SKRIPSI
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN RETURN ON ASSET TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI PADA PERUSAHAAN
BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
YULI ERITA GINTING 100522069
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal dan
Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis
saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2012
ABSTRAK
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN RETURN ON ASSET TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI PADA PERUSAHAAN BARANG
KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan Return on Asset (ROA) terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. ROE adalah variabel yang digunakan untuk mengukur rentabilitas modal sendiri.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efef Indonesia selama tahun 2009-2011 yang berjumlah 32 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan yang diseleksi berdasarkan kriteria tertentu dengan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan ICMD 2011. Teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal dan ROA berpengaruh signifikan dan positif terhadap rentabilitas modal sendiri secara parsial. Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel (3,331 > 1,987) dan (16,378 > 1,987). Secara simultan, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa struktur modal dan ROA berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel (134,144 > 3,11).
ABSTRACT
THE INFLUENCE CAPITAL STRUCTURE AND RETURN ON ASSET (ROA) TO STOCKHOLDER’S EQUITY PROFITABILITY AT CONSUMER GOODS
COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of the research is to know the influence capital structure and Return on asset (ROA) to stockholder’s equity profitability. LDER was the variable that used as indicator of capital structure. ROE was the variable that used as indicator of stockholder’s equity profitability.
Population of this research is consumer goods companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2009-2011, total 32 companies. Sample of this research is 10 companies selected according to certain criteria by purposive sampling method. The data collected of this research is quantitative data. The data source of this research is secondary source gotten from financial financial report collecting is documentation technique. The method of data analysis of this research is multiple regretion analize that use classic assumption test and hypothesis test.
The result of the research showed that capital structure and ROA has a significant and positif impact on stockholder’s equity profitability partially. It is showed by value of t count > t table (3,331 > 1,987) and (16,378 > 1,987). The result of this research also showed the capital structure and ROA has a significant impact on stockholder’s equity profitability simultaneously. It showed by value of F count > F table (134,144 > 3,11).
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan hormat penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat kasih, anugerah dan kuasa-Nya penulis berhasil
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengarahan, bimbingan, bantuan dan kerja sama semua pihak yang telah turut
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi
dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi
4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku Pembaca Penilai yang telah memberikan
kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi.
6. Kedua Orang Tua Saya, Bapak R. Ginting dan Ibu T.B Br Tarigan (Alm) dan
keluarga besar saya yang telah memberikan kasih sayang, didikan, perhatian,
doa, serta dukungan moril dan materil kepada penulis, serta terimakasih
kepada Arizona Aristokrat PP NST dan teman-teman saya yang telah
membantu mulai dari pemilihan judul hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membacanya.
Medan, Juli 2012
Penulis,
Yuli Erita Ginting
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7
2.3 Rentabilitas Modal Sendiri ... 17
2.4 Rentabilitas Ekonomi ... 19
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
2.6 Kerangka Konseptual ... 22
2.7 Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
3.3 Batasan Operasional ... 24
3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 25
3.5 Populasi dan Sampel ... 27
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 31
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.8 Metode Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 40
4.2 Hasil Penelitian ... 47
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 48
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 50
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 51
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 52
4.2.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 54
4.2.3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 55
4.2.3.3 Uji Signifikan Parsial (Uji-T) ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 59
5.3 Saran 59 DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 27
Tabel 3.2 Daftar Populasi Penelitian ... 29
Tabel 3.3 Daftar Sampel Penelitian... 30
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Barang Konsumsi... 40
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 47
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data ... 51
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 52
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 44
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 53
Tabel 4.7 Hasil Uji-F ... 55
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Daftar Sampel Penelitian ... 63
Lampiran ii Waktu Penelitian ... 63
Lampiran iii Data Variabel Penelitian ... 64
Lampiran iv Data Variabel Independen (LDER) ... 65
Lampiran v Data VariabelIndependen (ROA) ... 65
Lampiran vi Data Variabel Dependen (ROE) ... 66
Lampiran vii Hasil Uji AnalisisStatistikDeskriptif ... 66
Lampiran viii Hasil Uji Normalitas Data ... 67
Lampiran ix Hasil Uji Multikolinearitas ... 68
Lampiran x Hasil Uji Autokorelasi ... 68
Lampiran xi Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 69
Lampiran xii Hasil Uji-F ... 69
ABSTRAK
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN RETURN ON ASSET TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI PADA PERUSAHAAN BARANG
KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan Return on Asset (ROA) terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. ROE adalah variabel yang digunakan untuk mengukur rentabilitas modal sendiri.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efef Indonesia selama tahun 2009-2011 yang berjumlah 32 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan yang diseleksi berdasarkan kriteria tertentu dengan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan ICMD 2011. Teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal dan ROA berpengaruh signifikan dan positif terhadap rentabilitas modal sendiri secara parsial. Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel (3,331 > 1,987) dan (16,378 > 1,987). Secara simultan, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa struktur modal dan ROA berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel (134,144 > 3,11).
ABSTRACT
THE INFLUENCE CAPITAL STRUCTURE AND RETURN ON ASSET (ROA) TO STOCKHOLDER’S EQUITY PROFITABILITY AT CONSUMER GOODS
COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of the research is to know the influence capital structure and Return on asset (ROA) to stockholder’s equity profitability. LDER was the variable that used as indicator of capital structure. ROE was the variable that used as indicator of stockholder’s equity profitability.
Population of this research is consumer goods companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2009-2011, total 32 companies. Sample of this research is 10 companies selected according to certain criteria by purposive sampling method. The data collected of this research is quantitative data. The data source of this research is secondary source gotten from financial financial report collecting is documentation technique. The method of data analysis of this research is multiple regretion analize that use classic assumption test and hypothesis test.
The result of the research showed that capital structure and ROA has a significant and positif impact on stockholder’s equity profitability partially. It is showed by value of t count > t table (3,331 > 1,987) and (16,378 > 1,987). The result of this research also showed the capital structure and ROA has a significant impact on stockholder’s equity profitability simultaneously. It showed by value of F count > F table (134,144 > 3,11).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persaingan antar perusahaan begitu ketat dalam situasi perekonomian
global saat ini, sehingga setiap negara saling berlomba untuk membangun
perekonomian yang kuat. Perusahaan dituntut untuk mampu melihat setiap
peluang dan hambatan yang terjadi dalam menghadapi kondisi yang
demikian. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya ditengah persaingan yang ketat, tidak terkecuali
untuk perusahaan barang konsumsi.
Banyaknya perusahaan barang konsumsi menyebabkan persaingan
yang terjadi semakin ketat. Di Indonesia persuhaan barang konsumsi yang
terdaftar di BEI berjumlah 33 perusahaan yang terdiri dari 4 subsektor, yaitu
makanan dan minuman, farmasi, rokok, dan barang keperluan rumah tangga
sehingga tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Dengan demikian prospeknya akan menguntungkan di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut,
dimungkinkan tingkat penjualan pada perusahaan dalam industri barang
konsumsi tinggi, yang memungkinkan perusahaan meraih laba yang tinggi
juga.
Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba yang
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat terus berkembang serta
memberikan pengembalian yang menguntungakan bagi para pemiliknya.
Namun dalam kondisi persaingan yang terus meningkat pada masa sekarang
ini, tujuan tersebut tidak mudah untuk dicapai. Manajeman perusahaan
dituntut untuk dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan lebih
efektif dan efisien serta dapat menghasilkan keputusan yang menunjang
pencapaian tujuan perusahaan. Efisiensi operasi perusahaan akan dapat
diukur dengan cara membandingkan besarnya laba dengan jumlah modal
atau kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, atau
dengan kata lain menghitung tingkat rentabilitasnya.
Rentabilitas merupakan kemampuan badan usaha dalam menggunakan
dana yang dimilikinya untuk memperoleh laba (Munawir 2002 : 33). Dengan
demikian perusahaan tidak hanya berusaha untuk memperoleh laba yang
besar, tetapi juga harus bisa meningkatkan rentabilitasnya.
Struktur modal perusahaan akan menentukan pencapaian tujuan
perusahaan dalam meningkatkan laba usaha dan nilai perusahaan.Tujuan
optimasi struktur modal adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang
berarti memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Dalam hubungan ini
nilai perusahaan diukur dari kemampuan laba yg tersedia bagi pemegang
saham yaitu rentabilitas modal sendiri atau return on equity. Rentabilitas modal sendiri atau Return On Equity (ROE) merupakan rasio laba bersih yang tersedia bagi pemilik perusahaan dengan jumlah ekuitas, sehingga
juga merupakan ukuran efisiensi penggunaan modal . Semakin besar ROE
berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
( Riyanto, 2001 : 41). Rentabilitas sangat erat kaitannya dengan penggunaan
modal perusahaan. Modal merupakan masalah utama yang sangat
mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dalam mengelola perusahaan, yang perlu diperhatikan adalah
seberapa besar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dananya untuk
menjalankan kegiatan operasional dan mengembangkan usahanya. Untuk
pemenuhan dana ini, perusahaan dapat memperoleh dari dalam perusahaan
(modal sendiri) atau dari luar perusahaan (modal asing).
Penggunaaan hutang oleh perusahaan memiliki beberapa kelemahan.
Pertama, semakin tinggi rasio hutang (Debt Ratio), semakin tinggi pula risiko perusahaan, sehingga suku bunganya mungkin akan lebih tinggi.
Kedua, apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba
operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, maka pemegang
sahamnya harus menutup kekurangan itu, dan perusahaan akan bangkrut jika
mereka tidak sanggup membayar. Hutang yang terlalu banyak dapat
menghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat
membuat pemegang saham berfikir dua kali untuk tetap menanamkan
modalnya.
Penelitian ini mencakup periode 2009 – 2011 yang mana pada masa ini
terdapat isu masalah ekonomi global yang pada akhirnya juga
khususnya perusahaan barang konsumsi yang menjadi objek penelitian ini
beserta aspek permodalannya. Masalah ekonomi global yang dimaksud
yakni mengenai krisis ekonomi global yang dipicu dari krisis ekonomi yang
terjadi di Amerika Serikat. Krisis ekonomi global ini disinyalir juga turut
mengganggu stabilitas ekonomi nasional seperti fluktuasi nilai tukar mata
uang yang dapat mengganggu kelancaran lalu lintas perdagangan karena
dapat menyerang aspek permodalan dan laba pada dunia usaha.
Beberapa penelitian mengenai struktur modal telah dilakukan
sebelumnya oleh Saut dan Mushthafa. Hasil penelitian Saut (2010)
menunjukkan bahwa Debt to equity ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri, Debt to asset ratio juga secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri. Variabel
independen yang digunakan oleh Saut adalah Debt to equity ratio dan Debt to asset ratio. Variabel dependen yang digunakan adalah Return on equity. Sedangkan hasil penelitian Mushthafa (2010) menunjukkan bahwa struktur
modal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas modal
sendiri maupun terhadap rentabilitas ekonomi. Variabel independen yang
digunakan oleh Mushthafa adalah struktur modal, sedangkan variabel
dependennya adalah rentabilitas modal sendiri dan rentabilitas ekonomi.
Melihat hasil- hasil dari penelitian terdahulu yang berbeda-beda
mengenai pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas modal sendiri, maka
penulis ingin mereplikasi penelitian Saut (2010) dengan menambahkan
rentabilitas modal sendiri. Penelitian ini dilakukan pada perusahan barang
konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011. Berdasarkan uraian
diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut : apakah struktur modal dan Return on Asset berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur
modal dan Return on Asset terhadap rentabilitas modal sendiri baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai masalah yang
2. Bagi perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengelola modal
sendiri untuk menghasilkan laba.
3. Bagi akademis
Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Struktur Modal
Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari
hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang
saham. Menurut Husnan (2000 : 275 ), “Struktur modal merupakan
perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman
dan modal sendiri”. Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai
pertimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri (Riyanto, 2001:296). Sedangkan menurut
Sutrisno (2003 : 289), “struktur modal adalah merupakan
perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal
sendiri”.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa struktur modal
menggambarkan perbandingan modal asing terhadap modal sendiri
pada suatu perusahaan yang digunakan untuk kebutuhan operasi
sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan.
ekuitas pemegang saham. Rumus untuk menghitungnya adalah
sebagai berikut.
Longterm debt
LDER =
Stockholder’s equity
Semakin tinggi long term debt to equity ratio mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang
ditanggung oleh pemegang saham semakin tinggi. Struktur modal
yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham (Astuti, 2004 : 138).
2.1.2 Komponen Struktur Modal
Struktur modal pada perusahaan secara umum terdiri dari dua
komponen, yaitu modal sendiri dan modal asing.
1. Modal Sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal
dari pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu
yang tidak tertentu lamanya (Riyanto, 2001 : 240). Modal
sendiri juga dapat didefinisikan sebagai dana yang
“dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari para
pemegang saham. Secara umum pinjaman baru
dikembalikan kepada para pemegang saham bilamana
perusahaan tersebut dipailitkan (Sutojo dan Kleinsteuber,
modal sendiri dapat diartikan sebagai dana yang berasal
dari pemegang saham di dalam perusahaan untuk jangka
waktu yang tidak tertentu lamanya.
2. Modal Asing
Modal asing atau hutang jangka panjang dapat
didefinisikan sebagai kewajiban keuangan yang jangka
waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang
(lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) (Munawir, 2002
: 19). Menurut Riyanto (2001 : 238), “ hutang jangka
panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah
panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun”. Dari
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hutang jangka panjang adalah kewajiban yang mempunyai
jangka waktu pembayaran lebih dari satu tahun. Hutang
jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk
membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau
modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal
untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar
(Riyanto, 2001 : 238).
Besarnya jumlah hutang jangka panjang akan berpengaruh
terhadap baik dan buruknya struktur modal. Struktur modal yang
kurang sehat ditandai dengan terlalu besarnya jumlah pinjaman dari
yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana
mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang
berat pada perusahaan yang bersangkutan.
2.1.3 Teori Struktur Modal a. Agency Theory
Menurut teori ini, struktur modal disusun sedemikian rupa
untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan.
Pemegang saham dengan manajeman juga akan mengalami konflik
kepentingan. Konflik yang pertama. Jika hutang mencapai jumlah
yang signifikan dibandingkan dengan saham, maka pemegang
saham akan tergoda melakukan subtitusi asset, dalam hal ini pemegang saham akan beroperasi dengan meningkatkan risiko
perusahaan. Risiko perusahaan yang meningkat menguntungkan
bagi pemegang saham karena kemungkinan memperoleh
keuntungan yang tinggi akan semakin besar.
b. Pecking Order Hiphotesys
Pada dasarnya teori ini dibangun berdasarkan asumsi dan
temuan empiris tentang perilaku keuangan perusahaan berikut : (1)
kebijakan deviden yang bersifat “sticky” (tidak mudah naik atau turun), (2) perusahaan lebih menyukai sumber pendanaan internal
(laba ditahan) dibandingkan dengan sumber dana eksternal
(kewajiban dan ekuitas), (3) apabila harus menggunakan sumber
sekuritas yang teraman, (4) ketika kebutuhan dana eksternal cukup
besar, maka perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas
menurut urutan : hutang yang paling aman, hutang yang berisiko
tinggi, convertible securities, preferred stock, dan saham biasa (Arifin, 2005 : 94). Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan lebih
mengutamakan pendanaan ekuitas internal (menggunakan laba yang
ditahan) daripada pendanaan ekuitas eksternal (menerbitkan saham
baru). Hal itu disebabkan penggunaan laba yang ditahan lebih
murah dan tidak perlu mengungkapkan sejumlah informasi
perusahaan (yang harus diungkapkan dalam prospektus saat
menerbitkan obligasi dan saham baru). Apabila perusahaan
membutuhkan pendanaan eksternal, pertama kali akan menerbitkan
hutang sebelum menerbitkan saham baru.
c. Signaling Theory dan Asymetric Informtion Model
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manajer yang
memiliki informasi yang bagus tentang perusahaan akan
menyampaikan kepada investor luar sehingga akan meningkatkan
harga saham perusahaan. Akan tetapi dengan adanya masalah
asymetric information, maka manajer tidak bisa hanya menyampaikan informasi yang bagus tersebut karena bisa saja
manajer lain juga menyampaikan hal yang sama yang dapat
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan struktur modal.
1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih
aman memperoleh banyak pinjaman dan menanggung beban
tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena
permintaan atas produk atau jasanya stabil, secara historis
mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan
daripada perusahaan industri.
2. Struktur Aset
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan
kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang.
Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak
perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva
yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik
untuk dijadikan jaminan. Karena itu, perusahaan real estate
biasanya mempunyai leverage yang tinggi, sedangkan
perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi tidak
demikian.
Jika hal-hal lain tetap sama (konstan), perusahaan dengan
laverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar laverage keuangan karena perusahaan akan memiliki risiko bisnis yang lebih kecil.
4. Tingkat pertumbuhan
Jika diasumsikan hal-hal lain tetap sama, maka perusahaan
yang tumbuh dengan pesat lebih banyak mengandalkan
pendanaan eksternal. Akan tetapi, pada suatu kondisi
perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi
ketidakpastian yang lebih besar yang menyebabkan perusahaan
tersebut mengurangi keinginan untuk menggunakan hutang
sebagai sumber pendanaan.
5. Profitabilitas
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan utang yang relative kecil. Meskipun tidak ada
pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan praktis
atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang
menguntungkan, seperti Intel, Microsoft dan Coca Cola
memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan
untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk
tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai
bagi perusahaan yang terkena tarif pajak. Oleh karena itu
semakin tinggi tarif pajak, semakin besar manfaat penggunaan
hutang sebagai sumber pendanaan.
7. Pengendalian
Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian
manajemen dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila
manajemen saat ini mempunyai hak suara untuk
mengendalikan perusahaan (mempunyai lebih dari 50 persen)
tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham
tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk
pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin
memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi
keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang
dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan, karena
jika perusahaan jatuh bangkrut, para manajer tersebut akan
kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika utangnya terlalu kecil,
manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi,
pertimbangan pengendalian tidak selalu mengkhendaki
penggunaan utang atau ekuitas karena jenis modal yang
suatu kondisi ke kondisi yang lain. Bagaimanapun, jika posisi
manajemen sangat rawan, situasi pengendalian perusahaan
akan dipertimbangkan.
8. Sikap manajeman
Sebagian manajeman cenderung lebih konservatif daripada
manajeman yang lain sehingga menggunakan hutang yang
lebih kecil daripada rata-rata industri yang bersangkutan,
sementara manajeman yang lain cenderung menggunakan
banyak hutang usaha dalam upaya mengejar laba yang tinggi.
9. Sikap Pemberi Pinjaman dan Penilai Peringkat
Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas
faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para
pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Dalam sebagian besar kasus, perusahaan
membicarakan struktur pendanaannya dengan pemberi
pinjaman dan lembaga penilai peringkat serta sangat
memperhatikan masukan yang diterima.
10.Kondisi Pasar
Kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami
perubahan dalam jangka panjang dan jangka pendek sangat
11.Kondisi Internal Perusahaan
Dalam hal ini, kondisi internal perusahaan juga
berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal. Jika kondisi
internal perusahaan baik, maka kebijakan struktur modal juga
akan meningkat.
12.Fleksibilitas Keuangan
Dengan fleksibilitas keuangan, maka akan sangat
membantu perusahaan dalam bidang pendanaan karena melalui
adanya fleksibilitas keuangan maka kapasitas cadangan yang
memadai dapat dipertahankan.
2.2 Rentabilitas
Tujuan perusahaan pada umumnya yaitu memperoleh laba sesuai
dengan yang telah direncanakan. Untuk memperoleh laba tersebut,dalam
menjalankan operasinya perusahaan memerlukan sumber daya berupa modal
maupun aktiva. Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan
modal atau aktiva yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba
tersebut. Menurut Martono (2001 : 18), “rentabilitas adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal
yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut”.
Sedangkan menurut Harahap (2004 : 395), “rentabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau
keuntungan melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada”. Cara
modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya, apakah
itu laba dari operasi atau laba neto sesudah pajak dengan keseluruhan aktiva
tangible atau modal sendiri.
Adanya beberapa cara penilaian terhadap rentabilitas suatu perusahaan,
menyebabkan beberapa perusahaan juga memiliki cara yang berbeda dalam
menghitung rentabilitasnya, yang penting adalah rentabilitas mana yang
akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal dalam
perusahaan yang bersangkutan.
2.3 Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri (return on equity) menunjukkan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak (net profit after taxes) yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah modal pada perusahaan.
Menurut Riyanto (2001: 44), “rentabilitas modal sendiri menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik
modal sendiri yang ada dalam perusahaan itu”. Itu artinya rentabilitas modal
sendiri dapat menjadi ukuran efisiensi bagi penggunaan modal sendiri yang
dioperasikan dalam perusahaan.
Semakin besar rentabilitas modal sendiri berarti semakin besar pula
kemampuan perusahaan itu menghasilkan laba bagi pemilik modalnya. Laba
yang diperhitungkan adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga
Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas modal sendiri :
a. Struktur modal
Kebijakan pemenuhan kebutuhan akan menentukan tingkat
financial leverage suatu perusahaan. Penambahan hutang akan memeberikan pengaruh menguntungkan terhadap modal sendiri
apabila rate of return pada penambahan hutang tersebut lebih besar daripada biaya hutang atau bunganya, dan sebaliknya.
Sehingga dalam hal ini, perluasan modal yang dipenuhi dengan
modal sendiri akan lebih menguntungkan terhadap tingkat
rentabilitas modal sendiri.
b. Return on Asset (ROA)
Return on Asset atau disebut juga dengan rentabilitas ekonomis juga ikut mempengaruhi besarnya rentabilitas modal
sendiri. Pengaruh Return on Asset terhadap rentabilitas modal sendiri secara teoritis memiliki pengaruh positif. Dengan kata
lain, semakin tinggi ROA akan mengakibatkan kenaikan
rentabilitas modal sendiri.
c. Tingkat bunga
Bagi perusahaan tingkat bunga akan mempengaruhi biaya
modal yang ditangggung dari adanya penggunaan hutang atau
modal asing oleh perusahaan tersebut. Tingkat bunga yang
akan mengurangi laba bersih yang akan diterima oleh
perusahaan.
2.4 Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut yang dinyatakan dalam perentase. Laba yang diperhitungkan untuk
menghitung rentabilitas ekonomi adalah laba yang berasal dari operasi
perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income) sedangkan modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi adalah
modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/asset).
Faktor- faktor yang mempengaruhi Return On Asset (ROA) terdiri dari profit margin dan turnover of operating asset .
1. Profit margin
Profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dengan penjualan bersih, perbandingan tersebut dinyatakan
dalam bentuk persentase. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan
dengan tingkat pendapatan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perhitungan profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya
laba usaha dalam hubungannya dengan pendapatan yang
2. Turnover of operating asset (tingkat perputaran aktiva)
Turnover of operating asset merupakan tingkat perputaran aktiva usaha selama satu periode. Turnover of operating asset mengukur sampai seberapa jauh aktiva usaha dipakai dalam
perusahaan, selain itu juga dimaksudkan untuk mengetahui
efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan
perputaran operating asset dalam satu periode tertentu.
Hasil kali antara profit margin dengan turnover of operating asset menentukan tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi. Semakin tinggi tingkat profit margin atau turnover of operating asset maka akan mengakibatkan naiknya rentabilitas ekonomi. Apabila ingin memperbesar rentabilitas ekonomi
dengan cara memperbesar profit margin, berarti berhubungan dengan usaha untuk meningkatkan efisiensi di bidang produksi,
penjualan, dan pembenahan administrasi. Sedangkan untuk
memperbesar rentabilitas ekonomi dengan cara memperbesar
turnover of operating asset berhubungan dengan kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar
maupun aktiva tetap.
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain oleh Saut
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Debt to equity ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri, Debt to asset ratio juga secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal
sendiri. Variabel independen yang digunakan oleh Saut adalah Debt to equity ratio dan Debt to asset ratio. Variabel dependen yang digunakan adalah Return on equity.
Mushthafa (2010) meneliti pengaruh struktur modal terhadap
rentabilitas pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2004-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
struktur modal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
rentabilitas modal sendiri maupun terhadap rentabilitas ekonomi. Variabel
independen yang digunakan oleh Mushthafa adalah struktur modal,
sedangkan variabel dependennya adalah rentabilitas modal sendiri dan
rentabilitas ekonomi.
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti dan tahun Penelitian
Judul Penelitian Variabel Penelitian sendiri pada industri
(2010)
Sumber : diolah dari berbagai sumber oleh penulis, 2012
2.6 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka, maka dapat
disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut:
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang
masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Berdasarkan perumusan
masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H1 : struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas
modal sendiri.
H2 : Return on Asset berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian asosiatif, sebab tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana
suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya melalui pengujian hipotesis
(Umar, 2003:30). Penelitian asosiatif bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih dengan bentuk hubungan kausal.
Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat antara variabel
independen dengan variabel dependen (Rochaety : 2007 : 28).
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Perusahaan yang menjadi tempat penelitian adalah perusahaan barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2009 s.d
2011. Peneliti mengumpulkan data melalui website Bursa Efek Indonesia
yaitu
dilaksanakan dari bulan Februari 2012 s.d Juli 2012.
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan baik dari jumlah sampel
yang digunakan, periode penelitian, maupun faktor-faktor yang diteliti.
1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya
Efek Indonesia dengan jumlah populasi sebanyak 32 perusahaan dan
jumlah sampel sebanyak 10 perusahaan.
2. Periode penelitian yang diamati terbatas karena hanya mencakup tahun
2009, 2010 dan 2011.
3. Penulis mengindikasikan struktur modal hanya dengan menggunakan
Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) dengan mengabaikan rasio yang lain seperti debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), dan longterm debt to asset ratio (LDAR).
3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen (bebas)
dan satu variabel dependen (terikat).
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya
atau terpengaruhnya variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel
independen yang digunakan penulis adalah Struktur modal dan Return on Asset.
a. Struktur modal
Struktur modal dapat dihitung dengan menggunakan Longterm Debt to Equity Ratio (LDER).
Longterm debt LDER =
b. Return on Asset (ROA)
Return on Asset atau disingkat dengan ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Profit after taxes ROA=
Total asset 2. Variabel Dependen
Variabel ini sering juga disebut dengan variabel terikat atau
variabel tidak bebas, menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan.
Variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Jadi
variabel dependen adalah kosekuensi dari variabel independen.(Erlina
2008:42).
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rentabilitas modal sendiri. Rasio yang digunakan untuk menghitung
rentabilitas modal sendiri adalah Return on Asset (ROE). Berikut adalah rumus untuk menghitung ROE .
Profit after taxes ROE =
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Jenis Variabel
Nama Variabel
Defenisi Pengukuran Skala
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono : 2006 :115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2009-2011, yaitu sebanyak 33 perusahaan. Sampel adalah
sebagian dari unit populasi yang diperoleh melalui sampling tertentu
(Rochaety : 2007 : 64).
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria
dengan pertimbangan (judgement sampling) (Jogiyanto, 2004: 79).
Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel adalah
sebagai berikut :
1. Sampel merupakan perusahaan barang konsumsi yang masih
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
2. Perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangan selama
periode tahun 2009-2011.
3. Perusahaan tersebut menghasilkan laba selama periode tahun
2009-2011.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas, maka diperoleh
Tabel 3.2
Daftar Populasi penelitian
No Kode Nama Perusahaan
Kriteria No.
Sampel 1 2 3
1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk. - - - -
2 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. - - - -
3 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk. √ √ √ 1
4 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk. - - - -
5 DLTA PT. Delta Jakarta Tbk. √ √ √ 2
6 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk. - - √ -
7 FSPI PT. Fast Food Indonesia Tbk. √ √ √ 3
8 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. √ √ √ 4
9 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk. √ √ √ 5
10 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. - - - -
11 INAF PT. Indofarma Tbk. - - - -
12 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. - - - -
13 KAEF PT. Kimia Farma Tbk. - - - -
14 KICI PT. Kedaung Setia Industrial Tbk. - - - -
15 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. √ √ √ 6
17 MERK PT. Merck Tbk. - - - -
18 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. √ - - -
19 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. √ √ √ 7
20 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk. - - - -
21 RMBA PT. Bentoel International Investama Tbk. - - - -
22 SIPD PT. Sierat ProductTbk. - - - -
23 SKLT PT. Sekar Laut Tbk. √ √ √ 8
24 SMAR PT. Smart Tbk. √ √ √ 9
25 STTP PT. Siantar Top Tbk. - - - -
26 SQBI PT. Bistol-Myers Squibb Indonesia Tbk. - - - -
27 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk. - - - -
28 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk. √ √ √ 10
29 TSPC PT. Tempo Scan Pasific Tbk. - - - -
30 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk. √ - √ -
31 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk. √ - √ -
32 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk. - - - -
33 PROD PT. Sara Lee Body Care Indonesia Tbk. - - - -
Dari 33 populasi yang diambil dari perusahaan barang konsumsi, yang
memenuhi kriteria sebanyak 10, maka sampel yang digunakan sebanyak 10
Tabel 3.3
Daftar Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
1 PT. Cahaya Kalbar Tbk. CEKA
2 PT. Delta Jakarta Tbk. DELTA
3 PT. Fast Food Indonesia Tbk. FSPI
4 PT. Gudang Garam Tbk. GGRM
5 PT. HM Sampoerna Tbk. HMSP
6 PT. Kalbe Farma Tbk. KLBF
7 PT. Mayora Indah Tbk. MYOR
8 PT. Sekar Laut Tbk. SKLT
9 PT.Smart Tbk. SMAR
10 PT. Mandom Indonesia Tbk. TCID
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro,
2003:124) dan merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak,
di mana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya (Erlina,
2008:36). Sumber data sekunder misalnya buku, laporan perusahaan,
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan
tahunan perusahaan barang konsumsi yang berakhir 31 Desember pada
tahun 2009-2011 yang diunduh dari situs http:// www. idx.co.id/.
a. Informasi mengenai earning yang dihasilkan perusahaan
Data
dalam penelitian ini adalah kombinasi antara data time series dengan data cross section. Data time series merupakan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat dalam beberapa interval waktu tertentu. Data cross Section merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu tertentu (Umar, 2003 :70). Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini yaitu :
b. Informasi mengenai hutang jangka panjang perusahaan
c. Informasi mengenai ekuitas pemegang saham
d. Informasi keuangan lainnya yang berhubungan dengan variabel
penelitian.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan
keuangan, dokumen-dokumen, catatan-catatan, dan informasi lainnya
yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian diperoleh dari media
internet dengan cara mendownload laporan keuangan perusahaan-
perusahaan pertambangan yang diperlukan dalam penelitian ini melalui
3.8 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis
dengan bantuan software SPSS, dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Tujuan utama dari
analisis data adalah meringkas data dalam bentuk yang mudah dipahami
dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem penelitian dapat
dipelajari dan diuji.
1. Analisi Deskriptif
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengumpulkan, mengklasifikasikan dan menginterprestasikan data
penelitian sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
keadaan perusahaan yang sedang diteliti.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:103) “Tujuan uji
normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.”
Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel terikat, variabel bebas, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Uji normalitas perlu dilakukan untuk
menentukan alat statistik yang digunakan, sehingga kesimpulaan
Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik. Jika
data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis
diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
demikian sebaliknya. Selain itu, dapat digunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov (K-S), yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Bila nilai signifikan > 0.05 berarti distribusi data
tidak normal, sebaliknya bila nanti signifikan < 0.05 berarti
distribusi data normal.
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan
menggunkan grafik histogram, normal probability plot, dan uji Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2005:91).
Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem
multikolinearitas (multiko). Pengujian multikolinearitas
dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Faktor (VIF) dan korelasi di antara variabel independen. Jika nilai VIF lebih
independen. Di samping itu, suatu model dikatakan terdapat
gejala multikolinearitas jika kolerasi di antara variabel
independen lebih besar dari 0,1.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut
homokedastisitas. Dan jika varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Salah satu cara mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik Scatter-Plot. Dasar analisis menurut (Ghozali, 2005:105) adalah:
1. Jika pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka mengindikasikan terjadinya
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005:95) uji autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada data runtun waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu / kelompok cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu / kelompok yang sama
periode berikutnya.
Penggunaan program SPSS bertujuan untuk mendeteksi
adanya problem autokorelasi adalah dengan melihat besaran
DURBIN-WATSON yaitu panduan mengenai angka D-W (Durbin-Watson)pada tabel D-X.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut:
a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada auotokorelasi positif
b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi
Autokeralasi bisa diatasi dengan berbagai cara, misalnya dengan
melakukan transformasi data dan menambah data observasi.
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda
digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependennya. Berikut ini merupakan model
regresi yang digunakan :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e
Keterangan :
Y = Rentabilitas Modal Sendiri
a = Konstanta
b1,b2 = Koefisien regresi
X1 = Struktur modal
X2 = Return on Asset e = Error
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variasi variabel independen
(Ghozali, 2005: 83). Nilai koefisien determinasi dapat dilihat
pada R Square. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5
b. Uji signifikan Simultan (Uji F)
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
F-test. Menurut Ghozali (2005:84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua varibel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat”.
H0 : b1 : b2 = 0, artinya variabel LDER dan ROA yang terdapat
pada model ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
ROE
Bentuk pengujian :
H1 : b1 : b2 ≠ 0, artinya variabel LDER dan ROA yang terdapat
pada model ini berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE.
Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel
pada tingkat signifikan (α) = 5%, dimana :
H0 diterima jika : Signifikansi > 0,05
H0 ditolak jika : Signifikansi ≤ 0,05
Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini, adalah :
a. jika Fhitung < Ftabel pada α 0.05, maka H1 ditolak dan
b. jika Fhitung > Ftabel pada α 0.05, maka H1 dterima.
c. Uji signifikan Parsial (Uji T)
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
t-test. Menurut Ghozali (2005:84) “uji statistik t pada dasarnya
independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen”.
H0 : b1: b2= 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari LDER dan ROA terhadap variabel ROE. Bentuk pengujian :
H1 : b1 : b2 ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari
LDER dan ROA terhadap variabel ROE.
Pada penelitian ini nilai T hitung akan dibandingkan dengan T
tabel pada tingkat signifikan (α) = 5%., dimana :
H0 diterima jika : Signifikan > 0,05
H0 ditolak jika : Signifikan ≤ 0,05
Kriteria pengambilan keputusan pada uji – t ini adalah :
a. jika Thitung < Ttabel pada α 0.05, maka H1 ditolak
dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Objek penelitian ini adalah Perusahaan Barang Konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 33 perusahaan
dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan
dengan total pengamatan yang digunakan sebanyak 30 amatan (10 x 3
tahun) dan diamati selama periode 2009-2011.
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Barang Konsumsi
No Kode Nama Perusahaan
1 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk.
2 DLTA PT. Delta Jakarta Tbk.
3 FSPI PT. Fast Food Indonesia Tbk.
4 GGRM PT. Gudang Garam Tbk.
5 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk.
6 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk.
7 MYOR PT. Mayora Indah Tbk.
8 SKLT PT. Sekar Laut Tbk.
9 SMAR PT.Smart Tbk.
1. PT Cahaya Kalbar Tbk. (CEKA)
PT Cahaya Kalbar Tbk didirikan pada tahun 1968. Pada tahun
1996, perusahaan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan kode
berdagang “ CEKA”. PT Cahaya Kalbar Tbk adalah satu produsen
terkenal dari berbagai bahan untuk keseluruhan jangkauan produk
makanan: Untuk coklat dan cocoa industri confetionary, Konsentrasi Lidah buaya dan serbuki untuk makanan fungsional, industri kosmetik
dan farmasi.
PT Cahaya Kalbar Tbk juga menghasilkan dan menyediakan bahan
ke rumah makan / industri hotel, industri kue dan pemanggangan roti
dan kemudian memasuki theretail / kulakan pasar dengan barang
minuman fungsional.
2. PT. Delta Jakarta Tbk. (DLTA)
PT Delta Jakarta Tbk adalah perusahaan yang menghasilkan
Produk utama berupa bir pilsner dan dipasarkan dengan nama Anker
Bir dan kontrol 40% pasar nasional bir pilsner di Indonesia.
Penghasilan lain adalah Anker Stout dan Shanta Super Shandy.
Perusahaan mempunyai satu kesepakatan bantuan kerjasama
dengan Tempat Pembuatan Bir Netherland BV, meliputi pembangunan
teknologi, manajemen pemasaran dan umum. Delta Jakarta juga
menghasilkan produk berlisensi dari Carlsberg Internasional A/S,
1995, perusahaan yang menampung tempat pembuatan bir ini dari
Jakarta Utara ke Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Tempat pembuatan bir
ini dibangun pada tempat seluas 15 lokasi ha. Penampungan diharapkan
untuk meningkatkan kapasitas penghasilan oleh 50% ke 900.000 hl.
Perusahaan juga menghasilkan bir San Migyel, mengikuti masukan dari
Korporasi San Miguel dari negara pilipina ke dalam perusahaan seperti
pemegang saham.
3. PT. Fast Food Indonesia Tbk. (FSPI)
Perusahaan didirikan pada tahun 1978 oleh Gelael Group,
Kentucky Fried Chicken (KFC) pemilik monopoli untuk Indonesia.
Pada 10 Oktober 1979, perusahaan yang membuka ini rumah makan
KFC pertama telah memimpin perusahaan untuk mendominasi pasar
makanan cepat di Indonesia dalam masa 17 tahun. Semakin banyak
rumah makan KFC dibangun di Jakarta dan kota besar lain di Indonesia.
Terhitung sejak akhir dari 1996 perusahaan mengoperasikan 148 rumah
makan KFC pada 30 kota besar di Indonesia.
Produk KFC antara lain adalah: colonel's original dan Hot &
Crispy Chicken, secara konsisten ditingkatkan sebagai rasa terbaik
ayam pada survey konsumen, keduanya diterima dengan baik di
Indonesia, dimana tingkat konsumsi ayam berpengaruh signifikan lebih
tinggi dibandingkan dengan konsumsi daging lainnya. Penerimaan
produk KFC di Indonesia dilanjutkan dengan penambahan menu favorit
kentang), lumpia (gulungan telor), seperti halnya Indonesia sup untuk
melengkapi produk inti.
4. PT. Gudang Garam Tbk. (GGRM)
PT Gudang Garam Tbk. adalah sebuah perusahaan produsen rokok
populer asal Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 26 Juni
1958 oleh Surya Wonowidjojo, yang merupakan pemimpin dalam
produksi rokok kretek.
Surya Wonowidjoyo adalah seorang pengusaha Indonesia yang
merupakan pendiri Gudang Garam, salah satu produsen rokok terbesar
di Indonesia. Sebelum mendirikan Gudang Garam, Ia sempat bekerja di
pabrik rokok "93" milik pamannya. Berkat kerja keras dan kerajinannya
dia mendapatkan promosi dan akhirnya menduduki posisi direktur di
perusahaan tersebut. Surya Wonowidjoyo kemudian keluar dari pabrik
rokok "93" dan pada usia 35 tahun, ia mendirikan perusahaannya
sendiri yaitu pabrik rokok Gudang Garam di Kediri, Jawa Timur. Dia
membeli tanah di Kediri dan memulai produksi rokok sendiri, diawali
dengan rokok kretek dari kelobot. Gudang Garam didirikannya pada
tahun 1958 yang kemudian berkembang pesat dengan jumlah karyawan
mencapai 500.000 orang yang menghasilkan 50 juta batang kretek
setiap bulannya. Pada tahun 1966, Gudang Garam telah tercatat sebagai
pabrik kretek terbesar di Indonesia.
Produk PT. Gudang Garam diantaranya adalah Gudang Garam
Profesional, Surya Pro Mild, Gudang Garam Nusantara, Gudang Garam
Nusantara Mild, Gudang Garam Merah, Gudang Garam Djaja, Nusa,
Taman Sriwedari dan Sigaret Kretek Filter Klobot.
5. PT. HM Sampoerna Tbk. (HMSP)
PT. HM Sampoerna Tbk, adalah salah satu produsen rokok
terkemuka di Indonesia, masuk dalam jajaran perusahaan keluarga
terbesar di dunia yang masih tetap berkiprah dari generasi ke generasi.
Sejarah perusahaan ini tidak dapat dipisahkan dari keberadaan keluarga
Sampoerna secara turun menurun. Kesuksesan diawali dari perintisan
bisnis oleh Liem Seeng Tee, dilanjutkan kesuksesan Liem Swie Ling
membangun pondasi bisnis yang kokoh, lalu kemudian diteruskan
hingga kini oleh Putra Sampoerna dan putranya Michael Joseph
Sampoerna.
6. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
Kalbe didirikan pada tanggal 10 september 1966 oleh 6 bersaudara
dengan melakukan usaha dimulai di sebuah garasi di kawasan Jakarta
Utara dan lingkup kerjanya hanya dikawasan Jakarta saja. PT Kalbe
Farma Tbk saat itu dipimpin oleh Dr. Boenjamin Setiawan dan F. Bing
Aryanto serta didukung oleh keempat saudara lainnya. Kegigihan dan
ketekunan dalam menjalankan usahannya Kalbe bertumbuh baik
sehingga pada akhirnya memiliki pabrik di kawasan Pulomas, Jakarta
aktivitasnya mulai berkembang yang sebelumnya hanya di Jakarta
mulai merambah ke daerah–daerah lainnya di Indonesia.
Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi yang masing-masing
memberikan kontribusi yang relatif seimbang, yaitu divisi obat resep,
divisi produk kesehatan, divisi nutrisi serta divisi distribusi dan
kemasan.
7. PT. Mayora Indah Tbk. (MYOR)
Didirikan pada tahun 1977, mengambil alih PT Unita Branindo
pada tahun 1990, satu pabrikan wafer dan coklat juga dimiliki oleh
pendiri perusahaan. Sejak ambil alih, perusahaan telah memiliki dua
pabrik di Tangerang, Jawa Barat, ditempat 11.7 Ha dari darat.
Perusahaan mempunyai kesepakatan dengan Oka AC Ltd. Untuk
penghasilan coklat dan dengan Makanan Kekhususan Denmark Aps
dari Denmark untuk penghasilan dari Kue Denmark. PT Mayora Indah
adalah satu cabang dari Inbisco Group, yang aktif pada industri
makanan sejak tahun 1948.
8. PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT)
PT Sekar Laut Tbk adalah salah satu perusahaan yang
menghasilkan bahan makanan. Bahan baku utama yang digunakan
perusahaan dalam menghasilkan produk adalah geragau dan ketela
pohon yang disediakan oleh sejumlah petani geragau di Indonesia
timur, Jawa Tengah dan Barat, Sulawesi Selatan dan Kalimantan,
Perusahaan yang punya satu kapasitas terdiri dari 7.5 ton per tahun dan
pasar dengan produk krupuk pada merek dagang Finna: udang kering,
emping dibumbui terbuat dari melinjo, ketela pohon dan jagung.
9. PT.Smart Tbk. (SMAR)
PT SMART Tbk adalah salah satu perusahaan paling besar yang
go Public. Didirikan oleh Sinar Mas Group pada tahun 1962, PT
SMART Tbk sekarang ini mempunyai perkebunan dengan area seluas
sekitar 110.000 hektar. PT SMART Tbk juga mengoperasikan 12 CPO
giling, 2 pabrik penghancuran daging buah dan 2 refeneries. Kumpulan
di samping dan minyak industri, produk PT SMART Tbk disuling juga
dipasarkan pada beberapa merek seperti Filma dan Kunci Mas. Pada
saat ini, merek itu telah dikenali dengan kwalitas tinggi.
PT SMART Tbk adalah satu cabang dengan sumber daya
Golden-Agri Limited (GAR), salah satu kelapa sawit paling besar mendasari
perusahaan pribadi di dunia yang didaftarkan di Singapura. Bermanfaat
bagi hubungan ini PT SMART Tbk dengan ekonomi dari skala di
penelitian dan pembangunan, sourching dari bahan baku, dan akses ke
domestik lebar dan jaringan pemasaran internasional.
10.PT. Mandom Indonesia Tbk. (TCID)
PT Mandom Indonesia Tbk ini didirikan di Jakarta pada 5
November 1969. Pertama kali didirikan dengan nama PT Tancho
Indonesia. Bergerak di bidang usaha industri kosmetika,
plastik. Sebagai Perusahaan yang menjalankan usaha di Indonesia, PT
Mandom Indonesia Tbk telah menetapkan komitmennya untuk
melayani dan memberikan kontribusi bagi pasar domestik dengan
produk-produk terbaik Mandom. Setiap Brand PT Mandom Indonesia
Tbk secara khusus diciptakan dengan keunggulan dan keunikan
masing-masing yang ditargetkan untuk konsumen yang berbeda-beda.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Dekriptif Tabel 4.2
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2012
pengumpulan dan pengolaha
informasi yang berguna berdasarkan keadaan yang umum. Statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum dari
Berdasarkan data dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa:
1. Variabel independen Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) memiliki nilai minimum 0,17 dan nilai maksimun 0,70 dengan
rata-rata sebesar 0,4336 dan standar deviasi 0,16886.
2. Variabel independen Return on Asset (ROA) memiliki nilai minimum 0,003 dan nilai maksimun 0,46 dengan rata-rata
sebesar 0,1512 dan standar deviasi 0,11231.
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah
distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi
normal. Pengujian normalitas data penelitian ini menggunakan
analisis grafik dan statistik. Analisis grafik untuk melihat
normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram dan kurva
Gambar 4.1 Histogram
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2012
Pada histogram tersebut ( Gambar 4.1 ), dapat dilihat
bahwa bentuk cenderung di tengah dan tidak condong ke kiri
maupun ke kanan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2012
Pada gambar 4.2 data menyebar di sekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi