• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

RINI RIZKY JANUARTI PRIHATINI

POLA PENGGUNAAN OBAT

ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN

TUBERKULOSIS PARU

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

ii L

embar Pengesahan

POLA PENGGUNAAN OBAT

ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN

TUBERKULOSIS PARU

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo)

SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada

Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

2015

Oleh:

RINI RIZKY JANUARTI PRIHATINI

201110410311022

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt

(3)

iii L

embar Pengujian

POLA PENGGUNAAN OBAT

ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN

TUBERKULOSIS PARU

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji

pada tanggal 26 Juni 2015

Oleh:

RINI RIZKY JANUARTI PRIHATINI

201110410311022

Tim Penguji

Penguji I Penguji II

Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt

NIP. 11406090449 NIP. 195809111986011011

Penguji III Penguji IV

Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS Nailis Syifa’, S.Farm.,M.Sc.,Apt.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul POLA PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Penelitian Dilakukan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo). Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang selalu memberikan rahmat, hidayah, serta nikmat-Nya kepada umat-Nya, serta Rasulullah SAW yang sudah menuntun kita menuju jalan yang lurus.

2. Bapak Yoyok Bekti P, M. Kep., Sp. Kom., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M. Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp. FRS selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt. selaku Dosen Pembimbing II. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp. FRS selaku Dosen penguji I, serta Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji II, terimakasih atas kesabaran dan waktunya untuk membimbing dan memberi saran, pengarahan, dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 4. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo beserta jajarannya

khususnya bagian pendidikan dan penelitian (Diklit) dan seluruh staf pengawai bagian rekam medik RSUD Sidoarjo yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian ini.

(5)

v

6. Kedua orang tua tercinta, ibunda Rukmini, ayahanda (Alm) Jauhari dan adikku tersayang Rina Rizka Meyliana, serta keluarga besar tercinta yang tiada hentinya memotivasi dalam segala hal, dengan sabar mendoakan untuk kebaikan dan kesuksesan, serta selalu berusaha mengajarkan pantang menyerah dan selalu bersyukur. Terimakasih banyak atas didikkan dan semua bantuan yang telah diberikan baik moril maupun materil kepada penulis. Mereka adalah motivasi terbesar bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.

7. Sahabat dan teman tersayang Riska Immelia (teteh imel), Siti Karlina (teteh kaka), Fransisca, Risqika, Reny, Dian, Sindy, Lany, Hesty, Nia, Evi, Indah Resi, Juwita, Kuni, Dike, Gilang, Angga dan seluruh teman-teman Farmasi UMM angkatan 2011, terimakasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi, semangat serta kerjasamanya selama penulis menempuh pendidikan sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya dikarenakan keterbatasan, penulis mohon maaf dan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput dari bantuan dan doa yang telah diberikan.

Penulis tidak mampu membalas jasa yang telah diberikan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan keberkahan dan keridhoan-Nya serta membalas amal kebaikan semua pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam dunia farmasi dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya, serta berguna bagi penelitian berikutnya.

Wassalamu’alaikumwarohmatullohiwabarokatuh.

Malang, 20 Mei 2015

Penyusun,

(6)

vi RINGKASAN

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA

PASIEN TUBERKULOSIS PARU

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Sidoarjo)

Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lainnya. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan TB sebagai “Global Emergency”. Tuberkulosis merupakan suatu masalah penyakit infeksi paling serius dan penyebab kematian nomor satu akibat penyakit infeksi tunggal. Kurang lebih 8,8 juta kasus baru (insidensi) TB terjadi pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (basil tahan asam) positif. Menurut laporan WHO pada tahun 2004, jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari kasus TB di seluruh dunia. Di Indonesia jumlah penderita TB paru berdasarkan laporan WHO tahun 2009 menduduki peringkat ke lima di dunia setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria.

Pengobatan terapi TB paru bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan TB paru terdiri dari dua tahapan yaitu fase Intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan) dan digunakan berdasarkan kategori pengobatan. Kategori pengobatan TB paru meliputi kategori 1 (2HRZE/4H3R3), kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3), dan kategori 3 (2HRZ/4H3R3).

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola penggunaan obat antituberkulosis (OAT) pada pasien TB paru di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo, mengkaji kesesuaian pemilihan obat, dosis obat, rute penggunaan, bentuk sediaan, dan frekuensi pemakaian OAT dikaitkan dengan kondisi pasien. Serta, mengidentifikasi kemungkinan terjadinya permasalahan terkait obat (drug related problems/DRPs). Cara memperoleh data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan rekapitulasi Rekam Medik Kesehatan (RMK) pasien TB paru.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif yaitu berupa studi retrospektif dengan metode consecutive sampling (pengambilan sampel berdasarkan waktu). Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosis TB Paru di RSUD Sidoarjo yang menggunakan terapi OAT, disertai dengan data Rekam Medik Kesehatan (RMK) lengkap, mulai periode 01 Juli - 31 Desember 2014.

(7)

vii

pindahan, lalai, gagal, dan kronis. Pola terapi terbanyak adalah kategori-1 sebanyak 40 pasien (80%) dan kategori-2 sebanyak 10 pasien (20%). Penggunaan terapi OAT terbanyak yaitu regimen HRZE sebanyak 42 pasien (84%). Regimen HRZE terbanyak dalam bentuk sediaan Rimstar 4-FDC dengan dosis Isoniazid 3x75 mg/po, Rifampisin 3x150 mg/po, Pirazinamid 3x400 mg/po, Etambutol 3x275 mg/po sebanyak 18 pasien (43%). Pola penggunaan OAT yang meliputi kesesuaian pemilihan obat, dosis, rute, dan frekuensi pemakaian OAT yang diberikan pada pasien TB Paru di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo sudah sesuai menurut beberapa jurnal dan guideline

(8)

viii ABSTRACT

ANTITUBERCULOSIS DRUG USAGE PATTERNS IN PULMONARY

TUBERCULOSIS PATIENTS

(Research at Inpatient Ward General Hospital Sidoarjo)

RINI RIZKY JANUARTI PRIHATINI

Background: Tuberculosis (TB) is a chronic infection caused by the bacteria

Mycobacterium tuberculosis. Most of these bacteria invade the lungs, but can also on other organs. Treatment of pulmonary tuberculosis aims to curing the patient, prevent death, prevent recurrence, and lower the rate of transmission.

Objective: To determine the pattern of use of antituberculosis drug in pulmonary tuberculosis patients at Inpatient Ward General Hospital Sidoarjo, and identify possible occurrence of drug related problems.

Methods: The study is a retrospective observational with consecutive sampling method in pulmonary tuberculosis patients from 01 July to 31 december 2014.

Result & Conclusion: Use of antituberculosis drug of 50 patients. Most therapy pattern is the category-1 of 40 patients (80%) and category-2 of 10 patients (20%). Antituberculosis drug therapy usage of the most is regimen HRZE of 42 patients (84%) in dosage forms Rimstar 4-FDC with a dose of Isoniazid 3x75 mg/po, Rifampicin 3x150 mg/po, Pyrazinamide 3x400 mg/po, Ethambutol 3x275 mg/po of 18 patients (43%). Usage patterns antituberculosis drug which given to pulmonary tuberculosis patients at Inpatient Ward General Hospital Sidoarjo are in accordance with some existing journals and guideline. Drug related problems (DRPs) are drug induced hepatitis of 4 patients (8%).

(9)

ix ABSTRAK

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA

PASIEN TUBERKULOSIS PARU

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Sidoarjo)

RINI RIZKY JANUARTI PRIHATINI

Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Pengobatan tuberkulosis paru bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan.

Tujuan: Mengetahui pola penggunaan obat antituberkulosis pada pasien tuberkulosis paru di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo, dan mengidentifikasi kemungkinan terjadinya permasalahan terkait obat (drug related problems/DRPs).

Metode: Penelitian ini bersifat observasional yaitu berupa studi retrospektif dengan metode consecutive sampling pada pasien tuberkulosis paru periode 01 Juli sampai 31 Desember 2014.

Hasil & Kesimpulan: Penggunaan obat antituberkulosis (OAT) sebanyak 50 pasien. Pola terapi terbanyak adalah kategori-1 sebanyak 40 pasien (80%) dan kategori-2 sebanyak 10 pasien (20%). Penggunaan terapi OAT terbanyak yaitu regimen HRZE sebanyak 42 pasien (84%) dalam bentuk sediaan Rimstar 4-FDC dengan dosis Isoniazid 3x75 mg/po, Rifampisin 3x150 mg/po, Pirazinamid 3x400 mg/po, Etambutol 3x275 mg/po sebanyak 18 pasien (43%). Pola penggunaan OAT yang diberikan pada pasien tuberkulosis paru di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo sudah sesuai dengan beberapa jurnal dan guideline yang ada. Permasalahan terkait obat (drug related problems / DRPs) adalah drug induce hepatitis sebanyak 4 pasien (8%).

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Anatomi Paru ... 5

2.2 Mycobacterium tuberculosis ... 6

2.2.1 Morfologi ... 6

2.2.2 Karakteristik ... 6

2.3 Klasifikasi Tuberkulosis ... 7

2.3.1 Tuberkulosis Paru... 7

2.3.2 Tuberkulosis Ekstra Paru ... 8

2.4 Tuberkulosis Paru ... 8

2.4.1 Definisi ... 8

2.4.2 Epidemiologi ... 8

2.4.3 Etiologi ... 9

2.4.4 Patogenesis... 9

(11)

xi

2.4.4.2 Infeksi Post Primer ... 11

2.4.5 Patofisiologi ... 12

2.4.6 Manifestasi Klinis ... 13

2.4.7 Pemeriksaan Penunjang ... 14

2.4.7.1 Pemeriksaan Jasmani/Fisik ... 14

2.4.7.2 Pemeriksaan Bakteriologi ... 14

2.4.7.3 Pemeriksaan Radiologi ... 14

2.4.7.4 Pemeriksaan Penunjang Lainnya ... 15

2.4.8 Tipe Penderita ... 15

2.4.8.1 Kasus Baru ... 15

2.4.8.2 Kasus Kambuh (Relaps) ... 15

2.4.8.3 Kasus Pindahan (Transfer in) ... 15

2.4.8.4 Kasus Lalai Berobat (After default) ... 15

2.4.8.5 Kasus Gagal (Failure) ... 15

2.4.8.6 Kasus Kronik ... 16

2.4.9 Komplikasi ... 16

2.4.10 Prinsip Pengobatan TB paru ... 16

2.4.11 Regimen Pengobatan ... 17

2.4.12 Kategori Pengobatan ... 17

2.4.12.1 Kategori 1(2HRZE/4H3R3) ... 17

2.4.12.2 Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) ... 18

2.4.12.3 Kategori 3 (2HRZ/4H3R3) ... 18

2.4.13 Obat Antituberkulosis Kombinasi Dosis Tetap ... 19

2.4.14 Pengobatan TB Paru Pada Anak ... 20

2.4.15 Obat Antituberkulosis ... 21

2.4.15.1 Isoniazid... 21

2.4.15.2 Rifampisin ... 25

2.4.15.3 Pirazinamid ... 28

2.4.15.4 Etambutol... 31

2.4.15.5 Streptomisin ... 33

2.5 Permasalahan Terkait Obat TB Paru ... 35

(12)

xii

2.5.1.1 Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda ... 36

2.5.1.1.1 Kanamisin ... 36

2.5.1.1.2 Amikasin ... 37

2.5.1.1.3 Fluorkuinolon ... 37

2.5.2 Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki ... 38

2.5.2.1 Hepatotoksisitas Obat Antituberkulosis ... 38

2.5.3 Interaksi Obat ... 40

2.5.4 Permasalahan Lainnya (Others) ... 41

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 42

3.1 Bagan Kerangka Konseptual ... 42

3.2 Bagan Kerangka Operasional ... 43

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 44

4.1 Rancangan Penelitian... 44

4.2 Populasi dan Sampel ... 44

4.3 Bahan Penelitian ... 44

4.3.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 44

4.3.1.1 Kriteria Inklusi ... 44

4.3.1.2 Kriteria Ekslusi ... 45

4.4 Instrumen Penelitian ... 45

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

4.6 Definisi Operasional Penelitian ... 45

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 46

4.8 Analisis Data ... 47

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 48

5.1 Data Demografi Pasien ... 49

5.1.1 Jenis Kelamin ... 49

5.1.2 Usia Pasien ... 49

5.1.3 Status Pasien ... 49

5.2 Manifestasi Klinis Pasien TB Paru ... 50

5.3 Pemeriksaan Penunjang Pasien TB Paru ... 50

5.4 Tipe Penderita Pasien TB Paru ... 51

(13)

xiii

5.6 Pola Penggunaan OAT Pasien TB Paru ... 53

5.7 Distribusi dan Pola Terapi Selain OAT Pasien TB Paru ... 54

5.8 Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) Pasien TB Paru ... 56

5.9 Kondisi Keluar Rumah Sakit Pasien TB Paru ... 57

5.10 Permasalahan Terkait Obat TB Paru ... 57

BAB 6 PEMBAHASAN ... 58

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Dosis Penggunaan OAT ... 17

II.2 Paduan Kategori Pengobatan Standar ... 18

II.3 Sediaan OAT-KDT/FDC ... 19

II.4 Paduan Pengobatan OAT-KDT/FDC Pada Dewasa ... 20

II.5 Dosis OAT Pada Anak ... 20

II.6 Paduan Pengobatan OAT-KDT/FDC Pada Anak ... 21

II.7 Sediaan Isoniazid dan FDC yang Tersedia di Indonesia ... 22

II.8 Sediaan Rifampisin yang Tersedia di Indonesia ... 26

II.9 Sediaan Pirazinamid yang Tersedia di Indonesia ... 29

II.10 Sediaan Etambutol yang Tersedia di Indonesia ... 31

II.11 Sediaan Streptomisin yang Tersedia di Indonesia ... 34

II.12 Parameter Farmakokinetika Fluorkuinolon ... 37

II.13 Efek Samping OAT ... 38

II.14 Derajat Hepatotoksisitas ... 39

V.1 Jenis Kelamin Pasien TB Paru ... 49

V.2 Usia Pasien TB Paru ... 49

V.3 Status Pasien TB Paru ... 50

V.4 Manifestasi Klinis Pasien TB Paru ... 50

V.5 Pemeriksaan Penunjang TB Paru ... 51

V.6 Tipe Penderita TB Paru ... 51

V.7 Diagnosa Penyerta TB Paru ... 52

V.8 Distribusi dan Pola Penggunaan OAT... 53

V.9 Pola Terapi Obat Antituberkulosis (OAT) ... 54

V.10 Distribusi dan Pola Terapi Selain OAT Pasien TB Paru ... 55

V.11 Lama MRS Pasien TB Paru ... 56

V.12 Kondisi KRS Pasien TB Paru ... 57

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi Paru ... 5

2.2 Mycobacterium tuberculosis... 6

2.3 Patogenesis Tuberkulosis ... 12

2.4 Struktur Kimia Isoniazid ... 21

2.5 Struktur Kimia Rifampisin ... 25

2.6 Struktur Kimia Pirazinamid ... 28

2.7 Struktur Kimia Etambutol ... 31

2.8 Struktur Kimia Streptomisin ... 33

3.1 Kerangka Konseptual ... 42

3.2 Kerangka Operasional ... 43

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 77

2. Surat Pernyataan ... 78

3. Surat Penghadapan Penelitian ... 79

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

ADR : Adverse Drug Reaction

AIDS : Acquired Immune deficiency Syndrome

ALT : Alanin Aminotransferase

ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome

ASI : Air Susu Ibu

AST : Aspartate Aminotransferase

ATDIH : Anti Tuberculosa Drug Induced Hepatotoxic

BACTEC : Battle Area Clearence and Training Equipment

BAL : Bronchoalveolar Lavage

BJH : Biopsi Jarum Halus BTA : Basil Tahan Asam

CAP : Community Acquired Pneumonia

CDC : Centre Disease Control

CKD : Chronic Kidney Disease

Cmax : Maximum Drug Concentration

CSF : Cerebrospinal Fluid

CYP3A : Cytochrome P3A

CYP450 : Cytochrome P450

DM : Diabetes Melitus

DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse

DRPs : Drug Related Problems

E : Etambutol

FAS : Fatty Acid Syntase

FDC : Fixed Dose Combination

H : Isoniazid

HAP : Hospital Acquired Pneumonia

HIV : Human Immunodeficiency Virus

HR : Heart Rate

INH : Isonicotinyl Hidrazin

(18)

xviii

KDT : Kombinasi Dosis Tetap KRS : Keluar Rumah Sakit

LPD : Lembar Pengumpulan Data

MDR-TB : Multi Drug Resistance Tuberculosis

mRNA : Messenger Ribonucleic Acid

MRS : Masuk Rumah Sakit OAT : Obat Antituberkulosis PAS : Para-Aminosalicylic Acid

PCR : Polymerase Chain Reaction

PMO : Pengawas Minum Obat POA : Pyrazinoic Acid

R : Rifampisin

RMK : Rekam Medik Kesehatan RNA : Ribonucleic Acid

RR : Respiratory Rate

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah S : Streptomisin

SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SGPT : Serum Glutamic Piruvic Transaminase

SIRS : Sistemic Inflammatory Response Syndrome

SOPT : Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis SPS : Sewaktu Pagi Sewaktu

TB : Tuberkulosis

UPK : Unit Pelayanan Kesehatan

VAP : Ventilator Associated Pneumonia

VD : Volume Distribusi

WHO : World Health Organization

(19)

72

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y., 2006. Perkembangan penanganan tuberkulosis. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. No. 3, hal 6-13.

American Thoracic Society. 2010. Infectious Diseases Society of America: Treatment of Tuberculosis. Am. J. Respir. Crit. Care Med. No.167, pp. 603-62.

American Thoracic Society.2005 Guidelines for the Management of Adult with Hospital-acquired, Ventilator-associated, and Healthcare- associated pneumonia in adults. Am. J. Respir. Crit. Care Med. No 171,pp. 388-416

Aronson, J.K., 2008. Side Effects of Drugs Annual 30, Ed. 1st. Philadelphia: Saunders Elsevier, pp. 359-792.

Asri, S.D., 2014. Masalah Tuberkulosis Resisten Obat. Vol. 41 No. 4. http://www.kalbemed.com/portals/6/05_masalah-tuberkulosis-resisten- obat.pdf. Dikases tanggal 23 Januari 2015.

Bahar, A., 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ke-3, Jakarta: Penerbit FKUI, hal 821-845.

Baxter, K., 2008. Stockley’s Drug Interactions, Ed. 8th, London: Pharmaceutical Press, hal 336-825.

Brooks, Geo F., Janet, SB., and Ornsto,LN.,1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 304-310.

Catherine, J.W., Hosseini., Mehran., Knut.,Williams, B.G., and Dye, C., 2009. The global epidemiolgy of tuberculosis.In: Schaaf, H. Simon.,and Zumla. (Ed.) TUBERCULOSIS, Philadelphia: Saunders Elsevier, hal 17- 23. Danusantoso, H., 2000. Buku Saku Ilmu penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates,

hal 95- 156.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI, hal 22-150.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care

Penyakit Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI, hal 9-110.

(20)

73

Erawatyningsih, E.P., Subekti, H., 2009. Factors affecting incompliance with medication among lung tuberculosis patients. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 25 No. 3, hal 117-23.

Feng, J.Y., 2012. Gender differences in Treatment outcomes of Tuberculosis patients in Taiwan: a Prospective Observational Study.

http://www.ncbi.nlm.nig.gov/pubmed/22734962. Diakses tanggal 7 April 2015.

Florees R.J., Sandur, S., 2006. Massive Hemoptysis. Hospital Physican. pp. 37-43

Garg, P.K., Tandon, R.K., 2009. Antituberculosis Treatment Induced Hepatotoxicity. In: Schaaf, H. Simon., and Zumla, Alimuddin. (Ed.)

TUBERCULOSIS. Philadelphia: Saunders Elsevier, pp. 608-611.

Goodman & Gilman. 2008. Dasar Farmakologi Terapi. Vol 2 Edisi ke-10, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 1246-1265.

Grange, John M., 2009. The Genus Mycobacterium and The Mycobacterium tuberculosis Complex. In: Schaaf, H. Simon., and Zumla. (Ed.)

TUBERCULOSIS. Philadelphia: Penerbit Saunders Elsevier, pp. 44-55. Guntur, H., 2008. SIRS, Sepsis, dan Syok Septik (Imunologi, Diagnosis,

Penatalaksanaan). Edisi ke-1, Surakarta: UNS Press.

Gupta, S.D., Ray, R., and Gill, S.S., 2009. Pathology. In: Sharma, Surendra K., (Ed.) TUBERCULOSIS, Ed. 2nd.Penerbit: In press, pp. 119- 127. Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Edisi ke-11,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp. 201-255. Hamusse, Shallo D., Demissie,M., Teshome,D., Lindtjorn, B., 2014.

Fifteen-year trend in treatment outcomes among patients with pulmonary smear-positive tuberculosis and its determinants in Arsi Zone, Central Ethiopia. Global Health Action. Vol. 7.

Hopewell, P.C., 2002. Tuberculosis and other mycobacterial diseases. In: Murray, J.F., Nadel, J.A., Textbook of Respiratory Medicine, Ed. 3th, Philadelphia: Saunders Elsevier, pp. 329-477.

Informasi Spesialite Obat Indonesia, 2012. Antituberkulosis. Jakarta: Penerbit PT ISFI, Vol. 47-2012 s/d 2013. hal 183-189.

(21)

74

Iwashyna T.J., Netzer, G., Langa, K.M., Cigolle, C., 2012. The Case of Severe Sepsis and Geriatric Conditions. Am. J. Respir. Crit. Care Med. pp. 834-841

Katzung, Bertram G., 2001. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi ke-8, Jakarta: Salemba Medika, hal 271-331.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. http://www.spiritia.or.id/dokumen/juknis-tbanak.pdf. Diakses tanggal 25 November 2014 d.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia.

http://www.tbindonesia.or.id/2012/04/09 /buku-pedoman-nasional-tb. Diakses tanggal 11 Oktober 2014 dan 7 april 2015.

Khailed, Alarcon E., Armengol P., Gisell K., Boillot F., Caminero A., Yuan Chen Chiang, Clevenbergh P., Dlodlo Ritta, Enarso,A.D., Enarson P., Fujiwara, I.P., Harries D.A., HeldalEinar, Hinderaker, Monedero I., Rieder L.H., Rusen D.I, Tieburq A., Deun V.A., Wilson Nevin. 2010. Management Of Tuberculosis A Guide To the Essentials Of Good Pratice Ed. 6st.. pp. 10-22

Lauzardo, M., Peloquin, Charles A., 2012. Antituberculosis therapy for 2012 and beyond. NIH Public Access. Vol. 4 No. 1, pp. 1517-10.

Mansjoer, A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3, Jakarta: Penerbit FKUI, hal 47-51.

Moore, Keith L., Dalley, Arthur F., 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi ke-5, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal 43-86.

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, hal 81-94.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. http://www.klikpdpi .com/konsensus/tb/html. Diakses tanggal 2 Oktober 2014.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pneumonia Nosokomial: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. http://www.klikpdpi .com/konsensus/tb/html. Diakses tanggal 11April 2015.

Pharmaceutical Care Network Europe, 2006. Classification For Drug Related Problems V5.01. V5.01.pdf. Diakses tanggal 23 Januari 2015.

(22)

75

Sharma, S.K., Singla, R., Sarda, P., Mohan, A., Makharia, G., Jayaswal, A., Srenivas, V., and Singh, S., 2010. Safety of 3 Different reintroduction regimens of anti tuberculosis drugs after development of

anti-tuberculosis treatment induced hepatotoxicity. Clinical Infection Disease. Vol. 6 No. 50, pp. 833-9.

Sharma, S.K., Balamurugan, A., Saha, P.K., Pandey, R.M., and Mehra, N.K., 2002. Evaluation of clinical and immunogenetic risk factors for the development of hepatotoxicity during antituberculosis treatment. Am. J. Respir. Crit. Care Med. Vol. 7 No. 166, pp. 916-9.

Sodik, D.C., Pradipta, I.S., Lestari, K., Pola Penggunaan Antibiotik dan Pola Penggunaan Pada Pasien Sepsis rawat inap RSUD Dr. Hasan sadikin Bandung (Skripsi).Universitas Padjajaran. 2012

Sudoyo, A.W., 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit FKUI, hal 143-172.

Sweetman, Sean C., 2009. Antibacterials. Martindale: The Complete Drug Reference Ed. 36th. London: Pharmaceutical Press. pp. 218-9

Tabrani, R., 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media, hal 236-250.

Tan, H.T., Rahardja K., 2007. Obat-Obat Penting. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia, hal 154-163. Tostmann, A., Boeree, M.J., Aarnouste, R.E., Lange, W., and Vander, V., 2007.

antituberculosis drug induced hepatotoxicity: concise up to date review.

Journal of gastroenterology and hepatology. Vol. 2 No. 23, pp. 192-202.

Vijayan, V.K.., Sajal De, 2009. Pulmonary Tuberculosis. In: Sharma, Surendra K.,(Ed.) TUBERCULOSIS, Ed. 2nd, New Delhi: In Press, hal 332-341.

Widayasari, R.M., Wuryanto, M.A., Setyawan, H.S., 2011. Hubungan antara Jenis Kepribadian, Riwayat Diabetes Melitus dan Riwayat Paparan Merokok Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Dewasa Di Wilayah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.1, Hal 446-43.

Widoyono, 2008. Penyakit Tropis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wijaya, A., 2012. Merokok dan Tuberkulosis. Jurnal Tuberkulosis Indonesia.Vol.8. Jakarta: PPTI.

(23)

76

World Health Organization. 2012. Global Tuberculosis Report 2012. World Health Organization 20 Avenue Appia, Geneva, Switzerland. http://www.who.int/tuberculosis. Diakses tanggal 7 April 2015.

Xia, Y., Hu, D.Y., Liu, Y.F., Sun., and Zhan, SY., 2010. Design of Antituberculosis Drug Induced Adverse Reaction in China National Tuberculosis Prevantion and Control Scheme Study. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/267. Diakses tanggal 11 November 2014.

Yee, D., Valiquette, C., Pelletier, M., Parisien, I., Rocher, I., and Menzies, D., 2003. Incindence of serious side effects from first-line antituberculosis drugs among aptients treated for active tuberculosis. Am. J. Respir. Crit. Care Med. Vol. 11 No. 167, pp. 1472–7.

Yeung, M.C., Noertjojo, K., Tan, J., Tam, M., 2002. Tuberculosis in the Elderly in Hongkong. Int. J. Tuberc. Lung Dis. pp 771-779.

(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lainnya (Vijayan & Sajal De, 2009).

Penyakit tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah

mencanangkan TB sebagai “Global Emergency”. Tuberkulosis merupakan suatu masalah penyakit infeksi paling serius dan penyebab kematian nomor satu akibat penyakit infeksi tunggal. Walaupun strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi, ini dikarenakan pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi TB-HIV dan MDR-TB (Kemenkes, 2011). Kurang lebih 8,8 juta kasus baru (insidensi) TB terjadi pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (basil tahan asam) positif. Menurut laporan WHO pada tahun 2004, jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari kasus TB di seluruh dunia, bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk, dengan angka kematian 39 orang per 100.000 penduduk, sedangkan di Afrika kasus TB hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk, dengan angka kematian sebesar 83 per 100.000 penduduk (Catherine et al., 2009). Di Indonesia jumlah penderita TB paru berdasarkan laporan WHO tahun 2009 menduduki peringkat ke lima di dunia setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria, dengan jumlah prevalensi 285 per 100.000 penduduk dan angka kematian telah turun menjadi 27 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2011).

(25)

2

antara 15-55 tahun dan WHO pada tahun 2006 menyatakan TB paru secara perlahan juga meningkat pada usia 55-64 tahun (Depkes, 2011). Ditinjau dari jenis kelamin, dilaporkan prevalensi TB paru di negara berkembang duapertiga pada laki-laki dan sepertiga pada perempuan, dimana prevalensi TB paru pada laki-laki 69,1% lebih tinggi dibanding perempuan 30,9% (Yeung et al., 2002).

Proses pengendalian serta penanggulangan TB paru sangat kompleks, salah satunya adalah masih tingginya angka kejadian TB paru yang disebabkan karena ketidakpatuhan terhadap program pengobatan (Aditama, 2006). Sejak tahun 1995, WHO mengembangkan suatu strategi penanggulangan TB paru yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Salah satu dari komponen DOTS ialah pengobatan dengan paduan obat antituberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung. Strategi ini diharapkan dapat memutuskan rantai penularan sehingga menurunkan kejadian TB paru di masyarakat (Tabrani, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Arsi Zone, Central Ethiopia dengan menggunakan metode cohort study secara retrospektif mulai tahun 1997-2011, strategi DOTS yang diterapkan pada terapi TB paru didapat hasil yang menunjukkan keberhasilan terapi sebesar 83,6% dimana pasien yang dinyatakan sembuh sebesar 67,6% dan 16% sisanya pasien sudah selesai menggunakan pengobatan secara lengkap (Hamusse et al., 2014). Belakangan ini di banyak negara banyak terjadi Multi Drug Resistance (MDR) terhadap OAT, tetapi menurut penelitian pemberian regimen HRZE masih terbukti efektif menyembuhkan 98% individu yang menjalani terapi lengkap yang penggunaannya diawasi secara langsung (Lauzardo &Peloquin, 2012).

(26)

3

menyembuhkan penderita sampai sembuh, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan (Depkes, 2005).

Permasalahan utama terkait obat pada kasus TB paru adalah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Faktor penyebabnya antara lain adalah penggunaan obat tunggal, penggunaan obat yang tidak adekuat, fenomena

addition syndrome”, dan kurangnya kepatuhan pasien terhadap program pengobatan yang berdampak pada penggunaan obat yang tidak teratur, serta tingginya angka putus obat (PDPI, 2006). Permasalahan lain yang timbul seiring dengan penggunaan OAT adalah efek samping obat yang cukup serius, dimana hampir semua OAT memicu timbulnya kerusakan hati (hepatotoksisitas) kecuali etambutol dan streptomisin (Bahar, 2001).

Pada penelitian menunjukkan sekitar 10% penderita TB paru yang mendapatkan isoniazid mengalami kenaikan konsentrasi serum transaminase

dalam minggu-minggu pertama terapi, 50% kasus terjadi pada 2 bulan pertama dan sisanya baru muncul beberapa bulan kemudian (Xia et al., 2010). Menurut laporan Centre Disease Control (CDC) 48 kasus hepatotoksisitas yang dilaporkan pada pengobatan TB dengan regimen 2 bulan pirazinamid dan rifampisin antara oktober 2000 sampai juni 2003 didapatkan hasil 37 pasien pulih dan 11 meninggal karena gagal hati. Dari 48 kasus yang dilaporkan tersebut, 33 (69%) terjadi pada bulan kedua terapi (American Thoracic Society, 2010).

Gambaran klinis yang paling umum untuk menilai disfungsi hati adalah peningkatan kadar SGOT dan SGPT dalam darah. Elevasi SGOT dan SGPT biasanya muncul kurang dari 2 minggu pertama setelah pengobatan, tetapi dapat terjadi pada setiap saat selama terapi. Pada kebanyakan kasus, tingkat enzim tetap akan kembali normal dan umumnya tidak ada keharusan untuk menghentikan pengobatan selama periode elevasi serum transaminase yang ringan (Garg & Tandon, 2009). Oleh karena itu bagi pasien TB paru yang akan maupun yang sedang dalam menjalani terapi dianjurkan untuk selalu melakukan pemeriksaan fungsi hati secara berkala (PDPI, 2006).

(27)

4

outcome kepada pasien sehingga dapat memperbaiki serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan melihat uraian penelitian tentang manfaat penggunan OAT serta efek samping yang menyertainya maka perlu diadakan studi tentang pola penggunaan OAT pada pasien TB paru yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola penggunaan obat antituberkulosis (OAT) pada pasien TB paru di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan obat anti tuberkulosis (OAT) pada pasien TB paru di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Mengkaji kesesuaian pemilihan obat, dosis obat, rute penggunaan, bentuk sediaan, frekuensi pemakaian dikaitkan dengan kondisi pasien. b. Mengidentifikasi kemungkinan terjadinya Drug Related Problems

(DRPs).

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

a. Mengetahui penatalaksanaan terapi farmakologi pada pasien TB paru sehingga farmasis dapat memberikan asuhan kefarmasian dan bekerjasama dengan profesi kesehatan lain.

b. Memberikan informasi tentang pola penggunaan OAT pada terapi TB paru dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien.

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap public mengidentifikasi kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan public, serta

[r]

callina memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada daya putus, total mikroba dan organoleptik (tekstur, rasa, aroma dan warna), tetapi tidak berbeda nyata terhadap

Selain kegiatan ekonomi, pendidikan juga menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya kontak bahasa masyarakat, karena kebanyakan guru/pendidik merupakan pendatang

Idealnya, PAR dirancang oleh pimpinan perguruan tinggi, sebagai bagian dari program pengembangan sumber daya manusia yang telah memperhatikan berbagai hal, termasuk bidang

Oleh karena itu, kreativitas seorang guru dalam mengajar akuntansi menjadi faktor penting agar akuntansi menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam

Faktor  yang  keempat  adalah  faktor peluang bisnis  keuntungan dimaksud  adalah setelah melihat beberapa pertimbangan peluang dan  kesempatan  di  masyarakat 

9 ACTCO ( ADVANCED TRAINING FOR CHEMICAL TANKER CARGO OPERATION REVALIDATION) 10 ALGTCO ( ADVANCED LIQUIFIED GAS TANKER CARGO OPERATION REVALIDATION) 11 SSO (SHIP SECURITY