• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi morfometrik ukuran tubuh kuda delman di Sulawesi Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi morfometrik ukuran tubuh kuda delman di Sulawesi Utara"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI MORFOMETRIK UKURAN TUBUH KUDA DELMAN DI

SULAWESI UTARA

SKRIPSI

FUAD HASAN HARAHAP

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

FUAD HASAN HARAHAP D14070013. 2011. Studi Morfometrik Ukuran Tubuh Kuda Delman di Sulawesi Utara. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M. Rur. Sc Pembimbing Anggota : Ir. Rini H. Mulyono, M. Si

Penggunaan kuda sebagai alat transportasi (delman/bendi) sudah dikenal masyarakat sejak dahulu. Kuda masih tetap digunakan sebagai alat transportasi (delman/bendi) di beberapa wilayah Indonesia sampai saat ini. Penelitian kuda delman berdasarkan morfometrik masih sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menggolongkan kuda delman Sulawesi Utara yang meliputi beberapa lokasi berdasarkan variabel pembeda ukuran-ukuran tubuh dan menentukan ketidakserupaan morfometrik dari berbagai lokasi pengamatan tersebut. Data ukuran-ukuran tubuh kuda delman berasal dari Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon yang berada di Sulawesi Utara. Ukuran-ukuran tubuh kuda delman yang digunakan meliputi lebar dada, dalam dada, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul, panjang badan, panjang paha, panjang leher, lebar kepala dan panjang kepala.

Pengolahan data ukuran-ukuran tubuh kuda delman menggunakan analisis deskriptif, uji T2-Hotelling, analisis diskriminan Fisher, Wald-Anderson dan jarak minimum D2-Mahalanobis. Berdasarkan hasil analisis deskriptif ukuran tubuh kuda delman betina lebih besar dibandingkan kuda delman jantan. Hasil uji T2-Hotelling menunjukkan adanya perbedaan ukuran tubuh antara kuda delman jantan dan betina pada setiap lokasi pengamatan (P<0,05) dan antara dua lokasi pengamatan pada masing-masing jenis kelamin (P<0,05).

Berdasarkan hasil analisis diskriminan Fisher ditemukan lima variabel pembeda, yaitu lebar dada (X1), tinggi pundak (X3), lebar pinggul (X5), panjang badan (X6) dan panjang paha (X7) pada kuda delman jantan Manado vs Minahasa; enam variabel pembeda, yaitu lebar dada (X1), dalam dada (X2), tinggi pundak (X3), tinggi pinggul (X4), lebar pinggul (X5) dan panjang paha (X7) pada kuda delman jantan Manado vs Tomohon dan enam variabel pembeda, yaitu lebar dada (X1),

dalam dada (X2), tinggi pundak (X3), tinggi pinggul (X4), lebar pinggul (X5) dan panjang paha (X7) pada kuda delman jantan Minahasa vs Tomohon. Berdasarkan hasil analisis diskriminan Fisher ditemukan satu variabel pembeda, yaitu panjang kepala (X10) pada kuda delman betina MinahasavsMinahasa Selatan; empat variabel pembeda, yaitu lebar dada (X1), tinggi pundak (X3), tinggi pinggul (X4) dan panjang paha (X7) pada kuda delman betina Minahasa Selatan vs Tomohon. Variabel pembeda tidak ditemukan pada kuda delman jantan Manado vs Minahasa Selatan,

Minahasa vs Minahasa Selatan, Minahasa Selatan vs Tomohon dan kuda delman

betina Manado vs Minahasa, Manado vs Minahasa Selatan, Manado vs Tomohon,

MinahasavsTomohon.

Hasil analisis Wald-Anderson menemukan kesalahan penggolongan secara statistik dengan faktor koreksi 78,68% pada kuda delman jantan Manado vs

Minahasa; 87,95% pada kuda delman jantan Manado vs Tomohon; 76,68% pada

(3)

ii menemukan kesalahan penggolongan secara statistik dengan faktor koreksi 79,33% pada kuda delman betina Minahasavs Minahasa Selatan; 91,43% pada kuda delman

betina Minahasa SelatanvsTomohon.

Jarak minimum D2-Mahalanobis pada kuda delman jantan Manado dan Minahasa ditemukan sebesar 1,6458; Manado dan Tomohon 3,0353; Minahasa dan Tomohon 1,6151. Jarak minimum D2-Mahalanobis pada kuda delman betina Minahasa vs Minahasa Selatan ditemukan sebesar 1,3314; Minahasa Selatan dan

Tomohon 3,4642. Dendogram ketidakserupaan morfometrik yang dihasilkan, menunjukkan titik percabangan 1,1703 yang membagi kuda delman jantan menjadi dua kelompok, yaitu kuda delman jantan Minahasa dan Tomohon yang membentuk satu kelompok (kelompok A) dan kelompok kuda delman jantan Manado (kelompok B). Kelompok A yang meliputi kuda delman jantan Minahasa dan Tomohon dipisahkan pada titik percabangan 0,8075. Kesimpulan yang diperoleh adalah kuda delman jantan Minahasa dan Tomohon memiliki morfometrik tubuh yang lebih dekat daripada antara kuda delman jantan Minahasa dan Manado berdasarkan variabel-variabel pembeda yang ditemukan.

(4)

ABSTRACT

Morphometric Study of Horse Wagon in Sulawesi Utara Harahap, F.H., R. R. Noor and R. H. Mulyono

This research use secondary data obtained from Takaendengan, B. J. (Samratulangi University). The study was conducted from February to May 2011. The data were analized at the Laboratory of Genetics and Animal Breeding Section, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University. North Sulawesi horses allegedly is the result of crosses between some of European and local horses. Genetic information on North Sulawesi, especially horse wagon is limited so that the genetic approach through morphometric study were done. Morphometric traits include chest width, chest depth, shoulder height, hip height, hip width, body length, thigh length, neck length, head width and head length analized. The data were analized using descriptive analyse to determine the diversity of the horse population, Fisher discriminant analysis was used in order to identify variables that distinguish the character of the horse population.

Result shows that the body size of female is larger than male. The results show differences in body size based on T-Hotelling test. The classification of male and female horse wagon in Manado, Minahasa, Minahasa Selatan and Tomohon based on observed body size was found. Based on Fisher discriminant analysis it was found that the difference in body size of male and female in Minahasa, male and female in Minahasa Selatan, male in Manado vs Minahasa, male in Manado vs Tomohon, male and female Minahasa vs Tomohon, male and female in Minahasa Selatan vs Tomohon, female in Manado vs Minahasa Selatan and female Minahasa vs Minahasa Selatan. Male in Manado vs Minahasa Selatan, Male in Minahasa vs Minahasa Selatan, female in Manado vs Minahasa and female in Manado vs Tomohon didn’t differbased on Fisher Discriminant analysis.

Based on the Wald-Anderson’s analysis, it is found the statistical error in placement in male Manado vs Minahasa, male in Manado vs Tomohon, male in Minahasa vs Tomohon, female in Minahasa vs Minahasa Selatan and female in Minahasa Selatan vs Tomohon. Result obtained from analysis of the minimum D2 Mahalanobis distance of body measurement only found in male. The minimum D2 Mahalanobis distance of body measurement in male Minahasa and Tomohon is lower. Base on the study, it can be conducted that the classification of horse wagon can be done based on body measurement.

Keywords: horse wagon, descriptive analysis, Fisher discriminant analysis,

(5)

STUDI MORFOMETRIK UKURAN TUBUH KUDA DELMAN DI

SULAWESI UTARA

FUAD HASAN HARAHAP D14070013

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

Judul : Studi Morfometrik Ukuran Tubuh Kuda Delman di Sulawesi Utara Nama : Fuad Hasan Harahap

NIM : D14070013

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M. Rur. Sc.) (Ir. Rini H. Mulyono, M. Si.)

NIP. 19610210 198603 1 003 NIP. 19621124 198803 2 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Juli 1988 di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Drs. Abdul Muluk Harahap dan Nurintan. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 2001 di SD Negeri 15 Padangsidimpuan, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di MTs Darul Mursyid Saipar Dolok Hole, dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan, Penulis aktif pada beberapa organisasi diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB (2008-2009), Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) (2008-2010),

Leadership and Enterpreneurship School (LES) IPB (2008-2010), Badan Eksekutif

Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (2009-2010), Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL Bogor) (2009-2010). Penulis juga aktif pada beberapa kepanitiaan seperti Olimpiade Mahasiswa IPB (2008), Open House IPB (2008),

Dekan Cup Fakultas Peternakan IPB (2009), Rapat Kerja Nasional ISMAPETI (2009), Musyawarah Kerja Wilayah II ISMAPETI (2009), D’ Farm Festival Fakultas Peternakan IPB (2009), One Day Technopreneurship Workshop LES IPB (2009),

Tekad Melawan Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (2010) dan Farm Field DayIPB (2010)

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada AllahSWTkarena atas nikmat dan

karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul ”Studi Morfometrik Ukuran Tubuh Kuda Delman di Sulawesi Utara” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Sejak dahulu manusia telah memanfaatkan kuda sebagai alat transportasi, berperang, penghasil daging dan pacuan kuda. Salah satu pemanfaatan kuda di Sulawesi Utara adalah sebagai alat transportasi (kuda delman/bendi). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data ukuran-ukuran tubuh kuda delman dari Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon yang merupakan daerah di Sulawesi Utara. Pengetahuan mengenai karakteristik ukuran-ukuran tubuh kuda lokal di Sulawesi Utara diharapkan dapat digunakan sebagai patokan untuk program pemuliaan genetik kuda di daerah tersebut. Informasi genetik yang dapat digunakan adalah morfometrik kuda delman Sulawesi Utara. Morfometrik kuda delman yang diamati meliputi lebar dada, dalam dada, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul, panjang badan, panjang paha, panjang leher, lebar kepala dan panjang kepala.

Penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi pembaca.

Bogor, Juni 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Klasifikasi Kuda ... 2

Bangsa Kuda Indonesia ... 3

Kuda Jawa ... 4

Kuda Makassar ... 4

Kuda Gorontalo dan Minahasa ... 4

Sifat Kuantitatif ... 4

Analisis Diskriminan Fisher ... 5

Kriteria Penggolongan Wald-Anderson ... 6

Analisis D2-Mahalanobis ... 6

MATERI DAN METODE ... 7

Lokasi dan Waktu ... 7

Materi ... 7

Prosedur ... 8

Analisis Data ... 9

Deskriptif Data ... 9

Statistik T2-Hotelling ... 10

Analisis Diskriminan Fisher ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 15

Kota Manado ... 16

Kabupaten Minahasa ... 17

(10)

ix

Kota Tomohon ... 18

Hasil Statistik Deskriptif ... 18

Hasil Uji T2-Hotelling ... 21

Penggolongan Berdasarkan Fungsi Diskriminan Fisher dan Wald-Anderson ... 26

Kuda Delman ManadovsMinahasa ... 26

Jantan ... 26

Betina ... 29

Kuda Delman ManadovsMinahasa Selatan ... 30

Jantan ... 30

Betina ... 32

Kuda Delman ManadovsTomohon ... 33

Jantan ... 33

Betina ... 36

Kuda Delman MinahasavsMinahasa Selatan ... 37

Jantan ... 37

Betina ... 39

Kuda Delman MinahasavsTomohon ... 41

Jantan ... 41

Betina ... 44

Kuda Delman Minahasa SelatanvsTomohon ... 46

Jantan ... 46

Betina ... 47

Penggolongan Berdasarkan Jarak Minimum Akar D2-Mahalanobis ... 50

Jantan ... 50

Betina ... 55

KESIMPULAN ... 59

Kesimpulan ... 59

UCAPAN TERIMA KASIH ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli .... 2 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis

Kelamin ... 7 3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lebar

Dada, Dalam Dada, Tinggi Pundak, Tinggi Pinggul dan Lebar Pinggul Kuda Delman Jantan dan Betina di Manado, Minahasa,

Minahasa Selatan dan Tomohon ... 19 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang

Badan, Panjang Paha, Panjang Leher, Lebar Kepala dan Panjang Kepala Kuda Delman Jantan dan Betina di Manado, Minahasa,

Minahasa Selatan dan Tomohon ... 20 5. Jarak Geografis Empat Lokasi Pengamatan Penelitian Kuda

Delman Berikut Ketinggian Diatas Permukaan Laut pada Masing-Masing Lokasi Pengamatan (Topografi) dan

Pembatas-Pembatas Alam ... 22 6. Rekapitulasi Hasil Olahan T2-Hotelling Ukuran Tubuh Kuda

Delman Jantan dan Betina yang Diamati dari Setiap Lokasi ... 22 7. Rekapitulasi Hasil Olahan T2-Hotelling Ukuran Tubuh Kuda

Delman Jantan yang Diamati dari Berbagai Lokasi ... 24 8. Rekapitulasi Hasil Olahan T2-Hotelling Ukuran Tubuh Kuda

Delman Betina yang Diamati dari Berbagai Lokasi ... 25 9. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Jantan Manadovs

Minahasa ... 27 10. Penggolongan Individu Kuda Delman Jantan Manadovs

Minahasa Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson ... 28 11. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina Manadovs

Minahasa ... 30 12. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Jantan Manadovs

Minahasa Selatan ... 31 13. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

(12)

xi Minahasa Selatan ... 33 14. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Jantan Manadovs

Tomohon ... 34 15. Penggolongan Individu Kuda Delman Jantan Manadovs

Tomohon Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson ... 35 16. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina Manadovs

Tomohon ... 37 17. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Jantan Minahasavs

Minahasa Selatan ... 38 18. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina Minahasavs

Minahasa Selatan ... 40 19. Penggolongan Individu Kuda Delman Betina Minahasavs

Minahasa Selatan Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson ... 40 20. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Jantan Minahasavs

Tomohon ... 42 21. Penggolongan Individu Kuda Delman Jantan Minahasavs

Tomohon Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson ... 43 22. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina Minahasavs

Tomohon ... 45 23. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Jantan Minahasa Selatanvs

Tomohon ... 47 24. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan

Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina Minahasa Selatanvs

Tomohon ... 48 25. Penggolongan Individu Kuda Delman Betina Minahasa Selatan

(13)

xii 26. Jarak Mininum Morfometrik D2-Mahalanobis yang Telah

Diakarkan pada Kuda Delman Jantan yang Diamati dari Berbagai

Lokasi ... 50 27. Rekapitulasi Hasil Penggolongan Ukuran Tubuh Kuda Delman

Jantan Berdasarkan Perolehan Variabel Pembeda Pengelompok-an, Wald-Anderson dan Jarak Mininum D2-Mahalanobis pada

Setiap Dua Lokasi Pengamatan ... 52 28. Jarak Mininum Morfometrik D2-Mahalanobis yang Telah

Diakarkan pada Kuda Delman Betina yang Diamati dari Berbagai

Lokasi ... 56 29. Rekapitulasi Hasil Penggolongan Ukuran Tubuh Kuda Delman

Betina Berdasarkan Perolehan Variabel Pembeda Pengelompok-an, Wald-Anderson dan Jarak Mininum D2-Mahalanobis pada

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ukuran Tubuh Kuda ... 8

2. Peta Propinsi Sulawesi Utara ... 15

3. Kuda Delman Jantan Manado dan Minahasa ... 26

4. Grafik Distribusi Frekuensi dan Penggolongan Data Individu Kuda Delman Jantan ManadovsMinahasa ... 28

5. Kuda Delman Betina Manado dan Minahasa ... 29

6. Kuda Delman Jantan Manado dan Minahasa Selatan ... 31

7. Kuda Delman Betina Manado dan Minahasa Selatan ... 32

8. Kuda Delman Jantan Manado dan Tomohon ... 34

9. Grafik Distribusi Frekuensi dan Penggolongan Data Individu Kuda Delman Jantan ManadovsTomohon ... 35

10. Kuda Delman Betina Manado dan Tomohon ... 36

11. Kuda Delman Jantan Minahasa dan Minahasa Selatan ... 38

12. Kuda Delman Betina Minahasa dan Minahasa Selatan ... 39

13. Grafik Distribusi Frekuensi dan Penggolongan Data Individu Kuda Delman Betina MinahasavsMinahasa Selatan ... 41

14. Kuda Delman Jantan Minahasa dan Tomohon ... 42

15. Grafik Distribusi Frekuensi dan Penggolongan Data Individu Kuda Delman Jantan MinahasavsTomohon ... 44

16. Kuda Delman Betina Minahasa dan Tomohon ... 45

17. Kuda Delman Jantan Minahasa Selatan dan Tomohon ... 46

18. Kuda Delman Betina Minahasa Selatan dan Tomohon ... 47

19. Grafik Distribusi Frekuensi dan Penggolongan Data Individu Kuda Delman Betina Minahasa SelatanvsTomohon ... 49

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan Manual Uji T2-Hotelling Berbagai Ukuran Tubuh

Kuda Delman Jantan pada Kelompok ManadovsTomohon ... 66

2. Cara Perhitungan Fungsi Diskriminan Fisher pada Berbagai

Ukuran Tubuh Kuda Delman Jantan ManadovsTomohon ... 70

3. Penggolongan Individu Kuda Delman Jantan Manado dan

Tomohon Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson ... 84 4. Cara Perhitungan Jarak Minimum D2-Mahalanobis antara Kuda

Delman Jantan Manado, Minahasa dan Tomohon ... 85 5. Selisih Nilai Rataan Variabel-variabel Pembeda antara Kuda

Delman Jantan ManadovsTomohon dan Minahasavs

Tomohon ... 87 6. Selisih Nilai Rataan Variabel-variabel Pembeda antara Kuda

Delman Betina ManadovsMinahasa dan Minahasavs

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Badan Pusat Statistik atau BPS (2009), populasi kuda di Indonesia sekitar 398.000 ekor yang menyebar di beberapa daerah. Kuda di Indonesia dimanfaatkan sebagai ternak tunggangan, mengangkut beban, menarik kereta dan untuk pacuan. Kuda juga dimanfaatkan sebagai penghasil daging, kulit dan susu di beberapa daerah. Populasi kuda di Sulawesi Utara diperkirakan sekitar 8.600 ekor (BPS, 2009). Pemanfaatan kuda di Sulawesi Utara meliputi alat transportasi (delman/bendi) dan perlombaan pacuan kuda.

Indonesia termasuk Sulawesi Utara diduga merupakan hasil persilangan dari beberapa bangsa kuda Eropa dengan bangsa-bangsa kuda lokal. Kuda tersebut telah beradaptasi baik dengan lingkungan Indonesia. Bangsa-bangsa kuda berikut merupakan hasil persilangan kuda-kuda lokal (Sandelwood pony) dan bangsa kuda Arab, kudaThoroughbreddan kuda-kuda asli Eropa.

Informasi genetik kuda lokal di Indonesia, terutama di Sulawesi Utara secara umum masih sangat terbatas. Pengetahuan mengenai karakteristik genetik kuda lokal di Sulawesi Utara diharapkan dapat digunakan sebagai patokan untuk program pemuliaan kuda di daerah tersebut. Informasi genetik yang dapat digunakan adalah morfometrik dari kuda tersebut. Pengamatan morfometrik pada kuda delman Sulawesi Utara meliputi lebar dada, dalam dada, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul, panjang badan, panjang paha, panjang leher, lebar kepala dan panjang kepala. Lokasi pengamatan meliputi Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon yang berada di Sulawesi Utara.

Tujuan

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Kuda

Menurut Blakely dan Bade (1991), kuda digolongkan kedalam filum

Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas Mamalia yaitu hewan

menyusui, ordo Perissodactyla yaitu hewan berteracak tidak memamahbiak, famili Equidae, dan spesies Equus caballus. Lebih lanjut Ensminger (1962) menyatakan

Tabel 1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli

Tipe Kegunaan Jenis Tinggi (m) Badan (kg)Bobot HabitatAsli Kuda

Tunggang Kudatunggang berlari cepat

Kuda Albino

(18)

3 kuda diklasifikasikan kedalam genus Equus. Tabel 1 menyajikan tipe, kegunaan,

jenis, tinggi, bobot badan dan habitat asli kuda di dunia berdasarkan Ensminger (1962).

Bangsa kuda dianggap sebagai hewan yang berkaitan dengan lokasi geografis ternak dikembangbiakkan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara spesifik (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Dijelaskan lebih lanjut bahwa komunitas atau lembaga tertentu telah melakukan pencatatan keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi berdasarkan daerah asal, fungsi dan ciri fenotipik.

Bangsa Kuda Indonesia

Perkembangan pemuliaan kuda di Indonesia dipengaruhi iklim tropis dan lingkungan tempat dikembangkan. Secara umum masyarakat Indonesia menganggap kuda sebagai binatang jinak dan dipelihara, kecuali di Timor dan Sulawesi Selatan (Soehardjono, 1990). Dijelaskan lebih lanjut kuda Indonesia merupakan kuda Poni dengan tinggi badan antara 1,13-1,33 m. Nozawa et al. (1981) menyatakan bahwa

kuda Indonesia memiliki postur tubuh yang lebih tinggi daripada kuda Malaysia. Soehardjono (1990) menyatakan bahwa di Indonesia ditemukan dua jenis kuda Poni, yaitu kuda Batak dan kuda Sandel (Sandel Wood). Kuda Batak ditemukan di dataran tinggi Tapanuli (Sumatera Utara). Kuda Sandel atau kuda Timor ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur. Kuda Sandel tidak terlalu liar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Rataan tinggi kuda Sandel adalah 126-133 cm pada jantan dan 124-126 cm pada betina. Kuda Sandel dan kuda Batak memiliki kesamaan bentuk dan warna kulit.

(19)

4 Kuda Jawa

Kuda Jawa dikenal pada abad ke-17 sebagai kuda yang jinak. Keturunan kuda Jawa sampai tahun 1870 digunakan untuk melancarkan operasi militer oleh kavaleri Belanda. Salah satu operasi militer kavaleri Belanda menggunakan kuda untuk menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Tradisi pesta rakyat Senenan dan Potjoro di Jawa Tengah menggunakan kuda sebagai perlengkapan tradisi adat. Peternak kuda pada jaman tersebut tidak berkembang, namun jenis kuda Jawa masih ditemukan di Karesidenan Besuki dan Priangan. Tinggi kuda Jawa sekitar 1,15 m dan bertemperamen labil. Kuda Jawa memiliki performa tubuh yang kurang sempurna dibandingkan dengan jenis kuda lokal lain, karena ditemukan kesenjangan tubuh dan kaki. Kuda ini berkuku lembek (Suhardjono, 1990).

Kuda Makassar

Soehardjono (1990) menyatakan kuda Makassar berasal dari pulau Jawa. Kuda bertemperamen stabil serta berdaya tahan tinggi sehingga digunakan sebagai kuda tunggangan atau beban untuk kepentingan operasi militer. Perangkat tubuh yang sempurna, berkaki tegap dan kuat. Kuda Makassar sering digunakan untuk berburu rusa. Kuda Makassar hampir punah karena perawatan yang kurang baik dan akibat terserang penyakit yang menular. Ras kuda Makassar hampir punah sejak dasawarsa kedua abad ke-20. Jenis kuda ini berukuran tinggi 1,25 m, berotot kaki kuat dan persendian kuku yang jarang sakit.

Kuda Gorontalo dan Minahasa

Kuda Gorontalo dan Minahasa sangat mirip dengan kuda Makassar. Menurut catatan Karesidenan Manado memiliki kurang lebih 13.000 ekor kuda, sedangkan diseluruh pulau Sulawesi terdapat kurang lebih 22.000 ekor kuda (Suhardjono, 1990). Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Utara (2007) menyatakan bahwa jumlah populasi kuda di Minahasa sebanyak 5.878 ekor.

Sifat Kuantitatif

(20)

5 fertilitas, daya tetas, sifat-sifat karkas pada ternak pedaging dan kecepatan lari. Lebih lanjut Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa produksi telur, produksi susu,

ukuran tubuh dan laju pertumbuhan merupakan sifat-sifat kuantitatif. Sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak pasangan gen, bersifat aditif, lebih ekonomis dan keragaman sifat kuantitatif bersifat kontinyu (Noor, 2008).

Noor (2008) menyatakan bahwa sifat-sifat kuantitatif sangat dipengaruhi lingkungan. Hal yang sama disampaikan Martojo (1992), pengaruh lingkungan terhadap sifat kuantitatif relatif lebih besar. Perbedaan sifat kuantitatif yang disebabkan oleh lingkungan meliputi pengaruh dari perbedaan dalam managemen, makanan dan iklim. Ohsawa et al. (2008), Steinheim et al. (2008), Kosoma dan

Purzyc (2009) menyatakan bahwa perbedaan sifat kuantitatif (ukuran-ukuran tubuh) dipengaruhi kondisi topografi dan iklim (lingkungan). Soeparno (2005) menyatakan pertumbuhan seekor ternak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagian-bagian komponen dengan kadar laju yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi karakteristik individual sel dan organ; yang berakibat pada perbedaan morfologis atau kimiawi. Faktor jenis kelamin, pakan, hormon, kastrasi dan genotip mempengaruhi perbedaan pertumbuhan ternak.

Analisis Diskriminan Fisher

Menurut Gaspersz (1992), pada dasarnya analisis diskriminan Fisher (Fisher discriminant analysis) dapat digunakan untuk menentukan variabel-variabel pembeda yang membedakan kelompok populasi juga dapat digunakan sebagai kriteria pengelompokan. Analisis diskriminan Fisher dilakukan berdasarkan perhitungan stastistik terhadap kelompok yang terlebih dahulu diketahui secara jelas dan mantap pengelompokannya. Fungsi diskriminan Fisher tertentu merupakan fungsi pembeda (pemisah) terbaik bagi dua atau lebih populasi yang telah diukur dalam beberapa karakter. Metode fungsi diskriminan Fisher pada awalnya dikembangkan oleh Ronald A. Fisher sehingga fungsi diskriminan yang dibangun itu sering disebut sebagai fungsi diskriminan Fisher (Gaspersz, 1992).

(21)

6 tiap-tiap individu termasuk pada salah satunya. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi variabel yang berkontribusi untuk membuat suatu penggolongan.

Kriteria Penggolongan Wald-Anderson

Anderson (1984) menyatakan bahwa penelitian yang melibatkan sejumlah pengukuran dari individu-individu diharapkan ditemukan penggolongan kedalam kelompok dari beberapa kategori berdasarkan pengukuran tersebut. Penggolongan perlu dibentuk. Analisis Wald-Anderson memberikan hasil penggolongan yang lebih baik diantara beberapa penggolongan. Analisis Wald-Anderson dapat digunakan untuk keperluan penggolongan dan merupakan alternatif dari konsep analisis diskriminan Fisher (Gaspersz, 1992).

Analisis D2-Mahalanobis

(22)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Ir. Ben Juvarda Takaendengan, M. Si.

Pengolahan data dilakukan pada bulan Pebruari 2011. Penyajian data dalam bentuk tabel dilakukan pada bulan April 2011 dan penyajian dalam bentuk tulisan dilakukan pada bulan Mei 2011.

Materi

Materi yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sekunder pengukuran morfometrik ukuran-ukuran tubuh kuda delman yang berasal dari Sulawesi Utara. Data kuda sebanyak 57 ekor yang terdiri atas 51 ekor jantan dan 6 ekor betina; berasal dari Manado. Data kuda sebanyak 373 ekor yang terdiri atas 221 ekor jantan dan 152 ekor betina; berasal dari Minahasa. Data kuda sebanyak 32 ekor yang terdiri atas 5 ekor jantan dan 27 ekor betina; berasal dari Minahasa Selatan. Data kuda sebanyak 40 ekor yang terdiri atas 32 ekor jantan dan 8 ekor betina; berasal dari Tomohon. Keseluruhan jumlah data kuda adalah 502 ekor. Hal tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin

Lokasi Kuda Jumlah

Jantan Betina

---(ekor)---Manado 51 6 57

Minahasa 221 152 373

Minahasa Selatan 5 27 32

Tomohon 32 8 40

(23)
(24)

ukuran tubuh antara setiap dua Hotelling. Berdasarkan hasil s analisis data dilanjutkan ke Anderson dan jarak minimum m

Deskriptif Data

Rataan, simpang baku d yang digunakan dihitung be dijelaskan keragaman pada m masing-masing lokasi pengam keragaman berdasarkan Walpol

Keterangan:

:rata-rata

Xi : ukuran ke-i dari peuba N : jumlah sampel yang di

Rumus perhitungan simpa

Keterangan:

s : simpangan baku

:rata-rata

Xi : ukuran ke-i dari peuba n : jumlah sampel yang di

ua kelompok kuda delman dilakukan melalui statist l statistik T2-Hotelling perbedaan nyata (P<0,05),

e analisis diskriminan Fisher, penggolongan W morfometrik D2-Mahalanobis.

Analisis Data

u dan koefisien keragaman dari masing-masing var berdasarkan Walpole (1993). Data deskriptif h masing-masing peubah setiap kelompok kuda amatan. Rumus rataan, simpangan baku dan koe pole (1993) sebagai berikut:

bah x

diambil dari populasi kuda delman

pangan baku sebagai berikut:

bah x

diambil dari populasi kuda delman

(25)

10 Rumus perhitungan koefisien keragaman sebagai berikut:

KK= s

X ×100% Keterangan:

KK : koefisien keragaman s : simpangan baku

:rata-rata

Statistik T2-Hotelling

Uji statistik T2-Hotelling digunakan untuk mengetahui perbedaan vektor nilai rata-rata diantara populasi (kelompok). Vektor nilai rata-rata dari kedua kelompok jenis kuda delman yang digunakan diuji untuk mengetahui apakah ditemukan nilai rata-rata dari variabel yang digunakan nyata atau tidak nyata secara statistik. Pengujian pertama dilakukan kelompok berdasarkan lokasi dan selanjutnya pengujian kedua pada kelompok kuda delman berdasarkan jenis kelamin. Pengujian pertama dan kedua dilakukan dengan cara merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0: U1 =U2 ; artinya vektor nilai rata-rata dari populasi pertama sama dengan dari populasi kedua

H1: U1≠ U2 ; artinya kedua vektor nilai rata-rata itu berbeda

Uji T2-Hotelling digunakan untuk menguji hipotesis dengan rumus seperti yang telah disampaikan oleh Gaspersz (1992) sebagai berikut:

T2= n1n2

n1+ n2 X1– X2

SG-1 X1– X2

Keterangan:

T2 = nilai statistik T2-Hotelling

n1 = jumlah data yang akan digunakan pada kelompok pertama n2 = jumlah data yang akan digunakan pada kelompok kedua

(26)

11 Kemudian nilai T2 digunakan untuk mengetahui besaran F, dengan rumus sebagai berikut:

F =

( ) T

2

akan terdistribusi F dengan derajat bebas V1= p dan V2= n1+ n2–p–1 Keterangan:

T2 = nilai statistik T2-Hotelling F = nilai hitung untuk T2-Hotelling

n1 = jumlah data yang akan digunakan pada kelompok pertama n2 = jumlah data yang akan digunakan pada kelompok kedua p = banyaknya variabel yang digunakan

Bila hasil kedua vektor nilai rata-rata itu berbeda atau nilai statistik T2 -Hotelling nyata maka fungsi diskriminan Fisher yang digunakan.

Analisis Diskriminan Fisher

Bila hasil pengujian terhadap kedua nilai rata-rata dari sifat yang digunakan berbeda maka fungsi diskriminan Fisher yang digunakan untuk mengkaji perbedaan sifat-sifat yang ditemukan diantara kelompok kuda.

Fungsi diskriminan Fisher menurut Gaspersz (1992) dirumuskan sebagai berikut:

Y = a′X = X − X

S X

Keterangan:

a = vektor koefisien pembobot fungsi diskriminan

X = vektor variabel acak yang diidentifikasi dalam model fungsi diskriminan = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama

= vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua SG-1 = invers matriks peragam gabungan (invers dari matriks SG)

(27)

12 nol, maka kedua rata-rata kelompok untuk variabel tersebut dianggap tidak berbeda pada taraf nyata tertentu, sehingga dapat dikeluarkan dari model fungsi diskriminan (Gaspersz, 1992).

Pengujian selang kepercayaan menurut Gaspersz (1992) adalah sebagai berikut:

c’ X1− X2 ± c’SGc

n1+ n2

n1n2

T(p, n1+ n2- 2)

2

Keterangan:

c = vektor nilai (matriks identitas) yang mengikuti perbandingan variabel Xi T2 = nilai T2-Hotelling dari tabel Hotelling dengan taraf nyata α

n1 = jumlah data yang digunakan pada kelompok pertama n2 = jumlah data yang digunakan pada kelompok kedua

= vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua SG = matriks peragam gabungan

Analisis korelasi menurut Gaspersz (1992) dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antara sifat-sifat sebagai pembeda dengan fungsi diskriminan Fisher yang dibentuk pada kelompok kuda yang digunakan. Analisis korelasi menurut Gaspersz (1992) sebagai berikut:

R = d

S D

Keterangan:

R = korelasi antara fungsi diskriminan dan variabel Xidalam model

di = selisih antara rata-rata variabel Xidi antara kedua kelompok kuda delman = ragam (variance) dari variabel Xidiperoleh dari matriks SG

(28)

13 Penggolongan individu dalam kelompok kuda delman yang digunakan didasarkan pada uji statistik Wald-Anderson yaitu menurut Gaspersz (1992) dirumuskan sebagai berikut:

W= X’SG-1 X1 − X2 - 1 2 X1− X2 ’

SG-1 X1− X2

Keterangan:

W = nilai uji statistik Wald-Anderson

X = vektor variabel acak individu

= vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua SG-1 = invers matriks gabungan (invers dari matriks SG)

Kriteria penggolongan berdasarkan statistik W adalah:

1) pengalokasian x kedalam kelompok (populasi) pertama, jika : W > 0 2) pengalokasian x kedalam kelompok (populasi) kedua, jika : W≤ 0

Jarak ketidakserupaan morfometrik ukuran tubuh antara kelompok kuda delman dihitung berdasarkan karakteristik kuantitatif dari fungsi diskriminan yang dibentuk. Rumus jarak kuadrat minimum D2-Mahalanobis morfometrik menurut Gaspersz (1992) adalah sebagai berikut:

D(1 2⁄ )

2

= X1− X2 ’

SG-1 X1− X2

Keterangan:

D2 = nilai statistik D2-Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat minimum antar dua kelompok kuda delman (antara kelompok pertama terhadap kelompok kedua

= invers matriks gabungan (invers dari matriks SG)

(29)
(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Sulawesi Utara terletak di sebelah Utara garis khatulistiwa pada 0.300-4.300 Lintang Utara (LU) dan 1.210-1.270 Bujur Timur (BT). Sulawesi Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi, Samudra Pasifik dan Republik Filipina di sebelah Utara; Laut Maluku di sebelah Timur; Teluk Tomini di sebelah Selatan dan Propinsi Gorontalo di sebelah Barat (Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Propinsi Sulawesi Utara, 2007). Populasi kuda di Sulawesi Utara diperkirakan sekitar 8.600 ekor (Badan Pusat Statistik, 2009). Peta Sulawesi Utara disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Propinsi Sulawesi Utara

Curah hujan di Sulawesi Utara tidak merata dengan angka tahunan berkisar antara 2.000-3.000 mm dan jumlah hari hujan antara 90-139 hari per tahun. Daerah yang paling banyak menerima curah hujan adalah daerah Minahasa. Rataan suhu udara 25 0C dengan suhu udara maksimum 30 0C dan minimum 22,1 0C. Kelembaban udara 73,4% (Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Propinsi Sulawesi Utara, 2007).

(31)

16 sebagai kusir delman merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Sulawesi Utara (Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Propinsi Sulawesi Utara, 2007). Parakkasi (1986) menyatakan bahwa kuda berperan sebagai alat transportasi, penarik bajak di sawah, berburu dan penggunaan kuda dalam olahraga ketangkasan berkuda serta pacuan.

Kota Manado

Hardjono (2004a) melaporkan bahwa Kota Manado merupakan ibu kota Propinsi Sulawesi Utara, yang secara geografis terletak diantara 1026’-1040’ LU dan 124048’-124054’ BT. Secara administratif Kota Manado dibagi kedalam sembilan wilayah kecamatan dan 87 kelurahan/desa. Kota Manado di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wori dan Teluk Manado; di sebelah Timur dengan Kecamatan Dimembe; di sebelah Selatan dengan Kecamatan Pineleng dan di sebelah Barat dengan Teluk Manado/Laut Sulawesi. Jumlah penduduk Kota Manado berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2003 sebanyak 401.410 jiwa. Luas Kota Manado sekitar 159,02 km2 dengan rataan kepadatan penduduk mencapai 2.524 jiwa/km2. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah dibidang jasa dan perdagangan. Salah satu mata pencaharian yang bergerak dibidang jasa adalah kusir delman. Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Utara (2007) menyatakan bahwa jumlah populasi kuda di Kota Manado sebanyak 163 ekor.

Topografi tanah Kota Manado bervariasi pada setiap kecamatan. Keadaan tanah Kota Manado berombak sebesar 37,95% dan landai sebesar 40,16%, sisanya tanah berombak berbukit dan bergunung. Ketinggian dari permukaan laut pada tiap-tiap kecamatan di Kota Manado bervariasi. Secara keseluruhan, sebesar 92,15% dari luas wilayah Kota Manado terletak pada ketinggian 0-240 m diatas permukaan laut (Dinas Pemerintahan Kotamadya Manado, 2008).

(32)

17 Kabupaten Minahasa

Luas Kabupaten Minahasa adalah 872,32 km2. Kabupaten Minahasa di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara; di sebelah Timur Laut Maluku dan Kota Bitung; di sebelah Selatan Laut Maluku dan Kabupaten Minahasa Selatan dan di sebelah Barat Laut Sulawesi dan Kota Manado. Jumlah penduduk Kabupaten Minahasa sekitar 255.509 jiwa. Secara umum, mata pencaharian penduduk Kabupaten Minahasa di bidang pertanian (Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa, 2008). Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Utara (2007) melaporkan bahwa populasi kuda di Kabupaten Minahasa sebanyak 5.878 ekor. Kabupaten Minahasa merupakan daerah dengan populasi kuda terbesar di propinsi Sulawesi Utara.

Hardjono (2004b) menyatakan keadaan topografi Kabupaten Minahasa sebagian besar datar sampai berombak dan sebagian lainnya bergelombang sampai curam. Rataan curah hujan di Tondano ibu kota Minahasa sebesar 1.841 mm. Rataan kelembaban udara bulanan Tondano sebesar 85%-91%. Rataan suhu udara wilayah Tondano adalah 22,25 0C, dengan suhu tertinggi 22,6 0C pada bulan Agustus dan terendah 21,90C pada bulan Januari.

Kabupaten Minahasa Selatan

Letak geografis Kabupaten Minahasa Selatan berada pada posisi di tengah Propinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa Selatan di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Minahasa; di sebelah Timur Kabupaten Minahasa Tenggara; di sebelah Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow dan di sebelah Barat Laut Sulawesi. Penduduk Kabupaten Minahasa Selatan berjumlah 201.845 jiwa pada tahun 2005. Luas wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah 1.429,7 km² (Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan, 2005). Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Utara (2007) melaporkan populasi kuda di Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 196 ekor.

(33)

18 Kota Tomohon

Kota Tomohon terletak pada 1.015'LU dan 1.240 50'BT dengan luas wilayah sebesar 147,22 km2 atau 14.721,78 ha. Kota Tomohon terdiri dari lima kecamatan dan 35 kelurahan/desa. Kota Tomohon di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Minahasa; di sebelah Timur Kabupaten Minahasa; di sebelah Selatan Kabupaten Minahasa dan di sebelah Barat Kabupaten Minahasa. Penduduk Kota Tomohon berjumlah sebanyak 81.882 jiwa pada tahun 2006. Secara umum, mata pencaharian penduduk Kota Tomohon dibidang pertanian (Dinas Pemerintah Kota Tomohon, 2009). Jumlah populasi kuda yang terdapat di Kota Tomohon sebanyak 267 ekor (Dinas Peternakan Sulawesi Utara, 2007).

Kota Tomohon terletak pada topografi dataran tinggi. Rataan curah hujan 1.422 mm. Sebaran curah hujan bulanan menunjukkan bahwa hujan turun sepanjang tahun. Curah hujan lebih banyak terjadi pada Oktober-Juni dibandingkan pada Juli-September. Rataan suhu bulanan 21,9-22,50C dan kelembaban berkisar antara 85%-91% (Hardjono, 2004d).

Hasil Statistik Deskriptif

Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dari beberapa variabel ukuran tubuh kuda delman Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon baik jantan maupun betina disajikan pada Tabel 3 dan 4. Ukuran variabel-variabel tubuh kuda delman betina secara umum lebih besar dibandingkan dengan jantan.

Keragaman ukuran-ukuran tubuh kuda delman yang diamati bernilai kurang dari 20%. Syahid (2008) menyatakan bahwa keragaman lebih kecil daripada 20% digolongkan dalam koefisien keragaman sedang karena berada dalam kisaran 10%-20%. Keragaman ukuran tubuh kuda delman Minahasa tertinggi ditemukan baik pada jantan maupun betina. Ukuran-ukuran tubuh kuda delman Minahasa relatif lebih beragam dibandingkan dengan kuda delman dilokasi lain karena kuda yang diamati berasal dari beberapa kecamatan di Minahasa.

(34)

19 Tabel 3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lebar Dada, Dalam Dada, Tinggi Pundak, Tinggi Pinggul dan Lebar Pinggul Kuda Delman Jantan dan Betina di Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon

(35)
(36)

21 kuda delman jantan yang tinggi dibandingkan betina, hanya ditemukan di Minahasa Selatan. Kuda delman betina di Minahasa Selatan telah mengalami seleksi yang lebih ketat pada sifat ukuran-ukuran tubuh. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena ukuran tubuh yang relatif besar lebih disukai sebagai kuda delman dengan kekuatan menarik beban yang besar.

Hasil Uji T2-Hotelling

Perbedaan ukuran-ukuran tubuh kuda delman yang diamati pada berbagai lokasi pengamatan dibahas berdasarkan jarak geografis dan kondisi topografis. Tabel 5 menyajikan jarak geografis empat lokasi pengamatan penelitian kuda delman ini berikut ketinggian diatas permukaan laut pada masing-masing lokasi pengamatan (topografi) menurut Dinas Pemerintahan Kota Manado (2008), Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa (2008), Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan (2005) dan Dinas Pemerintahan Kota Tomohon (2009). Tabel 5 juga menyajikan kondisi topografi yang dapat merupakan kendala rute transportasi kuda delman.

Pemekaran wilayah Manado, Minahasa Selatan dan Tomohon berdampak pada pemisahan kuda delman yang pada dasarnya berasal dari sumber yang sama. Manado merupakan daerah pemekaran dari wilayah Minahasa, berdasarkan lembaran Negara Nomor 64 Tahun 1919. Minahasa Selatan dan Tomohon dimekarkan dari wilayah Minahasa melalui UU Nomor 10 tahun 2003 (Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa, 2008). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pemekaran suatu wilayah ditujukan untuk meningkatkan daya dan hasil guna dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pembinaan dan pelayanan masyarakat (Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa, 2008).

(37)

22 Tabel 5. Jarak Geografis Empat Lokasi Pengamatan Penelitian Kuda Delman Berikut Ketinggian Diatas Permukaan Laut pada Masing-Masing Lokasi Pengamatan (Topografi) dan Pembatas-Pembatas Alam

Jarak Lokasi Pengamatan Jarak Antara Lokasi (km)

0-240a) pantai, sungai,Manado: perbukitan,

Minahasa Selatan–Tomohon 12c)

Minahasa

Sumber: a)Dinas Pemerintahan Kota Manado (2008); b)Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa

(2008); c) Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan (2005) dan d) Dinas

Pemerintahan Kota Tomohon (2009)

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Olahan T2-Hotelling Ukuran-Ukuran Tubuh Kuda Delman Jantan dan Betina yang Diamati pada Setiap Lokasi

Lokasi Pengamatan Nilai F Nilai P Kesimpulan

Manado (♂dan♀) 0,635 0,776 tn

Minahasa (♂dan♀) 7,768 0,000 **

Minahasa Selatan (♂dan♀) 2,409 0,043 *

Tomohon (♂dan♀) 1,684 0,133 tn

(38)

23 hormon, kastrasi dan genotip mempengaruhi perbedaan pertumbuhan ternak. Pada pengamatan ini, tidak semua jantan berbeda dengan betina. Secara statistik, ukuran-ukuran tubuh jantan sama dengan betina pada kuda delman Manado dan Tomohon. Hal tersebut tidak sesuai dengan Soeparno (2005) yang menyatakan bahwa ternak jantan lebih cepat tumbuh dan besar dibandingkan dengan ternak betina pada umur yang sama.

Rekapitulasi hasil analisis T2-Hotelling antara kuda delman jantan pada setiap dua lokasi yang diamati, disajikan pada Tabel 7. Perbedaan ukuran-ukuran tubuh ditemukan pada setiap kuda delman jantan yang berasal dari dua lokasi yang berbeda, kecuali pada kuda delman jantan Manado vs Minahasa Selatan dan

Minahasa vs Minahasa Selatan. Noor (2008) menyatakan bahwa sifat kuantitatif

(ukuran-ukuran tubuh) sangat dipengaruhi lingkungan. Perbedaan jenis vegetasi yang kemungkinan dijadikan sumber pakan kuda delman dipengaruhi kondisi topografi yang merupakan faktor lingkungan ternak. Menurut Dinas Pemerintahan Kota Manado (2008), secara geografis Manado berjauhan dengan Minahasa Selatan yang dimasukkan kedalam wilayah bertopografi dataran rendah. Kondisi topografi yang sama berupa pantai, sungai dan perbukitan antara kedua lokasi ini berakibat pada ukuran-ukuran tubuh kuda delman jantan Manado sama dengan Minahasa Selatan. Menurut Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan (2005), Minahasa Selatan cukup dekat dengan Minahasa secara geografis, meskipun secara topografi Minahasa Selatan merupakan dataran rendah, sedangkan Minahasa dataran tinggi. Kesamaan kondisi topografi kedua lokasi pengamatan tersebut berupa perbukitan, sungai dan daerah pertanian kemungkinan berakibat pada kesamaan ukuran-ukuran tubuh kuda delman.

Pemekaran wilayah Minahasa Selatan dari Minahasa berdampak terhadap pemisahan kuda yang pada dasarnya berasal dari sumber yang sama. Perbedaan ukuran tubuh yang besar ditemukan pada kuda delman jantan Manadovs Minahasa,

ManadovsTomohon, MinahasavsTomohon (P<0,01); sedangkan perbedaan ukuran

tubuh (P<0,05) ditemukan pada kuda delman jantan Minahasa Selatanvs Tomohon.

Perbedaan ukuran tubuh kuda delman jantan Manado vs Minahasa kemungkinan

(39)

24 Manado memiliki pantai, sedangkan Minahasa tidak. Hal yang sama juga ditemukan pada kuda delman jantan Manado vs Tomohon. Perbedaan ukuran tubuh kuda

delman jantan Minahasa vs Tomohon kemungkinan lebih disebabkan perbedaan

kondisi topografi. Menurut Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa (2008), Minahasa memiliki daerah perbukitan dan danau, sedangkan Tomohon tidak. Perbedaan ukuran tubuh kuda delman jantan Minahasa Selatan vs Tomohon

kemungkinan lebih disebabkan perbedaan topografi. Menurut Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan (2005), Minahasa Selatan merupakan dataran rendah, sedangkan Tomohon dataran tinggi.

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Olahan T2-Hotelling Ukuran-Ukuran Tubuh Kuda Delman Jantan yang Diamati dari Berbagai Lokasi

Lokasi Pengamatan Nilai F Nilai P Kesimpulan

Manado vs Minahasa 10,850 0,000 **

ManadovsMinahasa Selatan 0,836 0,597 tn

ManadovsTomohon 16,102 0.000 **

MinahasavsMinahasa Selatan 1,455 0,158 tn

MinahasavsTomohon 7,030 0,000 **

Minahasa SelatanvsTomohon 2,918 0,014 * Keterangan: ** = sangat nyata (P<0,01); * = nyata (P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05)

Rekapitulasi hasil analisis T2-Hotelling antara kuda delman betina pada setiap dua lokasi yang diamati, disajikan pada Tabel 8. Perbedaan ukuran-ukuran tubuh ditemukan pada setiap kuda delman betina yang berasal dari dua lokasi yang berbeda, kecuali pada jantan Manado vs Minahasa dan Manado vs Tomohon. Noor

(40)

25 secara geografis, meskipun secara topografi Manado merupakan dataran rendah, sedangkan Tomohon dataran tinggi. Kesamaan kondisi topografi kedua lokasi pengamatan tersebut berupa sungai kemungkinan berakibat pada kesamaan ukuran-ukuran tubuh kuda delman.

Perbedaan ukuran tubuh yang besar ditemukan pada kuda delman betina Minahasa vs Minahasa Selatan, Minahasa vs Tomohon, Minahasa Selatan vs

Tomohon (P<0,01); sedangkan perbedaan ukuran tubuh (P<0,05) ditemukan pada kuda delman betina Manado vs Minahasa Selatan. Perbedaan-perbedaan ukuran

tubuh ternak tidak dipengaruhi kondisi geografi dari suatu lokasi, akan tetapi dipengaruhi kondisi topografi dan iklim dari suatu lokasi (Ohsawa et al., 2008;

Steinheim et al., 2008; Kosoma dan Purzyc, 2009). Perbedaan ukuran tubuh kuda

delman betina Minahasa vs Minahasa Selatan kemungkinan lebih disebabkan

perbedaan topografi. Menurut Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa (2008), Minahasa merupakan dataran tinggi, sedangkan Minahasa Selatan dataran rendah. Hal yang sama juga ditemukan pada kuda delman betina Minahasa Selatan vs

Tomohon. Perbedaan ukuran tubuh kuda delman betina Minahasa vs Tomohon

kemungkinan lebih disebabkan perbedaan kondisi topografi.

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Olahan T2-Hotelling Ukuran-Ukuran Tubuh Kuda Delman Betina yang Diamati dari Berbagai Lokasi

Lokasi Pengamatan Nilai F Nilai P Kesimpulan

ManadovsMinahasa 1,808 0,064 tn

ManadovsMinahasa Selatan 2,500 0,035 *

ManadovsTomohon 2,913 0,205 tn

MinahasavsMinahasa Selatan 3,857 0,000 **

MinahasavsTomohon 4,134 0,000 **

Minahasa Selatanvs Tomohon 5,386 0,000 ** Keterangan: ** = sangat nyata (P<0,01); * = nyata (P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05)

(41)
(42)

27 Tabel 9. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan Variabel-Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Jantan ManadovsMinahasa

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) –0,67592) *

Dalam Dada (X2) –0,34091) tn

Tinggi Pundak (X3) –0,46522) *

Tinggi Pinggul (X4) –0,41331) tn

Lebar Pinggul (X5) –0,76462) *

Panjang Badan (X6) –0,51332) *

Panjang Paha (X7) –0,62802) *

Panjang Leher (X8) –0,05111) tn

Lebar Kepala (X9) –0,10571) tn

Panjang Kepala (X10) –0,07361) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y =–0,257 X1–0,076 X3–0,260 X5–0,032 X6– 0,148 X7

Keterangan: * nyata (P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05);1)adalah hasil pengolahan pertama penentu

variabel pembeda;2)adalah hasil pengolahan kedua penentu variabel pembeda

variabel-variabel yang diukur, berikut fungsi diskriminan Fisher yang dibentuk pada kuda delman jantan ManadovsMinahasa.

Pada selang kepercayaan 95%, ditemukan lima variabel pembeda yaitu: lebar dada (X1), tinggi pundak (X3), lebar pinggul (X5), panjang badan (X6) dan panjang paha (X7). Variabel pembeda ini yang membedakan kuda delman jantan Manado dan Minahasa. Gambar 3 menyajikan kuda delman jantan Manado dan Minahasa yang diamati.

Tabel 10 menyajikan hasil penggolongan individu-individu pada kuda delman jantan Manado vs Minahasa berdasarkan kriteria Wald-Anderson. Hasil

(43)

de-Kelompok Aktual

Penggolongan

Koreksi (%) Manado Minahasa

Manado (n = 51)

41 10 41/51 x 100%

= 80,39% Minahasa

(n = 221)

48 173 173/221 x 100%

= 78,28% Total

(44)
(45)

30 menjadi satu kelompok pada perhitungan ketidakserupaan morfometrik tubuh kuda delman terhadap kelompok lain. Gambar 5 menyajikan kuda delman betina Manado dan Minahasa yang diamati.

Tabel 11. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan Variabel-Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina ManadovsMinahasa

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) –0,452 tn

Dalam Dada (X2) –0,097 tn

Tinggi Pundak (X3) –0,341 tn

Tinggi Pinggul (X4) –0,321 tn

Lebar Pinggul (X5) –0,619 tn

Panjang Badan (X6) –0,145 tn

Panjang Paha (X7) –0,419 tn

Panjang Leher (X8) –0,192 tn

Lebar Kepala (X9) –0,147 tn

Panjang Kepala (X10) –0,565 tn

Keterangan: tn = tidak nyata (P>0,05)

Kuda Delman ManadovsMinahasa Selatan

Jantan.Perbedaan tidak ditemukan pada ukuran variabel-variabel tubuh antara kuda delman jantan ManadovsMinahasa Selatan berdasarkan hasil T2-Hotelling (P>0,05).

Tabel 12 menyajikan koefisien korelasi antara fungsi diskriminan Fisher dan variabel-variabel yang diukur, berikut fungsi diskriminan Fisher yang dibentuk pada kuda delman jantan Manado vs Minahasa Selatan. Pada selang kepercayaan 95%

tidak ditemukan satupun ukuran variabel-variabel tubuh kuda delman jantan Manado

vs Minahasa Selatan yang berkorelasi sehingga persamaan diskriminan Fisher pada

kuda delman jantan Manado vs Minahasa Selatan tidak dapat dibentuk. Analisis

(46)

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) 0,098 tn

Dalam Dada (X2) 0,088 tn

Tinggi Pundak (X3) 0,068 tn

Tinggi Pinggul (X4) 0,038 tn

Lebar Pinggul (X5) –0,299 tn

Panjang Badan (X6) –0,055 tn

Panjang Paha (X7) 0,007 tn

Panjang Leher (X8) 0,374 tn

Lebar Kepala (X9) 0,458 tn

(47)
(48)

33 Tabel 13. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan Variabel-Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina ManadovsMinahasa Selatan

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) –0,214 tn

Dalam Dada (X2) 0,323 tn

Tinggi Pundak (X3) 0,086 tn

Tinggi Pinggul (X4) 0,097 tn

Lebar Pinggul (X5) –0,480 tn

Panjang Badan (X6) –0,088 tn

Panjang Paha (X7) –0,280 tn

Panjang Leher (X8) 0,196 tn

Lebar Kepala (X9) –0,015 tn

Panjang Kepala (X10) 0,074 tn

Keterangan: tn = tidak nyata (P>0,05)

Kuda Delman ManadovsTomohon

Jantan. Perbedaan sangat nyata ditemukan pada ukuran variabel-variabel tubuh antara kuda delman jantan Manado vs Tomohon berdasarkan hasil T2-Hotelling

(P<0,01). Tabel 14 menyajikan koefisien korelasi antara fungsi diskriminan Fisher dan variabel-variabel yang diukur, berikut fungsi diskriminan Fisher yang dibentuk pada kuda delman jantan Manado vs Tomohon. Pada selang kepercayaan 95%,

ditemukan enam variabel pembeda yaitu: lebar dada (X1), dalam dada (X2), tinggi pundak (X3), tinggi pinggul (X4), lebar pinggul (X5) dan panjang paha (X7). Variabel pembeda ini yang membedakan kuda delman jantan Manado dan Tomohon. Gambar 8 menyajikan kuda delman jantan Manado dan Tomohon yang diamati.

Tabel 15 menyajikan hasil penggolongan individu-individu pada kuda delman jantan Manado vs Tomohon berdasarkan kriteria Wald-Anderson. Hasil

(49)

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) –0,74712) *

Dalam Dada (X2) –0,70902) *

Tinggi Pundak (X3) –0,89762) *

Tinggi Pinggul (X4) –0,84402) *

Lebar Pinggul (X5) –0,79352) *

Panjang Badan (X6) –0,27621) tn

Panjang Paha (X7) –0,79082) *

Panjang Leher (X8) –0,31151) tn

Lebar Kepala (X9) –0,30471) tn

Panjang Kepala (X10) –0,08961) tn

(50)

Kelompok Aktual

Penggolongan

Koreksi (%) Manado Tomohon

Manado (n = 51)

46 5 46/51 x 100 %

= 90,20 % Tomohon

(n = 32)

5 27 27/32 x 100 %

= 84,38 % Total

(51)
(52)

37 Tabel 16. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan Variabel-Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina ManadovsTomohon

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) –0,465 tn

Dalam Dada (X2) –0,182 tn

Tinggi Pundak (X3) –0,304 tn

Tinggi Pinggul (X4) –0,236 tn

Lebar Pinggul (X5) –0,265 tn

Panjang Badan (X6) –0,259 tn

Panjang Paha (X7) –0,387 tn

Panjang Leher (X8) –0,113 tn

Lebar Kepala (X9) –0,326 tn

Panjang Kepala (X10) –0,217 tn

Keterangan: tn = tidak nyata (P>0,05)

di satu kelompok pada perhitungan ketidakserupaan morfometrik tubuh kuda delman terhadap kelompok lain. Gambar 10 menyajikan kuda delman betina Manado dan Tomohon yang diamati.

Kuda Delman MinahasavsMinahasa Selatan

Jantan.Perbedaan tidak ditemukan pada ukuran variabel-variabel tubuh antara kuda delman jantan Minahasa vs Minahasa Selatan berdasarkan hasil T2-Hotelling

(P>0,05). Tabel 17 menyajikan koefisien korelasi antara fungsi diskriminan Fisher dan variabel-variabel yang diukur, berikut fungsi diskriminan Fisher yang dibentuk pada kuda delman jantan Minahasa vs Minahasa Selatan. Pada selang kepercayaan

95%, tidak ditemukan satupun ukuran variabel-variabel tubuh kuda delman jantan Minahasa vs Minahasa Selatan yang berkorelasi sehingga persamaan diskriminan

Fisher pada kuda delman jantan MinahasavsMinahasa Selatan tidak dapat dibentuk.

(53)

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) 0,640 tn

Dalam Dada (X2) 0,358 tn

Tinggi Pundak (X3) 0,412 tn

Tinggi Pinggul (X4) 0,388 tn

Lebar Pinggul (X5) 0,429 tn

Panjang Badan (X6) 0,387 tn

Panjang Paha (X7) 0,526 tn

Panjang Leher (X8) 0,299 tn

Lebar Kepala (X9) 0,640 tn

(54)
(55)

40 Tabel 18. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan Variabel-Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina MinahasavsMinahasa Selatan

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) 0,3361) tn

Dalam Dada (X2) 0,5921) tn

Tinggi Pundak (X3) 0,5871) tn

Tinggi Pinggul (X4) 0,5831) tn

Lebar Pinggul (X5) 0,3781) tn

Panjang Badan (X6) 0,1411) tn

Panjang Paha (X7) 0,0731) tn

Panjang Leher (X8) 0,5311) tn

Lebar Kepala (X9) 0,1991) tn

Panjang Kepala (X10) 12) *

Fungsi Diskriminan Fisher Y = 0,361 X10

Keterangan: * = nyata (P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05);1)adalah hasil pengolahan pertama penentu

variabel pembeda;2)adalah hasil pengolahan kedua penentu variabel pembeda

Tabel 19. Penggolongan Individu Kuda Delman Betina Minahasa vs Minahasa

Selatan Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson

Kelompok Aktual

Penggolongan

Koreksi (%) Minahasa Minahasa

Selatan Minahasa

(n = 152) 118 34 118/152 x 100 %= 77,63 % Minahasa Selatan

(n = 27) 3 24 24/27 x 100 %= 88,89 % Total

(n = 179)

121 58 (179-37)/179 x 100 % = 79,33 %

Keterangan: n = jumlah sampel (ekor)

(56)
(57)

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) –0,6922) *

Dalam Dada (X2) –0,7782) *

Tinggi Pundak (X3) –0,9092) *

Tinggi Pinggul (X4) –0,7942) *

Lebar Pinggul (X5) –0,6702) *

Panjang Badan (X6) –0,1771) tn

Panjang Paha (X7) –0,6952) *

Panjang Leher (X8) –0,5171) tn

Lebar Kepala (X9) –0,4321) tn

Panjang Kepala (X10) –0,0711) tn

(58)

43 pada kuda delman jantan Minahasa vs Tomohon. Pada selang kepercayaan 95%,

ditemukan enam variabel pembeda yaitu: lebar dada (X1), dalam dada (X2), tinggi pundak (X3), tinggi pinggul (X4), lebar pinggul (X5) dan panjang paha (X7). Variabel pembeda ini yang membedakan kuda delman jantan Minahasa dan Tomohon. Gambar 14 menyajikan kuda delman jantan Minahasa dan Tomohon yang diamati.

Tabel 21. Penggolongan Individu Kuda Delman Jantan Minahasa vs Tomohon

Berdasarkan Kriteria Wald-Anderson

Kelompok Aktual

Penggolongan

Koreksi (%) Minahasa Tomohon

Minahasa

(n = 221) 170 51 170/221 x 100 %= 76,92 % Tomohon

(n = 32) 8 24 24/32 x 100 %= 75 %

Total (n = 253)

178 75 (253-59)/253 x 100 % = 76,68 %

Keterangan: n = jumlah sampel (ekor)

Tabel 21 menyajikan hasil penggolongan individu-individu jantan pada kuda delman Minahasa vs Tomohon berdasarkan kriteria Wald-Anderson. Hasil

menunjukkan bahwa terdapat 51 ekor kuda delman jantan Tomohon digolongkan kedalam Minahasa dengan persentase koreksi sebesar 76,92% dan delapan jantan ekor kuda delman Minahasa digolongkan kedalam Tomohon dengan persentase koreksi sebesar 75%. Kesalahan penggolongan berdasarkan statistik Wald-Anderson adalah sebanyak 59 ekor dengan persentase koreksi sebesar 76,68%.

Grafik distribusi frekuensi dan penggolongan data individu-individu pada kuda delman jantan Minahasa vs Tomohon berdasarkan skor Wald-Anderson

masing-masing individu disajikan pada Gambar 15. Pola tumpang tindih disajikan pada kedua data kuda delman jantan Minahasa dan Tomohon. Beberapa data kuda delman jantan Minahasa digolongkan kedalam Tomohon, demikian pula sebaliknya.

(59)
(60)

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) –0,542 tn

Dalam Dada (X2) –0,470 tn

Tinggi Pundak (X3) –0,667 tn

Tinggi Pinggul (X4) –0,515 tn

Lebar Pinggul (X5) –0,145 tn

Panjang Badan (X6) –0,206 tn

Panjang Paha (X7) –0,385 tn

Panjang Leher (X8) –0,080 tn

Lebar Kepala (X9) –0,081 tn

(61)
(62)

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) –0,615 tn

Dalam Dada (X2) –0,5202 tn

Tinggi Pundak (X3) –0,649 tn

Tinggi Pinggul (X4) –0,605 tn

Lebar Pinggul (X5) –0,616 tn

Panjang Badan (X6) –0,206 tn

Panjang Paha (X7) –0,636 tn

Panjang Leher (X8) –0,383 tn

Lebar Kepala (X9) –0,731 tn

(63)

48 nan Fisher dan variabel-variabel yang diukur, berikut fungsi diskriminan Fisher yang dibentuk pada kuda delman betina Minahasa Selatan vs Tomohon. Pada selang

kepercayaan 95%, ditemukan empat variabel pembeda yaitu: lebar dada (X1), tinggi pundak (X3), tinggi pinggul (X4) dan panjang paha (X7). Variabel pembeda ini yang membedakan kuda delman betina Minahasa Selatan dan Tomohon. Gambar 18 menyajikan kuda delman betina Minahasa Selatan dan Tomohon yang diamati.

Tabel 24. Koefisien Korelasi antara Fungsi Diskriminan Fisher dan Variabel-Variabel yang Diukur; Berikut Fungsi Diskriminan Fisher yang Dibentuk pada Kuda Delman Betina Minahasa SelatanvsTomohon

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lebar Dada (X1) –0,7762) *

Dalam Dada (X2) –0,6041) tn

Tinggi Pundak (X3) –0,8222) *

Tinggi Pinggul (X4) –0,6932) *

Lebar Pinggul (X5) –0,4421) tn

Panjang Badan (X6) –0,4781) tn

Panjang Paha (X7) –0,7692) *

Panjang Leher (X8) –0,3321) tn

Lebar Kepala (X9) –0,5851) tn

Panjang Kepala (X10) –0,5231) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y =–0,934 X1–0,803 X3+0,583 X4–0,501 X7

Keterangan: * = nyata (P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05);1)adalah hasil pengolahan pertama penentu

variabel pembeda;2)adalah hasil pengolahan kedua penentu variabel pembeda

(64)

Kelompok Aktual

Penggolongan

Koreksi (%) Minahasa

Selatan Tomohon Minahasa Selatan

(n = 27) 26 1 26/27 x 100 %= 96,30 % Tomohon

(n = 8) 2 6 6/8 x 100 %= 75 %

Total (n = 35)

28 7 (35-3)/35 x 100 %

(65)

50 Grafik distribusi frekuensi dan penggolongan data individu-individu pada kuda delman betina Minahasa Selatan dan Tomohon berdasarkan skor Wald-Anderson masing-masing individu disajikan pada Gambar 19. Pola tumpang tindih disajikan pada kedua data kuda delman betina Minahasa Selatan dan Tomohon. Beberapa data kuda delman betina Minahasa Selatan digolongkan kedalam Tomohon, demikian pula sebaliknya.

Jarak minimum morfometrik D2-Mahalanobis yang telah diakarkan pada kuda delman betina Minahasa Selatan dan Tomohon ditemukan sebesar 3,4642. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ukuran-ukuran tubuh kuda delman betina Minahasa Selatan dan Tomohon berbeda.

Penggolongan Berdasarkan Jarak Mininum Akar D2-Mahalanobis Jantan. Jarak minimum D2-Mahalanobis dapat ditentukan setelah diperoleh fungsi diskriminan Fisher. Berdasarkan hal tersebut data kuda delman jantan yang digunakan untuk membentuk dendogram ketidakserupaan morfometrik hanya melibatkan kuda delman jantan Manado, Minahasa dan Tomohon. Jarak mininum D2-Mahalanobis yang telah diakarkan pada kuda delman jantan antara lokasi Manado, Minahasa dan Tomohon, disajikan pada Tabel 26. Gambar 20 menyajikan jarak ketidakserupaan morfometrik diantara kuda delman jantan yang berasal dari Manado, Minahasa dan Tomohon. Tabel 27 menyajikan rekapitulasi hasil penggolongan ukuran-ukuran tubuh kuda delman jantan berdasarkan perolehan variabel pembeda pengelompokan, Wald-Anderson dan jarak mininum D2 -Mahalanobis pada setiap dua lokasi pengamatan.

Tabel 26. Jarak Mininum Morfometrik D2-Mahalanobis yang Telah Diakarkan pada Kuda Delman Jantan yang Diamati dari Berbagai Lokasi

Lokasi Manado Minahasa Tomohon

Manado 0,0000

Minahasa 1,6458 0,0000

(66)

Minahasa

Tomohon

Manado 1.1703

0.8075

0.8075 0.3627

0.0 0.2

0.4 0.6

Gambar

Gambar 2. Peta Propinsi Sulawesi Utara
Tabel 3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lebar Dada, DalamDada, Tinggi Pundak, Tinggi Pinggul dan Lebar Pinggul Kuda DelmanJantan dan Betina di Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon
Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Badan,Panjang Paha, Panjang Leher, Lebar Kepala dan Panjang Kepala KudaDelman Jantan dan Betina di Manado, Minahasa, Minahasa Selatan danTomohon
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Olahan T2-Hotelling Ukuran-Ukuran Tubuh Kuda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan 3 anak dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda sebagai informan yang berada di Banyuwangi, fokus perhatian dalam analisis ini adalah praktik

Di bawah ini yang merupakan teknologi komunikasi masa lalu adalah ...a. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban

Mengingat apa yang terjadi ketika melakukan BK di kelas/sekolah?.

Bagi yang akan melanjutkan penelitian tentang terhadap pembentukan perilaku sosial. siswa, disarankan melakukan penelilitian lebih spesifik

Dari berat badan dan konversi pakan yang dihasilkan, pemberian complete feed berbasis pod kakao, baik non fermentasi maupun fermentasi dapat memenuhi kebutuhan hidup

Siswa menemukan masalah dari hasil pengamatan lagu tersebut berupa perbedaan bahasa antara satu daerah dengan daerah lain.. Siswa melakukan kegiatan unatuk menyusun pernyataan

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan petunjuk serta melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis

Sesuai hasil penelitian, pada indikator ini terdata sejumlah 50% subjek dari unsur siswa memilih skala 3 yang menyatakan bahwa ilustrasi yang disajikan pada Buku Sekolah