• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA LIBOR, SUKU BUNGA

SBI, DAN INFLASI TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA

DEPOSITO BERJANGKA PADA BANK UMUM

SKRIPSI

Diajukan oleh:

YUSTINA TAMBUNAN

040501077

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the factors which influence to the time deposit interest rate at public bank in Indonesia. Data used for this research is time series data from 1986-2005. Independent variable are LIBOR, SBI, and inflation rate. The method used is OLS ( Ordinary Least Square ) by using econometric model.

The result shows that LIBOR, SBI, and inflation rate have positively influenced on time deposit interest rate. The LIBOR and inflation rate are respectively influenced to time deposit interest rate at = 5%. Mean while, SBI is significantly at = 1%.

(3)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (data berkala) dari tahun 1986-2005.

Variabel independennya adalah suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan tingkat inflasi. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika.

Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan tingkat inflasi secara bersama mempunyai pengaruh positif terhadap suku bunga deposito berjangka. Suku bunga LIBOR dan tingkat inflasi signifikan pada = 5%. Sedangkan suku bunga SBI signifikan pada = 1%.

(4)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur bagi Tuhan Allah yang sangat baik yang telah melimpahkan berkat kasih-Nya sehingga penulis dimampukan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah: “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga LIBOR, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Tingkat Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank Umum”.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.

Selama menyelesaikan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik dalam bentuk moril, material, terutama doa. Maka pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada:

(5)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Irsyad Lubis, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah

bersedia meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rujiman, MA sebagai Dosen Penguji II yang juga telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Seluruh Staff Pegawai Bank Indonesia Cabang Medan yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi penulis.

(6)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan buat mamaku tercinta Kasyani Harefa dan keluarga kakak I. Adi Tarigan ( K’ Kristina Tambunan ) serta adikku Memorys Tambunan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan saran maupun kritikan yang membangun sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan di lain kesempatan.

Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2007

(7)
(8)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

7 2.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga...

1

2.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)...

(9)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

BAB III METODE PENELITIAN... 39

3.1Ruang Lingkup

Penelitian...39 3.2Jenis dan Sumber

Data...40 3.3Metode dan Teknik Pengumpulan

Data...40 3.4Pengolahan

Data...40 3.5Model Analisis

Data...41 3.6Test of Goodness Fit (Uji

(10)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

4.2Perkembangan Jumlah Bank Umum di Indonesia………...51

4.3Perkembangan Suku Bunga Deposito Berjangka……….56

4.4Perkembangan Jumlah Dana Deposito Berjangka pada Bank

Umum...60 4.5Perkembangan Suku Bunga

LIBOR...62 4.6Perkembangan Suku Bunga

SBI...64 4.7Perkembangan

Inflasi...66 4.8Pembahasan Hasil

Penelitian...69

BAB V KESIMPULAN DAN

SARAN...78

5.1Kesimpulan... 78

5.2Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

No. Tabel Judul Hal

4.1 Perkembangan Jumlah Bank Umum dan Kantor...54

4.2 Suku Bunga SBI dan Suku Bunga Rata-Rata

Deposito Berjangka pada Bank Umum... 58

4.3 Jumlah Deposito Berjangka 3 Bulan pada Bank Umum...60

4.4 Jumlah Dana Deposito Berjangka 1 Bulan pada

Bank Umum... 61

4.5 Perkembangan Tingkat Suku Bunga LIBOR

Tahun 1986-2005... 62

4.6 Perkembangan Suku Bunga SBI

Tahun 1986-2005... 65

4.7 Perkembangan Laju Inflasi Tahun 1986-2005... 68

4.8 Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga LIBOR (X1), Tingkat Suku Bunga SBI (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) Terhadap

Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka... 70

DAFTAR GAMBAR

(12)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

2.1 Teori Klasik tentang Suku Bunga... 10

2.2 Tingkat Suku Bunga Keseimbangan... 17

2.3 Dampak Kenaikan Penawaran Uang terhadap Tingkat Suku Bunga... 19

2.4 Demand Full Inflation... 28

2.5 Cost Push Inflation... 30

3.1 Uji Durbin-Watson... 46

4.1 Uji F- Statistik... 71

(13)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada tahun 1980-an, Indonesia mengalami resesi ekonomi sebagai implikasi dari resesi global yang terjadi pada negara-negara maju. Kondisi sektor makro ekonomi khususnya sektor moneter mengalami gejala penurunan intensitasnya. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan neraca pembayaran luar negeri yang mencapai hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu sekitar US$ 6.280 juta. Nilai yang sangat buruk untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan sebelumnya (Bank Indonesia, 1998:126).

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi keadaan moneter ini. Pemerintah mulai mengeluarkan kebijakan devaluasi rupiah sebesar 27,6% yang ditetapkan pada tanggal 30 Maret 1983 dengan patokan kurs yang berlaku menjadi Rp.970; per US$ 1. Devaluasi ini disusul dengan beberapa kebijakan lain, diantaranya adalah deregulasi sistem perbankan.

(14)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

sebagai salah satu instrumen intervensi langsung. Sebagai gantinya, pemerintah menggunakan instrumen tidak langsung yaitu penentuan cadangan wajib, Operasi Pasar Terbuka (OPT), fasilitas diskonto dan moral suasion serta diberikannya kebebasan pada bank pemerintah untuk menetapkan suku bunga deposito. Sebelumnya, suku bunga deposito ini masih diatur oleh Bank Indonesia. Selanjutnya, untuk keperluan Operasi Pasar Terbuka (OPT), sejak Februari 1984 Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan menyediakan fasilitas diskonto dalam rangka pemenuhan kebutuhan likuiditas jangka pendek perbankan.

Berdasarkan data statistik Ekonomi Keuangan dan Moneter Bank Indonesia (Bank Indonesia, 2000:111), kenaikan suku bunga deposito pada bank-bank umum, baik deposito dalam bentuk rupiah maupun deposito yang dinominasi dalam bentuk dollar AS, dipicu oleh meningkatnya suku bunga SBI dan tekanan inflasi.

Dengan adanya SBI maka pemerintah dapat melakukan pengendalian terhadap jumlah uang beredar (M1) yang terdapat di masyarakat. Bila jumlah

(15)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

jumlah uang beredar dalam masyarakat akan mengalami penurunan, sehingga tingkat inflasi pun dapat dikendalikan.

Penurunan tingkat suku bunga di Indonesia dari tahun ke tahun akan makin terbatas. Hal ini terkait dari faktor-faktor risiko, baik risiko eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, risiko yang muncul terkait dengan membaiknya prospek negara-negara maju serta prospek perlambatan penurunan tingkat suku bunga internasional. Dalam kondisi tersebut penurunan suku bunga akan semakin terbatas sehubungan dengan upaya Bank Indonesia dalam mempertahankan perbedaan tingkat suku bunga domestik terhadap tingkat suku bunga internasional agar tetap menarik bagi penanam modal asing. Di sisi internal, risiko yang muncul terkait dengan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan, yang diperkirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan agregat.

Dalam upaya tetap mempertahankan level suku bunga pada tingkat yang positif, ruang bagi penurunan suku bunga diperkirakan akan semakin sempit. Hal ini dikarenakan oleh pergerakan suku bunga juga diarahkan untuk tetap memberi insentif bagi masyarakat untuk menabung sekaligus mendorong iklim investasi. Dengan dikeluarkannya kebijakan perpindahan modal secara bebas tahun 1967 oleh pemerintah dalam upaya menarik modal investasi asing, maka perbedaan suku bunga antarnegara akan memiliki pengaruh penting terhadap pergerakan tingkat suku bunga domestik.

(16)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

bunga deposito, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengaitkan pengaruh dari sisi internal dan dari sisi eksternal.

Dari sisi eksternal dikaitkan dengan suku bunga internasional yaitu suku bunga London Inter Bank Offered Rate (LIBOR), dan dari sisi internal dikaitkan dengan

suku bunga SBI dan tingkat inflasi. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh Suku Bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan Inflasi terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank Umum ”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang dilakukan, yaitu:

1. Bagaimanakah pengaruh suku bunga LIBOR terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum?

2. Bagaimanakah pengaruh suku bunga SBI terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum?

(17)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

1.3 Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara ataupun kesimpulan sementara yang diambil untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Berdasarkan permasalahan di atas maka sebagai jawaban sementara penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Suku bunga LIBOR mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.

2. Suku bunga SBI mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.

3. Inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan daripada penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga LIBOR terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga SBI terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum.

(18)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Adapun yang menjadi manfaat daripada penulisan ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca lainnya tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank-bank umum dan bagaimana pengaruh yang ditimbulkan.

2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambil keputusan di masa yang akan datang dan juga sebagai bahan referensi. 3. Dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti lainnya yang berhubungan

(19)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat Suku Bunga

2.1.1 Pengertian Suku Bunga

Bunga bank dapat dikatakan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga dapat juga dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai balas jasa karena telah menggunakan uang orang lain. Namun dalam dunia perbankan, suku bunga dapat dikatakan sebagai harga yang harus dikeluarkan oleh bank kepada nasabah yang menyimpan dana (yang memiliki simpanan).

2.1.2 Jenis-Jenis Suku Bunga

Ada berbagai jenis suku bunga yang dapat dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu:

1. Suku Bunga Dasar (Bank Rate)

(20)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

2. Suku Bunga Efektif (Effective Rate)

Suku bunga efektif adalah tingkat suku bunga yang dibayar atas harga beli suatu obligasi (bond). Semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya, dan sebaliknya. Jadi ada hubungan terbalik antara harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya. 3. Suku Bunga Nominal (Nominal Rate)

Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang dibayarkan tanpa dilakukan penyesuaian terhadap akibat-akibat inflasi.

4. Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate)

Suku bunga padanan adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari (bunga harian), setiap bulan (bunga bulanan), dan setiap tahun (bunga tahunan) untuk sejumlah pembayaran atau investasi selama jangka waktu tertentu, yang apabila secara anuitas akan memberikan penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.

Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat maka suku bunga dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:

a. Bunga Simpanan

(21)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Bunga pinjaman adalah biaya atau harga yang harus dibayar oleh nasabah (peminjam) kepada bank atas dana yang diberikan kepadanya. Contoh: bunga kredit.

2.1.3. Teori Suku Bunga

1. Teori Klasik

Menurut teori klasik, bunga adalah harga dari penggunaan Loanable Funds atau merupakan nilai balas jasa modal dalam suatu waktu, ada anggota

masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk konsumsinya selama periode tersebut, mereka adalah kelompok penabung, bersama-sama jumlah seluruh tabungan mereka membentuk suplay atau demand akan loanable funds. Di lain pihak, dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan, mungkin mereka ingin mengkonsumsi lebih dari pendapatan yang diterima selama periode tersebut. Dengan kata lain, mereka digolongkan pengusaha yang membutuhkan dana untuk operasi atau perluasan usahanya.

Demikian para penabung dan investor ini akan bertemu di pasar Loanable Funds dan dari proses tawar menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan

tingkat bunga kesepakatan/ keseimbangan.

(22)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

s

i1

i0 i1

i0

Dana investasi (loanable funds)

0 S0 S1

Gambar 2.1

Teori Klasik Tentang Suku Bunga

2. Teori Keynes

Menurut Keynes tingkat bunga merupakan fenomena moneter yang artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang. Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP) sepanjang uang itu mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi.

Ada tiga motif mengapa orang menghendaki untuk memegang uang tunai, dimana ketiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan akan uang yang disebut dengan Liquidity Preference.

(23)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Keynes mengemukakan bahwa alasan masyarakat memegang uang tunai adalah untuk keperluan sehari-hari, seperti: konsumsi, membiayai pembayaran-pembayaran atau kewajiban-kewajiban tertentu. Besar kecilnya keinginan meminta uang guna pemuasan motif transaksi ini berhubungan erat dengan besarnya keuntungan yang diharapkan dari tingkat bunga.

b. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)

Setiap orang menyimpan uang untuk dipergunakan dalam keperluan yang mendadak misalnya untuk keperluan persediaan biaya sakit. Bagi sebuah perusahaan persediaan kas yang ditahan atas dasar motif ini ditujukan untuk menjaga apabila persediaan perusahaan menderita kerugian.

c. Motif Spekulasi (Speculative Motive)

(24)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan apabila tingkat bunga tinggi maka permintaan kecil. Orang perlu memegang uang tunai dan karena kegiatan spekulasi tersebut bisa mendapatkan keuntungan maka orang akan bersedia membayar harga tertentu untuk memegang uang tunai.

Permintaan akan uang menurut Keynes disebut dengan Liquidity Preperence (permintaan uang) tergantung dari tingkat bunga. Sumbu horizontal

mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu vertikal untuk tingkat bunga.

Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Jika mereka memegang surat berharga di waktu suku bunga naik, maka harganya akan turun dan mereka akan menderita kerugian (capital loss). Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya, dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang pada waktu tingkat bunga naik.

(25)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

3. Teori Paritas Tingkat Bunga

Teori paritas tingkat bunga adalah salah satu teori yang paling penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas, yaitu apabila penduduk masing-masing negara bebas memperjual-belikan devisa. Teori ini pada pokoknya mengatakan bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara yang satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu dengan yang lain.

Secara aljabar:

Rn = Rf + E*

Rn = tingkat bunga (nominal) di dalam negeri Rf = tingkat bunga (nominal) di luar negeri

E* = laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi.

(26)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

lebih tinggi, yang mendorong tingkat bunga domestik naik. Akhirnya tingkat bunga domestik akan sama dengan tingkat bunga dunia. Dalam prakteknya ada biaya transaksi untuk memudahkan dana dari luar dan dalam negeri. Oleh sebab itu teori paritas tingkat bunga ini lebih tepat jika berbunyi: bahwa tingkat bunga antara dua negara cenderung sama, setelah dikoreksi dengan laju depresiasi

yang diperkirakan dari mata uang yang satu terhadap yang lain dan biaya

transaksi. Dalam sistem devisa bebas biaya transaksi itu rendah, tetapi dalam

sistem devisa yang kurang bebas biaya transaksi tersebut bisa tinggi. Oleh karena itu dalam sistem devisa yang tidak bebas ada kemungkinan tingkat bunga dalam negeri sangat berbeda dengan tingkat bunga di luar negeri, meskipun telah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Dalam menentukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya artinya baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman saling mempengaruhi di samping pengaruh faktor-faktor yang lain.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kebutuhan Dana

(27)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

apabila dana simpanan yang ada banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit maka bunga simpanan adalah turun.

2) Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka di samping faktor promosi yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan di atas bunga pesaing, misalnya: 17%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman harus berada di bawah bunga pesaing.

3) Kebijakan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun untuk bunga pinjaman tidak boleh melebihi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4) Target Laba yang Diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka suku bunga juga besar dan sebaliknya.

5) Jangka Waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan kemungkinan resiko di masa mendatang. Demikian juga sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek maka bunganya relatif rendah.

(28)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh: jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan, yaitu apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti: sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

7) Reputasi Perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

8) Produk yang Kompetitif

Masudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

9) Hubungan Bank

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya: nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya berbeda dengan nasabah biasa.

(29)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Pihak ketiga dalam hal ini adalah pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi kemampuan membayar, nama perusahaan maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan relatif lebih rendah, sebaliknya apabila pihak ketiganya kurang bonafit atau tidak dapat dipercaya maka kemungkinan tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.

2.1.5 Tingkat Suku Bunga Keseimbangan

Tingkat suku bunga keseimbangan adalah titik dimana jumlah uang yang diminta sama dengan jumlah uang yang ditawarkan. Gambar di bawah ini menjelaskan tentang kurva penawaran uang vertikal dan kurva permintaan uang yang melengkung ke bawah. Hanya pada tingkat suku bunga r* jumlah uang beredar (penawaran uang) sama dengan jumlah uang yang diminta. Untuk memahami mengapa r* adalah keseimbangan maka perlu disesuaikan apakah yang terjadi jika tingkat suku bunga bukan r*.

Tingkat bunga

Kelebihan Penawaran

r1 uang

(30)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009 r*

r2 Kelebihan

permintaan uang

Md

0 M1d Ms M2 d

Gambar 2.2

Tingkat Suku Bunga Keseimbangan

Pada r1, jumlah uang yang diminta adalah M1

d

dan jumlah uang yang ditawarkan melebihi jumlah uang yang diminta. Artinya ada lebih banyak uang beredar dibandingkan yang ingin dipegang oleh rumah tangga dan perusahaan. Pada r1 perusahaan dan rumah tangga akan berusaha mengurangi uang yang mereka pegang dengan membeli obligasi untuk mendapatkan tingkat suku bunga yang tinggi. Jika tingkat suku bunga pada awalnya cukup tinggi sehingga menciptakan penawaran uang yang berlebih, tingkat suku bunga langsung jatuh sehingga dapat mencegah orang-orang yang ingin mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan obligasi.

(31)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

bunga pada awalnya cukup rendah maka akan mengakibatkan permintaan uang yang berlebih sehingga tingkat suku bunga akan naik.

Tingkat bunga

Tingkat suku Kelebihan Bunga Keseim- penawaran uang bangan di M0 s di M1s 14%

Tingkat suku bunga keseimbangan di M1s

7% Md

0 M0 s M1s

Uang (M)

Gambar 2.3

Dampak Kenaikan Penawaran Uang Terhadap Tingkat Suku Bunga

(32)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

tangga dan perusahaan berupaya membeli obligasi untuk mendapatkan tingkat suku bunga yang tinggi. Maka ketika itu terjadi, tingkat suku bunga turun dan penurunannya berlanjut hingga mencapai tingkat keseimbangan yang baru yaitu sebesar 7%.

Maka pada titik itu, M1s= Md dan pasar berada dalam keseimbangan.

2.2 Suku Bunga Deposito Berjangka

Deposito berjangka (time deposito) merupakan simpanan dimana penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Di Indonesia deposito berjangka dapat disimpan dalam bentuk Rupiah atau Dollar AS. Tabungan deposito berjangka memiliki jangka waktu penarikan dalam 1, 3, 12, dan 24 bulan.

Deposito berjangka merupakan sumber dana terbesar bagi perbankan. Bank cenderung mengumpulkan dana yang berasal dari deposito berjangka, karena penarikan untuk jenis tabungan ini mudah diprediksi.

Upaya yang dilakukan untuk menarik minat nasabah untuk menanamkan dananya dalam bentuk deposito berjangka, ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh perbankan. Kebijakan ini meliputi :

(33)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

2. Memberikan kemudahan-kemudahan perpajakan bagi pemegang deposito berjangka.

3. Mempromosikan deposito berjangka di daerah pedesaan, sehingga menarik orang-orang yang biasanya menyimpan kekayaannya dalam bentuk ternak, tanah, emas, dan sebagainya.

4. Mengendalikan inflasi serendah mungkin, sehingga opportunity cost bagi pemegang deposito berjangka adalah minimal.

Diberlakukannya kebijakan 1 Juni 1983, yang antara lain menghapus pagu kredit kepada semua bank, terutama memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap bank-bank yang ada, terutama bagi bank-bank pemerintah. Bank-bank pemerintah diperkenankan menentukan tingkat suku bunga deposito berjangka banknya sendiri. Kebijakan ini telah memicu perkembangan jumlah deposito berjangka yang dihimpun oleh bank-bank umum.

2.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

2.3.1. Pengertian Suku Bunga SBI

(34)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Indonesia yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

Bila jumlah uang beredar ingin dikurangi, maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI, agar minat membeli SBI semakin tinggi. Sebaliknya, jika ingin menambah jumlah uang beredar, maka Bank Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga SBI agar minat membelinya semakin berkurang.

Mengingat resiko SBI sangat kecil, biasanya tingkat suku bunga SBI paling rendah di antara instrumen pasar uang lainnya. Makanya apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga SBI akibatnya tingkat suku bunga tabungan juga akan naik agar nasabah perbankan tidak memindahkan depositonya ke dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Sejalan dengan ide dasar penerbitan SBI sebagai salah satu operasi pasar terbuka, penjualan SBI diprioritaskan kepada lembaga perbankan. Meskipun demikian, tidak ditutup kemungkinan masyarakat baik perorangan maupun perusahaan untuk memiliki SBI.

Pembelian SBI oleh masyarakat tidak dapat dilakukan secara langsung pada Bank Indonesia melainkan harus melalui bank umum serta pialang pasar uang dan pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

(35)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

• Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus

berikut:

Nilai nominal x 360

360 + (tingkat diskonto x jangka waktu)

• Pembelian SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka.

Besarnya diskonto adalah nilai nominal dikurangi dengan nilai tunai.

• Pajak penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.

• Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya

kelipatan Rp 50 juta.

• Jangka waktu maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan

untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.

2.3.3 Tata Cara Penjualan SBI

- Penjualan SBI dilakukan melalui lelang.

- Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan setiap hari Selasa.

- Lelang SBI dilakukan setiap hari Rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari Kamis.

- Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan penawaran tingkat diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai.

(36)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Simpanan sebagai bukti atas penyimpanan fisik warkat SBI pada Bank Indonesia tanpa pungutan biaya penyimpanan (Dahlan, 2004:220).

2.4 Suku Bunga LIBOR

Suku bunga London Inter Bank Offered Rate (LIBOR) merupakan suku bunga internasional yang digunakan sebagai suku bunga padanan antarbank di negara yang berbeda. Suku bunga ini memiliki jangka waktu 1, 3, 6 bulan dan 1 tahun. Pergerakan suku bunga ini sesuai dengan pergerakan pasar uang yang mengikuti kondisi ekonomi dunia. LIBOR merupakan suku bunga yang digunakan oleh bank-bank di dunia, jika jenis surat berharga atau jenis tabungan yang digunakan didominasi oleh mata uang asing atau dalam bentuk US$. Suku bunga yang diberikan atas jenis tabungan atau surat berharga ini, juga akan diukur sesuai dengan pergerakan nilai US$.

Di Indonesia, perkembangan suku bunga di dalam negeri selain dipengaruhi oleh laju inflasi, juga dipengaruhi oleh suku bunga internasional. Penurunan dan peningkatan suku bunga di dalam negeri ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mengupayakan perbedaan selisih antara tingkat suku bunga domestik dengan suku bunga internasional berada pada tingkat yang wajar, guna mengurangi ekspansi moneter yang berasal dari aliran modal masuk, terutama yang berjangka pendek.

(37)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

perekonomian dan perbedaan suku bunga dalam negeri (interest rate) yang cukup tinggi.

2.5 Inflasi

2.5.1 Pengertian Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Pengertian inflasi juga banyak ragamnya. Ini terjadi karena luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian tersebut melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan persepsi tentang inflasi, demikian pula dalam memformulasi kebijakan-kebijakan untuk solusinya. Namun pada prinsipnya masih terdapat beberapa kesatuan pandangan bahwa inflasi merupakan suatu fenomena dan dilema ekonomi.

Inflasi juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan yang mengidentifikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai mata uang suatu negara. Jadi inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut.

(38)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

interaksi banyak pembeli dan penjual yakni bekerjanya penawaran dan permintaan menentukan harga. Dalam pasar yang tidak terlalu bersaing harga ditetapkan oleh keputusan produsen.

Ketika harga semua barang naik, kenaikan itu bisa atau tidak menjadi bagian dari inflasi pada kelompok barang yang lebih besar. Inflasi adalah kenaikan tingkat harga keseluruhan. Itu terjadi ketika harga naik secara serempak. Inflasi dapat diukur dengan melihat sejumlah barang dan jasa dan menghitung kenaikan harga rata-rata selama beberapa periode waktu. Deflasi adalah menurunnya tingkat harga secara keseluruhan. Itu terjadi ketika harga turun secara serempak.

Kenaikan harga bukanlah semata karena pengaruh teknologi, sifat-sifat barang maupun karena pengaruh ketika menjelang hari raya, tetapi karena adanya pengaruh inflasi yang pada umumnya berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Dari pengertian di atas ada 3 hal penting yang ditekankan, yaitu:

• Adanya kecenderungan harga-harga yang meningkat artinya bisa saja

tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan sebelumnya, namun tetap menunjukkan tendensi yang meningkat.

Bahwa tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus ( sustained ) yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa

beberapa waktu lamanya.

• Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum

(39)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

satu atau beberapa komoditi saja akan tetapi untuk harga barang secara umum.

Inflasi itu buruk karena inflasi dapat menurunkan keseluruhan standar kehidupan sebab mengakibatkan barang dan jasa mahal. Inflasi mengubah distribusi pendapatan. Kelompok yang paling sering disebutkan ketika membahas dampak inflasi adalah orang yang hidup berdasarkan pendapatan tetap. Jika pendapatan tetap dan harga naik, maka kemampuan untuk membeli barang dan jasa turun secara sebanding.

2.5.2 Teori Inflasi

a. Teori Kuantitas

Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori ini masing-masing sangat berguna untuk menggambarkan proses inflasi di zaman modern terutama di negara sedang berkembang. Teori ini menyoroti proses inflasi dari jumlah uang beredar dan harapan masyarakat terhadap harga- barang dan jasa.

Menurut teori ini ada 2 sumber inflasi, yaitu:

1. Demand Full Inflation

Ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan agregatif (bersifat agregat) dimana kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment). Kenaikan kesempatan agregatif (agregat demand) selain

(40)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Jika kondisi produksi sudah berada pada kesempatan kerja penuh maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output (produksi) tetapi hanya mendorong kenaikan harga yang juga biasa disebut sebagai inflasi murni (pure inflation).

`

AS

P4 AD4

P3

AD3

P2

AD2 P1

AD1

0 Q Qfe Q

Gambar 2.4

Kurva Demand Full Inflation

2. Cost Push Inflation

Inflasi yang terjadi akibat pergeseran kurva agregat disebut cost push inflation. Pada kondisi ini, tingkat penawaran lebih rendah jika

(41)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa harus mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu.

Penawaran total terus menurun karena adanya kenaikan biaya produksi. Jika berlangsung lama maka akan mengakibatkan inflasi yang disertai resesi.

Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation didorong oleh beberapa faktor, yaitu:

- Tuntutan kenaikan upah dari para pekerja yang biasanya dikoordinir oleh organisasi serikat buruh.

- Adanya industri yang memonopoli yang menguasai pasar dan menaikkan harga.

- Kenaikan bahan baku industri.

- Pemerintah yang terlalu berambisi untuk menguasai sumber-sumber ekonomi dalam jumlah yang besar, yang seharusnya dapat diberi pada pihak swasta.

- Adanya isu yang mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap suatu barang melonjak drastis.

Tingkat harga

AS3

P3

AS2

P2 AS1

(42)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

AD

0 Q2 Q1 Qfe

Produksi

Gambar 2.5 Kurva Cost Push Inflation

b. Aliran Klasik

Teori inflasi klasik berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai dan jumlah uang serta nilai uang dengan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang, maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka solusinya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit.

c. Aliran Keynes

Keynes mengemukakan bahwa inflasi didasarkan pada teori makro yang menyoroti aspek lain selain inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini adalah proses perebutan rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang dapat disediakan oleh masyarakat tersebut.

(43)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.

d. Aliran Monetarisme

Teori inflasi monetarisme mengemukakan bahwa inflasi timbul disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijaksanaan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif atau melebihi kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas dasar nilai tukar valuta asing.

e. Teori Ekspektasi

(44)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

2.5.3 Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang sebagai berikut: 1. Berdasarkan Asal

a) Domestic Inflation

Adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga disebabkan karena adanya kenaikan harga dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah.

b) Imported Inflation

Adalah inflasi yang terjadi dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga di luar negeri.

2. Berdasarkan Intensitas

a. Creeping Inflation

Adalah inflasi yang terjadi dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga di luar negeri. Creeping inflation merupakan inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung lambat ( merayap atau terjadi karena kenaikan harga yang perlahan-lahan ). Umumnya dialami oleh negara-negara sedang berkembang.

b. Hyper Inflation

Adalah inflasi yang sangat berat dan terjadi karena kenaikan harga yang umum berlangsung secara cepat.

(45)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009 a. Inflasi Ringan

Ini disebut juga creeping inflation yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per tahun.

b. Inflasi Sedang

Adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada antara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

c. Inflasi Berat

Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada antara 30- 100% per tahun. Pada kodisi demikian, sektor-sektor produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai oleh negara.

d. Inflasi Sangat Berat

Inflasi sangat berat disebut juga hyper inflation yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun, sebagaimana terjadi pada perang dunia II.

(46)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Ada 4 cara atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengendalikan laju inflasi hingga ke tingkat yang paling rendah dan paling aman bagi kinerja perekonomian dan struktur ekonomi kebijakan itu meliputi:

1) Kebijakan Moneter

Dalam ekonomi moneter dijelaskan bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Kebijakan ini dijalankan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat, sehingga terjadi keseimbangan antara: jumlah uang yang beredar dan jumlah output secara nasional. Untuk mengendalikan tingkat inflasi dan jumlah uang beredar, bank sentral menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter, yaitu:

Operasi Pasar Terbuka ( Open Market Operatinal )

(47)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

membeli. Agar semakin banyak SBI yang dijual, maka akan diturunkan tingkat bunga SBI.

Fasilitas Diskonto ( Discount Rate )

Bank sentral dapat memberi pinjaman terhadap bank umum yang mengalami kesulitan dana dalam rangka ekspansi kredit. Pinjaman oleh bank sentral kepada bank umum disebut juga fasilitas diskonto. Tingkat diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Dalam kondisi tertentu, yang mengalami kekurangan uang sehingga mereka harus meminjam uang kepada bank sentral. Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengurangi dan menambah jumlah uang beredar.

Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah menurunkan tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan demikian keinginan bank-bank umum untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya, bila ingin menahan laju pertambahan maka pemerintah menaikkan suku bunga pinjaman uang dari bank sentral sehingga pertambahan jumlah uang beredar dapat ditekan.

Giro Wajib Minimum ( Reserve Requirement Ratio )

(48)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

daya ekspansi kredit bank umum menurun dan jumlah uang beredar juga berkurang.

Imbauan Moral ( Moral Suasion )

Bank sentral dapat juga melakukan imbauan moral. Instrumen ini sangat kualitatif sifatnya dan tidak menuntut bank umum untuk menaatinya. Biasanya imbauan moral merupakan pernyataan bank sentral ( misalnya: oleh Gubernur BI ) yang bersifat makro untuk dijadikan masukan bagi bank-bank umum dalam pengelolaan aset dan kewajibannya.

2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi jumlah uang beredar agar inflasi dapat ditekan, yaitu sebagai berikut:

• Meningkatkan Pajak

Semakin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan masyarakat, maka semakin kecil konsumsi masyarakat dan diperkecil lagi oleh MPC masyarakat yang bersangkutan. Sehingga dengan naiknya pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan masyarakat akan menekan tingkat konsumsi, hal ini dapat juga menekan jumlah uang yang beredar.

Menekan Pengeluaran Pemerintah

(49)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

penjadwalan kembali proyek-proyek yang dianggarkan dalam APBN atau dibiayai oleh bantuan luar negeri.

• Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi

Dengan menetapkan deregulasi-deregulasi dalam perizinan serta kemudahan dalam pendistribusian barang sehingga mengakibatkan harga barang jadi turun atau paling tidak tetap, sehingga perekonomian tidak berada dalam keadaan inflasi.

3. Kebijakan Output

Jika output meningkat maka dampaknya akan menekan laju inflasi. Untuk meningkatkan jumlah output dapat dilakukan dengan menurunkan tarif pajak. Mengurangi pungutan yang berdampak pada biaya tinggi, menurunkan bea masuk barang impor dan debirokratisasi perizinan. Dengan bertambahnya output, harga dapat ditekan menjadi lebih murah. Jumlah uang beredar harus sebanding dengan output. Kondisi demikian dapat mencegah terjadinya inflasi.

4. Kebijakan Harga dan Indexing

(50)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dan atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menggunakan tiga variabel yang dianggap mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum, yaitu:

 Suku bunga LIBOR yaitu suku bunga internasional yang berlaku pada

(51)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

 Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yaitu suku bunga yang

ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam pengendalian jumlah uang beredar.

 Inflasi yaitu proses kenaikan harga-harga barang secara umum yang

berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama, yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat serta jatuhnya nilai riil mata uang.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan Bank Indonesia cabang Medan pada kurun waktu 1986-2005.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, dan laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data time series dalam kurun waktu selama 20 tahun (1986-2005).

(52)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Penulis mempergunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis, yaitu suatu pernyataan hubungan yang berlaku di antara suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi terhadap suku bunga deposito.

Dengan menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini menggunakan alat analisa ekonometrika, yaitu meregresikan variabel-variabel yang ada dengan Ordinary Least Square (OLS). Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisa statistik, yaitu persamaan regresi linear berganda.

Adapun model persamaannya adalah sebagai berikut: Y= f (X1, X2, X3)……….(1)

Kemudian dibentuk dalam metode ekonometrika dengan persamaan regresi linear berganda, yaitu sebagai berikut:

Y= + 1X1 + 2X2 + 3X3 + ………….(2)

Keterangan:

Y = Suku Bunga Deposito Berjangka (%) = Intercept

X1 = Suku Bunga LIBOR (%)

X2 = Suku Bunga SBI (%)

(53)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009 1, 2, 3 = Koefisien Regresi

= Error Term

Secara matematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:

, 0 1> ∂∂X

Y

artinya apabila suku bunga LIBOR (X1) mengalami kenaikan, maka (Y)

suku bunga deposito berjangka akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

artinya apabila suku bunga SBI (X2) mengalami kenaikan, maka (Y)

suku bunga deposito berjangka akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

artinya apabila tingkat inflasi (X3) mengalami kenaikan, maka (Y) suku

bunga deposito berjangka akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6 Test of Goodness Fit (Uji Kesesuaian)

1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1).

(54)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = bk…………bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b1 = 0………I = 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak. Artinya, variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F* =

R2= koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

n = jumlah sampel

3. Uji t-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

(55)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009 Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. artinya, tidak ada pengaruh variabel X1

terhadap Y.

Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

t* =

Sbi b

bi )

( −

Dimana:

bi = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

a. Multikolinerity

Multikolinerity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinerity dapat dilihat dari nilai R-Square, F-hitung, t-F-hitung, serta standard error.

(56)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada = 5%, = 10%, = 1%.

c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori. d) R2 sangat tinggi.

b. Autokorelasi

Autokorelasi terjadi bila error term ( ) dari waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila:

Variabel ( i. j) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu: a) Dengan memplot grafik.

b) Dengan Durbin-Watson (Uji D-Wtest).

D-hit =

(57)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Gambar 3.1 Uji Durbin-Watson

Dimana:

Dw < dl : tolak Ho (ada korelasi positif) Dw > 4-dl : tolak Ho (ada korelasi negatif) Du < Dw < 4-du : terima Ho (tidak ada korelasi)

dl ≤ Dw ≤ du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤ Dw ≤ (4-dl) : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

3.7 Defenisi Variabel Operasional

Inconclusive Inconclusive

Ho: Accept

(58)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

1. Suku bunga deposito berjangka adalah harga yang harus dibayar oleh pihak bank kepada masyarakat yang menabung uang dalam bentuk deposito selama periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam persentase. 2. Suku bunga LIBOR adalah suku bunga internasional yang berlaku pada

negara-negara maju (negara-negara industri). Digunakan sebagai acuan oleh antarbank pada negara-negara maju dan berkembang dalam upaya menarik modal yang dinyatakan dalam persentase.

3. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam upaya pengendalian jumlah uang beredar dan dinyatakan dalam persentase. 4. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara umum yang

(59)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Ekonomi Indonesia

(60)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

sebelumnya pada pertengahan tahun 1997 sampai 1998 dilanda krisis yang sangat serius.

Ekonomi Indonesia hingga triwulan III 2000, dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) 2000 atas harga konstan 1993, diperkirakan tumbuh sebesar 4,54%. Sedangkan menurut dasar harga berlaku Produk Domestik Bruto per kapita tahun 1999 tercatat sebesar Rp 5.436,4 ribu sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 1998 yaitu sebesar Rp 4.880 ribu.

Laju inflasi tahun 2000 mencapai 9,40% jauh lebih tinggi dibandingkan dari tahun 1999 yaitu sebesar 2,01%. Namun bila dibandingkan dengan laju inflasi tahun1998, masih jauh lebih rendah. Seiring dengan menurunnya laju inflasi tersebut, suku bunga deposito pun mulai membaik, dalam arti pada tingkat kewajaran yaitu sekitar 12,95%, padahal tahun sebelumnya (1998) sempat menembus angka hampir 50%. Kembalinya suku bunga pada tingkat kewajaran tersebut diharapkan berdampak pada bergairahnya kembali iklim usaha dan investasi di Indonesia.

(61)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

pertama Februari 2000. Selama Februari pergerakan nilai tukar rupiah terus mengalami naik turun. Bahkan sempat diperhatikan, sampai memasuki minggu keempat Maret 2000 pun rupiah masih goyah, meski belum memasuki kategori under valued dari taksiran APBN 2000 yang mematok 7.500 rupiah per dolar AS.

Sampai minggu terakhir April kemerosotan tidak dapat dihindari. Pada minggu tersebut rupiah mulai memasuki ambang batas nilai 8.000 rupiah per dolar AS. Diperkirakan apabila sudah melewati batas ini, rupiah akan sulit diperbaiki melalui perangkat moneter. Terbukti walaupun ada intervensi Bank Indonesia pada kondisi pasar saat itu ternyata tidak memberikan hasil.

Namun pada tahun berikutnya, kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2001 lebih rendah dibandingkan pada tahun 2000. Tingkat inflasi Indonesia selama tahun 2001 telah mencapai 12,55%, padahal untuk tahun sebelumnya hanya sebesar 9,40%. Tingginya tingkat inflasi tersebut dipacu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak pada pertengahan Juni 2001 yang diikuti oleh kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan pulsa telepon.

(62)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Pada tahun 2004 perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 5,13% dibanding tahun 2003. Pertumbuhan PDB ini lebih tinggi dari pertumbuhan yang ditargetkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dimana pertumbuhan PDB ditargetkan sebesar 4,8%.

Meningkatnya arus investasi masuk dianggap sebagai salah satu kontributor meningkatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2004 ini. Investasi merupakan salah satu faktor produksi sebagaimana tercermin melalui laju pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, investasi menjadi penggerak atau lokomotif kegiatan ekonomi nasional. Peningkatan investasi tahun 2004 ini, lebih didasari oleh meningkatnya tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia akibat kondisi ekonomi Indonesia yang mulai stabil.

Melalui indikator makro ekonomi, suku bunga juga merupakan faktor indikator terpenting yang mampu mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penurunan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dimana pergerakan suku bunga ini diikuti oleh suku bunga domestik lainnya berdampak bagi penurunan investasi, baik yang berasal dari dalam negeri (PMDN) maupun dari modal asing (PMA)

4.2 Perkembangan Jumlah Bank Umum di Indonesia

(63)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

melakukan serangkaian kebijakan berupa deregulasi di sektor riil dan moneter. Pada awal tahun 1980-an diluncurkan deregulasi perbankan yang pertama kali bersamaan dengan restrukturisasi ekonomi secara keseluruhan, terutama untuk memperbaiki sektor keuangan dan sektor produktif riil yang berorientasi ekspor. Deregulasi 1 Juni 1983 merupakan titik awal dari liberalisme ekonomi Indonesia yang mengikuti irama

”idiologi ekonomi” dunia yang cenderung menganut sistem pasar bebas.

Perubahan orientasi menuju ke arah penciptaan pasar bebas tersebut makin terdorong terutama sejak diluncurkannya Paket Deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto’88) dengan kebebasan pendirian bank-bank. Sejak Pakto’88 itulah pertumbuhan bank baik dari segi jumlah bank, volume usaha, kredit yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun mengalami perkembangan pesat. Akibatnya, tingkat persaingan antarbank semakin kuat.

Industri perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dan keberadaannya mutlak diperlukan dalam kegiatan dan pembangunan ekonomi. Lembaga ini berperan sebagai perantara keuangan yang melakukan pengerahan dana masyarakat, sekaligus menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit.

(64)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

pertumbuhannya makin menurun dan tidak secepat pada saat diberlakukannya kebijakan tersebut.

Paket kebijakan ini selain memberi fasilitas kemudahan kepada bank untuk menambah kantor operasionalnya, juga memberi keringanan penyetoran modal yakni hanya Rp 10 Milyar. Pemerintah juga memberikan kesempatan untuk mendirikan bank campuran, dengan persyaratan bahwa bank asing tersebut telah memiliki kantor perwakilan di Indonesia.

Hasil dari proses ini, yakni kehadiran kelembagaan yang tidak cukup kuat untuk mencapai tujuan ”pasarisasi” sektor keuangan atau perbankan itu sendiri, yakni efesiensi dan harga modal yang lebih rendah. Yang justru terjadi sebaliknya, yakni harga modal makin tinggi, seperti ditunjukkan oleh tingginya tingkat suku bunga sejak diberlakukannya Pakto’88 tersebut.

Modal disetor bagi bank campuran ditetapkan sebesar Rp 50 Milyar dan kepada pihak asing tersebut diberikan kesempatan penyetoran modal maksimum sebesar 85%, dan bank nasional sebagai mitranya sebesar 15%. Syarat untuk bank campuran pun tidak terlalu ketat sehingga begitu mudah untuk masuk ke dalam sektor keuangan di Indonesia pada saat itu.

(65)

Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum, 2007.

USU Repository © 2009

Tabel 4.1

Perkembangan Jumlah Bank Umum dan Jumlah Kantor

Gambar

Gambar 2.1 Teori Klasik Tentang Suku Bunga
Gambar 2.2 Tingkat Suku Bunga Keseimbangan
Gambar 2.3 Dampak Kenaikan Penawaran Uang
Gambar 2.4 Kurva Demand Full Inflation
+7

Referensi

Dokumen terkait

The result shows that the ancient buildings of palace, which are still maintained and kept in the originality until now, are the potentials of Karaton

difficulties in comprehending texts adopted from Hello Magazine faced by the second year students of SMK Diponegoro Salatiga. The model

Siswa dapat untuk mengikuti tahapan pembuatan topeng dan menguasai keterampilan membentuk dan mewarnai topeng dengan cukup baik. Siswa sedikit dibantu untuk mengikuti

untuk melakukan penelitian mengenai profil kecerdasan emosional atlet CA2 Futsal

Summary of change:  Change obligation of observedProperty parameter in GetObservation request from mandatory to optional and from ‘one or many’ to ‘zero or many’. Table

Dan tak lupa shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa iman dan islam kepada kita semua yang telah

Untuk mencapai tujuan ini, Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) dapat ikut berperan antara lain dalam meningkatkan daya saing ekonomi melalui: (1) ekonomi berbasis

PJPK tidak perlu mengjukan peniadaan pembagian atas kelebihan keuntungan ( claw back) dalam hal permohonan KSPI dijukan oleh Kementerian/Lembaga selaku Pengguna