan. Keputusan pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh pada penilaian perusahaan yang terefleksi pada harga saham. Oleh karena itu, salah satu tugas manajer keuangan adalah menentukan kebijakan pendanaan yang dapat memaksimalkan harga saham yang merupakan cerminan dari suatu nilai perusahaan.

Menurut Warsono (2003: 235) struktur modal menjelaskan tentang keputusan pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara utang dan ekuitas, yang bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang dipilih yaitu bagaimana kombinasi optimal antara pendanaan utang dan modal sendiri (ekuitas). Struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimalkan harga saham.

(5)
(6)

berbentuk keuntungan yang disyaratkan. Salah satu tugas manajer keuangan adalah menentukan struktur modal yang tepat, yaitu biaya modal (cost of capital) minimal yang dapat menghasilkan tingkat return on equity yang tinggi.

Menurut Warsono (2003: 236-237), faktor-faktor penentu struktur modal antara lain : stabilitas penjualan atau ukuran perusahaan, resiko bisnis yang dihadapi perusahaan, tingkat pertumbuhan, struktur aktiva, profitabilitas, pajak, leverage operasi, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, keadaan pasar modal, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan dan konservatisme atau agresivisme manajerial yang dapat mempengaruhi manajer dalam menentukan struktur modal sasaran.

Menurut Van Horne (dalam Harmono 2009:137-138), asumsi yang dibutuhkan untuk menganalisis teori struktur modal adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada pajak pendapatan, dan asumsi ini pada akhirnya dalam aplikasi yang diabaikan.

2. Perubahan rasio utang terhadap modal disebabkan oleh penerbitan surat utang yang digunakan untuk membeli saham, dan sebaliknya menerbitkan saham untuk membayar utang, dan tidak ada biaya transaksi.

(7)

4. Tingkat subjektivitas probabilitas prediksi para investor di pasar terhadap tingkat laba operasi perusahaan yang akan datang adalah sama.

5. Tingkat laba operasi perusahaan diprediksi konstan. Nilai distribusi probabilitas laba operasi prediksi selama periode yang akan datang sama dengan nilai laba operasi sekarang.

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003: 239) :

DER= Total Hutang

Total Ekuitas

(8)

Dalam buku Sjahrial (2009:179-207), teori struktur modal terbagi menjadi 2 (dua ) kelompok besar yaitu :

1. Teori Struktur Modal Tradisional yang dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952 terdiri dari :

a. Pendekatan laba bersih (Net Income Approach)

Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang yang konstan pula. Karena kapitalisasi dan biaya utang konstan maka semakin besar jumlah utang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar.

b. Pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income Approach= NOI Approach)

(9)

rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.

c. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)

Pendekatan ini paling banyak dianut oleh para praktisi dan para akademisi. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa suatu laverage tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang relatif konstan. Namun demikian setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya modal sendiri meningkat.

(10)

2. Teori Struktur Modal Modern bermula pada tahun 1958 ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller, mempublikasikan apa yang disebut sebagai artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis 1

a. Model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak

, yang terdiri dari :

Dengan asumsi yang berlaku pada kondisi tanpa dan dengan pajak, yaitu :

1) Resiko bisnis perusahaan diukur dengan 𝜎𝜎 EBIT (Standard Deviation Earning Before Interst and Taxes = Deviasi Standar

Laba Sebelum Bunga dan Pajak)

2) Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.

3) Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna. Adapun kriteria pasar modal yang efisien adalah : a) Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric

information) dan dapat diperoleh tanpa biaya.

b) Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional. c) Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara

sempurna.

d) Tidak ada pajak penghasilan perseorangan maupun pajak penghasilan perusahaan.

e) Investor baik perseorangan maupun perusahaan/institusi dapat meminjam dengan tingkatan bunga yang sama seperti

1Franco Modigliani dan Merton H. Miller, “The Cost of Capital, Corporation Finance, and the

(11)

halnya perusahaan sebesar tingkat bunga bebas resiko. Utang adalah tanpa resiko sehingga suku bunga utang adalah suku bunga bebas resiko.

4) Seluruh aliran kas adalah perpuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama. Terdapat tiga preposisi yaitu :

Preposisi 1 : Nilai setiap perusahaan tidak lain merupakan kapitalisasi laba operasi bersih yang diharapkan atau expected net operating income (NOI=EBIT) dengan

tingkat kapitalisasi konstan yang sesuai dengan tingkat resiko perusahaan.

Preposisi 2 : Biaya modal sendiri perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan biaya modal sendiri perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah dengan premi resiko.

Preposisi 3 : Perusahaan seharusnya melakukan investasi proyek baru sepanjang nilai perusahaaan meningkat paling tidak sebesar biaya investasi.

b. Model Modigliani-Miller (MM) dengan pajak Terdapat dua preposisi yaitu :

(12)

Preposisi 2 : Perusahaan seharusnya menggunakan hampir 100% hutang.

c. Model Miller

Teori lain selain MM yang membahas struktur modal adalah teori yang diajukan oleh Miller. Teori Miller menyajikan teori struktur modal yang meliputi pajak untuk penghasilan pribadi. Pajak untuk penghasilan pribadi itu adalah pajak penghasilan saham dan pajak penghasilan dari obligasi.

Kesimpulan dari model Miller adalah :

1) Jika tidak ada pajak menurut Miller nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang sama dengan nilai perusahaan yang menggunakan hutang. (VL = Vu)

2) Jika tidak ada pajak pribadi, maka menurut Miller nilai perusahaan tidak menggunakan hutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang ditambah dengan besarnya pajak dari hutang perusahaan.

3) Keuntungan dari penggunaan hutang pada model Miller tergantung pada : pajak perusahaan, pajak pribadi pada penghasilan saham dan obligasi serta hutang.

d. Model Financial distress and Agency Costs

Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami

(13)

aktiva di bawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual dan sebagainya. Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena

perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan dan kreditor.

e. Model Trade Off (Model gabungan antara Model Modigliani-Miller, Model Modigliani-Miller, dan Financial Distress and Agency Costs) Salah satu kelebihan dari model ini adalah didukung oleh beberapa studi empiris. Sebagai contoh, perusahaan yang memiliki aktiva berwujud cukup besar cenderung untuk menggunakan utang dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tak berwujud dalam jumlah besar meskipun memiliki kesempatan untuk tumbuh lebih baik. Dalam praktiknya, rasio utang dalam struktur modal sangat bervariasi dari satu perusahaan dengan perusahaan lain. Bagi perusahaan lebih baik menggunakan utang secara konsisten, sesuai dengan rata-rata industri yang memiliki tingkat resiko yang setara.

f. Teori Informasi tidak Simetris (Asymmetric Information Theory) Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard University mengajukan teori tentang informasi yang tidak simetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana satu pihak

memiliki lebih banyak informasi dibandingkan pihak lain. Karena asymmetrict information, manajemen perusahaan ingin

(14)

stockholder), bukan pemegang saham baru. Karena adanya

asymmetric information, Gordon Donaldson menyimpulkan bahwa

perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan : 1) laba ditahan dan laba depresiasi, 2) utang, 3) penjualan saham baru.

2.3Kebijakan Dividen

Perusahaan akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan dan laba yang akan dibagikan. Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Hanafi (2004:361) menyatakan pemegang saham menerima kompenisasi berupa dividen, di samping capital gains. Mengenai penentuan besarnya dividen untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan ditentukan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin.

(15)

laba yang akan ditahan di dalam perusahaan sebagai unsur pembelanjaan internal perusahaan.

Kebijakan dividen mempunyai arti yang penting bagi perusahaan karena : 1. Kebijakan keuangan ini berpengaruh terhadap sikap para investor.

Pemotongan dividen dapat dianggap negatif oleh para investor, karena pemotongan seperti ini sering dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan.

2. Kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan.

3. Kebijakan keuangan ini dapat mempengaruhi arus kas perusahaan. Perusahaan dengan likuiditas buruk dapat dipaksa untuk membatasi pembayaran dividennya.

4. Kebijakan keuangan ini menurunkan nilai ekuitas pemegang saham biasa karena besarnya dividen ditentukan oleh besarnya laba ditahan.

(16)

kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan.

Dalam penentuan kebijakan dividen ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden suatu perusahaan antara lain :

1. Posisi likuiditas perusahaan, dimana semakin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.

2. Kebutuhan dana untuk membayar utang, apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.

3. Rencana perluasan usaha, makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.

4. Pengawasan terhadap perusahaan, kebijakan pembiayaan untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber internal antara lain laba. Pertimbangannya apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.

5. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, semakin stabil keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila keuntungan perusahaan berfluktuasi, maka resiko terjadinya kebangkrutan semakin besar.

(17)

ini jika perusahaan secara tiba-tiba memperkecil dividennya, para investor dapat mengalami kesulitan pendanaan.

Dalam hal pembagian dividen, dalam Sjahrial (2009:306), ada tiga kelompok pendapat mengenai kebijakan dividen, yaitu :

1. Kelompok satu, yang biasa disebut kelompok kanan yang mengatakan bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesar-besarnya. 2. Kelompok kedua, yang biasa disebut kelompok tengah (middle of

roaders, Brealey and Myers, 1991:376) yang menyatakan bahwa

kebijakan dividen adalah tidak relevan. Artinya apakah perusahaan akan membagikan dividen yang besar atau kecil, akibatnya bagi kemakmuran pemegang saham (pemilik perusahaan) sama saja.

3. Kelompok ketiga, yang biasa disebut kelompok kiri yang mengatakan bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sekecil-kecilnya. Kalau perlu tidak usah membagikan dividen.

(18)

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen dan asumsi-asumsi yang mendasarinya dalam Sjahrial (2009:311-314) antara lain :

1. Teori “Dividen Tidak Relevan” dari Modigliani dan Miller

Perusahaan lebih suka menggunakan laba yang ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru. Semakin besar terget laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerbitkan saham baru, karena biaya modal sendiri ditentukan oleh besar-kecilnya laba ditahan. Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller mengenai dividen tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut:

a. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan b. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi

c. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividend payout ratio

d. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang

(19)

2. Teori “The Bird In The Hand

Gordon dan Lintner, menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika DPR (dividend payout ratio) rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibandingkan capital gain sebab dividend yield lebih pasti. Menurut Modigliani dan Miller pendapat

Gordon dan Lintner merupakan sebuah kesalahan, karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.

3. Teori Perbedaan Pajak (Tax preference theory)

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy, dimana ada kecenderungan para investor lebih menyukai capital gains dibandingkan dividen karena dapat menunda pembayaran pajak. Jika capital gains dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak

atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik.Tetapi sebaliknya jika capital gains dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas dividen karena pajak atas capital gains baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen .

4. Teori “Signaling Hypothesis

(20)

suatu “signal (tanda)” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya penurunan dividen atau kenaikan dividen di bawah normal (biasanya) diyakini investor sebagai pertanda (signal) bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang. Signalling theory menyatakan bahwa manajer yang memiliki informasi

yang lebih baik tentang perusahaan berupaya menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor. Adanya masalah asimetri informasi menyebabkan calon investor tidak percaya begitu saja terhadap informasi tersebut. Salah satu cara yang dilakukan oleh manajer untuk meyakinkan calon investor adalah dengan memberikan signal. Signal tersebut menjadi sarana bagi investor untuk membedakan kinerja perusahaan. investor akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada perusahaan yang memiliki utang yang lebih besar.

5. Teori “Clientele Effect

(21)

jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Akan tetapi kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak tinggi lebih menyukai capital gains demikian pula sebaliknya.

2.4Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penulisan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan antara lain :

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

Peneliti Universitas Judul Metode

(22)

Profitabilitas

dengan teknik analisis path analysis. board size, board intensity

(23)

Yuliani, Serta peran resiko bisnis sebagai

bersifat full mediation.

(24)

Price to Book Value (PBV) dan nilai kapitalisasi pasar yang berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI tahun 2002-2006 karena signifikansi kurang dari 5 % yaitu berturut-turut sebesar 1,2 % , 2,6 %, 0,8 % . Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kinerja faktor fundamental yang diukur dengan Return on Asset (ROA), Price to Book Value (PBV) dan kapitalisasi pasar digunakan oleh investor untuk

memprediksi return saham perusahaan Manufaktur di BEI pada periode 2002-2006.

2. Penelitian yang dilakukan Dewa Kadek Oka Kusumajaya pada tahun 2011 menunjukkan hasil penelitian bahwa: struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Metode penentuan sampel dengan metode purposive sampling, yang menghasilkan 27 perusahaan manufaktur. Data penelitian merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dengan teknik analisis jalur (path analysis).

3. Penelitian yang dilakukan Rika Susanti (2010) menggunakan uji Ordinary Least Square (OLS) terhadap Tobins’Q dan sampel yang digunakan

(25)

hubungan positif dan signifikan antara variabel board size, board intensity(mettings), board independence, profitabilitas, dan investment

opportunity terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga ditemukan variabel

struktur kepemilikan dan dividen memiliki hubungan positif dan tidak signifikan dengan nilai perusahaan, namun terdapat hubungan negativ antara nilai perusahaan dengan variabel cash dan finance risk, yang berarti bahwa semakin kecil kepemilikan kas dan risiko perusahaan dalam perusahaan yang kecil akan mengakibatkan naiknya profitabilitas dan nilai perusahaan.

4. Penelitian yang dilakukan Sri Rahayu (2010) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai

(26)

5. Penelitian yang dilakukan Yuliani, Isnurhadi dan Samadi W. Bakar (2013) melakukan observasi pada tahun 2009-2011 pada 18 perusahaan yang terdaftar di Indonesian Stock Excange (IDX) dengan teknik anlisis data berua analisis jalur (Path Analysis) berjenis explanatory research. Keputusan investasi memberikan kontribusi terhadap peningkatan terhadap nilai perusahaan. sedangkan keputusan pendanaan dan kebijakan deviden malah sebaliknya. Serta peran resiko bisnis sebagai variabel mediasi memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan. Peran resiko bisnis sebagai mediasi pengaruh keputusan pendanaan terhadap niali perusahaan bersifat full mediation.

2.5Kerangka Pemikiran Teoritis

(27)

2.5.1 Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Nilai Perusahaan

Struktur modal merupakan kajian yang penting dalam manajemen keuangan karena akan mempunyai konsekuensi tertentu terhadap pengembalian dan resiko keuangan yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage berarti bahwa tingkat ketidakpastian dari return yang diperoleh akan semakin tinggi, tetapi pada saat yang sama hal tersebut juga dapat memperbesar return yang diperoleh. Dengan dilema ini maka perlu diusahakan suatu bauran pembelanjaan yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan dengan resiko yang dapat diterima.

(28)

tersebut, dengan meningkatnya leverage, justru akan menurunkan nilai perusahaan total.

Kemudian teori struktur modal modern yang dikembangkan oleh Mogdigliani dan Miller (Sadalia, 2010:132-139), yaitu pertama pendekatan Modigliani-Miller menyatakan bahwa antara perusahaan yang menggunakan leverage dan tidak, pada akhirnya akan mempunyai nilai yang sama karena adanya proses arbitrasi. Arbitrasi adalah proses penjualan aktiva (saham) yang dinilai terlalu tinggi dan pembelian aktiva yang dinilai terlalu rendah agar supaya terjadi keseimbangan dimana semua aktiva dinilai wajar.Teori trade-off adalah teori yang menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan hutang dengan suku bunga dan kebangkrutan yang lebih tinggi. Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, dengan asumsi titik target struktur modal optimal belum tercapai, maka berdasarkan trade-off theory yang didukung oleh beberapa studi empiris memprediksi adanya hubungan antara struktur modal yang positif terhadap nilai perusahaan.

(29)

2.5.2 Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai Perusahaan

Keputusan dividen dalam perusahaan akan menghasilkan kebijakan dividen yang merupakan salah satu keputusan yang penting karena dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang tepat dapat berimplikasi terhadap kekayaan para pemegang saham perusahaan. Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen seperti teori dividen tidak relevan dari Modigliani dan Miller (Keown, et al., 2010: 202) yang menyatakan bahwa harga saham tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh kebijakan dividen tetapi lebih pada informasi yang terkandung di dalam perubahan dividen yang berkaitan dengan laba yang akan datang. Kenaikan pembanyaran dividen dilihat sebagai signal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen akan dilihat sebagai prospek perusahaan yang baru.

Sedangkan Gordon dan Lintner (Sadalia, 2010:158) menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout Ratio rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibandingkan

capital gain sebab dividend yield lebih pasti. Kemudian teori yang

diajukan oleh Lizenberger menyatakan adanya kecenderungan para investor lebih menyukai capital gains dibandingkan dividen karena dapat menunda pembayaran pajak. Dan teori yang keempat yaitu teori Clientele Effect dimana para pemegang saham yang berbeda memiliki preferensi

(30)

harga saham, demikian pula sebaliknya. Kenaikan pembayaran dividen dianggap sebagai signal bahwa perusahaan memiliki prospek dan kinerja yang baik. Dengan demikian hipotesis yang dapat dibangun adalah :

H2 : Diduga kebijakan dividen berpengaruh positif dengan Nilai Perusahaan.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Sumber : Peneliti, 2015. Struktur Modal

(DER) (X1)

Kebijakan Dividen (DPR) (X2)

Gambar

Tabel 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku yang tidak baik yang banyak dilakukan para siswi antara lain tentang kesadaran untuk periksa ke tenaga kesehatan saat terjadi keputihan masih rendah, rendahnya

Selama berlangsungnya proses pembelajaran, observasi dilaksanakan secara kolaborasi oleh pengamat, yakni rekan guru yang sama mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktualisasi dirir emaja di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen dan mengetahui seberapa tinggi peningkatan skor aktualisasi

Kereta Tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang di rancang untuk di tarik dan sebagian bebannya di tumpu oleh

[r]

Sisi lain yang perlu diperhatikan adalah bagai- mana meningkatkan pendayagunaan potensi, kemampuan dan kompetensi serta sumber-sumber sosial masyarakat seperti;

Keywords : Video animation, Powerpoint Presentation, Concept Mastery, Cognitive Level, Separation Pure Substances

[r]