• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Pemudah, Pendukung dan Pendorong terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Pemudah, Pendukung dan Pendorong terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR PEMUDAH, PENDUKUNG DAN PENDORONG TERHADAP TINDAKAN KEPALA KELUARGA DALAM

PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA KINANGKONG KECAMATAN LAU BALENG

KABUPATEN KARO TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

051000169 RIA NATALIA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH FAKTOR PEMUDAH, PENDUKUNG DAN PENDORONG TERHADAP TINDAKAN KEPALA KELUARGA DALAM

PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA KINANGKONG KECAMATAN LAU BALENG

KABUPATEN KARO TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

051000169 RIA NATALIA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH FAKTOR PEMUDAH, PENDUKUNG DAN PENDORONG TERHADAP TINDAKAN KEPALA KELUARGA DALAM

PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA KINANGKONG KECAMATAN LAU BALENG

KABUPATEN KARO TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : RIA NATALIA

NIM. 051000169

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 12 Agustus 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Heldy BZ, M.P.H Siti Khadijah Nst, S.K.M, M.Kes

NIP. 19520601 198203 1 003 NIP. 19730803 199903 2 001 Penguji II Penguji III

Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dr. Fauzi, S.K.M NIP. 19680320 199308 2 001 NIP. 140052649

Medan, Agustus 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

(4)

ABSTRAK

Malaria merupakan salah satu penyakit menular melalui vektor yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Kecamatan Lau Baleng merupakan salah satu kecamatan endemis malaria di Kabupaten Karo yang mengalami peningkatan kasus. Pada tahun 2007, di Kecamatan Lau Baleng ditemukan sebanyak 317 kasus malaria dan meningkat menjadi 412 kasus pada tahun 2008. Kasus malaria terbanyak berada di Desa Kinangkong sebanyak 53 kasus.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor pemudah (pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap, kepercayaan), pendukung (ketersediaan dan jarak sarana kesehatan) dan pendorong (keterpaparan informasi dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010. Populasi adalah seluruh kepala keluarga di Desa Kinangkong dan penetapan jumlah sampel menggunakan metode “simple random sampling” diperoleh sampel sebanyak 86 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria yaitu variabel pendidikan (ρ = 0,001); pengetahuan (ρ = 0,014); sikap (ρ = 0,044) dan keterpaparan informasi dari petugas kesehatan (ρ = 0,000). Variabel yang tidak memiliki pengaruh terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria adalah variabel penghasilan, kepercayaan, ketersediaan sarana kesehatan dan jarak sarana kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dan Puskesmas Lau Baleng agar meningkatkan penyuluhan tentang pencegahan penyakit malaria secara berkesinambungan dan terintegrasi kepada masyarakat dan kerjasama secara lintas sektoral melalui pemberdayaan tokoh-tokoh masyarakat untuk menyisipkan pesan-pesan kesehatan dalam setiap kegiatan yang ada di masyarakat, memasukkan materi pelajaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan pencegahan penyakit malaria melalui sarana pendidikan formal.

(5)

ABSTRACK

Malaria is one of the vector-borne diseases which still becomes a major public health problem found in whole world and also Indonesia. Lau Baleng subdistrict is one of subdistricts in Indonesia falling into malaria endemic area in Karo district that malaria cases has increased up. In the year 2007, in Lau Baleng subdistrict there was 317 cases of malaria, while in 2008 increased to 412 cases. Most cases of malaria took place in Kinangkong village as much as 53 cases.

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of the predisposing (education, income, knowledge, attitude, belief), enabling (sufficiency and distance of health facilities) and reinforcing factors (information of the health personnel) on head of family practice in preventing malaria disease at Kinangkong village, Lau Baleng subdistrict, Karo district, in 2010. The population were all the head of family in Kinangkong village and the sample was determined by simple random sampling technique was obtained sample of 86 people. Data were collected by using questionnaire and were analyzed by using multiple linear regression.

The results of research showed that variables which had significant influence on head of family practice in preventing malaria disease were education (ρ = 0,001); knowledge (ρ = 0,014); attitude (ρ = 0,044) and information of the health personnel

(ρ = 0,000). Variables of income, belief, sufficiency and distance of health facilities had no influence on head of family practice in preventing malaria disease.

It is suggested to the Karo District of Health and Lau Baleng Health Center to increase continually and integrated extension about malaria prevention to the community and the related institutions is also suggested to improve the inter-sectoral cooperation in malaria prevention by empowering the prominent community leaders to disseminate health informations in community activities, including the teaching material about clean and health behaviour, and also malaria prevention in formal education.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Natalia

Tempat/tanggal lahir : Kabanjahe, 29 Desember 1986 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 1 (satu) Jumlah saudara : 2 (dua) orang

Alamat rumah : Jalan Jamin Ginting Gg. Study No.2 Kabanjahe

RIWAYAT PENDIDIKAN:

1. 1992-1993: TK Swasta GBKP Kabanjahe 2. 1993-1996: SD Negeri 01 Kabanjahe

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur dan terimakasih pada Tuhan yang Maha Kuasa atas cinta, berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Faktor Pemudah, Pendukung dan Pendorong terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan serta saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

(8)

4. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. dr. Fauzi, S.K.M, selaku Dosen Penguji III yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan terhadap kesempurnaan skripsi ini.

6. Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H, selaku Dosen Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memerhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

8. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan.

9. Kepala Desa Kinangkong Semola br Tarigan dan Sekretaris Desa Rinawati br Purba yang atas kesediaannya dalam memberikan dukungan dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penelitian di Desa Kinangkong.

10. Kepala Puskesmas Lau Baleng dan seluruh staf yang telah mendukung dan memberikan banyak informasi yang berguna bagi penelitian penulis.

(9)

12. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda (K. Saragih) dan Ibunda (R. Bukit) (Thanks for being a great parents), serta adik-adik tercinta (Uci dan Iman Saragih) yang menjadi motivasi dan semangat bagi penulis.

13. Keluarga besar Saragih dan Bukit untuk doa dan teladan yang telah diberikan kepada penulis.

14. Teman-teman seperjuangan di Departeman AKK: Irfani, Sri, Siska, Risty, Ellina, Yuni, Rina, Franky, Husni, Uli, Josua, Wilda, Sai, Annie, Bertha, Vina, Etri, Lidia, Siti, Suaida, Aida, Susan, Citra, Lidia, Wisana, Zulham, Dedi, Ewa, dan seluruhnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

15. Teman-teman Sekolah Minggu: Agrevina, Natalia, Ruth, Adina, Manasye, Neprada, Tata, Debora dan Heni yang telah memberikan dukungan dan pengertian selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman KTB “Jesu Juva dan Tamariska”: Vida, Kristin, Eva, Fourgel, Roma, Erna, Desy, Lince, Jam, Artha, yang banyak membantu penulis dan senantiasa memberikan dukungan, perhatian, doa dan bantuan tanpa pamrih selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

17. Adik-adik kelompok ”Hopeful”, Lusi dan Fitri yang selalu mendukung lewat doa dan motivasi.

(10)

Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak yang dapat berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan yang Maha Pengasih selalu menyertai dan memberkati kita semua. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2010

Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Perilaku ... 10

2.1.1. Batasan Perilaku ... 10

2.1.2. Perilaku kesehatan ... 10

2.1.3. Determinan Perilaku... 11

2.1.4. Tindakan (Practice) ... 12

2.2. Malaria ... 13

2.2.1. Faktor Host (Pejamu) ... 14

2.2.2. Faktor Agent (Penyebab) ... 14

2.2.3. Faktor Environment (Lingkungan) ... 15

2.2.4. Penyebab Penyakit Malaria ... 16

2.2.5. Gejala Penyakit Malaria ... 18

2.2.6. Penyebaran dan Penularan Malaria ... 20

2.2.7. Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Malaria ... 22

2.3. Kerangka Konsep penelitian ... 24

2.4. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 26

3.2.2. Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan sampel ... 26

3.3.1. Populasi ... 26

3.3.2. Sampel ... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

(12)

3.4.2. Data Sekunder ... 28

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28

3.6. Definisi Operasional Variabel ... 31

3.6.1. Variabel Bebas (Independen) ... 31

3.6.2. Variabel Terikat (Dependen) ... 34

3.7. Aspek Pengukuran ... 35

3.7.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 35

3.7.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat(Dependen) ... 36

3.8. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

4.1.1. Letak Geografis ... 38

4.1.2. Data Demografi ... 38

4.1.3. Sarana Kesehatan ... 39

4.1.4. Tenaga Kesehatan ... 39

4.2. Analisis Univariat ... 39

4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 40

4.2.2. Deskripsi Faktor Pemudah ... 41

4.2.2.1. Pendidikan ... 41

4.2.2.2. Penghasilan ... 42

4.2.2.3. Pengetahuan ... 43

4.2.2.4. Sikap ... 47

4.2.2.5. Kepercayaan ... 51

4.2.3. Deskripsi Faktor Pendukung ... 51

4.2.4. Deskripsi Faktor Pendorong ... 52

4.2.5. Deskripsi Tindakan Responden ... 53

4.3. Hasil Uji Statistik Bivariat ... 57

4.4. Hasil Uji Statistik Multivariat ... 59

4.5. Hasil Wawancara ... 61

BAB V PEMBAHASAN ... 63

5.1. Pengaruh Faktor Pemudah terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 63

5.1.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 63

5.1.2. Pengaruh Penghasilan terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 65

5.1.3. Pengaruh Pengetahuan terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 66

5.1.4. Pengaruh Sikap terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 67

(13)

5.2. Pengaruh Faktor Pendukung terhadap Tindakan Kepala Keluarga

dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 70

5.2.1. Pengaruh Ketersediaan Sarana Kesehatan terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 70

5.2.2. Pengaruh Jarak Sarana Kesehatan terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 70

5.3. Pengaruh Faktor Pendorong terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 71

5.3.1. Pengaruh Keterpaparan Informasi dari Petugas Kesehatan terhadap Tindakan Kepala Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1. Kesimpulan ... 74

6.2. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN:

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Daftar Nama Kepala Keluarga di Desa Kinangkong Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Jumlah Kasus Penyakit Malaria di Kabupaten Karo

Tahun 2007-2008 ... 4

Tabel 1.2. Jumlah Kasus Penyakit Malaria di Kecamatan Lau Baleng Tahun 2008 ... 5

Tabel 2.1. Periode Prepaten dan Masa Inkubasi Plasmodium ... 18

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 29

Tabel 3.2. Aspek Skala Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 35

Tabel 3.3. Aspek Skala Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 36

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Desa Kinangkong berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

Tabel 4.2. Jenis Sarana Kesehatan di Desa Kinangkong ... 39

Tabel 4.2. Jenis Tenaga Kesehatan di Desa Kinangkong ... 39

Tabel 4.4. Distribusi Kategori Responden berdasarkan Umur, Jenis Pekerjaan dan Jumlah Anggota Keluarga ... 40

Tabel 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan di Desa Kinangkong ... 41

Tabel 4.6. Distribusi Responden berdasarkan Kategori Pendidikan di Desa Kinangkong ... 42

Tabel 4.7. Distribusi Responden berdasarkan Penghasilan di Desa Kinangkong ... 42

Tabel 4.8. Distribusi Responden berdasarkan Uraian Pengetahuan tentang Penyakit Malaria ... 45

Tabel 4.9. Distribusi Responden berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Penyakit Malaria di Desa Kinangkong ... 46

(15)

Tabel 4.11. Distribusi Responden berdasarkan Kategori Sikap tentang

Penyakit Malaria di Desa Kinangkong ... 51 Tabel 4.12. Distribusi Responden berdasarkan Kepercayaan tentang

Penyakit Malaria di Desa Kinangkong ... 51 Tabel 4.13. Distribusi Responden berdasarkan Ketersediaan dan Jarak

Sarana Kesehatan ... 52 Tabel 4.14. Distribusi Responden berdasarkan Faktor Pendorong

(Keterpaparan Informasi dari Petugas Kesehatan) ... 52 Tabel 4.15. Distribusi Responden berdasarkan Uraian Tindakan Pencegahan

Penyakit Malaria ... 55 Tabel 4.16. Distribusi Responden berdasarkan Kategori Tindakan Masyarakat

dalam Pencegahan Penyakit Malaria ... 57 Tabel 4.17. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson ... 59 Tabel 4.18. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 61

(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

ABSTRAK

Malaria merupakan salah satu penyakit menular melalui vektor yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Kecamatan Lau Baleng merupakan salah satu kecamatan endemis malaria di Kabupaten Karo yang mengalami peningkatan kasus. Pada tahun 2007, di Kecamatan Lau Baleng ditemukan sebanyak 317 kasus malaria dan meningkat menjadi 412 kasus pada tahun 2008. Kasus malaria terbanyak berada di Desa Kinangkong sebanyak 53 kasus.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor pemudah (pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap, kepercayaan), pendukung (ketersediaan dan jarak sarana kesehatan) dan pendorong (keterpaparan informasi dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010. Populasi adalah seluruh kepala keluarga di Desa Kinangkong dan penetapan jumlah sampel menggunakan metode “simple random sampling” diperoleh sampel sebanyak 86 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria yaitu variabel pendidikan (ρ = 0,001); pengetahuan (ρ = 0,014); sikap (ρ = 0,044) dan keterpaparan informasi dari petugas kesehatan (ρ = 0,000). Variabel yang tidak memiliki pengaruh terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria adalah variabel penghasilan, kepercayaan, ketersediaan sarana kesehatan dan jarak sarana kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dan Puskesmas Lau Baleng agar meningkatkan penyuluhan tentang pencegahan penyakit malaria secara berkesinambungan dan terintegrasi kepada masyarakat dan kerjasama secara lintas sektoral melalui pemberdayaan tokoh-tokoh masyarakat untuk menyisipkan pesan-pesan kesehatan dalam setiap kegiatan yang ada di masyarakat, memasukkan materi pelajaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan pencegahan penyakit malaria melalui sarana pendidikan formal.

(18)

ABSTRACK

Malaria is one of the vector-borne diseases which still becomes a major public health problem found in whole world and also Indonesia. Lau Baleng subdistrict is one of subdistricts in Indonesia falling into malaria endemic area in Karo district that malaria cases has increased up. In the year 2007, in Lau Baleng subdistrict there was 317 cases of malaria, while in 2008 increased to 412 cases. Most cases of malaria took place in Kinangkong village as much as 53 cases.

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of the predisposing (education, income, knowledge, attitude, belief), enabling (sufficiency and distance of health facilities) and reinforcing factors (information of the health personnel) on head of family practice in preventing malaria disease at Kinangkong village, Lau Baleng subdistrict, Karo district, in 2010. The population were all the head of family in Kinangkong village and the sample was determined by simple random sampling technique was obtained sample of 86 people. Data were collected by using questionnaire and were analyzed by using multiple linear regression.

The results of research showed that variables which had significant influence on head of family practice in preventing malaria disease were education (ρ = 0,001); knowledge (ρ = 0,014); attitude (ρ = 0,044) and information of the health personnel

(ρ = 0,000). Variables of income, belief, sufficiency and distance of health facilities had no influence on head of family practice in preventing malaria disease.

It is suggested to the Karo District of Health and Lau Baleng Health Center to increase continually and integrated extension about malaria prevention to the community and the related institutions is also suggested to improve the inter-sectoral cooperation in malaria prevention by empowering the prominent community leaders to disseminate health informations in community activities, including the teaching material about clean and health behaviour, and also malaria prevention in formal education.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia.

Penyebaran penyakit malaria di dunia sangat luas yakni antara garis lintang 60º di utara dan 40º di selatan yang meliputi lebih dari 100 negara beriklim tropis dan subtropis (Erdinal, 2006). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, penyakit malaria menyerang 108 negara dan kepulauan di dunia pada tahun 2008. Penduduk dunia yang berisiko terkena penyakit malaria hampir setengah dari keseluruhan penduduk di dunia, terutama negara-negara berpenghasilan rendah.

Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak 247 juta kasus malaria di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian pada tahun 2008. Sebagian besar kasus dan kematian malaria ditemukan di Afrika dan beberapa negara di Asia, Amerika Latin, Timur Tengah serta Eropa. Setiap 45 detik seorang anak di Afrika meninggal dunia akibat penyakit malaria.

(20)

penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria pada tahun 2015 dengan indikator prevalensi malaria per 1.000 penduduk.

Penyakit malaria juga dapat membawa dampak kerusakan ekonomi yang signifikan. Penyakit malaria dapat menghabiskan sekitar 40% biaya anggaran belanja kesehatan masyarakat dan menurunkan sebesar 1,3% Produk Domestik Bruto (PDB) khususnya di negara-negara dengan tingkat penularan tinggi (WHO, 2010).

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap penyakit malaria. Daerah endemis malaria sebanyak 73,6% dari keseluruhan daerah di Indonesia (Depkes RI, 2008).

Kabupaten endemis malaria di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 396 kabupaten dari 495 kabupaten yang ada. Penduduk Indonesia yang berdomisili di daerah berisiko tertular malaria sekitar 45%. Jumlah kasus malaria pada tahun 2006 sebanyak 2 juta kasus dan pada tahun 2007 menurun menjadi 1.774.845 kasus (Depkes RI, 2009).

Menurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di atas, dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar mencapai sekitar 3 triliun rupiah lebih. Kerugian tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan daerah (Depkes RI, 2009).

(21)

Kasus malaria yang tinggi berdampak terhadap beban ekonomis yang besar baik bagi keluarga yang bersangkutan dan bagi pemerintah melalui hilangnya produktivitas kerja, hilangnya kesempatan rumah tangga untuk membiayai pendidikan serta beban biaya kesehatan yang tinggi. Dalam jangka panjang, akan menimbulkan efek menurunnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Indonesia (Trihono, 2009).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia (Riskesdas RI) tahun 2007, diketahui bahwa penyakit malaria tersebar merata di semua kelompok umur. Prevalensi malaria klinis di pedesaan dua kali lebih besar bila dibandingkan prevalensi di perkotaan. Prevalensi malaria klinis juga cenderung tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah, kelompok petani, nelayan, buruh dan kelompok dengan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita rendah.

Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas RI (2007) adalah sebesar 2,85%. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu dari 15 provinsi dengan prevalensi malaria di atas prevalensi nasional. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut) tahun 2008, beberapa kabupaten endemis malaria di Sumatera Utara di antaranya: Kabupaten Asahan, Karo, Labuhan Batu, Langkat, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Nias dan Nias Selatan.

(22)

mengalami peningkatan kembali menjadi 99.692 kasus pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 turun kembali menjadi 91.609 kasus (Dinkes Sumut, 2008).

Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten endemis malaria di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Karo (Dinkes Kab. Karo) tahun 2007-2008, jumlah kasus malaria di Kabupaten Karo selama 2 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Menurut data kunjungan ke puskesmas, pada tahun 2007 ditemukan sebanyak 949 kasus malaria klinis dan meningkat menjadi 1.075 kasus pada tahun 2008.

Jumlah kasus penyakit malaria di Kabupaten Karo selama dua tahun terakhir (2007-2008) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1.Jumlah Kasus Penyakit Malaria di Kabupaten Karo Tahun 2007-2008

No Kecamatan Puskesmas 2007 2008

Klinis Positif Klinis Positif

1 Lau Baleng Lau Baleng 316 1 410 2

2 Mardinding Mardinding 208 294 1

3 Munte Munte 137 - 94 -

4 Kutabuluh Kutabuluh 110 - 208 3

5 Berastagi Berastagi 44 - -

Korpri - - -

6 Tiga Binanga Tiga Binanga 41 - 38 -

7 Juhar Juhar 35 - 6 -

8 Merdeka Merdeka 32 - 17 -

9 Tiga Nderket Tiga Nderket 16 - - -

10 Kabanjahe Kabanjahe 8 - - -

11 Simpang Empat Simpang Empat 2 - - -

12 Tiga Panah Tiga Panah - - - -

Singa - - 8 -

13 Merek Merek - - - -

14 Barusjahe Barusjahe - - - -

15 Naman Teran Naman Teran - - - -

16 Payung Payung - - - -

17 Dolat Rayat Dolat Rayat - - - -

Jumlah 949 1 1.075 6

(23)

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, diperoleh bahwa Kecamatan Lau Baleng merupakan salah satu kecamatan endemis malaria di Kabupaten Karo dengan jumlah kasus pada tahun 2007 ditemukan sebanyak 316 kasus dan mengalami peningkatan pada tahun 2008 yaitu sebanyak 410 kasus.

Jumlah kasus malaria per desa di Kecamatan Lau Baleng pada Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2. Jumlah Kasus Malaria di Kecamatan Lau Baleng Tahun 2008

No Desa 2008

Klinis Positif

1 Kinangkong 53 -

2 Mbal-mbal Petarum 51 -

3 Lau Baleng 49 -

4 Perbulan 42 -

5 Buluh Pancur 36 -

6 Lau Peranggun 31 -

7 Durin Rugun 29 1

8 Lau Peradep 26 -

9 Rambah Tampu 21 -

10 Martelu 21 -

11 Tanjung Gunung 20 1

12 Lingga Muda 20 -

13 Kuta Mbelin 11 -

Jumlah 410 2

Sumber: Profil Puskesmas Lau Baleng tahun 2008

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa kasus malaria tersebar di seluruh desa. Desa Kinangkong adalah salah satu desa dengan jumlah kasus malaria tertinggi di Kecamatan Lau Baleng pada tahun 2008.

(24)

sepenuhnya seperti yang diharapkan, hal ini terlihat dari tingginya angka penyakit malaria.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, geografis daerah ini terdiri dari hutan lebat, rawa-rawa, sungai dan persawahan. Kondisi geografis seperti ini secara entomologi telah mengakibatkan semakin meluasnya tempat perkembangbiakan vektor malaria atau nyamuk anopheles. Jenis plasmodium yang umum dijumpai di daerah endemis ini adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium falcifarum.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas malaria di Puskesmas Lau Baleng, salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kasus malaria di daerah ini adalah karena letak geografis daerah ini berada di daerah endemis malaria dan masih adanya kepercayaan masyarakat yang menganggap bahwa malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh perbuatan jahat (guna-guna) yang sengaja dilakukan oleh orang lain.

Penyakit malaria dapat dicegah dan disembuhkan. Dengan demikian tindakan pencegahan merupakan salah satu tindakan yang penting untuk mengatasi penyakit malaria. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan bahwa upaya pencegahan penyakit menular adalah tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

(25)

perilaku masyarakat yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit malaria (Dalimunthe, 2008).

Upaya pencegahan penyakit malaria difokuskan untuk meminimalkan jumlah kontak manusia dengan nyamuk melalui pemakaian kelambu dan penyemprotan rumah. Beberapa daerah menekankan penggunaan kelambu yang telah direndam dengan insektisida. Salah satu hambatan utama penggunaan kelambu secara massal adalah faktor ekonomi (Utomo, 2007).

Menurut Daulay (2006), faktor perilaku sangat berkontribusi terhadap terjadinya penyakit malaria. Tingkat pengetahuan yang rendah, kebiasaan tidur tidak memakai kelambu, sikap yang kurang mendukung dalam penanggulangan penyakit malaria, tidak menggunakan alat atau bahan pelindung bila keluar rumah pada malam hari merupakan perilaku yang memiliki risiko terbesar terhadap terjadinya penyakit malaria. Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap terjadinya penyakit malaria adalah dukungan petugas kesehatan dan faktor lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian Kasnodihardjo (2008), tentang pola kebiasaan masyarakat dalam kaitannya dengan masalah malaria di daerah Sihepeng Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa malaria adalah penyakit menular dan nyamuk sebagai vektor penular. Mereka bahkan menganggap penyakit malaria berbahaya, namun kebanyakan mereka kurang mengetahui bagaimana cara penularan penyakit malaria. Hal ini memengaruhi tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria.

(26)

bahwa pengetahuan dan sikap memengaruhi tindakan seseorang terhadap pencegahan penyakit malaria. Pengetahuan dan sikap responden yang berada dalam kategori baik berbanding lurus dengan tindakan dalam pencegahan.

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: faktor pemudah (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya; faktor pendukung (enabling factor) mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan; dan faktor pendorong (reinforcing factor) mencakup sikap dan perilaku dari petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Mengacu pada latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh faktor pemudah (meliputi: pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan), faktor pendukung (meliputi: ketersediaan dan jarak sarana kesehatan) dan faktor pendorong (meliputi: keterpaparan informasi tentang pencegahan penyakit malaria dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

(27)

tentang pencegahan penyakit malaria dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor pemudah (meliputi: pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan), faktor pendukung (meliputi: ketersediaan dan jarak sarana kesehatan) dan faktor pendorong (meliputi: keterpaparan informasi tentang pencegahan penyakit malaria dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan, pemerintah/pengambil keputusan tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.

2. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan Ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Batasan Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Secara lebih terinci, perilaku kesehatan itu mencakup:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, adalah bagaimana seseorang merespon, baik secara pasif maupun aktif terhadap sakit dan penyakit yang dialaminya. Perilaku ini meliputi tingkatan pencegahan sebagai berikut:

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour)

(29)

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan modern maupun tradisional. 3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), adalah respon seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour), adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

Becker dalam Notoatmodjo (2007), mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behaviour) sebagai berikut:

1) Perilaku kesehatan (health behaviour) 2) Perilaku sakit (the illness behaviour)

3) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

2.1.3. Determinan Perilaku Masyarakat

Menurut Notoatmodjo (2005), meskipun perilaku adalah bentuk respon terhadap stimulus dari luar diri seseorang, namun karakteristik dan faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan juga dapat memengaruhi respon seseorang.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:

a. Faktor pemudah (predisposing factor)

(30)

Apabila seorang penderita penyakit malaria memiliki pengetahuan tentang manfaat pengobatan dan kemana harus berobat, itu akan mempermudah dirinya untuk memeriksakan penyakitnya. Hal tersebut juga akan dipermudah pula apabila ia memiliki sikap positif terhadap penyakit malaria.

b. Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, misalnya: tersedianya pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor pendorong perilaku adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, misalnya: untuk berperilaku sehat diperlukan contoh dari para tokoh masyarakat, seperti lurah, dokter (tenaga kesehatan), camat dan lain-lain.

2.1.4. Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2007), suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

Tindakan dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan yaitu: 1. Persepsi (perception)

(31)

2. Respon Terpimpin (guided respons)

Respon terpimpin adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh yang telah diberikan.

3. Mekanisme (mechanism)

Mekanisme adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu secara benar dan hal itu sudah menjadi kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

2.2. Malaria

Istilah malaria diambil dari 2 kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga memiliki beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).

(32)

Kegiatan pemberantasan penyakit ini sudah dilakukan sejak lama. Adanya parasit malaria kebal (resisten) terhadap obat-obatan, merupakan salah satu penyebab sulitnya usaha pemberantasan penyakit ini (Prabowo, 2008).

2.2.1. Faktor Host (Pejamu)

Secara alami, penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Sejak dahulu telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di daerah-daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi (Prabowo, 2008).

Kerentanan manusia terhadap penyakit malaria berbeda-beda. Ada manusia yang rentan, yang dapat tertular oleh penyakit malaria, tetapi ada pula yang lebih kebal dan tidak mudah tertular oleh penyakit malaria. Berbagai bangsa (ras) mempunyai kerentanan yang berbeda-beda (faktor rasial) (Gandahusada, 2003). Banyak orang dari Afrika Barat dan beberapa kulit hitam Amerika mempunyai “duffy antigen” negatif yang dapat menerangkan rendahnya insiden dari Plasmodium vivax di Afrika Barat, namun di daerah lain di Afrika, prevalensi Plasmodium vivax cenderung lebih tinggi (Garcia, 1996).

2.2.2. Faktor Agent (Penyebab)

(33)

dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies anopheles di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies di antaranya telah terbukti penular penyakit malaria (Prabowo, 2008).

Nyamuk anopheles hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah ketinggian lebih dari 2.000-2.500 m. Tempat perindukannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai, pedalaman dan kaki gunung. Nyamuk anopheles betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya (Prabowo, 2008).

Nyamuk anopheles biasa meletakkan telurnya di atas permukaan air satu per satu. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu cukup lama dalam bentuk dorman. Bila air cukup tersedia, telur-telur tersebut biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan. Nyamuk anopheles sering disebut nyamuk malaria karena banyak jenis nyamuk ini yang menularkan penyakit malaria (Sembel, 2009).

2.2.3. Faktor Environment (Lingkungan)

(34)

adanya perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya (Mursito, 2002).

Tidak semua daerah yang dimasuki penderita malaria akan terjangkit penyakit malaria. Jika daerah tersebut tidak terdapat nyamuk malaria, penularan penyakit tersebut tidak akan terjadi. Demikian pula sebaliknya, sekalipun di suatu daerah terdapat nyamuk malaria tetapi jika di daerah tersebut tidak ada penderita malaria, penularan malaria tidak akan terjadi. Suatu daerah akan terjangkit penyakit malaria apabila di daerah itu ada nyamuk malaria yang pernah menggigit penderita malaria (Mursito, 2002).

2.2.4. Penyebab Penyakit Malaria

Penyebab penyakit malaria di Indonesia ada 4 jenis yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium falcifarum. Gejala dan intensitas serangan ke-4 plasmodium tersebut pada garis besarnya sama, namun setiap plasmodium tersebut memberikan karakteristik tersendiri dalam intensitas dan frekuensi serangan.

a. Plasmodium vivax (P.vivax)

Plasmodium vivax memberikan intensitas serangan dalam bentuk demam setiap 3 hari sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertiana. Jenis malaria ini tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia dan merupakan jenis malaria terbanyak yang dijumpai di daerah malaria.

(35)

awalnya adalah muncul demam tidak teratur tapi kemudian demamnya menjadi teratur setiap 48 jam sekali di waktu siang atau sore hari. Suhu badan dapat mencapai 41ºC. Keadaan ini dapat diikuti dengan pembengkakan limpa dan timbul cacar herpes pada bibir, pusing dan rasa mengantuk. Kondisi tersebut disebabkan oleh adanya gangguan di otak.

b. Plasmodium malariae (P.malariae)

Plasmodium malariae menyebabkan serangan demam setiap 4 hari sekali sehingga sering dikenal dengan istilah malaria kuartana. Jenis malaria ini dapat tumbuh subur di daerah tropik, baik di dataran rendah maupun tinggi.

Masa inkubasi plasmodium ini antara 18-40 hari. Gejala serangannya menyerupai Plasmodium vivax tetapi demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang teratur. Plasmodium malariae dapat menyebabkan gangguan pada ginjal yang bersifat menahun.

c. Plasmodium ovale (P.ovale)

Plasmodium ovale banyak dijumpai di Indonesia bagian timur terutama di Papua. Gejala yang ditimbulkan oleh P.ovale mirip dengan P.vivax. Penyakit malaria yang disebabkan parasit jenis ini relatif jarang kambuh dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

d. Plasmodium falcifarum (P. falcifarum)

(36)

penyakit kuning. Penderita akan merasa gelisah dan terkadang mengigau diikuti keluarnya keringat dingin. Frekuensi denyut nadi serta pernapasan juga akan meningkat pada saat serangan tersebut.

Akibat yang paling buruk akan terjadi bila plasmodium tersebut sudah menyerang otak sehingga menyebabkan gumpalan darah pada pembuluh darah. Akibat lebih lanjut dapat menyebabkan proses kelumpuhan, menurunnya kesadaran dan akhirnya penderita tersebut meninggal dunia (Mursito, 2002).

2.2.5. Gejala Penyakit Malaria

[image:36.612.111.536.511.602.2]

Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh kekebalan tubuh penderita, jenis plasmodium malaria serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi pertama kali, sampai timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit malaria di dalam darah disebut periode prepaten. Masa inkubasi maupun periode prepaten ditentukan oleh jenis plasmodium yang menyerang seseorang (Prabowo, 2008). Berikut ini merupakan tabel periode prepaten dan masa inkubasi plasmodium:

Tabel 2.1. Periode Prepaten dan Masa Inkubasi Plasmodium

No. Jenis Plasmodium Periode Prepaten Masa Inkubasi

1. P.vivax 12,2 hari 12-17 hari

2. P.falcifarum 11 hari 9-14 hari

3. P.malariae 32,7 hari 18-40 hari

4. P.ovale 12 hari 16-18 hari Gambaran khas dari penyakit malaria adalah:

1. Demam

(37)

perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan seperti ini pada umumnya timbul pada malaria yang disebabkan oleh P.vivax dan P.ovale, sedangkan pada malaria yang disebabkan oleh P.falcifarum dan P.malariae, keluhan-keluhan tersebut tidak jelas.

Demam pada penyakit malaria bersifat periodik dan berbeda-beda waktunya, tergantung dari plasmodium penyebabnya. Serangan demam yang khas pada penyakit malaria terdiri dari 3 stadium:

a) Stadium menggigil

Stadium ini dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Penderita sering membungkus badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya bergetar; denyut nadinya cepat, tetapi lemah; bibir dan jari-jari tangannya biru; serta kulitnya pucat. Pada anak-anak, sering disertai dengan kejang-kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai satu jam yang diikuti dengan meningkatnya suhu badan.

b) Stadium puncak demam

(38)

c) Stadium berkeringat

Pada stadium ini, penderita berkeringat banyak di seluruh tubuhnya hingga tempat tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat, penderita merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Sebenarnya pada saat itu, penyakit malaria masih bersarang dalam tubuh penderita. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.

2. Pembesaran limpa (splenomegali)

Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada penyakit malaria kronis atau menahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Konsistensi limpa semakin lama menjadi semakin keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik, limpa dapat berangsur normal kembali.

3. Anemia

Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah sampai di bawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Anemia juga dapat timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang (Prabowo, 2008).

(39)

2.2.6. Penyebaran dan Penularan Malaria

Penyebaran penyakit malaria ditemukan pada 64º Lintang Utara (Archangel di Rusia) sampai 32º Lintang Selatan (Cordoba di Argentina), dari daerah rendah 400 m di bawah permukaan laut (Londiani di Kenya) atau 2.800 m (Cochabamba di Bolivia). Beberapa daerah bebas malaria ditemukan di antara batas-batas garis lintang dan garis bujur tersebut.

Penyakit malaria di Indonesia dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1.800 m di atas permukaan laut. Spesies yang paling banyak dijumpai adalah P. falcifarum dan P. vivax sedangkan P. ovale dan P. malariae pernah ditemukan di Papua dan NTT (Prabowo, 2008).

Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara, yaitu alamiah dan non alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles yang mengandung parasit malaria dan non alamiah jika bukan melalui gigitan nyamuk anopheles.

Berikut beberapa penularan penyakit malaria secara non alamiah: 1) Malaria bawaan (kongenital)

(40)

2) Penularan mekanik (transfusion malaria)

Transfusion malaria adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi penyakit malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi organ. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Parasit malaria dapat hidup selama 7 hari dalam darah donor. Masa inkubasi transfusion malaria biasanya lebih singkat dibandingkan dengan infeksi malaria secara alamiah (Prabowo, 2008).

2.2.7. Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Malaria

Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan diantaranya yaitu: tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit malaria, diantaranya:

1. Menghindari gigitan nyamuk malaria

(41)

Mereka yang tinggal di daerah endemis malaria, sebaiknya memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat juga dapat memakai minyak anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur di malam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria (Prabowo, 2008) .

Upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak dahulu (Yatim, 2007).

2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa adalah sebagai berikut:

a) Penyemprotan rumah

Penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis malaria dengan insektisida sebaiknya dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam bulan.

b) Larvaciding

Larvaciding merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.

c) Biological control

(42)

3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria

Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup di kawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan, atau hidup di air pegunungan.

(43)

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

[image:43.612.114.501.126.450.2]

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Definisi Konsep:

1. Faktor pemudah perilaku adalah faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada masyarakat, meliputi: pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan.

2. Faktor pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku masyarakat, meliputi ketersediaan dan jarak sarana kesehatan.

Faktor Pemudah: 1. Pendidikan 2. Penghasilan 3. Pengetahuan 4. Sikap

5. Kepercayaan

Faktor Pendukung:

1. Ketersediaan sarana

kesehatan

2. Jarak sarana kesehatan

Faktor Pendorong: Keterpaparan informasi tentang pencegahan malaria dari petugas kesehatan

Tindakan Kepala Keluarga dalam

(44)

3. Faktor pendorong perilaku adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku pada masyarakat, meliputi: keterpaparan informasi tentang pencegahan penyakit malaria dari petugas kesehatan.

4. Tindakan masyarakat dalam pencegahan malaria yaitu tindakan nyata yang dilakukan responden dalam pencegahan penyakit malaria.

2.4. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh faktor pemudah (meliputi: pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan), faktor pendukung (meliputi: ketersediaan dan jarak sarana kesehatan) dan faktor pendorong (meliputi: keterpaparan informasi tentang pencegahan malaria dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis dengan menganalisis data yang ada (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kinangkong, Kecamatan Lau Baleng. Adapun alasan pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa Desa Kinangkong merupakan salah satu desa endemis malaria dengan jumlah kasus malaria terbesar di Kecamatan Lau Baleng pada tahun 2008 dan belum pernah dilakukan penelitian yang sama sebelumnya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak Juli sampai dengan Agustus 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(46)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus penentuan sampel penelitian survei (Notoatmodjo, 2003) yaitu:

N n =

1 + N (d2 )

Keterangan : N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan (sebesar 0,1) dari rumus di atas, maka didapat :

336 n = 1 + 336 (0,12) n ≈ 77,06 n = 78 kepala keluarga

Berdasarkan perhitungan diperoleh sampel sebanyak 78 kepala keluarga ditambah 10% sehingga jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 86 kepala keluarga. Untuk menentukan kepala keluarga yang akan dijadikan sampel, digunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.

(47)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui metode wawancara langsung secara mendalam kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah disiapkan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Puskesmas Lau Baleng dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo.

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan penelitian, dilakukan uji validitas dan reliabilitas di lokasi yang berbeda dari lokasi penelitian. Tujuan uji validitas dan reliabilitas ini adalah untuk mengetahui apakah kuesioner tentang variabel independen dan variabel dependen yang disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur.

Validitas kuesioner penelitian penting karena ketepatan pengujian hipotesis sangat tergantung kepada kualitas data yang dikumpulkan melalui kuesioner penelitian (Sugiyono, 2006).

Validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan kolerasi antar skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment (r):

a. Bila r hasil > r tabel maka Ho ditolak berarti pertanyaan valid.

(48)

Setelah uji validitas dilakukan, maka selanjutnya terhadap kuesioner yang akan diujicobakan kepada responden dilakukan uji reliabilitas untuk melihat konsistensi jawaban.

Sugiyono (2006), menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel atau konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data atau jawaban yang sama. Reliabilitas suatu instrumen dapat diketahui dengan membandingkan nilai r alpha dengan r tabel:

a. Bila r alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. b. Bila r alpha < r tabel, maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.

[image:48.612.108.521.425.619.2]

Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan kepada 30 kepala keluarga di Desa Durin Rugun karena memiliki karakteristik yang mirip dengan Desa Kinangkong (Sugiyono, 2006). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel r Tabel r Hasil Alpha C Keterangan Pengetahuan

P1 0,374 0,5345

0,869

Valid dan Reliabel

P2 0,374 0,4042 Valid dan Reliabel

P3 0,374 0,8486 Valid dan Reliabel

P4 0,374 0,4256 Valid dan Reliabel

P5 0,374 0,4158 Valid dan Reliabel

P6 0,374 0,6124 Valid dan Reliabel

P7 0,374 0,4042 Valid dan Reliabel

P8 0,374 0,8486 Valid dan Reliabel

P9 0,374 0,4055 Valid dan Reliabel

P10 0,374 0,5345 Valid dan Reliabel

(49)

Variabel r Tabel r Hasil Alpha C Keterangan Sikap

S1 0,374 0,6466

0,859

Valid dan Reliabel

S2 0,374 0,5515 Valid dan Reliabel

S3 0,374 0,7511 Valid dan Reliabel

S4 0,374 0,4521 Valid dan Reliabel

S5 0,374 0,6539 Valid dan Reliabel

S6 0,374 0,5023 Valid dan Reliabel

S7 0,374 0,5352 Valid dan Reliabel

S8 0,374 0,6085 Valid dan Reliabel

S9 0,374 0,4719 Valid dan Reliabel

S10 0,374 0,5000 Valid dan Reliabel

Variabel r Tabel r Hasil Alpha C Keterangan Tindakan

T1 0,374 0,4530

0,931

Valid dan Reliabel

T2 0,374 0,8149 Valid dan Reliabel

T3 0,374 0,6529 Valid dan Reliabel

T4 0,374 0,8182 Valid dan Reliabel

T5 0,374 0,8931 Valid dan Reliabel

T6 0,374 0,8679 Valid dan Reliabel

T7 0,374 0,8398 Valid dan Reliabel

T8 0,374 0,7480 Valid dan Reliabel

T9 0,374 0,7676 Valid dan Reliabel

T10 0,374 0,6155 Valid dan Reliabel

T11 0,374 0,4187 Valid dan Reliabel

Dari Tabel 3.1. diatas terlihat bahwa semua pertanyaan nilai r hasil lebih besar dari r tabel, dengan demikian kuesioner yang digunakan untuk penelitian tentang pengaruh faktor pemudah, pendukung dan pendorong terhadap tindakan kepala keluaraga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010 adalah valid.

(50)

3.6. Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Variabel Bebas (Independen)

Untuk memudahkan penelitian serta pengertian yang sama, maka definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden, berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki. Pendidikan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

a. Tinggi, bila responden tamat Akademi/Perguruan Tinggi b. Sedang, bila responden tamat SMP/SMA

c. Rendah, bila responden tidak sekolah/tamat SD

2. Penghasilan yaitu jumlah pendapatan suami istri per bulan yang dikategorikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2009 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Karo Tahun 2009 yaitu sebesar Rp 1.100.000,- per bulan. Dengan demikian penghasilan dapat dibedakan atas:

a. ≥UMK (≥ Rp 1.100.000,-/bulan) b. ≤UMK (≤Rp 1.100.000,-/bulan)

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang penyakit malaria, yang terdiri dari: pengertian, cara penularan, gejala penyakit, tempat nyamuk berkembangbiak dan biasa hinggap dan cara pencegahan gigitan nyamuk. Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

(51)

b. Sedang, apabila responden kurang mengetahui segala sesuatu yang berkenaan dengan penyakit malaria.

c. Buruk, apabila responden tidak mengetahui segala sesuatu yang berkenaan dengan penyakit malaria.

4. Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan respon (baik secara positif maupun negatif) terhadap pernyataan yang diajukan tentang pencegahan malaria yang meliputi penyemprotan rumah, penggunaan kawat kasa dan kelambu serta kebersihan rumah dan lingkungan.

Sikap dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

a. Baik, apabila responden memberikan respon positif terhadap tindakan pencegahan malaria.

b. Sedang, apabila responden memberikan respon positif dan negatif secara seimbang terhadap tindakan pencegahan malaria.

c. Buruk, apabila responden memberikan respon negatif terhadap tindakan pencegahan malaria.

5. Kepercayaan adalah keyakinan dari masyarakat terhadap penyakit malaria sehubungan dengan penyebab penyakit malaria.

Kepercayaan dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a. Percaya, apabila responden memiliki anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai mengenai penyebab penyakit malaria benar atau nyata.

(52)

6. Ketersediaan sarana kesehatan adalah tempat pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal responden meliputi: puskesmas, polindes, dokter atau bidan praktik swasta dan sarana kesehatan lain yang dapat diakses oleh responden, dikategorikan sebagai berikut:

a. Tersedia, apabila di sekitar tempat tinggal responden terdapat tempat pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau.

b. Tidak tersedia, apabila di sekitar tempat tinggal responden tidak terdapat tempat pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau.

7. Jarak sarana kesehatan adalah persepsi responden terhadap kemampuan untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara geografis, dikategorikan sebagai berikut:

a. Dekat (≤ 2 km) b. Jauh (> 2 km)

8. Keterpaparan informasi tentang pencegahan malaria dari petugas kesehatan mengenai penyakit malaria dari petugas kesehatan adalah responden pernah diberikan informasi/penyuluhan oleh petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan) mengenai upaya-upaya untuk mencegah penyakit malaria, dikategorikan sebagai berikut:

a. Terpapar informasi, apabila responden mendapatkan informasi tentang pencegahan malaria dari petugas kesehatan.

(53)

3.6.2. Variabel Terikat (Dependen)

Tindakan kepala keluarga dalam pencegahan malaria yaitu tindakan nyata yang dilakukan responden dalam pencegahan malaria, berupa penggunaan obat nyamuk bakar/oles/semprot, kelambu, pakaian tertutup saat keluar malam hari, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dari tempat perindukan dan perkembangbiakan nyamuk anopheles, mengikuti gotong-royong, penyuluhan dan sebagainya, dikategorikan atas:

a. Baik, apabila kepala keluarga setiap kali melakukan tindakan yang baik dalam kaitannya dengan pencegahan penyakit malaria.

b. Sedang, apabila kepala keluarga hanya sesekali melakukan tindakan yang baik dalam kaitannya dengan pencegahan penyakit malaria.

(54)

3.7. Aspek Pengukuran

[image:54.612.115.541.141.591.2]

3.7.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

Tabel 3.2. Aspek Skala Pengukuran Variabel Bebas (Independen) No Variabel

Indikator

Kategori Jawaban

Bobot Nilai

Kriteria Skor Skala Ukur

1. Pendidikan 1. Rendah

2. Sedang 3. Tinggi

Ordinal

2. Penghasilan 1. <UMK

2. ≥UMK

Ordinal 3. Pengetahuan 11 1.Tidak

tahu 2.Tahu 1 2 1. Buruk 2. Sedang 3. Baik 11-14 15-18 19-22 Interval

4. Sikap 10 1.Tidak setuju 2.Setuju 3.Sangat setuju 1 2 3 1. Buruk 2. Sedang 3. Baik 10-16 17-23 24-30 Interval

5. Kepercayaan 1.Percaya

2.Tidak percaya

Ordinal

6. Ketersediaan sarana kesehatan 1.Tidak tersedia 2.Tersedia Ordinal

7. Jarak sarana kesehatan

1. Jauh (>2 km) 2. Dekat (≤2 km)

Ordinal

(55)

3.7.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

[image:55.612.107.550.198.296.2]

Variabel terikat adalah tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria dengan menggunakan skala interval. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

3.8. Teknik Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan akan diedit dan dikoding dengan bantuan komputer, serta dianalisis, untuk mengetahui pengaruh faktor pemudah (meliputi: pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan), pendukung (meliputi: ketersediaan dan jarak sarana kesehatan) dan pendorong (meliputi: keterpaparan informasi tentang pencegahan penyakit malaria dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Kinangkong Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2010. Data hasil penelitian tersebut dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji regresi linier berganda dengan

α=0,05.

Uji regresi linier berganda digunakan apabila variabel independen lebih dari satu variabel yang dihubungkan dengan satu variabel dependen. Variabel dependen harus bersifat numerik, sedangkan untuk variabel independen boleh semuanya numerik atau campuran numerik dengan kategorik (Yasril, 2009).

No Variabel Indikator ∑ Kategori Jawaban

Bobot

nilai Kriteria Skor

Skala Ukur 1. Tindakan kepala

keluarga dalam pencegahan penyakit malaria

11 1. Tidak 2. Ya

1 2

1. Buruk 2. Sedang 3. Baik

11-14 15-18 19-22

(56)

Regresi linier berganda adalah persamaan garis lurus untuk memprediksi variabel dependen (tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria) dari beberapa variabel independen (faktor pemudah, pendukung dan pendorong). Rumus Regresi Linier Berganda:

Keterangan:

Y = variabel dependen

α = konstanta

β = koefisien regresi

X = variabel independen e = komponen kesalahan

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Desa Kinangkong berada di Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo. Secara geografis, desa ini memiliki luas wilayah 26,78 km2 (10,6%) dari total luas kecamatan dan berjarak 6 km dari ibukota kecamatan yaitu Lau Baleng. Desa Kinangkong memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lau Peske b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Manga Malih c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lau Baleng

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Durin Rugun dan Desa Gunung Pamah

4.1.2. Data Demografi

[image:57.612.111.532.600.670.2]

Secara administratif, jumlah penduduk Desa Kinangkong pada tahun 2008 mencapai 1.360 jiwa (336 KK) dengan kepadatan penduduk sebesar 50,78 jiwa/km2. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 665 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 695 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Desa Kinangkong berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. 2.

Laki-laki Perempuan

665 695

48,9 51,1

Jumlah 1.360 100

(58)

4.1.3. Sarana Kesehatan

[image:58.612.115.526.195.286.2]

Sarana kesehatan yang berada di Desa Kinangkong terdiri dari Puskesmas Pembantu (Pustu), Balai Pengobatan Swasta (BPS) dan posyandu. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jenis Sarana Kesehatan di Desa Kinangkong

No Sarana Kesehatan Jumlah (unit)

1. 2. 3.

Puskesmas Pembantu (Pustu) Balai Pengobatan Swasta (BPS) Posyandu

1 1 1

Jumlah 3

Sumber: Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2009

4.1.4. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan di Desa Kinangkong terdiri dari bidan dan perawat yang bekerja di sarana kesehatan dan seluruhnya berjumlah 3 orang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Jenis Tenaga Kesehatan di Desa Kinangkong

No Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)

1. 2.

Bidan Perawat

2 1

Jumlah 3

Sumber: Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2009

4.2. Analisis Univariat

[image:58.612.117.529.434.504.2]
(59)

4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden

[image:59.612.109.527.230.524.2]

Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga di Desa Kinangkong. Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, diperoleh gambaran karakteristik responden secara umum menurut kelompok umur, jenis pekerjaan dan jumlah anggota keluarga. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Kategori Responden berdasarkan Umur, Jenis Pekerjaan dan Jumlah Anggota Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan umur, sebagian besar responden berada dalam kategori usia dewasa madya (40-60 tahun) yaitu sebanyak 48 responden (55,8%) dan paling sedikit berada dalam kategori usia dewasa akhir (>60 tahun) sebanyak 6 responden (7,0%).

No Karakteristik Responden Jumlah

f %

1. Umur

21-39 tahun (usia dewasa awal) 40-60 tahun (usia dewasa madya)

>60 tahun (usia dewasa akhir/usia lanjut)

32 48 6 37,2 55,8 7,0

Jumlah 86 100

2. Jenis Pekerjaan Petani Buruh Tani PNS Lainnya 57 18 4 7 66,3 20,9 4,7 8,1

Jumlah 86 100

3. Jumlah Anggota Keluarga 2-3 4-5 6-7 ≥8 16 57 9 4 18,6 66,3 10,5 4,6

(60)

Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar responden adalah sebagai petani yaitu sebanyak 57 responden (66,3%) dan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah PNS yaitu sebanyak 4 responden (4,7%).

Berdasarkan jumlah anggota keluarga, sebagian besar responden berada dalam kategori jumlah anggota keluarga 4-5 orang, yaitu sebanyak 57 responden (66,3%) dan paling sedikit yaitu pada kategori jumlah anggota keluarga ≥8 orang yaitu sebanyak 4 responden (4,6%).

4.2.2. Deskripsi Faktor Pemudah

Faktor pemudah mencakup pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan responden, yaitu sebagai berikut:

Gambar

Tabel 1.1.Jumlah Kasus Penyakit Malaria di Kabupaten Karo Tahun 2007-2008 No Kecamatan Puskesmas 2007 2008
Tabel 1.2. Jumlah Kasus Malaria di Kecamatan Lau Baleng Tahun 2008 Desa
Tabel 2.1. Periode Prepaten dan Masa Inkubasi Plasmodium Jenis Plasmodium Periode Prepaten Masa Inkubasi
Gambar 2.1.  Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum mengambil mata kuliah PPL, mahasiswa diharuskan lulus dalam mata kuliah mikro teaching atau pengajaran mikro. Pengajaran mikro adalah kegiatan praktek

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

a) Badan usaha yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, dan tidak sedang diberhentikan kegiatan usahanya; b) Salah satu

Permasalahan tentang rendahnya pemahaman siswa terhadap keterampilan menulis diatas, diusahakan pemecahan masalahnya menggunakan metode Imla Manzhur yang dapat

Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang

Menurut Zimmerman (2002), salah satu fase dalam regulasi diri dalam belajar adalah fase forethought (perencanaan) yakni fase dimana seorang pembelajar akan

Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.. Ardiyanti, D &amp;

Data yang terkumpul dalam penelitian yaitu berupa data pemahaman memilih studi lanjut siswa yang diperoleh dengan menggunakan instrumen angket pemahaman memilih studi lanjut