• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KREDIT PERBANKAN DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI DI INDONESIA

IKA SYAHFITRI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Ika Syahfitri

(4)

ABSTRAK

IKA SYAHFITRI. Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM.

Kredit perbankan memiliki peran penting dalam pembiayaan perekonomian nasional dan merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Secara teori, kredit perbankan memiliki hubungan kausalitas yang positif dengan pertumbuhan ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kausalitas antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi serta mengetahui hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, suku bunga kredit dan pengembangan pasar kredit di Indonesia. Metode yang digunakan

adalah VAR/VECM. Data yang digunakan adalah data time series kuartalan

2000:Q1 –2012:Q4. Uji kausalitas Granger menunjukan adanya hubungan

kausalitas antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi. Hasil estimasi VECM menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara positif terhadap kredit perbankan. Sedangkan inflasi dan suku bunga kredit memiliki efek yang negatif.

Kata kunci: kredit perbankan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga kredit, VECM

ABSTRACT

IKA SYAHFITRI. Analysis of Banking Credit and Economic Growth in Indonesia. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM.

Banking credit has an important role in financing the national economy and as engine of economic growth. Theoretically, bank credit has a positive causal relationship with economic growth. The purpose of this study was to determine the causal relationship between bank credit and economic growth as well as to investigate the short-run and the long-run relationship between economic growth, inflation rate, interest rate and credit market development in Indonesia. The method used is VAR / VECM. The data used are quarterly time series data 2000:Q1 - 2012:Q4. The Granger causality test shows that there is a causal relationship between bank credit and economic growth. The VECM estimation results indicated that economic growth have a positive effect on credit market development, while inflation rate and interest rate have a negative effect.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS KREDIT PERBANKAN DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI DI INDONESIA

IKA SYAHFITRI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Nama : Ika Syahfitri

NIM : H14090064

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini yang berjudul Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak Dr. Muhammad Firdaus, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu

Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan saran yang membangun bagi perbaikan skripsi ini. 3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi

FEM-IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

4. Kedua orang tua tercinta Bapak Subandi dan Ibu Suhayanah. Kedua kakak

yaitu Rinaldi, SP dan Dodi Saputra serta seluruh keluarga besar, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi,dukungan baik moril maupun material serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Rismayani Nursyah, Indri Mutia

Maulani, Evanti Andriani S, dan Fauzi Mauludin Fahmi

6. Kepada sahabat-sahabat penulis Yeni, Intan, Yusi, Fildah, Fauzah, Bagastari, Adis, Rini, Pritha, Isna dan Dica.

7. Teman-teman Ilmu Ekonomi 46 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan, kebersamaan dan semangat yang telah menguatkan langkah perjalanan penyelesaian skripsi ini..

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 4 

Tujuan Penelitian 6 

Manfaat Penelitian 6 

Ruang Lingkup Penelitian 7 

TINJAUAN PUSTAKA 7 

Kredit 7 

Teori Klasik Kuantitas Uang 9 

Teori Permintaan uang Keynes 10 

Suku Bunga Kredit 13 

Inflasi 14 

Pertumbuhan Ekonomi 15 

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter 17 

Hubungan Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi 18 

Penelitian Terdahulu 19 

Kerangka Pemikiran 20 

Hipotesis 22 

METODE 22 

Jenis dan Sumber Data 22 

Definisi Operasional Variabel 22 

Metode Analisis dan Pengolahan Data 23 

Model Penelitian 26 

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 

Pengujian Akar Unit (unit root test) 27 

Penentuan Lag Optimum 28 

(10)

Uji Kausalitas Granger 29 

Uji Kointegrasi 31 

Hasil Estimasi VECM 31 

SIMPULAN DAN SARAN 37 

Simpulan 37 

Saran 37 

DAFTAR PUSTAKA 38 

LAMPIRAN 40

(11)

DAFTAR TABEL

1 Hasil Pengujian Akar Unit Tingkat Level dan First Difference 28 

2 Hasil Pengujian Lag Optimal 28 

3 Hasil Uji Stabilitas VAR 29 

4 Hasil Granger Causality 30 

5 Hasil Uji Kointegrasi Johanssen’s Trace Statistic 31 

6 Hasil Estimasi VECM 32 

DAFTAR GAMBAR

1 Presentase aset Lembaga Keuangan tahun 2012 1 

2 Jumlah kredit perbankan 2 

3 Grafik pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi, suku bunga kredit

dan inflasi 5 

4 Teori Preferensi Likuiditas 12 

5 Keseimbangan Penawaran dan Permintaan terhadap dana pinjaman 13 

6 Kerangka Pemikiran 21 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji Stasioneritas Data 40 

2 Uji Optimum Lag 43 

3 Uji Stabilitas VAR 43 

4 Uji Kointegrasi 44 

5 Uji Kausalitas Granger 45 

6 Hasil Estimasi VECM 46 

7 Hasil Impulse Response Function 48 

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sukirno (2006) menjelaskan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan demi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Lee (2005)

menjelaskan setidaknya terdapat dua kemungkinan hubungan antara

variabel-variabel keuangan dan variabel-variabel riil. Hubungan pertama adalah bahwa perkembangan sektor keuangan mengikuti pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini

pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan kenaikanpermintaan terhadap

produk-produk keuangan,sehingga menghasilkan kenaikkan aktivitas pasar keuangan dan

kredit. Dengan demikian, perkembangan sektor keuangan merupakan

demand-following. Hubungan kedua adalah perkembangan sektor keuangan merupakan determinan perkembanganekonomi atau supply leading . Hipotesis supply leading

ini menunjukkan kausalitas berasal dari perkembangan keuangan ke arah

pertumbuhan riil, dimana perkembangan sektor keuangan merupakan necessary condition but not sufficient untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang

sustainable.

Secara teoritis struktur sistem keuangan (financial system) terdiri atas dua komponen (Mishkin, 2006) yaitu, financial markets (pasar modal) dan financial intermediaries (lembaga intermediasi keuangan). Sistem keuangan di Indonesia pun terdiri dari dua komponen tersebut. Akan tetapi, struktur sistem keuangan di Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh struktur perbankan kendati dalam pasca krisis 1997-1998 peran lembaga keuangan bukan bank dan pasar modal terus meningkat seiring dengan menurunnya kinerja intermediasi keuangan. Berdasarkan data Bank Indonesia pada Gambar 1, perbankan mendominasi sistem keuangan Indonesia dibanding dengan lembaga keuangan lain. Perbankan mendominasi dengan pangsa aset lebih dari 75%.

Gambar 1 Presentase aset Lembaga Keuangan tahun 2012 Sumber: Bank Indonesia dan Bapepam LK (diolah)

(14)

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan sumber pembiayaan guna mendorong dunia usaha. Kebutuhan dana yang tidak sedikit untuk pembangunan di berbagai sektor usaha dan industri sangat ditentukan oleh sektor perbankan. Hal ini, terlihat jelas adanya perkembangan jumlah kredit perbankan sebagai sumber pembiayaan bagi sektor-sektor tersebut sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan tentunya sistem perekonomian nasional. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan dana dari masyarakat peranan dunia perbankan sangat besar sebagai lembaga keuangan yang berperan dalam sirkulasi dana bank. Bank bukan hanya perusahaan jasa biasa. Kegiatan perbankan menempati posisi yang penting dalam tataran perekonomian makro. Selain memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi bank juga berfungsi sebagi media transmisi kebijkan moneter bank sentral. Dengan fungsi khusus ini, bank menjadi obyek penting dalam analisis efektifitas kebijakan moneter. Penyaluran kredit merupakan fokus dan merupakan kegiatan utama perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Oleh karena itu, perkreditan tidak dapat dipisahkan dari gerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Gambar 2 Jumlah kredit perbankan Sumber: Bank Indonesia (data diolah)

Sejak kuartal 1-2000 sampai kuartal 4-2012, jumlah kredit perbankan yang disalurkan cenderung meningkat. Meskipun terjadi krisis finansial pada semester akhir tahun 2008,namun jumlah kredit yang disalurkan perbankan Indonesia pada kuartal 4-2008 tercatat sebesar Rp. 1 057 083 milyar, mengalami peningkatan sebesar 33.27 persen dibandingkan dengan jumlah kredit pada kurtal ke 4-2007 yang tercatat sebesar Rp. 793 186 milyar. Pada kuartal 4-2012 jumlah kredit perbankan tercatat sebesar Rp. 2 327 325 milyar mengalami peningkatan sebesar 23.97 persen dari tahun sebelumnya. Di lain pihak, PDB yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar Rp. 2 618 139.20 milyar pada tahun 2012. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya PDB hanya tercatat sebesar Rp. 2 464 676.50 milyar. Jadi pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 6.22 persen (BPS, 2012).

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000

Q100 Q400 Q301 Q202 Q103 Q403 Q304 Q205 Q106 Q406 Q307 Q208 Q109 Q409 Q310 Q211 Q112 Q412

Millia

r Rupia

(15)

Kredit perbankan memiliki peran penting dalam pembiayaan perekonomian nasional dan merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan kredit memungkinkan rumah tangga untuk melakukan konsumsi yang lebih baik dan memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi yang tidak bisa dilakukan dengan dana sendiri. Selain itu dengan permasalahan moral hazard dan

adverse selection yang umum terjadi, bank memainkan peran penting dalam mengalokasikan kapital dan melakukan pemantauan untuk memastikan bahwa dana masyarakat disalurkan pada kegiatan yang memberikan benefit optimal. Selain itu, perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja baik melalui perluasan produksi dan kegiatan usaha lainnya maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong munculnya unit-unit usaha baru. Selain itu, kredit perbankan dapat diarahkan untuk pemerataan kesempatan berusaha seperti alokasi pemberian kredit menurut prioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat memperluas pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Secara teori, kredit perbankan memiliki hubungan kausalitas yang positif dengan pertumbuhan ekonomi. Hubungan timbal balik tersebut terjadi karena semakin tinggi kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka akan memacu pertumbuhan ekonomi pada sektor yang disalurkan kredit dan akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, kredit digunakan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, dimana kredit sebagai fungsi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menyebabkan permintaan kredit yang semakin tinggi juga. Jika kondisi perekonomian kurang bergairah atau tidak stabil maka permintaan kredit juga akan berkurang. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari kredit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Inggrid (2006) bahwa kredit perbankan memiliki hubungan kausalitas dengan pertumbuhan ekonomi.

Implikasi kebijakan dari adanya hubungan timbal balik dan kointegrasi antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi yaitu kebijakan dalam memproyeksi kredit yang harus disalurkan perbankan dan target pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai. Sesuai dengan asumsi bahwa hubungan kausalitas dan kointegrasi antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi tersebut akan terjadi, sehingga dalam membuat proyeksi kredit perbankan harus memperhitungkan variabel pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya dalam memproyeksi angka pertumbuhan ekonomi, maka variabel kredit perbankan harus dijadikan salah satu faktor penentu. Dalam hal ini, Bank Sentral memiliki tugas untuk menetapkan peraturan dan mengendalikan jumlah kredit yang harus disalurkan bank-bank yang ada sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi.

Stabilitas makro ekonomi merupakan prasyarat utama tercapainya stabilitas sistem keuangan; instabilitas sistem keuangan (krisis keuangan) selain mempengaruhi likuiditas perbankan juga mendorong terjadinya peningkatan kredit bermasalah sehingga mengakibatkan perlambatan pertumbuhan kredit maupun pembiayaan lainnya, karenanya perbankan harus semakin selektif dalam penyaluran kreditnya. Untuk mendukung pemberian kredit oleh Bank, maka harus dilihat beberapa indikator lainnya seperti inflasi dan suku bunga kredit.

(16)

dalam penyaluran kreditnya (Haryati 2007). Tekanan inflasi yang cukup kuat dapat mendorong Bank Sentral melakukan kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga, bank akan mengalami perlambatan dalam menghimpun dana masyarakat sehingga dana yang dialokasikan dalam kredit menjadi berkurang.

Dari segi makroekonomi, perubahan suku bunga akan berpengaruh terhadap perubahan harga barang yang dikonsumsi masyarakat. Suku bunga merupakan faktor yang penting dalam memberikan profitabilitas bagi perbankan dan perekonomian suatu negara. Fluktuasi suku bunga kredit juga akan memengaruhi permintaan akan kredit tersebut. Misalkan dengan tingginya suku bunga kredit, hal ini akan sangat meresahkan para pengusaha, yang dengan demikian akan dapat mengurangi permintaan kredit para pengusaha kepada pihak perbankan karena dana yang ditawarkan sangat mahal.

Studi empiris yang mengaitkan hubungan kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi antara lain penelitian yang dilakukan Pradhan et al (2009) membuktikan bahwa terdapat hubungan kointegrasi dan kausalitas dua arah antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi di India. Dan hasil penelitian yang dilakukan Inggrid (2006) juga membuktikan adanya hubungan kointegrasi dan kausalitas dua arah antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Perumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia setelah tahun 2000 semakin membaik. Tahun 2001 pertumbuhannya sebesar 3.45 persen atau sekitar Rp 1 442 984 milyar. Tahun 2003 dan 2004, pertumbuhan ekonomi berkisar 4.31 persen dan 4,78 persen. Kemudian pada tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi mencapai 5.03 persen, tahun 2005 naik menjadi 5.69 persen atau menjadi Rp 1 749 546 milyar. Sementara itu, perekonomian dunia pada tahun 2005 mengalami pelambatan akibat lebih tingginya tingkat bunga di Amerika Serikat, menguatnya USD di pasar global, serta terus berlanjutnya harga minyak yang cukup tinggi. Sehingga meningkatkan inflasi yang cukup tinggi pada tingkat 17.11 persen.

Namun dengan adanya kondisi yang tidak kondusif tersebut, perekonomian di dalam negeri tidak lantas turut menjadi goyah. Kondisi ekonomi negeri ini justru melemah pada tahun 2006 akibat merosotnya daya beli masyarakat pasca kenaikan harga BBM pada akhir 2005. Namun demikian, konsistensi Pemerintah untuk tidak menaikkan kembali harga BBM dan tarif listrik di tahun 2006 direspon dengan baik sehingga menimbulkan ekspektasi positif dari para investor dan pelaku pasar global atas pertumbuhan ekonomi kedepannya. Akan tetapi dengan kondisi tersebut terjadi penurunan terhadap pertumbuhan kredit yaitu sebesar 14.11 persen.

(17)

sebesar 33 persen. Hal ini disebabkan karena pemerintah ingin menjaga pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan meningkatkan penyaluran kredit perbankan.

Dampak adanya krisis global ini justru baru dirasakan pada tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 ternyata mengalami penurunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4.63 persen, serta laju inflasi makin menurun sebesar 2.78 persen, jika dibandingkan tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tahun 2009 penurunan sebesar 1.39 persen. Pada tahun 2010 laju inflasi makin meningkat sebesar 6,96 persen.

Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2010 sampai sekarang kembali menunjukkan kondisi yang cukup baik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 tumbuh 6,2 %, meningkat dibandingkan tahun 2009 dan mampu lebih tinggi dari tahun 2008. Pada kuartal 4-2012 jumlah kredit perbankan tercatat sebesar Rp. 2 327 325 milyar mengalami peningkatan sebesar 23.97 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp. 1 877 355. Di lain pihak, PDB yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar Rp. 2 618 13.,20 milyar pada tahun 2012. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya PDB hanya tercatat sebesar Rp. 2 464 676.50 milyar. Jadi pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 6.22 persen. Inflasi pada akhir tahun 2012 tercatat sebesar 4.30 persen naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 3.72 persen. Dan suku bunga kredit pada akhir tahun 2012 tercatat sebesar 11.50 persen lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 12.16 persen.

Gambar 3 Grafik pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi, suku bunga kredit dan inflasi

Sumber: Bank Indonesia (data diolah)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya secara teori, kredit perbankan memiliki hubungan kausalitas yang positif dengan pertumbuhan ekonomi. Hubungan timbal balik tersebut terjadi karena semakin tinggi kredit yang

0 5 10 15 20 25 30 35 40

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

persen

Tahun

(18)

disalurkan oleh pihak perbankan, maka akan memacu pertumbuhan ekonomi pada sektor yang disalurkan kredit dan akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kredit perbankan merupakan salah satu faktor yang cukup penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan bahwa perubahan jumlah kredit perbankan akan mengakibatkan perubahan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Jumlah uang beredar ini dapat dimanfaatkan oleh otoritas moneter sebagai alat untuk memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Selain pertumbuhan ekonomi Indonesia, tingkat inflasi yang stabil dan suku bunga kredit yang ditawarkan bank umum memiliki keterkaitan terhadap jumlah kredit perbankan yang disalurkan.

Laju inflasi yang tinggi akan menyebabkan masyarakat untuk mengurangi tabungan, sehingga aset riil perbankan akan menurun dan berpengaruh terhadap penyaluran kredit.Adanya tekanan inflasi menyebabkan tingkat suku bunga kredit semakin tinggi. Perbankan mengambil kebijakan ini untuk menarik kembali jumlah uang yang beredar di masyarakat yang banyak. Hal ini juga memengaruhi perbankan menaikkan cadangan wajibnya. Tetapi seperti yang diketahui bahwa naikknya tingkat suku bunga mengakibatkan sulitnya para kreditor atau investor untuk meminjam kredit dan memperbaiki kinerja usahanya yang sedang berjalan. Tetapi jika hal ini tidak dilakukan juga akan mengganggu perekonomian yang sedang berjalan. Hal tersebut pada akhirnya akan memengaruhi jumlah kredit perbankan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan kausalitas (timbal balik) antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

2. Bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, suku bunga kredit dan pengembangan pasar kredit di Indonesia?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis hubungan kausalitas (timbal balik) antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

2. Menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, suku

bunga kredit dan pengembangan pasar kredit di Indonesia

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan antara

pertumbuhan ekonomi, inflasi dan suku bunga kredit dengan kredit perbankan dalam jangka pendek dan jangka panjang

2. Sebagai pelengkap dan bahan tambahan untuk penelitian sebelumnya

(19)

4. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi instansi atau badan yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti: bank-bank, kreditur/investor, atau masyarakat umum

5. Sebagai sarana pembelajaran bagi penulis dalam memahami lebih lanjut dan mendalam mengenai penelitian ini, serta sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas melihat hubungan kausalitas antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi. Dan melihat indikator pengaruh variabel lain dalam pemberian kredit oleh sektor perbankan seperti inflasi dan suku bunga kredit. Variabel yang digunakan adalah jumlah kredit perbankan, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan suku bunga kredit.

TINJAUAN PUSTAKA

Kredit

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Kredit berasal dari kata credere

yang berarti kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka orang tersebut sudah diberikan kepercayaan. Sedangkan bagi pemberi kredit artinya ia telah memberi kepercayaan bahwa uang yang telah dipinjamkan akan kembali. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kredit adalah pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.

UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Adapun menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

(20)

memberikan kontribusi pendapatan bagi bank, perusahaan debitur, dan masyarakat umumnya.

Kredit yang makin tinggi akan meningkatkan akses kepada sektor keuangan dan dapat mendukung pertumbuhan investasi dan perekonomian. Namun di sisi lain kondisi ini dapat mengarah pada kerentanan sektor keuangan melalui penurunan standar pemberian pinjaman, leverage yang berlebihan serta inflasi harga asset (Reinhart dan Rogoff , 2009).

Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu yang tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain (Kasmir,2007):

1. Mencari keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit yaitu untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut pihak debitur akan dapat memperluas dan mengembangkan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Selain memiliki tujuan pemberian kredit juga memiliki fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit menurut Kasmir (2007) adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

(21)

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain: pengendalian inflasi, peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi penerima kredit akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bila nasabah memiliki modal yang terbatas.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik maka tentunya membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik dapat juga meningkatkan pendapatannya.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama di bidang lainnya.

Teori Klasik Kuantitas Uang

Teori kuantitas uang dibangun oleh Ekonom Klasik, teori kuantitas uang adalah teori bagaimana jumlah nilai dari pendapatan agregat ditentukan. Karena teori ini menggambarkan kepada kita bagaimana uang dipegang dalam sejumlah tertentu dari pendapatan agregat maka disebut teori permintaan uang. Bagian penting dari teori menyatakan bahwa tingkat bunga tidak memiliki pengaruh pada permintaan uang (Mishkin, 2007).

Kecepatan Perputaran Uang dan Persamaan Transaksi

Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Irving Fisher dalam buku The Purchasing Power of Money tahun 1911 (Mishkin, 2007). Fisher menguji hubungan antara jumlah kuantitas uang M (Penawaran Uang) dan total pengeluaran pada barang dan jasa dihasilkan dalam perekonomian (P x Y). P adalah tingkat harga dan Y merupakan total output (pendapatan). P x Y juga disebut sebagai jumlah pendapatan agregat perekonomian atau GDP). Gambaran konsep yang menghubungkan antara kuantitas uang dan pendapatan disebut kecepatan perputaran uang (velocity of money). Persamaan teori kuantitas uang dinotasikan berikut :

M.V = P. Y Dimana :

M adalah jumlah uang beredar; V adalah kecepatan perputaran uang; P · Y merupakan GDP.

(22)

Irving Fisher berpendapat bahwa kecepatan perputaran uang ditentukan oleh otoritas moneter/lembaga keuangan yang mempengaruhi masyarakat melakukan transaksi. Jika masyarakat lebih suka menggunakan kartu kredit dan debit dalam berbelanja maka uang diperlukan lebih sedikit dalam memengaruhi pendapatan nasional (M turun relatif dengan GDP dan v akan meningkat). Sebaliknya, jika masyarakat lebih suka menggunakan uang tunai dan cek, M akan naik relatif dengan GDP dan v akan turun.

Teori Kuantitas

Fisher menyatakan bahwa velocity tidak berubah dalam jangka pendek mengubah persamaan dari pertukaran dalam teori kuantitas uang, dimana jumlah pendapatan nominal ditentukan nyata pergerakan jumlah uang. Ketika kuantitas uang berlipat ganda maka nilai GDP juga berlipat dua kali. Karena klasik berpendapat bahwa upah dan harga fleksibel berubah, tingkat agregat output Y

dalam perekonomian full employment sehingga Y dalam persamaan dianggap

konstan. Teori kuantitas uang memberikan penjelasan perubahan pada tingkat harga : perubahan tingkat harga akan mempengaruhi secara nyata perubahan kuantitas uang.

Teori Kuantitas Permintaan Uang

Berdasarkan rumus Fisher

. . .

Persamaan diatas menyatakan bahwa k adalah tetap, tingkat transaksi dihasilkan pada tingkat pendapatan tertentu akan menentukan kuantitas permintaan uang masyarakat. Maka teori permintaan uang Fisher menyatakan bahwa Permintaan uang sepenuhnya ditentukan tingkat pendapatan, dan tingkat bunga tidak berpengaruh pada permintaan uang. Fisher sampai pada kesimpulan karena masyarakat memegang uang hanya pada saat transaksi dan tidak memiliki kebebasan dalam kegiatan ini.

Permintaan uang ditentukan oleh (1) tingkat transaksi dihasilkan oleh tingkat jumlah pendapatan (GDP) dan (2) institusi perekonomian yang mempengaruhi cara masyarakat melakukan transaksi dan kemudian menentukan kecepatan perputaran uang.

Teori Permintaan uang Keynes

JM Keynes menyanggah teori klasik permintaan uang yang menyakini velocity konstan dan mengembangkan teori permintaan uang yang menekankan

pentingnya tingkat bunga. Keynes menjelaskannya dalam buku The General

Theory of Employment, Interest, and Money tahun 1936. Teori permintaan uang Keynes dikenal sebagai Liquidity Preference Theory (teori preferensi likuiditas). Keynes mempostulat teori motif masyarakat memegang uang adalah motif transaksi (transaction), berjaga-jaga (precautionary), dan spekulasi (speculative).

(23)

kegunaan dari apa yang dapat dibeli. Jika harga meningkat dua kali maka uang akan dapat membeli sebagian jumlah barang. Keynes berpendapat bahwa masyarakat memegang uang karena keseimbangan uang riil (M/P) yang berhubungan dengan tingkat pendapatan (Y) dan tingkat suku bunga (i). Keynes menyatakan permintaan uang yang dikenal dengan fungsi preferensi likuiditas berikut:

,

Kesimpulan Keynes bahwa permintaan uang berhubungan tidak hanya dengan pendapatan tetapi juga dengan tingkat suku bunga. Dengan cara menderivasi fungsi likuiditas preferen untuk PY/M diperoleh bahwa kecepatan perputaran uang tidak konstan, tetapi seringkali berubah sesuai dengan perubahan tingkat suku bunga.

Preferensi likuiditas ditulis persamaan berikut:

,

Mengalikan kedua sisinya dengan Y dan Md dapat diganti dengan M karena harus sama di dalam keseimbangan pasar uang maka rumus kecepatan perputaran ditulis berikut :

,

Permintaan uang dipengaruhi negatif oleh tingkat suku bunga, ketika tingkat suku bunga naik, f (i,Y) akan turun, dan kecepatan perputaran uang akan naik. Jika tingkat suku bunga naik, maka masyarakat akan terdorong memegang lebih sedikit keseimbangan uang riil pada tingkat pendapatan tertentu, kemudian tingkat kecepatan perputaran uang menjadi lebih tinggi. Implikasi dari teori likuiditas preference adalah tingkat suku bunga yang selalu mengalami fluktuasi yang menyebabkan kecepatan perputaran uang juga berfluktuasi.

(24)

Menurut Keynes dalam analisis Likuiditas Preferensi, dua faktor yang menyebabkan pergerakan permintaan uang yaitu pendapatan dan tingkat harga. Peningkatan pendapatan menyebabkan permintaan uang akan meningkat sebaliknya jika pendapatan menurun akan menurunkan permintaan uang. Pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan uang. Peningkatan inflasi akan meyebabkan permintaan uang bertambah dan sebaliknya. Inflasi berpengaruh positif terhadap permintaan uang.

Penawaran uang sepenuhnya dikontrol oleh Bank Sentral, sehingga jumlah uang beredar Autonomous. Guna melihat kerangka likuiditas preferensi dapat digunakan analisis perubahan tingkat bunga. Kita dapat melihat beberapa perubahan aplikasi yang dapat berguna dalam melihat pengaruh kebijakan moneter pada tingkat bunga. Ketika pendapatan meningkat maka permintaan uang meningkat dan menyebabkan tingkat bunga meningkat.

Ekuilibrium di Pasar Uang:Penawaran dan Permintaan terhadap Dana Pinjaman

Terdapat persamaan antara penawaran dan permintaan terhadap barang dan jasa, serta penawaran dan permintaan terhadap dana pinjaman (kredit). Dalam kasus ini “barang” adalah dana pinjaman dan “harga” adalah tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan biaya pinjaman dan pengembalian karena meminjamkan dana ke pasar keuangan, maka peran suku bunga lebih mudah dipahami dalam perekonomian dengan mengkaji pasar uang.

Y- C- G = I

Y- C- G adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah dipenuhi, inilah yang disebut tabungan nasional (S). Tabungan nasional menunjukkan penawaran dari dana pinjaman, dan investasi menunjukkan permintaan terhadap dana ini. Dalam bentuk ini, pendapatan nasioanl menunjukkan bahwa tabungan sama dengan investasi.

S = (Y - T - C) + (T –C) =I Y – C ( Y – T) – G = I (r)

i Ms

Md

Y i0

M0

(25)

S = I (r)

Sisi kiri dari persamaan ini menunjukkan bahwa penawaran atas dana pinjaman tergantung pada pendapatan dan kebijakan fiskal. Sisi kananya menunjukkan bahwa permintaan terhadap dana pinjaman tergantung pada tingkat bunga. Tingkat bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan terhadap dana pinjaman.

Tingkat bunga menyesuaikan sampai jumlah perusahaan yang ingin menanamkan modal sama dengan jumlah rumah tangga yang ingin menabung. Jika tingkat bunga terlalu rendah, investor menginginkan output perekonomian lebih banyak dibanding rumah tangga yang ingin menabung. Dengan kata lain jumlah dana pinjaman yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan. Bila ini terjadi, tingkat bunga meningkat. Sebaliknya, jika tingkat bunga terlalu tinggi, rumah tangga ingin menabung lebih banyak dibanding perusahaan yang ingin menanamkan modal, karena jumlah dana pinjaman yang ditawarkan lebih besar dibanding jumlah yang diinginkan, tingkat bunga turun. Tingkat bunga keseimbangan berada di perpotongan kedua kurva itu.

Suku Bunga Kredit

Dalam dunia perbankan dan perkreditan, bank sering mengalami kasus

asymmetric information dimana pihak bank tidak mengetahui secara pasti kondisi keuangan para debitur sehingga seringkali terjadi adverse selection dimana bank salah dalam memberikan kredit kepada debitur. Selain itu sering juga terjadi

moral hazard dari pihak debitur yang mempunyai maksud tidak baik dalam mengembalikan pinjaman. Untuk mengatasi asymmetric information maka pihak bank menetapkan suku bunga kredit.

Suku bunga merupakan salah satu variabel makroekonomi yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Suku bunga memengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Selain itu, suku bunga pun memengaruhi keputusan

r S

I(r)

Investasi, Tabungan r0

S0

(26)

seseorang atau rumah tangga dalam hal mengkonsumsi, membeli obligasi atau menaruhnya dalam rekening tabungan. Dan bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan suku bunga memengaruhi keputusan ekonomi apakah akan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapital.

Menurut Puspopranoto (2004) Harga sewa dari uang disebut suku bunga dan biasanya dinyatakan sebagai persentase tahunan dari jumlah nominal yang dipinjam, jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Menurut Keynes bunga itu adalah pengganti dari pengorbanan likuiditas. Suku bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian, yaitu:

1. Membantu mengalirnya tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian

2. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan

dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.

3. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari

suatu Negara

4. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui

pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

Dalam kegiatan perbankan konvensional sehari-hari, ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu:

1. Bunga Simpanan

Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa, kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank.

2. Bunga Pinjaman

Bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank bunga pinjaman merupakan harga jual dan contoh harga jual adalah bunga kredit.

Menurut Fahmi (2010:65) bunga kredit adalah sejumlah nilai uang yang diwajibkan kepada pihak yang meminjamnya dengan perhitungan berdasarkan persentase dan dilakukan berdasarkan periode atau waktu yang ditentukan. Selain itu, pengertian bunga kredit adalah suatu jumlah ganti rugi/ balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah bank, bagi pengusaha kredit berarti nasabah memerlukan suatu likuiditas untuk kegiatan usahanya.

Inflasi

(27)

Inflasi dapat disebabkan dari dua sisi yaitu sisi pemintaan (Demand Pull Inflation), dan sisi penawaran (Cost-Push Inflation). Demand Pull Inflation yaitu

inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand

masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang.Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas,sehingga terjadi

excess demand, yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikutidengan peningkatan

output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih belum mencapai

kondisi full-employment.

Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus

cost push inflation, kenaikan harga sering kali diikuti oleh kelesuan usaha.

Secara teoritis variabel inflasi memengaruhi jumlah kredit secara tidak langsung tetapi melalui berbagai jalur. Inflasi akan memengaruhi tingkat suku bunga SBI, selanjutnya suku bunga SBI akan memengaruhi kondisi internal bank. Ketika naiknya suku bunga SBI akan menyebabkan naiknya suku bunga deposito, suku bunga tabungan. Kenaikan suku bunga deposito akan berpengaruh terhadap suku bunga kredit. Inflasi menyebabkan tingginya suku bunga sehingga menyebabkan para kreditur sulit untuk meminjamkan dana dari bank karena tingkat bunga kredit juga melambung tinggi.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Sukirno (2006) menjelaskan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Prof. Simon Kuznets dalam kuliahnya pada peringatan Nobel mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya (Jhingan, 2008:57). Sementara Todaro (2006) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses yang baik dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar.

(28)

digunakan adalah nilai GDP riil. Hal ini dikarenakan bahwa dengan menggunakan harga konstan, pengaruh perubahan harga telah dihilangkan sehingga sekalipun angka yang muncul adalah nilai uang dari total output barang dan jasa, perubahan nilai GDP sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode pengamatan (Rahardja dan Manurung, 2001).

Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Setiap perekonomian pada dasarnya harus mencadangkan atau menabung sebagian dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (Todaro, 2006). Bila diasumsikan ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya stok modal (K) dengan GDP total (Y). Hubungan ini dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai rasio modal-output (capital-output ratio). Setiap tambahan neto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasonal atau GDP.

Teori Harrod-Domar dapat diformulasikan sebagai berikut:

Persamaan tersebut merupakan versi sederhana dari teori pertumbuhan

Harrod-Domar, yang menyatakan tingkat pertumbuhan GDP ( ⁄ ) ditentukan

secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio modal-output nasional ( ). Tingkat pertumbuhan pendapatan nasional berpengaruh positif atau berbanding lurus dengan rasio tabungan tetapi berpengaruh negatif atau berbanding terbalik terhadap rasio modal output. Jadi setiap perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari GDPnya agar laju pertumbuhan perekonomian akan semakin cepat.

Teori Pertumbuhan Sollow-Swan

Robert Solow dari MIT dan Trevor Swan dari Australian National University secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi

yang sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo-Klasik.

Seperti halnya dengan model Harrod-Domar, model Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Walaupun dalam kerangka umum dari model Solow-Swan mirip dengan model model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih “luwes” karena : a. Menghindari masalah “ketidakstabilan” yang merupakan ciri warranted rate of

growth dalam model Harrod-Domar

b. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan.

(29)

bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara capital (K) dan tenaga kerja (L). Bentuk fungsi produksi adalah:

Q = F ( K, L )

Yang memungkinkan berbagai kombinasi penggunaan K dan L untuk mendapatkan suatu tingkat output. Fungsi produksi semacam ini (yang sering dijumpai dalam teori ekonomi mikro) disebut fungsi produksi Neo-Klasik. Dalam menggunakan fungsi semacam inilah Solow dan Swan bisa menghindari masalah “ketidakstabilan” dan mengambil kesimpulan-kesimpulan baru mengenai distribusi pendapatan dalam proses pertumbuhan (seperti halnya kaum Klasik).

Dengan digunakannya fungsi produksi Neo-klasik tersebut, ada satu konsekuensi lain yang penting. Konsekuensi ini adalah bahwa seluruh faktor yang tersedia, baik berupa K maupun berupa L akan selalu terpakai atau tergunakan secara penuh dalam proses produksi. Ini disebabkan karena dengan fungsi produksi Neo-Klasik tersebut, berapapun K dan L yang tersedia akan bisa dikombinasikan untuk proses produksi, sehingga tidak ada lagi kemungkinan “kelebihan” dan “kekurangan” faktor produksi seperti dalam model misalnya, Harrod-Domar atau Lewis. Posisi “full employment” ini membedakan model Neo-Klasik. Dengan adanya model Keynesian (Harrod-Domar) maupun model Neo-Klasik. Jadi jelas bahwa penggunaan fungsi produksi Neo-Kalsik sehingga selalu jelas terdapat ”full employment” merupakan ciri utama yang membedakan model ini dengan model-model pertumbuhan lain.

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Mekanisme transmisi kebijakan moneter menjelaskan bagaimana kebijakan moneter berpengaruh terhadap sektor riil. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat terjadi melalui jalur moneter langsung, jalur suku bunga, jalur nilai tukar, jalur harga aset, jalur kredit dan jalur ekspektasi. Sektor perbankan memegang peranan penting dalam proses transmisi kebijakan moneter tersebut, khususnya pada jalur kredit. Jalur kredit ini merupakan mekanisme transmisi yang berkaitan dengan adanya masalah informasi yang tidak simetris.

Menurut Warjiyo dan Solikin (2003) terdapat dua jalur utama yang berkaitan dengan jalur kredit, yaitu:

1. Bank lending channel (jalur pinjaman bank) yang menitikberatkan pengaruh kebijakan moneter terhadap neraca perbankan, tidak hanya melalui sisi kewajiban, tetapi juga melalui sisi aset dari neracanya. Kebijakan moneter yang ekspansif akan meningkatkan cadangan yang dimiliki oleh sektor perbankan. Meningkatnya cadangan ini kemudian akan meningkatkan ketersediaan dana dan kredit (loanable fund) yang dapat disalurkan kepada investor. Hal ini kemudian akan berpengaruh terhadap peningkatan investasi dan selanjutnya mendorong peningkatan output.

(30)

akan meningkat, yang selanjutnya mengurangi tindakan adverse selection dan

moral hazard oleh perusahaan. Kondisi ini meningkatkan pemberian kredit oleh bank, selanjutnya meningkatkan investasi, dan pada akhirnya meningkatkan output.

Berkaitan dengan balance sheet channel, menurut Mishkin (2001) masalah

adverse selection terjadi semakin rendah aset yang dimiliki oleh perusahaan berarti akan semakin rendah pula jaminan terhadap utang, dan menyebabkan semakin besarnya potensi kerugian. Hal ini kemudian akan menyebabkan rendahnya penyaluran dana untuk membayar investasi perusahaan. Masalah moral hazard terjadi karena semakin rendah aset maka pemilik perusahaan akan mempunyai insentif yang semakin besar untuk mengerjakan proyek-proyek investasi yang beresiko tinggi. Semakin tinggi resiko investasi maka menyebabkan semakin tinggi pula resiko kegagalan membayar utang. Dengan demikian semakin rendah aset perusahaan akan menyebabkan semakin rendahnya tingkat kredit yang disalurkan oleh bank dan kemudian menyebabkan semakin rendahnya investasi.

Hubungan Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi

Dalam rangka pembiayaan kegiatan perekonomian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, pemberian kredit perbankan mempunyai peranan penting. Peranan kredit perbankan di dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dapat berarti penciptaan lapangan kerja, baik melalui perluasan produksi dan kegiatan usaha lainnya maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong munculnya unit-unit usaha baru. Selain itu, kredit perbankan dapat diarahkan untuk pemerataan kesempatan berusaha yang antara lain melalui alokasi pemberian kredit menurut prioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat memperluas pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dalam kaitan ini, kebijakan pemerintah yang ditempuh dalam bidang perkreditan diarahkan untuk membiayai sektor-sektor ekonomi yang mempunyai produktivitas tinggi sehingga alokasi dana secara makro dapat dicapai dengan lebih efisien.

Pemberian kredit perbankan yang dibiayai oleh bank sentral, baik dalam bentuk kredit likuiditas maupun kredit langsung, akan menambah jumlah uang primer (reserve money) dan memberikan dampak inflatoir. Berkaitan dengan hal itu, pemberian kredit perbankan yang sepenuhnya dibiayai dana masyarakat yang dihimpun melalui perbankan dan dipergunakan untuk kegiatan ekonomi yang produktif akan mendorong perekonomian tanpa menimbulkan dampak inflatoir. Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak inflatoir, sedapat mungkin kredit perbankan dibiayai dari pengerahan dana masyarakat.

(31)

Sebagai contoh pemberian kredit perbankan untuk investasi atau modal kerja kepada sektor-sektor ekonomi. Kredit investasi biasanya dipergunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi seperti membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Sedangkan kredit modal kerja untuk membeli bahan baku dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses produksi. Kedua kredit itu dapat memacu produktivitas setiap sektor yang ada sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada sektor-sektor tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam hal ini, kredit digunakan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, dimana kredit sebagai fungsi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menyebabkan permintaan kredit yang semakin tinggi juga. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang meningkat menunjukkan berkembangnya usaha atau kegiatan produksi dari perusahaan (sektor-sektor). Dengan berkembangnya usaha tersebut, maka diperlukan pembiayaan dari kredit perbankan untuk produktivitas dan pengembangan perusahaan tersebut. Namun perlu dilihat apabila kondisi perekonomian kurang bergairah atau tidak stabil maka permintaan kredit juga akan berkurang. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari kredit.

Penelitian Terdahulu

Pradhan et al (2009) meneliti masalah hubungan kausal antara

pengembangan pasar kredit dan pertumbuhan ekonomi di India periode 1980-2008. Metode yang digunakan adalah Vector Autoregression (VAR). Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan kointegrasi dan bidirectional causality antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi di India. Hal ini disimpulkan dari studi yang menunjukan pertumbuhan ekonomi di India memiliki efek positif langsung pada perkembangan pasar kredit di negara tersebut.

Penelitian yang dilakukan Inggrid (2006) menganalisis pengaruh perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu 1992:2-2004:4. Hasil uji kausalitas Granger menunjukkan kausalitas dua arah di antara pertumbuhan ekonomi dan volume kredit serta kausalitas satu arah yang berasal dari spread suku bunga menuju pertumbuhan ekonomi, maka sistem keuangan dapat menjadi mesin penggerak pertumbuhan di Indonesia.

Analisis ekonometrika dengan Vector Error Correction Model (VECM)

mendukung hipotesis signifikansi peranan sektor keuangan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, melalui kenaikan ketersediaan kredit, baik dari segi

volume maupun harga.

(32)

Adamopoulus (2010) menganalisis hubungan kausal antara pembangunan pasar kredit dan pertumbuhan ekonoi untuk Irlandia periode 1978-2007. Metode

yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM). Hasil dari

penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi memiliki efek positif pada pengembangan pasar kredit , dengan mempertimbangkan dampak negatif dari laju inflasi pada pembangunan pasar kredit dan pertumbuhan ekonomi. Hasil tes kausalitas granger menunjukkan bahwa ada hubungan kausal searah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pasar kredit dari arah pengembangan pasar kredit dengan pertumbuhan ekonomi

Marissa (2004) menganalisis pengaruh kredit domestik terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu 1983-2002. Metode yang digunakan adalah 2SLS. Hasil dari penelitian ini menunjukan Kredit domestik memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan nilainya secara statistik signifikan selama periode observasi.Pengaruh defisit anggaran, exchange rate dan jumlah kredit domestik periode sebelumnya terhadap pertumbuhan kredit domestik adalah positif dan secara statistik signifikan. Ekspektasi inflasi dan krisis berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan kredit domestik. Pengaruh tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penulis menambahkan suku bunga kredit sebagai variabel dan menambahkan periode analisis. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu kredit perbankan, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan suku bunga kredit. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu 2000:Q1-2012:Q4. Selain itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode VECM (Vector Error Correction Model).

Kerangka Pemikiran

Sektor keuangan dalam perekonomian berupa pasar keuangan dan lembaga perantara keuangan. Secara spesifik, sektor keuangan berfungsi untuk memobilisasi tabungan, mengelola resiko, menurunkan biaya dalam memperoleh informasi mengenai proyek-proyek investasi yang potensial, melakukan pengawasan terhadap proyek-proyek investasi, memonitor manajer dan mengerahkan kontrol bagi perusahaan, memperlancar transaksi dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Di indonesia sektor keuangan didominasi oleh sektor perbankan.

Kebijakan Pemerintah di Indonesia dalam upaya mendorong investasi akan menyebabkan perkembangan sektor perbankan melalui perkembangan volume penyaluran kredit sebagai alternatif pembiayaan. Hal ini selanjutnya mengakibatkan ekspansi pada sektor perbankan guna memfasilitasi investasi yang pada giliranya akan menghasilkan pertumbuhan output . Sebaliknya, pertumbuhan

aktivitas ekonomi akan memerlukan lebih banyak capital untuk melakukan

(33)

konsumsi. Oleh karena itu diduga terdapat hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan kredit.

Laju inflasi yang tinggi akan menyebabkan masyarakat untuk mengurangi tabungan, sehingga aset riil perbankan akan menurun dan berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Salah satu faktor yang langsung memengaruhi kredit adalah suku bunga kredit . Perubahan tingkat suku bunga akan merubah preferensi masyarakat untuk melakukan investasi dalam bentuk saving dan deposit atau investasi. Tingginya tingkat suku bunga mengakibatkan sulitnya para kreditor atau investor untuk meminjam kredit dan memperbaiki kinerja usahanya yang sedang berjalan, sehingga berpengaruh terhadap kredit yang disalurkan.

Dalam penelitian ini ditekankan pada pentingnya penyaluran kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan efek inflasi dan suku bunga kredit di Indonesia. Keterkaitan serta hubungan jangka pendek dan jangka panjang diantara faktor-faktor tersebut dianalisis dengan model VAR-VECM. Pembatasan penggunaan variabel karena masing-masing variabel dianggap telah representatif dalam menjelaskan kondisi makroekonomi dan perbankan dengan karakteristik dan sifatnya yang berbeda-beda. Pembatasan tersebut juga didasarkan pada alasan penggunaan model VAR-VECM, dimana dalam model VAR-VECM, yang diutamakan bukanlah penggunaan semakin banyaknya jumlah variabel dalam sebuah model, tetapi lebih baik menggunakan sejumlah variabel tertentu yang dimasukkan dalam model dengan penekanan bahwa variabel tersebut representatif dengan topik penelitian dan teori ekonomi. Keseluruhan penjabaran di atas terangkum dalam Kerangka Pemikiran Operasional yang disajikan dalam Gambar 6.

Sektor Keuangan:

Pasar keuangan dan Lembaga perantara keuangan

Perbankan

Kredit Suku Bunga

Kredit Inflasi

Pertumbuhan Ekonomi

(34)

Hipotesis

1. Terdapat hubungan kausalitas (timbal balik) antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kredit perbankan, dalam artian meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan mendorong bertambahnya kredit perbankan .

3. Inflasi berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan. Kenaikan laju inflasi akan mengakibatkan menurunnya jumlah kredit perbankan.

4. Suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan. Kenaikan suku bunga kredit perbankan akan menyebabkan penurunan jumlah kredit perbankan.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data ini merupakan data time series kuartalan selama kurun waktu 2000:Q1-2012:Q4. Data yang digunakan meliputi volume kredit perbankan (LNKredit), Produk Domestik Bruto atas harga konstan 2000 (LNPDB) digunakan sebagai

proxy pertumbuhan ekonomi, inflasi (INF) dan suku bunga kredit (SBK). Data – data tersebut diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia. Selain itu penulis juga melakukan studi pustaka dengan membaca jurnal, buku, artikel internet, dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dan relevan dengan permasalahan yang diteliti.

Definisi Operasional Variabel

Peubah yang digunakan bersama definisi operasionalnya adalah sebagai berikut:

1. Kredit perbankan (Kredit)

Variabel ini merupakan total kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor-sektor ekonomi swasta. Menurut Bank Indonesia kredit perbankan merupakan tagihan perbankan pada sektor swasta domestik karena pemberian pinjaman kepadanya. Data variabel kredit memiliki satuan milliar Rupiah

2. Pertumbuhan Ekonomi (PDB)

Produk domestik bruto (PDB) riil yang menjadi indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data variabel GDP diperoleh dari

perhitungan pertambahan Real Gross Domestic Product sebagai indikator

(35)

3. Laju inflasi (INF)

Variabel inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga yang berlaku secara terus–menerus dalam suatu perekonomian nasional dalam persentase. Data variabel INF merupakan data dalam persen.

4. Suku bunga kredit (SBK)

Variabel ini merupakan suku bunga yang ditetapkan oleh bank kepada debitur sebagai suku bunga pinjaman bagi debitur dan insentif bagi bank atas penyaluran kredit , dalam satuan persen.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector

Autoregression (VAR) jika data yang digunakan adalah stasioner dan tidak terdapat kointegrasi, atau Vector Error Correction Model (VECM) jika data yang digunakan kemudian diketahui stasioner dan terdapat kointegrasi. Analisis data dengan menggunakan pendekatan model VAR dan VECM mencakup tiga alat analisis utama yaitu Granger causality test, impuls response function (IRF), dan

forecast error variance decomposition (FEVD). Adapun perangkat lunak yang digunakan untuk proses pengolahan adalah Eviews 6.

Uji Stasioneritas Data

Estimasi model ekonometrik time series akan menghasilkan kesimpulan yang tidak berarti, ketika data yang digunakan mengandung akar unit (tidak stasioner). Data yang mengandung akar unit (tidak stasioner) jika dimasukan dalam pengolahan statistik maka akan memberikan hasil estimasi yang spurious

yang ditandai oleh tingginya koefisien determinansi, R2 dan t statistik signifikan, tetapi penafsiran hubungannya tidak memiliki arti secara ekonomi.

Augmented Dickey-Fuller Test (ADF test) merupakan prosedur standar, untuk menyelidiki adanya akar unit pada data time series. Uji akar unit ADF memerlukan estimasi regresi:

∆Yt= α0+ βYt-1+ i∆Yt-i+ t

p

i=1

Dalam persamaan seperti ini hipotesis yang digunakan adalah : H0 : (mengandung akar unit- series tidak stasioner)

H1 : (tidak mengandung akar unit- series stasioner)

Jika nilai statistik ADF secara absolut lebih kecil dibandingkan nilai kritis MacKinnon, maka H0 diterima . Dengan kata lain, Yt mengandung satu akar unit

atau data tidak stasioner. Data time series yang belum stasioner pada tingkat level

dapat dijadikan stasioner, melalui proses diferensiasi agar data menjadi stasioner.

Pengujian Lag Optimal

Penentuan jumlah lag optimal yang digunakan merupakan langkah penting yang harus dilakukan dalam menggunakan model VAR. Untuk penentuan panjang lag optimal dapat digunakan beberapa kriteria yaitu dengan menggunakan

(36)

lag optimal berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR. Dalam penelitian ini digunakan semua kriteria informasi untuk menentukan

lag optimal. Model diestimasi dengan lag yang berbeda-beda lalu dibandingkan nilai kriterianya. Lag optimum yang dipilih berdasarkan nilai kriteria yang terkecil.

Uji Kointegrasi

Kombinasi dari dua variabel yang tidak stasioner, akan bergerak ke arah yang sama menuju ekuilibrium jangka panjangnya dan diferensiasi diantara kedua seri tersebut akan konstan. Jika demikian halnya, variabel ini dikatakan saling berkointegrasi. Tes kointegrasi berdasarkan pendekatan vector autoregressions

(VAR) Johansen. Jika vektor Xt adalah vektor variabel endogen dalam VAR

dengan panjang lag p, maka:

: d-vektor dari deterministic variable : vektor innovations

Spesifiksi VAR ini dapat dinyatakan dalam bentuk first difference sebagai,

∆Xt=πXt-1+ τi∆Xt-i+βYt+ t

I : matriks identitas

Jika tidak terdapat hubungan kointegrasi, model unrestricted VAR dapat diaplikasikan. Tetapi, bila terdapat hubungan kointegrasi antar variabel, model

Vector Error Correction (VECM) yang dipergunakan. Jumlah vektor kointegrasi diperoleh dengan melihat signifikansi dari , melalui dua likelihood test:

Maximum eigenvalue:

max=-T In 1- r+1

λ : nilai estimasi eigenvalue yang diperoleh dari estimasi terhadap matriks T : jumlah observasi

Trace statistic:

(37)

lalu terhadap kondisi sekarang sehingga uji ini memang tepat dipergunakan untuk data time series. Pertanyaan yang ada dalam analisis time series adalah tidak hanya satu atau lebih variabel ekonomi yang dapat memperkirakan variabel ekonomi lainnya.

Dalam konsep kausalitas Granger, dua perangkat data time series yang linier berkaitan dengan variabel X dan Y diformulasikan dalam dua bentuk model regresi.

Yt=α11+α12yt-1+ +α1tyt-111Xt-1+…+β1tX-1+ t Xt=α21+α22Xt-1+ +α2tXt-121yt-1+…+β2tY-1+ut

Hasil-hasil regresi pada kedua bentuk model regresi linear tersebut akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien regresi masing-masing sebagai berikut:

Vector Error Correction Model (VECM)

Vector Error Correction Model (VECM) adalah VAR terestriksi yang digunakan untuk variabel yang nonstatsioner tetapi memiliki potensi untuk terkointegrasi. Dalam VECM terdapatt speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka panjang. Menurut Firdaus (2011) model VECM secara umum adalah sebagai berikut:

∆yt= 0x+ 1xt+ yt-1+ τk∆yt-1+ t

k-1

i=1

Di mana:

yt : vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian

0x : vektor intercept

1x : vektor koefisien regresi

t : time trend

: koefisien speed of adjusment

β : vektor kointegrasi

yt-1 : variabel in-level

τk : matriks koefisien regresi

k-1 : ordo VECM dari VAR

k : lag

t : error term

Impulse Respon Function

Untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan

tertentu maka digunakan metode Impulse Respon Function (IRF). Hal ini

(38)

menggambarkan tingkat laju dari guncangan variabel yang satu terhadap variabel yanglainnya pada suatu rentang periode tertentu. Sehingga dapat dilihat lamanya

pengaruh dari guncangan suatu variabel terhadap variabel lain sampai

pengaruhnyahilang atau kembali ke titik keseimbangan.

Variance Decomposition

Metode yang dapat dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan dalam suatu variabel yang ditunjukkan oleh perubahan error variance dipengaruhi oleh varabel-variabel lainnya adalah FEVD. Metode ini mencirikan suatu struktur dinamis dalam model VAR/VECM. Dalam metode ini dapat dilihat kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel memengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang.

FEVD merinci ragam dari peramalan galat menjadi komponen-komponen yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen dalam model. Dengan menghitung persentase kuadrat prediksi galat k-tahap ke depan dari sebuah variabel akibat inovasi dalam variabel-variabel lain maka dapat dilihat seberapa besar perbedaan antara errorvariance sebelum dan sesudah terjadinya guncangan yang berasal dari variabel itu sendiri atau dari variabel lain. Jadi dapat diketahui secara pasti faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi dari variabel tertentu.

Model Penelitian

Model VAR dan VECM yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut: Model umum: Kreditt = f (PDBt, INFt, SBKt)

Model persamaan VAR dalam bentuk notasi matriks: Ln_Kredit

Kredit : Volume Kredit Perbankan (Rp)

PDB :Produk Domestik Bruto atas harga konstan 2000 sebagai proxy

αij : koefisien lag peubah ke-j untuk persamaan ke-i

Selanjutnya dari persamaan - persamaan diatas, untuk melihat isu persoalan jangka panjang terbentuk pengkombinasian antara model VAR struktural dengan Vector Error Correction Model (VECM) sehingga persamaan menjadi sebagai berikut:

∆y

t= 0x+ 1xt+ yt-1+ τk∆yt-1+ t k-1

(39)

Di mana:

yt : Kreditt, PDBt, INFt, SBKt

0x : vektor intercept

1x : vektor koefisien regresi

t : time trend

: koefisien speed of adjusment

β : vektor kointegrasi

y

t-1 : variabel in-level

τk : matriks koefisien regresi

k-1 : ordo VECM dari VAR

k : lag

t : error term

Semua data estimasi yang dipergunakan adalah dalam bentuk logaritma natural sesuai dengan pendapat Sims dalam Enders (2004), kecuali data yang sudah dalam bentuk persen seperti variabel inflasi dan suku bunga kredit, atau data tersebut memiliki koefisien yang negatif (sangat kecil) . Salah satu alasannya adalah untuk memudahkan analisis, karena baik dalam impuls respons maupun

variance decomposition, pengaruh shock dilihat dalam standar deviasi yang dapat dikonversi dalam bentuk presentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Akar Unit (unit root test)

Uji stasioneritas merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model

time series. Pengujian ini dilakukan agar tidak terjadi regresi spurious yang menyebabkan hasil estimasi menjadi tidak tepat karena adanya unit root dalam variabel penelitian. Uji stasioneritas ini dilakukan pada tingkat level dan first diference. Alasannya adalah karena data time series pada umumnya tidak stasioner pada level, sehingga perlu dilakukan pengujian selanjutnya pada tingkat

first difference.

Pengujian akar unit atau unit root test dilakukan dengan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dengan menggunakan taraf nyata lima persen. Pengujian ini didasarkan pada nilai absolut statistik t dan nilai kritis MacKinon. Jika nilai statistik t lebih kecil dari nilai kritis MacKinon maka tolak Ho, artinya data yang digunakan adalah stasioner atau tidak mengandung akar unit.Kestasioneran data

time series juga dapat dilihat dari nilai probabilitasnya (critical value) yang kurang dari 1%, 5% atau 10%.

(40)

difference . Hal tersebut dilihat dari nilai mutlak statistik t yang lebih besar dari nilai kritis MacKinon lima persen serta nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari nilai kritis lima persen. Adapun hasil pengujian akar unit dapat dilihat dari Tabel 1

Tabel 1 Hasil Pengujian Akar Unit Tingkat Level dan First Difference

Variabel Level First Difference

t statistik Probabilitas t statistik Probabilitas

LNKredit -2.335620 0.4065 -4.127183 0.0118*

LNPDB -2.258787 0.4473 -3.796629 0.0255*

INF -6.049670 0.0000* -7.487803 0.0000*

SBK -2.128560 0.5174 -6.019088 0.0000*

Sumber: Lampiran

Keterangan: * stasioner pada taraf nyata 5%

Penentuan Lag Optimum

Lag dalam sebuah sistem VAR merupakan hal yang penting. Di samping

berguna untuk menunjukan berapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel

lainnya, penentua lag optimal juga berguna untuk menghilangkan masalah

autokolerasi dalam sebuah sistem VAR. Penetapan lag optimum biasanya

didasarkan pada nilai Akaike Information Criteria (AIC), Final Prediction Error

(FPE), Hannan-Quinn Information Criterion (HQ), dan Schwarz Information Criterion (SC).

Besarnya lag yang dipilih dalam penelitian ini adalah lag yang

menghasilkan nilai SC terkecil. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai SC terkecil terdapat pada lag empat yaitu sebesar -3.437226. Hal ini menunjukkan bahwa lag optimal menurut nilai SC berada di lag empat. Hasil pengujian lag

optimum dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2 Hasil Pengujian Lag Optimal

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 -109.6480 NA 0.001339 4.735335 4.891268 4.794262

1 101.5584 378.4116 3.94e-07 -3.398268 -2.618601 -3.103631

2 134.0446 52.79000 2.01e-07 -4.085191 -2.681790 -3.554844

3 175.6051 60.60913 7.20e-08 -5.150214 -3.123080 -4.384157

4 214.1143 49.74095* 3.03e-08* -6.088094* -3.437226* -5.086327*

Gambar

Gambar 2 Jumlah kredit perbankan
Gambar 6 Kerangka Pemikiran
Tabel 3 Hasil Uji Stabilitas VAR
Tabel 4 Hasil Granger Causality
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang terjadi ketika sentra media sebagai pengisi ruang sistem pendidikan yang ‘ditinggalkan’ oleh keluarga dan masyarakat lantas

Perancangan sebuah Novel Grafis “PARARATON” ini memerlukan sebuah perencanaan yang matang, baik itu perencanaan perancangan novel grafis itu sendiri maupun

Hasil penelitian dengan pemberian metformin selama 12 minggu, menunjukkan bahwa kadar glukosa darah (KGD) Puasa pada kelompok perlakuan dengan TGT yang disertai GDPT,

hasil penelitian mengenai peran dan strategi yang dilakukan KAPSTRA dalam tujuh tahun proses pemberdayaan masyarakatdi Dusun Sejati Desa, Moyudan inilah yang nantinya akan

Dan tak lupa shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa iman dan islam kepada kita semua yang telah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis perekat, komposisi perekat dan tekanan terbaik biobriket berbahan baku dari arang kayu gelam dengan perekat

Hal ini dilakukan oleh setiap sekolah karena dengan adanya hasil yang dicapai, pihak sekolah maupun pihak orangtua dari murid-murid tersebut dapat mengetahui

Pemikiran ini sendiri bisa memberikan ruang yang lebih sehingga pada pembangunan tidak terlalu membutuhkan ruang yang besar namun sesuai dengan kebutuhannya.. Maka