• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepuasan Nelayan terhadap Pelayanan Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Kota Serang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kepuasan Nelayan terhadap Pelayanan Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Kota Serang"

Copied!
346
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DEDE SEFTIAN, C44070007. Tingkat Kepuasan Nelayan terhadap Pelayanan Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Kota Serang. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI dan DINIAH.

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu resmi meningkat statusnya menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu sejak tahun 2010. Seiring dengan peningkatan status ini, pelayanan yang lebih baik harus diberikan kepada pelanggan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan keragaan teknik dan produktivitas unit penangkapan dogol dan jaring rampus, mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pelabuhan, menganalisis kinerja pelayanan dan mengukur tingkat kepuasan nelayan. Penelitian dilakukan pada Bulan Maret – April, September, dan Desember 2011 menggunakan studi kasus. Analisis data menggunakan analisis teknis, importance and performance analysis (IPA) dan

customer satisfaction index (CSI). Ada dua unit penangkapan ikan yang memanfaatkan pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu, yaitu dogol dan jaring rampus. Dogol terdiri atas sayap, badan, kantong, tali ris, tali selambar, pelampung dan pemberat. Jaring rampus terdiri atas badan jaring, tali ris, tali selambar, pelampung, dan pemberat. Produktivitas dogol secara umum lebih baik dibandingkan jaring rampus. Nilai IPA terdiri atas tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Nilai tingkat kepentingan berkisar antara 105 – 145. Nilai tingkat kinerja berkisar antara 31 – 130. Hasil analisis CSI menunjukkan tingkat kepuasan nelayan terhadap pelayanan PPN Karangantu berkisar antara 0,41 – 0,74. Masih ada pelayanan kebutuhan yang bernilai kurang baik, yaitu pelayanan kebutuhan BBM dan es sebesar 0,47 dan 0,48.

(2)

1

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar kebutuhan ikan di wilayah Provinsi Banten. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 311/Kpts/Org/5/1978 tanggal 25 Mei 1978, Pelabuhan Perikanan Karangantu secara resmi dioperasionalkan dan menjadi unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dengan nama pelabuhan perikanan pantai (PPP) Karangantu. Semakin berkembang dan meningkatnya kegiatan operasional pelabuhan, maka pada tanggal 30 Desember 2010 melalui Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia Nomor: PER.29/MEN/2010, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu telah resmi meningkat statusnya menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu (PPN Karangantu 2011a).

Seiring dengan peningkatan status ini, seyogyanya tingkat pelayanan terhadap pelanggan pun akan meningkat. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan pelabuhan kepada nelayan adalah penyediaan kebutuhan operasional penangkapan ikan. Pelabuhan perikanan dengan pelayanan primanya diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan nelayan untuk kegiatan penangkapan ikan. Pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan, meliputi kebutuhan pada saat keberangkatan dan pada saat kepulangan. Pelayanan yang diberikan oleh PPN Karangantu antara lain pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan, pembongkaran hasil tangkapan, perbaikan kapal atau docking kapal, pengisian kebutuhan penangkapan (BBM, air, es, dan lain-lain), pelelangan ikan, perizinan kapal, pasar ikan dan kios nelayan.

(3)

2 penangkapan ikan terdiri atas tiga komponen, yaitu berupa BBM, es dan air bersih. Pelayanan yang diberikan pada saat kembali ke pelabuhan terdiri atas tiga komponen, berupa dermaga, tempat pelelangan ikan (TPI) dan keranjang atau

basket. Solar merupakan salah satu komponen penentu dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan. Es merupakan komponen yang digunakan untuk mendinginkan ikan agar tetap terjaga mutu hasil tangkapan yang akan didaratkan di pelabuhan perikanan. Air bersih digunakan untuk air minum dan untuk mencuci ikan hasil tangkapan selama kegiatan operasi penangkapan ikan. Ketiga hal tersebut merupakan kebutuhan penting bagi nelayan pada saat keberangkatan menuju

fishing ground. Dermaga digunakan sebagai lokasi pendaratan ikan hasil tangkapan. Tempat pelelangan ikan (TPI) menjadi lokasi nelayan melelangkan hasil tangkapannya dengan kondisi dan sistem pelelangan tertentu. Keranjang merupakan wadah yang digunakan untuk menampung hasil tangkapan.

Berdasarkan laporan tahunan statistik PPN Karangantu tahun 2011b, pengunaan air, bahan bakar minyak (BBM) dan es dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami fluktuasi. Penurunan produksi terjadi tahun 2006 untuk penggunaan air, BBM dan es. Peningkatan kembali terjadi pada penggunaan ketiga bahan logistik sampai dengan tahun 2008. Penggunaan air tetap meningkat sampai dengan tahun 2009, akan tetapi hal ini tidak terjadi pada penggunaan bahan logistik bahan bakar minyak dan es pada tahun tersebut. Pada tahun 2010, penggunaan BBM, air bersih dan es kembali mengalami peningkatan. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2010, penyaluran logistik bahan bakar minyak berasal dari luar pelabuhan. Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, penyaluran logistik es dan air bersih berasal dari luar dan dalam pelabuhan.

(4)

3 pada tahun 2010 dengan volume produksi 250,607 ton atau 10% dari total produksi yang dihasilkan di PPN Karangantu (PPN Karangantu 2011b).

Pemberian pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan yang memuaskan bagi nelayan jaring rampus dan dogol menjadi penting oleh pemberi jasa atau pihak pelabuhan. Kemampuan pelayanan meliputi kondisi prima dalam penyampaian, tindakan dan penepatan janji terhadap nelayan. Kepuasan nelayan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pelabuhan dalam memberikan pelayanan suatu produk, sehingga faktor ini harus dapat dipenuhi oleh pihak pelabuhan untuk menjaga dan meningkatkan kinerja pelabuhan dengan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan nelayan.

Sampai tahun 2011, tahun kedua berstatus PPN, belum diketahui bagaimana kepuasan nelayan sebagai pelanggan dalam pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan, sehingga perlu diadakan suatu kajian untuk mengukur tingkat kepuasan nelayan dan menganalisis kinerja pihak pelabuhan dalam memberikan pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan. Analisis kinerja PPN Karangantu dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk menyesuaikan kuantitas dan kualitas kapasitas fasilitas sesuai dengan kebutuhan nelayan. Oleh karena itu, penelitian mengenai “Tingkat Kepuasan Nelayan terhadap Pelayanan Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu, Kota Serang” untuk unit penangkapan jaring rampus dan dogol sangat perlu dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

(5)

4 merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pelabuhan dalam memberikan pelayanan suatu produk, sehingga faktor ini harus dapat dipenuhi oleh pihak pelabuhan untuk menjaga dan meningkatkan kinerjanya dengan memberikan pelayanan yang baik terhadap kebutuhan nelayan. Pengukuran tingkat kepuasan nelayan terhadap pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi kinerja pelabuhan terhadap atribut pelayanan, serta menyesuaikan kuantitas dan kualitas kapasitas fasilitas sesuai dengan kebutuhan nelayan.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana keragaan teknis dan produktivitas unit penangkapan dogol dan jaring rampus yang memanfaatkan jasa pelabuhan?

2) Berapa tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan yang diberikan oleh PPN Karangantu?

3) Atribut pelayanan apa saja yang perlu ditingkatkan untuk menambah kepuasan nelayan?

4) Berapa tingkat kepuasan nelayan terhadap atribut-atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

1) Menggambarkan keragaan teknis dan produktivitas unit penangkapan dogol dan jaring rampus di PPN Karangantu.

2) Mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan yang diberikan oleh pengelola PPN Karangantu. 3) Menganalisis kinerja pelayanan yang dapat meningkatkan kepuasan nelayan

sebagai konsumen.

(6)

5 1.4 Manfaat Penelitian

(7)

6

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di Laut Teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Fasilitas tambat/labuh di pelabuhan ditujukan untuk kapal perikanan berukuran 30 – 60 GT. Panjang dermaga 150 – 300 m dengan kedalaman kolam lebih dari 3 m. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40 - 50 ton per hari atau sekitar 8.000 – 15.000 ton per tahun. Di Indonesia terdapat 12 PPN, antara lain adalah PPN Ambon, PPN Bitung, PPN Brondong, PPN Kejawanan, PPN Palabuhanratu, PPN Pekalongan, PPN Pemangkat, PPN Prigi, PPN Sibolga, PPN Tanjung Pandan, PPN Ternate dan PPN Tual (Diniah 2008).

2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

Operasionalisasi adalah suatu bentuk implementasi dari kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan di PP/PPI dalam melayani kebutuhan masyarakat pengguna fasilitas pelabuhan yang membutuhkannya. Kegiatan operasional di PP/PPI hendaknya berorientasi pada kepentingan masyarakat pengguna jasa PP/PPI (Murdiyanto 2005).

Berdasarkan Direktorat Jenderal Perikanan (1994a), kegiatan operasional yang berlangsung di pelabuhan perikanan meliputi:

1) Pendaratan ikan

Pendaratan ikan yang dilakukan di pelabuhan perikanan sebagian besar berasal dari kapal penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan tersebut dan sebagian kecil berasal dari PP/PPI yang dibawa ke pelabuhan tersebut dengan menggunakan sarana transportasi darat.

2) Penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan

(8)

7 pendinginan dengan air dingin. Tujuan dari pengolahan ikan adalah untuk mempertahankan mutu ikan, sehingga pada waktu pemasaran menjadi lebih lama dan meninggikan nilai jualnya. Kegiatan pemasaran yang dilakukan di pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional dan ekspor. Sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia, antara lain:

a. TPI  Pedagang besar  Pedagang lokal  Pengecer  Konsumen b. TPI  Pedagang besar  Pedagang lokal  Konsumen

c. TPI  Pengecer  Konsumen 3) Penyaluran perbekalan

Pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas pelabuhan perikanan saat ini adalah penyaluran BBM, penjualan air bersih, penjualan es dan suku cadang. Pelayanan perbekalan ini umumnya disediakan oleh pihak UPT Pelabuhan, KUD, Koperasi Pegawai Pelabuhan, BUMN dan pihak swasta.

2.3 Pelayanan

Pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud, cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, dan konsumen lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi pelayanan tersebut. Keunggulan suatu pelayanan bergantung pada keunikan dan kualitas yang diperlihatkan oleh pelayanan tersebut. Kualitas adalah sebuah kata bagi penyedia jasa atau pelayanan merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik (Supranto 2006).

Menurut Rangkuti (2006), konsumen mempunyai kriteria yang pada dasarnya identik dengan beberapa jenis pelayanan yang memberikan kepuasan kepada para pelanggan. Kriteria tersebut adalah:

1) Reliability (Keandalan)

Kemampuan perusahaan untuk memberikan jasa secara tepat, akurat dan dapat diandalkan sesuai dengan yang dijanjikan.

2) Responsiveness (Cepat tanggap)

(9)

8 3) Insurance (Jaminan)

Kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat yang dapat dipercaya atas pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan untuk melayani konsumen dengan rasa percaya diri.

4) Emphaty (Empati)

Karyawan harus memberikan perhatian secara individual kepada konsumen dan mengerti kebutuhan konsumen.

5) Tangible (Kasat mata)

Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan alat-alat komunikasi.

2.4 Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara pelayanan atau produk yang dirasakan dan yang diharapkannya (Kottler 2002). Menurut Rangkuti (2006), kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu harapan pelanggan akan kinerja suatu produk dan kenyataan yang pelanggan terima setelah menggunakan produk tersebut. Kualitas produk yang dirasakan pelanggan akan menentukan persepsi pelanggan terhadap kinerja, yang kemudian akan berdampak pada kepuasan pelanggan. Pada dasarnya kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Penilaian kepuasan dan ketidakpuasan terhadap suatu perusahaan berkaitan erat dengan konsep kepuasan pelanggan, sebagaimana dilihat pada Gambar 1 (Rangkuti 2006).

(10)

9 ulang dan memberi tahu orang lain mengenai pengalaman baik dengan produk tersebut (Santoso 2005).

Sumber: Rangkuti (2006)

Gambar 1 Diagram konsep kepuasan pelanggan.

Tingkat kepentingan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan terhadap kebutuhannya akan pelayanan yang akan dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja pelayanan tersebut. Tingkat kepentingan pelanggan terhadap atribut pelayanan yang akan diterima, dapat ditentukan berdasarkan pengalaman dan saran yang diperoleh. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh pelanggan selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan dapat menimbulkan persepsi negatif untuk tahapan pelayanan selanjutnya (Rangkuti 2006).

Menurut Rangkuti (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah

1) Nilai

Pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk yang didasarkan pada suatu persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut.

Tujuan perusahaan

Produk

Nilai produk bagi pelanggan

Kebutuhan dan keinginan pelanggan

Harapan pelanggan terhadap produk

(11)

10 2) Daya saing

Daya saing suatu produk dapat terjadi apabila keunikan serta kualitas pelayanannya disesuaikan dengan manfaat serta pelayanan yang dibutuhkan oleh pelanggan.

3) Persepsi pelanggan

Proses individu untuk memilih, mengorganisasikan, serta mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna.

4) Harga

Suatu produk dapat dinilai kualitasnya oleh pelanggan dari harga yang ditetapkan oleh produsen.

5) Citra

Citra dari suatu produk dapat mempengaruhi persepsi produk terhadap kualitasnya

6) Tahap pelayanan

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh pelanggan selama menggunakan beberapa tahap pelayanan.

Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, efisien dan efektif, terutama untuk pelayanan publik. Tingkat kepuasan pelanggan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan (Rangkuti 2006).

Menurut Umar (2003), pengukuran kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan enam konsep, yaitu:

1) Kepuasan pelanggan secara keseluruhan

Dilakukan dengan cara menanyakan pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan, serta menilai dan membandingkan dengan tingkat kepuasan pelanggan secara keseluruhan terhadap jasa yang diterima.

2) Dimensi kepuasan pelanggan

(12)

11 pelayanan jasa yang diberikan terhadap pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai jasa pesaing berdasarkan faktor-faktor yang sama. Keempat, meminta pelanggan menentukan dimensi-dimensi yang berada di kelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan secara keseluruhan.

3) Konfirmasi harapan

Kepuasan pelanggan tidak diukur secara langsung, tetapi berdasarkan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa yang dijual perusahaan.

4) Minat pembelian ulang

Kepuasan pelanggan diukur berdasarkan pelanggan melakukan pembelian ulang atas jasa yang sama.

5) Kesediaan untuk merekomendasikan

Cara ini merupakan ukuran yang penting bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif lama, seperti jasa pendidikan tinggi.

6) Ketidakpuasan pelanggan

Dilakukan dengan sesuatu hal yang menjadi komplain pelanggan, biaya garansi serta kerusakan barang.

2.5 Pelayanan Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan

Pelayanan yang diberikan oleh pihak pelabuhan pada umumnya adalah pelayanan yang terkait dengan operasional fasilitas, sehingga pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan pengguna pelabuhan. Pelayanan di pelabuhan perikanan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pelayanan yang bersifat langsung kepada nelayan atau pengusaha perikanan untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa, serta pelayanan kepada masyarakat umum di pelabuhan dengan menggunakan metodologi yang bersifat massal agar nelayan atau pengusaha perikanan lebih mampu untuk memajukan usahanya dengan fasilitas yang tersedia di pelabuhan (Murdiyanto 2005).

Aktivitas pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan adalah kegiatan untuk menyediakan kebutuhan pada waktu penangkapan ikan. Pelayanan yang dibutuhkan meliputi berbagai kegiatan pada saat keberangkatan menuju

(13)

12 minyak (BBM), air bersih dan es, serta kegiatan pada saat kembali ke fishing base

atau pelabuhan, seperti kondisi dermaga, kondisi tempat pelelangan ikan (TPI) dan ketersediaan keranjang atau basket (Direktorat Jenderal Perikanan 1994a).

Penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan operasional penangkapan ikan di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia, pengaturan dan pengelolaannya diserahkan kepada pihak PERUM Prasarana Pelabuhan Perikanan setempat. Sektor swasta dan KUD merupakan pihak ketiga yang bisa melakukan permohonan sewa kepada pihak pelabuhan (Direktorat Jenderal Perikanan 1994a). Mekanisme dalam penyediaan kebutuhan perbekalan di pelabuhan perikanan di Indonesia dapat disalurkan secara langsung oleh pihak pelabuhan dan secara tidak langsung, seperti agen penjual atau nelayan membeli di luar pelabuhan perikanan (Ashshiddiqi 2003).

2.6 Unit Penangkapan Ikan

Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan, yang terdiri atas kapal, alat penangkapan ikan dan nelayan. Ketiga unsur tersebut akan saling berkaitan dan akan berpengaruh terhadap keberhasilan operasi penangkapan ikan.

2.6.1 Kapal

(14)

13 2.6.2 Alat penangkapan ikan

Alat penangkapan ikan merupakan suatu alat atau peralatan yang digunakan untuk kegiatan menangkap atau mengumpulkan ikan (Diniah 2008). Jenis alat penangkapan ikan yang dioperasikan di PPN Karangantu adalah jaring rampus, dogol, bagan perahu, bagan tancap, payang, pancing, sero, jaring insang tetap, dan alat tangkap lainnya. Alat penangkapan ikan yang dioperasikan dengan

trip sehari di PPP Karangantu adalah dogol dan jaring rampus (PPN Karangantu 2011a).

1) Dogol

Dogol merupakan suatu jenis alat penangkapan ikan yang menyerupai payang, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Konstruksi alat tangkap dogol berbentuk kerucut, terdiri atas bagian kantong (bag), badan jaring (body), dua lembar sayap (wing) yang berada di kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp) (Subani dan Barus 1989). Desain alat tangkap dogol untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

a b c d

A B

Keterangan gambar :

A : Kantong (bag) b : Tali ris bawah (ground rope)

B : Kaki atau sayap (wing) c : Bibir atas (upperlip) a : Tali ris atas (head rope) d : Bibir bawah (underlip) Catatan : Bibir atas lebih menonjol ke depan

Sumber: Subani dan Barus (1989)

Gambar 2 Desain alat tangkap dogol.

(15)

14 pengoperasiannya, alat tangkap dogol ditarik ke arah perahu sehingga hasil tangkapannya akan dinaikkan ke atas geladak perahu (Subani dan Barus 1989). 2) Jaring Rampus

Jaring rampus merupakan jenis dari alat tangkap jaring insang yang dioperasikan di dasar perairan dengan cara menghadang ruaya ikan. Berdasarkan pola renang ikan, pengoperasian jaring insang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaring insang hanyut yang ditujukan untuk menangkap jenis ikan pelagis dan jaring insang dasar yang ditujukan untuk menangkap jenis ikan demersal (Ayodhyoa 1981).

Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), jaring rampus yang dioperasikan di dasar perairan diklasifikasikan ke dalam jaring insang dasar. Konstruksi jaring rampus berbentuk empat persegi panjang yang memiliki ukuran mata jaring yang sama pada seluruh bagian jaring, terdiri atas pelampung yang berada di bagian atas jaring dan pemberat yang berada di bagian bawah jaring (Subani dan Barus 1989). Konstruksi alat tangkap jaring rampus untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

d

e Keterangan gambar :

a : Badan jaring (mono filament) b : Pelampung

c : Tali ris atas d : Tali ris bawah e : Pemberat

Sumber: Subani dan Barus (1989)

Gambar 3 Konstruksi alat tangkap jaring rampus. b

c

(16)

15 Proses pengoperasian alat tangkap jaring rampus terdiri atas dua tahap, yaitu setting dan hauling. Pada waktu setting dilakukan penurunan alat tangkap jaring rampus, tali ris atas yang terdapat pelampung dan tali ris bawah yang terdapat pemberat. Ketika hauling dilakukan pengangkatan jangkar, tali ris atas, tali pemberat, dan hasil tangkapannya (Direktorat Jenderal Perikanan 1994b).

2.6.3 Nelayan

(17)

16

3

KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu di Kota Serang menyediakan fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan berupa pelayanan kebutuhan BBM, air bersih, es, dermaga, TPI dan keranjang, serta memberikan pelayanan yang optimal sesuai kebutuhan nelayan untuk mencapai pemenuhan kepuasan nelayan. Kepuasan nelayan yang terbentuk merupakan hasil dari penilaian kinerja pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu. Penilaian didasarkan pada tanggapan nelayan terhadap atribut pelayanan yang ditawarkan dan dikelompokkan menjadi lima dimensi, yaitu : 1) Dimensi reliability (keandalan), meliputi:

(a)Ketersediaan produk atau kapasitas fasilitas (b)Keterampilan pegawai

2) Dimensi responsiveness (cepat tanggap), meliputi: (a)Ketepatan waktu dan kecepatan penyediaan produk (b)Ketepatan jumlah produk yang disediakan

3) Dimensi insurance (jaminan), meliputi: (a)Keramahan pegawai

(b)Keamanan

4) Dimensi emphaty (empati), meliputi:

(a)Kemudahan untuk proses pemesanan atau penggunaan fasilitas (b)Kemudahan penyampaian keluhan

5) Dimensi tangible (kasat mata), meliputi: (a)Biaya pelayanan atau harga produk (b)Kondisi fasilitas

(c)Kebersihan fasilitas

(18)

17 nilai tingkat kepentingan dan nilai tingkat pelaksanaan (kinerja) terhadap atribut pelayanan yang diberikan. Nilai-nilai yang didapat dimasukkan ke dalam diagram kartesius importance and performance yang terbagi menjadi empat kuadran. Tingkat kepuasan nelayan PPN Karangantu secara keseluruhan dianalisis menggunakan customer satisfaction index (CSI), yaitu pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut kualitas jasa yang diukur. Kerangka pendekatan studi dapat dilihat pada Gambar 4.

Pengelola Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu Kota Serang

Keragaan teknik dan produktivitas unit penangkapan dogol dan jaring rampus

Pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan pada saat keberangkatan (BBM, air bersih dan es) dan pada saat kembali (dermaga, TPI dan keranjang)

Atribut pelayanan dikelompokkan menjadi lima dimensi: 1) Dimensi reliability (keandalan), meliputi:

(a)Ketersediaan produk atau kapasitas fasilitas (b)Keterampilan pegawai

2) Dimensi responsiveness (cepat tanggap), meliputi: (a)Ketepatan waktu dan kecepatan penyediaan produk (b)Ketepatan jumlah produk yang disediakan

3) Dimensi insurance (jaminan), meliputi: (a)Keramahan pegawai

(b)Keamanan

4) Dimensi emphaty (empati), meliputi:

(a)Kemudahan untuk proses pemesanan atau penggunaan fasilitas (b)Kemudahan penyampaian keluhan

5) Dimensi tangible (kasat mata), meliputi: (a)Biaya pelayanan atau harga produk (b)Kondisi fasilitas

(c)Kebersihan fasilitas

Penilaian nelayan terhadap pelayanan

Tingkat kepentingan Tingkat kinerja

Importance and Performance Analysis (IPA) & Customer Satisfaction Index (CSI)

Tingkat Kepuasan nelayan terhadap atribut pelayanan

(19)

18 --- = Ruang lingkup penelitian

Gambar 4 Kerangka pendekatan studi.

4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian di lapangan dilakukan pada Bulan Maret – April, September dan Desember 2011. Penelitian berlokasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu Kota Serang.

4.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus atau penelitian kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield 1930 diacu dalam Nazir 1983). Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Subjek penelitian yang diteliti adalah nelayan PPN Karangantu yang telah menggunakan fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan dan telah merasakan pelayanan yang diberikan, sehingga nelayan mempunyai persepsi mengenai kualitas pelayanan terhadap kebutuhan operasional penangkapan ikan yang ingin dinilai tingkat kepuasannya.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

(20)

19 minimal sebanyak 30 responden dari populasi. Semakin besar sampel, maka akan memberikan hasil yang lebih akurat. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 orang, yaitu 15 orang nelayan dogol dan 15 orang nelayan jaring rampus.

4.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data teks dan data

image. Data teks adalah data primer dan sekunder yang dapat berbentuk alphabet maupun angka numerik dan yang menentukan arti dari data tersebut adalah interpretasinya. Data image adalah data primer yang berbentuk gambar dan sejenisnya yang memberikan informasi secara spesifik mengenai suatu keadaan tertentu (Yuniyanti 2008). Data teks yang diambil dalam penelitian ini adalah data hasil kuesioner kepada nelayan tentang atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan dan data hasil wawancara kepada pihak pengelola pelabuhan mengenai struktur organisasi, keadaan umum fasilitas dan kinerja operasional terhadap atribut pelayanan di PPN Karangantu. Data image berupa gambar atau foto beberapa fasilitas operasional penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan dan kondisinya di PPN Karangantu.

Data primer terdiri atas hasil kuesioner dan hasil wawancara yang berupa data atribut pelayanan dan tingkat kepentingan atribut pelayanan. Sumber data primer adalah nelayan dogol dan jaring rampus di PPN Karangantu yang memanfaatkan pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan lebih dari satu kali, pihak pengelola pelabuhan, serta pengamatan langsung di lokasi penelitian.

Data teknik dikumpulkan untuk menghitung produktivitas dari unit penangkapan dogol dan jaring rampus. Data tersebut berasal dari data primer yang merupakan hasil wawancara dengan nelayan PPN Karangantu. Aspek teknik berhubungan dengan desain dan konstruksi unit penangkapan ikan, metode pengoperasian, komposisi hasil tangkapan, musim dan daerah penangkapan ikan. Data teknik yang dikumpulkan adalah

1) Ukuran dan jumlah unit penangkapan ikan;

(21)

20 4) Jenis ikan hasil tangkapan;

5) Daerah pengoperasian unit penangkapan ikan; 6) Musim penangkapan ikan; dan

7) Jumlah trip melaut per bulan, per tahun.

Data sekunder terdiri atas struktur organisasi, keadaan umum PPN Karangantu dan Kota Serang. Sumber data berasal dari laporan tahunan, statistik,

leaflet PPN Karangantu dan BPS Kota Serang.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data primer dan data sekunder untuk keperluan dalam penelitian. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir 1983). Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

1) Pengamatan langsung

Metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat bantu lain untuk keperluan tersebut (Nazir 1983). Pengamatan langsung di lokasi penelitian dilakukan untuk mendapatkan data primer berupa atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu.

2) Kuesioner dan wawancara

Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan wawancara langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer tentang atribut pelayanan dari pihak pengelola pelabuhan, serta data sekunder tentang struktur organisasi dan keadaan umum fasilitas PPN Karangantu yang berasal dari literatur.

3) Pengumpulan gambar

Metode pengumpulan gambar dilakukan untuk mendapatkan data primer berupa gambar atau foto atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan yang diberikan oleh PPN Karangantu.

4.6 Analisis Data

(22)

21 data, sehingga mudah untuk dibaca dan dimengerti. Tujuan dari analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Analisis data yang dilakukan adalah analisis teknis, importance and performance analysis (IPA) dan customer satisfaction index (CSI).

4.6.1 Analisis teknis

Analisis teknis dimaksudkan untuk mengetahui secara teknik apakah kegiatan pengoperasian unit penangkapan dogol dan jaring rampus sudah optimum berdasarkan konstruksi alat tangkap, metode pengoperasian alat tangkap, daerah dan musim penangkapan ikan. Produktivitas digunakan untuk mengukur kemampuan suatu alat penangkapan ikan dalam mendapatkan ikan hasil tangkapannya. Produktivitas unit penangkapan dogol dan jaring rampus di PPN Karangantu dihitung dari data primer yang merupakan hasil dari wawancara dengan nelayan alat tangkap tersebut. Produktivitas yang dihitung meliputi produktivitas per alat tangkap, produktivitas per trip, produktivitas per nelayan, produktivitas per biaya investasi dan produktivitas per biaya operasional. Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas sebagai berikut (Hanafiah 1986):

4.6.2 Importance and performance analysis (IPA)

(23)

22 digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan dan pelaksanaan dalam rangka mencapai kepuasan nelayan terhadap kinerja pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu. Analisis ini berguna untuk pengembangan program pemasaran yang efektif dalam suatu perusahaan. Dengan menggunakan konsep tingkat kepentingan, diharapkan dapat menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel atribut pelayanan di mata pelanggan (Rangkuti 2006).

Tingkat kepentingan nelayan diukur berdasarkan dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh pihak pengelola pelabuhan agar menghasilkan produk dan jasa yang memiliki kualitas yang tinggi. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan, yaitu (Supranto 2006) :

1) Variabel X merupakan tingkat kinerja pelabuhan terhadap pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada nelayan dan diberikan penilaian berdasarkan jawaban nelayan terhadap atribut pelayanan yang diberikan oleh pihak pelabuhan (Tabel 1).

Tabel 1 Penilaian tingkat kinerja terhadap atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan.

No. Jawaban Skor

1. Tidak Baik 1

2. Kurang Baik 2

3. Cukup Baik 3

4. Baik 4

5. Sangat Baik 5

2) Variabel Y merupakan tingkat kepentingan pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan dan diberikan penilaian berdasarkan tingkat kepentingan nelayan terhadap atribut pelayanan yang diberikan oleh pihak pelabuhan (Tabel 2).

Tabel 2 Penilaian tingkat kepentingan terhadap atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan.

No. Jawaban Skor

1. Tidak Penting 1

2. Kurang Penting 2

3. Cukup Penting 3

(24)

23

5. Sangat Penting 5

Secara matematis rumus yang digunakan untuk mendapatkan jumlah skor setiap atribut sebagai berikut (Supranto 2006) :

Keterangan :

Ns = Skor yang diberikan responden terhadap masing-masing atribut Nj = Jumlah responden dari setiap atribut

Ni = Nilai masing-masing responden dari setiap atribut

Untuk menentukan rentang skor responden dibuat skala numerik dengan rumus sebagai berikut (Supranto 2006) :

Keterangan :

RS = Rentang skala

Stt = Skor tertinggi Str = Skor terendah n = Jumlah kelas

Setelah menganalisis kualitas pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan, selanjutnya dihitung kesesuaian antara tingkat kepentingan dengan tingkat kinerjanya. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor tingkat kinerja dengan skor tingkat kepentingan dalam atribut pelayanan. Tingkat kesesuaian (Tabel 3) tersebut menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor atribut pelayanan yang akan mempengaruhi kepuasan nelayan (Supranto 2006). Rumus yang digunakan untuk tingkat kesesuaian adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Tki = Tingkat kesesuaian responden

ΣXi = Jumlah skor tingkat kinerja pelabuhan

ΣYi = Jumlah skor tingkat kepentingan nelayan

Tabel 3 Penilaian tingkat kesesuaian terhadap atribut kepuasan nelayan. No. Atribut Nilai Tingkat

(25)

24 i

Nilai indeks kepentingan dan nilai indeks kepuasan nelayan yang didapatkan dari skor tingkat kepentingan (Tabel 5) dan skor tingkat kinerja (Tabel 4) masing-masing responden dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Supranto 2006) :

dan

Keterangan :

X = Nilai indeks tingkat kinerja

Y = Nilai indeks tingkat kepentingan ΣXi = Jumlah skor tingkat kinerja pelabuhan

ΣYi = Jumlah skor tingkat kepentingan nelayan n = Jumlah responden

Tabel 4 Penilaian responden terhadap atribut tingkat kinerja.

Subjek Atribut Tingkat Kinerja (X) Total

1 2 3 4 5 .... i (t, ∑)

Tabel 5 Penilaian responden terhadap atribut tingkat kepentingan.

Subjek Atribut Tingkat Kepentingan (Y) Total

1 2 3 4 5 .... i (t, ∑)

(26)

25 Pembagian dalam menentukan letak kuadran pada diagram kartesius diketahui dengan menghitung rata-rata nilai indeks dengan rumus sebagai berikut (Supranto 2006) :

dan

Keterangan :

X = Nilai rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan

Y = Nilai rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan ΣXi = Jumlah nilai indeks tingkat pelaksanaan

ΣYi = Jumlah nilai indeks tingkat kepentingan k = Banyaknya atribut pelayanan

Selanjutnya skor indeks dijabarkan dan dimasukkan ke dalam masing-masing kuadran pada diagram kartesius.

Nilai Rata-Rata Tingkat Pelaksanaan

Kuadran I Kuadran II Y Prioritas Utama Pertahankan Prestasi

Nilai

Tingkat Rata-Rata

Kepentingan Tingkat

Y Kuadran III Kuadran IV Kepentingan Prioritas Rendah Prioritas Berlebihan

X X Tingkat Pelaksanaan Sumber: Supranto (2006)

Gambar 5 Diagram kartesius importance/performance.

Posisi masing-masing variabel pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Supranto 2006) :

(27)

26 ditingkatkan dengan cara melakukan perbaikan secara terus-menerus agar

performance variabel yang ada dapat meningkat.

2) Kuadran II adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh nelayan dan faktor-faktor tersebut dianggap sudah sesuai dengan yang dirasakan, sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Variabel-variabel dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan, karena semua variabel ini menjadikan produk unggul di mata nelayan.

3) Kuadran III adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh nelayan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali, karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan nelayan sangat kecil.

4) Kuadran IV adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh nelayan dan dirasakan terlalu berlebihan.

4.6.3 Customer satisfaction index (CSI)

Customer satisfaction index (CSI) digunakan untuk menentukan tingkat atribut dan perangkat pelayanan penyediaan kebutuhan operasional penangkapan ikan secara menyeluruh dengan pendekatan tingkat kepentingan dari atribut yang diukur. Dengan metode ini, pengelola dapat menentukan strategi dalam peningkatan kepuasan nelayan. Metode pengukuran CSI meliputi beberapa tahap berikut (Rangkuti 2006) :

1) Menghitung weighting factors (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total weighting factors (WF) 100%. Rumus yang digunakan untuk menghitung weighting factors (WF) :

2) Menghitung weighted score (WS), yaitu nilai perkalian antara nilai rata-rata tingkat kinerja masing-masing atribut pelayanan dengan weighting factors

(28)

27 3) Menghitung weighted total (WT), yaitu dengan menjumlahkan weighted score

(WS) dari seluruh atribut pelayanan.

4) Menghitung satisfaction index (SI), yaitu weighted total (WT) dibagi dengan skala maksimal atau skala likert yang digunakan adalah 5, kemudian dikali 100%.

5) Tingkat kepuasan nelayan dapat diketahui berdasarkan rentang skala tingkat kepuasan (Tabel 6).

Tabel 6 Kriteria tingkat kepuasan nelayan.

No. Rentang Skala Tingkat Kepuasan Tingkat Kepuasan

1. 0,00 – 0,34 Tidak Puas

2. 0,35 – 0,50 Kurang Puas

3. 0,51 – 0,65 Cukup Puas

4. 0,66 – 0,80 Puas

5. 0,81 – 1,00 Sangat Puas

4.7 Batasan Operasional

1) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II dan fasilitas-fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di dalamnya.

2) Kebutuhan operasional penangkapan ikan merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh nelayan pada waktu akan melakukan kegiatan penangkapan ikan, meliputi kebutuhan pada saat keberangkatan menuju fishing ground, seperti ketersediaan bahan bakar minyak (BBM), air bersih dan es, dan kebutuhan pada saat kembali ke fishing base, seperti kondisi dermaga, kondisi tempat pelelangan ikan (TPI) dan ketersediaan keranjang atau basket.

(29)

28 dijadikan responden dalam penelitian ini adalah nelayan dogol dan jaring rampus.

4) Atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan adalah seluruh variabel yang diberikan oleh pihak pelabuhan, meliputi ketersediaan produk atau kapasitas fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan, seperti BBM, es, air bersih dan keranjang atau basket, biaya pelayanan atau harga produk, kemudahan untuk proses pemesanan atau penggunaan fasilitas, ketepatan waktu dan kecepatan penyediaan produk, ketepatan jumlah produk yang disediakan, kondisi fasilitas, kebersihan fasilitas, keterampilan pegawai, keramahan pegawai, kemudahan penyampaian keluhan dan keamanan.

5) Kepentingan atribut pelayanan merupakan penilaian terhadap tingkat keperluan suatu atribut pelayanan yang dianggap menjadi pertimbangan dari nelayan yang menunjang suatu proses pembelian.

6) Kinerja atribut pelayanan merupakan kondisi yang nyata dari suatu atribut pelayanan yang dirasakan oleh nelayan saat melakukan proses pembelian. 7) Kepuasan nelayan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah menggunakan

fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan dan membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan setelah merasakan atau menggunakannya.

8) Persepsi merupakan proses psikologis nelayan mengenai keyakinan terhadap atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan melalui tanggapan yang telah dimiliki oleh nelayan.

9) Preferensi nelayan merupakan tingkat kesukaan atau ketidaksukaan nelayan terhadap atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan yang diberikan oleh pihak pelabuhan di PPN Karangantu.

Jasa pelayanan dalam penelitian ini, meliputi fasilitas seperti : 1) Fasilitas penyediaan kebutuhan operasional penangkapan ikan

(a)Bahan bakar minyak (BBM) (b)Air bersih

(30)

29 2) Fasilitas pendaratan hingga pelelangan ikan

(a)Dermaga

(b)Tempat pelelangan ikan (TPI) (c)Keranjang atau basket

Variabel-variabel atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan mengenai dimensi kualitas jasa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Variabel atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu.

Variabel Dimensi Indikator Kualitas

Pelayanan

Reliability

(Keandalan)

(a)Ketersediaan produk atau kapasitas fasilitas

(b)Keterampilan pegawai

Responsiveness

(Cepat tanggap)

(a)Ketepatan waktu dan kecepatan penyediaan produk

(b)Ketepatan jumlah produk yang disediakan

Insurance

(a)Kemudahan untuk proses pemesanan atau penggunaan fasilitas

(b)Kemudahan penyampaian keluhan

Tangible

(Kasat mata)

(a)Biaya pelayanan atau harga produk (b)Kondisi fasilitas

(c)Kebersihan fasilitas Tanggapan

Konsumen

(a)Tingkat kepentingan atribut (tidak penting, kurang penting, cukup penting, penting, sangat penting)

(b)Tingkat kinerja atribut (tidak baik, kurang baik, cukup baik, baik, sangat baik)

(31)

30

5

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum Kota Serang

Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009 berkisar antara 23,30C – 32,20C. Selisih terbesar antara suhu minimal dan maksimal terjadi pada bulan September. Kelembaban udara rata-rata bervariasi antara 75% - 86%. Sekitar 90,9% desa di Kota Serang merupakan desa bukan pesisir dan 80% diantaranya memiliki topografi wilayah daratan (BPS Kota Serang 2010b).

5.1.1 Letak geografis

Kota Serang berada pada koordinat antara 5050’ LS - 6020’ LS dan 105000’BT - 106022’BT. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang dari barat ke timur adalah sekitar 90 km. Kota Serang sebelah barat berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa dan Kota Cilegon, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. Kota Serang merupakan daerah alternatif dan penyangga (hinterland) ibukota negara (BPS Kota Serang 2010a).

5.1.2 Kependudukan

(32)

31 rasio jenis kelamin per kecamatan di Kota Serang pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah penduduk berdasarkan kepadatan penduduk, jenis kelamin dan rasio jenis kelamin per kecamatan di Kota Serang pada tahun 2009

No. Kecamatan

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Curug 828,53 21.294 19.801 41.095 107,54 Sumber: BPS Kota Serang (2010a)

5.1.3 Kondisi umum perikanan tangkap Kota Serang

Pada tahun 2010, produksi perikanan tangkap di Kota Serang sebesar 872,27 ton dengan produksi harian rata-rata sebesar 2.422 kg. Ikan hasil tangkapan terdiri dari 66 jenis dan jenis ikan yang mendominasi adalah ikan peperek (Leiognathus sp.), teri (Stolephorus sp.), kuniran (Upeneus sp.), kembung (Rastrelliger sp.) dan kurisi (Nemipterus sp.). Pelabuhan perikanan yang dimiliki Kota Serang adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu yang terletak di Kecamatan Kasemen. Kecamatan Kasemen merupakan kecamatan dengan produksi perikanan tangkap terbesar dan memiliki jumlah rumah tangga perikanan laut terbanyak dibandingkan dengan 5 kecamatan lainnya. Jumlah rumah tangga perikanan laut di Kecamatan Kasemen yaitu sebesar 329 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa produksi perikanan tangkap di Kota Serang hanya terjadi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu Kecamatan Kasemen (BPS Kota Serang 2010b).

5.2 Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu

(33)

32 Pertanian Nomor 311/Kpts/Org/5/1978 Tanggal 25 Mei 1978 Pelabuhan Perikanan Karangantu secara resmi dioperasionalkan dan menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dengan nama Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu. Seiring dengan berkembang dan meningkatnya kegiatan operasional pelabuhan, maka pada Tanggal 30 Desember 2010 melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: PER.29/MEN/2010 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu berganti nama dan meningkat kelasnya menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu (PPN Karangantu 2011a).

5.2.1 Letak geografis

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu terletak pada posisi koordinat 06002’ LS – 106009’ BT. Pada awal perkembangannya, Karangantu adalah suatu desa pantai yang secara tradisional berkembang dari suatu kelompok pemukiman yang mendiami areal lahan di muara kali Cibanten. Sejalan dengan perkembangan sejarah pemukiman nelayan, Karangantu tumbuh dan berkembang menjadi suatu pelabuhan nelayan yang cukup besar dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar kebutuhan ikan di wilayah Provinsi Banten. Batasan wilayah PPN Karangantu yaitu sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Desa Kasunyatan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Padak Gundul dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Margasaluyu (PPN Karangantu 2011a).

5.2.2 Struktur organisasi dan tenaga kerja

1) Struktur organisasi

(34)

33 petugas tata usaha dan kelompok jabatan fungsional. Bagan struktur organisasi PPP Karangantu dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Laporan tahunan PPN Karangantu (2011a)

Gambar 6 Bagan struktur organisasi PPP Karangantu.

Pada tanggal 30 Desember 2010 melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.29/MEN/2010, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu meningkat status kepelabuhannya menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karanganrtu. Struktur organisasi PPN Karangantu dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan dengan jabatan eselon III b. Bagan struktur organisasi PPN Karangantu dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber: Laporan tahunan PPN Karangantu (2011a) KEPALA PELABUHAN

SUB BAGIAN TATA USAHA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI

TATA OPERASIONAL

SEKSI

PENGEMBANGAN KEPALA PELABUHAN

PETUGAS TATA USAHA

(35)

34 Gambar 7 Bagan struktur organisasi PPN Karangantu.

2) Tenaga kerja

Tenaga kerja PPN Karangantu berjumlah 38 orang yang terbagi menjadi 23 orang pegawai dan 15 orang tenaga kontrak. Pegawai yang menjabat di PPN Karangantu berstatus Pegawai Negeri Sipil lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Tenaga kerja sebanyak 15 orang bertugas sebagai tenaga penyuluh perikanan dan petugas K3. Komposisi pegawai PPN Karangantu secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Komposisi pegawai PPN Karangantu berdasarkan pendidikan dan golongan pada tahun 2010

Pendidikan Golongan (Orang) Tenaga Kontrak

(Orang) Jumlah I II III IV

S2 - - 1 1 - 2

S1 / D-IV - - 2 - 1 3

D-III - 3 1 - - 4

SLTA - 3 12 - 7 22

SLTP - - - - 2 2

SD - - - - 5 5

Jumlah - 6 15 1 15 38

Sumber: Laporan tahunan PPN Karangantu (2011a)

5.2.3 Unit penangkapan ikan

Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan, terdiri atas kapal penangkapan ikan, alat penangkapan ikan dan nelayan. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam kegiatan operasi penangkapan ikan.

1) Kapal penangkap ikan

Kapal merupakan salah satu komponen unit penangkapan ikan yang mempunyai peran penting dalam mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan. Jenis kapal yang ada di PPN Karangantu adalah motor tempel (MT) dan kapal motor (KM). Secara umum kapal yang ada di PPN Karangantu terbuat dari kayu dengan bahan bakar solar.

(36)

35 dengan tahun 2009 sebanyak 23.289 unit atau naik sebesar 5,77%. Kenaikan frekuensi kedatangan kapal dikarenakan terpusatnya tempat pendaratan ikan di PPN Karangantu. Kapal yang berlabuh atau mendaratkan hasil tangkapannya ke PPN Karangantu tidak seluruhnya berasal dari Karangantu, tetapi juga berasal dari Lampung, Bojonegara, Labuan, Cilincing, Brebes, Indramayu, serta daerah lainnya. Kapal yang masuk terdiri atas kapal perikanan dan non perikanan. Kapal non perikanan biasanya hanya melakukan kegiatan perbaikan (docking) dan pengisian perbekalan. Frekuensi kedatangan kapal di PPN Karangantu secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Frekuensi kedatangan kapal yang mendarat di PPN Karangantu pada tahun 2006 – 2010.

Sumber: Laporan tahunan PPN Karangantu (2011a)

2) Alat penangkapan ikan

Alat penangkapan ikan merupakan komponen dari unit penangkapan ikan yang berpengaruh terhadap jenis ikan hasil tangkapan. Hal ini berkaitan dengan tingkah laku ikan itu sendiri. Alat penangkapan ikan yang dioperasikan oleh nelayan lokal dan luar daerah yang mendaratkan ikan hasil tangkapannya di PPN Karangantu adalah bagan tancap, jaring insang (gillnet), payang, dogol, jaring rampus, jaring rajungan dan pancing kotrek. Alat penangkapan ikan tersebut umumnya masih bersifat tradisional dan merupakan usaha penangkapan ikan dengan skala kecil yang operasi penangkapan ikan didominasi secara one day fishing. Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPN Karangantu pada tahun 2005 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 11.

(37)

36 Tabel 11 Perkembangan alat penangkapan ikan di PPN Karangantu pada tahun

2005 – 2010.

No. Jenis Alat Penangkap Ikan Jumlah (Unit)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Bagan 33 33 77 93 68 62

2. Jaring insang (gillnet) 27 27 23 20 37 52

3. Payang 45 45 41 38 13 13

4. Dogol 47 37 37 51 32 44

5. Jaring rampus 54 54 41 44 64 64

6. Jaring rajungan 56 58 70 77 85 85

7. Pancing 24 24 18 31 20 22

Total 286 278 307 354 319 342

Sumber: Laporan tahunan statistik PPN Karangantu (2011b)

3) Nelayan

Masyarakat yang melakukan usaha perikanan di lingkungan PPN Karangantu terdiri atas nelayan, pemilik kapal, penjual ikan dan lainnya. Nelayan PPN Karangantu tidak hanya berasal dari penduduk setempat, tetapi ada juga pendatang dari Brebes, Indramayu, Lampung, Subang dan Pandeglang. Jumlah nelayan yang melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan di PPN Karangantu pada tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah nelayan yang melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan di PPN Karangantu pada tahun 2006 – 2010.

No. Tahun Jumlah Nelayan (Orang)

1 2006 973

2 2007 1.195

3 2008 1.505

4 2009 1.614

5 2010 1.822

Kenaikan Rata-rata (%) 17,22 Sumber: Laporan tahunan PPN Karangantu (2011a)

(38)

37 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Karangantu pada tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Karangantu pada tahun 2006 – 2010

5.2.4 Daerah dan musim penangkapan ikan

1) Daerah penangkapan ikan

Daerah penangkapan ikan (Gambar 9) bagi nelayan dari PPN Karangantu terletak di sekitar perairan Teluk Banten, perairan Karangantu, Pulau Panjang, Pulau Pamuyan dan sekitarnya, serta perairan sebelah barat Pulau Sumatera. Sumberdaya ikan yang tertangkap di perairan tersebut diantaranya adalah ikan kurisi (Nemipterus sp.), teri (Stolephorus sp.), tongkol (Auxis thazard), lemuru (Sardinella longiceps), layang (Decapterus sp.), tembang (Sardinella fimbriata), kembung (Rastrelliger sp.), selar (Selaroides sp.), udang jerbung (Penaeus merguiensis). Kegiatan operasi penangkapan ikan di laut berkisar antara 1 – 7 hari.

2) Musim penangkapan ikan

(39)

38 Terkadang mengalami pergeseran bulan, sehingga musim penangkapan ikan tidak selalu terjadi pada bulan tersebut.

Gambar 9 Peta daerah penangkapan ikan.

5.2.5 Kondisi perikanan tangkap di PPN Karangantu

Potensi sumberdaya perikanan di PPN Karangantu yaitu panjang pantai sekitar 120 km yang membentang dari pantai sebelah barat hingga pantai sebelah timur, dengan luas laut 64,40 km2 dan luas perairan umum 125 km2. Mayoritas nelayan yang ada di PPN Karangantu termasuk dalam usaha penangkapan ikan skala kecil yang dilaksanakan one day fishing.

1) Volume dan nilai produksi ikan

Volume produksi yang didaratkan di PPN Karangantu pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 volume produksi perikanan meningkat, yaitu 1.984 ton, 2.219 ton dan 2.354 ton. Pada tahun 2009 mengalami penurunan volume produksi menjadi 2.313 ton. Pada tahun 2010, volume produksi perikanan kembali meningkat menjadi 2.507 ton. Nilai produksi ikan di PPN Karangantu pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan. Volume dan nilai produksi ikan tertinggi terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 2.507 ton dengan nilai Rp 31.389.960,-. Dalam kurun waktu selama lima tahun terakhir, kenaikan rata-rata

Pulau Tunda

Pulau Panjang

Pulau Pamuyan

Teluk Banten

PPN Karangantu Sungai Cibanten

5o50 LS

6o00 LS

106o00 BT 106o10 BT 106o20 BT

20

20

10

10

(40)

39 volume produksi sebesar 6,14% dan kenaikan rata-rata nilai produksi sebesar 33,17%. Secara lengkap volume dan nilai produksi ikan di PPN Karangantu pada tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Volume dan nilai produksi ikan di PPN Karangantu pada tahun 2006 – 2010.

Tahun Produksi

Volume (ton) Nilai (Rp 1.000)

2006 1.984 10.005.884

2007 2.219 13.505.133

2008 2.354 17.379.734

2009 2.313 24.335.898

2010 2.507 31.389.960

Kenaikan Rata-rata (%) 6,14 33,17 Sumber: Laporan tahunan PPN Karangantu (2011a)

Jenis ikan yang didaratkan di PPN Karangantu terdiri atas ikan pepetek (Leiognathus sp.), cumi-cumi (Loligo sp.), kembung (Rastrelliger sp.), tembang (Sardinella sp.), teri (Stolephorus sp.) dan ikan jenis lainnya. Berdasarkan Tabel 13, pada tahun 2010 volume produksi ikan sebesar 2.507 ton dan didominasi oleh ikan peperek sebesar 299,68 ton (12%). Komposisi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 10.

(41)

40 2) Fasilitas di PPN Karangantu

(42)

41

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu

Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu fasilitas pada saat keberangkatan menuju fishing ground atau daerah penangkapan ikan dan fasilitas pada saat kembali ke fishing base atau pelabuhan. Fasilitas pada saat keberangkatan menuju fishing ground

terdiri atas tiga komponen, yaitu berupa bahan bakar minyak (BBM), es dan air bersih. Fasilitas pada saat kembali ke fishing base terdiri atas tiga komponen, yaitu berupa dermaga, tempat pelelangan ikan (TPI) dan keranjang.

1) Fasilitas BBM

Secara umum jenis BBM yang digunakan di PPN Karangantu adalah solar. Kebutuhan solar di PPN Karangantu berasal dari Pertamina Kota Serang disalurkan melalui SPDN (Solar Paket Dealer Nelayan) Mina Bakti. Fasilitas SPDN Mina Bakti dibangun pada tahun 1975 dan mulai beroperasi pada tahun 1978 seiring dengan beroperasionalnya Pelabuhan Perikanan Karangantu. Fasilitas SPDN Mina Bakti tidak lagi difungsikan pada tahun 1998, karena manajemen pengelolaan pelabuhan yang tidak baik, sehingga banyak nelayan yang berhutang. Sejak tahun 1998 hingga tahun 2011, kebutuhan solar di PPN Karangantu dipasok dari depot solar yang berada di luar pelabuhan. Kondisi SPDN Mina Bakti di PPN Karangantu pada tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 11.

(43)

42 2) Fasilitas air bersih

Air bersih digunakan nelayan untuk kebutuhan konsumsi pada saat kegiatan penangkapan ikan. Fasilitas air bersih yang dimiliki PPN Karangantu adalah water treatment. Water treatment (Gambar 12) merupakan tabung induk penampung air bersih yang bersumber dari PDAM dan disalurkan ke pelabuhan. Fasilitas ini beroperasi mulai tahun 1978 hingga tahun 2011. Pada Bulan Desember tahun 2011, kualitas air bersih di PPN Karangantu yang disalurkan melalui PDAM kondisinya tercemar. Hal ini dikarenakan terjadi penyumbatan dan kerusakan pada saluran pipa PDAM yang terhubung ke dalam pelabuhan.

Gambar 12 Kondisi water treatment di PPN Karangantu.

3) Fasilitas es

(44)

43 Gambar 13 Kondisi pabrik es di PPN Karangantu.

4) Fasilitas dermaga

Dermaga di PPN Karangantu dibangun pada tahun 1978 di atas lahan seluas 300 m2 dengan panjang 150 m dan lebar 2 m. Dermaga digunakan oleh nelayan untuk kegiatan pendaratan ikan dan bongkar muat hasil tangkapan, serta tempat tambat/labuh kapal penangkapan ikan. Hasil tangkapan yang didaratkan di dermaga PPN Karangantu umumnya berasal dari perairan Teluk Banten, Pulau Tunda, Pulau Pamuyan dan wilayah perairan sekitarnya. Kondisi dermaga di PPN Karangantu dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Kondisi dermaga di PPN Karangantu.

5) Fasilitas TPI

(45)

44 pelelangan, hasil tangkapan ditimbang terlebih dahulu dan kemudian dilakukan pendataan berdasarkan jenis ikan. Fasilitas TPI beroperasi pada tahun 1978 dengan luas bangunan 450 m2. Aktivitas pelelangan ikan di PPN Karangantu umumnya dilakukan pada pagi dan sore hari. Kondisi TPI di PPN Karangantu dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Kondisi TPI di PPN Karangantu.

6) Fasilitas keranjang

Keranjang (Gambar 16) merupakan wadah atau tempat yang digunakan oleh nelayan untuk menampung ikan hasil tangkapan. Hasil tangkapan yang telah dibongkar muat di dermaga, langsung dimasukkan ke dalam keranjang dan dibedakan berdasarkan jenis ikannya. Jumlah keranjang yang tersedia di PPN Karangantu adalah 100 unit.

(46)

45 6.2Analisis Teknis

Analisis teknis digunakan untuk mengetahui konstruksi unit penangkapan ikan, metode pengoperasian alat tangkap, daerah dan musim penangkapan ikan, serta produktivitas dari unit penangkapan dogol dan jaring rampus. Analisis konstruksi unit penangkapan dogol dan jaring rampus menjelaskan mengenai bagian-bagian, bahan-bahan, rancang bangun alat tangkap dan perahu yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, serta nelayan yang mengoperasikan alat tangkap tersebut. Metode pengoperasian dogol dan jaring rampus menjelaskan mengenai pengoperasian alat tangkap tersebut dari mulai keberangkatan menuju daerah penangkapan ikan hingga kepulangan menuju ke pelabuhan. Daerah dan musim penangkapan ikan menunjukkan lokasi dan waktu penangkapan ikan yang merupakan acuan nelayan untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan yang melimpah. Produktivitas menunjukkan efisiensi dari unit penangkapan dogol dan jaring rampus dari hasil yang diperoleh.

6.2.1 Deskripsi unit penangkapan ikan

Unit penangkapan ikan merupakan suatu komponen yang mendukung keberhasilan operasi penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas alat penangkapan ikan, kapal dan nelayan. Alat penangkapan ikan yang memanfaatkan pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan adalah dogol dan jaring rampus. Dua jenis unit penangkapan tersebut dideskripsikan lebih lanjut.

1) Unit penangkapan dogol

(a) Alat penangkapan ikan

(47)

46 Gambar 17 Alat tangkap dogol di PPN Karangantu.

Keterangan:

1. Sayap: PA, 8”, L = 40 m, B = 10 m 5. Pemberat: timah, 30 buah (10 kg) 2. Badan: PA, 5”, L = 12 m, B = 8 m 6. Tali selambar: PE, L = 400 m, θ = 3 cm 3. Kantong: PA, ½”, L = 2 m, B = 1 m 7. Tali ris atas: PE, L = 15 m; θ = 8 mm

4. Pelampung: plastik 8. Tali ris bawah: PE, L = 25 m; θ = 12 mm

Sumber: Diolah dari data primer tahun 2011

Gambar 18 Konstruksi alat tangkap dogol di PPN Karangantu.

(b) Kapal

Jenis kapal yang digunakan dalam mengoperasikan alat tangkap dogol di PPN Karangantu adalah kapal motor tempel. Kapal yang digunakan berbahan dasar kayu dengan ukuran panjang (LOA) 12 m, lebar (b) 3,5 m, dalam (D) 2 m dan draft (d) 0,7 m. Bahan bakar yang digunakan adalah solar. Mesin yang digunakan dalam kapal dogol bersifat inboard dengan jenis mesin diesel,

Tali ris atas

Tali ris bawah Pelampung

Pelampung tanda

Tali selambar

Pemberat

Sayap Badan

(48)

47 berjumlah dua unit, masing-masing berkekuatan 30 PK. Perawatan kapal dan mesin secara keseluruhan dilakukan sekali setiap tahun. Kapal dogol di PPN Karangantu dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19 Kapal dogol di PPN Karangantu.

Berdasarkan Gambar 19, bagian haluan (depan) merupakan tempat untuk meletakkan blong air bersih dan unit alat tangkap dogol. Ruang kemudi dan perbekalan konsumsi untuk melaut terletak pada bagian buritan (belakang). Mesin kapal berada di bagian dalam kapal, sedangkan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan berada di dalam palka yang terletak di bagian tengah.

(c) Nelayan

Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap dogol di PPN Karangantu termasuk ke dalam golongan nelayan penuh. Nelayan penuh merupakan nelayan yang kegiatan utamanya atau kegiatan sehari-harinya melakukan penangkapan ikan. Jumlah nelayan dogol dalam setiap kegiatan operasi penangkapan ikan berkisar antara 8 – 11 orang. Nelayan dogol yang berada di PPN Karangantu mayoritas berasal dari Brebes. Pada umumnya, nelayan-nelayan tersebut merupakan satu keluarga ataupun mempunyai ikatan saudara.

(49)

48 tangkap dogol, dari mulai penurunan jaring (setting), penarikan jaring (hauling) hingga pengangkutan hasil tangkapan.

2) Unit penangkapan jaring rampus

(a) Alat penangkapan ikan

Jaring rampus merupakan salah satu alat tangkap di PPN Karangantu yang digunakan untuk menangkap ikan kembung (Rastrelliger sp.) dan tenggiri (Scomberomorus commersonii). Berdasarkan metode pengoperasiannya, jaring rampus diklasifikasikan ke dalam jaring insang dasar (bottom gillnet). Pada umumnya, jaring rampus di PPN Karangantu terdiri atas:

a) Badan jaring

Badan jaring rampus terbuat dari bahan PA monofilamen berwarna putih transparan dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inchi. Panjang 1 piece

badan jaring adalah 54 meter dengan tinggi 6 meter. b) Tali ris

Tali ris dibagi menjadi tali ris atas dan tali ris bawah. Fungsi kedua tali ris tersebut adalah sama, yaitu untuk merentangkan badan jaring sehingga mudah untuk disatukan dengan tali pelampung di bagian atas dan tali pemberat di bagian bawah. Pada tali ris atas, bahan dasar yang digunakan adalah PE multifilamen dengan ukuran diameter 5 mm. Pada tali ris bawah, bahan dasar yang digunakan adalah PE multifilamendengan ukuran diameter 3 mm. Tali ris atas dan tali ris bawah memiliki panjang yang sama dengan panjang 1 piece

badan jaring, yaitu 54 meter. c) Pelampung dan tali pelampung

Pelampung pada jaring rampus terbuat dari bahan karet busa berbentuk bulat tabung dengan ukuran diameter 4 cm dan panjang 5 cm. Dalam satu piece

jaring rampus, jumlah pelampung yang digunakan adalah 70 buah. Jarak antara pelampung yang satu dengan pelampung lainnya adalah 66 cm. Tali pelampung berbahan dasar dan memiliki ukuran diameter yang sama dengan tali ris atas yaitu PE multifilamendan 5 mm.

d) Pemberat dan tali pemberat

(50)

49 rampus adalah 240 pemberat. Bobot keseluruhan pemberat dalam satu piece

jaring rampus adalah 3,5 kg, dengan jarak antar pemberat yang satu dengan pemberat lainnya 22 cm. Tali pemberat berbahan dasar PE multifilamen dengan ukuran diameter 3 mm.

e) Pelampung tanda dan tali selambar

Pelampung tanda yang digunakan oleh nelayan jaring rampus di PPN Karangantu terbuat dari styrofoam yang di bagian tengahnya ditancapkan batang bambu dan pada bagian atas atau ujung bambu terdapat bendera. Tali selambar tanda terbuat dari bahan dasar PE multifilamen yang berdiameter 5 mm. Panjang tali pelampung tanda adalah 50 - 100 m.

f) Pemberat tambahan

Pemberat tambahan pada jaring rampus menggunakan batu dengan bobot 1,5 kg. Pemberat batu diikatkan pada tali pelampung tanda. Pemberat tambahan berfungsi untuk mempermudah pada saat penurunan jaring, sehingga jaring dapat terentang sempurna.

g) Pelampung besar

Pelampung besar pada jaring rampus terbuat dari bahan plastik dengan panjang 25 cm dan memiliki ukuran diameter 15 cm. Pelampung besar diikatkan pada setiap piece jaring rampus yang akan dioperasikan. Pelampung besar berfungsi untuk mengapungkan jaring rampus, sehingga pada saat proses pengoperasiannya berada pada permukaan dan kolom perairan. Penggunaan pelampung besar oleh nelayan jaring rampus di PPN Karangantu dimaksudkan untuk menangkap ikan pelagis.

Gambar

Gambar 1  Diagram konsep kepuasan pelanggan.
Gambar 2  Desain alat tangkap dogol.
Gambar 3  Konstruksi alat tangkap jaring rampus.
Tabel 3  Penilaian tingkat kesesuaian terhadap atribut kepuasan nelayan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan desain sistem informasi manajemen PPP Karangantu dimulai dari input data yaitu info pelabuhan, data fasilitas pelabuhan, data invenlaris, data operasional

: Manajemen Pelelangan Ikan dan Peranan nya dalam Pemasaran Hasil Perikanan di TPI Pelabuhan Perikanan

Analisis Dampak Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pesisir.

Analisis Dampak Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pesisir.

2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Kriteria yang digunakan agar suatu pelabuhan perikanan ditetapkan sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah: a Terutama melayani kapal ikan

SPBN yang tersedia sebagai fasilitas pelabuhan perikanan memiliki dua tangki dengan kapasitas masing – masing tangki 20.000 liter, jadi total kapasitas 2 tangki BBM di

Produktivitas Alat Tangkap Pukat Cincin Di Pelabuhan Perikanan Limbong Produktivitas unit penangkapan pukat cincin di PPN Sibolga dilakukan dengan pendekatan

Analisis pengaruh alat tangkap, gross tone, dan trip terhadap produksi hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pemangkat tahun 2015 – tahun 2018