• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Ibu yang Memiliki Anak Usia Sekolah Tentang Mengkonsumsi Makanan Empat Sehat Lima Sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Ibu yang Memiliki Anak Usia Sekolah Tentang Mengkonsumsi Makanan Empat Sehat Lima Sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 8 Revisi proposal

(2)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Perilaku ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

Oleh :

Mustafa Ahmad Juanda

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuiPerilaku ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas anda. Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan saudara menandatangani kolom dibawah ini.

Tanggal :

Nama :

(3)

KUESIONER PENELITIAN

PERILAKU IBU YANG MEMILIKI ANAK USIA SEKOLAH TENTANG MENGKONSUMSI MAKANAN EMPAT SEHAT LIMA SEMPURNA DI

KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN ASAHAN 2016

Nama/ inisial : Tanggal pengisian :

Berilah tanda ceklist (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda:

A. Kuesioner Data Demografi (KDD)

1. Jenis kelamin :

( ) Wanita

2. Usia :

( ) 1. 20-25 tahun

( ) 2. 26-30 tahun

( ) 3. 31-35 tahun

( ) 4. 36-40 tahun 3. Pendidikan terakhir :

( ) 1. SD

( ) 2. SMP

( ) 3. SMA

( ) 4. Sarjana

(4)

4. Suku :

( ) 1. Aceh

( ) 2. Batak

( ) 3. Melayu

( ) 4. Jawa

( ) 5. Lain-lain (sebutkan) :

5. Agama :

( ) 1. Islam

( ) 2. Kristen

( ) 3. Hindu

( ) 4. Budha

( ) 5. Lain-lain (sebutkan) : 6. Penghasilan Keluarga :

( ) 1. Rp. < 500.000

( ) 2. Rp. 500.000 – 1.000.000

( ) 3. Rp. 1.000.000 – 1.500.000

( ) 4. Rp. 1.500.000 – 2.000.000

(5)

B. Kuesioner Perilaku ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang

mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan

I. Pertanyaan dibawah ini adalah terkait tentang perilaku ‘Pengetahuan‘ pilihlah jawaban sesuai dengan pilihan jawaban tertera yang di bawah ini.

1. Apakah manfaat dari mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna? a. Sebagai sumber tenaga, pembangun dan pengatur

b. Sebagai asupan pokok yang bergizi dan menyehatkan c. Dapat mengenyangkan perut

2. Apakah jenis makanan empat sehat lima sempurna itu? a. Nasi,buah,sayur,lauk pauk, ikan,dan susu

b. Kentang, susu, gandum, dan sereal c. Sayuran, buah, daging, kedelai

3. Makanan empat sehat lima sempurna yaitu makanan yang mengandung? a. Karbohidrat, vitamin, protein dan lemak

b. Vitamin, mineral, karbohidrat, zat besi

c. Karbohidrat, vitamin, mineral, protein, lemak dan air

4. Apakah akibat jika seseorang kurang mengonsumsi makanan empat sehat lima sempurna?

a. Mudah sakit, pertumbuhan terhambat, kurang asupan gizi,cepat tua b. Mudah lapar, rambut rontok, tidak bersemangat, mudah lelah c. Mudah lapar, bodoh, cepat tua, kulit keriput, wajah pucat 5. Apa manfaat dari vitamin?

a. Sebagai antioksidan bagi tubuh

b. Sebagai sumber energi cadangan bagi tubuh c. Mencegah kulit kusam

6. Makanan apa saja yang mengandung karbohidrat? a. Beras, gandum, jagung

b. Kentang, oatmeal, bubur c. Ubi, singkong, gandum

7. Jenis sayuran manakah yang baik bagi tubuh?

(6)

a. Sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh b. Untuk menambah daya tahan bagi tubuh

c. Untuk mengaktifkan sel-sel jaringan pada tubuh

9. Apakah kriteria makanan empat sehat lima sempurna? a.Makanan bergizi yang mudah diserap tubuh b.Makanan sehat dan bergizi seimbang c.Makanan yang tidak mengandung nilai gizi

10. Bagaimana cara penyajian makanan empat sehat lima sempurna yang tepat bagi anak usia sekolah dasar?

a.Makanan disajikan semenarik mungkin b.Makanan disajikan sekadarnya saja c.Makanan disajikan sesuai kemauan anak

II. Pertanyaan dibawah ini adalah terkait tentang perilaku ‘Sikap‘ pilihlah jawaban sesuai dengan pilihan jawaban tertera yang di bawah ini.

Keterangan : ( ) SS : Sangat Setuju S : Setuju

R : Ragu-ragu TS : Tidak Setuju

No Peryataan SS S R TS

1 Makanan yang

(7)

2 Pemberian zat lemak berlebihan dengan tidak mengatur pola makan anak sangat baik untuk tumbuh kembangnya

3 Ubi dapat dijadikan

sebagai pengganti karbohidrat atau nasi

4 Anak yang tidak suka mengkonsumsi sayur daya tahan tubuhnya akan lebih baik daripada yang suka

mengkonsumsi sayur 5 Kandungan vitamin

banyak terdapat pada buah buahan

6 Pada anak yang alergi susu sapi maka susu almond atau susu kedelai dapat dijadikan sebagai pengganti dalam pemenuhan zat kalsium pada anak

(8)

8. Vitamin berperan penting sebagai zat antioksidan bagi tubuh 9. Daging, ikan, susu dan telur merupakancontoh makanan yang

mengandung protein 10 Sayur-sayuran yang baik

(9)

III. pertanyaan dibawah ini adalah terkait tentang perilaku ‘Tindakan‘ pilihlah jawaban sesuai dengan pilihan jawaban tertera yang di bawah ini. Saya memberikan makanan empat sehat lima sempurna kepada

anak setiap hari

Saya menjelaskan kepada anak jika ia minum susu maka akan menambah tinggi badannya

Saya menyediakan berbagai kue yang mengandung glukosa sebagai pengganti karbohidrat yang mengandung glukosa Saya membuat susu setiap hari sebagai pemenuhan zat kalsium pada anak

saya memasak sayuran berwarna hijau seperti bayam, brokoli, kangkung, dan sawi, yang banyak mengandung klorofil sebagai antidioksidan dan mempengaruhi sistem imun Saya menyajikan lauk pauk seperti daging, ikan, ayam, keju, telur yang mengandung banyak protein kepada anak

(10)

Saya menyajikan nasi sebagai sumber utama untuk pemenuhan zat karbohidrat pada anak

Saya menyajikan aneka makanan yang banyak mengandung protein pada anak setiap hari

(11)

4.5 Instrumen Penelitian

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi pengetahuan Pengetahuan Ibu yang Mempunyai Anak Usia Sekolah tentang Mengkonsumsi Makanan 4 Sehat 5 Sempurna (n=68)

Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi sikap ibu dalammelakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah (n=68)

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Pengetahuan Baik

Cukup Total

36 32 68

52,9% 47,1% 100,0

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Sikap

(25)

Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi tindakanibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah (n=68) Positif

Total

62

68

91,2%

100,0

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tindakan Baik

Cukup Total

26 42 68

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Baliwati, F, Y, Ali Khomasan dan C.M Dwiriani, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Penerbit Penebar Swadaya.

Benajir, C. 2014. Skripsi: Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak di Yayasan AL – FATAH Serang.

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope. Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat. Jenderal. Kinerja Dua Tahun Kementerian Kesehatan. Republik Indonesia tahun 2009-2011.

Lestari, T. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Penerbit Nuha Medika. Jakarta. Muttaqin, A dan Sari, K. 2009. Asuhan Keperawatan perioperatif Konsep, Proses,

dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Muzaham, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka. Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo,s. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Rahmawati. 2013. Skripsi : Pengaruh Strategi Mean – Ends Analisis Dalam Meningkatkan Kemampuan Koneksi, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP.

(27)

Rosa, Revida. Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Jajanan Serta Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar di Depok dan Sukabumi(Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor ; 2011.

Uswatun Munawaroh. 2004. Skripsi: Pola Makan Anak Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Di Kota Yogyakarta.

Wardani, I.G.A.K. Wihardit, K. Nasution, N Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.

(28)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu yang memiliki

anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.

Perilaku ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan 4

sehat 5 sempurna ini dikategorikan dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan dan dinilai dengan tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk untuk

pengetahuan dan tindakan, dan dinilai dengan 2 kategori yaitu positif dan negatif untuk

sikap. Hal ini dapat dilihat dari kerangka konsep dibawah ini:

Skema 3.1. Kerangka Penelitian

Perilaku ibu sekolah makanan 4 sehat

5 sempurna

Tindakan ibu dalam memberikan anak usia sekolah makanan 4 sehat

(29)
(30)

makanan 4 sehat 5 sempurna

anak usia sekolah makanan 4 sehat 5 sempurna

(31)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu desain penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi

tentang perilakuibu yang

memilikianakusiasekolahtentangmengkonsumsimakananempatsehat lima sempurna di KecamatanSimpangEmpatKabupatenAsahan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suyanto, 2011). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak sekolah dasar kelas 4, 5 dan 6 di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan yaitu sebanyak 211 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

n = N Nd2+ 1

Keterangan:

(32)

n: besarnya sampel

d: tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 5%

n = 211

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakanjenis metode proportional random sampling yaitu pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan cara mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). Didapatkan jumlah sampel sebanyak 68 orang, adapun besar dan jumlah pengambilan sampel untuk masing-masing angkatan dengan menggunakan rumus:

Tabel 4.2.2 Proporsi Sampel Penelitian

(33)

6 6B 40 40

211X 68 = 13

TOTAL 68 Siswa

4.3 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di SDN 010035. Pemilihan di SDN 010035 sebagai tempat penelitian dikarenakan SD tersebut merupakan yang memberikan fasilitas atau pelayanan yang cukup memadai. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2016.

4.4 Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan surat permohonan kepadaDinas Pendidikan kabupaten Asahan, SDN 010035 Kecamatan simpang empat kabupaten Asahan dan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian, peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan etik, yaitu : Informed consent atau lembar persetujuan, anonimity, dan confidentialty.

Peneliti menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta manfaat penelitian. Selanjutnya lembar persetujuan diserahkan kepada subjek yang akan diteliti.Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Peneliti tidak memaksa calon responden yang menolak dan tetap menghormati hak-haknya.

(34)

kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner dari Susiana pada tahun 2007 yang telah dimodifikasi oleh peneliti padapenelitianini instrument terdiridariduabagianyaitu, padabagianpertamaberupatentangKuesioner Data Demografi (KDD) meliputi, jeniskelamin. Dengan bentuk pernyataan positif yang terdiri dari tiga komponen. Tiga komponen terdiridari pernyataan tentang perilaku pengetahuan,sikap dan perilaku tindakan. Pada komponen pertama yaitu perilaku pengetahuan yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan 3 alternatif jawaban a, b dan c. Komponen yang kedua yaitu perilaku sikap yang terdiridari 10 pernyataan dengan jawaban pilihan SS (sangatsetuju), S (setuju), R (ragu-ragu) dan TS (tidaksetuju). Komponen yang ketiga yaitu tentang perilaku tindakan terdiri dari 10 pernyataan dengan pilihan jawaban YA dan TIDAK.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas

(35)

bermakna (construct validity). Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti semua pertanyaan yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur (Notoadmojo, 2010).Instrumen empat sehat lima sempurna dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas oleh dosen Fakultas Keperawatan USU.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2010).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan kepada 30 responden yang berada di SDN 010027. Suatu instrument dikatakan reliabel bila nilai reliabilitasnya >0,70 (Polit&Beck, 2012). Hasil uji reliabilitas dari 10 pertanyaan kuesioner penelitian pengetahuan responden menggunakan KR-21 adalah 0,76, uji reliabilitas dari 10 pernyataan kuesioner sikap responden menggunakan Cronbach Alpha adalah 0,77 dan uji reliabilitas dari 10 pernyataan kuesioner penelitian

tindakan responden menggunakan KR-21 adalah 0,76. 4.7 Pengumpulan Data

(36)

bersamaan dengan waktu pengambilan rapor di SDN 010035 Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan. Pada saat orang tua siswa telah selesai melakukan pengambilan rapor, peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian ini. Calon responden yang bersedia berpartisipasi mengikuti penelitian, diminta untuk menandatangani informed consent dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami. Dalam penelitian peneliti dibantu oleh 2 orang asisten penelitian. Waktu pengisian kuesioner tiap responden dilakukan selama 10 – 20 menit. Responden yang tidak mampu mengisi sendiri dibantu oleh peneliti dengan cara membacakan kuesioner. Setelah selesai pengisian, peneliti mengambil lembar kuesioner kemudian memeriksa kelengkapan data dan jawaban. Jika ada data yang kurang lengkap diklarifikasi kembali kepada responden untuk dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisa. 4.8 Analisa Data

4.2.1 Analisa Univariat

(37)

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel.

Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap berikut: 1. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada pertanyaan penelitian kuesioner.

2. Pemasukan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer untuk diolah dan dianalisis melalui program komputer.

3. Pengecekan Data (Cleaning)

(38)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan tentang Gambaran perilaku ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan yang telah dilaksanakan pada tanggal24 Juni 2016dengan jumlah responden sebanyak 68 orang yang terdiri dari orangtua siswa kelas 4, 5, dan 6 di SDN 010035. Selanjutnya penyajian hasil data penelitian meliputi karakteristik responden, pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia sekolah tentang makanan 4 sehat 5 sempurna, sikap ibu yang mempunyai anak usia sekolah dalam memberikan makanan 4 sehat 5 sempurna, tindakan ibu yang mempunyai anak usia sekolah dalam memberikan makanan 4 sehat 5 sempurna, dan perilaku ibu yang mempunyai anak usia sekolah dalam memberikan makanan 4 sehat 5 sempurna.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik Responden

(39)

jumlah 17 (25%). Sebanyak 47 orang responden beragama islam dan 21 orang beragama Kristen. Pekerjaan yang paling banyak adalah lain-lain dengan jumlah 27 (39,7%). Penghasilan keluarga yang paling banyak adalah dibawah UMR dengan jumlah 45 (66,2%).

(40)

5.1.2 Pengetahuan Ibu yang Mempunyai Anak Usia Sekolah tentang Mengkonsumsi Makanan 4 Sehat 5 Sempurna

Pengetahuan responden tentang mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuesioner yang meliputi 10 pernyataan. Pengetahuan responden dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: baik, cukup dan kurang. Hasil pengumpulan data menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna berada di kategori baik 36 orang (52,9%) dan cukup 32 orang (47,1%). Untuk lebih jelas tentang gambaran Pengetahuan Ibu yang Mempunyai Anak Usia Sekolah tentang Mengkonsumsi Makanan 4 Sehat 5 Sempurna dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi pengetahuan Pengetahuan Ibu yang Mempunyai Anak Usia Sekolah tentang Mengkonsumsi Makanan 4 Sehat 5 Sempurna (n=68)

5.1.3 Sikap Ibu yang Mempunyai Anak Usia Sekolah dalam Mengkonsumsi Makanan 4 sehat 5 Sempurna

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

(41)

Sikap responden dalam melakukan memberikan makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab penyataan kuesioner yang meliputi 10 pernyataan. Sikap responden dalam melakukan memberikan makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu: positif dan negatif. Hasil pengumpulan data menunjukkan jumlah responden dalam memberikan makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah yang memiliki sikap yang tergolong positif sebanyak 62 orang (91,2%) dan responden yang memiliki sikap yang tergolong negatif sebanyak 6 orang (8,8%).Untuk lebih jelas tentang gambaran sikapresponden dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi sikap ibu dalammelakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah (n=68)

5.1.4 Tindakan ibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Sikap

Negatif Positif

Total

6 62 68

8,8% 91,2%

(42)

Tindakan ibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuesioner yang meliputi 10 pernyataan. Tindakan ibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: baik, cukup dan kurang. Dari hasil penelitian ini ibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah yang memiliki tindakan dalam kategori baik 26 orang (38,2%) dan 42 orang (61,8%) memiliki tindakan dalam kategori cukup. Untuk lebih jelas tentang gambaran tindakanibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi tindakanibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah (n=68)

5.1.5 Perilaku ibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tindakan Baik

Cukup Total

26 42 68

(43)

Tabel 5.1.5Distribusi frekuensi Perilaku ibu dalammelakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah (n=68)

Perilaku ibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolahdinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan dengan 10 pertanyaan pengetahuan, 10 pertanyaan sikap dan 10 pertanyaan tindakan. Perilaku responden dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: baik, cukup dan kurang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 39 orang (57,4%).

5.2 Pembahasan

5.2.1. Gambaran Karakteristik Responden

1. Usia

Responden dalam penelitian ini terdiri dari usia 25-40 tahun, dengan jumlah terbanyak yaitu usia 25-35 tahun dengan jumlah 50 orang (73,6%).

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Perilaku Baik

Cukup Total

39 29 68

(44)

Penelitian yang dilakukan oleh Yamnur, M (2008) menunjukkan bahwa usia ibu merupakan salah satu karakteristik yang berpengaruh pada pola pengasuhan dan pertumbuhan anak termasuk dalam konsumsi makanan pada anak. Hal ini didukung oleh penelitian Sinambela (2005) yang meneliti pola pengasuhan dan pertumbuhan anak balita di Kecamatan Medan Belawan memperlihatkan hasil bahwa, semakin tua umur ibu maka semakin baik pola pengasuhan dan pengawasan terhadap anak terutama dalam hal makanan yang dikonsumsi oleh anak.

2. Pendidikan

Responden dalam penelitian ini terdiri dari pendidikan SD, SMP, SMA/SMK, Sarjana, dan lain-lain, dengan jumlah terbanyak yaitu pendidikan SMA/SMK dengan jumlah 27 orang (39,7%).

Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjaadi proses pertumbuhan, perkembangan, perubahan kea rah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang sehingga dapat menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 1996).

(45)

Pendidikan formal ibu akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi kemampuan ibu untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan nonformal terutama melalui televisi, surat, radio, dan lain-lain.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sudiyanto dan Sekartini (2005), bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh status pendidikannya untuk menentukan kualitas pengasuhan terhadap anak. Pendidikan ibu yang rendah serta corak asuh yang miskin akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemenuhan gizi pada anak.

3. Pekerjaan

Responden dalam penelitian ini memiliki pekerjaan yang terdiri dari PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Petani/Buruh, dan lain-lain dengan jumlah terbanyak yaitu Petani/Buruh dan Ibu rumah tangga dengan jumlah 27 orang (39,7%).

Perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah tangga memiliki peran majemuk dalam keluarga, ditambah lagi jika memilki aktivitas lain di luar rumah seperti bekerja, walaupun bekerja di luar rumah wanita tidak lepas dari kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Dalam hal ini dituntut tanggung jawabnya kepada suami, anak dan anggota keluarga lainnya (Singarimbun, 1988).

(46)

banyak pada ibu yang bekerja di luar rumah yaitu 83,3%. Dari hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan

pemenuhan gizi pada anak.

Dalam kondisi dengan ibu bekerja seringkali melibatkan orang lain untuk mengurus anaknya. Anak yang diasuh oleh orang lain seringkali mengalami masalah salah satunya kurang peduli mengenai pemberian makanan anak yang menyebabkan kebutuhan gizinya kurang memadai sehingga pertumbuhannya terganggu.

Hal ini sesuai dengan penelitian Sinambela (2005) yang meneliti Pola Pengasuhan dan Pertumbuhan anak Balita di Kecamatan Medan Belawan memperlihatkan hasil bahwa anak yang pertumbuhannya baik ditemukan pada ibu yang tidak bekerja (43,24%) dibandingkan dengan ibu yang bekerja (40,54%).

4. Penghasilan Keluarga

Responden dalam penelitian ini memiliki penghasilan <Rp. 1.811.875 dan >Rp.1.811.875, dengan jumlah terbanyak yaitu dengan penghasilan <Rp.1.811.875 dengan jumlah 45 orang (66,2%). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yamnur, M (2008) terlihat bahwa pemenuhan gizi anak yang tergolong tidak normal lebih banyak pada keluarga yang berpendapatan sedang yaitu 67,7%. Dari hasil uji chi-Square menunjukkan bahwa pendapatan berhubungan dengan pemenuhan gizi pada anak.

(47)

Adanya ketidakmampuan kepala keluarga dalam memenuhi kecukupan gizi bagi anak, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya sehingga berdampak pada pertumbuhan gizi anak.

5.2.1. Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Usia Sekolah Tentang Mengkonsumsi Makanan Empat Sehat Lima Sempurna.

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Teori Bloom (1908) yang dikutip dalam notoatmodjo (2003) membedakan perilaku dalam 3 domain perilaku yaitu: Pengetahuan(Knowledge), Sikap (Attitude), dan Tindakan.

Pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner berisi sepuluh pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu di kategorikan baik dengan jumlah 36 orang (52,9%) . Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatma (2010) terhadap ibu balita di DKI Jakarta bahwa pengetahuan ibu terhadap indikator gizi balita baik.

(48)

5.2.2.Gambaran Sikap Ibu Yang Memiliki Anak Usia Sekolah Tentang Mengkonsumsi Makanan Empat Sehat Lima Sempurna.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ibu memiliki sikap yang positif dalam memberikan makanan empat sehat lima sempurna pada anak usia sekolah. Tidak sejalan dengan penelitian Rakhmawati (2013) dengan total sampel sebanyak 65 orang sebanyak 76,9% ibu memiliki sikap yang buruk dalam pemberian makanan pada anak usia sekolah. Namun sejalan dengan hasil penelitian Benajir (2014) dengan total sampel sebanyak 38 orang ibu yang memiliki anak usia sekolah, sebanyak 66,7% ibu memiliki sikap yang baik dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak.

Sedangkan menurut penelitian Wardany dan Sumaryani (2012) dengan total sampel 36 orang, tidak ada 42% memiliki sikap yang cukup dalam memenuhi kebutuhan gizi pada anak usia sekolah. Hasil penelitian yang berbeda-beda menunjukkan bahwa sikap ibu terhadap anak usia sekolah berberbeda-beda-berbeda-beda perihal pemberian makanan empat sehat lima sempurna pada anak usia sekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa respon ibu terhadap pemberian makanan empat sehat lima sempurna pada anak usia sekolah berbeda-beda.

5.2.3.Gambaran Tindakan Ibu Yang Memiliki Anak Usia Sekolah Tentang Mengkonsumsi Makanan Empat Sehat Lima Sempurna.

(49)

penelitian Sari (2009) dengan total sampel 54 orang sebanyak 40 orang (74,1%) ibu memiliki tindakan yang baik dalam pemberian nutrisi pada anak usia sekolah. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Lestari (2016) yang menyatakan bahwa ibu akan berupaya membiasakan anak untuk mengkomsumsi makanan sehat pada anak.

Pernyataan lestari didukung oleh penelitian penelitian Uswatun Munawaroh (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan anak di rumah meliputi peran ibu dalam memperoleh makanan, cara makan anak dan jenis makanan. Peran ibu dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Peran ibu tersebut mempengaruhi cara memperoleh makanan untuk keluarga yaitu dengan cara memasak dan membeli. Cara makan anak di rumah yaitu anak makan bersama keluarga, makan secara mandiri dan makan disuapi. Jenis makanan yang dikonsumsi sanak dirumah ditentukan oleh cara ibu memperoleh makanan yaitu tingkat kesukaan anak terhadap jenis makanan tertentu.

5.2.3.Gambaran Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Usia Sekolah Tentang Mengkonsumsi Makanan Empat Sehat Lima Sempurna.

(50)
(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap ibu yang memiliki anak usia sekolah di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan didapatkan hasil bahwa perilaku responden sebagian besar berada dalam kategori baik. Berdasarkan kategori pengetahuan umumnya responden memiliki pengetahuan yang baik, sikap dalam kategori positif dan tindakan dalam dalam kategori cukup.

6.2 SARAN

6.2.1. Tenaga Kesehatan

Bagi pihak tenaga kesehatan puskesmas, disarankan memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan empat sehat lima semprna untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai makanan bergizi seimbang.

6.2.2 Sekolah

Bagi pihak sekolah disarankan menyelenggarakan catering khusus untuk snack atau makanan jajanan yang sehat.

6.2.3. Siswa

(52)

6.2.4.

Peneliti Selanjutnya

(53)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).

Sebab itu semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia, mempunyai aktivitas yang menggambarkan kehidupan masing-masing. Aktivitas manusia sangat kompleks, secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yakni:

a. Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya berjalan, bernyanyi, tertawa, menangis, dan sebagainya.

b. Aktvitas-aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain, misalnya berpikir, berfantasi, berencana, dan sebagainya.

(54)

a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya: makanan lezat akan menimbulkan nafsu makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional, misalnya: mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih, mendengar berita suka atau gembira akan menimbulkan rasa sukacita, dan sebagainya.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respon. Misalnya: apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah suatu respon terhadap gaji yang cukup (stimulus), kemudian karena kerja baik tersebut juga menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan.

2.1.2.Jenis Perilaku

Berdasarkan teori “S-O-R” (Stimulus – Organisme – Respon) menurut Skinner, maka perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

(55)

terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh: Ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri adalah domain pengetahuan (knowledge). Kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya dimana tempat periksa kehamilan yang dekat, yang selanjutnya kecenderungan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, inilah yang disebut domain sikap (attitude).

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar (observable behavior). Contoh: seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke puskesmas

atau ke bidan praktik, seorang penderita TB Paru minum obat anti TB Paru secara teratur, seorang akan menggosok gigi setelah makan, dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut adalah berbentuk tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktis.

Skema 2.1 Teori S-O-R

(Notoadmodjo, 2010) Stimulus Organisme

Respon Tertutup: 1. Pengetahuan 2. Sikap

(56)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon terhadap stimulus (practice) merupakan overt behavior.

2.1.3. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang sama disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given (bawaan). Misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor (faktor internal dan eksternal). Benyamin Bloom

(57)

(psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan penglihatan. Menghasilkan pengetahuan dengan baik sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap suatu objek.

Pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu, dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan seperti: apa tanda- tanda anak yang kurang gizi, bagaimana cara memberantas sarang nyamuk, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

(58)

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus melakukan 3M tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, maka ia akan dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan atau membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya: dapat membedakan antara antara nyamuk Aedes aegypti dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

(59)

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulannya.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya: seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-(senang-tidak setuju, baik-(senang-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950, dalam Notoadmodjo 2010) mendefinisikan sikap itu sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap ini melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan lainnya.

(60)

tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi perilaku (reaksi tertutup).

Sikap terdiri dari empat tingkatan yang berdasarkan intensitasnya, yakni: a. Menerima (receiving)

Menerima disini berarti orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil, dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang antenatal care di lingkungannya.

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai disini berarti subjek atau seseorang yang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut mendiskusikan dengan suaminya, atau mengajak tetangganya untuk sama- sama ikut penyuluhan.

d. Bertanggungjawab (responsible)

(61)

berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Misalnya seorang ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan antenatal care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya atau diomeli mertuanya karena meninggalkan rumah.

3. Tindakan atau praktik (practice)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik), maka sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Misalnya seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa kehamilan itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dia sudah ada niat (sikap) untuk periksa kehamilan. Agar sikap meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang mudah dicapainya. Apabila tidak, maka kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya.

Praktik atau tindakan ini dibedakan menjadi tiga tingkatan, yakni:

a. Respon terpimpin (guided response)

Praktik terpimpin terjadi apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menungggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

(62)

selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diperiksa kesehatannya tanpa harus menunggu perintah atau tanpa harus diingatkan.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas. Misalnya seseorang menggosok gigi bukan hanya sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik- teknik yang benar.

2.2. Makanan yang Termasuk Kedalam Empat Sehat Lima Sempurna

2.2.1. Pengertian Makanan Empat Sehat Lima Sempurna

Makanan empat sehat lima sempurna adalah makanan yang mengandung karbohidrat (nasi), protein (lauk-pauk), mineral dan serat (sayur-sayuran), vitamin (buah-buahan), kalsium (susu).

2.2.2. Karbohidrat

(63)

negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein.

Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam. Definisi Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen, dan pada umumnya unsur hidrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari -hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanyadijumpai di dalam susu.

Klasifikasi karbohidrat yang terdapat pada makanan dapat dikelompokkan Available Carbohydrate (karbohidrat yang tersedia), yaitu karbohidrat yang dapat

dicerna,diserap sertadimetabolismesebagai karbohidrat. Unvailable arbohydrate (karbohidrat yang tidak tersedia), yaitu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan manusia, sehingga tidak dapat diabsorpsi.

• Penggolongan karbohidrat yang paling sering dipakai dalam ilmu gizi berdasarkan jumlah molekulnya adalah :

(64)

2. Disakarida - Sukrosa - Maltosa - Laktosa

3. Polisakarida - Amilum - Dekstrin - Glikogen - Selulosa

Monosakarida karbohidrat yang paling sederhana (simple sugar), oleh karena tidak bisa lagi dihidrolisa. Monosakarida larut di dalam air dan rasanya manis, sehingga secara umum disebut juga gula. Penamaan kimianya selalu berakhiran -osa. Dalam Ilmu gizi hanya ada tiga jenis monosakarida yang penting yaitu, glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup, jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencernaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa.

Glukosa dijumpai di dalam aliran darah (disebut kadar gula darah) dan berfungsi sebagai penyedia energi bagi seluruh sel-sel dan jaringan tubuh. Pada keadaan fisiologis kadar gula darah sekitar 80-120 mg %. Kadar gula darah dapat meningkat melebihi normal disebut hiperglikemia, keadaan ini dijumpai pada penderita Diabetes Mellitus. Fruktosa disebut juga gula buah ataupun levulosa. Merupakan jenis sakarida yang paling manis, banyak dijumpai pada mahkota bunga, madu dan hasil hidrolisa dari gula tebu. Di dalam tubuh fruktosa didapat dari hasil pemecahan sukrosa.

(65)

Sukrosa adalah gula yang kita pergunakan sehari-hari, sehingga lebih sering disebut gula meja (table sugar) atau gula pasir dan disebut juga gula invert. Mempunyai dua molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sumber tebu (100% mengandung sukrosa), ubi ungu, gula nira (50%), selai, jelly. Maltosa Mempunyai dua molekul monosakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa. Di dalam tubuh maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum, lebih mudah dicerna dan rasanya lebih enak dan nikmat. Dengan jodium amilum akan berubah menjadi warna biru.

• Fungsi karbohidrat

Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna dan tekstur. Fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah:

1. Fungsi utamanya sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Sebagian dari karbohidrat diubah langsung menjadi energi untuk aktifitas tubuh, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan di otot. Ada beberapa jaringan tubuh seperti sistem syaraf dan eritrosit, hanya dapat menggunakan energi yang berasal dari karbohidrat saja.

2. Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi.

(66)

utamanyasebagai zat pembangun. Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus, maka keadaan kekurangan energi dan protein tidak dapat dihindari lagi.

3. Membantu metabolisme lemak dan protein dengan demikian dapat mencegah terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan.

4. Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu. 5. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh.

Laktosa misalnya berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa merupakan komponen yang penting dalam asam nukleat.

6.Selain itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung serat dietary fiber berguna untuk pencernaan, memperlancar defekasi.

2.2.3. Protein (Lauk – Pauk)

Istilah protein diperkenalkan pada tahun 1830-an oleh pakar kimia Belanda bernama Mulder, yang merupakan salah satu dariorang-orang pertama yang mempelajari kimia dalam protein secarasistematik. Ia secara tepat menyimpulkan peranan inti dari proteindalam sistem hidup dengan menurunkan nama dari bahasa Yunaniproteios, yang berarti “bertingkat pertama”. Protein merupakanmakromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari sel.Protein menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama darisistem komunikasi antar sel serta sebagai katalis berbagai reaksibiokimia di dalam sel. Karena itulah sebagian besar aktivitas penelitianbiokimia tertuju pada protein khususnya hormon, antibodi dan enzim.

(67)

Di dalam sel, protein terdapat baik pada membranplasma maupun membran internal yang menyusun organel sel sepertimitokondria, retikulum endoplasma, nukleus dan badan golgi denganfungsi yang berbeda-beda tergantung pada tempatnya.Protein-proteinyang terlibat dalam reaksi biokimia sebagian besar berupa enzim.

• Fungsi dan Peranan Protein

Protein memegang peranan penting dalam berbagai prosesbiologi. Peran-peran tersebut antara lain:

1. Katalisis enzimatik

Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis olehenzim dan hampir semua enzim adalah protein

2. Transportasi dan penyimpanan

Berbagai molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik.Misalnya transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobindan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin.

3. Koordinasi gerak

Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein.Contoh lainnya adalah pergerakan kromosom saat proses mitosis.

4. Penunjang mekanis

(68)

5. Proteksi imun

Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapatmengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus,bakteri dan sel dari organisme lain. 6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf

Respon sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh olehprotein reseptor. Misalnya rodopsin adalah protein yang sensitifterhadap cahaya ditemukan pada sel batang retina. Contoh lainnyaadalah protein reseptor pada sinapsis.

7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi

Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diaturoleh protein faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhansaraf mengendalikan pertumbuhan jaringan saraf. Selain itu,banyak hormon merupakan protein Sumber Protein.

Menurut Sloane, (2004). Protein lengkap yang mengandung semua jenis asam aminoesensial, ditemukan dalam daging, ikan, unggas, keju, telur, susu, tumbuhan berbiji, suku polong-polongan, dankentang.Protein tidak lengkap ditemukan dalam sayuran, padi-padian,dan polong-polongan.

2.2.4. Mineral dan Serat (Sayur – sayuran)

(69)

tumbuhan yang dapat dimakan dan dijadikan sayur adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur.

Sayur sayuran merupakan makanan sehat yang cukup penting kita perhatikan untuk mencegah berbagai penyakit. Contoh: kangkung, sawi, lobak,

kacang panjang, tomat, bayam, brokoli, kol, daun ubi, wortel, dan sebagainya. Kandungan gizi sayur-sayuran adalah mineral dan serat.

Sayur-sayuran yang baik bagi tubuh adalah sayuran yang berwarna hijau seperti bayam, brokoli, kangkung, dan sawi, sayur-sayuran hijau banyak mengandung zat hijau daun atau klorofil yang berfungsi sebagai antidioksidan dan mempengaruhi sistem imun. Sayur- sayuran hijau banyak mengandung sulfarophane, isothiocynate. Fungsi kedua zat ini adalah meransang komponen pemecah unsur kimia penyebab kanker.

• Sawi: sawi mengandung zat hijau karena dapat menyehatkan tulang, mencegah kanker, baik untuk diabetes, menyehatkan kulit dan rambut membantu tidur dan suasana hati. Sayuran sawi memiliki vitamin K yang mengandung folat, thiamin, niacin fosfor dan kalium.

(70)

• Kubis, brokoli, kembang kol: memiliki kandungan tinggi indoles, kandungan ini memiliki perlindungan anti kanker seperti kanker usus dan payudara. Sayuran brokoli dan kembang kol juga memiliki flavonoid yang berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh.

Manfaat secara umum adalah:

• sumber serat yang baik : mengkosumsi sayuran setiap hari dapat membantu pencernaan dan melancarkan pembuangan kotoran di dalam tubuh. Serat pada sayuran berfungsi menyerap air ekstra dalam usus sehingga dapat mencegah wasir dan sembelit.

• Anti kanker : sayuran memiliki kandungan indoles yang merupakan zat pelindung anti kanker. Sayuran merupakan sumber antidioksidan bagi tubuh yang berfungsi mengurangi risiko kanker

• Protein dan asam amino : Asam amino banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti bayam, dan kacang-kacangan. Asam amino berfungsi mengganti sumber protein yang hilang

2.2.5. Vitamin (Buah – buahan)

(71)

Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak maupun protein, yang memiliki peranan vital uutuk berjalannya fungsi tubuh yang normal, meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil. Vitamin adalah zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena berperan mambantu proses metabolisme tubuh yang normal. Beberapa vitamin tidak dapat dibuat tubuh dalam jumlah cukup, sehingga harus dilengkapi dari bahan pangan, kecuali vitamin D. Defisiensi vitamin tertentu akan menyebabkan berkembangnya suatu sindrome yang spesifik untuk tiap-tiap vitamin. Beberapa vitamin tidak diperlukan dalam diet, dikarenakan vitamin-vitamin tersebut dapat disintesis sendiri dengan bantuan miklofora usus.

• Kandungan vitamin banyak terdapat di buah-buahan. Contohnya : manga, rambutan, manggis, papaya, jambu biji merah.

Menurut Aswatini (2008) Konsumsi Sayur dan Buah di Masyarakat dalam Konteks Pemenuhan Gizi Seimbang. Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPK-LIPI), Jakarta. Buah adalah organ pada pertumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah ovarium. Buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam suatu acara makan atau dapat dimakan kapan saja untuk mendapatkan rasa manis. Buah biasanya dimakan mentah, tetapi dapat juga diolah atau diawetkan

(72)

• Manfaat buah warna hijau: buah hijau mengandung vitamin C, beta karoten, folat dan kalsium. Fungsi dari vitamin yang terkandung pada buah berwarna hijau adalah menurunkan kolesterol, mendukung kesehatan mata, menormalkan waktu percernaan dan melawan radikal bebas.

• Buah warna kuning: mengandung beta karoten, kalium dan vitamin c. Kalium pada buah berfungsi menurunkan tekanan darah tinggi dan melancarkan metabolisme tubuh. Buah berwarna kuning juga efektif melawan kanker.

• Buah warna ungu: buah ungu mengandung magnesium untuk melancarkan pencernaan dan memurunkan kadar kolesterol. Buah berwarna ungu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mencegah peradangan.

• Buah warna merah: warna merah pada buah mengandung asam ellagic dan hesperidin yang berfungsi mencegah kanker serta menghambat radikal bebas.

2.2.6. Kalsium (susu)

Susu berasal dari sumber protein hewani, fungsinya sangat baik bagi pertumbuhan tulang dan meningkatkan energi. Selain susu dari protein hewani, juga ada susu dari protein nabati yakni susu kedelai. Jika Anda memiliki kelebihan berat badan, dapat mengkonsumsi susu rendah lemak.

(73)

• susu kedelai: susu kedelai mengandung kandungan lemak jenuh yang rendah. Susu kedelai dapat membantu program diet dan cocok dijadikan susu pengganti susu sapi.

• susu kambing: susu kambing mengandung 170 kalori, 10 gram lemak dan 27 mg kolesterol. Susu kambing memiliki anti alergi yang baik bagi tubuh. • Susu sapi: susu sapi memiliki kalori yang sangat banyak yakni 80-150 kalori. Bagi wanita susu sapi baik untuk menambah energi saat PMS juga dapat mengurangi stres di akhir hari.

2.3. Peran dan Fungsi Orang Tua Dalam Upaya Pemenuhan Gizi Seimbang Anak

2.3.1. Pengertian Peran

Peran adalah perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagistruktursosial.Dalam hal ini maka, kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian diri pada suatu proses. Menurut Notoadmojo, (2003).Peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.

(74)

2.3.2. Peran Orang Tua

Sejak dalam kandungan peran orangtua sangatlah penting, orangtua harus mencukupi gizi anak dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Balita menderita gizi buruk, baru akan diketahui saat anak berusia satu sampai lima tahun, anak harus menerima asupan makanan seimbang. Jika berat badan anak kurang, maka asupan gizi harus diperbanyak sesuai kebutuhan. Anak-anak usia 0-5 tahun diperlukan kekreatifan orangtua memberikan asupan makanan. Anak harus diberikan air susu ibu (ASI) ekslusif selama enam bulan, setelah enam bulan sampai anak berumur satu tahun dikenalkan dengan makanan kasar.

Gizi buruk biasa terjadi dikalangan masyarakat ekonomi rendah namun bukan mustahil, masyarakat ekonomi atas juga mengalami gizi buruk. Orangtua harus menyiasati menu makanan anak yaitu dengan makanan yang berfariasi misalnya setiap hari menunya berbeda. Masyarakat kurang mampu yang tidak bisa membeli daging, telur atau ikan, bisa menggantinya dengan tahu, tempe, toge atau jenis makanan lainnya yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat yang sama. Rata-rata, anak kecil tidaksuka makan sayuran. Orangtua bisa menyuguhkan makanan yang anak suka dengan disisipkan makanan protein misalnya bayam bisa dibungkus dengan telur.

2.4. Peran Orang Tua Dalam Upaya Pemenuhan Gizi Seimbang Anak

(75)

individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran keluarga sangatlah penting bagi anak usia sekolah, terutama terhadap status gizi mereka. Adapun perannya adalah sebagai pendidik dan penyedia.

Anak-anak sekolah pada umumnya berperilaku makan yang tidak sehat dan mereka makan supaya tidak lapar. Tetapi pilihan makanan mereka masih berubah-ubah. Tetapi pada kenyataannya masih banyak orang tua kurang memperhatikan status gizi anak, khususnya pada orang tua yang sibuk bekerja di luar mereka hanya memberikan uang saku tanpa membekali makanan yang bergizi dari rumah.

Mereka terpengaruh iklan makanan dan makanan ringan yang kelihatan menarik tetapi miskin gizi. Mereka makin sering makan di luar, karena itu orang tua harus lebih memperhatikan gizi anak dan memberikan gizi yang seimbang dan tidak membiasakan anak jajanan di luar.

(76)
(77)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 1950 oleh Bapak Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat Depkes dalam rangka melancarkan gerakan sadar gizi. Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena disamping kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu membantu absorpsi susu di dalam saluran cerna (Almatsier, 2009).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian, disebutkan bahwa di negara berkembang setiap tahun terjadi 12 juta kematian anak bawah lima tahun. Dan hampir 70 % penyebab kematian tersebut disebabkan oleh lima penyakit yaitu pneumonia, diare, malaria, campak, dan masalah gizi buruk.

Menurut pemerintah, angka kemiskinan pada 2006 mengalami penurunan, dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Namun, data dari Departemen Kesehatan (Depkes), menyatakan anak balita yang terkena gizi buruk melonjak dari 1,8 juta (2005) menjadi 2,3 juta anak (2006). Selain itu lebih dari 5 juta balita terkena gizi kurang. Lebih tragis lagi, dari seluruh korban gizi kurang dan gizi buruk tadi, sekitar 10% berakhir dengan kematian.

(78)

hampir semua zat gizi yang terkandung didalam susu bermutu tinggi. Protein dan lemak susu memiliki daya cerna yang tinggi, kandungan vitamin dan mineralnya juga relatif lengkap sehingga susu memiliki peranan signifikan dalam meningkatkan kualitas gizi. Dengan mengetahui besarnya manfaat susu bagi kesehatan tubuh maka sudah seharusnya jika masyarakat mulai membudidayakan minum susu sejak sekarang., (Khomsan, 2004).

Menurut riset konsumsi susu negara kita merupakan yang terendah di Asia tenggara, Indonesia hanya mengkonsumsi susu sebesar 7,7 liter per kapita per tahun, ini berarti tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara Malaysia yang mencapai 25 liter, bahkan lebih rendah dari Vietnam yang mencapai 8,5 liter per kapita per tahun Khomsan,(2004). Sedangkan pada tahun 2011, tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia 11 liter per kapita per tahun (Kemenkes RI, 2011).

Tingkat gizi masyarakat dapat merupakan tolak ukur dari kemajuan program pembangunan suatu Negara. Karena itu, program pemerataan perbaikan gizi merupakan langkah penting yang perlu dikembangkan ( Depkes RI,1995).

(79)

mengkonsumsi makanan (Depkes RI, 1997).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Berdasarkan hasil Susenas 1993 menyatakan bahwa konsumsi sumber karbohidrat kompleks sangat tinggi, konsumsi sayuran sangat rendah, konsumsi buah sangat rendah, konsumsi lauk pauk sangat rendah (Depkes RI, 1995).

Perilaku konsumsi pangan merupakan perwujudan dari kebiasaan makan yang tumbuh berkembang dalam proses sosialisasi keluarga dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sedikit banyaknya memberi pengaruh.

Ketersediaan pangan keluarga tergantung pada tingkat pendapatan untuk mengolah dan membeli pangan. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang tingkat pendapatannya rendah perlu usaha untuk meningkatkan pendapatan serta pembangunan sumber daya manusia.

(80)

bersama dalam keluarga, pembiasaan makan yang seimbang gizinya, tidak membiasakan makanan-makanan atau minuman manis, membiasakan banyak makan buah-buahan atau sayuran diantara waktu-waktu makan. Lingkungan sekolah dapat membentuk kebiasaan makan bagi anak-anak. (Rosa, 2011).

Bagi anak sekolah, meninggalkan sarapan membawa dampak yang kurang menguntungkan. Konsentrasi belajar di sekolah bisa buyar karena tubuh tidak memperoleh masukan gizi yang cukup. Sebagai gantinya, anak jajan di sekolah untuk sekedar mengganjal perut tetapi mutu dan keseimbangan gizi jadi tidak terjamin.

(81)

informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan masyarakat khususnya ibu tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari beberapa faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan anak.

Peningkatan pengetahuan dan praktek ibu rumah tangga tentang menu empat sehat lima sempurna, harusnya seiring dengan peningkatan perilaku berupa tindakan dalam penyusunan makanan dengan menggunakan bahan makanan yang beraneka ragam dalam menu makanan keluarganya.

Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu konsumsi makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi anak. Sasaran program ini adalah mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan benar (Depkes RI, 1995). Namun pedoman yang masih umum yang terdapat pada masyarakat khususnya ibu adalah pedoman empat sehat lima sempurna, dimana makanan yang dikonsumsi terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, buah dan susu. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

1.2 Rumusan Masalah

(82)

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

2. Mengetahui sikap ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

3. Mengetahui tindakan ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan untuk dijadikan bahan masukan dan memberikan informasi bagi guru dalam penerapan empat sehat lima sempurna yang memiliki anak usia sekolah.

2. Bagi Ibu

(83)
(84)

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan Nama : Mustafa Ahmad Juanda

NIM : 121101105

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2016

ABSTRAK

Konsumsi makanan yang mengandung empat sehat lima sempurna merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan seseorang dalam rangka pemeliharan atau peningkatan kesehatannya dan untuk mencegah terjadinya penyakit. Namun, masih banyak orang yang mengabaikan gizi seimbang karena berbagai alasan seperti kesibukan dalam pekerjaan yang mengharuskan Ibu menitipkan anak mereka pada pengasuh sehingga pemenuhan gizi pada anak tersebut tidak terpenuhi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan perilaku ibu yang mempunyai anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan. Populasi pada penelitian ini sebanyak 211 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling dengan jumlah sampel 68orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2016. Instrumen penelitian adalah kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam memberikan makanan empat sehat lima sempurna kepada anak mereka yang dalam usia sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 39 responden (57,4%) memiliki perilaku baik. Berdasarkan pengetahuan 36 responden (52,9%) memiliki pengetahuan baik, dan cukup 32 responden (47,1%). Responden memiliki sikap positif tentang sejumlah 62 responden (91,2%) dan memiliki sikap negatif 6 responden (8,8%). Sedangkan berdasarkan tindakan sebanyak 42 orang (61,8%) memiliki tindakan dalam kategori cukup dan baik 26 orang (38,2%). Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi ibu tentang penerapan empat sehat lima sempurna.

(85)
(86)

Mengkonsumsi Makanan Empat Sehat Lima Sempurna

Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan

SKRIPSI

Oleh :

Mustafa Ahmad Juanda

121101105

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSTITAS SUMATERA UTARA

(87)
(88)
(89)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan

anugerahNya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “perilaku

ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat

lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan”sebagai Tugas

Akhir guna meraih gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada

Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan kealam

yang terang benderang.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada

AyahandaABD Harrisdan Ibunda Masbonyang telah mengasuh dan memberikan

kasih sayang serta do’a dan restunya kepada penulis yang tiada ternilai dan

kepada penulis yang selalu memberikan dukungan, saran dan motivasi kepada

penulis.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan, saran, bantuan serta doa. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S,Kep, Ns, M.Kep sebagai Wakil Dekan I Fakultas

Gambar

Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi pengetahuan Pengetahuan Ibu yang
Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi tindakanibu dalam melakukan pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna kepada anak usia sekolah (n=68)
Tabel 4.2.2 Proporsi Sampel Penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Perilaku Ibu yang Mempunyai Anak Usia Sekolah Dasar Tentang Empat Sehat Lima Sempurna (n=68)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

tanggaf *3 Septer*ber 2$1?, dengan ini diumurnkan FJmenang Kegiatan Fengadaan peningkatan dan perbaikan saruIna dan prasarana Puskesmas, Fusfesmas pembantu den Jaringannya

11) peserta berbentuk badan usaha harus memperoleh paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 10/PBJ-Kons-Pd/IV.40/2012 tanggal 7 September 2012 Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Dinas Pendidikan Kota Bandar

dapat mengajukan sanggahan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan Barangfiasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo pada jam kerja. Batas waktu sanggahan selama

2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak atau cabang

PGAS mengakuisisi Pertagas dengan nilai Rp16,6 trilliun. 50% dana akusisi tersebut berasal dari kas internal, sedangkan sisanya dari hutang jangka panjang. Setelah akuisisi,

Theoretical Approaches to explaining first language