• Tidak ada hasil yang ditemukan

Planning of Green Open Space on Steam Power Plant PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Planning of Green Open Space on Steam Power Plant PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten"

Copied!
249
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

PT KRAKATAU DAYA LISTRIK CILEGON BANTEN

DESI ANJANA DWIPUTRI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

Plant PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten. Supervised by NIZAR NASRULLAH.

The most significant impact of steam power plant is air pollution and noise. One of steam power plant in Cilegon is PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL) where located in Krakatau Steel Industrial Area. Nowadays, PT KDL used a natural gas and residue oil for powering the turbin. Furthermore, the noise of electric power system disturb the employees, so their comfort was reduced. Therefore, purposes of this research are to plan of green open space in steam power plant in Cilegon to decrease air pollution including decrease noise level, to give comfortable environment, and also provide rest places to employees. Method used in this research is the method of Planning Design Process by Simonds (1983), hence this research cover some phase, that is commission, research, analysis, synthesis, operation and construction. Output of this research is planting plan dan green open space plan. The number of emission in area are about 1.112.950,5 mg/day. That about 1.795 trees to adsorb particles. The trees will be planted as a green belt throughout the power plant area. It planned the tree composition are 30 % Polyalthia fragrans (140 tress), 20% Terminalia catappa

(221 trees), 20% Mangifera indica (499 trees), and 30% Thuja orientalis (935 trees). Tree using as noise barrier arranged surround the facilities which generate noise barrier trees including Thuja orientalis and Casuarina equisetifolia. Its also planned to allocate space for park, soccer field and jogging track.

(3)

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

(4)

DESI ANJANA DWIPUTRI. Planning of Green Open Space on Steam Power Plant PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten. Supervised by NIZAR NASRULLAH.

The most significant impact of steam power plant is air pollution and noise. One of steam power plant in Cilegon is PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL) where located in Krakatau Steel Industrial Area. Nowadays, PT KDL used a natural gas and residue oil for powering the turbin. Furthermore, the noise of electric power system disturb the employees, so their comfort was reduced. Therefore, purposes of this research are to plan of green open space in steam power plant in Cilegon to decrease air pollution including decrease noise level, to give comfortable environment, and also provide rest places to employees. Method used in this research is the method of Planning Design Process by Simonds (1983), hence this research cover some phase, that is commission, research, analysis, synthesis, operation and construction. Output of this research is planting plan dan green open space plan. The number of emission in area are about 1.112.950,5 mg/day. That about 1.795 trees to adsorb particles. The trees will be planted as a green belt throughout the power plant area. It planned the tree composition are 30 % Polyalthia fragrans (140 tress), 20% Terminalia catappa

(221 trees), 20% Mangifera indica (499 trees), and 30% Thuja orientalis (935 trees). Tree using as noise barrier arranged surround the facilities which generate noise barrier trees including Thuja orientalis and Casuarina equisetifolia. Its also planned to allocate space for park, soccer field and jogging track.

(5)

DESI ANJANA DWIPUTRI. Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan pembangkit listrik tenaga uap PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Kota Cilegon, kota yang terletak di Provinsi Banten, dikenal sebagai kota industri, dan menjadi pusat industri di kawasan Banten bagian barat. Perkembangan industri di Cilegon dapat dilihat dari dibangunnya sebuah kawasan industri Krakatau Steel. Asupan listrik pada kawasan industri Krakatau Steel dikelola oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL). Saat ini, PT KDL menggunakan gas dan minyak residu sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Penggunaan bahan bakar gas memang tidak merusak lingkungan karena bahan bakar gas tidak mengeluarkan polusi. Namun penggunaan minyak residu menghasilkan polusi, selain itu juga pengembangan kawasan di PT KDL akan menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam membangkitkan energi listrik.

Masalah utama pembangkit listrik berbahan bakar batubara adalah pembangkitan listrik ini merupakan salah satu kontributor pencemaran gas CO2 yang terbesar. Selain itu, masalah lain yang dihasilkan adalah kebisingan dari kinerja mesin-mesin pembangkit listrik yang dapat mengganggu kenyamanan karyawan sehingga berdampak negatif bagi kinerja dan produktivitas karyawan. Oleh karena itu permasalahan ini perlu dikaji dan diselesaikan agar kondisi lingkungan tidak terdegradasi parah akibat pencemaran yang berasal dari kawasan industri. Salah satu upaya mengurangi masalah polusi udara dan kebisingan adalah dengan membuat ruang terbuka hijau di kawasan industri.

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan pembangkit listrik tenaga uap di Kota Cilegon yang dapat mengurangi pencemaran udara ke lingkungan sekitar, mengurangi tingkat kebisingan kawasan, memberikan kenyamanan dan keindahan bagi para pengguna kawasan, serta menyediakan tempat-tempat istirahat bagi karyawan. Metode yang digunakan mengacu pada metode proses perencanaan desain oleh Simonds (1983) yang terdiri dari tahapan kerja commission, research, analysis, synthesis, operation and construction.

Penelitian dimulai dengan pengumpulan data fisik, biofisik, dam sosial. Jenis data fisik yaitu lokasi, tanah, topografi, hidrologi, tata guna lahan, iklim, polusi, pembagian kawasan, sistem pembangkit listrik. Jenis data biofisik yaitu jenis dan penyebaran vegetasi, kapasitas jerapan debu. Kapasitas vegetasi mengurangi polutan partikel diketahui dengan pengukuran jerapan partikel oleh daun dengan metode gravimetri. Pengumpulan data sosial dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan pengelola dan penyebaran kuesioner kepada 30 karyawan.

(6)

dalam conceptual plan yang sesuai dengan kondisi tapak. Dalam conceptual plan

dilakukan perencanaan ruang terbuka hijau kawasan dan perhitungan jumlah vegetasi yang digunakan untuk ruang terbuka hijau di kawasan PLTU serta direncanakan fasilitas dan utilitas yang dibutuhkan dalam tapak. Hasil dari tahapan ini merupakan gambar rencana RTH dan rencana penanaman.

Pembagian ruang dalam kawasan akan dibuat menurut fungsi-fungsi yang ada pada kawasan PLTU tanpa mengubah struktur eksisting tapak namun terdapat sedikit penambahan ruang sesuai kebutuhan dalam tapak. Pembagian ruang dalam kawasan PT KDL dibagi menjadi dua, yaitu ruang pembangkit dan ruang pendukung pembangkit. Setiap ruang dibagi menjadi beberapa sub ruang sesuai dengan fungsinya.

Ruang pembangkit merupakan area inti dalam kawasan yang memiliki kegiatan utama dalam membangkitkan energi listrik. Kegiatan tersebut mulai dari pengambilan bahan baku, penimbunan, pembakaran dalam boiler, pembangkitan energi listrik dalam turbin hingga pembuangan limbah. Tata hijau di ruang pembangkit diutamakan untuk mengurangi dampak pencemaran, yaitu untuk menjerap polutan terutama debu, meredam kebisingan, melembutkan struktur bangunan, serta memperbaiki iklim mikro.

Ruang pendukung pembangkit merupakan ruang yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan rekreasi karyawan, melindungi kawasan, dan mengurangi dampak negatif lingkungan keluar kawasan. Berdasarkan kebutuhannya, ruang pendukung pembangkit dibagi menjadi empat bagian, yaitu ruang rekreasi, ruang penerimaan, ruang pelayanan serta ruang green belt. Ruang rekreasi dibagi menjadi rekreasi aktif dan pasif. Tata hijau di ruang rekreasi diutamakan untuk memberikan kenyamanan bagi manusia, dengan memperbaiki iklim mikro, meredam kebisingan, dan estetis. Tata hijau untuk ruang penerimaan ini adalah tata hijau yang dapat memberikan identitas bagi tapak dan vegetasi estetik untuk memberikan kesan yang baik di awal masuk kawasan. Vegetasi yang digunakan di ruang pelayanan menggunakan vegetasi peneduh untuk memperbaiki iklim mikro kawasan yang cenderung panas sehingga meningkatkan kenyamanan karyawan. Tata hijau untuk green belt adalah untuk konservasi air dan tanah serta pereduksi polutan.

Sirkulasi menghubungkan ruang-ruang serta fasilitas yang ada dalam kawasan. Berdasarkan fungsinya, sirkulasi dalam kawasan dibagi menjadi dua, yaitu sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi yang menghubungkan antar ruang dalam tapak. Sirkulasi sekunder merupakan sirkulasi yang fasilitas di dalam ruang tersebut. Pola sirkulasi primer tetap mengikuti sirkulasi yang sudah ada dalam tapak eksisting dan master plan yang sudah dibuat oleh PT Krakatau Daya Listrik. Sirkulasi sekunder dibuat untuk menghubungkan fasilitas-fasilitas dalam ruang

Jumlah emisi partikel debu kawasan sebesar 1,1129 ton/hari direncanakan penggunaan vegetasi yang dapat mereduksi seluruh polutan partikel dengan jumlah populasi pohon yang ditanam sebanyak 1.795 ditanam sebagai green belt

(7)

jalan, di sekitar sumber polutan dan sumber bising. Penempatan penanaman disesuaikan dengan konsentrasi polutan pada kawasan.

Vegetasi yang ditanam untuk peredam kebisingan yaitu glodogan bulat dan cemara kipas. Serta penambahan vegetasi cemara laut (Casuarina equisetifolia) yang merupakan vegetasi khas pantai. Vegetasi ditanam dekat dengan sumber kebisingan. Vegetasi yang ditanam untuk kenyamanan ditanam khususnya di jalur sirkulasi yaitu tanjung (Mimusops elengi), mangga (Mangifera indica), glodogan bulat (Polyalthia fragrans), cemara kipas (Thuja orientalis), dan cemara laut (Casuarina equisetifolia).

Rencana pengembangan fasilitas istirahat untuk karyawan yaitu dengan menambahkan taman untuk kebutuhan rekreasi karyawan. Fasilitas yang direncanakan yaitu gazebo, kolam, bangku taman, lapangan olahraga, jogging track, serta vegetasi peneduh.

(8)

©Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

(9)

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

PT KRAKATAU DAYA LISTRIK CILEGON BANTEN

DESI ANJANA DWIPUTRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)

Judul : Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten Nama : Desi Anjana Dwiputri

NIM : A44080047

Departemen : Arsitektur Lanskap

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP. 19620118 198601 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(11)

Penulis dilahirkan di Serang, Banten pada tanggal 30 Desember 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dalam keluarga Bapak Djadja Djuhana dan Ibu Nafsiah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Ciracas Serang, Banten pada tahun 1996–2002. Pendidikan menengah di SMPN 1 Serang, Banten pada tahun 2002-2005 dan pendidikan atas di SMA Negeri 1 Serang, Banten pada tahun 2005-2008. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2008 dan diterima pada program S1 di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti organisasi, diantaranya yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian pada tahun 2010 menjadi staf divisi komunikasi dan informasi umum, dan Himpunan Mahasiswa Asitektur Lanskap pada tahun 2011 menjadi bendahara divisi keprofesian. Penulis juga pernah mengikuti program kreativitas mahasiswa di bidang pengabdian masyarakat pada tahun 2011. Selain itu, penulis menjadi asisten mata kuliah

(12)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul

“Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor .

Dalam penulisan usulan penelitian ini penulis banyak mendapat bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, waktu, dan ilmunya dengan penuh kesabaran.

2. Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si dan Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku dosen penguji atas saran dan masukannya.

3. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing akademik, atas bimbingan dan arahannya selama perkuliahan setiap semesternya.

4. Keluarga penulis, Bapak Djadja Djuhana, Mamah Nafsiah, Teh Neng Widya Anjana Pratami dan Adek Yana Anjana Saputra untuk kasih sayang, doa, dukungan, dan semangat yang selalu dikirimkan selama penulis hidup.

5. Sahabat terbaik, Naili Lutfi Nugrahani dan Ai Karwati atas persahabatan, kebersamaan serta kasih sayang yang indah.

6. Sahabat-sahabat ARL 45 atas persahabatan, kebersamaan, canda tawa, suka dan duka yang menemani penulis selama 4 tahun kuliah ini.

7. Kakak-kakak dan adik-adik ARL IPB atas dukungan dan semangatnya. 8. Staff PT KDL, Pak Yuli, Pak Feri, Mas Ilham, Mas Ikhwan, Opung dan staf

KDL lainnya yang membantu dalam pengumpulan data penelitian penulis. 9. Seluruh dosen ARL yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama

penulis kuliah serta seluruh staff departemen ARL yang telah membantu kelancaran dalam perkuliahan.

10.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis menyadari tentunya penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan bernilai ibadah bagi Allah SWT.

Bogor, September 2012

(13)

Halaman

2.8. Peranan Vegetasi dalam Mengurangi Partikel ... 12

2.9. Dampak Teknologi dan Industri pada Lingkungan... 14

2.10. Perencanaan dan Pengeloaan RTH Kota ... 15

(14)

4.3.1. Karyawan ... 52

4.3.2. Aktivitas ... 52

4.3.3. Kebutuhan Istirahat di Luar Ruangan Bagi Karyawan ... 52

BAB V ANALISIS ... 56

5.1. Aspek Fisik ... 56

5.1.1. Lokasi dan Aksesibilitas ... 56

5.1.2. Iklim ... 56

5.1.3. Tanah ... 56

5.1.4. Topografi ... 58

5.1.5. Hidrologi ... 59

5.1.6. Tata Guna Lahan ... 60

5.1.7. Bagian-bagian Kawasan PLTU ... 65

5.1.8. Sistem Pembangkit Listrik ... 65

5.1.9. Polusi ... 66

5.2. Aspek Biofisik ... 76

5.2.1. Vegetasi ... 76

5.2.2. Hasil Analisis Kapasitas Jerapan Debu ... 77

5.3. Aspek Sosial ... 78

5.4. Hasil Analisis Keseluruhan ... 79

BAB VI SINTESIS ... 85

6.1. Studi Skematik Penggunaan Ruang ... 85

6.2. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau ... 89

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 99

DAFTAR PUSTAKA ...101

(15)

Halaman

2.1. Sumber Pencemaran Partikel ... 12

3.1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data ... 18

4.1. Hasil Pengujian Kualitas Udara di PT KDL ... 40

4.2. Fasilitas di PT Krakatau Daya Listrik ... 43

4.3. Berat Debu Empat Spesies Tanaman Empat Kali Pengamatan ... 51

4.4. Kapasitas Jerapan Debu Empat Spesies Tanaman per Hari ... 51

4.5. Kapasitas Jerapan Debu per Pohon ... 52

5.1. Analisis Kemiringan Lahan untuk Rekreasi Karyawan ... 59

5.2. Analisis Hidrologi untuk Rekreasi Karyawan ... 60

5.3. Analisis Tata Guna Lahan untuk Rekreasi Karyawan ... 61

5.4. Analisis Distribusi Polutan untuk Rekreasi Karyawan ... 68

5.5. Analisis Potensi Penanaman Vegetasi Pereduksi Polutan ... 68

5.6. Analisis Distribusi Kebisingan untuk Rekreasi Karyawan dan Rencana Penanaman Vegetasi Peredam Kebisingan ... 76

5.7. Rencana Jumlah Pohon yang Ditanam Di Seluruh Kawasan PLTU ... 77

5.8. Lokasi Penanaman Empat Spesies Pohon dengan Jarak Tanam dan Luas Tertentu pada Green Belt. ... 78

5.9. Solusi Permasalahan di PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten ... 80

6.1. Rencana Tata Ruang dan Fasilitas ... 86

6.2. Rencana Sirkulasi ... 92

6.3. Rencana Fasilitas ... 93

(16)

Halaman

1.1. Kerangka Pikir ... 4

2.1. Siklus PLTU ... 9

3.1. Lokasi Penelitian ... 16

3.2. Bagan Proses Perencanaan Lanskap ... 17

3.3. Sampel Daun ... 19

3.4. Gelas Beker yang Ditimbang ... 20

3.5. Gelas Beker yang Diisi Air ... 20

3.6. Sampel Daun yang Dicuci ... 20

3.7. Oven ... 21

3.8. Hasil Endapan Debu Setelah Dioven ... 21

3.9. Model Daun yang Ditimbang ... 21

4.1. Lokasi PT Krakatau Daya Listrik ... 26

4.2. Grafik Beberapa Unsur Iklim Bulanan ... 27

4.3. Peta Topografi ... 29

4.4. Peta Kemiringan Lahan ... 30

4.5. Peta Hidrologi ... 31

4.6. Peta Tata Guna Lahan ... 33

4.7. Peta Pembagian Kawasan ... 34

4.8. Rencana Pengembangan Kawasan ... 35

4.9. Master Plan PT KDL ... 36

4.10. Siklus PLTU PT KDL ... 39

4.11. Peta Sumber Polutan ... 41

4.12. Peta Sumber Bising ... 42

4.13. Peta Lokasi Fasilitas ... 44

4.14. Mesjid As-Sulthon ... 45

4.15. Pos Jaga ... 45

4.16. Tempat Parkir ... 45

4.17. Kantin ... 46

(17)

4.20. Peta Persebaran Vegetasi ... 49

4.21. Mangrove ... 50

4.22. Pembibitan Pohon dan Mangrove ... 50

4.23. Peta Aktivitas Pengguna ... 55

5.1. Peta Kesesuaian Topografi untuk Rekreasi Karyawan ... 62

5.2. Peta Kesesuaian Hidrologi untuk Rekreasi Karyawan ... 63

5.3. Peta Kesesuaian Tata Guna Lahan untuk Rekreasi Karyawan ... 64

5.4. Peta Distribusi Polutan ... 69

5.5. Peta Kesesuaian Distribusi Polutan untuk Rekreasi Karyawan ... 70

5.6. Peta Potensi Penanaman Vegetasi Pereduksi Polutan ... 71

5.7. Peta Distribusi Bising ... 73

5.8. Peta Rencana Blok Penanaman Vegetasi Peredam Kebisingan ... 74

5.9. Peta Kesesuaian Distribusi Bising untuk Rekreasi Karyawan ... 75

5.10. Peta Kesesuaian Lahan untuk Rekreasi Karyawan ... 83

5.11. Peta Rencana Blok Penanaman ... 84

6.1. Peta Skematik Rencana Blok dan Sirkulasi ... 87

6.2. Ilustrasi Arah Penanaman ... 88

6.3. Site Plan ... 90

(18)

Halaman

1. Lembar Kuesioner ...105

2. Arah Angin Bulanan Rata-rata 2011 ...107

3. Site Plan Ruang Rekreasi ...108

4. Site Plan Ruang Penerimaan ...109

5. Site Plan Ruang Pelayanan ...110

6. Penanaman di Jalur Kendaraan dan Pejalan Kaki ...111

7. Penanaman di Jalur Pedestrian dan Jogging Track ...112

(19)

1.1. Latar Belakang

Pemanasan global yang diakibatkan oleh penipisan lapisan ozon di udara memberikan dampak yang sangat signifikan, yakni perubahan iklim di dunia. Dampak yang dirasakan di wilayah Indonesia yaitu pergantian musim hujan dan musim kemarau menjadi tidak menentu. Selain itu, pada beberapa daerah di Indonesia kondisi iklim menjadi sangat ekstrem, salah satunya adalah Kota Cilegon, Banten. Penyebab utama dari kondisi iklim yang ekstrem ini adalah berkurangnya ruang terbuka hijau di saat berkembangnya pembangunan industri, sehingga CO2 yang seharusnya dapat diserap oleh pepohonan menjadi polusi bagi daerah sekitar.

Kota Cilegon, kota yang terletak di Provinsi Banten, dikenal sebagai kota industri, dan menjadi pusat industri di kawasan Banten bagian barat. Mata pencaharian penduduk di kota ini pada awalnya di sektor pertanian, namun perkembangan industri yang sangat pesat mengakibatkan berubahnya mata

pencaharian menjadi di sektor industri. Pembangunan dan pengembangan Kota Cilegon dilaksanakan dengan pembangunan berbagai infrastruktur sebagai corak dari perubahan morfologi Kota Cilegon yang pada awalnya sebagai kota dengan

corak pertanian berubah menjadi kota industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pertumbuhan indutri di kawasan Industri Cilegon sangat pesat dan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan pola tata guna lahan, konversi lahan terbangun dan dinamika sosial kemasyarakatan selama kurun waktu 1998-2007 (Fatah 2009). Telah terjadi potensi terdegradasinya mutu lingkungan sekitar kawasan industri Cilegon, dilihat dari adanya indikasi telah terjadinya ketidaksesuaian konversi lahan terbangun, berkurangnya ruang terbuka hijau, serta menurunnya kualitas lingkungan akibat adanya potensi pencemaran limbah industri yang telah melampaui baku mutu di berbagai wilayah sekitar kawasan industri Cilegon.

(20)

bakar pembangkit listrik. Penggunaan bahan bakar gas memang tidak merusak lingkungan karena bahan bakar gas tidak mengeluarkan polusi. Namun penggunaan minyak residu menghasilkan polusi, selain itu juga pengembangan kawasan di PT KDL akan menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam membangkitkan energi listrik. Secara global, fakta menyebutkan bahwa lebih banyak energi listrik dibangkitkan dengan batubara dibandingkan dengan bahan bakar lain (Sutrisna & Rahardjo 2009). Masalah utama pembangkit listrik berbahan bakar batubara adalah pembangkitan listrik ini merupakan salah satu kontributor pencemaran gas CO2 yang terbesar. Selain itu, masalah lain yang dihasilkan adalah kebisingan dari kinerja mesin-mesin pembangkit listrik yang dapat mengganggu kenyamanan karyawan sehingga berdampak negatif bagi kinerja dan produktivitas karyawan. Oleh karena itu permasalahan ini perlu dikaji dan diselesaikan agar kondisi lingkungan tidak terdegradasi parah akibat pencemaran yang berasal dari kawasan industri.

Salah satu upaya mengurangi masalah polusi udara dan kebisingan adalah

dengan membuat ruang terbuka hijau di kawasan industri. Secara ekologis unsur alam sebagai pembentuk RTH seperti vegetasi dapat meningkatkan kualitas lingkungan, terutama dalam memperbaiki iklim mikro atau ameliorasi iklim,

penyerapan pulusi udara (terutama CO2) dan produksi O2 yang sangat diperlukan oleh manusia dalam pernapasan (Ismaun 2008). Dengan adanya vegetasi, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan (Dahlan 1992). Penanaman pohon dan semak dapat mengurangi tingkat kebisingan di udara (Laurie 1986). Chiara dan Koppelman (1990) juga menyatakan bahwa kombinasi dari pepohonan, perdu pendek, dan permukaan penutup akan memberikan pelemahan kebisingan, apabila masa vegetasi penyerap yang dilibatkan cukup banyak.

(21)

ketenangan. Perencanaan RTH ini juga merupakan salah satu upaya memenuhi kewajiban daerah untuk memiliki RTH seluas 30 persen dari luas wilayahnya serta mengganti ruang-ruang hijau yang selama ini beralih fungsi. Perencanaan ruang terbuka hijau yang akan dihasilkan akan mengurangi pencemaran udara, mengurangi kebisingan serta meningkatkan kenyamanan bagi pengguna tapak, terutama karyawan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan ruang terbuka hijau di Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PT Krakatau Daya Listrik yang dapat mengurangi pencemaran udara ke lingkungan sekitar kawasan, mengurangi tingkat kebisingan kawasan, memberikan kenyamanan dan keindahan bagi para pengguna kawasan, serta menyediakan tempat-tempat istirahat bagi karyawan.

1.3. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan serta pemerintah setempat dalam perencanaan ruang terbuka hijau di

kawasan industri. 1.4. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah menghasilkan sebuah perencanaan ruang

terbuka hijau dalam kawasan PT Krakatau Daya Listrik Cilegon yang berbentuk rencana ruang terbuka hijau dan rencana penanaman.

1.5. Kerangka Pikir

(22)

kawasan PLTU. Melalui perencanaan RTH ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan dan meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan PLTU. Kerangka pikir permasalahan ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(23)

2.1. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada (Feldt AG dalam Catanese AJ&Snyde JC 1998). Perencanaan ini dilakukan dengan beberapa langkah yang terstruktur agar memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan.

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh perencana menurut Simonds (1983), adalah mengidentifikasi tapak selama waktu yang telah ditentukan untuk dapat merasakan potensi dan kendala yang ada pada tapak. Tujuannya adalah untuk mengeksploitasi potensi dan kendala tersebut dengan sebaik-baiknya, dengan kata lain perencana harus menonjolkan karakter lanskap yang ada pada tapak tersebut.

Pada intinya, perencanaan suatu tapak atau lanskap harus melalui analisis yang tepat untuk dapat membedakan dampak, esensi serta manfaat terbesar dari

proyek yang dihadapi. Dengan demikian hasil perencanaan akan tersusun untuk mendapatkan korelasi yang baik antara unsur-unsur alam dengan fungsi yang akan diterapkan.

2.2. Ruang Terbuka Hijau

Pengertian RTH, (1) adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan

pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) “Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan

yang mempunyai ukuran, bentukdan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga

sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan” (Purnomohadi,

2002).

(24)

akan menjadi „Hutan Beton‟ yang gersang, kota menjadi sebuah pulau panas (heat island) yang tidak sehat, tidak nyaman, tidak manusiawi, sebab tak layak huni.

Secara hukum (hak atas tanah), RTH bisa berstatus sebagai hak milik pribadi (halaman rumah), atau badan usaha (lingkungan skala permukiman/neighborhood), seperti: sekolah, rumah sakit, perkantoran, bangunan peribadatan, tempat rekreasi, lahan pertanian kota, dan sebagainya), maupun milik umum, seperti: Taman-taman Kota, Kebun Raja, Kebun Botani, Kebun Binatang, Taman Hutan Kota/Urban Forest Park, Lapang Olahraga (umum), Jalur-jalur Hijau (green belts dan/atau koridor hijau): lalu-lintas, kereta api, tepian laut/pesisir pantai/sungai, jaringan tenaga listrik: saluran utama tegangan ekstra tinggi/SUTET, Taman Pemakaman Umum (TPU), dan daerah cadangan perkembangan kota (bila ada).

Lebih jelasnya, bila berdasar pada status penguasaan lahan, RTH kota dapat terletak di:

1. Lahan Kawasan Kehutanan. Berdasarkan fungsi hutannya, RTH Kawasan

Hutan Kota dapat berupa Hutan Lindung, Hutan Wisata, Cagar Alam, dan Kebun Bibit Kehutanan.

2. Lahan Non-Kawasan Hutan. Menurut kewenangan pengelolaannya berada di

bawah unit-unit tertentu, seperti: Dinas Pertamanan, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pemakaman, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan lain-lain atau bentuk kewenangan lahan lain yang dimiliki atau dikelola penduduk.

Menurut Gunadi (1995) dalam perencanaan ruang kota (townscapes) dikenal istilah Ruang Terbuka (open space), yakni daerah atau tempat terbuka di lingkungan perkotaan. RT berbeda dengan istilah ruang luar (exterior space), yang ada di sekitar bangunan dan merupakan kebalikan ruang dalam (interior space) di dalam bangunan. Definisi ruang luar adalah ruang terbuka yang sengaja dirancang secara khusus untuk kegiatan tertentu, dan digunakan secara intensif, seperti halaman sekolah, Lapang olahraga, termasuk plaza (piazza) atau square.

Adapun ”zona hijau” bisa berbentuk jalur (path), seperti jalur hijau jalan, tepian

(25)

taman lingkungan, taman kota, taman pemakaman, taman pertanian kota, dan seterusnya, sebagai Ruang Terbuka (Hijau). Ruang terbuka yang disebut Taman Kota (park), yang berada di luar atau di antara beberapa bangunan di lingkungan perkotaan, semula dimaksudkan pula sebagai halaman atau ruang luar, yang kemudian berkembang menjadi istilah Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota, karena umumnya berupa ruang terbuka yang sengaja ditanami pepohonan maupun tanaman, sebagai penutup permukaan tanah. Tanaman produktif berupa pohon buah-buahan dan tanaman sayuran pun kini hadir sebagai bagian dari RTH berupa lahan pertanian kota atau lahan perhutanan kota yang amat penting bagi pemeliharaan fungsi keseimbangan ekologis kota.

Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, Brazil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johannesburg, Afrika Selatan 10 tahun kemudian (2002, Rio + 10), disepakati bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas RTH minimal 30% dari total luas kota. Hal ini juga tercantum pada UU No.26 tahun 2007 pasal 3.

2.3. Industri

Industri merupakan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

(26)

harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya. 2.4. Kawasan Industri

Kata kawasan adalah kata yang diadopsi dari bahasa lain, menurut bahasa

Inggris kata kawasan lebih tepat dipinjam dari kata “Area” yang berarti “Scope or

range of activity” yang terjemahan bebasnya adalah “daerah yang dipakai untuk

suatu kegiatan”. Sedangkan kawasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah

“Daerah” sedangkan daerah berarti wilayah. Dengan demikian kawasan menurut

pemahaman umum adalah sebuah kawasan yang diperuntukkan bagi suatu kepentingan tertentu. Kawasan industri adalah sebuah kawasan yang diperuntukkan bagi kemanfaatan manusia, tetapi di sisi lain, adalah adanya persoalan mulai adanya kegiatan yang telah membuat keseimbangan ekosistemnya menjadi terganggu yang disebabkan oleh penebangan pohon, dan pemotongan-pemotongan wilayah dataran tinggi (Hartono 2007).

Sesuai dengan Keppres 53 tahun 1989 yang telah diperbaiki dengan Keppres 41 tahun 1996 pengertian Kawasan Industri adalah kawasan tempat

pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Terminologi Kawasan Industri

di Indonesia sering disebut dengan istilah Industrial Estate sementara di beberapa negara digunakan istilah Industrial Park.

Berdasarkan pengertian di atas, suatu lokasi dapat menggunakan istilah

Industrial Estate atau Industrial Park, harus memenuhi 2 ciri utama, yaitu : 1. Lahan yang disiapkan sudah dilengkapi prasarana dan sarana penunjang 2. Terhadap lahan yang dipersiapkan tersebut terdapat suatu badan/manajemen

pengelola yang telah memiliki izin usaha sebagai Kawasan Industri 2.5. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(27)

diantaranya: boiler, turbin, generator, dan kondensor. Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan bakar.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap menggunakan air sebagai penghasil uap yang mana uap tersebut disini hanya sebagai tenaga pemutar turbin, sementara untuk menghasilkan uap dalam jumlah tertentu diperlukan air. Menariknya didalam PLTU terdapat proses yang terus menerus berlangsung dan berulang-ulang. Prosesnya antara air menjadi uap kemudian uap kembali menjadi air dan seterusnya. Proses ini dimaksud dengan Siklus PLTU.

Gambar 2.1. Siklus PLTU Sumber: Anonim (2010)

(28)

b. Debu silika (SiO2); c. Debu alumina (Al2O3);

d. Oksida-oksida besi (Fe2O3 atau Fe3O4).

Selain itu, pembakaran batubara juga mngeluarkan unsur-unsur radioaktif yang menyebar ke lingkungan. Unsur-unsur radioaktif yang menyebar ke lingkungan sebanyak 36 unsur, dengan unsur yang paling dominan adalah sebagai berikut:

a. Partikel Timbal 210 atau Pb210; b. Partikel Polonium 210 atau Po210; c. Partikel Proctactinium 231 atau Pa231; d. Partikel Radium 226 atau Ra226; e. Partikel Thorium 232 atau Th232; f. Partikel Uranium 238 atau U238.

Keenam unsur radioaktif tersebut termasuk golongan logam berat yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mengikuti lever route yang berdampak pada tubuh manusia. Paparan radiasi lingkungan yang dihasilkan oleh

PLTU-batubara relatif lebih besar dibandingkan dengan paparan radiasi lingkungan dari PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).

2.6. Pencemaran Udara

Dalam UU No. 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan merupakan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.

Terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu: sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi lingkungan dalam menunjang kehidupan.

(29)

pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya;

b. pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial;

c. pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.

2.7. Partikel

Menurut Wardhana (1995), partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya dengan pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai bentuk yang rumit atau kompleks yang semuanya merupakan bentuk pencemaran udara. Aerosol merupakan salah satu bentuk partikel, yang terhambur dan melayang di udara.

Pendapat lain menyatakan bahwa partikel maupun aerosol adalah suatu

bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, ataupun padatan dan cairan secara bersama-sama, yang dapat mencemari lingkungan. Dengan demikian partikel maupun

aerosol hampir sama. Perbedaannya hanya terletak pada ukurannya. Ukuran (diameter) partikel berkisar antara 0,0002 u – 500 u (micron). Aerosol mempunyai ukuran yang relatif lebih besar daripada ukuran partikel.

Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dapat juga berasal dari akibat ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alam contohnya adalah:

a. debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang;

b. abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung berapi;

c. semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.

(30)

bahan bakar merupakan sumber utama pencemaran partikel (Tabel 2.1). Tabel 2.1. Sumber Pencemaran Partikel

Sumber Pencemaran % bagian % total

Transportasi -mobil bensin -mobil diesel

-pesawat terbang (dapat diabaikan) -kereta api

2.8.Peranan Vegetasi dalam Mengurangi Partikel

Debu atau partikulat terdiri dari beberapa komponen zat pencemar. Dalam sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida, timah hitam, asbestos, oksida besi, silika, jelaga, dan unsur kimia lainnya. Pencemaran debu secara langsung dapat menyebabkan kerusakan pada organ pernapasan dan kulit.

Dengan adanya vegetasi, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan

(31)

menunjukkan bahwa hutan kota dapat menurunkan kadar debu sebesar 46,13% di siang hari pada permulaan musim hujan. Hutan kota yang berstrata banyak lebih efektif menurunkan kadar debu, yaitu sebesar 53,56%, dibandingkan dengan hutan kota yang berstrata dua menurunkan kadar debu sebesar 42,89%. Tumbuhan dapat mengurangi debu dengan tajuk yang rindang sesuai dengan ketentuan berikut :

1) Sebidang tanah seluas 300 x 400 m2 dapat menurunkan kadar debu dalam udara dari 7.000 partikel/liter menjadi 4.000 partikel/liter.

2) Antara ujung-ujung suatu jalur hijau sepanjang 5 km dengan lebar 2 km, konsentrasi debu menurun dengan perbandingan 50 : 3.

Dalam buku “Hutan Kota” karya Dahlan (1992), ditemukan berbagai jenis

penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa vegetasi dapat mengakumulasi berbagai jenis polutan, yaitu:

a. Penelitian Wargasasmita et. al. (1991) menunjukkan bahwa tumbuhan dapat mengakumulasi Pb pada daun dan kulit batangnya.

b. Jahja Fakuara et. al., menemukan dalam penelitiannya bahwa Cassia siamea

(johar), Pithecellobium dulce (asam landi), dan Swietenia macrophylla

(mahoni) mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap Pb.

c. Badri (1986) mengemukakan bahwa merupakan tumbuhan dari pencemaran logam berat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Axonopus compressus, Acalypha wilkesana, dan Pterocarpus indicus dapat menyerap logam berat seperti Zn, Cu, dan Pb.

d. Hasil penelitian Dahlan (1989) menunjukkan bahwa kandungan Pb jerapan dan Pb serapan sangat bervariasi menurut jenis daun. Daun tanaman Agathis Alba (damar), Bixa orellana (kesumba), Filicium decipiens (kiara payung),

Swietenia macrophylla (mahoni), Podocarpus imricatus (jamuju), dan

(32)

udara dengan enam jenis tumbuhan, yaitu Pasania edulis, Quercus myrsinaefolia, Mirica rubra, Ilex integra, Ilex rotunda, dan Cryptomeria

japonica dengan bebagai bentuk struktur jalan. Oleh karena itu sebaiknya, agar penyerapan partikulat dapat terjadi sebanyak mungkin, perlu dikembangkan struktur jalan dan penutupan jalan dengan sabuk vegetasi. f. Grey dan Deneke (1976) mengemukakan bahwa ada beberapa tumbuhan

tertentu yang dapat menyerap polutan tertentu seperti sebagian spesies kayu manis dan yellow birch dapat menyerap sulfur dioxide.

g. Ahli dari Rusia, Robinette (1972), menunjukkan hasil penelitiannya bahwa lingkungan pabrik dengan luas 500 m lahan hijau dapat menurunkan sekitar 70% sulfur dioxide dan 67% nitrit oxide.

2.9. Dampak Teknologi dan Industri pada Lingkungan

Masuknya teknologi ke Indonesia sudah dimulai sejak diundangkannya UUPMA (UU No. 1 tahun 1967, yang diperbarui dengan PP.No. 20 tahun 1994). Dengan dukungan UU tentang Hak Paten (Property Right) dan UU Perlindungan

Hak Cipta (Intellectual Right), maka banyak perusahaan multinasional dan asing yang menggunakan, memakai dan mengembangkan teknologi dalam menghasilkan berbagai produk industri. Dalam hal merebaknya teknologi industri

masuk ke Indonesia, dapat melalui : (a) Science agreement, (b) technical assistance and cooperation, (c). turnkey project, (d) foreign direct investment, dan

(e) purchase of capital goods. Atau dalam bentuk equity participation dalam rangka joint operation agreement, know-how agreement, kontrak-kontrak pembelian mesin-mesin, trade fair dan berbagai lokakarya.

(33)

Menurut Adisasmito (2008), inventarisasi potensi alam merupakan dasar kelayakan pembangunan RTH, khususnya sebagai dasar untuk menentukan letak dan jenis tanaman. Inventarisasi ini sangat diperlukan berdasar pada keterkaitan kondisi fisik, sosial dan ekonomi, meliputi pendataan keadaan iklim (curah hujan, arah angin, suhu dan kelembaban udara); data topografi dan konfigurasi kondisi alam adalah untuk menentukan tipe RTH; kemudian geologi, jenis tanah dan erodibilitas untuk penentuan jenis RTH; jaringan sungai, potensi dan pelestarian jenis, jumlah, dan kondisi fauna dan flora lokal. Umumnya keberadaan dan jenis fauna sangat berkaitan erat pula dengan jenis flora yang ada (existing, biota

endemic).

Penggunaan tanah (land use) dan keadaan yang mempengaruhinya perlu dikompilasi melalui pengumpulan data mengenai kedua hal tersebut, yaitu: meliputi penggunaan tanah serta penyebaran bangunan, daerah permukiman, perdagangan, industri, pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, dan jaringan transportasi. Keadaan yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah

demografi jumlah dan persebaran penduduk, presentase pertambahan jumlah, komposisi penduduk, dan keadaan sosial ekonomi. Kedua data ini dipergunakan untuk menentukan tipe, lokasi, dan jumlah RTH.

Inventarisasi aktivitas dan permasalahannya meliputi data aktivitas yang dikumpulkan, terutama kegiatan-kegiatan yang bisa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Tingkat atau besaran aktivitas akan menentukan luas RTH yang dibutuhkan dalam upaya menetralisir pengaruh negatif yang ditimbulkannya tersebut. Pengumpulan data fisik (utama), meliputi:

1. jumlah dan laju pertambahan kebutuhan air dan oksigen; 2. jumlah dan tingkat pertambahan penggunaan bahan bakar; 3. jumlah dan laju pertambahan kendaraan bermotor;

4. jumlah dan laju pembuangan limbah industri/rumah tangga; dan

(34)

3.1. Lokasi dan Waktu

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada kawasan industri PLTU di Kota Cilegon, yaitu PT Krakatau Daya Listrik Cilegon, yang berada di sisi barat kawasan Krakatau Industrial Estate, tepatnya di pinggir pantai Selat Sunda (Gambar 3.1). Penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2012. Selama penelitian dilakukan pengumpulan data, pengolahan data serta penyusunan skripsi. Pengumpulan data di lapang dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Februari dan Maret, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data serta penulisan laporan.

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian 3.2.Alat dan Bahan

(35)

air aquades untuk mengambil data kapasitas jerapan debu dengan metode gravimetri;

2. digitalcamera untuk mengambil foto kondisi eksisting tapak; 3. peta dasar.

Sedangkan alat dan bahan untuk mengolah data yaitu: 1. Autocad 2009 untuk mendigitasi peta dari peta dasar;

2. Adobe Photoshop CS untuk mengolah data inventarisasi dan hasil analisis serta hasil akhir (site plan);

3. Global Mapper 11 dan Arc View GIS 3.2 untuk membuat peta topografi; 4. Screen3 untuk menghasilkan data distribusi polutan.

3.3. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode yang mengacu pada tahapan kerja yang dikemukakan oleh Simonds (1983) mengenai Planning Design Process, penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu commission, research, analysis, synthesis, construction and operation (Gambar 3.2).

Gambar 3.2. Bagan Proses Perencanaan Lanskap (Simonds 1983) A.Commision (Pemberian Tugas)

(36)

Pada tahapan ini dilakukan pengamatan tapak dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapang, yaitu pengukuran langsung dengan alat-alat survei, pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian serta dokumentasi dengan menggunakan kamera. Data sekunder adalah data yang tidak bisa didapat langsung dari lapang sehingga harus dicari dari sumber lain seperti studi pustaka dan sumber terkait.

Data yang dikumpulkan berupa data fisik, bio-fisik, sosial, serta teknik yang berhubungan dengan perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri. Aspek, jenis, bentuk dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data

Aspek Jenis Bentuk data Sumber data

Fisik Lokasi Primer- sekunder Studi pustaka, Survei lapang

Tanah Primer-sekunder Survei lapang, studi pustaka

Iklim

Topografi Primer-sekunder Survei lapang, studi pustaka Polusi/emisi Primer-sekunder Survei lapang, studi

pustaka, PT KDL Bagian-bagian kawasan

industri

Primer-sekunder Survei lapang, studi pustaka, PT KDL

Primer-sekunder Survei lapang, studi pustaka, PT KDL

Fasilitas dan utilitas Primer-sekunder Survei lapang, PT KDL Tata guna lahan Primer-sekunder Survei lapang, studi pustaka

Biofisik Vegetasi a. Jenis b. Penyebaran

Primer-sekunder Survei lapang, studi pustaka

Kapasitas jerapan debu Primer Survei lapang, analisis di laboratorium

Sosial Karyawan Primer-sekunder Wawancara, studi pustaka Aktivitas Primer-sekunder Penyebaran kuesioner,

(37)

pengamatan, pengukuran dan dokumentasi serta penghayatan tapak (feel of the land). Pengumpulan data sosial dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan pengguna dan pengelola kawasan industri serta melalui penyebaran kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan istirahat karyawan di dalam tapak dengan mengambil sampel karyawan sebanyak 30 responden.

Untuk mengetahui kapasitas vegetasi mengurangi polutan partikel dilakukan pengukuran jerapan partikel oleh daun dengan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode yang digunakan untuk menghitung kapasitas daun menjerap debu yang pada akhirnya akan diperoleh populasi pohon yang akan ditanam pada suatu kawasan (Irianti 2010). Sampel daun yang digunakan merupakan spesies tanaman yang paling dominan pada kawasan. Sampel daun diambil sebanyak 12 lembar dengan 4 jenis spesies pohon yang berbeda. Empat jenis spesies yang dijadikan sampel yaitu mangga (Mangifera indica), ketapang (Terminalia catappa), glodogan bulat (Polyalthia fragrans), dan

cemara kipas (Thuja orientalis) (Gambar 3.3). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali dengan selang 10 hari.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3.3. Sampel Daun: mangga (Mangifera indica) (a), ketapang (Terminalia catappa) (b), glodogan bulat (Polyalthia fragrans) (c), dan cemara kipas (Thuja

(38)

1. gelas beker kosong ditimbang, kemudian hasil penimbangan tersebut dicatat;

Gambar 3.4. Gelas Beker Kosong yang Ditimbang 2. gelas beker kosong tersebut diisi dengan air sebanyak 50 ml;

Gambar 3.5. Gelas Beker yang Diisi Air 3. sampel daun kemudian dicuci dengan menggunakan kuas;

(39)

Gambar 3.7. Oven 5. setelah kering, gelas beker ditimbang kembali.

Gambar 3.8. Hasil Endapan Debu Setelah Dioven Cara untuk mengukur luas daun:

1. kertas ukuran 10 cm x 10 cm ditimbang;

2. membuat model daun dengan kertas, lalu ditimbang;

Gambar 3.9. Model Daun yang Ditimbang 3. luas daun diperoleh dengan perhitungan:

(40)

adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh bobot debu hasil jerapan daun digunakan rumus:

bobot beker gelas yang telah terisi debu yang sudah dioven selama dua hari dikurangi bobot beker gelas kosong;

2. Untuk memperoleh kapasitas jerapan debu per spesies tanaman pada setiap harinya digunakan rumus:

kapasitas jerapan debu:

bobot beker gelas yang sudah dioven-bobot beker gelas kosong (gram) luas daun (m2)

kapasitas jerapan debu per hari: kapasitas jerapan debu

10 hari

3. Untuk memperoleh kapasitas jerapan debu setiap spesiesnya, digunakan rumus:

luas tajuk x kapasitas jerapan debu

luas tajuk dihitung dengan rumus: 4/3πr2

4. Penghitungan emisi (partikulat debu) adalah:

diameter equivalen (E) : 2��

(�+�)

luas penampang cerobong : 1/4πE2

emisi : gas velocity x luas penampang cerobng x kadar partikulat C.Analisis

Tahap ini merupakan tahap pengolahan dan pembahasan dari semua data yang telah dikumpulkan pada tahap inventarisasi. Analisis dilakukan secara spasial (dibuat peta tematik) yang selanjutnya semua peta tematik dioverlay untuk mendapatkan peta kesesuaian lahan. Analisis aspek fisik menghasilkan titik-titik pada tapak yang dapat digunakan untuk fungsi yang akan dikembangkan. Analisis sosial dapat menentukan bentuk aktivitas dan fasilitas pada tapak serta vegetasi yang sesuai dengan fungsi yang dikembangkan. Analisis teknik dijadikan sebagai acuan dan batasan dalam pengembangan tapak. Hasil pengukuran jerapan debu

(41)

spesiesnya digunakan rumus: jumlah emisi yang dibuang per hari kapasitas jerapan debu per pohon

2. Untuk memperoleh jumlah baris tanaman yang akan digunakan di dalam

penanaman green belt kawasan PLTU, digunakan rumus: jumlah pohon

(keliling kawasan industri x jarak tanam)

Distribusi polutan didapatkan dengan menganalisis arah dan kecepatan angin bulanan dengan metode distribusi Gaussian. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi dispersi polutan adalah kecenderungan polutan-polutan tersebut untuk berdifusi. Proses difusi pada arah tertentu merupakan suatu fenomena

statistika. Hal ini ditandai dengan perilaku molekul-molekul material sepanjang arah yang dipilih memiliki distribusi Gaussian. Selain itu, kurva konsentrasi material terhadap lokasi dari sumber material yang berdifusi berbentuk lonceng yang serupa dengan kurva distribusi Gaussian. Konsentrasi polutan maksimum berada dekat sumber dan konsentrasi semakin berkurang untuk lokasi yang jauh dari sumber.

Dispersi Gaussian berhubungan dengan tipe umum persamaan matematis yang digunakan untuk menjelaskan distribusi vertikal dan horizontal dengan jarak arah angin yang berasal dari sumber emisi. Kepulan asap menyebar secara horizontal dan vertikal kemudian diikuti dengan pengurangan konsentrasi polutan ketika pergerakan arah angin. Daerah pencampuran vertikal dan horizontal dengan jarak arah angin dari sumber emisi pada umumnya terjadi pada tingkat yang berbeda-beda, disebabkan pergerakan-pergerakan turbulensi di atmosfer yang terjadi pada skala waktu dan ruang yang bervariasi. Persamaan umum dispersi Gaussian yang digunakan dalam sumber titik ini adalah (Cooper & Alley 1994):

(42)

Q = Laju emisi (g/s)

y , z = Standar deviasi kepulan u = Kecepatan angin (m/s)

H = tinggi sumber emisi (m)

x,y = arah penyebaran (m)

Distribusi bising didapatkan dari hukum taraf intensitas bunyi. Ketika

gelombang bunyi merambat makin jauh dari sumber makin lemah bunyinya atau energi makin berkurang ini terjadi karena amplitudo (simpangan) partikel-partikel yang dilalui makin kecil. Jadi amplitudo gelombang berbanding terbalik dengan jaraknya. Persamaannya sebagai berikut (Drajat 2009):

1 2 1

2 20

R R Log TI

TI  

TI1 = Taraf intensitas bunyi pada jarak 1 TI2 = Taraf intensitas bunyi pada jarak 2 R1 = Jarak 1 dari sumber bunyi

R2 = Jarak 2 dari sumber bunyi

Pembagian ruang didasarkan atas analisis aktivitas karyawan di ruang terbuka (outdoor) serta aktivitas produksi. Keperluan ruang untuk karyawan dianalisis berdasarkan hasil kuesioner, sehingga dihasilkan jenis aktivitas yang dibutuhkan karyawan serta lokasi yang sesuai dengan aktivitas tersebut dan akhirnya didapatkan vegetasi yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut. D. Sintesis

(43)

4.1. Aspek Fisik

4.1.1. Sejarah PT Krakatau Daya Listrik

PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL) merupakan salah satu divisi yang berada di bawah Direktorat Perencanaan PT. Krakatau Steel (PT. KS). Saat itu, pabrik dan prasarana di kawasan industri baja terpadu membutuhkan kehandalan suplai listrik dari unit yang mandiri Atas kebutuhan inilah maka, PT. KS membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 400 Megawatt (MW).

Pada 25 April 1995, Divisi PLTU 400 MW berubah status menjadi Unit Otonomi PLTU 400 MW PT KS. Hal ini mengikuti turunnya Surat Keputusan Direksi PT KS Nomor 37/C/DUKSIKpts/1995 tentang perubahan status. Karena unit ini berpotensi berkembang menjadi perusahaan energi yang diperhitungkan dari sisi kapasitas pembangkitan listrik, maka pemisahan manajemen dilakukan. Pemisahan ini sejalan dengan restrukturisasi yang dilaksanakan oleh PT KS

kepada seluruh unit otonom-nya. Oleh karena itu, pada 28 Februari 1996, Unit Otonomi PLTU 400 MW ditingkatkan statusnya menjadi Badan Usaha Mandiri dengan nama PT Krakatau Daya Listrik.

Sejalan dengan semakin berkembangnya Krakatau Industrial Estate, maka dapat dipastikan kebutuhan energi yang perlu didistribusikan akan meningkat pula. Oleh karena itu, keberadaan PT KDL sebagai salah satu distributor energi terbesar di kawasan Krakatau Industrial Estate menjadi krusial dan memegang peran kunci.

4.1.2. Lokasi

(44)

Gambar 4.1. Lokasi PT Krakatau Daya Listrik 4.1.3. Iklim

(45)

Gambar 4.2. Grafik Beberapa Unsur Iklim Bulanan

(46)

Berdasarkan peta jenis tanah dari Bappeda Cilegon, jenis tanah di seluruh kawasan PT Krakatau Daya Listrik merupakan tanah regosol dengan kedalaman efektif kurang dari 90 cm dengan tekstur pasir (kadar liat kurang dari 40 %). Tanah regosol berasal dari material gunung api (abu vulkanik). Tanah regosol umumnya belum menampakkan deferensiasi horison, struktur kursai/lemah, konsistensi lepas sampai gembur, pH 6-7, makin tua struktur dan konsistensi makin padat/memadas dengan drainase dan porositas yang terhambat, umumnya belum membentuk hakikat sehingga peka terhadap erosi, cukup mengandung P & K yang masih segar, tetapi kurang N.

4.1.5. Topografi

Seluruh kawasan PT Krakatau Daya Listrik merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0-2 m di atas permukaan laut (dpl) dengan kemiringan lahan sekitar 0-8% (Gambar 4.3 dan Gambar 4.4). Secara umum tapak ini memiliki topografi yang relatif datar dengan lahan sedikit bergelombang.

4.1.6. Hidrologi

Air baku yang digunakan PT Krakatau Daya Listrik berasal dari PT Krakatau Tirta Industri. Air baku tersebut diambil dari sungai Cidanau berasal

dari danau alam “Rawa Dano” yang diolah di Water Treatment Plant (WTP). Air

baku yang telah dipakai untuk pembakaran dan telah menjadi uap memerlukan air pendingin uap untuk mengembalikan jadi air sehingga dapat menggerakkan turbin pada tekanan rendah. PT KDL memanfaatkan air laut sebagai air pendingin. Air laut dihisap dari laut melalui pipa siphon pada kedalaman 6 m dari permukaan air laut agar diperoleh air laut dengan suhu lebih dingin (28º C). Semua air sisa penguapan yang tidak terpakai akhirnya mengalir menuju laut. Peta hidrologi kawasan dapat dilihat pada Gambar 4.5.

(47)
(48)
(49)
(50)

campuran, condong ke harian ganda. Dua kali pasang dan dua kali surut terjadi dalam satu hari bulan secara tak teratur. Perbedaan pasang surut biasanya lebih daripada 1 m.

4.1.7. Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan pada kawasan dibagi menjadi dua, yaitu area terbangun dan area terbuka (Gambar 4.6). Area terbangun terdiri dari area PLTU, bangunan administrasi, kantin dan mesjid serta penggunaan lain, sedangkan area terbuka terdiri dari area terbuka hijau (ditanami pepohonan) serta area kosong (hanya berupa hamparan rumput). Luas keseluruhan PT KDL mencapai 87,708 ha dan areal utamanya mencakup luas 15 ha, 1,9 ha diantaranya difungsikan sebagai bangunan. Perbandingan area terbuka dan terbangun adalah 90:10 dengan area terbuka didominasi oleh area kosong berumput sebesar 80% dan area hijau pepohonan hanya 20%.

4.1.8. Pembagian Kawasan PLTU

Kawasan PT KDL dibagi menjadi dua zona, yaitu zona 1 dan zona 2

(Gambar 4.7). Zona 1 merupakan area inti dari kawasan, yaitu area yang terdiri dari komponen-komponen PLTU yang mengoperasikan sistem pembangkit listrik. Komponen-komponen PLTU yang paling utama yaitu boiler, turbin, dan pompa

air laut. Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Sistem boiler

(51)
(52)
(53)

Zona 2 dalam kawasan terdiri dari beberapa area, yaitu area penerimaan, area administrasi, dan area pelayanan. Berbeda dengan zona 1, dalam zona 2 ini setiap orang boleh beraktivitas dengan bebas tanpa perlu pelindung seperti di zona 1. Area penerimaan. Fasilitas yang ada pada area ini yaitu main sign PT KDL, taman kecil, tempat parkir motor dan mobil, pos jaga, serta portal yang berfungsi mengontrol kendaraan yang dapat keluar masuk kawasan. Area administrasi merupakan area yang terdiri dari bangunan khusus untuk karyawan yang bekerja di bagian administrasi. Area pelayanan pada kawasan tidak terpusat pada suatu area, namun penempatannya terpisah-pisah. Fasilitas pelayanan pada kawasan terdiri dari kantin, mesjid, lapangan bola, dan gazebo.

Kawasan di PT KDL belum sepenuhnya digunakan secara optimal, oleh karena itu sisa lahan kosong yang belum terpakai tersebut akan didirikan unit pengembangan kawasan yang akan digunakan bahan bakar berbeda dari kondisi eksisting sekarang dalam membangkitkan listriknya, yaitu PLTGU dan PLTU dengan bahan bakar batu bara. Namun pada tahun ini sedang diprioritaskan pengembangan kawasan untuk PLTGU, yaitu pembangkit listrik yang

menggunakan bahan baka gas uap. PLTGU adalah sebuah pembangkitan listrik dimana prosesnya terdiri dari dua yaitu proses menggunakan turbin gas dan turbin uap. Rencana area pengembangan kawasan dapat dilihat pada Gambar 4.8, sedangkan master plan PT KDL dapat dilihat pada Gambar 4.9.

(54)
(55)

4.1.9 Sistem Pembangkit Listrik 4.1.9.1. Komponen Pembangkit Listrik

PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL) memiliki lima unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang masing-masing berkapasitas 80 MW dengan total kapasitas terpasang 400 MW. Tiap unit pembangkit, terdiri dari satu boiler

(ketel), satu turbin generator dan ragam peralatan pembantu lainnya. Masing-masing unit pembangkit dipasangkan sistem pengumpul (manifold) pada sisi air, uap dan bahan bakar. Saat ini manifold yang ada berjumlah tujuh pipa. Dengan adanya manifold di tiap unit ini, maka antara boiler dengan turbin generator dapat dioperasikan dari unit yang berbeda. Sebagai ilustrasi jika turbin generator dari unit dua hendak dioperasikan dari boiler unit satu, maka sistem kontrol pembangkit milik PT KDL ini dapat melakukannya secara langsung tanpa harus mengatur ulang sistem yang ada.

4.1.9.2. Bahan Bakar

Bahan bakar utama dari PLTU PT KDL adalah Gas alam (Natural Gas) dan Bahan Bakar Minyak (BBM) Residu. Kedua bahan bakar ini dapat digunakan

sendiri-sendiri maupun bersamaan. Pembangkit listrik PT KDL mampu mengaplikasikan mekanisme Dual Firing, yaitu mekanisme pembakaran yang dapat menggunakan bahan bakar gas juga BBM secara bersamaan. Kebutuhan

bahan bakar baik BBM dan BBG disuplai dari line pertamina/PGN. 4.1.9.3. Jenis Boiler

Boiler MAN-Lentjes adalah suatu instalasi yang berfungsi untuk merubah air menjadi uap kerja. Air yang digunakan di PT Krakatau Daya Listrik adalah air deionat. Boiler ini menggunakan bahan bakar gas dan minyak yang dapat digunakan secara bersamaan tetapi tidak dalam satu burner. Jenis boiler di PT Krakatau Daya Listrik adalah sirkulasi alam (natural circulated boiler). Boiler di PT Krakatau Daya Listrik memanfaatkan gas hasil pembakaran untuk memanaskan permukaan pemanas pada evaporator, ekonomizer dan superheater

(56)

4.1.9.4. Transmisi

Mekanisme distribusi aliran listrik PT KDL bermula dari pembangkitan energi listrik di masing-masing generator sebesar 10,5 kilovolt (kV). Agar dapat tersalur dengan baik, tegangan tersebut kemudian dinaikkan menjadi 150 kV ke rel pembagi (busbar). Dari tiap busbar inilah tegangan yang telah disesuaikan disalurkan ke tiap pelanggan PT KDL mulai dari 30 kV, 20 kV, 6 kV hingga 400 Volt. Awalnya pembangkit PT KDL ini dirancang untuk beroperasi secara mandiri (isolated system). Namun seiring berjalannya waktu, pembangunan pabrik-pabrik baru di Kawasan Industri Krakatau juga terus berkembang. Untuk mengantisipasi hal tersebut PLTU PT KDL berinterkoneksi dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jaringan transmisi PT KDL terinterkoneksi dengan jaringan 150 kV PLN melalui Hantaran Udara Tegangan Tinggi (HUTT). Saat ini kontrak suplai listrik dari PLN sebesar 200 MVA. Sejak Agustus 2003, kontrak suplai ini diperluas dengan perjanjian sinergi pengiriman listrik antara PLN, PT KS, dan PT KDL. Hal ini demi mengimbangi kondisi krisis energi listrik saat Waktu Beban Puncak (WBP). Saat kondisi darurat, jaringan interkoneksi ini akan saling

bahu-membahu dalam proses start up pembangkit. 4.1.9.5. Siklus PLTU

PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup.

Siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut: Pertama, air diisikan ke

boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah panas. Di dalam

(57)

Gambar 4.10. Siklus PLTU PT Krakatau Daya Listrik Sumber: PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten. 4.1.10. Polusi

4.1.10.1. Debu

Berdasarkan hasil pengukuran debu ambient yang dilakukan di laboratorium lingkungan oleh bagian divisi K3LH (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup) di PT KDL pada tahun 2011, rata-rata konsentrasi debu ambient yang ada di sekitar pabrik sebesar 0,9625 mg/M3. Hal ini menunjukkan debu yang dihasilkan pada pabrik tidak melewati nilai ambang batas yang ditetapkan pemerintah (10 mg/M3).

4.1.10.2. Limbah Cair

(58)

4.1.10.3. Udara

Emisi merupakan polutan yang langsung dikeluarkan oleh sumber emisi, dalam hal ini yaitu cerobong gas buang PLTU. Hasil pengujian udara oleh bagian K3LH PT KDL pada pengukuran terakhir di bulan Desember 2011 menunjukkan bahwa kualitas udara di sekitar kawasan masih tergolong aman, karena berada di bawah ambang batas baku mutu yang ditetapkan pemerintah (Tabel 4.1). Sumber polusi udara ini berasal dari zona PLTU (pembakaran bahan bakar minyak residu), area pengembangan (pembakaran dan penimbunan batu bara) serta kendaraan bermotor di sekitar kawasan. Peta sumber polusi udara dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kualitas Udara di PT KDL

Parameter Hasil Baku Mutu Satuan

Nitrogen Oksida

Sumber: PT Krakatau Daya Listrik Cilegon Banten. 4.1.10.4. Kebisingan

(59)
(60)
(61)

4.1.11. Fasilitas

Fasilitas pendukung yang ada dalam kawasan yaitu tempat ibadah, pos jaga, tempat parkir, lapangan olahraga, kantin, tempat istirahat (berbentuk gazebo dan shelter), rambu-rambu lalu lintas, tempat sampah. Spesifikasi dari masing-masing fasilitas terdapat dalam Tabel 4.2, Gambar 4.14-4.19, dan lokasinya dalam kawasan dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Tabel 4.2. Fasilitas di PT Krakatau Daya Listrik

No Nama Fasilitas Jumlah Keterangan

1 Tempat Ibadah 1

Hanya ada masjid yang berukuran cukup besar yang dapat menampung seluruh karyawan di PT KDL, kondisinya masih

Tempat parkir disediakan untuk mobil dan motor dalam satu area, namun penempatan spesifiknya dipisahkan.

4 Kantin 1

Kantin hanya dalam bentuk satu bangunan yang dalamnya dilengkapi oleh tempat duduk dan hanya dikelola oleh PT KDL, orang luar dilarang berjualan.

5 Lapangan Olahraga 1 Hanya ada lapangan sepak bola yang tidak terawat dan jarang digunakan.

6 Tempat Istirahat 2

Tempat istirahat berupa gazebo dan shelter ada di dua spot dan jarang digunakan, kondisinya juga kurang terawat.

Deskripsi dari masing-masing fasilitas di PT KDL adalah sebagai berikut: 1. Tempat ibadah (mesjid). Tempat ibadah yang berada pada kawasan ini adalah

mesjid As-Sulthon. Lokasi mesjid ini berada di tepi pantai. Selain memiliki taman yang luas dan asri serta tempat wudhu yang banyak, mesjid ini juga

(62)
(63)

Gambar 4.14. Mesjid As-Sulthon

2. Pos jaga. Pada area penerimaan, terdapat fasilitas pos jaga yang berfungsi menerima para karyawan dan tamu yang akan memasuki kawasan. Setiap orang yang bertamu akan ditanyakan keperluannya oleh satpam dan diharuskan meninggalkan kartu tanda pengenal untuk ditukar dengan kartu tamu agar dapat memasuki kawasan.

Gambar 4.15. Pos Jaga

3. Tempat parkir. Tempat parkir juga terdapat pada area penerimaan, berfungsi sebagai tempat penyimpanan kendaraan para karyawan. Tempat parkir ini dilengkapi dengan shelter dengan atap yang terbuat dari seng untuk melindungi kendaraan dari sinar matahari, namun di sini hanya sedikit vegetasi yang menaungi.

Gambar

Tabel 2.1. Sumber Pencemaran Partikel
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian
Tabel 3.1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data
Gambar 4.2. Grafik Beberapa Unsur Iklim Bulanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara institusional, paradigma bermazhab pada pontren salafi maupun khalafi dapat dijumpai pada kebijakan pemakaian bahan ajar dan tujuan pembelajaran fikih itu sendiri

Terbilang : Empat ratus sembilan puluh satu juta seratus delapan puluh delapan ribu rupiah. Bagi penyedia barang yang merasa keberatan atas hasil pelelangan sederhana

Penstrukturan Kursus Citra yang dilaksanakan ini dapat menambahbaik sistem penyampaian universiti dalam melengkapkan pendidikan pelajar bagi melahirkan graduan

Upaya yang dilakukan YH dalam menggapi terjadinya suatu konflik yang di dalam arena kerja, konflik dengan atasan maupun dengan teman, konflik urat sarap terhadap

Secara internasional berarti setiap 48 jam, sedangkan di Indonesia setiap 4x sehari atau setiap 5x sehari (quart, quint), Sebaiknya singkatan ini tidak digunakan untuk

Alur pemikiran di atas dapat ditarik suatu perumusan masalah yaitu : “Apakah ada hubun- gan antara kecerdasan emosional dan stres kerja dengan kinerja karyawan?”. Berdasarkan

Berbagai teknik yang dapat meningkatkan keterampilan guru menerapkan model cooperative learning yang termasuk dalam supervisi kelompok dengan pelatihan, yakni: model

Apabila dilihat diatas diantara cabang-cabang psikologi maka psikologi pendidikan termasuk kedalam psikologi khusus ini berarti psikologi pendidikan adalah ilmu yang