BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori ini menjelaskan teori-teori yang mendukung hipotesis serta
sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan
teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntuan dalam memecahkan masalah
penelitian serta perumusan hipotesis
2.1.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan
dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur
modal antara modal utang dan modal sendiri. (Harmono, 2011:137)
Pengertian struktur modal itu sendiri adalah bauran (mix) pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal mempunya pengertian yang berbeda
dengan struktur keuangan (financial structure). Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur keuangan merupakan kombinasi atau
bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan
perusahaan (sisi passiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan.
(Warsono, 2003:235).
Menurut Halim (2007:58) Struktur modal menunjukkan perimbangan
jumlah utang jangka pendek yang bersifat tetap, utang jangka panjang, saham
perusahaan membiayai asetnya. Struktur keuangan dapat dilihat pada sisi kanan
(pasiva) pada neraca, yang meliputi utang jangka pendek, utang jangka panjang,
dan ekuitas. (Halim, 2007:85)
Pemenuhan kebutuhan dana dapat diperoleh melalui internal perusahaan
maupun secara eksternal. Bentuk pendanaan secara internal (internal financing) adalah laba ditahan dan depresiasi. Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan secara
eksternal dapat dibedakan menjadi pembiayaan hutang (debt financing) dan pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan hutang dapat diperoleh dengan melalui pinjaman, sedangkan modal sendiri melalui penerbitan saham
baru.
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan (yang tercermin dari harga saham perusahaan)
seandainya perusahaaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang (atau
sebaliknya). apakah harga saham akan berubah apabila perusahaan tidak merubah
keputusan-keputusan keuangan lainnya. Dengan kata lain, kalau perubahan
struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal
yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau
harga saham adalah struktur modal yang terbaik. Nilai perusahaan dapat diukur
melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya harga saham
perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh public terhadap
kinerja perusahaan secara riil. (Harmono, 2011:50).
Teori mengenai struktur modal telah banyak dibicarakan oleh para
2.1.2.1 Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961,
sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun 1984. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hieraki sumber dana yang paling disukai.
Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa (Halim, 2007:100):
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).
2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang
ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden
secara drastis.
3. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan
fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga,
mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi
kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain,
mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan
investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual
sekuritas yang dimiliki.
4. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih
dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh
sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable (menguntungkan) umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena memerlukan external financing yang sedikit. Sedangkan perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup dan hutang merupakan
sumber eksternal yang lebih disukai. Penggunaan dana eksternal dalam
bentuk hutang lebih disukai daripada modal sendiri karena dua alasan;
pertama, pertimbangan biaya emisi dimana biaya emisi obligasi akan lebih
murah daripada biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena
penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer
khawatir penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh
para pemodal, dan membuat harga saham akan turun, hal ini disebabkan
antara lain oleh kemungkinan adanya ketidaksamaan informasi antara pihak
manajemen dengan pihak pemodal.
2.1.2.2 Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H.
Meckling pada tahun 1976. Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun
sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok
kepentingan (Horne, 2005:6). Manajemen merupakan agen dari pemegang
saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen
akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang
harus diberikan imbalan dan pengawasan. Pengawasan dapat dilakukan
melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan,
dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen.
Kegiatan pengawasan membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi.
Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemem bertindak konsisten sesuai
dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang
saham.
Teori keagenan (agency theory) dapat menjelaskan kesenjangan antara manajemen sebagai agen dan para pemegang saham sebagai principal atau pendelegator. (Harmono, 2011:3).
Jensen dan Meckling 1976 dalam Horne (2007:8) menyatakan bahwa
masalah keagenan berhubungan dengan penggunaan ekuitas eksternal.
Misalnya sebuah perusahaan yang semula dimiliki seluruhnya oleh satu
orang, maka semua tindakannya hanya memperngaruhi posisinya sendiri. Jika
pemilik yang juga manajer perusahaan itu menjual sebagian dari sahamnya
kepada orang lain, maka akan timbul konflik kepentingan. Keuntungan
sampingan yang dibayarkan kepada pemilik-manajer yang semula
sepenuhnya dinikmati sendiri, sekarang dibayar sebagian kepada pemilik
baru.
2.1.2.3 Signaling Theory
baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya.Halim
(2007:100) Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Peusahaan dengan
prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham
dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain,
termasuk penggunaan hutang yang melebihi target strkutur modal yang
normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk
berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan
umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek peusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan
penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan
menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negative
yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan
cerah.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal menurut
Brigham (2010 : 16) , yaitu:
1. Risiko bisnis, atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang.
2. Posisi Pajak perusahaan. Alasan utama menggunakan utang adalah karena
menurunkan biaya utang yang sesungguhnya. Akan tetapi, jika sebagian
besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak,karena
penghitungan penyusutan, bunga yang beredar saat ini, atau kerugian pajak
yang dikompensasi kemuka, maka tambahan utang tidakbanyak memeberi
manfaat sebagaimana yang dirasakan perusahaan dengan tarif pajak efektif
yang lebih tinggi.
3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana
perusahaan mengetahui bahwa penyediaan modal yang mantap diperlukan
untuk operasi yang stabil, yangmerupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan jangka panjang. Dalam keadaaan perekonomian yang sulit,
atau bila perusahaan menghadapi kesuitan operasi, para pemilik modal lebih
suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang
baik .
4. Konservatisme atau agresivitas manajemen. Sebagian manajer lebih agresif
dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan
utang untuk meningkatkan laba.
Berdasarkan penjelasan tersebut, empat faktor yang mempengaruhi
keputusan struktur modal akan membantu perusahaan menentukan komposisi
yang baik dalam pemilihan sumber dana untuk memaksimumkan nilai harga
saham. Sementara itu, dalam penelitian (Rudi, 2011) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan
yang akan dijelaskan oleh peneliti yang antara lain:
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil,
secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan daripada perusahaan industri. Penjelasan tersebut memperlihatkan
stabilitas penjualan sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Jika perusahaan telah stabil maka pemilihan sumber
pendanaan melalui utang akan menjadi lebih baik. 2. Struktur Aktiva
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit
cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan
yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Karena itu,
perusahaan real estate biasanya mempunyai leverage yang tinggi, sedangkan perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi tidak
demikian. Penjelasan tersebut memperlihatkan struktur aktiva mempengaruhi struktur modal yang dimiliki perusahaan.
3. Tingkat Pertumbuhan
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat
harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi,biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar
yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi
keinginannya untuk menggunakan utang. Tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung memperlihatkan pemilihan bagaimana modal yang ada
di perusahaan di diperoleh. 4. Leverage Operasi
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage
keuangan karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil. 5. Profitabilitas
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang Relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini,
namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang menguntungkan, seperti Intel, Microsoft dan Coca Cola memang
tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan
memperlihatkan pemilihan struktur modal dengan modal sendiri menjadi lebih baik daripada menggunakan sumber dana melalui hutang.
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangi untuk tujuan perpajakan
dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena
makin besar manfaat penggunaan utang. Semakin tinggi sumber
penggunaan dana melalui hutang maka pajak yang dibayar oleh
perusahaan akan semakin kecil sehingga beban pajak menjadi lebih
rendah. Hal tersebut jelas akan sangat menguntungkan bagi perusahaan
7. Pengendalian
Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen
dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila manajemen saat ini
mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan (mempunyai
lebih dari 50 persen) tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk
membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk
pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan
untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat
lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada
risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut,para
manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Penjelasan tersebut
mempertegas bagaimana pengendalian menentukan struktur modal
yang akan digunakan oleh perusahaan sehingga dapat membantu
perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya dengan lebih baik.
8. Sikap Manajemen
Karena tak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur pendanaan
yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada struktur
pendanaan lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri
terhadap struktur pendanaan yang tepat. Sejumlah manajemen
menggunakan jumlah utang yang lebih kecil daripada rata-rata
perusahaan dalam industry yang bersangkutan,sementara manajemen
lainnya lebih cenderung menggunakan banyak utang dalam usaha
mengejar laba yang lebih tinggi. Sikap manajemen yang berbeda akan
membentuk struktur modal yang berbeda juga
9. Kondisi Pasar
Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka
panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur
pendanaan perusahaan yang optimal. Misalnya, selama situasi kacaunya
kredit di A.S, pasar obligasi bernilai rendah (junk bonds) kosong, dan tidak adanya pasar dengan tingkat suku bunga yang “wajar” untuk
obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah 3B.
penjelasan memperlihatkan bahwa perusahaan berperingkat rendah
yang membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar saham atau pasar
utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur pendanaan yang
ditargetkan. Tetapi,setelah keadaan membaik, perusahaan ini dapat
menjual obligasi untuk mengembalikan struktur pendanaan yang
ditargetkan semula. Kondisi pasar perusahaan yang berubah-ubah harus
selalui diikuti dengan perubahan struktur modalnya
10. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur
pendanaan yang ditargetkan. Misalnya, andaikan suatu perusahaan
baru saja menyelesaikan program litbangnya dan perusahaan tersebut
kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh investor, karena belum
tercermin dalam harga saham. Ia lebih menyukai pembiayaan dengan
utang sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan tercermin pada
harga saham. Kemudian, pada saat itu perusahaan akan menerbitkan
saham biasa, melunasi utang, dan kembali pada struktur pendanaan
yang ditargetkan. Seperti halnya kondisi pasar, perusahaan juga harus
mengikuti kondisi internal perusahaan mereka tersebut.
12. Fleksibilitas Keuangan
Jika dipandang dari sudut pandang operasional, mempertahankan
fleksibilitas keuangan berarti mempertahankan kapasitas cadangan
yang memadai.Menentukan kapasitas yang memadai tersebut bersifat
pertimbangan tetapi hal itu jelas bergantung pada beberapa faktor
termasuk ramalan kebutuhan dana perusahaan, ramalan kondisi pasar
modal, keyakinan manajemen atas ramalannya,dan berbagai akibat
dari kekurangan modal. Penjelasan tersebut memperlihatkan
faktor-faktor yang ada harus selalu diperhatikan dalam menjaga fleksibilitas
keuangan sehingga struktur modal yang dimilikinya tetap sesuai
dengan keadaan dan menjadi lebih baik serta menguntungkan bagi
perusahaan tersebut.
2.1.4 Pengukuran Struktur Modal
Ada beberapa cara untuk mengukur struktur modal suatu perusahaan.
2.1.4.1 Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut mulyadi dan sisca, (2010:9), “Debt to equity ratio menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas
perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha.
Debt to equity ratio mengungkapkan bagaimana penggunaan pendanaan perusahaan dari struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan
yang berasal dari utang jangka panjang dan modal yang berasal dari ekuitas.” Semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan utang-utang relatif terhadap ekuitas dan
mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi. Kreditur jangka
panjang lebih menyukai rasio DER yang kecil karena menunjukkan bahwa semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik modal sehingga
semakin kecil resiko kreditur yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi peningkatan harga saham bagi pemilik modal. Rasio ini
menunjukkan hubungan antara jumlah hutang yang diberikan oleh para
kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. Rumusan untuk mencari DER dapat digunakan perbandingan
antara total utang dengan total equitas berikut ( Wild, 2007:41).
Debt to Equity Rasio = X 100
dimana :
2.1.4.2 Debt to Asset Ratio (DAR)
DAR digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah keseluruhan
kebutuhan dana perusahaan dibiayai dengan total hutang (Retno, 2010:8).
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. DAR yang rendah menunjukkan bahwa dana perusahaan sedikit
dibiayai oleh hutang, hal ini dapat mempengaruhi peningkatan harga saham.
Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
kreditur.
Rumusan untuk mencari DAR dapat digunakan perbandingan antara total
utang dengan total ekuitas sebagai berikut (John Wild, 2007:41).
dimana:
DAR = Debt to Total Asset Ratio TL = Total Liabilitie
TA = Total Asset
2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi
profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bagi perusahaannya. Perusahaan yang memiliki
tersebut mengandung berita baik dan perusahaan yang mengalami berita baik
akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini juga
berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal ini mengandung berita
buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu menyerahkan laporan
keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008). Menurut Houston (2009:107)
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan.
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang di gunakan adalah: Return
on equity . Menurut Van Horne dan Wachowicz (2009:361), “Rasio ROE
menggambarkan tingkat kekuatan pendapatan yang akan diperoleh oleh para
pemegang saham atas investasi yang dilakukan dan rasio ini pula dapat digunakan
untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dalam satu industri. Bentuk
modal yang digunakan oleh pemegang saham dalam rasio ini bisa digunakan untuk
menggambarkan pasar.” ROE yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut
memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi pemilik saham.
Kondisi perusahaan yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi sehingga
kemungkinan menghasilkan tingkat pengembalian saham besar.
Rumusan untuk mencari ROE dapat digunakan perbandingan antara
total laba bersih dengan total ekuitas sebagai berikut:
2.1.6 Harga Saham
Berdasarkan undang-undang perseroan yang berlaku di Indonesia, saham
institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) (Sunariyah, 2008:127)
Harga saham adalah sejumlah nilai dalam mata uang rupiah yang terbentuk
berdasarkan penjumpaan penawaran jual dan permintaaan beli saham yang dilakukan
oleh Anggota Bursa Efek di Bursa (idx.co.id). Harga saham juga dapat didefinisikan
sebagai harga yang dibentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli saham yang
dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan.
Saham menurut Fakhruddin (2009: 6) ialah “tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan”. Penjelasan tersebut
memperlihatkan saham sebagai suatu bukti kepemilikan terhadap suatu
perusahaan. Sedangkan saham menurut Manahan (2008 : 138) ialah “sumber
keuangan korporasi yang berasal dari pemilik korporasi (Stockholders) dan merupakan bukti kepemilikan atas korporasi oleh pemegangnya serta surat berharga yang dapat diperdagangkan di pasar bursa “Penjelasan tersebut juga
memperlihatkan saham sebagai sumber keuangan yang dimiliki oleh perusahaan
serta sebagai bukti kepemilikan terhadap perusahaan Berdasarkan penjelasan
tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa saham adalah bukti kepemilikan
terhadap suatu perusahaan dalam bentuk surat berharga yang menjadi sumber
2.1.6.1 Jenis-Jenis Saham
Berdasarkan hak kepemilikannya, menurut Fakhruddin (2009 : 12) dapat
dibagi 2 jenis, yaitu:
1) Saham Biasa (common stocks)
Saham Biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior
dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaantersebut dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang paling
banyakdikenal dan diperdagangkan di pasar., Sebagai pemilik perusahaan
pemegang saham biasanya memiliki hak yaitu:
a) Hak Kontrol - Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk
memilih dewan direksi. Hal ini berarti bahwa pemegang saham
mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja yang akan memimpin
perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya
dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan
pemegang saham atau tindakan-tindakan yang membutuhkan
persetujuan pemegang saham.
b) Hak menerima Pembagian Keuntungan - Sebagai pemilik
perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian
dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi
sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan.
Laba yang ditahan ini (retained earning) merupakan sumber dana
intern perusahaan sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan
c) Hak Preemtive - Hak preemtive (preetive right) merupakan hak
untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika
perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika
perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar
akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham
yang lama akan turun. Hak preemtive memberi prioritas kepada
pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru,
sehingga persentase kepemilikan tidak berubah.
2) Saham Preferen (preferred stocks)
Saham Preferen mempunyai karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap,
tetapi bisa juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
Ada dua hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa
yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal
jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan
membayar dividen.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu
mengenai struktur modal.
Muhammad Ircham (2013) yang berjudul “ pengaruh struktur modal dan
profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan food and beverage di BEI
dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap Harga Saham. Variabel EPS
berpengaruh dominan terhadap Harga Saham.
Rudi Sitepu dalam penelitiannya (2010) yang berjudul “Pengaruh Struktur
Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm,
Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen . Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa variable struktur modal Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham perusahaan manufaktur. Secara parsial, variable DER adalah variable yang
paling dominan.
Penelitian yang dilakukan oleh Juventus (2008) menguji pengaruh ROA,
ROE, DER, dan DAR terhadap harga saham perbankan di BEJ periode
2004-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, semua variabel
independen yang diteliti memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Secara
parsial, hanya variabel ROE dan DAR yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham.
Sumiati dalam penelitiannya (2007) yang berJudul “Pengaruh Struktur
Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Variabel independennya adalah Debt to Equity Ratio (DER), Debt to
adalah perubahan harga saham. Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi. Hasil penelitian ini adalah variabel struktur modal Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), dan Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham perbankan. Secara parsial, variabel LDAR adalah variabel yang
dominan.
Ulupui dalam penelitiannya (2005) yang berjudul “Analisis pengaruh
risiko likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap Harga saham
(studi pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industry barang konsumsi di BEJ)” menghasilkan kesimpulan DER berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap Harga saham dan total Asset Turnover.
Tabel 2.1
Judul Penelitian Variabel Hasil
3
2.3.1 Pengaruh Debt to Equity Rasio terhadap Harga Saham
Menurut Mulyadi dalam Sisca, (2010:9), “Debt to equity ratio
menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan
yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Debt to equity ratio mengungkapkan bagaimana penggunaan pendanaan perusahaan dari struktur
modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dan modal yang berasal dari ekuitas.” Semakin besar DER menandakan struktur
permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan utang-utang relatif terhadap
ekuitas dan mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi. Kreditur jangka
semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik modal sehingga semakin
kecil resiko kreditur yang secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan
harga saham bagi pemilik modal. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
H 1: Debt to Equity Rasio berpengaruh terhadap Harga Saham
2.3.2Pengaruh Debt to Asset Rasio terhadap Harga Saham
DAR digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah keseluruhan
kebutuhan dana perusahaan dibiayai dengan total hutang (Retno, 2010:8).
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. DAR yang rendah menunjukkan bahwa dana perusahaan sedikit
dibiayai oleh hutang, hal ini dapat mempengaruhi peningkatan harga saham.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H 2: Debt to Asset Rasio berpengaruh terhadap Harga Saham
2.3.3Pengaruh Return on EquityRasioTerhadap Harga Saham
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2009:361), “Rasio ROE menggambarkan
tingkat kekuatan pendapatan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham atas
investasi yang dilakukan dan rasio ini pula dapat digunakan untuk membandingkan
dua perusahaan atau lebih dalam satu industri. Bentuk modal yang digunakan oleh
pemegang saham dalam rasio ini bisa digunakan untuk menggambarkan pasar.” ROE
yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang untuk
memberikan pendapatan yang besar bagi pemilik saham. Kondisi perusahaan yang
tingkat pengembalian saham besar. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
H 3: Return on Equity Rasio berpengaruh terhadap Harga Saham
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan
singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan uraian sementara
dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis akan diterima jika
hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu
pula sebaliknya.
H 1 : Struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap nilai harga saham suatu perusahaan
H 2 : Struktur modal yang diukur dengan Debt to Asset Rasio memiliki pengaruh terhadap nilai harga saham suatu perusahaan
H 3 : Profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity memiliki pengaruh terhadap harga saham pada suatu perusahaan
Debt to Equity Rasio (DER) X1
Debt to Asset Rasio (DAR) X2
Harga Saham