• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

3. Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan salah satu keputusan penting manajer pendanaan dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan. Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Menurut Sutrisno (2003 : 289), ”sturktur modal adalah merupakan perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri”. Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai pertimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001 : 296). Sedangkan menurut Husnan (2000 : 275), ”struktur modal merupakan perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri”.

(2)

Struktur modal diindikasikan dengan debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), longterm debt to asset ratio (LDAR) dan longterm debt to

equity ratio (LDER). Struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah

longterm debt to equity ratio (LDER), yaitu perbandingan antara hutang jangka

panjang dengan ekuitas pemegang saham.

Semakin tinggi longterm debt to equity ratio mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang ditanggung oleh pemegang saham semakin tinggi. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham (Astuti, 2004 : 138). Untuk itu, setiap perusahaan harus melakukan penetapan struktur modalnya secara tepat, karena dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan profitabilitasnya atas modal yang digunakan.

2.1.2. Komponen Struktur Modal

Secara umum terdapat dua komponen struktur modal pada perusahaan, yaitu modal sendiri dan modal asing.

a. Modal Sendiri

(3)

dipailitkan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, modal sendiri dapat diartikan sebagai modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya.

b. Modal Asing

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau hutang jangka panjang dapat didefinisikan sebagai kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) (Munawir, 2002 : 19). Menurut Riyanto (2001 : 238), “hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun”. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hutang jangka panjang adalah kewajiban yang mempunyai jangka waktu pembayaran lebih dari satu tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) aatau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar (Riyanto, 2001 : 238).

(4)

Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Biaya tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu :

1. Biaya Langsung

Yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya lainnya yang sejenis.

2. Biaya Tidak Langsung

Yaitu, biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya Suplier tidak akan mau memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak akan membayar. Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatkan biaya keagenan antara pemegang hutang dengan pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang hutang akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan.

b. Pecking Order Theory

Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam

(5)

pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan

internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa.

Teori pecking order yang dibangun berdasarkan beberapa asumsi menekankan pada pentingnya financial slack yang cukup di perusahaan guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal. Internal equity diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi atau amortisasi. Utang

(6)

komposisi utangnya. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan-urutan dalam Teori Pecking Order adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.

2. Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.

3. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.

4. Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.

Teori Pecking Order ini bisa menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.

(7)

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manajer yang memiliki informasi yang bagus tentang perusahaan akan menyampaikan kepaa investor luar sehingga akan meningkatkan harga saham perusahaan. Akan tetapi dengan adanya masalah asymmetric information, maka manajer tidak bisa hanya menyampaikan informasi yang bagus tersebut karena bisa saja manajer lain juga menyampaikan hal yang sama yang dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan pada investor.

Teori ini terdiri dari Teori : 1. Myers dan Majluf

Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manager dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.

2. Signaling

(8)

menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.

d. Agency Theory

Menurut teori ini, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Antara pemegang saham dengan manager juga akan mengalami konflik kepentingan. Jika hutang mencapai jumlah yang signifikan dibandingkan dengan saham, maka pemegang saham akan tergoda melakukan subtitusi asset, dalam hal ini pemegang saham akan beroperasi dengan meningkatkan resiko perusahaan. Resiko perusahaan yang meningkat menguntungkan bagi pemegang saham karena kemungkinan memperoleh keuntungan yang tinggi akan semakin besar.

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal.

1. Struktur Aktiva

(9)

kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.

2. Growth Opportunity

Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan. 3. Profitabilitas

Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitalitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi investasi menggunakan utang yang relative kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah utang.

(10)

Perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman memperoleh banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan daripada perusahaan industri.

5. Leverage Operasi

Jika hal-hal lain tetap sama (konstan), perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena perusahaan akan memiliki risiko bisnis yang lebih kecil.

6. Pajak

Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak. Oleh karena itu semakin tinggi tarif pajak, semakin besar manfaat penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan. 7. Pengendalian

(11)

untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, para manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika utangnya terlalu kecil, manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi, pertimbangan pengendalian tidak selalu mengkehendaki penggunaan utang atau ekuitas karena jenis modal yang memberi perlindungan terbaik bagi manajemen bervariasi dari suatu kondisi ke kondisi yang lain. Bagaimanapun, jika posisi manajemen sangat rawan, situasi pengendalian perusahaan akan dipertimbangkan.

8. Sikap Manajemen

Sebagian manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen yang lain sehingga menggunakan hutang yang lebih kecil daripada rata-rata industri yang bersangkutan, sementara manajemen yang lain cenderung menggunakan banyak utang usaha dalam upaya mengejar laba yang tinggi.

9. Sikap Pemberi Pinjaman dan Penilai Peringkat

(12)

lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang diterima.

10. Kondisi Pasar

Kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan dalam jangka panjang dan jangka pendek sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal.

11. Kondisi Internal Perusahaan

Dalam hal ini, kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal. Jika kondisi internal perusahaan baik, maka kebijakan struktur modal juga akan meningkat.

12. Fleksibilitas Keuangan

Dengan fleksibilitas keuangan, maka akan sangat membantu perusahaan dalam bidang pendanaan karena melalui adanya fleksibilitas keuangan maka kapasitas cadangan yang memadai dapat dipertahankan.

2.2. Rentabilitas

(13)

modal. Semua modal yang bekerja di dalam perusahaan adalah modal sendiri dan modal asing. Rentabilitas menunjukkan perbandingan perbandingan antara laba dengan modal atau aktiva yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut. Menurut Martono (2001 : 18), “Rentabilitas adalah ratio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut”. Sedangkan menurut Harahap (2004 : 395),”Rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada”.

Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba neto sesudah pajak dengan aktiva operasi, atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva ”tangible”, ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri.

(14)

Rentabilitas Modal Sendiri merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal sendiri. Karena yang bekerja hanya modal sendiri maka laba yang dibagi adalah laba untuk pemegang saham, yakni earning after tax. Menurut Riyanto (2001 : 44), “Rentabilitas modal sendiri

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan itu”. Dengan demikian rentabilitas modal sendiri merupakan standar yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal sendiri yang dioperasionalkan dalam perusahaan.

Semakain besar rentabilitas modal sendiri, berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tersedia bagi pemiliknya. Laba yang diperhitungkan adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas modal sendiri : a. Struktur Modal

Kebijakan pemenuhan kebutuhan dana akan menentukan tingkat financial leverage suatu perusahaan. Perkembangan financial

leverage bersama-sama dengan rentabilitas ekonomi dan tingkat

(15)

asing dan modal sendiri (dengan tingkat bunga tetap), maka penggunaan modal asing yang lebih besar akan meningkatkan rentabilitas modal sendiri. Penambahan modal asing akan mampu meningkatkan rentabilitas modal sendiri dalam kondisi rentabilitas ekonomis (ROA) lebih besar dibandingkan suku bunga yang berlaku dan sebaliknya.

b. Return on Asset (ROA)

Pengaruh ROA terhadap rentabilitas modal sendiri pada berbagai penggunaan modal asing secara teoritis adalah bahwa semakin tinggi rentabilitas ekonomis dengan tingkat bunga tetap maka penggunaan modal asing yang lebih besar akan mengakibatkan kenaikan rentabilitas modal sendiri perusahaan umumnya menurun. Rentabilitas ekonomis dengan rentabilitas modal sendiri saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu apabila rentabilitas ekonomis lebih kecil dari tingkat bunga modal asing, lebih baik menggunakan modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar dibandingkan apabila digunakannya modal asing, dan sebaliknya. c. Tingkat Bunga

(16)

Besarnya tingkat keuntungan yang diminta kreditor tersebut adalah sama dengan tingkat bunga yang menyamakan present value penerimaan di masa mendatang berupa bunga dan pokok pinjaman dengan dana yang diberikan saat ini. Besarnya tingkat keuntungan ini kemudian dijadikan sebagai pembanding internal rate of return yang merupakan informasi untuk menerima atau menolak suatu investasi. Apabila besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan kreditor sama dengan besarnya internal rate of return, berarti perusahaan tidak akan mampu untuk membayar tingkat bunga dan pokok pinjamannya yang berarti pula menyebabkan turunnya tingkat keuntungan (earning per share). Dengan demikian bunga merupakan pos yang menjadi pengurang income, sehingga semakin besar tingkat bunga yang menjadi beban keuangan bagi perusahaan, akan berdampak terhadap penurunan income yang dimiliki perusahaan dan pada akhirnya juga akan menurunkan tingkat rentabilitas modal sendiri, dan begitu pula sebaliknya.

2.4. Rentabilitas Ekonomi

(17)

maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Menurut Mamduh M. Hanafi, dan Abdul Halim (2003:159), “Rentabilitas Ekonomi adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut”. Menurut Bringham dan Houston (2001 : 90), “Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”. Dapat disimpulkan ROA adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah dikurangi beban bunga dan pajak (Earning After Tax / EAT) yang dihasilkan dari kegiatan pokok perusahaan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan untuk melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam persentase.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Asset (ROA) terdiri dari profit margin dan tingkat perputaran aktiva (turnover of operating asset).

1. Profit Margin

Profit Margin yaitu keuntungan operasi yang dinyatakan dalam persentase dan jumlah penjualan bersih, profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perhitungan profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan

(18)

2. Tingkat Perputaran Aktiva (Turnover of operataing asset)

Turnover of operating asset merupakan tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi dalam suatu periode tertentu. Turnover of operating asset mengukur sampai seberapa jauh aktiva usaha dipakai dalam perusahaan, selainitu juga dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalamsatu periode.

Hasil kali antara profit margin dengan turnover of operating asset menentukan tinggi reendahnya rentabilitas ekonomi. Semakin tinggi tingkat profit margin atau turnover of operating asset maka akan mengakibatkan naiknya rentabilitas ekonomi. Apabila ingin memperbesar rentabilitas ekonomi dengan cara memperbesar profit margin, berarti berhubungan dengan usaha untuk meningkatkan

efisiensi di bidang produksi, penjualan, dan pembenahan administrasi. Sedangkan untuk memperbesar rentabilitas ekonomi dengan cara memperbesar turnover of operating asset berhubungan dengan kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.

2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

(19)

1 Usnan (2009) Pengaruh Struktur Modal, Return On Asset, Tingkat Bunga dan Net Profit Margin Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Perusahaan Yang Masuk Kelompok Jakarta Islamic Index.

Variabel dependen: debt to equity ratio, return on asset, Tingkat Bunga, dan net profit margin Variabel

independen: return on equity

Secara parsial DER dan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity, sedangkan tingkat bunga, dan net profit margin tidak berpengaruh secara Sendiri (Studi Kasus Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia).

Variabel dependen : debt to asset ratio, debt to equity ratio, dan longterm debt to equity ratio Variabel independen : return on equity

Secara parsial debt to asset ratio dan longterm debt to equity ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Variabel dependen : Struktur Modal Variabel

Struktur modal tidak berpengaruh secara Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

(20)

5 Hanna K. R. Modal Sendiri Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Variabel dependen : debt to asset ratio, debt to equity ratio, dan longterm debt to equity ratio Variabel independen : Return on Equity (ROE)

Secara parsial DER memiliki pengaruh yang yang signifikan terhadap ROE, sedangkan DAR dan LDER tidak memiliki pengaruh terhadap ROE.

1. Usnan (2009)

Penelitian telah dilakukan oleh Usnan, menguji pengaruh debt to equity ratio, return on asset, tingkat bunga, dan net profit margin terhadap

rentabilitas modal sendiri (return on equity) pada perusahaan yang masuk kelompok jakarta islamic index periode 2005 - 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio dan return on asset secara parsial memiliki pengaruh dan signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri, sedangkan tingkat bunga dan net profit margin tidak memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri. Variabel independen yang digunakan oleh Usnan adalah debt to equity ratio, return on asset, tingkat bunga, dan net profit margin. Variabel dependen yang digunakan adalah Return on

equity.

2. Theresia N.B (2010)

(21)

sektor properti dan manufaktur variabel debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER) dan longterm debt to equity ratio (LDER) dapat

mengestimasi variabel return on equity (ROE) dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada sektor properti masing-masing variabel debt to asset ratio (DAR), longterm debt to equity ratio (LDER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on equity (ROE) sedangkan debt to equity ratio (DER) dan tidak berpengaruh terhadap return on equity (ROE)

3. Musthafa (2011)

Musthafa meneliti pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri maupun terhadap rentabilitas ekonomi. Variabel independen yang digunakan oleh Musthafa adalah struktur modal, sedangkan variabel dependennya adalah rentabilitas modal sendiri dan rentabilitas ekonomi. 4. Andru Kosti (2011)

(22)

(LDAR), dan longterm debt to equity ratio (LDER). Sedangkan, rentabilitas modal sendiri diidentifikasikan dari variabel return on equity (ROE).

5. Hanna K.R. Tambunan (2011)

Penelitian Hanna bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara rasio struktur modal yaitu : debt to asset ratio, debt to equity ratio, dan longterm debt to equity ratio dengan

rentabilitas modal sendiri perusahaan yang diukur dengan ROE (return on equity) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara debt to equity ratio dengan return on equity. Sedangkan dua rasio lainnya, yaitu

debt to asset ratio (DAR) dan longterm debt to equity ratio (LDER)

setelah dilakukan analisis dan evaluasi tidak memiliki hubungan dengan ROE pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

2.6. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah justifikasi hubungan sebab akibat antara variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis yang membangun konsep setiap variabel penelitian ini, maka dapat disajikan kerangka konseptual pada gambar sebagai berikut :

Struktur Modal

(X1)

Rentabilitas Modal Sendiri

(23)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini variabel independen adalah Struktur modal yang dilambangkan dengan (X1) dan Return on Asset yang dilambangkan dengan (X2). Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen, dalam penelitian ini variabel dependen adalah Rentabilitas Modal Sendiri yang dilambangkan dengan (Y).

Pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas moal sendiri pada berbagai penggunaan modal asing (utang), secara teori dikatakan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan modal asing dan modal sendiri (dengan tingkat suku bunga tetap), maka penggunaan modal asing yang lebih besar akan meningkatkan rentabilitas modal sendiri. Penambahan modal asing (utang) akan mampu meningkatkan rentabilitas modal sendiri dalam kondisi rentabilitas ekonomis lebih besar dibandingkan suku bunga yng berlaku dan sebaliknya (Sutrisno, 2001:19).

(24)

pemberi hutang (kreditor ataupun saham preferen) dan bagian yang menjadi hak modal sendiri juga atas ROA yang dihasilkan, sehingga ketika diasumsikan factor lain (bunga utang) tetap, maka peningkatan ROA akan meningkatkan bagian modal sendiri dari porsi ROA yang semakin tinggi (Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim, 2005:181).

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1 : Struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri.

H2 : Return on Asset berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin tanggal Dua puluh tiga bulan Januari tahun Dua ribu enam belas, Panitia/Pokja PPBJ PSTW Minaula Kendari telah melaksanakan masa sanggah dari hasil

Lampiran Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Nomor : BA- 08/ Setmilpres/ Pokja-ULP/ 01/ 2017 Tanggal : 24 Januari 2017.. Pekerjaan: Pengadaan Benda Gelar, Tanda Jasa, dan

Pada hari ini, Selasa tanggal Dua puluh empat bulan Januari tahun Dua ribu tujuh belas pukul 11.05 WI B, yang bertanda tangan di bawah ini, Kelompok Kerja Pengadaan

[r]

Lingkup pekerjaan : Pengadaan Jasa Pemeliharaan Perangkat Lunak Database Oracle beserta Perpanjangan Annual Technical Support (ATS) Database Oracle di Lingkungan DJBC

T\-rjuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh shot peening terhadap korosi retak tegang baja karbon rendah dalam lingkungan air laut yang mengandung 3,5 7a

Hasil penulisaan artikel ini adalah Penerapan metode jigsaw pada pelajaran IPA materi suhu dan energi panas di MI Muhammadiyah Kedung Banteng membuat siswa dapat aktif dan

Kereta Tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang di rancang untuk di tarik dan sebagian bebannya di tumpu oleh