ANALISIS BAKTERI KOLIFORM
PADA AIR MINUM ISI ULANG
TUGAS AKHIR
OLEH:
DUMA SARI OKTA VIANI HARAHAP
NIM 102410025
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “Analisis Bakteri Koliform Pada Air Minum Isi Ulang”. Tugas Akhir ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya Analis
Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selama penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh pengertian hingga Tugas Akhir ini selesai.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua
Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Bapak Erlan Aritonang, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Praktek
Kerja Lapangan dan Staf Laboratorium Kimia di Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I
5. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., sebagai Dosen Penasehat
Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada
penulis dalam hal akademis setiap semester.
6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III
Analis Farmasi dan Makanan yang mendidik dan berupaya mendukung
kemajuan mahasiswa.
7. Sahabat-sahabatku (Putri Mariana Manurung, Wahyu Tri Utari, Puji
Nurani, Dian Ramadhina, Indriani Nauli, Linny Rizki Afriani, Noy
Handawani, dan Anggina Budi Arti) yang telah memberikan semangat
dan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2010
yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu, namun tidak
mengurangi arti keberadaan mereka.
Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Alm. Ayahanda Khairuddin Harahap dan Ibunda Yunieti
Lubis yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan
kasih sayang dari kecil hingga saat ini, memberikan motivasi, doa, dan restu serta
materi yang tak ternilai harganya dengan apapun beserta abang-abangku tersayang
Ferry Khairul Harahap dan Dolly Indra Harahap.
Penulis menyadari bahwa isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu dengan senang hati
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Aamiin.
Medan, Juni 2013
Penulis,
Duma Sari Okta Viani Harahap
Analysis of Coliform Bacteria In Drinking Water Refill Abstract
The ideal drinking water should be clear, colorless, tasteless, and odorless. In addition, the drinking water should not contain pathogenic bacteria and every creature that endanger human health. Aim this thesis to determine whether drinking water refill analyzed meet the requirements set by PERMENKES RI Number: 416/MENKES/PER/IX/1990. Samples obtained from the depot refill drinking water brand RONA contained in the Perbaungan. Number of Coliform bacteria in drinking water contained rechargeable estimates calculated through testing and confirmation in the Biology Laboratory BTKLPP Medan. Results of the analysis show that the refill drinking water containing Coliform bacteria were examined with MPN 17, this results does not qualify as passing the threshold allowed under PERMENKES RI Number: 416/MENKES/PER/IX/1990 dated 3 September 1990 that the maximum allowable levels for the parameters of Coliform bacteria in drinking water is 0.
Analisa Bakteri Koliform Pada Air Minum Isi Ulang Abstrak
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Selain itu, air minum tersebut tidak boleh mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini untuk mengetahui apakah air minum isi ulang yang dianalisa memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh PERMENKES RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990. Sampel diperoleh dari depot air minum isi ulang merek RONA yang terdapat di daerah Perbaungan. Jumlah bakteri Koliform yang terdapat pada air minum isi ulang dihitung melalui uji perkiraan dan penegasan di Laboratorium Biologi BTKLPP Medan. Hasil analisa menunjukkan bahwa air minum isi ulang yang diperiksa mengandung bakteri Koliform dengan MPN (Most Probable Number) 17, hasil ini tidak memenuhi persyaratan karena melewati ambang batas yang diperbolehkan menurut PERMENKES RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September 1990 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Koliform pada air minum adalah 0.
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Hasil Pengamatan Bakteri Koliform ... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 ... 26 Lampiran 2 ... 28
DAFTAR GAMBAR
Analysis of Coliform Bacteria In Drinking Water Refill Abstract
The ideal drinking water should be clear, colorless, tasteless, and odorless. In addition, the drinking water should not contain pathogenic bacteria and every creature that endanger human health. Aim this thesis to determine whether drinking water refill analyzed meet the requirements set by PERMENKES RI Number: 416/MENKES/PER/IX/1990. Samples obtained from the depot refill drinking water brand RONA contained in the Perbaungan. Number of Coliform bacteria in drinking water contained rechargeable estimates calculated through testing and confirmation in the Biology Laboratory BTKLPP Medan. Results of the analysis show that the refill drinking water containing Coliform bacteria were examined with MPN 17, this results does not qualify as passing the threshold allowed under PERMENKES RI Number: 416/MENKES/PER/IX/1990 dated 3 September 1990 that the maximum allowable levels for the parameters of Coliform bacteria in drinking water is 0.
Analisa Bakteri Koliform Pada Air Minum Isi Ulang Abstrak
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Selain itu, air minum tersebut tidak boleh mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini untuk mengetahui apakah air minum isi ulang yang dianalisa memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh PERMENKES RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990. Sampel diperoleh dari depot air minum isi ulang merek RONA yang terdapat di daerah Perbaungan. Jumlah bakteri Koliform yang terdapat pada air minum isi ulang dihitung melalui uji perkiraan dan penegasan di Laboratorium Biologi BTKLPP Medan. Hasil analisa menunjukkan bahwa air minum isi ulang yang diperiksa mengandung bakteri Koliform dengan MPN (Most Probable Number) 17, hasil ini tidak memenuhi persyaratan karena melewati ambang batas yang diperbolehkan menurut PERMENKES RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September 1990 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Koliform pada air minum adalah 0.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air minum. Selain itu, air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang
ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain.
Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui
air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana
(Chandra, 2012).
Sebagian besar kuman penyakit yang mencemari air dan makanan datang
dari feses hewan dan manusia. Mereka mencakup bakteri, virus, protozoa dan
cacing yang masuk bersama air atau makanan, atau terbawa ke mulut oleh jari-jari
yang tercemar. Sekali tertelan, sebagian besar di antara mereka berkembang di
saluran makanan dan diekskresikan bersama dengan feses. Tanpa sanitasi yang
memadai, mereka dapat memasuki ke badan air yang lain, yang selanjutnya dapat
menginfeksi orang lain. Banyak organisme-organisme enterik ini dapat bertahan
dalam waktu lama di luar badan. Mereka dapat bertahan di limbah manusia dan
kadang-kadang di dalam tanah dan ditularkan ke air serta bahan makanan
Bakteri Koliform berasal dari tinja. Oleh karena itu, kehadiran bakteri ini
di berbagai tempat, mulai dari air minum, bahan makanan, ataupun bahan-bahan
lain untuk keperluan manusia, tidak diharapkan dan bahkan sangat dihindari.
Feses atau tinja sering disebut najis. Artinya, kehadirannya di dalam suatu substrat
atau benda yang berhubungan dengan manusia, sangat tidak diharapkan. Karena
adanya hubungan antara tinja dan bakteri Koliform, jadilah kemudian bakteri ini
sebagai indikator alami kehadiran bakteri fekal (Suriawiria, 2005).
Menurut ketetapan pemerintah bahwa air minum harus memenuhi
persyaratan kualitas tertentu yaitu tidak berwarna, tidak berbau, rasanya dapat
diterima oleh pengguna, serta kandungan zat-zat tertentu di dalam air tersebut
tidak melebihi nilai ambang batas (NAB) yang diperbolehkan demi keamanan
bagi konsumen. Pemahaman air minum akan berguna untuk mengantisipasi
kendala pada air minum bagi masyarakat. Kini keberadaan air bersih dan sehat
untuk keperluan air minum menjadi barang yang berharga dan semakin
memerlukan perhatian semua pihak yang terkait (Pitojo, 2002).
1.2Tujuan Dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari analisa bakteri koliform pada air minum isi ulang
adalah untuk mengetahui apakah air minum isi ulang yang diperiksa memenuhi
persyaratan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
1.2.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari analisa bakteri koliform pada air minum isi
ulang adalah agar dapat mengetahui bahwa air minum isi ulang yang diperiksa
memenuhi persyaratan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini.
Sesuai dengan kegunaannya air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan
mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk
sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut. Kegunaan air
seperti tersebut dimuka termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional
(Wardhana, 2004).
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,
antara lain:
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Tidak berasa dan tidak berbau.
4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit,
2.1.1 Sumber Air
Menurut Chandra (2012), air yang berada di permukaan bumi ini dapat
berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi
menjadi sebagai berikut:
1. Air angkasa (air hujan), merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada
saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang
berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme, dan gas, misalnya: karbondioksida, nitrogen, dan amonia.
2. Air permukaan, yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau,
telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari
air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
3. Air tanah (ground water), berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah
dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah
dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat
air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air
tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama, air
tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses
purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang
mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang
tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat
seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan
mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa.
2.1.2 Pencemaran Air
Beberapa indikator atau tanda bahwa air telah tercemar menurut Wardhana
(2004):
a. Perubahan Suhu Air
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya
panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Air yang menjadi panas
tersebut kemudian dibuang ke lingkungan. Apabila air yang panas tersebut
dibuang ke sungai maka air sungai akan menjadi panas. Air sungai yang
suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air
lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan
dengan kenaikan suhu. Makin tinggi kenaikan suhu makin sedikit oksigen
yang terlarut di dalamnya.
b. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar 6,5-7,5. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang
dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat
c. Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air
Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa
(kecuali air laut) maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis
garam-garaman. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal dari garam-garam yang
terlarut. Bila hal ini terjadi, maka berarti juga telah ada pelarutan ion-ion
logam yang dapat mengubah konsentrasi ion hidrogen dalam air. Adanya rasa
pada air pada umumnya dikuti pula dengan perubahan pH air.
d. Timbulnya Endapan, Koloidal, dan Bahan Terlarut
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan
buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang
berbentuk padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar
sungai dan yang dapat larut sebagian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum
sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama-sama dengan
koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi
masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat
diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis. Karena
tidak ada sinar matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung.
Akibatnya, kehidupan mikroorganisme jadi terganggu.
e. Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan
berarti mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembangbiakan
mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut
berkembang pula. Mikroba patogen adalah penyebab timbulnya berbagai
macam penyakit. Pada umumnya industri pengolahan bahan makanan
berpotensi untuk menyebabkan berkembangbiaknya mikroorganisme,
termasuk mikroba patogen.
f. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan
Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam
kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik melalui efek
langsung maupun efek tertunda, maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis
bila ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Walaupun
secara alamiah radioaktivitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi
ini, namun kita tidak boleh menambah radioktivitas lingkungan dengan
membuang secara sembarangan bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Secara
nasional sudah ada peraturan perundangan yang mengatur masalah bahan sisa
(limbah) radioaktif. Mengenai hal ini Bahan Tenaga Atom Nasional (BATAN)
secara aktif mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan tersebut.
2.1.3 Air dan Penyakit
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air
penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok
berdasarkan cara penularannya (Chandra, 2012).
Menurut Chandra (2012), mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi
menjadi empat, yaitu:
1. Waterborne mechanism
Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui
mulut atau sistem pencernaan.
2. Waterwashed mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkitan dengan kebersihan umum
dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:
a) Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
b) Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.
c) Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens
penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau
sebagai intermediate host yang hidup di dalam air.
4. Water-related insect vector mechanism
Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang
biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini
2.2 Air Minum
Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi
standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO
(World Health Organization) standar-standar air minum yang harus dipenuhi agar
suatu persediaan air dapat dinyatakan layak sebagai air minum:
1. Memenuhi persyaratan fisik.
2. Memenuhi persyaratan biologis.
3. Mengandung zat-zat kimia.
4. Mengandung radioaktif.
Negara maju lebih menekankan standar kimia, sedangkan negara
berkembang lebih menekankan standar biologis (Chandra, 2012).
2.2.1 Persyaratan Air Minum
Air minum sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, karena itu
diperlukan adanya standar dan pengolahan air minum agar tersedia air minum
yang sesuai dengan syarat-syarat masyarakat (Mulia, 2005).
Menurut Sutrisno (2010), pada umumnya ditentukan pada beberapa
standar (patokan) yang pada beberapa negara berbeda-beda menurut:
a. Kondisi negara masing-masing.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Perkembangan teknologi.
b. Air tidak boleh berasa.
c. Air tidak boleh berbau.
d. Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 250C).
e. Air harus jernih.
Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air
minum di mana dilakukan penyaringan dalam pegolahannya.
2. Syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat
kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang ditentukan.
3. Syarat Bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen)
sama sekali dan tak boleh mengandung bakter-bakteri golongan Coli melebihi
batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air.
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah.
Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah:
a. Bakteri tipsum.
b. Vibrio colerae.
c. Bakteri dysentriae.
d. Entamoeba hystolotica.
e. Bakteri enteritis (penyakit perut).
Dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air
2.3 Air Minum Isi Ulang
Mengingat bahwa air minum yang dijual pada depot air minum rawan
pencemaran karena faktor lokasi, penyajian, dan pewadahan yang dilakukan
secara terbuka dengan menggunakan wadah botol air minum kemasan isi ulang
sehingga konsumen perlu mewaspadai hal tersebut (Suriawiria, 2005).
Pengolahan air minum dilakukan tergantung dari kualitas air minum yang
digunakan baik pengolahan sederhana sampai dengan pengolahan yang kompleks.
Pengolahan air baku ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas air sehingga
aman dan tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat yang
menggunakannya (Suriawiria, 2005).
Dalam pengolahan air minum isi ulang dapat dilakukan beberapa proses
sanitasi yaitu:
1. Sanitasi air yang paling sederhana dengan memanaskan air hingga titik didih.
2. Dengan klorinasi atau pencampuran kaporit kedalam air.
3. Penggunaan senyawa perak. Alternatif ini jarang digunakan. Perak nitrat
biasanya digunakan dengan mencampurkannya kedalam air.
4. Ultraviolet
Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas
tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet.
5. Ozonisasi.
kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih
terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan (Anonima, 2012)
2.4 Bakteri Koliform
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan,
susu, dan produk-produk susu. Adanya bakteri koliform di dalam makanan atau
minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat
enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz,
1993).
Grup koliform merupakan bakteri gram negatif, serta tidak membentuk
spora. Berbentuk rodshape (lonjong) dan mengadakan fermentasi dengan laktosa
dalam waktu 48 jam pada temperatur 35℃ (Ryadi, 1984).
Dinding sel bakteri gram negatif mempunyai susunan kimia yang lebih
rumit daripada gram positif. Sebagai contoh, dinding sel gram negatif
mengandung lebih sedikit peptidoglikan (10 sampai 20% bobot kering dinding
sel), tetapi di luar lapisan peptidoglikan, ada struktur “membran” kedua, yang
tersusun dari protein, fosfolipida dan lipopolisakarida (asam lemak yang
dirangkaikan dengan polisakarida). Komponen lipopolisakarida dinding sel
bakteri gram negatif ini sangat penting karena toksisitasnya pada hewan. Karena
toksisitas ini dan karena material itu bagian tak terpisahkan dari sel bakteri, maka
dinamakanlah endotoksin. Material inilah yang menyebabkan demam yang tinggi
Organisme koliform merupakan organisme nonspora yang motil atau
nonmotil, berbentuk batang dan mampu memfermentasi laktosa untuk
menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37℃ dalam waktu 48 jam. Contoh
tipikal koliform tinja adalah E coli dan koliform nontinja adalah Klebsiella
aerogeus. Keberadaan E coli dalam sumber air merupakan indikasi pasti
terjadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan mengapa organisme
koliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan
kuman patogen lain yang terdapat di saluran pencernaan manusia, antara lain:
1. Jumlah organisme koliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar
200-400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena
jarang sekali ditemukan di dalam air, keberadaan kuman ini dalam air
memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.
2. Organisme ini lebih mudah dideteksi oleh melalui metode kultur (walau hanya
terdapat 1 kuman dalam 100 cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya.
3. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen
lainnya.
4. Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila
organisme koliform ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan
dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah kecil (Chandra,
organisme karena mudah ditemukan dengan cara yang sederhana, tidak
berbahaya, sulit hidup lebih lama dari pada patogen lainnya. Ditemukannya
bakteri coli tidak berarti adanya patogen di dalam air, tetapi hanya kemungkinan
ada organisme patogen di dalam air (Sutrisno, 2010).
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh biasanya digunakan
metode MPN (Most Probable Number) dengan cara fermentasi tabung ganda.
Metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode hitungan cawan karena
lebih sensitif dan dapat mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat rendah di
dalam contoh (Fardiaz, 1993).
Metode MPN (Most Probable Number) merupakan uji deretan tabung
yang menyuburkan pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk
menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Jumlah koliform ini bukan
penghitungan yang tepat namun merupakan angka yang mendekati jumlah yang
sebenarnya (Lay, 1994).
Cara multiple tube fermentation menggunakan larutan lactose dimana
bakteri coli membentuk gas dan larutan keruh. Produksi gas ditentukan dengan
menempatkan tabung kecil terbalik (tabung durham) ke dalam tabung besar
(tabung reaksi) sehingga tidak timbul gelembung udara. Setelah inkubasi, apabila
diproduksi gas sebagian ditangkap oleh tabung kecil dan adanya kekeruhan
2.4.1 Uji Perkiraan Koliform
Dua cara yang dapat digunakan untuk menghitung MPN koliform secara
sensitif di dalam air, susu atau contoh lainnya, yaitu metode 7 tabung dan 15
tabung. Dilakukan pengambilan contoh dalam jumlah yang lebih besar, yaitu 10
ml untuk tabung seri pertama, terutama untuk contoh-contoh yang diduga
kandungan koliformnya kecil (Fardiaz, 1993).
Uji ini diawali dengan memasukkan 10 ml cairan dari sampel ke dalam
Lauryl Tryptose Broth. Uji awal ini disebut uji duga (presumptive test) (Lay,
1994).
Untuk analisis air, dalam uji perkiraan digunakan Lactose Broth,
sedangkan untuk contoh lainnya yang banyak mengandung bakteri asam laktat,
misalnya susu, digunakan Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB). Bakteri
asam laktat dapat memfermentasi laktosa dan membentuk gas, hingga dapat
mengakibatkan pembacaan uji positif yang salah. Brilliant Green Lactose Bile
Broth (BGLBB) merupakan medium selektif yang mengandung garam bile
sehingga dapat menghambat bakteri gram negatif termasuk koliform (Fardiaz,
1993).
Inkubasi dilakukan pada suhu 35℃ selama 24 jam, dan tabung dinyatakan
positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung
durham. Tabung yang tidak menunjukkan pembentukan gas, dihitung sebagai
Number) 7 tabung atau Tabel MPN (Most Probable Number) 15 tabung (Fardiaz,
2.4.2 Uji Penegasan Koliform
Terbentuknya gas di dalam Lactose Broth tidak selalu menunjukkan
jumlah bakteri koli karena mikroba lainnya mungkin juga ada yang dapat
memfermentasi laktosa membentuk gas, misalnya bakteri asam laktat dan
beberapa khamir tertentu (Fardiaz, 1993).
Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen
dan karbondioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal
respon terhadap oksigen bebas (Pelczar, 2006).
Dengan menggunakan jarum ose, contoh dari tabung MPN (Most
Probable Number) yang menunjukkan uji penduga positif (terbentuk gas)
masing-masing diinokulasikan pada agar cawan EMB dengan cara goresan kuadran
(Fardiaz, 1993).
Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom; ujung itu
boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1-3 mm. Lebih dahulu
ujung kawat ini dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala
api saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut
tabung tempat pemiaraan itu dipanasi juga setelah sumbatnya diambil. Setelah
pengambilan inokulum (yaitu sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi
kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan inokulum
tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau
pertumbuhan koliform, dihitung dan MPN (Most Probable Number) penguat
BAB III
METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat
Analisis bakteri Koliform pada air minum isi ulang dilakukan di
Laboratorium Biologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BTKLPP) Medan yang bertempat di Jalan KH. Wahid Hasyim No. 15
Medan.
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel
Sampel merupakan air minum isi ulang dengan nomor
305/B/AM/02/2013. Organoleptis sampel: tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau.
3.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, beaker glass, hot plate,
magnetic stirrer, neraca analitis, pipet volum, spatula, bola karet, inkubator 35℃,
inkubator 44℃, jarum ose, lampu bunsen, oven, rak tabung, tabung durham, dan
tabung reaksi.
3.2.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, Media Lauryl Sulfate Broth,
3.3 Prosedur
3.3.1 Pembuatan Media
1. Media Lauryl Sulfate Broth
a) Pembuatan Media Lauryl Sulfate Broth Tebal
Ditimbang seksama media Lauryl Sulfate Broth sebanyak 106,8
gr. Dimasukkan kedalam beker gelas, dilarutkan kedalam akuades
sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot
plate sampai larut. Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah
berisi tabung durham masing-masing 5 ml. Disterilkan didalam
autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121℃ selama 15 menit,
setelah dingin disimpan ditempat yang bersih dan kering.
b) Pembuatan Media Lauryl Sulfate Broth Tipis
Ditimbang seksama media Lauryl Sulfate Broth sebanyak 35,6
gr. Dimasukkan kedalam beker gelas, dilarutkan kedalam akuades
sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot
plate sampai larut. Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah
berisi tabung durham masing-masing 10 ml. Disterilkan didalam
autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121oC selama 15 menit,
setelah dingin disimpan ditempat yang bersih dan kering.
2. Media Brilliant Green Lactose Broth
Ditimbang seksama media Brilliant Green Lactose Broth sebanyak 40 gr.
Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham
masing-masing 10 ml. Disterilkan didalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu
121℃ selama 15 menit, setelah dingin disimpan ditempat yang bersih dan kering.
3.3.2 Uji Perkiraan
1. Disiapkan sebanyak 5 tabung reaksi yang telah berisi media Lauryl Broth
tebal dan sebanyak 10 tabung reaksi yang telah berisi media Lauryl Broth
tipis.
2. Tabung kemudian disusun pada rak tabung, masing-masing diberi tanda
sebagai berikut:
a. Nomor sampel
b. Volume sampel
3. Sampel dikocok terlebih dahulu agar homogen
4. Dimasukkan sampel dengan cara dipipet sebanyak 10 ml kedalam tabung
berisi Lauryl Broth tebal. Kemudian, 1 ml kedalam tabung Lauryl Broth
tipis sebanyak 5 tabung, dan sisanya 0,1 ml atau 2 tetes.
5. Masukkan seluruh tabung kedalam inkubator pada suhu 35℃ selama 2x24
jam.
6. Selanjutnya, diamati pembentukan gas yang terjadi di dalam tabung
durham.
7. Catat tabung yang dinyatakan positif dengan terbentuknya gas.
3.3.3 Uji Penegasan
1. Tabung yang dinyatakan positif pada uji perkiraan, diinokulasikan
kedalam tabung yang berisi media Brilla masing-masing satu sampai dua
ose dilakukan secara aseptis.
2. Diinkubasi pada suhu 35℃ selama 2x24 jam.
3. Setelah 48 jam, dilakukan pengamatan dengan melihat tabung yang
menunjukkan terbentuknya gas dalam tabung durham (dinyatakan positif).
4. Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang
positif. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN (Most
Probable Number).
3.3.4 Persyaratan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September 1990 bahwa kadar maksimum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Tabel 1: Hasil Pengamatan Bakteri Koliform
Jenis sampel Nomor sampel Perkiraan Koliform MPN
Air minum isi ulang 305/B/AM/02/2013 4 4 2 3 3 0 17
4.2 Pembahasan
Uji kualitas air minum ini menggunakan sampel air minum isi ulang yang
diperoleh dari depot “RONA” dengan etiket 305/B/AM/02/2013. Diperoleh MPN
(Most Probable Number) 17 dimana Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September
1990 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Coliform
pada air minum adalah 0. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
sampel dengan air minum isi ulang depot “RONA” tidak memenuhi syarat karena
melebihi batas maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Coliform pada air
minum yaitu 0 mg/100 L.
Proses pengolahan air minum pada prinsipnya harus mampu
menghilangkan semua jenis polutan, baik pencemaran fisik, kimia, maupun
mikobiologis. Bisnis air minum isi ulang merupakan fenomena yang tidak dapat
Depot air minum isi ulang terkontaminasi oleh bakteri koliform dapat
disebabkan oleh kualitas mesin penyuling yang kualitasnya tidak memenuhi
standar. Mesin yang memenuhi kualitas standar harganya 40 juta. Mesin ini selain
ada penyulingan, juga menggunakan sistem ozonisasi. Sedangkan mesin yang
harganya dibawah 40 juta biasanya hanya menggunakan sistem penyulingan.
Dengan sistem ozonisasi, air akan tahan lama selama sebulan lebih dan bisa
dikonsumsi. Sedangkan yang tidak menggunakan ozonisasi, hanya dalam
hitungan hari air sudah tidak layak diminum lagi. Sebab tanpa ozonisasi,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis bakteri Koliform pada air minum isi ulang, diketahui
bahwa air minum isi ulang yang diuji mengandung bakteri koliform dengan MPN
(Most Probable Number) 17, maka dapat disimpulkan bahwa air minum isi ulang
yang diuji tersebut tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990
Tanggal: 3 September 1990 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk
parameter koliform pada air minum adalah 0.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum menganalisis bakteri koliform pada sampel, terlebih
dahulu dilakukan sterilisasi alat dan ruangan. Hal ini dilakukan agar tidak
DAFTAR PUSTAKA
Adisoemarto, S. (1988). Mikrobioogi Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 52.
Anonima. (2012). Proposal Penelitian Bakteri Koliform.
luqmanmaniabgt.blogspot.com. Di akses 1 Mei 2013.
Anonimb. (2002). Air Minum Isi Ulang Terkontaminasi Bakteri Coliform. health.groups.yahoo.com. Di akses 1 Mei 2013.
Chandra, B. (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Hal. 39-42, 64-69.
Dwidjoseputro, D. (2010). Dasar-Dasar Mikroobiologi. Jakarta: Djambatan. Hal. 44.
Fardiaz, S. (1993). Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal. 68, 74-75.
Kusnanto, H. (2001). Planet Kita Kesehatan Kita. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 159.
Lay, B.W. (1994). Analisis Mikroba Di Laboratorium. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal. 124.
Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 57-63-64.
Pelczar, M.J. (2006). Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: UI Press. Hal. 140.
Pitojo, S. (2002). Deteksi Pencemar Air Minum. Semarang: CV Aneka Ilmu. Hal. 3.
Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Hal. 25.
Sutrisno, T. (2010). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 20-23, 79-80.
Suriawiria, U. (2005). Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat. Bandung: P.T Alumni. Hal. 70.
Lampiran 1
Gambar 1: Media Brilla
Lampiran 2
Tabel perkiraan Terdekat Jumlah (MPN) Koliform, untuk kombinasi Porsi : 5 x 10 mL, 5 x 1 mL, 5 x 0,1 mL dengan 95% batas kepercayaan
Jumlah tabung yang positif
5 3 3 170 70 400
5 3 4 210 70 400
5 4 0 130 36 400
5 4 1 170 58 400
5 4 2 220 70 440
5 4 3 280 100 710
5 4 4 350 100 710
5 4 5 430 150 1100
5 5 0 240 70 710
5 5 1 350 100 710
5 5 2 540 150 1700
5 5 3 920 220 2600
5 5 4 1600 400 4600
Lampiran 3
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM