• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Gapoktan Mekarmukti dan Dampaknya terhadap Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kinerja Gapoktan Mekarmukti dan Dampaknya terhadap Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAKNYA TERHADAP PETANI CABAI ANGGOTA

DI KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR

JAWA BARAT

JUNASA ANDHIKA IMANUDDIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kinerja Gapoktan Mekarmukti dan Dampaknya terhadap Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Junasa Andhika Imanuddin

NRP H34070126

(3)

ABSTRAK

JUNASA ANDHIKA IMANUDDIN. Evaluasi Kinerja Gapoktan Mekarmukti dan Dampaknya terhadap Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA. Keberadaan kelembagaan petani dapat menjadi kunci para petani di desa untuk meningkatkan kesejahteraan dan skala ekonomi usahatani mereka. Sesuai fungsinya, kelembagaan petani dapat menjadi wadah bersama para petani untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksinya serta memberikan posisi tawar yang seimbang terhadap para mitra pemasaran dan industri pertanian bermodal besar. Penelitian ini bertujuan menilai kinerja kelembagaan petani di Desa Mekarmukti, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat di level kelompoktani sebagai wadah bersama para petani dan level Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) yang dapat meningkatkan skala ekonomi desa dan menjadi lembaga penunjang subsistem agribisnis lainnya pada sistem agribisnis cabai. Selain itu, penelitian ini juga mengukur dampak dari Gapoktan dan kelompoktani terhadap para petani anggota sehingga membentuk sebuah sistem hierarki yang bersinergi dengan baik untuk kesejahteraan para petani anggota. Analisis kinerja diukur dengan analisis statistik deskriptif, sedangkan analisis dampak diukur menggunakan statistik non-parametrik yaitu Uji Wilcoxon Berpasangan. Hasilnya, Gapoktan Mekarmukti memiliki tingkat keberhasilan pelaksanaan kinerja sebesar 72,73 persen dan para kelompoktani yang tergabung di dalamnya memiliki tingkat kinerja dalam kisaran di bawahnya. Gapoktan Mekarmukti juga berdampak positif pada 17 variabel dari 23 variabel yang diuji. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan Gapoktan dan Kelompoktani berperan penting bagi para petani anggota di Desa Mekarmukti karena memiliki kinerja yang baik dan berdampak positif. Namun, Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani yang berada di dalamnya masih perlu meningkatkan kinerja yang masih kurang optimal dan menghilangkan dampak negatifnya.

Kata kunci: analisis dampak, analisis kinerja, gabungan kelompoktani, kelompoktani

ABSTRACT

JUNASA ANDHIKA IMANUDDIN. Importance and Impact Analysis of Farmers Group Organisation Mekarmukti, Cibinong, Cianjur District, West Java. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.

(4)

improving the economies of scale and act as supporting institutions other agribusiness subsystem in agribusiness system of chili. This research also measured an impact from FGA and farmers group to farmers so that establish a

hierarchy system which synergize for farmer’s welfare. Performance analysis measured with descriptive statistical analysis and impact analysis measured with nonparametical statistic, Wilcoxon Paired Test. Result, Mekarmukti FGA have a success rate performance of 72,73 percent and farmers group in associated with it have rate in the range below. Mekarmukti FGA also impact positively in 17 variabels from 23 tested variabels. In conclusion, FGA and farmers group in associated with are important for member farmers because of have a good performance and and positive impact. However, Mekarmukti FGA and farmers group in associated with still have to improve the performance which not optimally yet and reducting the negative impact.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(6)

EVALUASI KINERJA GAPOKTAN MEKARMUKTI DAN

DAMPAKNYA TERHADAP PETANI CABAI ANGGOTA

DI KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR

JAWA BARAT

JUNASA ANDHIKA IMANUDDIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Nama : Junasa Andhika Imanuddin NIM : H34070126

Disetujui oleh

Ir. Juniar Atmakusuma, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelembagaan petani yang mencakup kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan), dengan judul Evaluasi Kinerja Gapoktan Mekarmukti dan Dampaknya terhadap Petani Cabai Anggota di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku pembimbing, dan Bapak Dr. Ir. Suharno, M.Adev; Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP, MSi; Ibu Ir. Narni Farmayanti, MS dan Bapak Rahmat Yanuar, SP. MSi. yang telah banyak memberi saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat selesai. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para petani di Desa Mekarmukti yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik, dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya serta teman-teman yang telah memberikan dukungan.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2013

(10)

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Cabai (Capsicum annuum L.) 5

Lembaga/Organisasi Petani dalam Sistem Agribisnis 6 Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)

sebagai Lembaga/Organisasi Petani 8

METODE PENELITIAN 10

Waktu dan Tempat Penelitian 10

Jenis dan Sumber Data 10

Metode Pengumpulan Data 11

Metode Pengolahan dan Analisis Data 11 Analisis Kinerja Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)

Mekarmukti dan Kelompoktani anggotanya 11 Analisis Dampak Gapoktan Mekarmukti terhadap Petani

Anggotanya 12

Analisis Dampak Kelompoktani Anggota Gapoktan Mekarmukti

terhadap Petani Anggotanya 13

Uji Wilcoxon Berpasangan 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Gambaran Umum Gapoktan Mekarmukti 15

Analisis Kinerja Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)

Mekarmukti 17

Analisis Kinerja Kelompoktani Anggota Gapoktan Mekarmukti . 19 Analisis Dampak Gapoktan Mekarmukti terhadap Kelompoktani

dan Petani Anggotanya 20

Analisis Dampak Kelompoktani Anggota Gapoktan Mekarmukti

terhadap petani anggotanya 27

SIMPULAN DAN SARAN 35

DAFTAR PUSTAKA 36

(11)

DAFTAR TABEL

1 Matrik fungsi-fungsi agribisnis beserta lembaga- lembaga yang dapat menjalankan fungsi tersebut dalam kegiatan pertanian di

pedesaan 4

2 Evaluasi kinerja Gapoktan Mekarmukti 17 3 Evaluasi kinerja kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti

berdasarkan kelompoktani 19

4 Evaluasi kinerja kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti

berdasarkan kinerja kelompoktani 20

5 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan untuk variabel-variabel unit penyediaan sarana dan prasarana

produksi 21

6 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan untuk variabel-variabel unit usahatani 23 7 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel unit pemasaran 24 8 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel unit usaha keuangan mikro 26 9 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

Untuk variabel-variabel kelas belajar di Kelompoktani Cirendeu 27 10 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel kelas belajar di Kelompoktani Datar Kawung 28 11 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel kelas belajar di Kelompoktani Pasir Kokol 29 12 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel kelas belajar di Kelompoktani Cigombong 29 13 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel wadah bersama 31 14 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel unit produksi di Kelompoktani Cirendeu 31 15 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel unit produksi di Kelompoktani Datar Kawung 32 16 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel unit produksi di Kelompoktani Pasir Kokol 34 17 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

untuk variabel-variabel unit produksi di Kelompoktani Cigombong 35 18 Evaluasi dampak Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani anggota

terhadap para petani anggota 36

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik fluktuasi harga cabai nasional September 2010 –

Februari 2012 3

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Organisasi petani dalam skala terkecil adalah kelompoktani. Skala lebih luas, para petani dalam satu desa membentuk Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) yang merupakan gabungan dari beberapa kelompoktani yang terdapat di desa tersebut. Ciri Gapoktan sebagai organisasi sosial-ekonomi sudah jelas karena tujuan utamanya adalah meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Syahyuti (2007) menambahkan bahwa Gapoktan menjadi lembaga gerbang (gateway institution) yang menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya. Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian, dan menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani.

Organisasi petani memegang peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian di Indonesia untuk menjadi salah satu media penyelesaian permasalahan-permasalahan pertanian. Selain itu, organisasi petani dapat menguatkan petani untuk bersatu dan bekerjasama untuk kebaikan sesama petani

(positive sum game) dan bukan sebaliknya untuk saling menjatuhkan (zero sum game) dan menjadi lemah dihadapan para perusahaan kapital besar dan pasar modern. Bahkan, kelembagaan petani lebih lanjut dapat membuat petani justru berjalan bersama-sama dengan perusahaan besar dan pasar modern untuk kerjasama mutualisme yang lebih baik1.

Menurut laporan Deptan dalam Syahyuti (2007), sampai dengan akhir tahun 2006, jumlah organisasi petani yang tercatat adalah 293.568 kelompok tani, 1.365 asosiasi tani, 10.527 koperasi tani, dan 272 P4S. Sekarang ini 375 kabupaten/kota atau 86 persen dari total kabupaten/kota mempunyai organisasi penyuluhan pertanian dalam bentuk Badan/Kantor/Balai/Sub Dinas/Seksi/UPTD/Kelompok Penyuluh Pertanian. Sisanya, yaitu 61 kabupaten/kota (14 persen) bentuk organisasinya tidak jelas. Sementara itu di Kecamatan, organisasi penyuluhan pertanian yang terdepan yaitu Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), pada saat ini dari 5.187 Kecamatan baru terbentuk 3.557 unit (69 persen).

Dewasa ini, dikenal suatu sistem yang dipercaya dapat mengelola sektor pertanian secara lebih luas dan lebih modern dengan pendekatan integrasi antar-subsistem yaitu sistem agribisnis. Saragih (2010b), antar-subsistem yang tercakup dalam sistem agribisnis merupakan suatu mata rantai yang terintegrasi satu sama lain mulai dari hulu hingga hilir yaitu subsistem hulu (penyediaan faktor produksi), subsistem usahatani (on-farm), subsistem pemasaran, subsistem pengolahan hasil pertanian, dan subsistem jasa penunjang.

1

(13)

Krisnamurthi et al. (2010) dan Saragih (2010b) memberikan intisari yang penting dari sistem agribisnis adalah adanya integrasi dan kesinambungan antar-subsistem yang baik sehingga dapat menyejahterakan semua pihak. Davis dan Goldberg (1957) menambahkan bahwa sistem agribisnis secara keseluruhan akan meningkatkan efisiensi subsistem yang ada.

Organisasi pertanian termasuk dalam subsistem jasa penunjang di dalam sistem agribisnis. Peran subsistem jasa penunjang termasuk kelembagaan petani dalam rantai sistem agribisnis itu sendiri cukup unik yaitu sebagai pendukung dari semua subsistem yang ada agar berjalan optimal sehingga secara otomatis subsistem jasa penunjang melingkupi semua subsistem lainnya mulai dari penyediaan faktor produksi hingga pemasaran hasil pertanian. Dengan demikian, lembaga/organisasi petani seperti yang sudah dibahas di atas semakin berpeluang untuk menjadi solusi beberapa permasalahan pertanian karena bersentuhan langsung dengan seluruh subsistem yang ada. Hal ini lebih dikuatkan lagi dalam Permentan No. 273 Tahun 2007 bahwa fungsi Gapoktan sebagai lembaga petani mengampu setiap subsistem yang ada mulai dari pengadaan saprotan hingga pemasaran bahkan permodalan.

Adanya kelompoktani dan Gapoktan diharapkan mampu memecahkan permasalahan fluktuasi harga dan pendapatan petani dengan berjalannya sistem kinerja yang baik. penelitian ini membahas bagaimana evaluasi dari kinerja kelompoktani dan Gapoktan yang terintegrasi dalam suatu hirarki dan bagaimana dampaknya kepada para petani anggota sehingga keberadaan lembaga petani menjadi penting dan mampu memecahkan permasalahan penelitian.

Penelitian ini dapat menjadi tolok ukur evaluasi bagi kelompoktani dan Gapoktan secara umum di Indonesia dan khususnya objek kelompoktani dan Gapoktan yang diteliti.

Perumusan Masalah

Salah satu permasalahan pada beberapa komoditas pertanian terutama pada subsektor hortikultura adalah fluktuasi harga yang sangat besar. Kejadian fluktuasi harga yang terjadi pada komoditas Cabai (Capsicum annuum L.) pada awal tahun 2011 lalu bahkan menimbulkan pemutusan hubungan kerja bagi karyawan industri pengolahan cabai2; penurunan omset penjualan di bisnis rumah makan dan restoran3; dan peningkatan inflasi daerah4. Berdasarkan data dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, fluktuasi harga cabai terparah pada kasus ini terjadi antara Desember 2010 dan April 2011 (Gambar 1)

2

Detikpost.net. Januari 2011. Imbas Kenaikan Harga Cabai, Pekerja di PHK! [Diakses pada 20 Februari 2012]

3

Radarbogor.com. Selasa, 11 Januari 2011. Dampak Tingginya Harga Cabai Bagi Pengusaha Rumah Makan [Diakses pada 20 Februari 2012]

4

(14)

Fluktuasi harga komoditas cabai ini tidak hanya merugikan konsumen tetapi juga merugikan produsen dalam hal ini para petani cabai karena pendapatan yang menurun akibat gagal panen dan harga yang rendah dari para pedagang pengumpul. Permasalahan fluktuasi harga cabai bukan menjadi satu-satunya masalah pada komoditas cabai, masih ada masalah lain seperti ketersediaan benih, teknik budidaya yang salah sehingga membuat kualitas dan kuantitas menurun, dan masalah pemasaran. Para petani cabai membutuhkan suatu kelembagaan petani yang kuat untuk mengatasi semua masalah itu.

Gambar 1 Grafik fluktuasi harga cabai nasional September 2010-Februari 2012. - - cabai merah biasa, - - cabai merah keriting.

Sumber: Kementerian Perdagangan RI (2012) diolah.

Para petani cabai merah juga mengalami permasalahan di bidang permodalan. Dengan luas lahan yang kurang memadai, hasil keuntungan yang didapat belum mencukupi kebutuhan sehari-hari dan modal usahatani untuk masa tanam berikutnya. Dengan adanya Gapoktan di lingkungan para petani, maka organisasi petani ini dapat memberikan akses terhadap permodalan. Selain itu, dengan bergabungnya hasil produksi para petani cabai di dalam Gapoktan, maka Gapoktan dapat membuat kontrak pemasaran dengan mitra sehingga menguntungkan para petani dan menambah modal untuk masa tanam berikutnya.

(15)

Tabel 1 Matrik fungsi-fungsi agribisnis beserta lembaga-lembaga yang dapat menjalankan fungsi tersebut dalam kegiatan pertanian di pedesaan

Fungsi Jenis Lembaga

Poktan Gapoktan P3A KUA Koperasi UPJA PPL

Penyediaan Saprotan √ √ - √ √ √ -

Penyediaan Modal √ √ - √ √ √ -

Irigasi Pertanian √ - √ - - - -

Kegiatan Usahatani √ √ - - - √ -

Pengolahan √ √ - √ √ √ -

Pemasaran √ √ - √ √ - -

Informasi Teknologi √ √ - - - √ √

Informasi Pasar √ √ - √ √ √ √

Sumber: Syahyuti (2007).

Berdasarkan hal tersebut, maka lembaga petani yang seharusnya paling utama diprioritaskan petani untuk dibentuk adalah kelompoktani untuk selanjutnya dalam satu lingkup desa bergabung menjadi sebuah Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) yang berfungsi meningkatkan skala ekonomi desa dengan pertanian. Gapoktan ini juga merupakan cikal bakal lembaga petani selanjutnya yang lebih solid dan berbadan hukum sehingga terlindungi oleh undang-undang yaitu Koperasi.

Dengan pentingnya kelembagaan petani, terutama kelompoktani dan Gapoktan, maka diperlukan suatu evaluasi kinerja Gapoktan dan kelompoktani yang ada di dalamnya dan dampak yang ditimbulkan ke hirarki yang ada di bawahnya sehingga dapat dilihat suatu kesinambungan sistem dan integrasi dari Gapoktan, kelompoktani dan para petani itu sendiri. Salah satu Gapoktan yang relevan dalam melakukan usaha evaluasi ini adalah Gapoktan Mekarmukti di Desa Mekarmukti, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Gapoktan ini bergerak di usahatani cabai (Capsicum annuum L.) yang merupakan salah satu komoditas penting dalam subsektor hortikultura. Relevansi Gapoktan ini berdasarkan alasan bahwa Gapoktan ini baru berdiri pada tahun 2011 dengan kesadaran para petani disana dan kelompoktani yang ada untuk bersatu. Evaluasi dilakukan dengan mengukur kinerja Gapoktan berdasarkan indikator yang ada kemudian bagaimana dampaknya terhadap kelompoktani yang ada. Selanjutnya mengukur kinerja kelompoktani berdasarkan indikator yang ada kemudian bagaimana dampaknya terhadap para petani yang ada.

Berdasarkan pemaparan diatas, perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja dan dampak Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti dan kelompoktani anggotanya terhadap para petani anggota? 2. Bagaimana dampak Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti dan

(16)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Kinerja dan dampak Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti dan kelompoktani anggotanya terhadap para petani anggota.

2. Menganalisis dampak Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti dan kelompoktani anggotanya terhadap para petani anggota.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi oleh ruang lingkup organisasi di Gapoktan Mekarmukti yang mencakup para petani cabai merah anggota Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani yang berada di dalamnya. Penelitian ini tidak membahas organisasi petani lain di Desa Mekarmukti.

TINJAUAN PUSTAKA

Cabai (Capsicum annuum L.)

Varietas cabai yang digunakan oleh para petani Gapoktan Mekarmukti adalah varietas Biola atau Hot Beauty. Di kalangan petani umumnya cabai ini sering disebut cabai taiwan. Memang cabai ini merupakan cabai hibrida yang diintroduksi dari Taiwan. Ukuran buahnya besar, panjang, dan lurus. Daging buahnya tipis dengan rasa kurang pedas dibandingkan cabai keriting. Warna buahnya menggiurkan dan kesegarannya dapat tahan lama. Produksi buah per hektar dapat mencapai 30 ton. Tanamannya tegak agak tinggi dengan daun kecil-kecil. Dalam satu kali masa tanam dapat dipanen berkali-kali. Ini disebabkan tanaman dapat berbuah terus-menerus (Setiadi 2008).

Varietas ini merupakan varietas hibrida terpopuler di Indonesia. Hot Beauty memiliki keunggulan mampu beradaptasi, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Berdasarkan pengalaman, Prajnanta (2007) memaparkan bahwa Cabai Hot Beauty mampu berproduksi rata-rata 1,4 kg/tanaman di daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi (0 m dpl); 1,7 kg/tanaman di Tasikmalaya (400 m dpl); 1,3 kg/tanaman di Pengalengan, Bandung (1450 m dpl); dan 1,4-2,1 kg/tanaman di Magelang (200 m dpl).

Pertumbuhannya subur dengan ukuran daun sedang. Pembentukan buah terjadi terus-menerus sehingga masa panen lebih lama. Panjang buah rata-rata 13 cm, diameter rata-rata 1,4 cm, dan berat rata-rata 7,5 g. Jumlah buah per tanaman dapat mencapai 140-200 buah dihitung selama 1 musim tanam berdasarkan 2 kali periode pembentukan bunga (kira-kira 6 bulan semenjak tanam di dataran rendah dan 8 bulan di dataran tinggi).

(17)

serangan penyakit dibandingkan dengan cabai hibrida lainnya. Buahnya berwarna merah menyala pada saat masak dan rasanya cukup pedas, tetapi masih kalah pedas dibandingkan dengan cabai keriting. Cabai Hot Beauty paling sering diekspor ke Singapura, Taiwan, Malaysia, dan Belanda (Prajnanta 2007).

Lembaga/Organisasi Petani dalam Sistem Agribisnis

Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Davis dan Goldberg (1957), sistem agribisnis memiliki pengertian kegiatan pertanian yang mencakup penyediaan faktor produksi, usahatani, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Saragih (2010a) menggolongkannya menjadi beberapa subsistem yang menjadi bagian dari sistem agribisnis yaitu subsistem hulu, subsistem usahatani (on-farm), dan subsistem hilir yang terdiri dari pengolahan dan pemasaran.

Subsistem hulu merupakan industri-industri yang menghasilkan sarana dan prasaran produksi pertanian seperti industri agrokimia (pupuk, pestisida, dan obat-obatan hewan); industri agrootomotif (mesin pertanian, peralatan pertanian, dan pengolah hasil pertanian); dan industri perbenihan serta pembibitan. Subsistem usahatani (on-farm) merupakan pengertian pertanian dalam arti sempit yang dimulai dari menyiapkan lahan, menanam hingga kegiatan panen komoditas pertanian. Subsistem ini mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan peternakan, kehutanan dan perikanan baik di laut maupun di darat. Subsistem hilir merupakan kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk turunan dan memasarkan hasil pertanian tersebut. Firdaus (2008) menambahkan bahwa pada subsistem hilir tercakup juga kegiatan pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk-produk pertanian tersebut.

Hubungan antara satu subsistem dengan subsistem lain haruslah sangat erat dan terintegrasi dengan baik dalam tataran vertikal dan horizontal sehingga menghasilkan suatu sistem agribisnis komoditas pertanian tertentu yang baik. Dengan demikian, hubungan yang terjadi harus memiliki timbal balik satu sama lain berupa forward linkage dan backward linkage antar subsistem agribisnis (Firdaus 2008; Krisnamurthi 2010; Saragih 2010a; Saragih 2010b).

(18)

Gambar 2 Lingkup pembangunan sistem dan usaha agribisnis

Sumber: Departemen Pertanian dalam Saragih (2010a)

Dapat dilihat bahwa subsistem jasa penunjang yang didalamnya termasuk kelembagaan petani memegang peranan penting karena berkaitan dengan keempat subsistem agribisnis lainnya. Subsistem jasa penunjang bertindak sebagai pendukung kelancaran produksi dan pemasaran hasil pertanian mulai dari penyediaan faktor produksi pertanian hingga pemasaran produk-produk pertanian. Subsistem jasa penunjang juga menjadi faktor penting adanya peningkatan efisiensi dan skala ekonomi dengan inovasi dan teknologi melalui lembaga riset dan pendidikan pertanian. Jika melihat fungsi subsistem jasa penunjang yang cukup unik dan vital, maka kelembagaan petani yang dalam hal ini dapat berupa kelompoktani, Gapoktan maupun koperasi pertanian juga seharusnya memiliki fungsi mendukung kegiatan pertanian yang ada minimal dalam skala wilayah operasinya misalnya di desa.

Nasution (2002) menyebutkan bahwa rekayasa kelembagaan diperlukan agar kelembagaan tersebut mampu mengkoordinasikan semua potensi sumberdaya yang tersedia menjadi satu kekuatan utuh dan memiliki posisi tawar untuk menghadapi sistem perekonomian yang tidak kondusif bagi sebagian besar anggota masyarakat yang tergolong miskin, termasuk petani. Kelembagaan petani menjadi semakin vital dengan fungsinya yang menyatukan dan meningkatkan posisi tawar para petani sehingga dapat berdayasaing.

(19)

Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) sebagai Lembaga/Organisasi Petani

Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, Kelompoktani didefinisikan sebagai kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompoktani merupakan lembaga sosial-ekonomi pertanian yang menjadi sarana awal berkembangnya usahatani setiap petani yang tergabung didalamnya. Permentan Nomor 273 Tahun 2007 juga merumuskan ciri-ciri kelompoktani sebagai berikut:

1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota; 2. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusahatani;

3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi;

4. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

Permentan Nomor 273 tahun 2007, kelompoktani memiliki fungsi sebagai: 1. Kelas belajar

Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

2. Wahana kerjasama

Kelompoktani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani, dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman tantangan, hambatan, dan gangguan.

3. Unit Produksi

Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Permentan Nomor 273 tahun 2007, Gapoktan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga);

2. Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, kualitas, kontinuitas dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya;

3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada para petani yang memerlukan;

4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan, dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah;

(20)

Kelembagaan pertanian secara umum banyak dijadikan topik oleh para peneliti terdahulu. Artinya bukan hanya Gapoktan dan kelompoktani, tetapi lebih luas mencakup stakeholders pertanian yang ada dan melingkupi suatu sistem agribisnis komoditi tertentu. Rudiyanto (2011) mengemukakan bahwa kelembagaan merupakan norma-norma sehingga pendefinisiannya tertuju pada peraturan dan undang-undang yang mengatur serta norma-norma tidak tertulis yang berlaku diantara para petani. Sedangkan kelembagaan petani yang dimaksud di penelitian ini didefinisikan sebagai aktor yang menjalankan kelembagaan tersebut. Aktor atau kelembagaan petani sangat penting menurut Rudiyanto (2011) agar setiap kelembagaan (norma) dapat berjalan dengan baik dengan pembagian peran yang sesuai.

Pentingnya kelembagaan petani ini, oleh Mutaqin (2008) dideskripsikan dalam penelitiannya dengan kategorisasi berdasarkan subsistem agribisnis yang ada, sehingga terdapat perbedaan dalam hal sudut pandang dengan penelitian ini. Jika Mutaqin (2008) menitikberatkan pada setiap subsistem agribisnisnya dan lembaga apa saja yang terlibat di dalamnya, sedangkan penelitian ini menitikberatkan pada lembaganya yaitu Gapoktan dan kelompoktani dan bagaimana perannya pada setiap subsistem agribisnis.

Mengenai kinerja organisasi petani, Purba (2011) menjelaskannya dengan baik, terutama dari segi kinerja keuangan. Selain itu, penelitiannya juga menjelaskan mengenai kinerja organisasi secara deskriptif dilengkapi dengan analisa statistik agar mendapat gambaran jelas mengenai kinerja organisasi petani tersebut terhadap Gapoktan, poktan, dan KKT.

Lebih dalam lagi, mengenai Gapoktan secara utuh, Prihartono (2009) meneliti tentang dampak adanya Program Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang disalurkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertanian kepada para petani melalui Gapoktan. Analisis diarahkan kepada dampak PUAP terhadap kinerja Gapoktan dan pendapatan petani anggota Gapoktan. Dampak PUAP terhadap kinerja Gapoktan dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif dan secara kuantitatif dibandingkan antara sebelum dan sesudah adanya PUAP dengan uji korelasi. Hasilnya, terdapat enam indikator yang berkorelasi positif dengan adanya program PUAP tersebut sehingga lebih baik dari sebelum adanya program PUAP. Ini menunjukkan secara umum bahwa program PUAP membuat kinerja Gapoktan lebih baik.

Negara (2008) meneliti tentang analisis persepsi anggota terhadap kinerja organisasi kelompok usaha. Pengukuran kinerja diukur menggunakan Importance-Performance Analysis (IPA). Dengan analisis ini dapat dikelompokkan kinerja mana yang harus dipertahankan, ditingkatkan, dan ditinggalkan. Namun, penelitian ini tidak mengukur seberapa besar kinerja yang harus dipertahankan atau ditingkatkan itu memiliki dampak kepada para petani anggota itu sendiri.

(21)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang evaluasi kinerja dan dampak Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) dan Kelompoktani ini berlokasi di Desa Mekarmukti, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti yang berada di desa tersebut. Pemilihan tempat penelitian tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa Gapoktan Mekarmukti yang berada di desa Mekarmukti ini baru berdiri pada bulan April 2011 sehingga sangat relevan untuk mengukur analisis dampak keberadaan Gapoktan tersebut bagi para kelompoktani dan petani anggota serta dampak kelompoktani terhadap para petani anggotanya masing-masing. Selain itu, Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani di dalamnya juga akan diukur kinerjanya. Gapoktan Mekarmukti ini terbentuk dari 4 kelompoktani (Poktan) di desa Mekarmukti yaitu Poktan Cirendeu, Poktan Cigombong, Poktan Pasir Kokol, dan Poktan Datar Kawung. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011 untuk pengambilan data sebelum terbentuknya Gapoktan Mekarmukti dan rentang bulan Maret - Agustus 2012 untuk pengambilan data setelah adanya Gapoktan Mekarmukti dan pengukuran dampak yang terjadi.

Jenis dan Sumber Data

(22)

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu wawancara dengan para kontak tani setiap Kelompoktani dan pengisian kuesioner secara langsung untuk petani responden yang tergabung dalam Gapoktan Mekarmukti. Kuisioner berisi daftar pertanyaan dan bagian untuk pengisian jawaban yang berhubungan dengan keperluan input analisis-analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini. Jumlah petani yang akan diwawancara adalah 34 responden yang merupakan seluruh petani anggota Gapoktan Mekarmukti saat masa wawancara dilaksanakan. Kuisioner diisi oleh peneliti sendiri dan isiannya ditulis oleh peneliti berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden. Data sekunder dikumpulkan dengan cara: (1) Mendatangi langsung tempat sumber data yang dibutuhkan seperti perpustakaan IPB, perpustakaan Kementrian Pertanian, Kantor Desa Mekarmukti dan kantor BPS (2) mencari di internet dengan bantuan teknologi mesin pencari dan browser di komputer.

Pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal saat Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani anggotanya belum terbentuk dan tahap akhir setahun kemudian saat Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani anggotanya sudah terbentuk. Hal ini untuk mengukur kinerja Gapoktan Mekarmukti dan dampak secara langsung yang dirasakan oleh para responden dengan adanya Gapoktan Mekarmukti.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data primer didapatkan dari kuisioner dan wawancara langsung, maka untuk persiapan sebelum diolah adalah dirapikan terlebih dahulu dalam bentuk tabel-tabel menggunakan Microsoft Excel 2010. Sedangkan data sekunder diolah dalam bentuk tabel atau grafik yang lebih sederhana sehingga penyajiannya mudah. Beberapa data sekunder diolah dengan menggabungkannya menjadi satu dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Setelah data selesai dirapikan, tahap selanjutnya adalah tahap analisis data yang dilakukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis data secara kuantitatif menggunakan perangkat lunak statistik SPSS 16 kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan dalam bentuk narasi deskriptif.

Analisis Kinerja Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti dan Kelompoktani anggotanya

(23)

komersial dan berorientasi pasar; (8) memberikan pelayanan informasi dan teknologi kepada para petani; (9) adanya kerjasama antara Gapoktan dengan pihak lain; (10) adanya iuran anggota; dan (11) adanya penyisihan hasil usaha/kegiatan Gapoktan. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan pengukuran setiap indikatornya dengan 2 skala yaitu: sudah atau belum melaksanakan kinerja. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani anggotanya baru berjalann selama setahun sehingga belum melakukan perubahan yang signifikan. Adanya kinerja yang dilakukan sudah dinilai cukup baik meskipun semuanya belum optimal dilaksanakan. Sehingga, pengukuran kesebelas kinerja dilakukan secara sederhana dan tidak menggunakan analisis tertentu.

Pengukuran secara jelas dinilai sudah, jika sudah melaksanakan kinerja yang dimaksud meskipun belum optimal atau proses secara serius dan terencana menuju ke arah pelaksanaan kinerja. Secara deskriptif, kinerja juga dinilai belum melaksanakan kinerja jika belum ada usaha-usaha menuju arah pelaksanaan kinerja tersebut secara serius dan terencana.

Kemudian di setiap analisis akan dibuat data rekapitulasi, baik rekapitulasi kinerja dari Gapoktan Mekarmukti maupun rekapitulasi kinerja dari masing-masing kelompoktani. Hal ini agar dapat secara jelas mengukur presentase keberhasilan pelaksanaan kinerja Gapoktan Mekarmukti dan kelompoktani yang ada didalamnya. Khusus untuk kelompoktani, selain berdasarkan kinerja, rekapitulasi juga dilakukan berdasarkan kelompoktani itu sendiri sehingga dapat dilihat kelompoktani mana yang paling maju dan cukup berhasil dalam melaksanakan kinerjanya dengan baik.

Analisis Dampak Gapoktan Mekarmukti terhadap Petani Anggotanya

Kemampuan Gapoktan dijadikan indikator untuk mengukur dampak Gapoktan terhadap kelompoktani dan para petani anggotanya, yaitu:

1. Unit penyediaan sarana dan prasarana produksi meliputi: (a) tepat waktu penyediaan benih; (b) tepat jumlah penyediaan benih; (c) harga benih yang terjangkau; (d) tepat waktu penyediaan pupuk dan kapur pertanian; (e) tepat jumlah penyediaan pupuk dan kapur pertanian; (f) harga pupuk dan kapur pertanian yang terjangkau; (g) tepat waktu penyediaan alat dan mesin pertanian; (h) tepat jumlah penyediaan alat dan mesin pertanian; (i) harga alat dan mesin pertanian yang terjangkau; (j) tepat waktu penyediaan obat-obatan tanaman; (k) tepat jumlah penyediaan obatan tanaman; (l) harga obat-obatan tanaman yang terjangkau; dan (m) distribusi sarana dan prasarana produksi;

2. Unit usahatani meliputi: (a) koordinasi rencana penanaman setiap anggota yang sesuai dengan kapasitas lahan dan SDM petani anggota; (b) pencatatan usahatani setiap petani anggota yang rapi; dan (c) penerapan SOP (Standard Operational Procedure)budidaya oleh setiap petani anggota;

3. Unit pemasaran meliputi: (a) melakukan contract farming hasil pertanian anggota dengan mitra; (b) menyediakan jaringan pasar alternatif untuk hasil pertanian petani anggota yang tidak masuk kualifikasi mitra; (c) melakukan

(24)

4. Unit usaha keuangan mikro meliputi: (a) melakukan kegiatan simpan pinjam; (b) menyediakan jaringan peminjaman modal kepada para petani anggota; dan (c) membantu prosedur kegiatan peminjaman modal para petani anggota kepada lembaga permodalan.

Variabel-variabel di atas akan dikuantifikasi dengan memberikan skala 1-5 (skala Likert) dan penamaan setiap skala berbeda pada setiap indikatornya. Untuk skala waktu dan jumlah penyediaan sarana dan prasarana produksi adalah 1 = Tidak tepat; 2 = jarang tepat; 3 = cukup tepat; 4 = sering tepat; dan 5 = selalu tepat. Untuk skala harga sarana dan prasarana produksi adalah 1 = sangat mahal; 2 = mahal; 3 = cukup/pas; 4 = murah; dan 5 = sangat murah. Untuk skala distribusi sarana dan prasarana produksi adalah 1 = tidak lancar; 2 = jarang lancar; 3 = cukup lancar; 4 = sering lancar; dan 5 = selalu lancar. Untuk skala variabel Koordinasi rencana penanaman setiap anggota yang sesuai dengan kapasitas lahan dan SDM petani anggota; variabel Contract Farming hasil pertanian dengan mitra; grading; dan packing hasil pertanian anggota serta kegiatan simpan pinjam di Gapoktan adalah 1 = tidak baik; 2 = kurang baik; 3 = cukup baik; 4 = baik; dan 5 = sangat baik. Untuk skala pencatatan usahatani setiap petani anggota adalah 1 = tidak rapi; 2 = kurang rapi; 3 = cukup rapi; 4 = rapi; 5 = sangat rapi. Untuk skala penerapan SOP budidaya adalah 1 = tidak sama sekali; 2 = sebagian kecil; 3 = setengah bagian; 4 = sebagian besar; dan 5 = seluruhnya. Untuk skala penyediaan jaringan pasar alternatif; jaringan lembaga peminjaman modal kepada petani anggota; dan fasilitas bantuan prosedur peminjaman modal kepada lembaga permodalan adalah 1 = tidak ada sama sekali; 2 = jarang ada; 3 = cukup; 4 = sering ada; dan 5 = selalu ada. Data yang didapat kemudian ditabulasi agar menjadi sederhana dan mudah dianalisis. Analisis selanjutnya menggunakan uji statistik non-parametrik untuk komparasi, yaitu Uji Wilcoxon. Hasilnya akan dibuat dalam bentuk tabel dan akan diketahui mana saja variabel yang berubah atau sama saja antara sebelum dan sesudah adanya gapoktan dan kelompoktani. Uji Wilcoxon juga akan memberikan hasil yang menunjukkan perubahannya mengarah kepada arah lebih baik (positif) atau lebih buruk (negatif). Hasil Uji Wilcoxon kemudian akan diinterpretasikan dengan bentuk penjelasan narasi deskriptif.

Analisis Dampak Kelompoktani Anggota Gapoktan Mekarmukti terhadap Petani Anggotanya

Dari delapan upaya peningkatan kemampuan para petani (Deptan, 2007), dapat dikategorikan berdasarkan fungsi kelompoktani itu sendiri yaitu sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi. Kemudian variabel pengukuran dampak kelompoktani terhadap para petani anggotanya dapat dirumuskan dari upaya peningkatan kemampuan para petani tersebut yaitu:

1. Kelas Belajar meliputi: (a) partisipasi para petani dalam mengikuti pertemuan; (b) partisipasi para petani dalam berbagi setiap informasi usahataninya; dan (c) para petani memiliki rencana jangka panjang terkait luas lahan dan jumlah produksi serta teknologi yang akan digunakan nantinya;

(25)

3. Unit produksi meliputi: (a) rencana kegiatan usahatani setiap petani dengan detil; (b) para petani melakukan usahatani yang ramah lingkungan; dan (c) para petani memiliki teknologi lokal spesifik untuk lahan produksinya masing-masing.

Variabel-variabel di atas akan dikuantifikasi dengan memberikan skala 1-5 (skala Likert) dan penamaan setiap skala berbeda pada setiap indikatornya. Untuk skala variabel partisipasi petani dalam mengikuti pertemuan dan partisipasi para petani dalam berbagi informasi usahataninya adalah 1= tidak aktif sama sekali; 2 = jarang aktif; 3 = cukup aktif; 4 = sering aktif; dan 5 = sangat aktif. Untuk skala variabel rencana jangka panjang setiap petani dan rencana kegiatan usahatani setiap masa tanam adalah 1 = tidak ada; 2 = tidak detil; 3 = kurang detil; 4 = cukup detil; dan 5 = sangat detil. Untuk variabel kegiatan simpan pinjam; usahatani yang ramah lingkungan dan teknologi lokal spesifik untuk masing-masing usahataninya adalah 1 = tidak sama sekali; 2 = sebagian kecil; 3 = setengah bagian; 4 = sebagian besar; dan 5 = seluruhnya. Data yang didapat kemudian ditabulasi agar menjadi sederhana dan mudah dianalisis. Analisis selanjutnya menggunakan uji statistik non-parametrik untuk komparasi, yaitu Uji Wilcoxon. Hasilnya akan dibuat dalam bentuk tabel dan akan diketahui mana saja variabel yang berubah atau sama saja antara sebelum dan sesudah adanya gapoktan dan kelompoktani. Uji Wilcoxon juga akan memberikan hasil yang menunjukkan perubahannya mengarah kepada arah lebih baik (positif) atau lebih buruk (negatif). Hasil Uji Wilcoxon kemudian akan diinterpretasikan dengan bentuk penjelasan narasi deskriptif.

Uji Wilcoxon Berpasangan

Uji Wilcoxon berpasangan termasuk ke dalam salah satu uji statistik non-parametrik. Uji Wilcoxon berpasangan digunakan untuk mengkomparasi dua data yang berpasangan. Syarat jenis data dalam melakukan Uji Wilcoxon berpasangan adalah data ordinal. Pada variabel penelitian ini, data nominal dapat dimanipulasi dengan memberikan skoring (skala likert) sehingga dapat dikategorikan dan jenis data meningkat dari data nominal menjadi data ordinal. Langkah- Langkah Pengujiannya adalah :

1. Berikan jenjang (rank) untuk tiap beda dari pasangan pengamatan (yi – xi) sesuai dengan besarnya, dari yang terkecil sampai terbesar tanpa memperhatikan tanda dari beda itu (nilai beda absolut);

2. Bila ada dua atau lebih beda yang sama, maka jenjang untuk tiap-tiap beda itu adalah jenjang rata-rata;

3. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap beda sesuai dengan tanda dari beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan;

4. Jumlahkan semua jenjang bertanda positif atau negatif, tergantung dari mana yang memberikan jumlah yang lebih kecil setelah tandanya dihilangkan. Notasi jumlah jenjang yang lebih kecil ini dengan T;

5. Bandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai t uji Wilcoxon.

(26)

Analisis menggunakan software statistik SPSS 16, Uji Wilcoxon berpasangan dapat dilakukan dengan menginput data kemudian analyze dan non-parametric test dengan memilih 2-related samples dan kemudian centang kotak Wilcoxon. Hasil akan keluar dalam bentuk output lengkap Uji Wilcoxon meliputi jumlah beda positif, jumlah beda negatif, jumlah ties atau sama dan keluaran

Asymp. Sig. (2-tailed) yang akan memberikan keputusan apakah H0 diterima atau

ditolak dengan membandingkan dengan nilai α. Nilai α yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebesar 0,05 atau 5 persen. H0 ditolak apabila nilai Asymp.

Sig. (2-tailed)lebih kecil daripada α dan H0 diterima apabila nilai Asymp. Sig. ( 2-tailed)lebih besar daripada α.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Gapoktan Mekarmukti

Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti merupakan Gapoktan yang berada di Desa Mekarmukti, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Gapoktan Mekarmukti terbentuk dari 4 kelompoktani yang berada di wilayah Desa Mekarmukti yaitu Kelompoktani Cirendeu, Kelompoktani Cigombong, Kelompoktani Pasir Kokol, dan Kelompoktani Datar Kawung. Dasar pembentukan kelompoktani yang berada di Gapoktan Mekarmukti adalah berbasis kesamaan lahan usahatani cabai yang berada dalam satu area tertentu. Keempat kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti memiliki kesamaan varietas yang diusahakan oleh para petaninya yaitu cabai merah besar. Karena itu, meskipun para petani anggota kelompoktani di lingkup Gapoktan Mekarmukti juga memiliki usahatani sayuran selain cabai, sejak awal Gapoktan Mekarmukti dibentuk khusus untuk mengakomodir usahatani varietas cabai merah besar yang harganya sangat fluktuatif di pasaran. Lingkup kerja Gapoktan Mekarmukti ini hanya terbatas pada penyediaan sarana dan prasarana produksi; usahatani; pemasaran; packaging dan

labeling dari komoditas cabai merah besar yang diusahatani petani. Sedangkan komoditas sayuran lain karena bersifat masih sedikit dan belum mendominasi lahan usahatani para petani, maka dikelola masing-masing petani.

(27)

gapoktan, para petani sulit untuk menembus pasar modern dan memiliki mitra untuk penjualan hasil pertanian karena sulit memenuhi kuota produksi dengan lahan yang sempit dan syarat kualitas yang diinginkan mitra.

Dengan adanya Gapoktan Mekarmukti, para petani cabai merah besar mendapatkan bantuan penyuluhan Standard Operational Procedure (SOP) usahatani komoditas cabai merah besar varietas Biola atau Hot Beauty sehingga dapat memenuhi persyaratan kualitas yang diinginkan mitra. Selain itu, kuota dan kontinuitas produksi pun dapat terpenuhi dengan baik dari produksi hasil pertanian para petani anggota Gapoktan Mekarmukti.

Varietas cabai merah besar yang diusahatanikan oleh para petani di Gapoktan Mekarmukti adalah varietas Biola atau Hot Beauty. Varietas ini dinilai cukup baik hasilnya pada ketinggian 1100-1200 mdpl yang merupakan ketinggian rata-rata lahan usahatani cabai di Desa Mekarmukti. Lahan usahatani cabai yang dimiliki oleh para petani anggota seluruhnya merupakan lahan eks perkebunan teh swasta yaitu PT Cigombong dengan total lahan usahatani cabai seluas 15 hektar.

Struktur organisasi Gapoktan Mekarmukti yang baru terbentuk hanya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara dibantu oleh para ketua kelompoktani. Setelah periode tanam pertama selesai, gapoktan mulai melakukan unit usaha dari pengadaan sarana dan prasarana produksi berupa pengambilan selisih antara harga grosir pembelian saprotan dengan harga satuan yang diberikan kepada petani. Para petani membeli dengan harga normal, seperti saat membeli sendiri, kepada Gapoktan Mekarmukti, sedangkan gapoktan mendapatkan harga grosir dari pihak penjual saprotan karena membeli dalam jumlah banyak. Struktur organisasi pun berkembang dengan adanya Penanggung Jawab (PJ) Unit Usaha Saprotan. Struktur selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.

(28)

Para petani anggota Gapoktan Mekarmukti melakukan penanaman perdana pada bulan Juli 2011 dengan target bulan oktober 2011 sudah panen dan menyelesaikan kontrak. Waktu penanaman selama 4 bulan dengan 1 bulan berupa pengolahan tanah dan pembuatan bedengan. Hasil panen pada tahap pertama mencapai 65,33 persen. Penanaman kedua varietas cabai merah besar Hot Beauty

dilakukan pada bulan Februari 2012 dengan target bulan Mei 2012 sudah panen dan menyelesaikan kontrak. Kondisi Gapoktan Mekarmukti yang baru mengalami 2 kali masa produksi ini dinilai baik untuk meneliti tentang evaluasi kinerja Gapoktan dan kelompoktani yang tergabung didalamnya serta mengetahui dampak adanya Gapoktan Mekarmukti ini bagi kelompoktani dan para petani anggota.

Analisis Kinerja Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Mekarmukti

Dari sebelas kinerja yang seharusnya dilakukan oleh gabungan kelompoktani, Gapoktan Mekarmukti sudah menjalankan delapan kinerja gapoktan, yaitu: (1) adanya rencana kerja Gapoktan; (2) adanya evaluasi rencana kerja Gapoktan; (3) adanya aturan/norma tertulis; (4) adanya pencatatan/pengadminstrasian setiap anggota organisasi; (5) memfasilitasi kegiatan usaha bersama; (6) memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar; (7) adanya kerjasama antara Gapoktan dengan pihak lain; dan (8) adanya penyisihan hasil usaha/kegiatan Gapoktan. Sedangkan tiga kinerja yang masih belum dilaksanakan adalah: (1) adanya pertemuan/rapat pengurus yang berkala; (2) memberikan pelayanan informasi dan teknologi kepada para petani; dan (3) adanya iuran anggota. Rekapitulasi kinerja Gapoktan Mekarmukti dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Evaluasi kinerja Gapoktan Mekarmukti

No Kinerja Gapoktan Sudah/Belum

1 Adanya pertemuan/rapat pengurus yang berkala -

2 Adanya rencana kerja Gapoktan √

3 Adanya evaluasi rencana kerja Gapoktan √

4 Adanya aturan/norma tertulis √

5 Adanya pencatatan/pengadminstrasian setiap anggota organisasi

6 Memfasilitasi kegiatan usaha bersama √ 7 Memfasilitasi usahatani secara komersial dan

berorientasi pasar

8 Memberikan pelayanan informasi dan teknologi kepada para petani

- 9 Adanya kerjasama antara Gapoktan dengan

pihak lain

10 Adanya iuran anggota -

11 Adanya penyisihan hasil usaha/kegiatan Gapoktan

(29)

Gapoktan Mekarmukti hanya memiliki jadwal untuk rapat rutin sebanyak 2 kali dalam setahun yang diikuti oleh seluruh anggota petani yaitu pada saat akan memulai tanam untuk musyawarah Rencana Usaha Bersama (RUB) dan pada saat setelah panen untuk evaluasi periode tanam sebelumnya dan pembagian uang hasil penjualan kepada para petani. Gapoktan Mekarmukti memiliki Rencana Kerja Gapoktan (RKG) yang dibuat bersamaan dengan Rencana Usaha Bersama (RUB) pada saat pertemuan anggota gapoktan sebelum periode tanam dimulai. Rencana Kerja Gapoktan yang dibuat masih sangat sederhana mengingat baru satu unit usaha yang dijalankan yaitu unit usaha pengadaan sarana dan prasarana produksi pertanian (saprotan). Gapoktan Mekarmukti melakukan evaluasi Rencana Kerja Gapoktan (RKG) yang dilakukan pada saat pertemuan seluruh petani anggota Gapoktan Mekarmukti saat periode tanam selesai dan pembagian hasil penjualan. Evaluasi dilakukan dengan penyampaian evaluasi dari pengurus gapoktan termasuk penyampaian hasil keuntungan unit usaha. Kemudian diberikan kepada forum untuk menyampaikan evaluasinya masing-masing terutama terkait dengan usahatani dan masalah teknis lainnya.

Gapoktan Mekarmukti sudah memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan dipatuhi oleh seluruh kelompoktani dan para petani anggota. Namun, keberadaan reward and punishment belum bisa diterapkan secara efektif dan keseluruhan sehingga kurang motivasi bagi para petani anggota untuk menonjol atau berprestasi di lingkup Gapoktan Mekarmukti. Gapoktan Mekarmukti sudah menjalankan pencatatan/pengadministrasian yang cukup baik yang diampu oleh struktur sekretaris dalam kepengurusan gapoktan. Selain itu, kegiatan pencatatan/pengadministrasian juga dibantu oleh penyuluh pertanian lapang yang diutus dari Bank Indonesia khususnya untuk bagian pelaporan perkembangan Klaster Cabai Nasional kepada Bank Indonesia.

Gapoktan Mekarmukti sudah memiliki sebuah unit usaha yang baru dikembangkan untuk memfasilitasi kegiatan usaha bersama. Ini merupakan bagian dari usaha Gapoktan untuk memfasilitasi realisasi Rencana Usaha Bersama (RUB) yaitu kegiatan usaha bersama di subsistem hulu. Unit usaha ini merupakan unit usaha pengadaan sarana dan prasarana produksi pertanian yang meliputi benih, pupuk dan kapur pertanian, alat dan mesin pertanian, dan obat-obatan tanaman. Gapoktan Mekarmukti bekerjasama dengan Program Klaster Cabai Nasional sering mendatangkan para ahli dan yang berpengalaman di bidang usahatani cabai untuk memberikan masukan dan arahan terkait usahatani yang efektif dan efisien. Gapoktan Mekarmukti juga bekerjasama dengan kelompoktani yang berada di dalamnya agar mau juga membentuk diskusi serupa dengan mendatangkan ahli dan yang berpengalaman di bidang usahatani cabai tersebut. Hal ini merupakan salah satu usaha Gapoktan Mekarmukti untuk meningkatkan kinerjanya di bidang fasilitasi usahatani berorientasi pasar.

(30)

produksi. Kerjasama ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan harga grosir dan potongan harga sehingga dapat memberikan harga sarana dan prasarana produksi yang lebih murah kepada para petani anggota dan mendukung berjalannya unit usaha yang dilakukan oleh Gapoktan.

Gapoktan Mekarmukti belum menerapkan aturan iuran anggota kepada para petani anggotanya. Hal ini disebabkan karena para petani belum memiliki modal yang cukup untuk kebutuhan usahatani dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga para petani anggotanya sehingga iuran masih memberatkan para petani anggota. Gapoktan Mekarmukti sudah melakukan penyisihan hasil usaha dan kegiatan Gapoktan berupa unit usaha dengan tujuan yang berbeda. Penyisihan hasil usaha dilakukan gapoktan dengan tujuan untuk pencicilan pinjaman lunak yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada para petani anggota melalui Gapoktan Mekarmukti. Sedangkan penyisihan kegiatan gapoktan yang berupa unit usaha pengadaan sarana dan prasarana produksi pertanina dilakuan dengan tujuan untuk membiayai kegiatan gapoktan lainnya dan untuk pengumpulan modal pendirian koperasi pertanian di Desa Mekarmukti.

Analisis Kinerja Kelompoktani Anggota Gapoktan Mekarmukti

Dari keempat kelompoktani yang berada di dalam Gapoktan Mekarmukti, belum ada yang menjalankan kinerjanya sebagai kelompoktani dengan baik dan menyeluruh sehingga masih butuh pengembangan dan perbaikan bagi para pengurus kelompoktani dan para petani anggota. Meskipun begitu, dapat dilihat bahwa Kelompoktani Cirendeu memiliki kinerja terbaik jika dibandingkan dengan tiga kelompoktani lainnya. Arahan dari Gapoktan Mekarmukti juga sangat diperlukan untuk keempat kelompoktani yang ada agar terjadi pemerataan kinerja diantara keempat kelompoktaninya dan akan berdampak pada kinerja Gapoktan Mekarmukti secara keseluruhan sehingga skala ekonomi dan kesejahteraan petani dapat meningkat dengan baik. Evaluasi kinerja setiap kelompoktani yang berada di Gapoktan Mekarmukti berdasarkan kelompoktani masing-masing dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Evaluasi kinerja kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti berdasarkan kelompoktani

No Kelompoktani Total Kinerja

Terlaksana

persentase Kinerja

1 Cirendeu 8 dari 11 72,70

2 Cigombong 4 dari 11 36,40

3 Pasir Kokol 4 dari 11 36,40

4 Datar Kawung 6 dari 11 54,50

Rata-Rata persentase Kinerja 50,00

(31)

tertentu. Hal ini juga dapat dijadikan pedoman bagi Gapoktan Mekarmukti agar dapat memberikan arahan-arahan terkait kinerja yang perlu ditingkatkan termasuk meminta kelompoktani yang sudah melaksanakan kinerja tertentu untuk membantu kelompoktani lain yang belum menentukan kinerja tertentu tersebut agar merata di seluruh kelompoktani. Secara keseluruhan, evaluasi kinerja kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti berdasarkan kinerja kelompoktani dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Evaluasi kinerja kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti berdasarkan kinerja kelompoktani

3 Adanya evaluasi rencana kerja Kelompoktani

9 Adanya kerjasama dengan pihak lain

CRD: Kelompoktani Cirendeu; CGB: Kelompoktani Cigombong; PKK: Kelompoktani Pasir Kokol; DTK: Kelompoktani Datar Kawung.

Analisis Dampak Gapoktan Mekarmukti terhadap Kelompoktani dan Petani Anggotanya

Dampak Gapoktan Mekarmukti sebagai Unit Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi

Rekapitulasi hasil Uji Statistik non-parametrik Wilcoxon berpasangan mengenai variabel-variabelnya dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan tabel, sebagian besar nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih kecil daripada α = 0,05 yang

(32)

populasi setelah bedirinya Gapoktan Mekarmukti dibandingkan populasi sebelumnya, yaitu sebelum berdirinya Gapoktan Mekarmukti.

Tabel 5 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan untuk variabel-variabel unit penyediaan sarana dan prasarana produksi

No Variabel Ranks 10 Waktu penyediaan obat-obatan

tanaman

14 0 20 0,001 Ditolak

11 Jumlah penyediaan obat-obatan tanaman

14 9 11 0,004 Ditolak 12 Harga obat-obatan tanaman 10 15 9 0,075 Diterima 13 Distribusi sarana dan prasarana

produksi

10 13 11 0,532 Diterima

Sebanyak 10 variabel atau 76,92 persen dari fungsi gapoktan sebagai unit penyediaan sarana dan prasarana produksi menghasilkan interpretasi bahwa terjadi perbedaan populasi saat sebelum dan sesudah adanya Gapoktan Mekarmukti. Selain itu, terdapat 3 variabel atau 23,08 persen sisanya yang menggambarkan bahwa kedua populasi sama atau tidak terjadi perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya Gapoktan Mekarmukti.

Dengan adanya unit usaha penyediaan sarana dan prasarana produksi yang diselenggarakan Gapoktan Mekarmukti, terlihat memiliki dampak yang cukup baik bagi para petani anggota. Para petani anggota merasa lebih baik dan lebih mudah dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi usahatani cabai mereka. Hal tersebut dapat dilihat bahwa dari 10 variabel yang mengalami perbedaan populasi, terdapat 8 variabel yang unggul di Ranks + (positif) yang menandakan bahwa perbedaan yang terjadi ke arah yang lebih baik. Hal ini terjadi pada faktor waktu pengadaan yang lebih tepat waktu dan jumlah pengadaan yang sesuai dengan kebutuhan para petani anggota.

(33)

mengalami perbedaan populasi ke arah yang lebih buruk (Ranks -) dan 2 variabel tidak terjadi perbedaan dibanding saat belum berdirinya gapoktan. Dampak adanya unit usaha penyediaan sarana dan prasarana produksi yang diadakan oleh Gapoktan Mekarmukti harus lebih melihat faktor keinginan para petani anggota yang ingin mendapatkan harga murah dan tidak mengambil untung semata untuk modal gapoktan.

Para petani anggota terutama menilai bahwa harga semakin mahal untuk faktor produksi benih cabai dan pupuk serta kapur pertanian. Padahal dua komponen ini sangat dibutuhkan disaat awal masa penanaman. Sedangkan harga obat-obatan tanaman termasuk pestisida yang disediakan Gapoktan Mekarmukti dirasa sama saja jika para petani tersebut membeli sendiri. Hal tersebut juga terjadi pada harga alat dan mesin pertanian. Namun, dari semua itu, para petani anggota masih merasakan manfaat adanya Gapoktan Mekarmukti sebagai unit penyediaan sarana dan prasarana produksi dari faktor waktu dan jumlah penyediaan faktor-faktor produksi seperti benih, pupuk dan kapur pertanian, alat dan mesin pertanian serta obat-obatan tanaman.

Varibel distribusi sarana dan prasarana produksi yang dilakukan oleh Gapoktan Mekarmukti sebagai unit penyediaan faktor-faktor produksi juga dirasakan belum berdampak kepada para petani anggota. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Desa Mekarmukti yang sulit dan akses jalan yang cukup rusak sehingga para petani anggota tetap saja masih membutuhkan transportasi tambahan untuk mengangkut faktor-faktor produksi yang sudah dipesan dari gudang Gapoktan Mekarmukti yang ada di Kampung Cirendeu. Gapoktan Mekarmukti berencana menambah modal untuk pengadaan alat transportasi sehingga dapat memberikan dampak positif bagi distribusi sarana dan prasarana produksi kepada para petani anggota.

Secara keseluruhan, Gapoktan Mekarmukti cukup baik dalam menjalankan fungsinya sebagai unit penyediaan sarana dan prasarana produksi dan berdampak positif bagi para petani sebesar 61,54 persen. Namun, faktor harga sarana dan prasarana produksi masih menjadi kendala bagi Gapoktan Mekarmukti sehingga justru berdampak buruk bagi para petani anggota sebesar 15,38 persen. Sisanya sebesar 23,08 persen belum berdampak sama sekali bagi para petani anggota.

Dampak Gapoktan Mekarmukti sebagai Unit Usahatani

Rekapitulasi hasil Uji Statistik non-parametrik Wilcoxon berpasangan mengenai variabel-variabelnya dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan data, ketiga variabel yang diuji secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan populasi antara sebelum adanya Gapoktan Mekarmukti dengan sesudahnya. Dari ketiga variabel tersebut, sebanyak 66,67 persen atau dua pertiga dari variabel fungsi usahatani ini mengalami perubahan ke arah positif dengan adanya Gapoktan Mekarmukti dan mencapai angka 100 persen data yang memiliki Ranks

(34)

Tabel 6 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan

1 Koordinasi rencana penanaman setiap anggota

14 0 20 0,000 Ditolak 2 Pencatatan usahatani setiap

petani anggota

34 0 0 0,000 Ditolak

3 Penerapan SOP (Standard

Operational Procedure)

budidaya oleh setiap petani anggota

34 0 0 0,000 Ditolak

Sejak keberadaan Gapoktan Mekarmukti, para petani lebih dituntut untuk memperbaiki perilaku usahataninya agar lebih baik lagi dalam rangka meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk hasil pertanian para petani anggota itu sendiri. Bahkan dengan kehidupan usahatani yang lebih terorganisir dengan rapi, para petani anggota akan memiliki posisi tawar yang lebih baik lagi dan akan mendapatkan harga yang sesuai. Hal ini juga berkaitan dengan kebutuhan mitra PT Mitratani Agro Unggul yang menuntut para petani untuk memberikan hasil produksi terbaiknya.

Gapoktan Mekarmukti sangat mempengaruhi para petani anggota agar mau melakukan pencatatan usahataninya agar dapat diketahui masalah usahatani masing-masing petani dan dapat dipecahkan lebih cepat. Adanya pencatatan usahatani juga memberikan solusi teknik budidaya yang lebih baik lagi yang dikembangkan sendiri oleh para petani anggota. Kemudian dengan adanya penerapan SOP usahatani, para petani anggota menjadi lebih efektif dan efisien dalam menggunakan faktor-faktor produksi sehingga tidak berlebihan, misalnya penggunaan obat-obatan tanaman. Penggunaan obat-obatan tanaman berlebihan bahkan dapat menurunkan kualitas dari produk hasil pertanian itu sendiri. Gapoktan Mekarmukti berusaha membuat SOP yang tepat dengan kondisi lahan dan keadaan usahatani di Desa Mekarmukti bekerjasama dengan penyuluh pertanian dan mitra. Kemudian secara gencar Gapoktan Mekarmukti mensosialisasikan SOP tersebut hingga dapat digunakan oleh para petani anggota.

(35)

melakukan usaha lebih agar para petani mau melakukan koordinasi rencana penanaman usahatani mereka.

Secara keseluruhan, Gapoktan Mekarmukti sangat baik dalam melakukan fungsi usahataninya sehingga berdampak seluruhnya atau 100 persen kepada para petani anggota. Para petani melakukan koordinasi rencana penanaman, pencatatan usahatani dan penerapan SOP usahatani setelah adanya Gapoktan Mekarmukti.

Dampak Gapoktan Mekarmukti sebagai Unit Pemasaran

Analisis dampak Gapoktan Mekarmukti dalam melakukan fungsi sebagai unit pemasaran menggunakan variabel yang meliputi: (a) melakukan contract farming hasil pertanian anggota dengan mitra; (b) menyediakan jaringan pasar alternatif untuk hasil pertanian petani anggota yang tidak masuk kualifikasi mitra; (c) melakukan grading hasil pertanian anggota; dan (d) melakukan packing hasil pertanian anggota.

Keempat variabel ini diukur pada dua kondisi, yaitu kondisi sebelum berdirinya Gapoktan Mekarmukti dan kondisi sesudah berdirinya Gapoktan Mekarmukti. Sehingga dapat dilihat apakah terdapat perbedaan diantara 2 kondisi tersebut yang dipengaruhi oleh keberadaan Gapoktan Mekarmukti. Rekapitulasi hasil Uji Statistik non-parametrik Wilcoxon berpasangan mengenai variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Rekapitulasi hasil uji statistik non-parametrik wilcoxon berpasangan untuk variabel-variabel unit pemasaran 1 Contract farming hasil pertanian

anggota dengan mitra

Berdasarkan Tabel 7, seluruh fungsi pemasaran yang dilakukan oleh Gapoktan Mekarmukti memberikan dampak yang positif bagi para petani. Seluruh variabel atau 100 persen dari keempat variabel fungsi pemasaran di atas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan populasi antara sebelum dan sesudah berdirinya Gapoktan Mekarmukti. Bahkan, keempat variabel di atas menunjukkan bahwa seluruh petani anggota Gapoktan Mekarmukti merasakan perbedaan ke arah yang positif dalam menjalankan fungsi Gapoktan Mekarmukti sebagai unit pemasaran produk hasil pertanian mereka.

(36)

Gapoktan Mekarmukti melakukan packing dan grading terhadap produk hasil pertanian para petani anggota dan hal ini sangat berdampak bagi para petani. Para petani anggota merasakan kenyamanan dalam berusahatani karena sudah memiliki pasar yang jelas dan harga yang sesuai untuk produk hasil pertanian mereka. Para petani anggota juga merasa puas dengan adanya packing dan grading yang dilakukan oleh Gapoktan Mekarmukti sehingga produk hasil pertanian mereka memiliki nilai tambah dan meningkatkan kualitas.

Gapoktan Mekarmukti juga menjalankan fungsi pemberian jaringan pasar alternatif kepada para petani anggota dengan baik. Kondisi lahan dan cuaca yang tidak menentu menyebabkan cukup banyak produk hasil pertanian para petani anggota menjadi tidak memenuhi kualifikasi yang diinginkan oleh mitra sehingga tidak dapat masuk ke dalam kuota produksi yang harus dipenuhi. Selain itu, beberapa petani yang memiliki lahan cukup luas akan memiliki sisa hasil produksi yang tidak terserap semuanya untuk memenuhi kouta produksi ke mitra. Sehingga dengan adanya produk hasil pertanian yang lebih dan atau tidak memenuhi kualifikasi yang diinginkan oleh mitra membuat Gapoktan Mekarmukti mencarikan pasar alternatif untuk pemasarannya. Fungsi ini dirasakan sangat berdampak positif bagi para petani anggota karena produk hasil pertanian mereka menjadi dapat terserap secara keseluruhan ke pasar, baik pasar modern melalui kontrak produksi dan pasar tradisional.

Secara keseluruhan, Gapoktan Mekarmukti sangat baik dalam melakukan fungsi pemasarannya sehingga berdampak seluruhnya atau 100 persen kepada para petani anggota. Para petani anggota mendapatkan pasar yang lebih baik dengan adanya kontrak produksi dengan mitra. Para petani anggota juga memiliki produk hasil pertanian yang bernilai tambah dan berkualitas tinggi dengan adanya

packing dan grading yang dilakukan gapoktan. Para petani anggota juga merasakan dampak adanya gapoktan dalam pencarian pasar alternatif sehingga produk hasil pertanian mereka dapat terserap secara keseluruhan ke pasar.

Dampak Gapoktan Mekarmukti sebagai Unit Usaha Keuangan Mikro

Analisis dampak Gapoktan Mekarmukti dalam melakukan fungsi sebagai unit usaha keuangan mikro menggunakan variabel yang meliputi: (a) melakukan kegiatan simpan pinjam; (b) menyediakan jaringan peminjaman modal kepada para petani anggota; dan (c) membantu prosedur kegiatan peminjaman modal para petani anggota kepada lembaga permodalan.

Gambar

Gambar 2   Lingkup pembangunan sistem dan usaha agribisnis
Gambar 3  Struktur organisasi Gapoktan Mekarmukti
Tabel 2  Evaluasi kinerja Gapoktan Mekarmukti
Tabel 4  Evaluasi kinerja kelompoktani anggota Gapoktan Mekarmukti
+4

Referensi

Dokumen terkait

Desain pada kaos sudah menunjukkan khas Probolinggo dengan illustrasi wisata alam serta kesenian yang saat ini sedang dikembangkan Probolinggo dan mulai dikenal oleh

Dari Berdasarkan hasil pemikiran dan kajian di atas, dapatlah dirumuskan beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut; Pertama, Bahwa budaya masyarakat kawasan

Dukungan Masyarakat Dan Sumber Informasi Yang Di Peroleh Terhadap Wacana Pemekaran Rumbai Tahun 2014 Fenomena keinginan masyarakat pada berbagai wilayah untuk

Review potensi rumput laut ini bermaksud memberikan informasi mengenai kajian pemanfaatan sumber daya rumput laut dari aspek industri dan kesehatan, sehingga

Tujuan kajian ini adalah untuk memaparkan ting- kat ketimpangan pendidikan antarkabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012, dan menga- nalisis hubungan

Cook dan Wang (1983) mengkaji perubahan dalam parameter transfomasi bagi pembolehubah sambutan regresi linear sementara Atkinson (1983) memberi perhatian terhadap

• Waktu kedatangan total dari permintaan pada setiap LAN adalah sama dengan jumlah client dikalikan dengan laju kedatangan rata-rata setiap permintaan untuk setiap client. Secara

The calculation of dBm is helpful in several different types of applications, and can be used to calculate any size power ratio.. In most cases, dBm is used to measure absolute power