• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Hidup, Kelompok Acuan, dan Sikap terhadap Pembelian Produk Makanan Kemasan (Kasus: Ibu Rumah Tangga di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Hidup, Kelompok Acuan, dan Sikap terhadap Pembelian Produk Makanan Kemasan (Kasus: Ibu Rumah Tangga di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Bogor)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA HIDUP, KELOMPOK ACUAN, DAN SIKAP

TERHADAP PEMBELIAN PRODUK MAKANAN KEMASAN

(KASUS: IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH PERKOTAAN DAN

PERDESAAN BOGOR)

DEWI INTAN PERMATAHATI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Gaya Hidup, Kelompok Acuan, dan Sikap terhadap Pembelian Produk Makanan Kemasan (Kasus: Ibu Rumah Tangga di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

DEWI INTAN PERMATAHATI. Pengaruh Gaya Hidup, Kelompok Acuan, dan Sikap terhadap Pembelian Produk Makanan Kemasan (Kasus: Ibu Rumah Tangga di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Bogor). Dibimbing oleh UJANG SUMARWAN dan MEGAWATI SIMANJUNTAK.

Ketersediaan makanan kemasan memberikan kemudahan bagi ibu rumah tangga yang bertugas sebagai pengatur utama kebutuhan makan anggota keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup dan kelompok acuan terhadap sikap ibu rumah tangga di wilayah perkotaan dan perdesaan Bogor dalam membeli makanan kemasan. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan lokasi penelitian di Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur dan Desa Cibatok 1, Kecamatan Cibungbulang. Contoh penelitian sebanyak 80 rumah tangga yang mengonsumsi makanan kemasan yang dipilih secara random sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara gaya hidup dan sikap (kognitif dan konatif) ibu rumah tangga di perkotaan dan perdesaan. Selain itu, terdapat hubungan yang nyata positif antara tingkat pendidikan dan sikap. Faktor yang memengaruhi sikap ibu rumah tangga dalam pembelian makanan kemasan adalah tingkat pendidikan dan gaya hidup. Kata kunci: gaya hidup, kelompok acuan, makanan kemasan, sikap

ABSTRACT

DEWI INTAN PERMATAHATI. Lifestyle, Reference Group, and Attitude Purchasing Food Packaged Products (Case Study: Housewives Rural and Urban Area in Bogor). Supervised by UJANG SUMARWAN and MEGAWATI SIMANJUNTAK.

The availability of food packaged products made the housewives job as the food needs regulator of family become easier. The aims of this study was to analyze effect of lifestyle and reference group on housewives attitude on purchasing food packaged products in Bogor’s rural and urban area. The design of this study was cross sectional, and the research locations were Baranangsiang and Cibatok 1 villages. The sample of this study was 80 households who consumed food packaged products and selected by random sampling. The result showed significant differences between lifestyle and housewives attitude (cognitive and attitudeal) in urban and rural area. Moreover, there was positive correlation between the education level and attitude. Education level and lifestyle affected housewives attitude toward food packaged products.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PENGARUH GAYA HIDUP, KELOMPOK ACUAN, DAN SIKAP

TERHADAP PEMBELIAN PRODUK MAKANAN KEMASAN

(KASUS: IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH PERKOTAAN

DAN PERDESAAN BOGOR)

DEWI INTAN PERMATAHATI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Pengaruh Gaya Hidup, Kelompok Acuan, dan Sikap terhadap Pembelian Produk Makanan Kemasan (Kasus: Ibu Rumah Tangga di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Bogor)

Nama : Dewi Intan Permatahati NIM : I24090069

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc Pembimbing I

Megawati Simanjuntak, SP, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yaitu Ayahanda Deddy Mulyadi dan Ibunda Eti Rohayati, Kakak Teguh Fajar Nurbiansyah dan seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya yang selalu diberikan. 2. Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc selaku pembimbing I dan Megawati

Simanjuntak, SP, MSi selaku pembimbing II yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

3. Dr Ir Herien Puspitawati, MSc., MSc selaku pembimbing akademik, Ir Moh Djemjem Djamaludin, MSc selaku dosen penguji I, Dr Ir Lilik Noor Yuliati, MFSa selaku dosen penguji II dan pemandu seminar serta seluruh dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan ilmunya.

4. Teman-teman satu bimbingan Fulan Sri Utami dan Ani Ruwani, serta teman-teman terdekat Nabila Anisha, Merisa, Noor Aspasia, Bagus Pramudito, Almira Ramadini, Aktris Mauliddian, Alodia Edgina, Heny Rimbi, Risya Maulida, Anggi Efendi, Tantyna, Achmad Rivano, dan teman-teman IKK 46 yang memberikan semangat, dukungan dan seluruh bantuannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

5. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Perilaku Konsumen 4

Sikap Konsumen 5

Gaya Hidup 6

Kelompok Acuan 7

Makanan Kemasan 7

Ibu Rumah Tangga 8

Kajian Penelitian Terdahulu 8

KERANGKA PEMIKIRAN 10

METODE PENELITIAN 11 Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 11 Teknik Penarikan Contoh 12 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 Pengolahan dan Analisis Data 16 Definisi Operasional 17 HASIL DAN PEMBAHASAN 18 Hasil 19 Pembahasan 25 SIMPULAN DAN SARAN 29 Simpulan 29 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 29 LAMPIRAN 32

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup 6

2 Variabel penelitian, skala data, dan kategori 8

3 Instrumen variabel dan cara pengukuran 15

4 Rataan dan standar deviasi serta uji beda responden dan keluarga di

wilayah perkotaan dan perdesaan 20

5 Sebaran jenis makanan kemasan yang dikonsumsi oleh responden di

wilayah perkotaan dan perdesaan 20

6 Sebaran tempat pembelian produk makanan kemasan responden di

wilayah perkotaan dan perdesaan (%) 21

7 Sebaran jumlah kelompok acuan responden di wilayah perkotaan dan

perdesaan 21

8 Sebaran kelompok acuan yang paling dipercaya oleh kedua kelompok

responden 22

9 Sebaran responden berdasarkan kluster gaya hidup di wilayah

perkotaan dan perdesaan 22

10 Sebaran kategori sikap responden di wilayah perkotaan dan perdesaan 23 11 Hasil uji korelasi antara karakteristik responden dan keluarga,

kelompok acuan, gaya hidup, dan sikap responden 24 12 Faktor yang berpengaruh terhadap gaya hidup ibu rumah tangga 24 13 Faktor yang berpengaruh terhadap sikap ibu rumah tangga 25

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengaruh gaya hidup, kelompok acuan dan sikap

terhadap pembelian produk makanan kemasan 11

2 Bagan cara penarikan contoh 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji hierarchical kluster 33

2 Instrumen penelitian 34

3 Tabulasi item pertanyaan gaya hidup konsumen 37

(12)
(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin modernnya jaman memunculkan banyak pasar modern, hal ini sesuai dengan survei Nielsen (2012) menunjukkan bahwa setiap tahun pangsa pasar modern mengalami peningkatan, sementara pasar tradisional mengalami penurunan, terlihat dari peningkatan jumlah Hypermarket pada tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar 13 persen. Sama halnya dengan pasar modern yang semakin meningkat, industri makanan dan minuman kemasan pun meningkat setiap tahunnya (Indonesia Market Quotes 2013). Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996 tentang makanan, dalam pasal 1 ayat (10) definisi kemasan makanan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus makanan, baik yang bersentuhan langsung dengan makanan maupun tidak. Dengan kata lain, makanan kemasan adalah makanan yang dikemas secara rapi dengan disain menarik yang siap untuk disajikan kapanpun, baik diolah terlebih dahulu ataupun langsung dimakan.

Agustina (2009) mengatakan semakin meningkatnya bisnis pasar modern (ritel) mengubah kebiasan belanja konsumen dari pasar tradisional ke pasar modern. Salah satu faktor yang memengaruhi kebiasaan belanja atau perilaku pembelian konsumen adalah gaya hidup (Setiadi 2008). Perubahan gaya hidup akan menimbulkan pola konsumsi yang berbeda dan cenderung berubah. Hal tersebut menjadi kesempatan bagi produsen atau pemasar untuk menyediakan produk makanan kemasan yang memiliki daya simpan lama dan praktis. Tersedianya produk makanan kemasan menarik minat beli konsumen sebagai pemenuhan kebutuhan makanan sehari-hari ditengah beragamnya kesibukan dan kurangnya alokasi waktu untuk mempersiapkan dan mengolah bahan makanan, khususnya ibu rumah tangga.

Rumah tangga merupakan salah satu konsumen yang sering melakukan pembelian dan konsumsi produk makanan kemasan. Menurut Suhardjo (1989) pola konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pola makan, ketersediaan bahan makanan, dan tingkat pendapatan, sehingga pola konsumsi makanan setiap rumah tangga pasti berbeda-beda. Ginting (2006) mengatakan bahwa ibu sebagai individu yang bertanggung jawab atas pengelolaan makanan bagi kelurga dalam sebuah rumah tangga. Kesibukan dan banyaknya kegiatan yang harus dilakukan oleh ibu rumah tangga membuat tidak memiliki banyak waktu untuk membuat dan menyiapkan makanan sendiri, oleh karena itu produk makanan kemasan dirasa praktis bagi ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan makanan anggota keluarganya karena kepraktisan dan mudah disajikan kapan saja tanpa memrlukan waktu pengolahan yang lama.

(15)

2

psikografik dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk, sehingga gaya hidup ibu rumah tangga pasti akan berbeda-beda satu sama lainnya. Hasil penelitian di Songkla, Thailand oleh Suwanvijit dan Promsa (2009) menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup konsumen adalah jenis kelamin, status pernikahan, pendapatan, dan tempat tinggal. Pada penelitian tersebut ditemukan gaya hidup konsumen terbagi kedalam lima kelompok, yaitu gaya hidup yang berorientasi pada pergaulan, ketergantungan dalam pengambilan keputusan, kesadaran ekonomi, kebutuhan, dan kesempatan.

Engel et al. (1990) menyebutkan bahwa faktor eksternal yang memengaruhi perilaku belanja ibu rumah tangga adalah pengaruh lingkungan, salah satu diantaranya adalah kelompok acuan. Kelompok acuan adalah seseorang individu atau kelompok yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi perilaku seseorang. Menurut Setiadi (2008) umumnya ada tiga cara orang terpengaruh oleh kelompok acuannya. Pertama, kelompok acuan memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru. Kedua, mereka juga memengaruhi sikap dan jati diri seseorang. Ketiga, menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat memengaruhi pilihan produk dan merek seseorang. Kelompok acuan ibu rumah tangga dalam berbelanja umumnya adalah anggota keluarga, teman, tetangga, kelompok arisan, atau bahkan selebritis.

(16)

3 Perumusan Masalah

Kecenderungan konsumen Indonesia untuk selalu mengikuti perkembangan jaman, membuat modernisasi di berbagai aspek industri perdagangan, salah satunya adalah di industri makanan. Kemajuan teknologi mendorong para produsen menciptakan inovasi baru yaitu produk makanan yang dikemas dengan teknik dan desain yang menarik. Semakin modernnya jaman juga membuat gaya hidup seseorang berubah. Ibu rumah tangga dengan segala kesibukannya terkadang tidak memiliki waktu yang cukup untuk memasak menyiapkan kebutuhan makan keluarga sehari-hari. Munculnya produk makanan kemasan memberikan keuntungan bagi seorang ibu rumah tangga. Keunggulan produk makanan kemasan ini jelas terlihat karena praktis dan memiliki daya simpan yang cukup lama, sehingga tidak membutuhkan alokasi waktu yang cukup lama untuk mengolahnya. Namun ditengah maraknya produk makanan kemasan yang ditawarkan banyak pula terjadi kecurangan yang dilakukan oleh produsen seperti masih beredarnya makanan kemasan kadaluarsa, tidak adanya label yang jelas dan kecurangan tersebut selalu meningkat setiap tahunnya (BPOM 2009).

Gaya hidup ibu rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu demografi, kepribadian, emosi, nilai-nilai, siklus hidup rumah tanggga, budaya, dan pengalaman masa lalu (Khan dan Nasr 2011) yang tergolong ke dalam faktor internal, sedangkan ada juga faktor eksternal seperti lingkungan geografis tempat tinggal dan kelompok acuan yang mungkin berpengaruh terhadap sikap ibu rumah tangga dalam membeli produk makanan kemasan. Faktor demografis yang dimaksud adalah karakteristik ibu rumah tangga yang akan memengaruhi sikapnya dalam membeli produk makanan kemasan meliputi usia, pendidikan, pendapatan, dan jumlah keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Permadi (1985) dalam Perbawati (1989) yang mengatakan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah akan menyebabkan rendahnya kesadaran dan kemampuan dalam membeli barang dan jasa, karena tidak memperhatikan mutu yang baik tetapi lebih mementingkan harga yang murah. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik ibu rumah tangga dan karakteristik keluarga sebagai konsumen makanan kemasan?

2. Bagaimana gaya hidup, kelompok acuan, dan sikap ibu rumah tangga dalam pembelian produk makanan kemasan?

3. Bagaimana perbedaan gaya hidup, kelompok acuan dan sikap ibu rumah tangga dalam pembelian produk makanan kemasan?

4. Bagaimana hubungan kelompok acuan dan sikap ibu rumah tangga dalam pembelian produk makanan kemasan?

5. Bagaimana pengaruh karakteristik ibu rumah tangga, keluarga, dan kelompok acuan terhadap gaya hidup ibu rumah tangga?

(17)

4

Tujuan Penelitian Tujuan Umum:

Menganalisis pengaruh gaya hidup dan kelompok acuan terhadap sikap ibu rumah tangga dalam pembelian makanan kemasan di perdesaan dan perkotaan. Tujuan Khusus:

1. Mengidentifikasi karakteristik ibu rumah tangga dan keluarga sebagai konsumen produk makanan kemasan.

2. Mengidentifikasi gaya hidup, kelompok acuan, dan sikap ibu rumah tangga terhadap pembelian produk makanan kemasan.

3. Menganalisis perbedaan gaya hidup, kelompok acuan, dan sikap ibu rumah tangga di perkotaan dan perdesaan terhadap pembelian produk makanan kemasan.

4. Menganalisis hubungan karakteristik responden dan keluarga, dan kelompok acuan dengan sikap ibu rumah tangga dalam pembelian produk makanan kemasan.

5. Menganalisis pengaruh karakteristik ibu rumah tangga serta keluarga dan kelompok acuan terhadap gaya hidup ibu rumah tangga.

6. Menganalisis pengaruh gaya hidup dan kelompok acuan terhadap sikap ibu rumah tangga dalam pembelian produk makanan kemasan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan bidang keilmuan konsumen, khususnya mengenai sikap pembelian produk makanan kemasan, selain itu juga memberikan informasi bagi konsumen mengenai gaya hidup dan sikap dalam membeli produk makanan kemasan yang tepat khususnya ibu rumah tangga di perkotaan dan perdesaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Konsumen

Solomon (2006) menyebutkan bahwa perilaku konsumen merupakan ilmu yang dipelajari untuk mengetahui proses yang dilakukan individu atau kelompok untuk menyeleksi, membeli atau menggunakan dan mengonsumsi produk, pelayanan, ide atau pengalaman sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

(18)

5 1. Perspektif Pengambilan Keputusan dimana konsumen melakukan serangkaian aktivitas dalam membuat keputusan pembelian. Perspektif ini mengasumsikan bahwa konsumen memiliki masalah dan melakukan proses pengambilan keputusan rasional untuk memecahkan masalah tersebut.

2. Perspektif Eksperimental (pengalaman). Perspektif ini mengemukakan bahwa konsumen seringkali mengambil keputusan membeli suatu produk tidak berdasarkan proses keputusan rasional untuk memecahkan masalah yang di hadapi, konsumen seringkali membeli suatu produk karena alasan untuk kegembiraan, fantasi, ataupun emosi yang diinginkan.

3. Perspektif Pengaruh Behavioral, perspektif ini menyatakan bahwa seorang konsumen membeli suatu produk seringkali bukan karena alasan rasional atau emosional yang berasal dari dalam dirinya. Dalam perspektif ini perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh fakor luar seperti program pemasaran yang dilakukan oleh produsen, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, faktor ekonomi dan undang-undang serta pengaruh lingkungan yang kuat membuat konsumen melakukan pembelian.

Sikap Konsumen

Rangkuti (2006) mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan untuk berperilaku, hasil evaluasi yang mencerminkan rasa suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Solomon (2006) mengatakan banyak penelitian yang setuju bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu: aspek kognitif/pengetahuan, aspek afektif, dan aspek konatif.

1. Aspek pengetahuan merupakan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk. 2. Aspek afektif, merupakan perasaan atau reaksi emosional terhadap objek. 3. Aspek konatif, merupakan kecenderungan seseorang dalam merespon beberapa

ragam pada objek atau aktivitas. Komponen konatif memberikan kecenderungan respon atau maksud untuk berperilaku.

Sikap terbentuk melalui pembelajaran yang dilakukan oleh individu, sehingga terbentuknya sikap tidak terlepas dari lingkungan dimana konsumen akan mengalami proses pembelajaran. Schifman dan Kanuk (1994) mengatakan terbentuknya sikap konsumen secara kuat dipengaruhi oleh:

1. Pengalaman langsung

Sikap konsumen terhadap suatu barang dan jasa akan terbentuk dari pengalaman langsung yang telah dialami oleh konsumen, yang berarti konsumen telah mencoba dan dapat mengevaluasi produk dan jasa tersebut. 2. Pengaruh keluarga dan teman

(19)

6

3. Pemasaran langsung

Para pemasar sangat berhati-hati dalam menentukan segmentasi pembeli atau target pasar dengan mendasarkan pada faktor demografis, psikologis, atau geodemografis konsumen. Pemasaran langsung memiliki kesempatan yang sangat besar untuk mempengaruhi sikap konsumen, karena banyaknya informasi produk dan jasa yang ditawarkan dan promosi yang mudah dimengerti oleh konsumen.

4. Tayangan media massa

Saat ini akses dengan media masa sangat mudah, selain itu beragamnya jenis media masa seperti majalah, koran, dan televisi akan sangat mudah memengaruhi sikap konsumen. Karena peran media ini sangat penting dalam pembentukan sikap, maka pemasaran perlu mengetahui media apa yang biasanya dikonsumsi oleh pasar sasarannya dan melalui media tersebut dengan rancangan pesan yang tepat, sikap positif dapat dibentuk.

Gaya Hidup

Solomon (2006) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola konsumsi yang mereflekasikan pilihan seseorang tentang bagaimana ia menghabiskan uang dan waktunya. Gaya hidup merupakan pola yang diidentifikasikan dengan bagaimana orang menggunakan waktunya, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungan (interest) dan apa yang dipikirkan tentang dirinya dan dunia sekitarnya (Sumarwan 2011). Gaya hidup seseorang dapat diukur dengan psikografik. Psikografik adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data yang sangat besar, analisis psikografik sering juga diartikan sebagai suatu riset konsumen yang menggambarkan segmen konsumen dalam kehidupan mereka. Psikografik ini sering digambarkan dengan komponen AIO (activity, interest, opinion) Engel et al. (1990). Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup

Sumber: Solomon (2006) Activities

(Kegiatan)

Interest (Minat) Opinion (Opini) Demografi

Kerja Keluarga Diri mereka

sendiri

Usia

Hobi Rumah Isu social Pendidikan

Peristiwa social Pekerjaan Politik Pendapatan

Liburan Komunitas Bisnis Pekerjaan

Hiburan Rekreasi Ekonomi Ukuran keluarga

Keanggotaan klub Mode Pendidikan Tempat tinggal

Komunitas Makanan Produk Geografi

Berbelanja Media Masa depan Ukuran kota

Olahraga Prestasi Budaya Tahap di

(20)

7 Secara luas gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya melalui aktivitas, minat, dan opininya, dan juga bagaimana cara mereka dalam menghabiskan waktu dan uang yang mereka miliki. Banyak faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang merupakan input bagi terbentuknya suatu gaya hidup keluarga adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan kota atau desa, pekerjaan, pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi dan banyak lagi faktor sosiopolitik yang bersangkutan (Suhardjo 1989).

Kelompok Acuan

Kelompok acuan (reference group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata memengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respons afekif, kognitif, dan perilaku (Sumarwan 2002). Verlegh dan Candel (1999) mengklasifikasikan reference group menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Reference grup dapat diklasifikasi sebagai primer dan sekunder. Primer reference grup dikarakteristikkan dengan ikatan emosional yang kuat dan interaksi interpersonal yang sering. Kategori ini secara umum meencakup pasangan dan anak. Sekunder reference grup dapat meliputi teman, kolega, dan institusi seperti pemerintah atau media. Ikatan emosional dari grup tersebut lebih lemah dan interaksinya kurang sering.

Schiffman dan Kanuk (1994) menyebutkan ada beberapa kelompok acuan yang terkait dengan konsumen, yaitu keluarga, kelompok pertemanan, kelompok sosial formal, kelompok belanja, kelompok penggiat konsumen, dan kelompok kerja. Sementara itu, menurut Sumarwan (2004), beberapa kelompok yang dijadikan acuan adalah selebriti, ahli atau pakar, orang biasa, para eksekutif atau karyawan, karakter dagang atau juru bicara dan MUI serta BPOM. Menurut Sumarwan (2011) ada tiga macam pengaruh kelompok acuan:

1. Pengaruh Normatif adalah pengaruh dari kelompok acuan terhadap seseorang melalui norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti.

2. Pengaruh Ekspresi Nilai adalah kelompok acuan akan memengaruhi seseorang melalui fungsinya sebagai pembawa ekspresi nilai.

3. Pengaruh Informasi adalah kelompok acuan akan memengaruhi pilihan produk atau merek dari seseorang konsumen karena kelompok acuan tersebut sangat dipercaya sarannya karena ia memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih baik.

Makanan Kemasan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, “makanan dan minuman kemasan adalah makan dan minuman hasil produksi perusahaan yang tergolong industri berskala besar dan tidak termasuk industri berskala kecil dan industri rumahtangga.”

(21)

8

mie instan, air mineral dalam kemasan, snack ringan, makanan kalengan, dan masih banyak lagi.

Ibu Rumah Tangga

Ketika membahas rumah tangga pasti akan terkait dengan keluarga. Keluarga adalah beberapa orang yang tinggal dalam satu rumah yang memiliki hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Sedangkan rumah tangga memiliki artian yang lebih luas dari keluarga, dan keluarga merupakan bagian dari rumah tangga (Sumarwan 2011). Berdasarkan keterkaitan tersebut, rumah tangga dikelompokkan menjadi dua, yaitu rumah tangga keluarga dan rumah tangga bukan keluarga. Sumarwan (2011) mengungkapkan bahwa rumah tangga keluarga adalah sebuah rumah tangga yang anggota-anggotanya terikat dalam satu hubungan perkawinan, darah, atau adopsi sedangkan rumah tangga bukan keluarga adalah rumah tangga yang anggota-anggotanya tidak memilki hubungan darah, perkawinan, ataupun adopsi.

Kajian Penelitian Terdahulu Gaya Hidup

Hasil penelitian Khan dan Nasr (2011) dengan judul “Impact of Lifestyle of Pakistan Women on Their Buying Behavior” menunjukkan terdapat lima dimensi gaya hidup yang diuji menggunakan analisis faktor yaitu leadership and brand consciousness, buying method, cost consciousness, care free, and salesman information facrtor. Hasil menunjukkan konsumen perempuan Pakistan yang sadar akan merek cenderung kurang membeli produk Pakistan, selain itu konsumen perempuan Pakistan lebih senang berbelanja online karena dapat menunjukkan bahwa ia wanita modern. Belanja online pun dikarenakan kesibukan, beban kerja, atau aktivitas lainnya sehingga waktu untuk berbelanja mengunjungi toko lebih sedikit. Hasil penelitian Sumanvijit dan Promsa (2011) yang berjudul “ The Insight Study of Consumer Lifestyle and Purchasing Behaviors in Songkla Province, Thailand” menunjukkan karakterstik demografi dan sosio-ekonomi membentuk gaya hidup konsumen dan mempengaruhi perilaku pembelian. Selain itu, jarak tempat tinggal konsumen dengan toko membuat gaya hidup yang berbeda dalam berbelanja.

(22)

9 Sikap Konsumen

Hyun et al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Applying the Theory of Planned Behavior to Women’s Behavioral Attitudes on and Consumption of Soy Products” menunjukkan masih rendahnya sikap wanita baik wanita berkulit putih ataupun wanita berkulit hitam terhadap konsumsi produk kacang kedelai. Sikap yang negatif tersebut dikarenakan kurangnya informasi tentang manfaat dan kesehatan yang akan didapat apabila mengonsumsi produk-produk kacang kedelai. Selain itu, harga dan rasa juga berpengaruh terhadap masih rendahnya konsumsi produk-produk kacang kedelai. Hasil penelitian Urala dan Lahteenmaki (2004) yang berjudul “Attitudes Behind Consumer’s Willingness to Use Functional Foods” menunjukkan terdapat perbedaan sikap responden terhadap persepsi yang diterima dari penggunaan functional food, hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap responden tersebut yaitu usia dan pendidikan serta faktor lingkungan.

Hasil penelitian Parhati (2011) yang berjudul “Analisis Perilaku Konsumsi Buah di Perdesaan dan Perkotaan” menunjukkan bahwa pengetahuan konsumen berbeda wilayah akan memengaruhi perilaku konsumsinya, terdapat perbedaan setelah dilakukan uji independent t-test yang signifikan antara jumlah pembelian dan konsumsi buah di perdesaan dan perkotaan. Hasil penelitian Yuliyanti (2011) menunjukkan aspek kognitif contoh perdesaan lebih rendah daripada contoh perkotaan. Terdapat perbedaan yang nyata antara aspek afektif contoh perdesaan dan perkotaan, pada aspek konatif lebih dari setengah contoh perdesaan berkeinginan untuk mengurangi konsumsi beras, sedangkan lebih dari tiga perempat contoh perkotaan berkeinginan mengurangi konsumsi beras.

Kelompok Acuan

(23)

10

KERANGKA PEMIKIRAN

Kemajuan jaman dan teknologi turut memengaruhi budaya makan seseorang (Suhardjo 1989). Beragamnya kesibukan terkadang menuntut seseorang untuk dapat melakukan segala hal yang cenderung praktis, salah satu contohnya pada kebutuhan makanan. Dengan melihat adanya kesempatan dan kondisi pasar serta kebutuhan konsumen, para produsen industri makanan menciptakan produk makanan kemasan sebagai alternatif pemenuhan akan kebutuhan makanan yang praktis. Kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan oleh produsen melalui produk makanan kemasan sudah pasti menjadi daya tarik ibu rumah tangga, sebagai individu yang bertanggungjawab akan kebutuhan makanan anggota keluarganya. Kemajuan jaman dan teknologi tidak hanya mengubah budaya makan seseorang, namun juga gaya hidup mereka. Beberapa hal mendasar yang diduga dapat membentuk gaya hidup konsumen yaitu karakteristik responden dan keluarga, serta karakteristik lingkungan (Sumarwan 2011).

(24)

11

Variabel diteliti Variabel tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh gaya hidup, kelompok acuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pembelian makanan kemasan

METODE PENELITIAN

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “payung” dengan judul “Model Pemberdayaan Konsumen Sebagai Upaya Mengubah Perilaku Konsumen dalam Mengonsumsi Makanan Kemasan”. Disain penelitian yang digunakan adalah Cross-Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini melibatkan ibu rumah tangga yang mengonsumsi produk makanan kemasan. Lokasi penelitian dilakukan di Kota dan Kabupaten Bogor X1Karakteristik Responden dan keluarga

X11 Usia responden

X12 Usia suami

X13 Pendidikan responden

X14 Pendidikan suami

X15 Pendapatan total keluarga

X16 Besar keluarga

X2Karakteristik Lingkungan

X21 Kelompok acuan

X22 Lokasi Geografis

(perkotaan dan perdesaan)

Y1 Gaya Hidup

Y11 Aktivitas

Y12 Minat

Y13 Opini

Pembelian Produk MakananKemasan  Jenis Produk  Frekuensi Membeli  Merek Produk  Jumlah

 Tempat Membeli

Y2Sikap Ibu rumah tangga dalam membeli makanan kemasan

Y21 Kognitif

Y22 Afektif

(25)

12

dengan alasan memiliki karakteristik penduduk yang berbeda dan mewakili lokasi geografis perdesaan dan perkotaan dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya, pemilihan kecamatan dilakukan secara random sampling. Pemilihan lokasi penelitian secara random sampling yaitu Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur sebagai perwakilan wilayah Perkotaan Bogor dan Desa Cibatok 1, Kecamatan Cibungbulang sebagai perwakilan wilayah Perdesaan Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013. Kegiatan penelitian mencakup survei awal, uji coba instrumen, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, hingga penyusunan hasil penelitian.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah rumah tangga yang membeli dan mengonsumsi makanan kemasan minimal tiga bulan terakhir. Contoh penelitian meliputi rumah tangga di perkotaan dan perdesaan Bogor masing-masing 40 rumah tangga, dengan demikian total contoh dari kedua wilayah adalah 80 rumah tangga. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga dengan responden ibu rumah tangga. Teknik pengambilan contoh yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan probability sampling berupa random sampling, karena setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Gambar 2). Penelitian dilakukan dengan mewawancarai ibu rumah tangga, karena seorang ibu dianggap sebagai pengambil keputusan utama dalam pemilihan dan persiapan kebutuhan pangan sehari-hari keluarga. Pada Kelurahan Baranangsiang yang dipilih menjadi contoh ialah keluarga yang tinggal di RT 5 RW 04 sebagai perwakilan wilayah perkotaan dengan jumlah populasi 75 rumah tangga. Populasi Desa Cibatok 1 adalah 110 rumah tangga, RT yang dipilih menjadi anggota populasi ialah keluarga yang tinggal di RT 3 RW 2.

Gambar 2 Bagan teknik penarikan contoh

RW 2 Desa Cibatok 1 Kabupaten Bogor

Kecamatan Cibungbulang Kota Bogor

Kecamatan Bogor Timur

Kelurahan Baranangsiang

RW 10

RT 3 RT 5

n=40

random

random

random

random

random purposive

Provinsi Jawa Barat

(26)

13 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan wawancara langsung tatap muka menggunakan kuisoner yang berisi karakeristik responden (usia dan tingkat pendidikan), karakteristik keluarga (usia suami, tingkat pendidikan suami, pendapatan total keluarga, dan jumlah anggota keluarga), variabel gaya hidup (aktivitas, minat, dan opini), kelompok acuan, dan sikap (kognitif, afektif, dan konatif) berupa pertanyaan terbuka dan tertutup. Sebelumnya kepada responden diberikan showcard yang berisi gambar beberapa contoh produk makanan kemasan dan penjelasan singkat mengenai produk makanan kemasan. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber relevan seperti Badan Pusat Statistik Kota dan Kabupaten Bogor, serta data umum kondisi wilayah dari kecamatan dan kelurahan setempat, serta jumlah penduduk dan jumlah keluarga dari RW dan RT lokasi penelitian.

Pengukuran gaya hidup menggunakan alat ukur psikografik yaitu suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data yang sangat besar, analisis psikografik sering juga diartikan sebagai suatu riset konsumen yang menggambarkan segmen konsumen dalam kehidupan mereka (Engel, Blackwell, dan Miniard 1990) yang sering digambarkan dengan komponen AIO (activity, interest, and opinions). Pada penelitian ini instrumen gaya hidup telah dimodifikasi, yang terdiri dari dimensi aktivitas, minat, dan opini dengan skala likert yang dikategorikan sebagai STS= Sangat Tidak Setuju, TS= Tidak Setuju, S= Setuju, dan SS= Sangat Setuju berjumlah 17 pertanyaan.

Pengukuran kelompok acuan didasarkan pada pertanyaan seberapa banyak yang dijadikan pertimbangan atau kelompok acuan dalam membeli produk makanan kemasan dengan pilihan jawaban ya atau tidak untuk setiap jenis kelompok acuan (keluarga, selebritis, kelompok arisan, tetangga, teman, dan lainnya). Selain itu, terdapat pertanyaan terbuka mengenai apa saja peran kelompok acuan tersebut. Pada pengukuran sikap konsumen, kuisoner dimodifikasi berdasarkan tiga aspek pembentuk sikap, yaitu kognitif, afektif, dan konatif yang berjumlah 10 item pertanyaan dengan mengunakan skala likert yang dikategorikan sebagai STS= Sangat Tidak Setuju, TS= Tidak Setuju, S= Setuju, dan SS= Sangat Setuju.

(27)

14

Tabel 2 Variabel penelitian, skala data, dan kategori

Variabel Skala Data Kategori

Usia Rasio Berdasarkan Papalia dan Old (2009)

1. Dewasa awal (18-40 tahun) 2. Dewasa madya (41-60 tahun) 3. Dewasa akhir (> 60 tahun)

Besar keluarga Rasio Berdasarkan BKKBN (2005)

1. Keluarga kecil (≤ 4 orang) 2. Keluarga sedang (5-6 orang) 3. Keluarga besar (≥ 7 orang) Tingkat pendidikan Rasio 1. Tidak sekolah (0 tahun)

2. SD (1-6 tahun) 3. SMP (7-9 tahun) 4. SMA (10-12 tahun) 5. Diploma (15 tahun) 6. Sarjana (16 tahun) 7. S2 (18 tahun) 8. S3

Pendapatan keluarga (per bulan)

Rasio Berdasarkan sebaran data 1. 300 000 – 3 533 333 2. 3 533 334 – 6 766 667 3. 6 766 668 – 10 000 000 Gaya Hidup Nominal Berdasarkan Hierarchical Cluster

1. Gaya hidup aktif 2. Gaya hidup pasif

Kelompok Acuan Nominal 1. Keluarga

2. Selebritis

3. Kelompok arisan 4. Teman

5. Tetangga 6. Lainnya Sikap (aspek

kognitif, afektif, dan konatif)

Ordinal Berdasarkan Khomsan (2002) 1. Kurang (<60)

(28)

15

Tabel 3 Instrumen Gaya Hidup, Sikap Konsumen, Kelompok Acuan, dan Cara Pengukuran

Instrumen Cara Mengukur

Gaya Hidup

Aktivitas: terdiri dari tujuh pertanyaan yaitu aktif mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan, senang melakukan hobi, aktif di media sosial, senang menonton televisi, sering mengunjungi mall, dan rajin mencari informasi terkait makanan kemasan.

Minat: terdiri dari empat pertanyaan yaitu menyukai hal yang praktis, senang memasak, senang mengonsumsi dan mencoba makanan kemasan terbaru. Opini: terdiri dari lima pertanyaan yaitu sebelum membeli sebaiknya membandingkan harga, kualitas makanan dalam negri cukup baik, berbelanja di supermarket lebih terjamin mutunya, pelayanan adalah faktor penting, dan mutu makanan Indonesia telah mampu mencapai skala internasional.

Gaya hidup diklasifikasikan dengan menggunakan Hierarchical Custer dengan melihat kesamaan atau kemiripan jawaban yang akan membentuk kluster dilihat dari dendogram. Kluster gaya hidup yang terbentuk ialah gaya hidup aktif dan pasif. Item pertanyaan berjumlah 16 pertanyaan yang terdiri dari tiga dimensi yaitu aktivitas,

Kognitif: terkait pengetahuan dan informasi yang dimiliki responden terhadap pembelian makanan kemasan Afektif: terkait perasaan dan mood responden terkait pembelian makanan kemasan.

Konatif: kecenderungan konsumen

untuk membeli makanan kemasan setelah mendapatkan informasi.

Cara mengukur sikap dengan memberikan pilihan jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju untuk setiap komponen sikap yang akhirnya dijumlah menjadi total keseluruhan sikap atau variabel Y dengan kategori skor baik, sedang, dan

(29)

16

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 18.0 For Windows.

Pengkategorian data berdasarkan sebaran data menggunakan tiga interval kelas yang sebelumnya dilakukan transformasi skor komposit dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Y =

x 100

Pengkategorian variabel sikap konsumen menggunakan kategori tiga kelompok dari Khomsan (2000), yaitu:

1. Baik bila skor > 80% 2. Sedang bila skor 60%-80% 3. Kurang bila skor < 60%

Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik responden (usia dan tingkat pendidikan), karakteristik keluarga (besar keluarga, usia suami, tingkat pendidikan suami, pendapatan total keluarga per bulan), kelompok acuan dan sikap pembelian makanan kemasan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.

2. Uji Independent sample t-test digunakan untuk menganalis perbedaan karakteristik keluarga dan responden, kelompok acuan, gaya hidup dan sikap responden di wilayah perkotaan dan perdesaan.

3. Gaya hidup dianalisis dengan menggunakan Hierarchical Kluster, yaitu teknik untuk mengelompokkan kasus berdasarkan jawaban yang memiliki kemiripan (Suliyanto 2005). Cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan semua jawaban responden, kemudian dianalisis dengan menggunakan dendogram sehingga akan membentuk kluster dari tiap pertanyaan. Setelah itu, tiap kluster yang terbentuk diberi nama yang dilihat dari kecenderungan pertanyaan yang terbentuk pada setiap kluster. Gaya hidup yang terbentuk adalah gaya hidup aktif dan gaya hidup pasif. 4. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan

antarvariabel yang diteliti.

5. Uji regresi logistik digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik responden, lokasi geografis, dan kelompok acuan terhadap gaya hidup. Uji regresi logistik digunakan untuk menganalisis pengaruh sejumlah variabel independen (x) terhadap variabel dependen (y) berupa biner yang hanya memiliki dua nilai (1,0).

Ln

= a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4+ b5x5 +b6x6 + e

Keterangan:

(30)

17 x1 = usia (tahun)

x2 = besar keluarga (orang)

x3= lokasi geografis (dummy) (0= perdesaan, 1= perkotaan) x4 = pendidikan (tahun)

x5 = pendapatan (rupiah) x6 = kelompok acuan (skor) e = eror

6. Uji regresi linear berganda dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi sikap responden dalam membeli produk makanan kemasan. Bentuk umum dari persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6

Keterangan :

Y = Sikap terhadap pembelian produk makanan kemasan α = Konstanta regresi

β = Koefisien regresi X1 = Usia responden (tahun)

X2 = Besar keluarga (orang)

X3 = Lokasi geografis (dummy) (0= perdesaan, 1= perkotaan)

X4 = Pendidikan responden (tahun)

X5 = Kelompok acuan (jumlah kelompok acuan)

X6 = Gaya hidup (dummy) ( 0= pasif, 1= aktif)

Definisi Operasional

Rumah tangga adalah keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak yang membeli dan mengonsumsi makanan kemasan selama tiga bulan terakhir. Responden adalah ibu rumah tangga yang hidup bersama keluarganya dan tinggal

di daerah perkotaan dan perdesaan yang membeli makanan kemasan. Usia adalah lama hidup masing-masing responden yang dihitung dalam tahun. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang dilalui oleh

responden yang dinyatakan dalam tahun.

Pendapatan keluarga adalah jumlah total penghasilan seluruh anggota keluarga per bulan dalam rupiah.

Pengeluaran keluarga adalah uang yang dihabiskan atau dikeluarkan oleh keluraga setiap bulannya baik untuk kebutuhan makanan dan non makanan. Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih ditanggung. Makanan kemasan adalah produk makanan hasil produksi perusahaan yang

tergolong industri berskala besar dan tidak termasuk industri berskala kecil dan industri rumahtangga yang mencantumkan nama dagang, nomor registrasi, kode produksi, pihak yang memproduksi, tanggal kadaluarsa, kandungan gizi dan keterangan halal.

Lokasi geografis adalah lokasi dimana rumah tangga bertempat tinggal yang mencakup perdesaan dan perkotaan.

(31)

18

enam indikator dengan pilihan jawaban sangat tidak setuju (skor=1), tidak setuju (skor=2), setuju (skor=3), dan sangat setuju (skor=4).

Gaya hidup aktif adalah responden yang rajin mencari informasi terkait makanan kemasan, senang mengikuti kegiatan sosial, selalu mecoba makanan kemasan terbaru, dan selalu membandingkan harga terlebih dahulu sebelum membeli makanan kemasan.

Gaya hidup pasif adalah responden yang tidak mencari informasi terkait makanan kemasan, jarang mengikuti kegiatan sosial, tidak tertarik mencoba apabila ada makanan kemasan terbaru, dan tidak pernah membandingkan harga sebelum membeli produk makanan kemasan

Kelompok acuan adalah invidu atau sekelompok orang yang memengaruhi responden dalam pembelian makanan kemasan, yang diukur dengan pernyataan untuk mengetahui jumlah dan peran kelompok acuan.

Sikap adalah perilaku yang akan memengaruhi responden dalam pembelian makanan kemasan, yang diukur dengan melihat dari tiga aspek yaitu; aspek kognitif terdiri dari empat indikator, afektif terdiri dari empat indikator, dan konatif terdiri dari dua indikator dengan pilihan jawaban sangat tidak setuju (skor=1), tidak setuju (skor=2), setuju (skor=3), dan sangat setuju (skor=4).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Cibatok Satu

Desa Cibatok Satu merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 174,4 Ha, dengan perbandingan 70 persen areal pertanian dan 30 persen pemukiman dan sarana prasarana. Desa Cibatok Satu terdiri 9 rukun warga dan 29 rukun tetangga. Desa Cibatok Satu berbatasan dengan Jalan Raya Provinsi di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Sungai Ciaruteun, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cibatok Dua, dan di sebelah barat berbatasan dengan Sungai Cibungbulang. Jumlah penduduk sebanyak 7.927 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 4.012, penduduk perempuan 3.915 dan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.958. Lokasi Desa Cibatok Satu yang masih di dominasi oleh areal persawahan dan perkebunan, membuat akses ke pusat perbelanjaan cukup jauh, karena jarang ditemukan minimarket atau supermarket. Jumlah supermarket atau minimarket di Desa Cibatok Satu kurang lebih dua sampai tiga buah, dimana untuk mencapai supermarket atau minimarket diperlukan alokasi waktu perjalanan yang cukup lama, lebih banyak ditemukan warung grosir atau pasar tradisional disekitar lokasi penelitian.

Kelurahan Baranangsiang

(32)

19 sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Bogor Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Kelurahan Baranangsiang memiliki luas wilayah 235 H, dengan jumlah penduduk sebanyak 24.079 jiwa. Kelurahan Baranangsiang terbagi dalam 14 rukun warga (RW) dan 68 rukun tetangga (RT). Jumlah kepala keluarga yang ada di Kelurahan Baranangsiang sebanyak 6.066 KK. Lokasi Kelurahan Baranangsiang yang cukup strategis di pusat kota memberikan akses yang mudah ke berbagai pusat perbelanjaan, baik itu minimarket atau supermarket. Jumlah minimarket atau supermarket terdekat berjumlah sekitar tiga sampai empat buah.

Gambaran Umum Produk Makanan Kemasan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, “makanan dan minuman kemasan adalah makan dan minuman hasil produksi perusahaan yang tergolong industri berskala besar dan tidak termasuk industri berskala kecil dan industri rumahtangga”. Pengemasan dilakukan selain untuk membuat produk makanan lebih menarik juga untuk melindungi produk dari kerusakan, sehingga bahan kemasan yang digunakan ada berbagai macam, selain itu juga untuk memberikan informasi tentang atribut produk (pelabelan). Menurut Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 dalam label kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, sekurang-kurangnya harus mencantumkan nama produk yang dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, daftar nama bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama atau pihak yang memproduksi atau nama dan alamat pabrik pembuat/ pengepak/ importir, keterangan halal, tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa, nomor pendaftaran, kode produksi, petunjuk penyimpanan dan nilai gizi. Beberapa produk makanan kemasan diantaranya produk susu cair atau bubuk dalam kemasan, makanan ikan olahan dalam kaleng, makanan ringan seperti biskuit, wafer, keripik, makanan bayi seperti bubur dalam kemasan serta sereal, dan mie instan.

Karakteristik Responden dan Keluarga

(33)

20

Tabel 4 Rataan dan standar deviasi serta uji beda karakteristik responden dan keluarga diwilayah perkotaan dan perdesaan

Peubah Perkotaan Perdesaan p-value

Usia istri (tahun) 38.40±9.75 38.55±11.77 0.950

Usia suami (tahun) 42.28±10.28 43.33±13.08 0.691

Besar keluarga (orang) 4.55±0.96 4.05±1.28 0.050

Tingkat pendidikan istri (tahun)

4.17±1.24 3.17±0.71 0.000**

Tingkat pendidikan suami (tahun)

4.75±1.21 3.53±0.90 0.000**

Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

1 977 750±1 399 343 1 452 500±1 568 927 0.180

Ket: ** nyata pada p-value<0.01

Perilaku Pembelian Produk Makanan Kemasan

Tabel 5 menunjukkan perilaku pembelian makanan kemasan berdasarkan jenis produk. Sebagian besar (85%) responden di wilayah perkotaan dan perdesaan membeli produk susu dan olahannya setiap bulan, begitu pula dengan produk makanan ringan yang sebagian besar (90%) responden di wilayah perkotaan dan perdesaan (85%) membeli produk tersebut. Seluruh responden (100%) di wilayah perdesaan membeli produk mie instan setiap bulannya. Perilaku belanja makanan kemasan yang hampir sama di kedua wilayah, dikarenakan saat ini perusahaan atau produsen menyesuaikan bauran pemasarannya agar cocok dengan daerah-daerah yang berbeda, sehingga segmentasi pasar makanan kemasan juga sudah meluas dan mudah ditemukan di perdesaan, selain itu adanya juga pengaruh media masa berupa televisi yang memberikan informasi tentang produk-produk makanan kemasan.

Tabel 5 Sebaran jenis produk makanan kemasan yang dikonsumsi oleh responden di wilayah perkotaan dan perdesaan

Jenis produk makanan kemasan Perkotaan (n=40) Perdesaan(n=40) n % n % Susu dan olahannya 34 85.0 34 85.0 Makanan ringan (snack) 36 90.0 34 85.0 Makanan kaleng 18 45.0 19 47.5 Makanan bayi 5 12.5 4 10.0 Mie instan 39 97.5 40 100.0

(34)

21 jarak supermarket atau minimarket yang kurang lebih 1500 meter dari lokasi tempat tinggal responden sehingga membutuhkan waktu tempuh perjalanan yang cukup lama. sekelompok orang yang secara nyata memengaruhi perilaku pembelian (Sumarwan 2011). Berdasarkan Tabel 7 persentase terbesar jumlah kelompok acuan kedua kelompok responden adalah satu kelompok acuan, yaitu lebih dari tiga perlima (62.5%) responden di wilayah perkotaan dan kurang dari tiga perempat (72.5%) responden di perdesaan dimana kelompok acuan tersebut adalah keluarga. Hasil uji beda tidak menunjukkan adanya perbedaan jumlah kelompok acuan dalam pembelian produk makanan kemasan antara responden di wilayah perkotaan dan perdesaan. Peran kelompok acuan tersebut diantaranya memengaruhi pilihan produk, memengaruhi pemilihan tempat belanja, dan memengaruhi keputusan pembelian responden.

Tabel 7 Sebaran jumlah kelompok acuan responden di wilayah perkotaan dan perdesaan

Jumlah Kelompok Acuan* Perkotaan (n=40) Perdesaan (n=40) n % n %

Ket: kelompok acuan terdiri dari keluarga, selebritis, teman, kelompok arisan, tetangga, dan lainnya

(35)

22

Tabel 8 Sebaran kelompok acuan yang paling dipercaya oleh kedua kelompok responden

Kelompok acuan yang paling di percaya Perkotaan (n=40) Perdesaan (n=40) n % n % Keluarga 31.0 77.5 28.0 70.0 Selebritis 0.0 0.0 0.0 0.0 Kelompok arisan 0.0 0.0 0.0 0.0 Tetangga 0.0 0.0 0.0 0.0 Teman 0.0 0.0 0.0 0.0 Lainnya (diri sendiri) 9.0 22.5 12.0 30.0

Gaya Hidup

Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menggunakan uang dan waktunya melalui aktivitas, minat, dan opini dalam kesehariannya. Dalam penelitian ini gaya hidup diklasifikasikan menjadi dua kategori dengan menggunakan uji Hierarchical Kluster, yaitu teknik untuk mengelompokkan gaya hidup menjadi beberapa kluster yang memiliki kemiripan, yaitu kluster gaya hidup yang didapat adalah aktif dan pasif dilihat dari hasil dendogram yang terbentuk. Tabel 9 menunjukkan bahwa lebih dari setengah (62.5%) responden di perkotaan memiliki gaya hidup aktif, sedangkan hampir seluruh (80%) responden di wilayah perdesaan memiliki gaya hidup pasif.

Gaya hidup aktif merupakan responden yang aktif mencari informasi terkait makanan kemasan, suka mencoba makanan kemasan, sebelum melakukan pembelian terlebih dahulu membandingkan harga, senang mengikuti kegiatan sosial minimal satu bulan sekali, sedangkan responden dengan gaya hidup pasif tidak akan mencari informasi tentang makanan kemasan, tidak akan membandingkan harga sebelum membeli, dan juga tidak sering mengikuti kegiatan sosial. Berdasarkan hasil uji chi-square, terdapat hubungan antara gaya hidup responden dan lokasi geografis (p=0.000) dalam pembelian produk makanan kemasan.

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan kluster gaya hidup di wilayah perkotaan dan perdesaan

Kluster gaya hidup Perkotaan (n=40) Perdesaan (n=40) n % n % Gaya hidup pasif 15.0 37.5 32.0 80.0 Gaya hidup aktif 25.0 62.5 8.0 20.0

Khi-kuadrat (p-value) 0.000**

Ket: **nyata pada p<0.01

Sikap Konsumen terhadap Produk Makanan Kemasan

(36)

23 perbedaan yang nyata antara aspek kognitif kedua kelompok responden (p=0.001) terhadap makanan kemasan.

Aspek afektif terkait dengan emosi atau perasaan, suka atau tidak suka terhadap suatu produk (Solomon 2006), yang berarti segala bentuk emosi positif atau negatif serta perasaan responden terhadap makanan kemasan. Lebih dari separuh (65.0%) responden di perkotaan dan responden di perdesaan (67.5%) memiliki tingkat afektif yang kurang terhadap makanan kemasan yang ditunjukan dengan pada saat berbelanja makanan kemasan, responden jarang sekali dipengaruhi oleh mood. Sumarwan (2011) mengatakan konatif adalah kecenderungan atau keinginan membeli suatu produk. Tabel 10 menunjukkan bahwa responden perkotaan (42.5%) dan responden perdesaan (52.5%) sama-sama memiliki aspek konatif yang rendah terhadap makanan kemasan. Namun, pada responden perkotaan masih ada yang memiliki tingkat konatif yang tinggi terhadap makanan kemasan (27.5%), sehingga berdasarkan hasil uji beda terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.012) antara aspek konatif responden perkotaan dengan responden perdesaan.

Tabel 10 Sebaran kategori sikap responden di wilayah perkotaan dan perdesaan

No Kategori Perkotaan Perdesaan

n % n % Kognitif

1 Kurang (<60) 13 32.5 25 62.5 2 Sedang (60-80) 20 50.0 15 37.5 3 Baik (>80) 7 17.5 0.0 0.0

Rataan±SD 68.54±16.18 58.38±10.84

Uji beda (sig) 0.001**

Afektif

1 Kurang menyukai (>60) 26 65.0 27 67.5 2 Netral (60-80) 7 17.5 13 32.5 3 Menyukai (>80) 7 17.5 0.0 0.0

Rataan±SD 58.75±16.77 57.29±8.27

Uji beda (sig) 0.623

Konatif

1 Rendah (<60) 17 42.5 21 52.5 2 Sedang (60-80) 12 30.0 19 47.5 3 Tinggi (>80) 11 27.5 0.0 0.0

Rataan±SD 62.92±15.78 54.58±13.07

Uji beda (sig) 0.012*

Rataan sikap total±SD 28.10±3.10

Uji beda total sikap (sig) 0.005** Ket : *nyata pada p-value<0.05; **nyata pada p-value<0.01

Hubungan antara Karakteristik Responden dan Keluarga, Kelompok Acuan, dan Sikap Konsumen

(37)

24

terdapat hubungan antara kelompk acuan dengan sikap responden dalam membeli produk makanan kemasan.

Tabel 11 Hasil uji korelasi antara karakteristik responden dan keluarga, kelompok acuan, dan sikap konsumen

Peubah Kelompok acuan Sikap

Usia istri (tahun) -0.172 -0.003

Usia suami (tahun) -0.169 -0.038

Besar keluarga (orang) -0.115 -0.066

Tingkat pendidikn istri (tahun) 0.050 0.362**

Tingkat pendidikan suami (tahun) 0.104 0.232**

Pendapatan total keluarga per bulan (Rp/bln)

0.067 0.087

Kelompok acuan (skor) 1 -0.196

Sikap (skor) -0.196 1

Ket:** nyata pada p-value<0.01

Faktor-faktor yang memengaruhi Gaya Hidup

Tabel 12 menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gaya hidup ibu rumah tangga menggunakan uji regresi logistik. Variabel bebas yang termasuk dalam model adalah usia, tingkat pendidikan, besar keluarga, pendapatan total keluarga, lokasi geografis, dan kelompok acuan. Hasil regresi logistik untuk peubah yang memengaruhi gaya hidup menghasilkan koefisien determinasi (Nagelkerke R2) sebesar 0.355, yang berarti 35.5 persen gaya hidup dapat dijelaskan oleh peubah yang ada dalam model dan 64.5 persen sisanya dijelaskan oleh peubah lainnya. Tabel 10 menunjukkan pendapatan total keluarga berpengaruh nyata positif terhadap gaya hidup. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka peluang responden untuk memiliki gaya hidup aktif satu kali lebih tinggi, begitupula dengan lokasi geografis berpengaruh nyata positif terhadap gaya hidup yang berarti peluang responden untuk memiliki gaya hidup aktif jika tinggal di perkotaan adalah 12.514 kali lebih tinggi dibanding jika tinggal perdesaan.

Tabel 12 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gaya hidup ibu rumah tangga Peubah independent Gaya hidup (1= gaya hidup aktif, 0= gaya

hidup pasif)

Β Sig Exp(B)

Usia responden (tahun) -0.005 0.881 0.995

Besar keluarga (orang) -0.440 0.188 0.644

Lokasi geografis (1=perkotaan, 0=perdesaan)

2.527 0.003** 12.514

Tingkat pendidikan responden (1=≥ 9 thn ; 0= < 9 thn)

0.065 0.824 1.067

Pendapatan total keluarga (Rp/bulan) 0.000 0.036* 1.000

Kelompok acuan (skor) -0.001 0.997 0.999

Nagelkekre R Square 0.355

Sig. 0.000**

(38)

25 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap dalam Pembelian

Makanan Kemasan

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap pembelian makanan kemasan dengan uji regresi linear berganda. Tabel 13 menunjukkan ada beberapa faktor yang berpengaruh nyata positif terhadap sikap, yaitu tingkat pendidikan responden (β=0.250; p=0.039) dan gaya hidup (β=0.240; p=0.048), yang berarti semakin tinggi pendidikan responden maka semakin memengaruhi sikapnya dalam memilih dan membeli produk makanan kemasan, begitupula dengan gaya hidup responden, dimana semakin aktif gaya hidup responden terhadap produk makanan kemasan akan memengaruhi sikapnya dalam membeli produk makanan kemasan.

Tabel 13 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap ibu rumah tangga

Peubah Independen β sig Usia (tahun) 0.013 0.910 Besar keluarga (orang) 0.016 0.810 Lokasi geografis (1=perkotaan; 0=perdesaan) 0.102 0.436

Tingkat pendidikan (1= ≥ 9thn; 0= < 9 thn) 0.250 0.039* Pendapatan keluarga (Rp/bulan) -0.033 0.712 Gaya Hidup (1= aktif; 0= pasif) 0.240 0.048* Kelompok acuan (total jumlah kelompok acuan) -0.206 0.055

F-hitung 3.060

Adj. R2 0.154

p-value 0.007**

Ket : *nyata pada p-value<0.05; **nyata pada p-value<0.01

Pembahasan

(39)

26

Rp 300 000- 3 533 333. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Singh (2012) yang menunjukkan pendapatan responden di kota lebih besar dibanding responden di desa sehingga terdapat perbedaan dalam membeli sebuah produk.

Produk makanan kemasan yang diteliti dalam penelitian ini adalah produk susu dan olahannya, makanan ringan (snack), makanan kaleng, makanan bayi, dan mie instan. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden di wilayah perkotaan dan perdesaan membeli mie instan setiap bulannya, dan sebagian besar responden di kedua wilayah membeli produk susu dan olahannya serta makanan ringan (Tabel 3). Hal tersebut dikarenakan, saat ini produsen telah menyesuaikan bauran pemasaran agar cocok dengan daerah-daerah yang berbeda (Engel, Blackwell, dan Miniard 1990) dalam arti pendistribusian makanan kemasan telah sampai ke perdesaan, selain itu juga saat ini umumnya hampir setiap responden di perdesaan memiliki televisi sebagai media massa yang memberikan informasi tentang makanan kemasan, sehingga responden di perdesaan bisa dengan mudah memperoleh makanan kemasan. Terdapat perbedaan antara responden di perkotaan dengan responden perdesaan dalam memilih tempat untuk membeli makanan kemasan. Hampir untuk semua jenis produk makanan kemasan, responden di wilayah perdesaan tidak memilih supermarket sebagai tempat untuk membeli makanan kemasan, dikarenakan letak supermarket yang cukup jauh (1.500 meter) dari tempat tinggal responden, sehingga responden lebih memilih untuk membeli di warung terdekat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sumarwan (2011) bahwa lokasi toko sangat memengaruhi keinginan konsumen untuk datang dan berbelanja, toko yang jauh dari jangkauan konsumen tidak akan diminati untuk dikunjungi. Selain itu menurut Engel et al. (1990) pusat perbelanjaan yang dipilih oleh konsumen dipengaruhi pula oleh waktu perjalanan untuk mencapai pusat perbelanjaan tersebut, dimana kesediaan konsumen untuk berbelanja di tempat tersebut akan menurun jika waktu perjalanannya jauh.

Kelompok acuan merupakan salah satu faktor eksternal yang memengaruhi perilaku ibu rumah tangga dalam membeli makanan kemasan. Kelompok acuan yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari keluarga, selebritis, tetangga, teman, dan kelompok arisan. Lebih dari separuh responden di wilayah perkotaan dan perdesaan dominan memiliki satu kelompok acuan yaitu keluarga sehingga tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok responden. Hal tersebut dikarenakan kedua kelompok responden menganggap bahwa keluargalah yang paling dipercaya sebagai kelompok acuan dalam membeli produk makanan kemasan, hal ini sesuai dengan pernyataan Engel et al. (1990) yang menyebutkan keluarga merupakan unit pengambilan keputusan utama yang sekaligus berperan sebagai kelompok acuan primer. Peran kelompok acuan tersebut diantaranya memengaruhi pilihan produk, memengaruhi pemilihan tempat belanja, memengaruhi keputusan pembelian, atau ketiganya.

(40)

27 hidup pasif dan gaya hidup aktif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan gaya hidup antara responden di wilayah perkotaan dan perdesaan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sumnvijit dan Promsa (2009) yang mengatakan bahwa jarak lokasi tempat tinggal dengan tempat belanja akan membentuk gaya hidup yang berbeda. Sumarwan (2011) mengatakan faktor utama pembentuk gaya hidup adalah usia, tingkat pendidikan dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan responden di perkotaan cenderung memiliki gaya hidup aktif, sedangkan responden di wilayah perdesaan cenderung memiliki gaya hidup pasif. Gaya hidup aktif digambarkan dengan responden yang aktif mencari informasi mengenai makanan kemasan, sering mengikuti kegiatan sosial, suka mencoba makanan kemasan terbaru, sering mengunjungi mall untuk membeli makanan kemasan dan sering membandingkan harga sebelum membeli. Gaya hidup pasif digambarkan dengan responden yang jarang mencari informasi mengenai makanan kemasan, jarang mengikuti kegiatan sosial, jarang melakukan hobi, jarang berpergian ke mall untuk membeli makanan kemasan, dan jarang mencoba makanan kemasan terbaru.

Adanya perbedaan gaya hidup dimungkinkan karena responden di perkotaan lebih konsumtif dibanding responden di perdesaan. Sifat konsumtif tersebut disebabkan karena perbedaan rata-rata pendapatan antara konsumen di perkotaan dan perdesaan. Hal ini ditunjang dengan hasil penelitian Singh (2012) yang mengatakan bahwa konsumen di wilayah perdesaan cenderung memiliki pertimbangan dan rencana yang panjang sebelum membeli suatu produk dibanding konsumen di wilayah perkotaan dikarenakan pendapatan yang mereka miliki. Keberadaan supermarket ataupun minimarket pun juga menjadi salah satu faktor yang membuat gaya hidup kedua kelompok responden berbeda, terlihat dari responden di wilayah perdesaan lebih memilih membeli makanan kemasan di warung dibandingkan di supermarket atau minimarket, dikarenakan jarak dari tempat tinggal responden di wilayah perdesaan sangat jauh dengan supermarket ataupun minimarket.

(41)

28

yang tinggi terhadap makanan kemasan sehingga terdapat perbedaan tingkat konatif diantara kedua kelompok responden.

Kecenderungan membeli makanan kemasan yang rendah pada responden di perdesaan sesuai dengan hasil penelitian Amarnath dan Vijayudu (2011) yang menyatakan responden di wilayah perdesaan masih belum percaya dan terbiasa mengonsumsi makanan kemasan, selain faktor pendapatan yang masih belum mencukupi. Selain itu, Amarnath dan Vijayudu (2011) juga menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan lebih tertarik untuk membeli produk makanan kemasan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan responden di wilayah perkotaan berada pada kategori keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga 4 hingga 5 orang sehingga rata-rata pengeluaran untuk makanan kemasan responden di wilayah perkotaan lebih besar dibanding responden di wilayah perdesaan.

Hasil uji hubungan dengan menggunakan korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan antara karakteristik responden dan keluarga (usia, tingkat pendidikan, besar keluarga, pendapatan, pengeluaran) serta lokasi geografis dengan kelompok acuan. Tingkat pendidikan berhubungan nyata positif dengan sikap, yang berarti semakin tinggi pendidikan responden maka pengetahuan tentang makanan kemasan semakin tinggi sehingga sikapnya dalam membeli makanan kemasan semakin baik, hal ini sesuai dengan pernyataan Engel et al. (1990) bahwa semakin baik pendidikan seseorang akan memiliki sikap yang lebih responsif terhadap informasi yang berarti sikapnya lebih baik dalam memilih sebuah produk. Namun tidak terdapat hubungan antara kelompok acuan dengan sikap responden dalam membeli produk makanan kemasan.

(42)

29

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Karakteristik responden dan keluarga (pendidikan responden dan pendidikan suami) berbeda antara wilayah perkotaan dan perdesaan. 2. Gaya hidup yang berbeda antara ibu rumah tangga di perkotaan dan

perdesaan dikarenakan lokasi georafis, pendidikan, dan pendapatan. Hal tersebut dapat dilihat dari lebih banyak ibu rumah tangga di perkotaan yang memiliki gaya hidup aktif dibanding ibu rumah tangga di perdesaan. Kedua kelompok responden memiliki satu jumlah kelompok acuan yaitu keluarga sekaligus menjadi kelompok acuan yang paling dipercaya, sehingga tidak ditemukan adanya perbedaan kelompok acuan antara responden di perkotaan dan perdesaan. Gaya hidup ibu rumah tangga yang berbeda antara di perkotaan dan perdesaan membuat sikap yang berbeda dalam membeli makanan kemasan.

3. Tingkat pendidikan berhubungan positif dengan sikap ibu rumah tangga dalam membeli produk makanan kemasan, selain itu tingkat pendidikan dan lokasi geografis berpengaruh positif terhadap gaya hidup ibu rumah tangga. Kecenderungan sikap ibu rumah tangga yang berbeda dalam membeli makanan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu tingkat pendidikan dan gaya hidup.

Saran

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji kelompok acuan, gaya hidup, dan sikap ibu rumah tangga terhadap pembelian produk makanan kemasan. Sikap ibu rumah tangga di perdesaan yang masih kurang terhadap pembelian produk makanan kemasan dikarenakan gaya hidup yang cenderung pasif dalam mencari informasi terkait makanan kemasan. Ibu rumah tangga sebagai pengatur kebutuhan makan anggota keluarga diharapkan dapat lebih menyeleksi dan menyaring informasi terkait produk makanan kemasan, sehingga dapat memilih dan membeli produk makanan kemasan yang tepat. Untuk penelitian selanjutnya, pada pengukuran gaya hidup dengan menggunakan psikografik AIO disarankan untuk mengukur produk yang memiliki keterlibatan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina D. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Peningkatan Pasar Modern di Kota dan Kabupaten Bogor. [skripsi]. Program Studi Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1 Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup
Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh gaya hidup, kelompok acuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pembelian makanan kemasan
Gambar 2 Bagan teknik penarikan contoh
Tabel  2 Variabel penelitian, skala data, dan kategori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi metode dakwah merupakan sebuah jalan atau cara yang digunakan atau dilakukan dalam melaksanakan aktifitas mengajak manusia kepada jalan yang lurus, yang mana

Akan melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan oleh Kepala Desa sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) masing – masing bidang

Aspek khusus yang dijadikan objek penelitian mi adalah morfologi dan sintaksis bahasa Semende, yang diangkat dari ragam bahasa yang digunakan penuturnya pada masa kini. Masalah

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan dan hasil penelitian ini dapat

sehingga semua bentuk dukungan terhadap program ini da- pat dimanfaatkan dengan maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sebuah analisis yang dapat digunakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Utara sebagai Kabupaten harus dalam upayakan meningkatkan struktur perekonomian Produk Domestik Regional bruto (PDRB) atas

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu banyaknya kandungan kalsium yang terdapat pada tulang ikan tuna (Thunnus albacores) yaitu sebanyak 76,83% ini menandakan bahwa nikmat

Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan kariogenik dengan tingkat keparahan karies gigi di Sekolah Dasar Negeri 3 Kracak Kecamatan Ajibarang