• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan (Studi Kasus : Ikan Kurisi Nemipterus japonicus, Bloch 1791 di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan Di PPP Labuan, Pandeglang, Banten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan (Studi Kasus : Ikan Kurisi Nemipterus japonicus, Bloch 1791 di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan Di PPP Labuan, Pandeglang, Banten)"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI PENGKAJIAN STOK IKAN (STUDI

KASUS : IKAN KURISI Nemipterus japonicus, Bloch 1791

DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN

DI PPP LABUAN, PANDEGLANG, BANTEN)

PRECIA ANITA ANDANSARI

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan (Studi Kasus : Ikan Kurisi Nemipterus

japonicus, Bloch 1791 di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan Di PPP

Labuan, Pandeglang, Banten)

adalah benar merupakan hasil karya sendiri. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

(3)

iii

RINGKASAN

Precia Anita Andansari. C24080029. Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan

(Studi Kasus : Ikan Kurisi Nemipterus japonicus, Bloch 1791 di Perairan Selat

Sunda yang Didaratkan Di PPP Labuan, Pandeglang, Banten). Di bawah

Bimbingan Rahmat kurnia dan Achmad Fahrudin

Pengelolaan perikanan membutuhkan suatu informasi yang mendasar agar

pengambilan keputusan dalam pengelolaan efektif dan efisien. Salah satu informasi

yang dibutuhkan yaitu mengenai aspek biologi (pengkajian stok ikan). Namun saat

ini masih minimnya sistem informasi mengenai perikanan terutama mengenai aspek

biologi (pengkajian stok ikan) akan berakibat pada kesalahan dalam perencanaan

pengelolaan perikanan (Tangke 2010). Oleh karena itu diperlukannya sistem

informasi mengenai aspek biologi (

pengkajian stok ikan)

untuk dapat mengurangi

masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu program

informasi CIAFISH

(Calculation, Information, and Analysis of Fisheries)

mengenai

pengkajian stok ikan.

Program ini dirancang sebagai aplikasi perangkat lunak (

software

) berbasis

Windows dan desktop yang dikembangkan menggunakan

Microsoft Visual Studio

2010 dengan

bahasa pemrograman C#, XML sebagai DBMS (

Database

Managament System

) dan Microsoft Expression Blend 4 sebagai perangkat lunak

untuk desain tampilan. Data hasil penelitian Rahayu 2012 yang berjudul kajian stok

sumberdaya Ikan Kurisi (

Nemipterus japonicus

, Bloch 1791) di Perairan Selat

Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Pandeglang, Banten) dan data dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten yang digunakan dalam uji coba program

CIAFISH. Program CIAFISH bertujuan untuk mengetahui parameter hubungan

panjang berat, sebaran frekuensi panjang, nilai K, L∞, dan t

0,

mortalitas, laju

eksploitasi dan model surplus produksi (MSY, Fmsy, dan TAC). Untuk pengolahan

data hubungan panjang berat menggunakan analisis hubungan panjang berat

=

, sebaran frekuensi panjang dengan membuat diagram batang dari selang

kelas panjang (sumbu x) dan frekuensi panjang (sumbu y), nilai K, L∞. t0 d

engan

menggunakakan

model

Ford

Walford,

mortalitas

penangkapan

dengan

menggunakan estimasi nilai Z model Beverton and Holt, serta surplus produksi

dengan menggunakan analisis Schaefer dan Fox.

Tahap dalam pengembangan sistem ini mengikuti siklus pengembangan

sistem model Waterfall

(Stair & George 2010) yaitu tahap investigasi, analisis,

(4)

iv

dengan pengujian kotak hitam

(black box)

. Pengujian kotak hitam didasarkan pada

analisis spesifikasi program tanpa mengacu pada internal program.

Perawatan

dilakukan ketika sistem informasi sudah dioperasikan. Pada tahapan ini dilakukan

proses pemantauan, evaluasi dan

perubahan (perbaikan) bila diperlukan. Program

CIAFISH memiliki desain

interface

terdiri dari lima menu utama yaitu form

pertumbuhan, model surplus produksi, bantuan, deskripsi aplikasi dan tentang

pengembang.

Hasil uji coba program menunjukkan program CIAFISH memiliki

Keunggulan yaitu kemudahan dalam menyimpan dan mengelola data, penulusuran

informasi dilakukan dengan cepat dan mudah, tampilan program yang interaktif,

informatif serta

user friendly

. Kekurangannya adalah belum tersedianya sarana

untuk mencetak laporan berdasarkan informasi yang ditampilkan ke mesin pencetak

(printer)

. Pengembangan program CIAFISH sebagai media analisis aspek

pengkajian stok ikan yang memberikan informasi secara terpadu dan dapat dijadikan

acuan dalam pengelolaan perikanan.

Pengembangan p

rogram CIAFISH

secara terus

(5)

SISTEM INFORMASI PENGKAJIAN STOK IKAN (STUDI

KASUS : IKAN KURISI Nemipterus japonicus, Bloch 1791

DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN

DI PPP LABUAN, PANDEGLANG, BANTEN)

PRECIA ANITA ANDANSARI

C24080029

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi

: Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan (Studi Kasus : Ikan

Kurisi

Nemipterus japonicus

, Bloch 1791 di Perairan Selat

Sunda yang Didaratkan Di PPP Labuan, Pandeglang,

Banten)

Nama Mahasiswa

: Precia Anita Andansari

Nomor Induk

: C24080029

Program Studi

: Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui:

Tanggal Lulus : 25 Juli 2012

Mengetahui,

Ketua Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc

NIP. 19660728 199103 1 002

Pembimbing I,

Dr. Ir. Rahmat Kurnia, M. Si

NIP. 19680928 199302 1 001

Pembimbing II,

(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat yang diberikan-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan (Studi Kasus : Ikan Kurisi Nemipterus

japonicus, Bloch 1791 di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan Di PPP

Labuan, Pandeglang, Banten)

. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang memberikan masukan dan arahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Namun demikian, penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini

dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, Agustus 2012

(8)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Dr. Ir. Rahmat Kurnia, M.Si selaku dosen pembimbing I dan pembimbing

akademik yang banyak memberikan bimbingan serta masukan dan arahan

selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

2.

Dr. Ir. Achmad Fachrudin, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama pelaksanaan

penelitian dan penyusunan skripsi.

3.

Dr. Ir M. Mukhlis Kamal M.Sc dan Ir. Agustinus M. Samosir M.Phil selaku

dosen penguji tamu dan Ketua Komisi Pendidikan S1 yang telah

memberikan masukan dan saran yang sangat berarti untuk penulis.

4.

Seluruh dosen MSP yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan saran

selama perkuliahan.

5.

Seluruh staf Tata Usaha MSP serta seluruh civitas MSP atas bantuan dan

dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

6.

Keluarga tercinta; Papah (Sugiyanto), Ibu (Endang Asri B.), Kakak (Krisna)

atas doa, kasih sayang, semangat, perhatian, kesabaran dan dukungan baik

moril maupun materiil kepada penulis selama ini.

7.

Abdul Qifli Sangadji dan Oki Maulana yang telah membimbing dalam

pembuatan program CIAFISH.

8.

Bapak Masudin Sangadji atas saran dan dukungannya.

9.

Teman seperjuangan penelitian tim Labuan: Eni, Doni, Ayu, Ria, Rena, Yuli,

Jaun, Rizal, Tilana, Elfrida, Rina, Icha, Rani, Ami, Dila, dan Hilda.

10.

Teman-teman MSP 45 : Eni Mega, Rani Nuraisah, Gita Rahmawati dan

teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

11.

De Bungsu : Nimas U. Wening M, Indah MP, Dea U.

12.

Teman-teman kost Harmoni-2 : Sausan, Ebi, Anggi, Dini, Ai, Tira, Ismi

13.

Keluarga Besar HISPAN1C, CENTURY, BEM FPIK Kabinet Penakluk

(9)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 25

Februari 1990 dari pasangan Bapak Sugiyanto dan Ibu Endang

Asri Bunyani. Penulis merupakan putri kedua dari dua

bersaudara. Penulis memulai pendidikannya di Taman

Kanak-Kanak Fajar (1996), SDN Jombang 1 (2002), SMP Negeri 3

Ciputat (2005), SMA Negeri 1 Ciputat (2008). Ditahun 2008

penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada program sarjana Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Semasa di IPB penulis aktif berorganisasi di Century

(Center of

entrepreneurship for youth)

sebagai sekertaris divisi

Promotion and Marketing

tahun 2009-2010, BEM-C sebagai sekertaris divisi BEST (2009-2010) dan sekertaris

umum (2010-2011). Penulis juga pernah menjadi Asisten Luar Biasa untuk Mata

Kuliah Ikhtiologi (2009-2010) dan Metode Penarikan Contoh (2010-2011).

Untuk menyelesaikan sudi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis

menyusun skripsi yang berjudul

Sistem Pengkajian Stok Ikan (Studi Kasus :

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

...

xii

DAFTAR GAMBAR

...

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

...

xiv

1.

PENDAHULUAN

...

1

1.1

Latar Belakang ...

1

1.2

Perumusan Masalah ...

2

1.3

Tujuan ...

3

1.4

Manfaat ...

4

2

TINJAUAN PUSTAKA

...

5

2.1

Kondisi PPP Labuan, Banten ...

5

2.2

Sumberdaya Ikan ...

5

2.3

Ikan Kurisi

(Nemipterus japonicus)

...

6

2.4

Sebaran Frekuensi Panjang ... 8

2.5

Pertumbuhan ...

8

2.6

Hubungan Panjang-Berat ...

9

2.7

Nilai L∞, K, dan t

0

...

9

2.8

Mortalitas dan Laju Eksploitasi ...

10

2.9

Model Surplus Produksi ...

11

2.10

Sistem Informasi Perikanan ...

11

2.11

Sistem Penunjang Keputusan ...

13

2.12

Pengembangan Sistem ...

15

2.13

Microsoft .NET Framework ...

17

2.14

Bahasa Pemrograman C# ...

17

2.15

Basis Data ...

17

2.16

XML ...

18

3.

METODOLOGI

...

19

3.1

Waktu dan Lokasi Penelitian ...

19

3.2

Alat dan Bahan ...

19

3.3

Pengumpulan Data ...

19

3.4

Rancangan Penelitian ...

20

3.4.1

Tahap Investigasi ...

20

3.4.2

Tahap Analisa ...

20

3.4.3

Tahap Desain ...

24

3.3.4

Tahap Implementasi ...

24

3.3.5

Tahap Uji Coba dan Perawatan ...

25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

...

26

4.1

Hasil Pengembangan Sistem ...

26

4.1.1

Tahap Investigasi ...

26

(11)

xi

4.1.3

Tahap Desain ...

30

4.1.4

Tahap Implementasi ...

34

4.1.5

Tahap Uji Coba dan Perawatan ...

34

4.2

CIAFISH

(Calculation, Information, and Analysis of Fisheries)

...

35

4.3

Pengkajian Stok Ikan Kurisi ...

49

4.4

Rencana Pengelolaan Perikanan Stok Ikan Kurisi ...

59

5. KESIMPULAN DAN SARAN

...

60

5.1

Kesimpulan ...

60

5.2

Saran ...

60

DAFTAR PUSTAKA

...

61

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Analisa sistem ...

21

2. Tahap investigasi dari CIAFISH ...

27

3. Tabel Pertumbuhan ...

33

4. Tabel Model Surplus Produksi ...

33

5. Perbandingan Informasi Hasil Olahan Hubungan Panjang dan ...

50

6 . Perbandingan nilai b di berbagai lokasi ...

52

7. Perbandingan Informasi Hasil Olahan Sebaran Frekuensi Panjang Ikan

Kurisi

Nemipterus japonicus

oleh Rahayu 2012 Menggunakan Ms.

Excel dengan CIAFISH ...

53

8. Perbandingan Informasi Hasil Olahan

Nilai K, L∞, t0

Ikan Kurisi

Nemipterus japonicus

oleh Rahayu 2012 Menggunakan FiSAT dan

Ms.Excel dengan CIAFISH ... 54

9. Perbandingan Informasi Hasil Olahan Nilai Mortalitas dan Laju

Eksploitasi Ikan Kurisi

Nemipterus japonicus

oleh Rahayu 2012

menggunakan Ms.Excel dengan CIAFISH. ...

55

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran ...

3

2. Ikan Kurisi

Nemipterus japonicus

...

7

3. Siklus Pengembangan Sistem dalam Model

Waterfall

...

16

4. Skema perancangan sistem analisa dan informasi akan aspek

pertumbuhan, laju mortalitas, dan model surplus produksi ...

29

5. Diagram alir

input

, proses, dan

output

dari form pertumbuhan dan

model surplus produksi ...

30

6. Skema desain menu dengan sub menu sistem ...

32

7. Tampilan Awal Program ...

36

8.

Tampilan saat new

file

...

37

10. Tampilan

Form

Pertumbuhan ...

38

11 a. Tampilan form

input

...

39

11 b. Tampilan data dari form

input

yang dimasukkan ke Tabel ...

39

12. Tampilan Untuk Mengubah Data ...

40

13. Tampilan ketika Data di Hapus ...

40

14 a. Tampilan Tabel T ...

41

14 b. Tampilan Informasi Hubungan Panjang Berat ...

42

15a Tampilan Informasi Sebaran Frekuensi Panjang ...

43

15b. Tampilan Informasi nilai K, L

, t

0

, mortalitas tangkapan, dan laju

eksploitasi ...

43

16. Tampilan Saran Pengelolaan ...

44

17. Tampilan untuk simpan data ...

44

18. Tampilan

Form

Model Surplus Produksi ...

45

19. Tampilan informasi f

msy

, MSY, TAC, R

2

...

46

20. Tampilan Saran Pengelolaan dari Model Surplus Produksi ...

46

21. Tampilan Menu Bantuan ...

47

22. Tampilan Menu Deskripsi Aplikasi ...

47

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Alat dan bahan yang digunakan selama melakukan penelitian ...

67

2. Struktur Basis Data Pertumbuhan dan Model Surplus Produksi ...

68

(15)

1.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Indonesia mempunyai perairan laut seluas 5,8 juta km

2

dan mencapai

hampir 70 persen dari total luas wilayahnya (KADIN Indonesia 2011). Wilayah

laut yang luas ini menyimpan banyak potensi sumber daya perikanan yang

merupakan komoditas perikanan laut primadona untuk dimanfatkan. Salah satu

daerah di Indonesia yang memiliki potensi dalam hal perikanan tangkap yaitu

Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, yang terletak di ujung bagian barat

Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Selat Sunda dan Samudera Hindia.

Laut Jawa dan Selat Sunda termasuk ke dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan

(WPP) Utara Jawa dan Selat Sunda dengan potensi lestari sebesar 847,515 ribu

ton pertahun (Rakhmania 2008).

Salah satu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

di Kabupaten Pandeglang

yaitu PPP Labuan yang terletak di lokasi strategis dengan daerah-daerah

penangkapan ikan yang potensial di perairan Selat Sunda dan Samudera Hindia,

serta kedekatannya dengan pasar-pasar penting terutama Daerah Khusus Ibu kota

(DKI) Jakarta. Salah satu jenis ikan yang didaratkan di PPP Labuan ialah ikan

kurisi dari famili Nemipteridae. Ikan tersebut menempati urutan ketiga terbanyak

dari hasil tangkap ikan demersal yang didaratkan di PPP Labuan Banten yaitu

sebesar 14 % (Ditjen-Tangkap KKP 2010

in

Rahayu 2012).

Pemanfaatan akan potensi sumberdaya laut tersebut harus didasari pada

prinsip pengelolaan sumberdaya alam yaitu bagaimana memanfaatkan

sumberdaya tersebut dengan memperhatikan kelestariannya agar tetap terjaga

sehingga dapat dimanfaatkan secara terus menerus dan dapat dinikmati oleh

generasi yang akan datang. Pengelolaan perikanan membutuhkan suatu analisis

dan informasi mendasar, terencana dengan benar dan terstruktur agar pengambilan

keputusan dalam pengelolaan tersebut lebih efektif dan efisien.

(16)

Aspek biologi sering digunakan dalam penyusunan model pengelolaan perikanan

karena dapat menggambarkan karakteristik dari stok ikan.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, namun

masih minimnya analisis dan informasi perikanan memungkinkan terjadinya

kesalahan dalam perencanaan pengelolaan perikanan. Penulis berinisiatif untuk

mengembangkan sebuah sistem informasi yang mendasar mengenai

pengkajian

stok ikan secara terpadu

. Program ini bernama CIAFISH

(Calculation,

Information, and Analysis of Fisheries).

Hasil rancangan ini nantinya akan

memudahkan dalam analisis pengkajian stok ikan.

1.2

Perumusan Masalah

Sistem analisis dan informasi yang ada saat ini masih minim dan belum

tertata dengan rapi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Tangke 2010 bahwa

Tantangan dalam pengembangan usaha perikanan di Indonesia adalah lemahnya

sistem basis data dan sistem informasi perikanan yang berpengaruh terhadap

akurasi dan ketepatan waktunya, kelemahan ini dapat mengakibatkan salah

perencanaan akan berakibat pada kegagalan usaha.

Salah satunya yaitu sistem

analisis dan informasi akan pengkajian stok ikan yang masih minim dan belum

terpadu.

Microsoft Excel

dan FiSAT merupakan salah satu contoh sistem analisis

dan informasi akan pengkajian stok ikan yang umum digunakan. Namun sistem

tersebut memiliki kekurangan dalam penggunaannya.

Penggunaan Microsoft Excel mengharuskan pengguna memahami secara

baik akan rumus pengkajian stok ikan. Hal ini akan menyulitkan bagi pengguna

yang kurang teliti dan tidak begitu memahami akan rumus pengkajian stok ikan.

Hal tersebut akan mempengaruhi proses dalam menghasilkan informasi

pengkajian stok ikan yang menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam

pengelolaan perikanan. Sehingga akan memungkinkan terjadinya kesalahan dalam

perencanaan pengelolaan perikanan. Penggunaan FiSAT membutuhkan waktu

lama untuk memahami cara penggunaannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa

sistem tersebut kurang

user friendly.

Selain itu belum terpadunya sistem analisis

(17)

informasi akan pengkajian stok ikan yang menjadi dasar pertimbangan

pengelolaan perikanan. Berikut Gambar 1 disajikan kerangka pemikiran dari

penelitian ini.

Perencanaan pengelolaan perikanan membutuhkan sistem

analisis dan informasi yang mendasar akan pengkajian stok

ikan

Masih minimnya sistem analisis dan informasi mengenai pengkajian stok ikan secara

terpadu

Diperlukannya sistem analisis dan informasi akan pengkajian stok ikan secara efisien dan

terpadu

1. Pertumbuhan (hubungan panjang dan berat, sebaran frekuensi panjang, nilai K, L∞, t0) 2. Mortalitas

3. Laju eksploitasi 4. Model surplus produksi

instansi terkait

perikanan masyarakat umum akademisi

Sistem yang ada kurang user friendly dan belum terpadu

Gambar 1. Kerangka pemikiran

1.3

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah sistem analisis dan

informasi biologi yang terpadu akan hubungan panjang berat, sebaran frekuensi

panjang, nilai K, L

, t

0

, nilai mortalitas, laju eksploitasi dan model surplus

(18)

1.4

Manfaat

Manfaat yang didapat dengan dikembangkannya program CIAFISH

(Calculation, Information, and Analysis of Fisheries)

adalah sebagai berikut:

a. Memudahkan dalam analisis pengkajian stok ikan

b. Aplikasi ini dapat digunakan oleh instansi terkait perikanan, akademisi,

maupun peneliti

(19)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kondisi PPP Labuan, Banten

Letak Geografis Provinsi Banten berada antara 5

o

7'50"

7

o

1'11" LS dan

105

o

1'11"

106

o

'7’

12" BT, dengan luas wilayah 9.160,70 Km

2

. Wilayah terluas

adalah Kabupaten Pandeglang dengan luas 3.746,90 Km

2

.

Di bagian Utara,

wilayah Provinsi Banten berbatasan dengan Laut Jawa. Batas sebelah Barat

adalah Selat Sunda, sebelah Timur adalah Samudera Hindia dan batas sebelah

Timur adalah Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten dikelilingi oleh laut, oleh

karena itu memiliki sumber daya laut yang potensial. Salah satunya yaitu berada

di daerah Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten (

www.bantenprov.go.id

).

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan berada di sebelah Utara

Kabupaten Pandeglang, dan terletak di Desa Teluk, Kecamatan Labuan

(

Anonymous

2000

in

Rakhmania 2008). Volume produksi hasil tangkapan

didaratkan di PPP Labuan pada tahun 2005 adalah 2.150,2 ton yang merupakan

produksi PPP terbesar dibanding PPP-PPP lainnya di Kabupaten Pandeglang;

yaitu sekitar 71,4% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan Kabupaten

Pandeglang. Nilai produksi PPP ini juga tertinggi diantara PPP-PPP lainnya pada

tahun yang sama yaitu sebesar Rp 13.336,8 juta atau sekitar 82,3% dari jumlah

nilai produksi hasil tangkapan kabupaten ini (Rakhmania 2008).

2.2

Sumberdaya Ikan

Sumberdaya adalah sesuatu yang berguna dan bernilai pada kondisi kita

menemukannya. Secara umum sumberdaya alam dikelompokkan menjadi tiga

bagian yaitu (1) sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dengan

contohnya adalah barang-barang tambang (minyak bumi dan batu bara), (2)

sumberdaya alam mengalir dengan contohnya adalah energi matahari dan

gelombang laut, dan (3) sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dengan

contohnya adalah hutan dan ikan (Randal 1987

in

Ruslan 2005).

(20)

kembali dalam waktu dan dengan kecepatan tertentu. Sifatnya dapat diperbaharui.

Tetapi juga punya batas, apabila eksploitasi melebihi batas maksimum, maka

perkembangan dan pertumbuhan akan terganggu dan akan mengakibatkan

kepunahan. Jadi dalam usaha eksploitasi diperlukan manajemen yang bijaksana

(Muzakir 2008).

Potensi sumberdaya perikanan terdiri dari sumberdaya perikanan tangkap,

budidaya pantai (tambak), budidaya laut, dan bioteknologi kelautan (Dahuri 2001

in

Tangke 2010). Potensi perikanan laut sesungguhnya merupakan asset yang

sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia namun masih belum banyak

yang digarap secara optimal karena informasinya belum ditempatkan dalam suatu

sistem basis data yang terpadu sehingga menyulitkan dalam pencariannya

(Tangke 2010).

Salah satu sifat sumberdaya ikan adalah sangat dinamis yang dapat

berubah dengan cepat sesuai dengan ruang dan waktu dan dengan kondisi lautan

yang sangat luas, maka untuk pengelolaan sumberdaya ikan diperlukan informasi

yang lebih spesifik baik secara temporal maupun secara spasial. Masih banyak

informasi mengenai sumberdaya perikanan yang belum tersedia misalnya dimana

ikan berada, kapan, jenis apa saja, berapa banyak, daerah mana yang belum

dimanfaatkan, bagaimana pengaruh kondisi oseanografi terhadap sumberdaya dan

sebagainya (Tangke 2010).

2.3

Ikan Kurisi (Nemipterus japonicus)

Klasifikasi ikan kurisi menurut FAO (2001)

in

Rahayu (2012) adalah

sebagai berikut :

Filum

: Chordata

Sub filum

: Vertebrata

Super kelas

: Osteichthyes

Kelas

: Actinopterygii

Sub Kelas

: Actinopterygii

Super ordo

: Acanthopterygii

Ordo

: Perciformes

(21)

Family

: Nemipteridae

Genus

:

Nemipterus

Spesies

: Nemipterus japonicus

(Bloch 1791)

Nama Internasional :

Japanese threadfine bream

Nama Indonesia

: Kurisi

Ciri-ciri umum ikan kurisi menurut Russel 1990

in

Fitriyanti 2000 antara

lain sirip dada sangat panjang yaitu 1,0-1,3 kali panjang kepala dan hampir

mencapai sirip dubur, sirip perut cukup panjang dan hampir mencapai anus. Sirip

ekor menyerupai garpu dengan bagian cuping sirip ekor lebih panjang dari bagian

bawah dan membentuk filamen yang cukup panjang. Terdapat 4-5 gigi taring

yang kecil pada bagian anterior rahang atas. Warna ikan pada bagian atas merah

muda dan keperakan dibawahnya, bagian atas kepala di belakang mata berwarna

keemasan, serta mempunyai 11-12 garis berwarna kuning di sepanjang tubuh

yang dimulai dari belakang kepala sampai dasar sirip ekor. Berikut Gambar 2

disajikan gambar ikan kurisi (

Nemipterus japonicus).

Gambar 2. Ikan Kurisi

Nemipterus japonicus

Sumber :

www.fishbase.org

Ikan kurisi merupakan ikan demersal, namun ada juga yang hidup di dasar

dan kolom air pada saat matahari terbenam. Ikan kurisi merupakan hewan

karnivora. Makanan ikan ini terdiri dari ikan kecil, crustacea, molusca (terutama

cephalopoda), polychaeta dan echinodermata (De Bruin

et al.

In

Fitriyanti 2000).

Berdasarkan penelitian yang terdahulu dapat diketahui bahwa pola pertumbuhan

(22)

ukuran pertama kali matang gonad ikan kurisi

Nemipterus japonicus

menurut

Kizhakudan (2008) sebesar 141 mm.

2.4

Sebaran Frekuensi Panjang

Metode pendugaan pertumbuhan berdasarkan data frekuensi panjang

sering digunakan jika metode lain seperti metode penentuan umur tidak dapat

dilakukan (Sparre and Venema 1999). Menurut Pauly 1983

in

Sinaga 2010 bahwa

hasil dari pengukuran panjang ikan yang dijadikan contoh dan analisa dengan

benar dapat menduga parameter pertumbuhan yang digunakan dalam pendugaan

stok spesies tunggal. Parameter pertumbuhan tersebut diantaranya kelompok

ukuran ikan yang penentuannya didasarkan pada frekuensi panjang individu

dalam suatu spesies dengan kelompok umur yang sama akan bervariasi mengikuti

sebaran normal (Effendie 2005

)

dan untuk melihat komposisi tangkapan.

Setelah komposisi umur diketahui melalui analisis frekuensi panjang, maka

parameter pertumbuhan, mortalitas penangkapan dan laju eksplotasi dapat

ditentukan dengan metode-metode estimasi yang sesuai (Syakila 2009). Boer

1996 bahwa penggunaan histogram frekuensi panjang sering dianggap teknik

yang paling sederhana diterapkan untuk mengetahui tingkatan stok ikan, tetapi

yang perlu dicatat bahwa struktur data panjang sangat bervariasi tergantung

letaknya baik secara geografis, habitat, maupun tingkah laku. Selain itu dapat

disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti perbedaan lokasi pengambilan

ikan contoh, keterwakilan ikan contoh yang diambil dan kemungkinan tekanan

penangkapan yang tinggi terhadap ikan (Syakila 2009)

2.5

Pertumbuhan

Pertumbuhan suatu individu merupakan pertambahan ukuran panjang atau

berat dalam suatu waktu (Effendie 2005). Sedangkan menurut Affandi 2002

bahwa pengertian pertumbuhan populasi merupakan proses perubahan jumlah

individu atau biomasa pada periode waktu tertentu. Secara umum pertumbuhan

(23)

kelamin, umur, parasit dan penyakit. Namun faktor eksternal yang mempengaruhi

pertumbuhan diantaranya makanan dan suhu perairan (Effendie 2005).

Pentingnya pendugaan pertumbuhan dalam dinamika populasi yaitu laju

pertumbuhan mempengaruhi kapan ikan pertama kali bertelur (kematangan),

rekruitment, komposisi umur stok dan mortalitas (Aziz 1989). Effendie 2005

mengatakan pola pertumbuhan ikan terdiri atas isometrik dan allometrik.

Isometrik adalah pertumbuhan pada ikan yang terjadi terus menerus dimana

penambahan berat proporsional terhadap perubahan panjang. Sedangkan

allometrik adalah pertambahan berat tidak proposional terhadap perubahan

panjang.

2.6

Hubungan Panjang-Berat

Analisis hubungan panjang dengan berat bertujuan untuk mengetahui pola

pertumbuhan ikan di alam yang selanjutnya akan berguna bagi kegiatan

pengelolaan perikanan (Ricker

1975

in

Effendie 2005)

. Dari pola pertumbuhan

akan dihasilkan nilai regresi antara panjang dengan berat serta akan didapatkan

nilai a dan b. Apabila nilai b=3 disebut pola pertumbuhan isometrik yaitu

pertumbuhan panjang dengan berat sebanding. Ketika b <3 ditafsirkan bahwa

pertambahan beratnya tidak secepat pertambahan panjang (pola pertumbuhan

allometrik negatif) dan sebaliknya b> 3 ditafsirkan bahwa pertambahan beratnya

lebih cepat dibandingkan pertambahan panjangnya yang disebut pola

pertumbuhan allometrik positif (Effendie 2005). Raesi

et al.

2012 mengatakan

bahwa nilai b dapat menggambarkan bentuk tubuh.

2.7

Nilai

L∞, K, dan

t

0

Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy 1938

in

Aziz 1989 adalah satu

dari kebanyakan model yang digunakan secara luas untuk menduga panjang atau

berat ikan pada titik waktu mendatang. Model ini menjelaskan perubahan panjang

(Lt) sepanjang waktu sebagai suatu fungsi dari panjang maksimum (L∞) dan

koefisien pertumbuhan (K). Metode Ford Walford dapat digunakan untuk

(24)

persamaan Von Bartalanffy (Aziz 1989).

L∞

yaitu nilai rata-rata panjang ikan

yang sangat tua. Koefisien pertumbuhan (K) didefinisikan sebagai parameter

yang menyatakan kecepatan kurva pertumbuhan dalam mencapai panjang

asimtotiknya

(L∞) dari pola pertumbuhan ikan.

Jadi semakin tinggi nilai koefisien

pertumbuhan, maka ikan semakin cepat mencapai panjang asimtotik dan beberapa

spesies kebanyakan diantaranya berumur pendek. Sebaliknya ikan yang memiliki

nilai koefisien pertumbuhan rendah maka umurnya semakin tinggi karena lama

untuk mencapai nilai panjang asimtotiknya (Spare & Venema 1999).

2.8

Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Laju mortalitas total (Z) adalah penjumlahan laju mortalitas alami (M) dan

laju mortalitas penagkapan (F). Mortalitas alami yaitu mortalitas yang terjadi

karena berbagai sebab selain penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stres

pemijahan, kelaparan dan usia tua (Sparre & Venema 1999).

Nilai laju mortalitas alami berkaitan dengan nilai parameter pertumbuhan

Von Bartalanffy yaitu K dan L∞. Ik

an yang pertumbuhannya cepat (nilai k tinggi)

mempunyai nilai “M” tinggi dan sebaliknya. Nilai “M” berkaitan dengan L∞

karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil. Sedangkan mortalitas

penangkapan yaitu mortalitas yang terjadi akibat adanya aktivitas penangkapan.

Tingginya laju mortalitas penangkapan dan menurunnya laju mortalitas alami juga

dapat menunjukkan dugaan terjadi

growth overfishing

yaitu sedikitnya jumlah

ikan tua di alam (Sparre dan Venema 1999).

Laju eksploitasi (E) merupakan jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan

dengan jumlah total ikan yang mati karena semua faktor baik alami maupun

penangkapan (Pauly 1984

in

Sinaga 2010). Menurut Pauly 1984

in

Sinaga 2010

bahwa menduga stok yang dieksploitasi optimum, laju eksploitasi (E) sama

dengan 0.5.

Semakin tinggi tingkat eksploitasi di suatu daerah maka mortalitas

(25)

2.9

Model Surplus Produksi

Pengkajian stok mencakup suatu estimasi tentang jumlah atau kelimpahan

(

abundance

) dari sumberdaya. Selain itu, mencakup pula pendugaan terhadap laju

penurunan sumberdaya yang diakibatkan oleh penangkapan serta sebab-sebab

lainnya, dan mengenai berbagai tingkat laju penangkapan atau tingkat kelimpahan

stok yang dapat menjaga dirinya dalam jangka panjang (Widodo & Suadi 2006).

Pada prinsipnya kelestarian sumberdaya akan terjamin jika jumlah

volume

ikan yang ditangkap sama dengan jumlah ikan akibat pertumbuhan populasi.

Konsep ini kemudian berkembang menjadi model pengelolaan perikanan tangkap

yang disebut model surplus produksi. Hal tersebut bertujuan untuk induk-induk

berkembang biak secara alamiah (Susilo 2009).

Model surplus produksi merupakan model-model stok tunggal yang

dikarakteristikkan tidak memerlukan data struktur umur namun menggunakan

hasil tangkapan dan upaya penangkapan (Aziz 1989). Tujuan penggunaan model

surplus produksi untuk meningkatkan upaya optimum (

effort

MSY atau f

msy

),

yaitu upaya yang menghasilkan suatu hasil tangkapan yang maksimum lestari

tanpa mempengaruhi stok secara jangka panjang atau yang sering disebut

Maximum Sustainable Yield/MSY serta jumlah tangkapan yang diperbolehkan

(JTB/TAC) (Sinaga 2011).

Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB/TAC)

adalah 80% dari potensi maksimum lestarinya (MSY) (Susilo 2009).

2.10

Sistem Informasi Perikanan

Sistem dapat didefinisikan sebagai kesatuan elemen yang saling terkait

(Rochim 2002). Elemen-elemen tersebut saling berhubungan dan bekerja bersama

untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima

input

/masukan serta

menghasilkan

output

/keluaran

dalam proses yang terjadi (O’Brien 2008).

Komponen-komponen atau fungsi dasar dari sistem menurut O

’Brien

2008

diantaranya :

input/

masukan, proses,

output

/keluaran.

(26)

merupakan hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna

bagi penerimanya dan menggambarkan suatu kejadian nyata yang digunakan

untuk pengambilan keputusan. Sumber dari informasi adalah data yang

merupakan bentuk yang masih mentah (belum dapat bercerita banyak) sehingga

perlu diolah lebih lanjut melalui suatu model. Data tersebut akan ditangkap

sebagai

input

/masukan (Andayati 2010). Pengertian dari sistem dan informasi

dapat digabungkan menjadi sekelompok elemen yang saling berhubungan, bekerja

bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima

input

/masukan berupa

data serta menghasilkan

output/

masukan berupa informasi dalam proses

transformasi yang teratur. Komponen sistem informasi menurut Stair 1992 dalam

bukunya

Principle of Information Systems a Managerial Approach

diantaranya :

hardware

/perangkat keras,

software

/perangkat lunak,

database,

jaringan, prosedur

dan manusia.

Sistem informasi perikanan Indonesia pada dasarnya berfungsi sebagai

infrastruktur informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai

permasalahan dan juga mengakomodir semua tujuan yang diharapkan. Sistem ini

diharapkan dapat memberikan informasi yang berbasis multimedia kepada

penggunanya (Tangke 2010).

Pembentukan sistem informsi perikanan memerlukan informasi perikanan.

(27)

jumlah nelayan yang memang benar-benar melakukan kegiatan sebagai nelayan

(Soselisa 2001

in

Tangke 2010).

Tantangan dalam pengembangan usaha perikanan di Indonesia adalah

lemahnya sistem basis data dan sistem informasi perikanan yang berpengaruh

terhadap akurasi dan ketepatan waktunya, kelemahan ini dapat mengakibatkan

salah perencanaan akan berakibat pada kegagalan usaha. Namun pada masa

sekarang dimana sumberdaya tersebut telah dimanfaatkan dan keadaan

lingkungan yang semakin memburuk ketepatan data dan timingnya menjadi

sangat menentukan. Tantangan lain adalah kualitas sumberdaya manusia, karena

untuk membangun suatu sistem informasi dibutuhkan sumberdaya manusia yang

berkualitas dan mampu menguasai teknologi sistem informasi serta

mengoperasikannya (Tangke 2010).

Salah satu permasalahan pembangunan perikanan Indonesia adalah

keterbatasan data dan informasi yang dapat dijadikan rujukan perencanaan dan

pengelolaan sumberdaya perikanan. Ketersediaan data dan informasi perikanan

yang akurat hingga saat ini masih dipandang sebagai hal yang tidak begitu penting

dan mendesak dalam pembangunan perikanan nasional. Hingga saat ini, belum

ada lembaga yang menangani penyediaan data dan informasi secara menyeluruh,

melainkan masih dilakukan oleh masing-masing instansi sesuai dengan

kebutuhan. Akibatnya sering terjadi perbedaan data dan informasi perikanan

(Tangke 2010).

2.11

Sistem Penunjang Keputusan

Sistem penunjang keputusan (SPK) atau

Decision Support System

adalah

sistem yang bertujuan untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan

prediksi, serta mengarahkan pengguna informasi agar dapat melakukan

pengambilan keputusan dengan lebih baik dan berbasis fakta (Kusumadewi &

Hermaduanti 2008). SPK yang baik harus mampu menggali informasi dari

database

, melakukan analisis, serta memberikan interprestasi dalam bentuk yang

mudah dipahami dengan format yang mudah untuk digunakan (

user friendly

).

Menurut Turban 2001

in

Trisnawarman & Erlysa 2007 tujuan dari

(28)

a. Membantu membuat keputusan untuk memecahkan masalah yang

sepenuhnya terstruktur dan tidak terstruktur

b. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya. Komputer

dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah yang terstruktur. Untuk

masalah yang tidak terstruktur, pengguna bertanggung jawab untuk

menerapkan penilaian, dan melakukan analisis. Komputer dan manajer

bekerja sama sebagai tim pemecahan masalah

Suatu sistem penunjang keputusan (SPK) memiliki tiga subsistem sesuai yang

pernyataan oleh Ekasari dan Husnul 2007, yaitu:

a.

Subsistem Manajemen Basis Data

Sumber data untuk SPK (Sistem penunjang keputusan) berasal dari luar dan

dari dalam (basis data), terutama untuk proses pengambilan keputusan pada level

manajemen puncak. Kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen basis data

SPK adalah:

Mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan dan

ekstraksi data

Menambahkan sumber data secara cepat dan mudah

Menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan pengertian

pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat

menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan

Mengelola berbagai variasi data.

b.

Subsistem Manajemen Basis Model

Model-model yang banyak digunakan dalam proses pengambilan

keputusan dibagi dalam dua jenis, yaitu:

Model matematika, yang mempresentasikan sistem secara simbolik

dengan menggunakan rumus-rumus atau abstrak, selanjutnya akan

dijabarkan dalam operasi matriks, algoritma iteratif dan model-model

keputusan matematika lainnya.

Model informasi, yang mempresentasikan sistem dalam format grafik

(29)

hubungan antar objek (bentuk grafis), menunjukkan urutan tugas atau

proses yang dilakukan objek (peta proses operasi atau diagram alur)

c.

Subsistem Penyelenggara Dialog

Komponen dialog suatu SPK (Sistem Penunjang Keputusan) adalah sarana

antarmuka/

interface

antara pemakai dengan SPK (Sistem Penunjang Keputusan).

Komponen dialog menyajikan

output

/keluaran SPK (Sistem penunjang

keputusan) pada pemakai dan mengumpulkan

input

/masukan ke dalam SPK

(Sistem Penunjang Keputusan). Beberapa jenis gaya dialog, diantaranya:

Dialog tanya jawab: sistem bertanya pemakai menjawab, seterusnya

hingga sistem menghasilkan jawaban yang diperlukan untuk mendukung

keputusan.

Dialog perintah: adalah perintah untuk menjalankan fungsi-fungsi SPK

(Sistem Penunjang Keputusan).

Dialog menu: pemakai memilih salah satu dari beberapa menu yang

disediakan.

Dialog form masukan/keluaran: sistem menyediakan form

input

(masukan) untuk pemakai memasukkan data atau perintah dan form

output

(keluaran) sebagai bentuk tanggapan dari sistem.

2.12

Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru

untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki

sistem yang telah ada. Salah satu siklus pengembangan sistem yaitu

systems

development life cycle

(SDLC) dengan salah satu model yang sering digunakan

dalam mengembangkan sistem yaitu model

Waterfall.

Model

Waterfall

adalah

sebuah metode pengembangan

software

yang bersifat sekuensial dan sangat

populer untuk membangun atau mengembangkan sebuah

software

. Model

Waterfall

ini terbagi menjadi 5 tahapan yang terdiri dari tahap investigasi,

analisis, desain, implementasi, uji coba dan perawatan (Stair & George 2010).

(30)
[image:30.595.244.398.149.380.2]

sehingga harus dilaksanakan secara berurutan (Jumadi dan Widiadi 2009). Berikut

disajikan Gambar 3 siklus pengembangan sistem model waterfall.

Gambar 3. Siklus Pengembangan Sistem dalam Model

Waterfall

Sumber : Stair & George 2010

Tahap investigasi yaitu tahap pengembangan sistem di mana masalah dan

peluang diidentifikasi dan dipertimbangkan. Tahap ini biasanya menjawab

pertanyaan dari “permasalahan apa yang ada dan apa solusinya”

. Tahap analisis

yaitu pengembangan sistem yang menentukan apa yang harus dilakukan sistem

informasi untuk memecahkan masalah dengan mempelajari sistem dan proses

yang ada untuk mengidentifikasi kelemahan, kekuatan dan peluang untuk

diperbaiki. Tahap desain terdiri dari sistem

input

,

output,

dan tampilan pengguna;

spesifik perangkat keras, lunak,

database

, telekomunikasi, dan komponen

prosedur; dan menunjukkan bagaimana komponen saling berhubungan (Stair &

George 2010). Tahap uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah program sudah

berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuan pengujian

adalah untuk mengetahui cacat dan penyebabnya dari program tersebut sedini

mungkin (Jangra

et al.

2011). Tahap perawatan dilakukan ketika sistem informasi

Tahap Investigasi

Tahap Desain

Tahap Uji Coba dan Perawatan Tahap Analisis

(31)

sudah dioperasikan. Pada tahapan ini dilakukan proses pemantauan, evaluasi dan

perubahan (perbaikan) bila diperlukan (Mulyanto 2008).

2.13

Microsoft .NET Framework

Microsoft .NET Framework merupakan komponen yang dapat

ditambahkan ke sistem operasi Microsoft Windows atau telah terintegrasi ke

dalam Windows. Kerangka kerja ini menyediakan sejumlah besar solusi-solusi

program untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum suatu program baru, dan

mengatur eksekusi program-program yang ditulis secara khusus untuk framework

ini (Nugraha 2009).

Sekumpulan bahasa yang mendukung pengembangan aplikasi dengan

.NET framework pada .NET framework telah ter-

embed

beberapa bahasa

officia

l

yang dikembangkan oleh Microsoft seperti C#, VB, J#,

Managed

C++, dan juga

Jscript.NET. Visual Studio .NET yang bukan merupakan bagian dari .NET

Framework, akan tetapi hanya berupa IDE (

Integrated Development Environment

)

yang membantu pengembang agar lebih mudah mengembangkan aplikasi (Abror

2011).

2.14

Bahasa Pemrograman C#

C#

(dibaca: C sharp) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang

berorientasi objek yang dikembangkan oleh Microsoft. Bahasa pemrograman ini

dibuat berbasiskan bahasa C++ yang telah dipengaruhi oleh aspek-aspek ataupun

fitur bahasa yang terdapat pada bahasa-bahasa pemrograman lainnya seperti Java,

Delphi, Visual Basic, dan lain-lain) dengan beberapa penyederhanaan (Abror

2011).

2.15

Basis Data

(32)

dan mudah untuk menghasilkan informasi. Sistem atau perangkat lunak yang

secara khusus dibuat untuk memudahkan pemakai dalam mengelola basis data

disebut

Database Management System

(DBMS) (Sutedjo 2002

in

Andayati 2010).

Perangkat lunak yang termasuk DBMS seperti MS. Access, MS. SQL, XML dan

masih banyak lagi.

2.16

XML

XML (

extensible Markup Language

) semacam database manajemen

sistem (DBMS) (Kumar

et al.

2010). XML dikembangkan oleh

World Wide Web

Consortium

(W3C), dengan tujuan utamanya adalah untuk mengatasi sejumlah

keterbatasan yang terdapat pada

Hyper Text Markup Language

(HTML). HTML

hanya digunakan untuk mendiskripsikan

web pages

. Tetapi XML adalah

language

yang digunakan untuk mendiskripsikan dan memanipulasi struktur dokumen, serta

menawarkan beberapa mekanisme untuk memanipulasi informasi yang bebas

platform

(Dweib 2009).

XML berkonsentrasi pada struktur informasi, tetapi tidak berkonsentrasi

untuk menampilkan dokumen informasi (Widodo 2003). Keuntungan

menggunakan XML yaitu akses multi-user, pertukaran data dan dapat

(33)

3.

METODOLOGI

3.1

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Model dan Simulasi,

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Waktu

pelaksanaan dimulai dari bulan September 2011 hingga Juli 2012. Adapun

perincian jadwal pelaksanaan yaitu tahap investigasi (September

Oktober 2011),

analisis (November 2011), desain (Desember 2011-Januari 2012), implementasi

(Januari

April 2012) dan uji coba dan perawatan (Mei

Juli 2012).

3.2

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras dan

perangkat lunak. Perangkat keras yang digunakan berupa laptop. Perangkat lunak

yang digunakan dalam aplikasi sistem informasi ini adalah :

Windows 7, sebagai sistem operasi

Microsoft Visual Studio 2010 sebagai

tool

pengkodean

Notepad dan Microsoft Excel 2007, sebagai program basis data; dan

Microsoft Expresion Blend 4 sebagai

tool

desain

3.3

Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk simulasi program yaitu data dan informasi

pengamatan pengkajian stok ikan kurisi yang tertangkap di perairan Selat Sunda

dan didaratkan di PPP Labuan Banten oleh Rahayu (2012). Data yang diambil

berupa waktu sampling, panjang, berat dan jenis kelamin selama 8 bulan (Maret

2011- Oktober 2011). Data tersebut sebagai uji coba dalam proses hubungan

panjang berat, sebaran frekuensi panjang, nilai K, L∞,

t

0

, mortalitas dan laju

eksploitasi.

Pengumpulan data dan informasi lainnya yaitu data sekunder berupa upaya

penangkapan

(effort)

dan produksi hasil tangkap

(catch)

ikan kurisi yang di

(34)

proses pendugaan nilai Fmsy, MSY, TAC untuk model Schaefer dan Fox.

Kemudian akan dibandingkan informasi pengkajian stok ikan kurisi olahan

Rahayu 2012 dengan program CIAFISH.

3.4

Rancangan Penelitian

Penelitian ini untuk mengembangkan sistem analisis dan informasi

mengenai pengkajian stok ikan sebagai penunjang keputusan dalam pengelolaan

perikanan. Model

waterfall

menjadi acuan dalam pengembangan sistem ini yaitu

dengan lima tahap (Gambar 3) :

3.4.1

Tahap Investigasi

Tahap pengembangan sistem di mana masalah dan peluang diidentifikasi

dan dipertimbangkan. Tahap ini biasanya menjawab pertanyaan dari

“permasalahan apa yang ada dan apa solusinya”

(Stair & George 2010). Selain itu,

untuk menentukan ruang lingkup sistem yang akan dibuat sehingga memberikan

manfaat bagi penggunanya. Oleh karena itu sebelum dirancang perlu diketahui

apa yang menjadi kebutuhan para pengguna.

3.4.2

Tahap Analisa

Tahap perancangan sistem menggambarkan bagaimana

suatu

sistem

dibentuk yang menerangkan secara luas bagaimana setiap komponen perancangan

sistem (

output

,

input

dan proses) akan dirancang. Berikut disajikan perancangan

(35)
[image:35.842.97.760.117.511.2]

Tabel 1. Analisa sistem

MASUKAN

PROSES

KELUARAN

Pertumbuhan

Hubungan

Panjang-Berat

Panjang

Berat

Jenis Kelamin

Meregresikan dengan sumbu x = panjang dan sumbu

y = berat

=

aL

=

+

Atau

log

=

log . ( )

2log . ( . )

. (log )2( log )2

=

log W− .

log

2

=

.

Jika b <3 maka pola

pertumbuhan

alometrik negatif

Jikan b > 3 maka pola

pertumbuhan

alometrik positif

Jika b = 3 maka pola

pertumbuhan isometri

R

2

Sebaran

Frekuensi

Panjang

Panjang

Berat

Jenis Kelamin

Menentukan batas bawah kelas dan batas kelas atas

di setiap selang kelas. Batas atas didapatkan dengan

menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas

Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas

Membuat grafik batang dengan x= selang kelas

panjang dan y= frekuensi

Diagram

sebaran

(36)
[image:36.842.55.763.97.510.2]

Tabel 1. Analisa sistem (Lanjutan)

MASUKAN

PROSES

KELUARAN

Parameter

Pertumbuhan

(L∞, K dan

t

0

)

Panjang

=

a

+

bx

Mencari

=

.

2( )2

Mencari a=

Mencari

=

1−

Mencari

=

Mencari Log (-t0) = 0,3922

0,2752 (Log L∞ ) –

1,038 (Log K)

Nilai L∞

Nilai K

Nilai t

0

Laju

Mortalitas

Penangkapan

Koefisien

pertumbuhan (K)

Panjang maks (L∞)

Panjang rata-rata ikan

yang tertangkap (L’’)

Batas bawah dari

interval kelas pertama

Suhu (T)

Menentukan mortalitas total dengan menggunakan rumus estimasi nilai

Z model Beverton & Holt:

=

′′′′

dengan ;

′′

=

(

� ∗

(

1

+

2

)

2

Menentukan mortalitas alami dengan menggunakan rumus empiris

Pauly :

l

( ) =

0,0152

0

,

279

l

+

0

,

6543

+

0

,

4634

( )

Menentukan mortalitas penangkapan dengan rumus:

=

(37)
[image:37.842.77.795.99.499.2]

Tabel 1. Analisa sistem (Lanjutan)

MASUKAN

PROSES

KELUARAN

Laju Eksploitasi

Nilai

mortalitas

penangkapan (F)

Nilai

mortalitas

total (Z)

E

=

F

Nilai

laju

eksploitasi

Model Surplus

Produksi

Upaya (effort)

Hasil tangkap

(Catch)

Schaefer

Mencari CPUE dari

perhitungan

Meregresikan dengan variabel

x adalah Effort dan y adalah

CPUE kemudian didapat nilai

a dan b

mencari Fmsy=

2

mencari MSY= -

2

4

mencari TAC dari 80 % dari

MSY

2

=

.

Fox

mengoperasikan Ln untuk

meregresikan dengan variabel

x adalah Effort dan y adalah

hasil operasi Ln CPUE

kemudian didapat nilai a dan b

mencari Fmsy=

1

mencari

=

.

−1

mencari TAC dari 80 % dari

MSY

2

=

.

Nilai dan grafik

dari :

MSY

Fmsy

TAC

R

2
(38)

3.4.3

Tahap Desain

Rincian desain terdiri dari sistem

input

,

output,

dan tampilan pengguna;

spesifik perangkat keras, lunak,

database

dan komponen prosedur; dan

menunjukkan bagaimana komponen saling berhubungan (Stair & George 2010).

3.4.3.1 Desain Tampilan

Pembuatan desain tampilan adalah merancang tampilan atau

output

hasil

eksekusi program dari rancangan sistem yang telah dikembangkan. Pembuatan

desain tampilan dibuat dengan tampilan menarik, mudah digunakan dan sesuai

kebutuhan sistem. Secara umum desain tampilan terdiri dari desain tampilan

masukan (

input

) dan keluaran (informasi/

output

).

Desain masukan bertujuan dalam penyediaan masukan data yang

kemudian untuk diolah menjadi suatu informasi yang berguna. Desain keluaran

bertujuan untuk menampilkan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Komponen masukan dan keluaran pada program CIAFISH dapat terlihat pada

Tabel 1.

3.3.3.2

Desain Basis Data

Pembuatan desain basis data menggunakan alat penyimpanan data XML.

Langkah pembuatan

database

yaitu menentukkan kebutuhan data, menjelaskan

data, dan memasukkan data.

3.3.4 Tahap Implementasi

Program dirancang menggunakan

Microsoft Visual Studio

2010 dengan

(39)

3.3.5 Tahap Uji Coba dan Perawatan

Tahap pengembangan sistem untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut

sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pengujian

program dengan uji

black box

. Data hasil pengamatan pengkajian stok ikan oleh

(40)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Pengembangan Sistem

Sistem analisa dan informasi akan pengkajian stok ikan ini bernama

CIAFISH

(Calculation, Information, and Analysis of Fisheries).

Program

CIAFISH dirancang sebagai aplikasi perangkat lunak (

software

) berbasis

Windows dan desktop. Program CIAFISH bertujuan untuk mengetahui parameter

hubungan panjang berat, sebaran frekuensi panjang, nilai K, L

, dan t

0

, nilai

mortalitas, laju eksploitasi dan model surplus produksi.

4.1.1 Tahap Investigasi

Tahap pengembangan sistem di mana masalah dan peluang diidentifikasi

dan dipertimbangkan (Stair & George 2010). Selain itu, untuk menentukan ruang

lingkup sistem yang akan dibuat sehingga memberikan manfaat bagi

penggunanya. Keluaran dari tahap investigasi yaitu dengan membandingkan

sistem yang ada sekarang dengan sistem yang akan dikembangkan. Sistem yang

ada sekarang dan umum digunakan dalam menganalisis atau mengolah data

pengkajian stok ikan yaitu dengan menggunakan

Microsoft Excel

dan

program

FiSAT. Namun terdapat kelemahan dalam penggunaan sistem tersebut.

Penggunaan Microsoft Excel mengharuskan pengguna memahami secara baik

akan rumus pengkajian stok ikan. Hal ini akan menyulitkan bagi pengguna yang

kurang teliti dan tidak begitu memahami akan rumus pengkajian stok ikan. Hal

tersebut akan mempengaruhi proses dalam menghasilkan informasi pengkajian

stok ikan yang menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam pengelolaan

perikanan. Sehingga akan memungkinkan terjadinya kesalahan dalam

perencanaan pengelolaan perikanan. Penggunaan FiSAT membutuhkan waktu

lama untuk memahami cara penggunaannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa

sistem tersebut kurang

user friendly.

Selain itu belum terpadunya sistem analisis

dan informasi pengkajian stok ikan menjadikan tidak efisien dalam memperoleh

informasi akan pengkajian stok ikan yang menjadi dasar pertimbangan

(41)

Tahap investigasi akan kebutuhan sistem ini dilakukan dengan studi

pustaka dan menanyakan langsung ke kalangan akademisi tentang

informasi-informasi apa saja yang diperlukan dalam pengelolaaan suatu sumberdaya

perikanan. Program CIAFISH

(Calculation, Information, and Analysis of

Fisheries)

merupakan suatu sistem yang dirancang untuk dapat menghasilkan

informasi akan pengkajian stok dari sumberdaya perikanan. Informasi tersebut

berupa parameter hubungan panjang berat, sebaran frekuensi panjang, nilai K,

L

, dan t

0

, nilai mortalitas, laju eksploitasi sumberdaya perikananan dan model

surplus produksi (MSY, Fmsy, TAC, R

2

baik model schaefer maupun fox).

Pertumbuhan, mortalitas, laju eksploitasi dan ukuran stok adalah faktor utama

yang mempengaruhi hasil tangkapan dan bahan pertimbangan penting dalam

menentukan cara pengelolaan (Boer 2010). Pada Tabel 3 disajikan hasil analisa

kebutuhan pengguna dari program CIAFISH

(Calculation, Information, and

Analysis of Fisheries).

Tabel 2. Tahap investigasi dari CIAFISH

Pelaku Sistem

Kebutuhan Pengguna (user)

Akademisi,

peneliti

dan

instansi terkait

perikanan

Pertumbuhan

Hubungan Panjang Berat

Sebaran Frekuensi Panjang

Parameter Pertumbuhan (K, L∞ dan t

0

)

R

2

Nilai mortalitas

Nilai mortalitas total (Z), penangkapan (F), alami (M)

Laju eksploitasi

Nilai laju eksploitasi

Model Surplus Produksi

MSY, Fmsy, TAC, R

2

Analisis hubungan panjang dengan berat bertujuan untuk mengetahui pola

pertumbuhan ikan di alam yang selanjutnya akan berguna bagi kegiatan

(42)

pengelolaan perikanan (Ricker

1975

in

Effendie 2005)

. Analisis hubungan

panjang berat menggunakan rumus

= ×

. Sebaran frekuensi panjang

berguna dalam penentuan kelompok umur ikan

maka setelah itu parameter

pertumbuhan, mortalitas penangkapan dan laju eksplotasi dapat ditentukan dengan

metode-metode estimasi yang sesuai (Syakila 2009). Nilai K, L

, dan t

0

didapat

dari persamaan Von Bertalanffy. Model ini menjelaskan perubahan panjang (Lt)

sepanjang waktu sebagai suatu fungsi dari panjang maksimum (L∞) dan koefisien

pertumbuhan (K).

Metode Ford Walford dapat digunakan untuk menduga panjang

maksimum (L∞) ikan dan k

oefisien pertumbuhan (K) dari persamaan Von

Bartalanffy (Aziz 1989). Ikan yang

pertumbuhannya cepat (nilai K tinggi)

mempunyai nilai mortalitas alami (M) tinggi dan sebaliknya. Sedangkan

mortalitas penangkapan yaitu mortalitas yang terjadi akibat adanya aktivitas

penangkapan (Sparre and Venema 1999). Laju eksplotasi (E) merupakan jumlah

ikan yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah total ikan yang mati karena

semua faktor baik alami maupun penangkapan (Pauly 1984

in

Sinaga 2010).

Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang bersifat

time series

kemudian dianalisis untuk mengetahui upaya (f

msy

) yang menghasilkan suatu hasil

tangkapan yang maksimum lestari tanpa mempengaruhi stok secara jangka

panjang (

Maximum Sustainable Yield

/MSY) serta jumlah tangkapan yang

diperbolehkan (JTB/TAC) . Model ini disebut model surplus produksi yaitu model

Schaefer dan Fox.

4.1.2 Tahap Analisis

Tahap pengembangan sistem yang menentukan apa yang harus dilakukan

sistem informasi untuk memecahkan masalah dengan mempelajari sistem dan

proses yang ada (Stair & George 2010). Hasil utama dari tahap ini yaitu

perancangan secara rinci masukan (

input

), pengolahan (proses), dan informasi

keluaran (

output

) sesuai dari ruang lingkup yang dibuat.

Tahap ini dilakukan

(43)

Panjang

Berat

Jenis

Kelamin

Upaya

Penangkapan

/Effort

Hasil

Tangkapan/

Catch

Masukan

P

E

N

G

O

L

A

H

A

N

D

A

T

A

Keluaran

Parameter

Pertumbuhan

Nilai Mortalitas

Laju Eksploitasi

Model Surplus

Produksi (Schaefer

[image:43.595.116.497.101.447.2]

dan Fox)

Gambar 4. Skema perancangan sistem analisa dan informasi akan aspek

pertumbuhan, laju mortalitas, dan model surplus produksi

Algoritma adalah langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah yang

ada. Penyusunan algoritma harus sistematis dan logis untuk mempermudah dalam

pengimplementasian. Terdapat tiga pertimbangan dalam pemilihan algoritma

yaitu kebenaran algoritma, hasil yang dicapai dan efisiensi. Adapun penyusunan

algoritma program CIAFISH ini dapat dilihat pada Tabel 1 bab metodologi.

Diagram alir digunakkan untuk menggambarkan algoritma dari program

tersebut. Berikut ini Gambar 5 disajikan diagram alir

input

, proses, dan

output

(44)

Mulai

Input Data Apakah Data

Sudah Ada?

Pengolah Data

Tampilkan Informasi

Simpan Data

Selesai

Edit Data

Tidak

Ya

Gambar 5. Diagram alir

input

, proses, dan

output

dari form pertumbuhan dan model

surplus produksi

4.1.3 Tahap Desain

4.1.3.1 Desain Tampilan

Desain tampilan program ini menggunakan WPF. WPF (

Windows

Presentation Foundation

) adalah sistem tampilan grafis untuk windows, yang

dirancang untuk .NET. WPF direpresentasikan dengan menggunakan bahasa

XAML. Keunggulan menggunakan WPF memberikan pengalaman antarmuka

aplikasi yang lebih baik dibandingkan windows form (McDonald 2010).

[image:44.595.105.471.84.807.2]
(45)

pemakai dengan sistem penunjang keputusan. Komponen dialog menyajikan

output

(keluaran) sistem penunjang keputusan pada pemakai dan mengumpulkan

input

(masukan) ke dalam sistem penunjang keputusan. Gaya dialog yang

digunkan pada tampilan program CI

Gambar

Gambar 3. Siklus Pengembangan Sistem dalam Model Waterfall
Tabel 1. Analisa sistem
Tabel 1. Analisa sistem (Lanjutan)
Tabel 1. Analisa sistem (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan iklim organisasi yang terjadi antara satu bidang dengan bidang lainnya dapat dilihat misalnya pada situasi ruangan kerja secara fisik yang tidak mendukung

This research paper describe the type, the frequency and the dominant type of communication strategies used by English Department students in Muhammadiyah University

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian untuk mudah dibaca dan analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji

Kegiatan lain yang dilakukan disetiap kunjungan adalah mengajar anak dari Bapak I Gusti Ketut Yadnyana yaitu Gusti Made Alit pengenalan huruf, angka dan

Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga Bapak Ketut Sukarsana yaitu masalah perekonomian; pendapatan yang diperoleh dari Supir Pick Up dan pemetik cengkeh

Peraturan dan standar yang ada banyak didapat berdasarkan penelitian dan pengujian beton cetak basah, adakah pengeruh yang timbul akibat berbedanya sisim cetak yang

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pasangan data produksi dan kualitas lahan (tanah dan iklim). Data sekunder dikumpulkan dari beberapa perkebunan kelapa sawit

Alhamdulillahirrabbil Alamin. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia-Nya serta memberikan akal sehat dan pikiran. Sebagai