KONSENTRASI GARAM NaCl SECARA
IN VITRO
SKRIPSI
OLEH :
DANIL FERDIANSYAH 040307028
BDP-PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KONSENTRASI GARAM NaCl SECARA
IN VITRO
SKRIPSI
Oleh:
DANIL FERDIANSYAH 040307028
BDP-PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Disetujui Oleh :
(Prof.Dr. Ir. Rosmayati, MS) (Ir. E. Harso Kardhinata, M.Sc ) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing NIP : 131 415 963 NIP : 132 149 452
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Research is purposed to find out the growth response of some varieties of soy bean (Glycine max L.) to NaCl concentrate with in vitro. This research was held in Plant Biotechnology Laboratory at Agriculture Faculty Universitas Sumatera Utara, Medan, started from April 2009 until June 2009. The design use Completely Randomized Design with 2 aspects. The first aspect is NaCl concentrate, those are 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, and 3000 ppm. The second aspects is varieties of soy bean those are Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung, Galungggung, and Kaba. NaCl concentrate perform real effects to long root, and amount of leaves, but not gave any influenced to height planlet, amount of root branch, total weight planlet and weight root. The varieties of soy bean not gave to any parameters. Interaction between NaCl concentrate with varieties of soy bean not gave response to all parameters.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) terhadap konsentrasi garam NaCl secara in vitro.
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan bulan Juni 2009. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah konsentrasi garam NaCl yaitu 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan 3000 ppm. Faktor kedua adalah varietas, yaitu varietas Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung, Galunggung, dan Kaba. Konsentrasi garam NaCl berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar dan parameter jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi planlet, jumlah cabang akar, bobot total planlet, dan bobot akar. Varietas tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Interaksi antara konsentrasi garam NaCl dengan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua parameter.
Danil Ferdiansyah, lahir pada tanggal 09 Februari 1987 di Medan, Kecamatan Pulo Brayan Darat I, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara, anak ke-2 dari 6 bersaudara, putera dari ayahanda Dermawansyah dan ibunda Nur Asiah.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SD Swasta Khalsa Medan lulus tahun 1998, Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Swasta Raksana Medan lulus tahun 2001, Pendidikan Menengah Atas di SMU Swasta Raksana Medan lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Respons
Pertumbuhan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara In Vitro” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adaya bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan serta motivasi baik materil maupun spiritual. Kepada ayah dan mama penulis menyampaikan rasa sayang yang terdalam atas semua perjuangan yang diberikan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. E. Harso Khardinata, MSc sebagai Anggota Komisi Pembimbing
yang telah memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan serta kepercayaan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
doa, motivasi, dan rasa kekeluargaan yang telah membantu penulis selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2010
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN
Media Kultur Jaringan... 14
Pemeliharaan Eksplan... 22
Pengamatan Parameter ... 23
Tinggi Planlet ... 23
Panjang akar ... 23
Bobot Total Planlet ... 23
Bobot Akar ... 23
Jumlah cabang Akar... 23
Jumlah daun ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24
Pembahasan... 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34
Saran... 34 DAFTAR PUSTAKA
NO JUDUL TABEL HALAMAN
NO JUDUL GAMBAR HALAMAN 1
2
Pengaruh konsentrasi garam NaCl terhadap panjang akar Pengaruh konsentrasi garam NaCl terhadap jumlah daun
NO JUDUL LAMPIRAN HALAMAN
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)……… Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman ……...……… Data Pengamatan Panjang Akar (cm) ………... Daftar Sidik Ragam Panjang Akar ……… Data Pengamatan Bobot Total Planlet (g) ………. .
Daftar Sidik Ragam Bobot Total Planlet ……….. Data Pengamatan Bobot Akar (g) ………. Daftar Sidik Ragam Bobot Akar ……….. Data Pengamatan Jumlah Cabang Akar (cabang)……….. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang Akar ……… Data Pengamatan Jumlah daun (helai) ……….. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun ………. Rangkuman Rataan Konsentrasi Garam NaCl dan Varietas Kedelai ……… Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Wilis...…… Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Tidar...…… Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Anjasmoro.. Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Sinabung… Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Galunggung Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Kaba..…… Bahan Media Murashige dan Skoog………..
23 24 25 26 27
Foto Sterilisasi botol……….……….. Foto Pembuatan Media………... Foto Persiapan Bahan Tanaman………. Foto Pemeliharaan Planlet di rak kultur………...……….. Foto Planlet pada masing- masing perlakuan……….
Research is purposed to find out the growth response of some varieties of soy bean (Glycine max L.) to NaCl concentrate with in vitro. This research was held in Plant Biotechnology Laboratory at Agriculture Faculty Universitas Sumatera Utara, Medan, started from April 2009 until June 2009. The design use Completely Randomized Design with 2 aspects. The first aspect is NaCl concentrate, those are 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, and 3000 ppm. The second aspects is varieties of soy bean those are Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung, Galungggung, and Kaba. NaCl concentrate perform real effects to long root, and amount of leaves, but not gave any influenced to height planlet, amount of root branch, total weight planlet and weight root. The varieties of soy bean not gave to any parameters. Interaction between NaCl concentrate with varieties of soy bean not gave response to all parameters.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) terhadap konsentrasi garam NaCl secara in vitro.
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan bulan Juni 2009. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah konsentrasi garam NaCl yaitu 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan 3000 ppm. Faktor kedua adalah varietas, yaitu varietas Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung, Galunggung, dan Kaba. Konsentrasi garam NaCl berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar dan parameter jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi planlet, jumlah cabang akar, bobot total planlet, dan bobot akar. Varietas tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Interaksi antara konsentrasi garam NaCl dengan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua parameter.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai sudah dikenal dan dikonsumsi nenek moyang kita sejak berabad tahun yang lalu. Sebagai bahan makanan, kedelai lebih baik jika dibandingkan dengan kacang tanah, karena kandungan protein dan lemak pada kedelai lebih baik daripada kacang tanah. Daun dan batang tanaman kedelai yang sudah agak kering digunakan sebagai makanan ternak, dan pupuk hijau. Pada akar tanaman kedelai, seperti pada akar tanaman kacang tanah dan turi, terdapat bintil-bintil yang dapat mengikat unsur N (Nitrogen) dari udara dengan memanfaatkan aktivitas bakteri rhizobium. Dengan demikian akar-akar yang tertinggal pada saat
tanaman dicabut, setelah membusuk akan sangat berguna bagi tanaman berikutnya (Andrianto dan Indarto, 2004).
Di Indonesia kedelai mulai dilaporkan pada zaman Rumphius (abad ke-17). Pada waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan
pupuk hijau. Sampai saat ini di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, misalnya di pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawasi Utara), Sulawesi Tenggara dan Lampung serta Sumatera Selatan dan Bali (Andrianto dan Indarto, 2004).
makanan, susu kedelai dan minuman sari kedelai yang kemudian dikemas dalam
botol serta penyedap rasa makanan dengan kandungan prootein yang tinggi (Andrianto dan Indarto, 2004).
Produksi kedelai dalam negeri dari tahun ke tahun terus merosot. Tahun 1992 luas panen kedelai lokal 1.665.706 hektar dan sembilan tahun kemudian, tahun 2001 turun menjadi 723.029 hektar. Pada tahun 2005, atau empat tahun kemudian, luas penen turun lagi menjadi 621.541 hektar dengan produksi 808.353 ton. Tahun 2006 menjadi 580.534 hektar dengan produksi 747.611 ton dan tahun 2007 menjadi 56.824 hektar dengan produksi 598.029 ton atau hanya tinggal 27,4% dari luas panen 1992 (Harian Kompas, 2008).
Berdasarkan data dari dinas pertanian Sumatera Utara, produksi kedelai Sumatera Utara tahun 2007 hanya 4.436 ton atau menurun 37,02 % di banding produksi tahuan 2006 sebanyak 7.043 ton. Luas panen juga mengalami penurunan hingga 39,09% dari 6.311 hektar pada tahun 2006 menjadi 3.793 hektar pada tauan 2007. Upaya untuk meningkatkan produksi kedelai diantaranya dengan penerapan teknologi pertanian, seperti penggunaan benih unggul dan peningkatan produktivitas serta penambahana luas areal pertanaman. Sumatera Utara memiliki potensi lahan untuk tanaman pengan dan hortikultura sebanyak 7.168.068 hektar. Meliputi lahan sawah sebanyak 485.499 haktar dan lahan kering sebanyak 6.689.569 hektar (Harian Medan Bisnis, 2008).
32 juta hektar. Selain itu, terdapat potensi lahan untuk usaha pertanian berupa lahan terlantar 11,5 juta hektar serta perkarangan 5,4 juta hektar, dan belum
termasuk lahan gambut dan lebak yang potensinya cukup besar (Syafa’at dan Simatupang, 2006).
Penurunan produksi ini dapat diatasi dengan menambah lahan penanaman kedelai. Lahan-lahan yang sebelumnya tidak terpakai dapat ditanami kedelai, misalnya lahan dengan kandungan garam yang cukup tinggi. Penanaman yang dilakukan dengan menggunakan varietas-varietas kedelai yang tahan salinitas.
Dengan cara kultur jaringan, diharapkan dapat memberi solusi varietas yang tahan, toleransi ataupun peka terhadap salinitas. Misalnya dengan kultur embrio yang diharapkan dapat mempertahankan integritasnya dan tumbuh menjadi tanaman. Kultur embrio ditujukan untuk membantu perkecambahan embrio menjadi tanaman lengkap. Kultur embrio juga penting dalam ilmu fisiologi dalam hal perkembangan embrio (Gunawan, 1988).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons pertumbuhan beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) terhadap beberapa konsentrasi garam NaCl secara invitro.
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh tingkat konsentrasi garam terhadap pertumbuhan kedelai
2. Ada perbedaan respons pertumbuhan beberapa varietas kedelai terhadap pemberian garam
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Sharma (1993) tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Polypetales Family : Papilionaceae Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merril
Sistem perakaran kedelai adalah akar tunggang yang terdiri dari akar utama dan akar cabang. Selain sebagai penyerap unsur hara dan penyangga tanaman, pada perakaran kedelai ini adalah merupakan tempat terbentuknya
bintil/nodul akar yang berfungsi sebagai tempat bakteri Rhizobium (Rahman dan Tambas, 1986).
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm).
menyemak berbulu halus (pubescens), dengan sistem perakaran luas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Waktu tanaman kedelai masih sangat muda,
disebut hypokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epycotyl. Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Andrianto dan Indarto, 2004).
Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon atau daun biji, daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer sederhana berbentuk telur (oval) berupa daun tunggal (unifoliat) dan bertangkai sepanjang 1-2 cm, terletak berseberangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun berikutnya daun bertiga (trifoliat), namun adakalanya terbentuk daun berempat atau daun berlima (Hidayat dalam Somaatmadja dkk, 1999).
Kultivar kedelai memiliki bunga bergerombol terdiri atas 3-15 bunga yang tersusun pada ketiak daun. Karekteristik bunganya seperti famili Papilionaceae lainnya, yaitu corolla (mahkota bunga) terdiri atas 5 petal yang menutupi sebuah pistil dan 10 stamen (benang sari). 9 stamen berkembang membentuk seludang
yang mengelilingi putik, sedangkan stamen yang kesepuluh terpisah bebas (Poehlman and Sleper, 1995)
Banyaknya polong bergantung jenisnya. Ada jenis kedelai yang menghasilkan banyak polong, ada pula yang sedikit. Berat masing-masing biji pun berbeda-beda, ada yang bisa mencapai berat 50-500 gram per 100 butir biji. Selain itu warna biji juga berbeda-beda. Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan biji ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan (tembus cahaya). Ada pula biji yang berwarna gelap kecoklat-coklatan sampai hitam, atau berbintik-bintik (Andrianto dan Indarto, 2004).
tergantung dari varietas masing-masing. Begitu pula warna bulu berbeda-beda,
ada yang berwarna coklat dan ada pula yang putih kehijauan (Andrianto dan Indarto, 2004).
Syarat Tumbuh
Tanah
Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Pada tanah-tanah padzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar
Iklim
Pada awalnya kedelai merupakan tanaman subtropika hari pendek, namun setelah didomestikasi dapat menghasilkan banyak kultivar yang dapat beradaptasi terhadap lintang yang berbeda. Kemampuannya untuk ditanam di mana saja adalah keunggulan utama tanaman ini. Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20-25 0C. Suhu 12-20 0C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 0C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100-200 mm/bulan. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0-900 meter di atas permukaan laut (Departemen Pertanian, 1996).
Salinitas
Garam di dalam tanah maupun di dalam air selalu berada di dalam jumlah yang bervariasi, baik kadarnya maupun jenisnya. Oleh karena itu pengaruh keragaman terhadap lingkungan tanah dan pertumbuhan tanaman juga beragam. Pengaruh garam terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
1. Kadar garam di atas ambang toleran, peingkatan kadar garam berpengaruh semakin jelek bagi tanaman
2. Macam garam. Banyak ragamnya dalam tanah yaitu : Klorida (NaCl, CaCl, KCl), Nitrat (NaNO, Ca(NO3)2), Sulfat (Na2(SO4)2, K2SO4). Garam yang mengandung Na yang tinggi berpengaruh jelek terhadap tanaman, tetapi garam yang mengandung K dan Ca tinggi lebih baik bagi tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Bahaya salinitas dan sodifikasi mungkin tidak hanya terbatas pada tanah-tanah di daerah beriklim agak kering. Bahaya salinitas tentunya agak berkurang dengan adanya iklim basah. Namun demikian, dalam jangka waktu bertahun-tahun dapat diperkirakan terjadinya penurunan kualitas air akibat penggunaan pupuk dalam jumlah tinggi dan dalam kondisi tidak adanya sistem drainase yang memadai (Tan, 2004).
perubahan secara perlahan. Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas tinggi
Varietas
Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang dapat dibedakan dari kelompok lain berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu (Nurhayati, 2005).
Varietas-varietas kedelai yang dianjurkan mempunyai kriteria-kriteria tertentu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah ciri-ciri tanaman kedelai diketahui, akhirnya dapat dihasilkan varietas-varietas yang dianjurkan. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan keadaan tempat yang akan ditanami. Dengan ditemukannya varietas-varietas baru (unggul) melalui seleksi galur atau persilangan (crossing), diharapkan sifat-sifat baru yang akan dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam hal
produksi, umur produksi, maupun daya tahan terhadap hama dan penyakit (Andrianto dan Indarto, 2004)
identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mempergunakan alat pegangan berupa deskripsi varietas (Gani, 2000).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu
lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada
umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam
penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).
Gen suatu tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter
kecuali tanaman tersebut berada pada lingkungan yang sesuai dan sebaliknya
tidak ada pengaruh terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah
tingkat keadaaan lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun
harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat terutama yang
disebabka oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan
terhadap viabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh
perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).
Daya Hantar Listrik
Parameter yang digunakan sebagai indikator salinitas lahan yaitu Daya hantar listrik (DHL) dan kandungan garam. Salinitas tanah adalah keadaan tinggi rendahnya garam di dalam tanah. Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang dominan, namun garam-garam Na2SO4, MgSO4, NaHCO3,Na2CO3, CaSO4, CaCO3 juga menentukan salinitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan tanah. Tanah dengan DHL >4 dS/m tergolong tanah salin. Pengaruh garam terhadap struktur tanah yakni, dispersi agregat tanah, penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah terhambat dan terjadi crusting, dan menghalangi perkecambahan tanaman. Akibatnya, tanaman tidak mampu menyerap air dan unsur hara. Tanaman pun mudah layu, kerdil dan gejala defisiensi hara, walaupun dalam
Kultur Jaringan
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi. Totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai potensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat
Tehnik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan, adalah laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratoruim harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali, dan fasilitas dasar seperti air, listrik, dan bahan bakar. Kultur jaringan sangat membantu dalam usaha eliminasi patogen. Dengan metode ini kita dapat memilih bagian-bagian atau sel-sel yang tidak mengandung patogen, terutama virus, dan menumbuhkan sel-sel tersebut serta meregenerasikannya kembali menjadi tanaman lengkap dan sehat (Gunawan, 1988).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan
Eksplan
Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan awal kultur. Umumnya, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003).
perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu (Gunawan, 1988).
Media Kultur Jaringan
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan (Yusnita, 2003).
Hampir dapat dipastikan bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan sangat ditentukan dan tergantung oleh pilihan media yang digunakan. Harus diingat bahwa teknik kultur jaringan menekankan lingkungan yang cocok agar eksplan dapat tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang cocok, sebagian akan terpenuhi bila media yang dipilih mempertimbangkan apa-apa yang diperlukan oleh tanaman. Secara umum kebutuhan nutrisi kebanyakan tanaman sama, tetapi secara khusus hal tersebut berbeda. Kesamaannya adalah tanaman memerlukan hara makro dan mikro, vitamin-vitamin, karbohidrat (gula), asam amino dan N-organik, zat pengatur tumbuh, zat pemadat dan kadang ada penambahan bahan-bahan seperti air kelapa, ekstrak ragi, jus tomat, ekstrak kentang, buffer organik, ataupun arang aktif. Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal komposisi dan jumlah yang diperlukan (Santoso dan Nursandi, 2001).
Lingkungan
jaringan tanaman, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas, dan kualitasnya. Prof. Murashige menyarankan untuk mengasumsikan kebutuhan lama penyinaran pada kultur jaringan tanaman merupakan pencerminan dari kebutuhan periodisitas tanaman yang bersangkutan di lapangan. Kualitas cahaya mempengaruhi arah diferensiasi jaringan. Energi radiasi dekat spektrum ultra violet dan biru merupakan kualitas cahaya yang paling efektif untuk merangsang pembentukan tunas, sedangkan pembentukan akar dirangsang oleh cahaya merah dan sedikit cahaya biru. Untuk itu, pada tahap inisiasi dan multiplikasi tunas digunakan pencahayaan dengan lampu fluorescent (TL). Secara umum, intensitas cahaya yang optimum untuk tanaman pada kultur tahap inisiasi kultur adalah 0-1.000 lux, tahap multiplikasi sebesar 0-1.000-10.000 lux, tahap pengakaran sebesar 10.000-30.000 lux, dan tahap aklimatisasi sebesar 30.000 lux (Yusnita, 2003).
Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan. Suhu yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah 26 + 2 0C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari 20 0
C) dapat menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 32 0
C) menyebabkan tanaman merana. Namun, pada kultur tanaman yang biasanya memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya, seperti stroberi, suhu yang diperlukan juga lebih rendah (Yusnita, 2003).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan April 2009 sampai dengan Juni 2009.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah embrio kacang kedelai (varietas Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung, Galunggung, dan Kaba), garam dapur NaCl, bahan penyusun media MS, deterjen, larutan benlate, akuades steril, NaOH, HCl, bacto agar, betadine, Clorox, Tween 20, alkohol.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow, autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, pengguncang, hot plate dengan pengaduk magnetik, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, labu takar, cawan petri, pipet, pinset, batang pengaduk, handsprayer, termometer, timer (alat pengatur lama penyinaran), lampu bunsen, pH meter, sarung tangan, baju laboratorium, masker, kertas saring, kertas sampul, aluminium foil, tisu, label, botol kultur.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan :
G1 = garam NaCl 1000 ppm G2 = garam NaCl 2000 ppm G3 = garam NaCl 3000 ppm
Faktor II : Varietas Kedelai (V) dengan 6 perlakuan : V1= Varietas Wilis (Tahan)
V2= Varietas Tidar (Peka) V3= Varietas Anjasmoro V4= Varietas Sinabung V5= Varietas Galunggung V6= Varietas Kaba
Jumlah Ulangan = 6 ulangan Jumlah botol = 144 botol Jumlah tanaman/botol = 2 tanaman Jumlah seluruh tanaman = 288 tanaman Diperoleh 24 kombinasi perlakuan yaitu :
G0V1 G0V2 G0V3 G0V4 G0V5 G0V6
G1V1 G1V2 G1V3 G1V4 G1V5 G1V6
G2V1 G2V2 G2V3 G2V4 G2V5 G2V6
G3V1 G3V2 G3V3 G3V4 G3V5 G3V6
Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial sebagai berikut :
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana :
i = perlakuan varietas
j = perlakuan konsentrasi garam
k = ulangan
μ = Nilai tengah
αi = pengaruh perlakuan varietas
βj = pengaruh perlakuan konsentrasi garam
(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan varietas dan konsentrasi garam εijk = Efek dari perlakuan ke-i dan ulangan ke j
Data diolah dengan analisis sidik ragam. Bila perlakuan berpengaruh nyata
PELAKSANAAN PENELITIAN
Sterilisasi Alat-Alat
Semua alat-alat seperti botol kultur, cawan petri, gelas piala, gelas kultur, erlenmeyer, pinset, pisau, scalpel, spatula dan alat-alat gelas lainnya terlebih dahulu direndam dalam deterjen dan dicuci bersih dengan air, selanjutnya dikeringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 17,5 psi selama 60 menit.
Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media Murashige Skoog (MS) padat dengan penambahan garam dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Tahap pertama dalam pembuatan media adalah membuat larutan stok bahan kimia hara makro, hara mikro, larutan ion, sukrosa, dan myo-inositol.
Tepung agar sebanyak 2 g ditambahkan ke dalam setiap perlakuan sesuai dengan kebutuhan, lalu dipanaskan diatas piring pemanas dengan pengaduk magnetic sampai larutan menjadi bening (semua agar telah larut). Media siap dipindahkan ke dalam tabung kultur steril dan dibagi sesuai dengan banyak ulangan serta jumlah sampel. Kemudian botol kultur tersebut ditutup dengan aluminium foil dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Media dalam botol tersebut disterilisasikan dengan menggunakan autoklaf dengan tekanan 17,5 psi, suhu 1210C selama 15 menit. Selanjutnya dapat disimpan dalam ruang kultur sebelum digunakan.
Persiapan bahan
Kacang kedelai direndam dalam deterjen 3 g/l akuades selama 30 menit. Selanjutnya direndam dalam larutan benlate 2 g/l + Tween 20 2 g/l selama 15 menit, lalu digojok dalam larutan Clorox 20 % selama 10 menit. Lalu digojok dalam larutan Clorox 10% selama 15 menit.. Pada setiap tahap sterilisasi, kacang kedelai dibilas dengan aquadest steril sebanyak tiga kali.
Penanaman Eksplan
Eksplan yang akan ditanam berasal dari embrio kacang kedelai yang telah berumur 1 hari. Kacang kedelai direndam dalam larutan betadine 10% kemudian dilakukan isolasi embrio. Isolasi embrio dilakukan secara aseptik dimana embrio dipisahkan dari bagian kotiledon secara hati-hati supaya tetap utuh kemudian diletakkan di atas kertas merang kering. Eksplan embrio tanpa kotiledon siap ditanam dalam media MS dengan memakai pinset steril dengan mengarahkan mulut botol ke lampu Bunsen. Setiap botol diisi dua embrio lalu ditutup dengan aluminium foil dengan rapat agar tidak terjadi kontaminasi.
Pemeliharaan Eksplan
Pengamatan Parameter
Panjang Akar (cm)
Panjang akar dihitung dari pangkal hingga ujung akar planlet. Pengukuran dilakukan di akhir penelitian.
Tinggi Planlet (cm)
Tinggi planlet diukur dengan menggunakan kertas millimeter yang diukur dari pangkal planlet hingga titik tumbuh planlet. Pengukuran tinggi planlet dilakukan pada akhir penelitian.
Jumlah Akar (helai)
Jumlah akar dihitung dari jumlah akar yang terbentuk dari leher akar (akar sekunder) pada setiap planlet. Penghitungan jumlah akar dilakukan pada akhir penelitian.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dari daun yang terbentuk (daun semu) yang telah terbuka sempurna dari setiap planlet. penghitungan jumlah daun dilakukan pada akhir penelitian.
Bobot Akar (g)
Bobot akar dihitung dengan menimbang semua akar yang terbentuk pada setiap planlet. Pengukuran bobot akar dilakukan pada akhir penelitian.
Bobot Total Planlet (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil analisis data pada setiap perlakuan diperoleh bahwa perlakuan pemberian garam NaCl pada konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar dan jumlah daun tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya. Sedangkan perlakuan varietas yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata pada semua parameter.
Hasil analisis terhadap interaksi masing-masing perlakuan berpengaruh tidak nyata pada semua perlakuan.
Tinggi Planlet (cm)
Tinggi planlet akibat perlakuan konsentrasi garam NaCl dan varietas yang berbeda ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Tinggi Planlet Pada Perlakuan Garam NaCl dan Varietas
Dari hasil pengamatan sidik ragam tinggi planlet (lampiran 2) diperoleh bahwa perlakuan konsentrasi garam NaCl varietas dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi planlet.
Tinggi planlet tertinggi cenderung terlihat pada perlakuan konsentrasi garam NaCl 0 ppm dan 1000 ppm yaitu sebesar 6,4 cm sedangkan perlakuan garam 2000 ppm serta 3000 ppm memberikan tinggi planlet berkisar 6,1 cm.
Pada varietas Wilis, Anjasmoro dan Sinabung didapatkan tinggi planlet tertinggi yaitu 6,4 cm sedangkan yang terendah didapatkan pada varietas Tidar.
Kombinasi kedua perlakuan yang memberikan tinggi planlet paling tinggi didapatkan pada kombinasi 0 ppm pada varietas Sinabung serta kombinasi 1000 ppm pada varietas Galunggung. Dan kombinasi dengan tinggi planlet terkecil didapatkan pada 1000 ppm dengan varietas Kaba serta pada 2000 ppm dengan varietas Tidar.
Panjang Akar (cm)
Panjang akar akibat perlakuan konsentrasi garam NaCl dan varietas yang berbeda ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Panjang Akar Pada Perlakuan Garam NaCl dan Varietas
Garam NaCl (G)
Dari hasil pengamatan sidik ragam panjang akar (lampiran 4) diperoleh bahwa perlakuan konsentrasi garam NaCl berpengaruh nyata terhadap panjang akar, Varietas serta interaksi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap panjang akar.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian garam NaCl 0 ppm memberikan panjang akar terpanjang yaitu 16,69 cm dan berbeda nyata dengan pemberian garam lainnya yang hanya berkisar 13,70-13,91 cm.
Pengaruh pemberian garam NaCl terhadap panjang akar ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi garam NaCl terhadap panjang akar
Jumlah Cabang Akar (helai)
Jumlah cabang akar akibat perlakuan konsentrasi garam NaCl dan varietas yang berbeda ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Jumlah Cabang Akar Pada Perlakuan Garam NaCl dan Varietas
Garam NaCl (G)
Dari hasil pengamatan sidik ragam jumlah cabang akar (lampiran 6) diperoleh bahwa perlakuan konsentrasi garam NaCl, varietas dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang akar.
Jumlah cabang akar tertinggi cenderung pada perlakuan konsentrasi garam NaCl 2000 ppm yaitu sebesar 5,14 helai sedangkan perlakuan garam 3000 ppm memberikan jumlah cabang akar terendah yaitu berkisar 4,47 cm.
Perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata pada jumlah cabang akar. Jumlah cabang akar terbanyak didapatkan pada varietas Wilis yaitu 5,17 helai
sedangkan varietas Anjasmoro memberikan jumlah cabang akar sebanyak 4,38 helai.
Bobot Total Planlet (g)
Bobot total planlet akibat perlakuan konsentrasi garam NaCl dan varietas yang berbeda ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Bobot Total Planlet Pada Perlakuan Garam NaCl dan Varietas
Garam NaCl (G)
Dari hasil pengamatan sidik ragam bobot total planlet (lampiran 8) diperoleh bahwa perlakuan konsentrasi garam NaCl, varietas dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot total planlet.
Bobot total planlet tertinggi cenderung pada perlakuan konsentrasi garam NaCl 0 ppm yaitu sebesar 0,24 g sedangkan perlakuan garam 3000 ppm memberikan bobot total planlet terendah yaitu berkisar 0,21 g.
Perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata pada bobot total planlet. Bobot total planlet tertinggi didapatkan pada varietas Kaba yaitu 0,24 g sedangkan varietas Anjasmoro dan Galunggung memberikan bobot total planlet paling rendah dibanding varietas lainnya yaitu berkisar 0,20 g.
Bobot Akar (g)
Bobot akar akibat perlakuan konsentrasi garam NaCl dan varietas yang berbeda ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Bobot Akar Pada Perlakuan Garam NaCl dan Varietas
Garam NaCl (G)
Dari hasil pengamatan sidik ragam bobot akar (lampiran 10) diperoleh bahwa perlakuan konsentrasi garam NaCl, varietas dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot akar.
Bobot akar yang didapatkan untuk masing- masing perlakuan konsentrasi garam cenderung hampir sama yaitu berkisar 0,10 g sedangkan pada konsentrasi 1000 ppm memberikan bobot akar lebih rendah yaitu 0,09 g.
Kombinasi kedua perlakuan yang mampu memberikan bobot akar tertinggi diperlihatkan pada beberapa kombinasi yaitu sebesar 0,12 g dan terendah juga hampir merata pada kombinasi perlakuan yang ada yaitu sebesar 0,08 g.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun akibat perlakuan konsentrasi garam NaCl dan varietas yang berbeda ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Jumlah Daun Pada Perlakuan Garam NaCl dan Varietas
Garam NaCl (G)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Jujur
Dari hasil pengamatan sidik ragam jumlah daun (lampiran 12) diperoleh bahwa perlakuan konsentrasi garam NaCl berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, sedangkan varietas serta interaksi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.
Y = ‐0,36x + 3,85
Pengaruh pemberian garam NaCl terhadap jumlah daun ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh konsentrasi garam NaCl terhadap jumlah daun
Pada gambar 2 dapat dilihat, seiring dengan penambahan konsentrasi garam NaCl, maka jumlah daun yang diberikan pun akan semakin menurun. Kecenderungan penurunan drastis diperlihatkan pada konsentrasi 2000 ppm.
Pembahasan
Pengaruh Pemberian Konsentrasi Garam NaCl Terhadap Pertumbuhan Planlet Kacang Kedelai Secara in vitro
Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa perlakuan pemberian garam NaCl pada konsentrasi yang berbeda memperlihatkan respons yang nyata pada parameter panjang akar dan jumlah daun.
terpanjang yaitu 16,69 cm dan berbeda nyata dengan pemberian garam lainnya yang hanya berkisar 13,70-13,91 cm. Cekaman yang diberikan oleh lingkungan yang salin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, dalam hal ini perpanjangan akar pada planlet kedelai menjadi menurun seiring dengan penambahan tingkat konsentrasi garam pada media. Planlet dengan media tanpa garam (0 ppm) memberikan panjang akar yang tertinggi serta berbeda nyata dengan planlet pada media 1000 ppm, 2000 ppm serta 3000 ppm. Hal ini juga didukung oleh literatur yang dinyatakan oleh Lubis (2000) yang menyatakan bahwa umumnya eksplan yang mendapat perlakuan konsentrasi NaCl, maka pembentukan dan pertumbuhan akarnya terhambat, akar menjadi lebih sedikit dengan rambut akar yang sedikit.
Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa salinitas menyebabkan pertumbuhan dan pembelahan sel tanaman terhambat.
Pemberian kadar garam yang memberikan pertumbuhan berbeda pada masing-masing varietas kedelai. Tanaman memerlukan kondisi tanah yang subur dan tidak bersifat racun, misalnya kadar garam yang tinggi. Pada kondisi lingkungan yang salin, maka tanaman akan memberikan respons yang berbeda pula untuk masing-masing varietas. Pada kondisi media yang mengandung garam dalam konsentrasi yang masih dapat ditolerir oleh tanaman, maka tanaman masih dapat tumbuh normal walaupun ada pertumbuhan yang terhambat misalnya dalam pembentukan sel-sel baru.
Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan Planlet Kacang Kedelai Secara
in vitro
Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa perlakuan penggunaan varietas yang berbeda memperlihatkan pengaruh yang tidak nyata pada semua parameter yang diamati. Namun kecenderungan yang terjadi, menunjukkan bahwa varietas Wilis, Galunggung, dan Sinabung lebih tahan terhadap cekaman salin. Sedangkan varietas Tidar lebih peka dibandingkan varietas lainnya. Tingkat adaptasi masing-masing varietas tersebut adalah kemampuan masing-masing-masing-masing gen yang memang karakteristik yang dimilikinya. Dan tiap karakteristik tersebut mempunyai daya adaptasi yang berbeda pada lingkungan hidupnya. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Sitompul dan Guritno (1995) yaitu perbedaan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman tanaman.
masing-masing varietas kedelai yang digunakan. Pada kondisi media tanpa garam, planlet dapat tumbuh dengan lebih baik, misalnya daunnya lebih hijau dan akarnya menjadi lebih besar. Penurunan kualitas daun akan semakin menurun sebanding dengan peningkatan konsentrasi garam pada media. Pada media dengan konsentrasi garam yang lebih tinggi, daun planlet akan berwarna lebih pucat kekuningan. Terganggunya pertumbuhan daun tentu akan menghambat perumbuhan planlet secara keseluruhan. Masing-masing varietas kedelai memberikan respons yang berbeda untuk masing-masing tingkatan konsentrasi garam. Ada yang peka, toleran ataupun tahan. Pada penelitian ini, varietas Wilis dapat dilihat pada hasil pengamatan parameter yang menunjukkan umumnya varietas Wilis memberikan pertumbuhan yang lebih jika dibandingkan dengan varietas lainnya.
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Garam NaCl dan Varietas Terhadap Pertumbuhan Planlet Kacang Kedelai Secara in vitro
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Garam NaCl memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter panjang akar dan jumlah daun tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.
2. Varietas tidak berpengaruh nyata pada semua parameter.
3. Hasil interaksi masing-masing perlakuan berpengaruh tidak nyata pada semua perlakuan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, T. T. dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.
Baharsjah, J.S, D. Suardi, dan I. Las, 1985 dalam S. Somaatmadja, M. I. Sumarno, M. Syam, S.O Manurung, Yuswadi. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hal: 87.
Darliah, I. Suprihatin, D. P. Devries, W. Handayati, T. Hermawati dan Sutater, 2001. variabilitas Genetik, Heritabilitas, dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar Cipanas. Zuriat 3 No.11.
Departemen Pertanian Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996. Budidaya Tanaman Palawija Pendukung Program Makanan Tambahan Anak sekolah (PMT-AS. Jakarta. Hal: II-2.
Gani, J. A., 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instlasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram, Mataram.
Gunawan, L. W,. 1988. Teknik kultur Jaringan Institut Pertanian Bogor.
Harian Kompas, 2008. Komoditas Yang Salah Urus. Rabu 16 Januari 2008. Nomor 195. Hal: 21.
Harian Medan Bisnis, 2008. Kebutuhan Tinggi, Produksi Kedelai Sumut Anjlok 37,02%. Selasa 15 Januari 2008. Hal: 6
Hidayat O.O, 1985 dalam S. Somaatmadja, M. I. Sumarno, M. Syam, S.O Manurung, Yuswadi. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hal: 78.
Glycine
max L.) [20 April 2008].
20Organik%20Kompleks.htm#Juice, 2008. Persenyawaan OOrganik Kompleks Alami. Diakses pada hari kamis, tanggal 17 juli 2008. 1 hlmn.
. Bagaimana Sumber Daya
Lahan di Nad Pascatsunami. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
di Lahan Bekas
Tsunami Aceh
Poehlman, J.M and D.A Sleper, 1995. Beerding Field Crops. Pamina Publishing Corporation, New Delhi. Hal: 301 dan 305.
Rahman, A.M dan D. Tambas, 1986. Pengaruh Inokulasi Rhizobium japonicum Frank, Pemupukan Molibdenum dan Kobalt Terhadap Produksi dan Jumlah Bintil Akar Tanaman Kedelai Pada Tanah Podsolik Plintik. Derektoret Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Hal: 7. Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi.
Edisi kedua. Penerjemah Catur Herison. ITB Press, Bandung. Hal: 262. Santoso, U. dan F. Nursandi, 2001. Kultur Jaringan Tanaman. Penerbit UMM,
Malang.
Sharma, O.P., 1993. Plant Taxonomy. Tata Mc Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Syafa’at, N dan P. Simatupang, 2006. Kebijakan Pamantafan Ketahanan Pangan Nasional ke Depan. Majalah Pangan 15 (47): 24-43.
Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman
Lampiran 7. Data Pengamatan Bobot Akar (g)
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Bobot
Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Cabang Akar (cabang)
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang
Lampiran 14. Dekripsi Kedelai Varietas Wilis Tanggal Pelepasan : 21 Juli 1983 Nomor Induk : B 3034
Asal : Seleksi keturunan persilangan Orba x No. 1682 Hasil Rata-rata : 1,6 ton/ha biji kering
Warna hipokotil : Ungu Warnakulit biji : Kuning Warna hilum : Coklat tua
Tanggal Pelepasan : 1987 Nomor Induk : B 3379
Asal : Mutan dari B-1682
Hasil Rata-rata : 1,4 ton/ha biji kering Warna hipokotil : Ungu
Warna batang : Hijau Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna polong tua : Hijau kekuningan Warna kulit biji : Coklat tua Warna hilum : Coklat kehitaman Tipe tumbuh : Determinit Umur berbunga : 35 hari Umur matang : 75 hari Tinggi tanaman : 40-60 cm Bobot 100 biji : 7 g
Kadar protein : 37%
Kadar lemak : 20%
Tanggal Pelepasan : 2001
Nomor Induk : Mansuria 395-49-4
Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria
Hasil Rata-rata : 2,25-2,03 ton/ha biji kering Warna hipokotil : Ungu
Warna batang : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Putih
Warna bunga : Ungu
Warna polong tua : Coklat muda Warna kulit biji : Kuning
Warna hilum : Kuning kecoklatan Tipe tumbuh : Determinit
Tanggal Pelepasan : 22 Oktober 2001 Nomor Induk : MSC 9526-IV-C-4 Asal : Silang ganda 16 tetua Hasil Rata-rata : 2,16 ton/ ha biji kering Warna hipokotil : Ungu
Warna batang : Hijau Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna polong tua : Coklat Warna kulit biji : Kuning Warna hilum : Coklat Tipe tumbuh : Determinit Umur berbunga : 35 hari Umur matang : 88 hari Tinggi tanaman : 66 cm Bobot 100 biji : 10,68 g
Kadar protein : 46%
Kadar lemak : 13%
Tanggal Pelepasan : 1981 Nomor Induk : 1667
Asal : Seleksi keturunan dari persilangan Davros 1248/TK-5 x 1291
Warna polong tua : Warna jerami Warna kulit biji : Kuning berkilat Warna hilum : Coklat muda
Tanggal Pelepasan : 22 Oktober 2001 Nomor Induk : MSC 9524-IV-C-7 Asal : Silang ganda 16 tetua Hasil Rata-rata : 2,13 ton/ha biji kering Warna hipokotil : Ungu
Warna batang : Hijau Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna polong tua : Coklat Warna kulit biji : Kuning Warna hilum : Coklat Tipe tumbuh : Determinit Umur berbunga : 35 hari Umur matang : 85 hari Tinggi tanaman : 64 cm Bobot 100 biji : 10,37 g
Kadar protein : 44%
Kadar lemak : 14%
BAHAN KIIMIA JUMLAH (mg/l)
Piridoksin-HCl 0,5
Asam nikotinat 0,5
Glisin 2,0
Mio-inositol 100
Lampiran 22. Jadwal Kegiatan Mingguan
Minggu
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Sterilisasi Alat X
2 Pembuatan Media X
3 Persiapan Bahan X
4 Penanaman Eksplan X
5 Pemeliharaan Eksplan X X X
6 Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm) X
Panjang Akar (cm) X
Bobot Total Planlet (g) X
Bobot Akar (g) X
Jumlah Cabang Akar (cabang) X
Lampiran 23. Foto Sterilisasi Botol
Lampiran 24. Foto Pembuatan Media
Menambahkan agar ke dalam larutan
Lampiran 25. Foto Persiapan Bahan Tanaman
Sterilisasi biji kedelai dengan deterjen