• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Kertas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Kertas"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1. Lampiran I

Kromatogram

2.Lampiran II

Gambar

(3)

b. Gambar larutan standart

(4)
(5)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan (Cetakan Pertama). Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Cahyadi, W. (2009). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dirjen, POM. (1995). Farmakope Indonesia (Edisi IV). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hardjono, S. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.

Hughes, C. C. (1987). The Additives Guide. New York: John Willey & Sons. Nugraheni, M. (2014). Pewarna Alami. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Pangan.

Praja, D. (2015). Zat Aditif Makanan Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta: Garudhawaca.

Puspitasari, L. (2001). Analisis Bahaya dan Pencegahan Keracunan Pangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syah, d. (2005). Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor:

Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian Bogor.

Widodo, J. (2008). Mengenal Minuman Ringan Berkarbonasi (Soft Drink). http://pustakapanganku.blogspot.com/2012/02/mengenal-minuman-ringan-berkarbonasi.html.

Winarno, F. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yazid, E. (2005). Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI. Yuliarti, N. (2007). Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Jakarta: PT

(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Kertasdilakukandi Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan (BARISTAND), Jalan Sisingamangaraja.No.24 Medan 20217.

3.2 Alat

a. Gelas Piala 250 mL

b. Gelas Piala 100 mL

c. Batang Pengaduk Kaca d. Hot Plate

e. Chamber f. Oven

g. Water Bath (Pemanas Air) h. Botol Aquadest

(7)

3.3 Bahan

a. Asam Asetat Glasial p.a (aq) b. Benang Wol bebas lemak (s) c. Asam Asetat 6% (aq)

d. Larutan Standart Zat Warna Makanan (aq) e. Amonia NH4OH (aq) 0,1 N

f. Larutan Elusi BAW (campuran Butanol-AsamAsetat glacial-Water (4:5:1)) (aq)

g. Kertas Saring Whatman No.1 (S) h. Aquadest (l)

3.4 Sampel

I. Nama Contoh : Minuman Nutri Sari

Pemerian :

-Bentuk :Serbuk

-Rasa :American Sweet Orange -Warna :Kuning

-Berat :14 g

No.Reg :BPOM RI MD 667010767007

Nama Perusahaan : PT.Nutrifood Indonesia

II. Nama Contoh : Minuman Kuku BimaENER-G!

Pemerian :

(8)

-Rasa : Anggur -Warna : Ungu -Berat : 4,5 g

No.Reg :POM SD041217181

Nama Perusahaan :PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul

III. Nama Contoh : Minuman POP ICE Es Blender

Pemerian :

-Bentuk :Serbuk -Rasa : Strawberry -Warna : Merah Muda -Berat : 25 g

No.Reg : BPOM RI MD 66703103500

Nama Perusahaan : PT. FORISA NUSAPERSADA

3.5 Prosedur Percobaan

3.5.1 Prinsip Percobaan

(9)

3.5.2 Prosedur Kerja

a. Dimasukkan Minuman Ringan secukupnya kedalam gelas piala 250 mL. b. Dilarutkan dengan aquadest hingga larut.

c. Dimasukkan benang wol bebas lemak kedalam contoh yang telah dipersiapkan tadi.

d. Dipanaskan diatas penangas air diatas api sambil diaduk selama 10 menit. e. Diambil benang wol

f. Dicuci berulang-ulang dengan air hinggabersih

g. Dimasukkan benang wol kedalam gelas piala 100 ml, tambahkanlarutan ammonia encer

h. Dipanaskan diatas penangas air hingga zat warna pada benang wol luntur. i. Diambil benang wol dan saring, larutan berwarna tersebut diuapkan diatas

penangas air hingga pekat

j. Hasil pekatan ditotolkan diataskertas saring Whatman No.1dan totolkan zat pembanding yang sesuai

k. Dimasukkan kertas saring Whatman No.1 kedalam chamber yang terlebih dahulu dijenuhkan dengan uap elusi BAW

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Penentuan Zat Warna

Pemeriksaan zat pewarna buatan dilakukan pada 3 sampelyaitu Minuman Ringan. Sampel tersebut diambil dari beberapa penjual yang ada di wilayah Kota Medan. Sampel dibawa ke Laboratorium MMHP (Minuman dan Makanan serta Hasil Pertanian) untuk penentuan jenis zat pewarna dengan menggunakan metode kromatografi kertas.Hasil Pemeriksaan dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam Minuman RinganSecara Kromatografi Kertas

No Sampel Warna Minuman Jenis Zat Pewarna Keterangan

1 Minuman Ringan Nutri

Merah Muda Karmoisin Diizinkan

3 Minuman Ringan Kuku Bima Energi Anggur

Ungu Karmoisin Diizinkan

Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 3 sampel yg diidentifikasi, semuanya positif mengandung zat pewarna sintetis yang diizinkan.

4.2 Pembahasan

(11)

yang mengalami perubahan pada saat atau proses pengolahan, memberi warna paada makanan yang tidak berwarna agar keliatan lebih menarik.

Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 menunjukkan bahwa dari 3 sampel yang diuji, semua sampel tersebut mengandung pewarna sintetis yang diizinkan. Adapun jenis zat pewarna yang diizinkan adalah Sunset Yellow, Tartrazine, dan Karmoisin. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi kertas,hal ini dikarenakan cara tersebut lebih praktis dalam menidentifikasi bahan pewarna dalam makanan dan minuman secara spesifik.

Dalam analisis ini digunakan fase gerak BAW (Butanol-Asam Asetat Glasial-Water) dengan perbandingan 4:2:2. Digunakan fase gerak ini karena fase diamnya berupa serat selulosa yang bersifat polar, maka fase gerak yang digunakan harus bersifat polar. untuk mengetahuibahan pewarna yang terdapat dalam minuman ringan, maka diperlukan beberapa larutan standart zat warna makanan.

Sunset Yellow merupaka jenis pewarna jingga sintetik yang sangat mudah larut dalam air, dan menghasilkan larutan jingga kekuningan yang biasa digunakan pada produk fermentasi yang telah mengalami proses pemanasan.

Tartrazine merupakan pewarna kuning lemon yang umum digunakan sebagai pewarna makanan di Afrika, Swedia, dan Indonesia.

(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Kertas dapat disimpulkan bahwa Seluruh sampel yang diperiksa menggunakan pewarna sintetis yang diizinkandi Indonesia menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 yaitu Jenis Sunset Yellow, Tartrazine, dan Karmoisin.

5.2 Saran

1) Bagi konsumen diharapkan agar sebaiknya lebih memilih dan menggunakan produk yang memiliki label pada kemasannya.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Minuman Ringan

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol,

merupakanminumanolahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetis yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu minuman ringan dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi (non karbonasi). Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman yang dibuat dengan menambahkan CO2 dalam air minum, sedangkan minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi (Cahyadi,2009)

(14)

2.2 Bahan Tambahan Pangan

Bahan Tambahan Pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.(Praja,2015)

Menurut Puspitasari (2001), Bahan Tambahan Pangan adalah senyawa (atau campuran berbagai senyawa) yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dan minuman dalam proses pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama.

Tujuan penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya Bahan Tambahan Pangan (BTP) dapat dibagi menjadi dua golongan besar sebagai berikut :

1. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran,cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.

(15)

pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam makanan yang dikonsumsi (Cahyadi,2009)

2.2.1. Kelompok Bahan Tambahan Pangan (BTP)

2.2.1.1 . BahanTambahan Pangan yang Diizinkan

Berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pangan, pengelompokkan BTP yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.772/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut :

1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.

Contoh : amaranth, Ind-Igotine,dan Nafthol Yellow.

2. Pemanis Buatan,yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak memiliki gizi.

Contoh : sakarin, siklamat, dan aspartame.

3. Pengawet yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat terjadinya fermentasi, pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.

Contoh : asam asetat, asam propionate dan asam benzoate.

(16)

5. Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah menggumpalnya makanan serbuk, tepung, atau bubuk.

Contoh : kalium silikat

6. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu BTP yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.

Contoh :Monosodium Glutamate (MSG).

7. Pengatur Keasaman (Pengasam, penetral, dan pendapar), yaitu BTP yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat asam makanan

Contoh : agar, alginate, lesitin dan gum.

8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga memperbaiki mutu pemanggangan .

Contoh : asam askorbat dan kalium bromat.

9. Pengemulsi, pemantap, dan pengental, yaitu BTP yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan sistem disperse yang homogeny pada makanan

10.Pengeras yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah lunaknya makanan

Contohnya : kalsium sulfat, kalsium klorida, dan kalsium glukonat. 11.Sekuestan, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang terdapat dalam makanan, sehingga memantapkan aroma, warna, dan tekstur

(17)

12.BTP lain yang termasuk bahan tambahan pangan tapi tidak termasuk golongan diatas

Contoh : enzim, penambah gizi dan humektan.

2.2.1.2. Bahan Tambahan Pangan yang Tidak Diizinkan

a) Natrium Tetraborat (Boraks) b) Formalin (Formaldehyd)

c) Minyak nabati yang dibrominasikan (Brominated Vegetable Oils) d) Kloramfenikol (Chlorampenicol)

e) Kalium Klorat (Pottasium Chlorate)

f) Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC) g) Nitrofuranzon (Nitrofuranone)

h) P-Phenitilkarbamidap-Phenethycarbamide,Dulcin, 4-ethoxphenyl) i) Asam Salisilat dan garamnya

Selain bahan tambahan diatas masih ada tambahan kimia lain yang dilarang seperti Rhodamin B (Pewarna Merah), Methanyl Yellow ( Pewarna Kuning), dulsin (Pemanis Sintetis), dan kalsium bromat (pengeras). (Cahyadi, 2006)

2.3 Pewarna Bahan Pangan

(18)

dibuat oleh industri besar.Hampir setiap makanan dan minuman olahan telah dicampur dengan pewarna sintetis.Penggunaannya secara terus menerus (berlebihan) dapat membahayakan kesehatan.Penggunaan pewarna sebenarnya boleh saja selama dalam jumlah terbatas. Namun demikian,apabila pewarna yang digunakan adalah pewarna nonmakanan, misalnya pewarna tekstil atau kertas ataupun pewarna makanan, tetapi dalam jumlah yang berlebihan, tentulah akan membahayakan kesehatan konsumen.(Yuliarti,2007)

Penambahan bahan pewarna pada makanan bertujuan untuk membuat makanan lebih menarik.Kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis.Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa member warna yang stabil pada produk pangan. Dengan demikian, produsen bisa menggunakan banyak pilihan warna untuk menarik minat konsumen(Syah dkk,2005)

2.3.1. Pembagian Zat Pewarna Makanan

Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP), yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis.

2.3.1.1. Pewarna Alami

(19)

telah dapat dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya, zat pewarna ini bebas dari prosedur sertifikasi dan termasuk daftar yang telah tetap (Winarno,1992)

Banyak sekali bahan alami yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan, diantaranya karoten, riboflavin,kobalamin, kunir, paprika, dan caramel, mioglobin, hemoglobin, anthosianin, flavonoid, tanninbetalain, quinon, dan xanton. Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang besar sekalipun, berbeda dengan pewarna sintetis yang demi keamanan penggunaannya harus dibatasi (Yuliarti,2007)

Ciri-ciri warna alami pada produk pangan : a. Konsentrasi pigmen rendah (warna agak suram).

b. Seringkali memberikan rasa khas yang tidak diinginkan. c. Mudah larut dalam air.

d. Stabilitas pigmen rendah.

e. Keseragaman warna kurang baik.

f. Spectrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis. g. Membutuhkan waktu lama untuk meresap kedalam produk.

h. Mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan.

(20)

2.3.1.2 . Pewarna Sintetis

Di Negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut permitted color atau certified color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut. (Yuliarti,2007)

Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014% dan timbale tidak boleh lebih dari 0,001%, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada.(Winarno,1992)

Ciri-ciri pewarna sintetis antara lain :

a. Warna cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan.

b. Tidak mudah larut dalam air.

c. Membutuhkan bahan pewarna lebih sedikit, karena dalam konsentrasi rendah sudah mampu mewarnaidengan baik.

(21)

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722, terdapat beberapa jenis bahan pewarna sintetis yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia.Jenis bahan pewarna sintetis yang diizinkan di Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 1, sedangkan bahan pewarna sintetis yang dilarang di Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2.1.Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia

Pewarna Biru Berlian Brilliant Blue FCF: CI 42090 Secukupnya

Eritrosin

Food red 2 Eritrosin:

CI 45430 Secukupnya

Hijau FCF

Food red 14 Fast green

FCF: CI 42053 Secukupnya

Hijau S

Food green 3 Green S:

CI Food 44090 Secukupnya Indigotin Green 4 Indigotin:CI

Food

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

Tabel 2.2Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia

Bahan Pewarna

(22)

(C.I.No) Magenta (Basic Violet No. 14) 42510 Chrysoidine (Basic Orange No. 2) 11270 Butter Yellow (Solvent Yellow No. 2) 11020 Sudan I (Food Yellow No. 2) 12055 Methanil Yellow (Food Yellow No. 14) 13065 Auramine (Ext. D & C Yellow No. 1) 41000 Oil Oranges SS (Basic Yellow No. 2) 12100 Oil Oraanges XO (Solvent Oranges No. 7) 12140 Oil Yellow AB (Solvent Oranges No. 5 11380 Oil Yellow OB (Solvent Oranges No. 6) 11390 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

(23)

1. Dye

Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilen glikol, gliserin, atau alkohol, sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dye tidak dapat larut. Dye terdapat dalam bentuk bubuk, butiran, pasta maupun cairan. Penggunaannya tergantung dari kondisi bahan, kondisi proses dan zat pewarnaannya sendiri. Zat pewarna dye terbagi menjadi empat kelompok, yaitu azo dye, tryphenylmethane dye, fluorescein dan sulfonated indigo (Winarno,1992)

Pada umumnya penggunaan dye dilakukan untuk mewarnai roti dan kue, produk-produk susu, minuman ringan, minuman berkarbonat dan lain-lain. Konsentrasi pemakaian tidak dibatasi secara khusus, tetapi di Amerika Serikat disarankan agar digunakan dengan memperhatikan Good Manufacturing Practices (GMP), yang pada prinsipnya dapat digunakan dalam jumlah yang tidak melebihi keperluan untuk memperoleh efek yang diinginkan, jadi rata-rata kurang dari 300 ppm. Tetapi dalam praktiknya ternyata digunakan konsentrasi 5-600 ppm. (Cahyadi,2009)

2. Lake

(24)

Kandungan dyes dalam lakes disebut pure dyes contents (pdc). Lakes umumnya mengandung 10-40% dyes murni. Sesuai dengan sifatnya yang tidak larut dalam air, maka zat pewarna ini digunakan untuk produk-produk yang tidak boleh kena air. Dibandingkan dengan dye, maka lake pada umumnya bersifat lebih stabil terhadap cahaya, kimia dan panas sehingga harga lake umumnya lebih mahal daripada harga dye. (Cahyadi, 2006)

2.3.2. Tujuan Penambahan Zat Pewarna

Menurut Syah dkk (2005), kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa member warna yang stabil pada produk pangan. Beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan:

1. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara, atautemperature yang ekstrim akibat proses pengolahan dan penyimpanan.

2. Memperbaiki variasi alami warna. Jeruk yang matang dipohon misalnya sering disemprotkan pewarna Citrus Red No.2 untuk memperbaiki warnanya yang hijauburik atau orange kecoklatan. 3. Membuat identitas produk pangan. Identitas es krim Strawberry

adalah merah..Permen rasa mint akan berwarna hijau muda sementara rasa jeruk akan berwarnahijau yang sedikit tua.

(25)

2.4 Efek Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan

Menurut Cahyadi (2009), zat warna diabsorbsi dari dalam saluran pencernaan makanan dan sebagian dapat mengalami metabolisme oleh mikroorganisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung ke hati, melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Zat warna yang dimetabolisme dan dikonjugasi di hati, selanjutnya ada juga yang ke empedu memasuki jalur sirkulasi enterohepatik. Zat warna azo yang larut dalam air diekskresi secara kuantitatif melalui empedu, sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpsi sempurna tanpa metabolisme dalam usus, melainkan dimetabolisme dalam hati oleh azo-reduktase membentuk amin primer yang sesuai, atau dapat juga dihidrolisis, atau diikat oleh protein-protein hati. Senyawa yang merupakan metabolit polar cepat dieliminasi lewat urine. Beberapa senyawa azo, terurai pada ikatan azo-nya membentuk aminonaftol.

(26)

hiperaktif pada anak-anak dan Ponceau SX dapat mengakibatkan kerusakan sistem urin, kemudian dapat memicu timbulnya tumor (Yuliarti, 2007)

Efek kronis yang disebabkan oleh zat warna azo yang dimakan dalam jangka waktu lama menyebabkan kanker hati. Selain senyawa-senyawa azo lain mengakibatkan kanker walaupun efeknya lebih kecil dan waktunya lebih lama. Para ilmuwan pada umumnya mempergunakan zat warna azo dalam penelitiannya, karena hampir 90% dari bahan pewarna pangan terdiri dari zat warna azo (Cahyadi, 2009).

Zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan disebut zat beracun. Banyak zat-zat kimia yang beracun pada dosis besar dan tidak beracun pada dosis yang kecil. Kecenderungan zat-zat berbahaya yang menyebabkan kanker pada manusia menjadi perhatian publik pada saat ini (Hughes, 1987)

2.5.Analisis Bahan Pewarna Sintetis secara Kromatografi Kertas.

2.5.1 Pengertian Kromatografi.

Kromatografididefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi , partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.

(27)

pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam bertindak sebagai zat penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel, dan resin penukar ion, serta dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak.(Dirjen POM,1995)

2.5.2. Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon, dan Martin yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorpsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserapdiantara struktur pori kertas.

(28)

Kertas dipotong memanjang sesuai ukuran bejana yang akan digunakan. Kertas yang dipakai adalah kertas Whatman no.1 dengan kerapatan sedang .Sejumlah cuplikan lebih kurang 1 µl diteteskan menggunakan mikropipet pada jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas yang sudah diberi garis horizontal dengan pensil. Spot noda yang terbentuk dikeringkan, lalu kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sudah dijenuhkan dengan pelarut yg sesuai untuk dikembangkan. Penjenuhan dilakukan selama 24 jam sebelum analisis (Yazid, 2005)

Bila akan melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-hal seperti berikut harus mendapatkan perhatian:

a. Metode (penaikan, penurunan atau mendatar) b. Macam dari kertas

c. Pemilihan dan pembuatan pelarut (fase bergerak) d. Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih

e. Pembuatan cuplikan f. Waktu pengembangan

g. Metoda deteksi dan identifikasi

Di samping sifat-sifat dari kertas dan pelarut, ada faktor-faktor utama yang mempengaruhi pemisahan yaitu suhu, besarnya bejana, waktu pengembangan dan arah dari aliran pelarut (Hardjono, 1985).

Menurut Hardjono (1985), dalam mengidentifikasi noda-noda dalam kertas sangat lazim menggunakan harga Rf (Retordation factor) yang didefinisikan sebagai:

(29)

Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini dicapai ketika solut mempunyai perbandingan distribusi dan faktor retensi sama dengan 0 yang berarti senyawa bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimum Rf adalah 0 dan ini teramati jika senyawa tertahan pada posisi titik awal dipermukaan fase diam (Rohman, 2007).

Menurut Hardjono (1985), ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf, yaitu:

1.Pelarut.

Disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf.

2.Suhu.

Perubahan dalam suhumerubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran. 3.Ukuran dari bejana.

Volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi memengaruhi kecepatan penguapan dari koponen-komponen pelarut dari kertas. 4.Kertas.

Pengaruh utama kertas pada harga-harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yangberbeda untuk macam-macam kertas.

5.Sifat dari campuran.

(30)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi meyebabkan perubahan yang sangat besar dalam hal pengolahanpangan. Pada saat sekarang ini, banyak bahan bahan yang di tambahkan kedalam makanan dan minuman untuk berbagai tujuan. Bahan-bahan yang ditambahkan kedalam makanan tersebut disebut Bahan Tambahan Makanan (BTM).

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah aman (bebas dari cemaran biologis, mikrobiologis, kimia, logam berat, dan cemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan, membahayakan kesehatan manusia), bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.772/Menkes/Per/IX/88 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi dalam pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan.

(31)

murah.Kecenderungan ini seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan.Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk makanan dan minuman, atau dikarenakan tidak adanya penjelesan dalam label yang melarang penggunaan bahan tersebut untuk bahan pangan.(Cahyadi, 2006)

Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan, terutama berbagai produk jajan pasar dan makanan olahan yang biasanya sengaja dilakukan untuk membuat makanan dan minuman berkalori rendah yang ditujukan untuk penderita diabetes mellitus.(Yuliarti, 2007)

Salah satu produk makanan dan minuman yang paling sering ditambahkan zat warna adalah Minuman Ringan. Minuman tersebut sangat digemari masyarakat karena warnanya yang menarik. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti zat warna yang yang terdapat pada minuman ringan dengan judul “

Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam Minuman Ringan Secara

Kromatografi Kertas ” . Adapun pengujian ini dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan.

(32)

1.2 Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan adalah apakah zat warna yang digunakan pada minuman ringan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.772/Menkes/Per/IX/88

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penentuan zat pewarna sintetis dalam minuman

ringan adalahuntuk menentukan Jenis pewarna sintetis Pada Minuman Nutri Sari Rasa Jeruk, Kuku Bima Rasa Anggur, Pop Ice Rasa Strawberry.

1.4 Manfaat

1. Dapat mengetahui jenis-jenis zat pewarna sintetis yang di izinkan dan dilarang menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.772/Menkes/Per/IX/88.

(33)

PENENTUAN ZAT PEWARNA SINTETIS DALAM MINUMAN RINGAN SECARA KROMATOGRAFI KERTAS

ABSTRAK

Pewarna sintetis pada umumnya terbuat dari bahan-bahan kimia. Bahan pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan pun harus dibatasi jumlahnya. Karena pada dasarnya, setiap bahan kimia yang masuk kedalam tubuh akan menimbulkan efek negatif pada tubuh. Hal ini sebanding dengan zat warna sintetis yang ada di dalam minuman ringan. Penentuan zat warna sintetis pada minuman ringan bertujuan untuk mengetahui apakah minuman ringan yang diedarkan dipasaran mengandung zat warna sintetis atau tidak. Sehingga perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui jenis zat pewarna yang digunakan. Adapun sampel diambil secara acak yang dijual di pasaran yaitu Minuman ringan berwarna kuning, biru, dan merah. Analisis zat pewarna dilakukan dengan Metode Kromatografi Kertas di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari 3 sampel yang diperiksa, semuanya positif mengandung zat pewarna yang diizinkan yaitu Sunset Yellow, Tartrazine, dan Karmoisin.

(34)

DETERMINATION OF SYNTHETIC DYES SUBSTANCE IN SOFT DRINK BY CHROMATOGRAPHY PAPER

ABSTRACT

Synthetic dyes are generally made from chemicals. Material synthetic dyes that may be used for food must be limited in number. Because, basically, any chemicals that enter the body will have a negative effect on the body. It is comparable to a synthetic dye that is in soft drinks. Determination of synthetic dye on soft drinks aims to determine whether the soft drinks were circulated in the market contain synthetic colors or not. So that needs to be tested to determine the type of dye used. The samples are taken randomly being sold in the market that soft drink light yellow, blue, and red. Analysis dyes done with Paper Chromatography Method in the Research and Standardization Industri Medan. The test results showed that of the three samples tested, all of them positive for the permitted dyes Sunset Yellow, Tartrazine, and Carmoisin

(35)

PENENTUAN ZAT PEWARNA SINTETIS DALAM MINUMAN RINGAN SECARA KROMATOGRAFI KERTAS

TUGAS AKHIR

MUHAMMAD FAJAR 132401156

PROGRAM STUDI D- 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(36)

PENENTUAN ZAT PEWARNA SINTETIS DALAM MINUMAN RINGAN SECARA KROMATOGRAFI KERTAS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

MUHAMMAD FAJAR 132401156

PROGRAM STUDI D- 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(37)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam

Minuman Ringan Secara Kromatografi Kertas

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Muhammad Fajar

Nomor Induk Mahasiswa : 132401156

Program Studi : Diploma III (D3 Kimia)

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Agustus 2016

Diketahui

Program Studi D-3 Kimia

Ketua Prodi Dosen Pembimbing

(38)

PERNYATAAN

PENENTUAN ZAT PEWARNA SINTETIS DALAM MINUMAN RINGAN SECARA KROMATOGRAFI KERTAS

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil tugas akhir saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing dari referensi yang disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2016

(39)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas akhir ini

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah Penentuan Zat Pewarna Sintetis

Dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Kertas” yang dibuat untuk memenuhi persyaratan akademis di Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar kelulusan Ahli Madya pada program Diploma-III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapat bimbingan , bantuan dan dukungan baik moril maupun spiritual dari berbagai pihak . Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr.Marpongahtun,M.Sc selaku Pembantu Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr.Rumondang Bulan Nst,MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra.Emma Zaidar Nst,Msi selaku Ketua Program Studi D-III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

4. Ayahanda Alhamra, Ibunda Sri Chasnawati dan Abangda Handrian Siregar tercinta yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini 5. Bapak dan Ibu beserta staf Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

6. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf Pegawai Program Studi Diploma III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

7. Bapak Dede Ibrahim S.Si,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik

8. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah mendukung baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Teman satu kelompok PKL penulis Muhazir, Putri, Stefanie, Hilma dan seluruh teman-teman Mahasisa D3 Kimia angkatan 2013

10.Senior dan junior penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi. Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua

Medan, Agustus 2016

(40)

PENENTUAN ZAT PEWARNA SINTETIS DALAM MINUMAN RINGAN SECARA KROMATOGRAFI KERTAS

ABSTRAK

Pewarna sintetis pada umumnya terbuat dari bahan-bahan kimia. Bahan pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan pun harus dibatasi jumlahnya. Karena pada dasarnya, setiap bahan kimia yang masuk kedalam tubuh akan menimbulkan efek negatif pada tubuh. Hal ini sebanding dengan zat warna sintetis yang ada di dalam minuman ringan. Penentuan zat warna sintetis pada minuman ringan bertujuan untuk mengetahui apakah minuman ringan yang diedarkan dipasaran mengandung zat warna sintetis atau tidak. Sehingga perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui jenis zat pewarna yang digunakan. Adapun sampel diambil secara acak yang dijual di pasaran yaitu Minuman ringan berwarna kuning, biru, dan merah. Analisis zat pewarna dilakukan dengan Metode Kromatografi Kertas di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari 3 sampel yang diperiksa, semuanya positif mengandung zat pewarna yang diizinkan yaitu Sunset Yellow, Tartrazine, dan Karmoisin.

(41)

DETERMINATION OF SYNTHETIC DYES SUBSTANCE IN SOFT DRINK BY CHROMATOGRAPHY PAPER

ABSTRACT

Synthetic dyes are generally made from chemicals. Material synthetic dyes that may be used for food must be limited in number. Because, basically, any chemicals that enter the body will have a negative effect on the body. It is comparable to a synthetic dye that is in soft drinks. Determination of synthetic dye on soft drinks aims to determine whether the soft drinks were circulated in the market contain synthetic colors or not. So that needs to be tested to determine the type of dye used. The samples are taken randomly being sold in the market that soft drink light yellow, blue, and red. Analysis dyes done with Paper Chromatography Method in the Research and Standardization Industri Medan. The test results showed that of the three samples tested, all of them positive for the permitted dyes Sunset Yellow, Tartrazine, and Carmoisin

(42)

DAFTAR ISI

2.2.1.2. Bahan Tambahan Pangan yang Tidak

Diizinkan 8 2.4. Efek Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan 16 2.5. Analisis Bahan Pewarna Sintetis secara Kromatografi Kertas 17

2.5.1. Pengertian Kromatografi 17

2.5.2. Kromatografi Kertas 18

BAB III Metodologi Percobaan 21

3.1. Tempat Pengujian 21

3.2. Alat 21

3.3. Bahan 21

3.4. Sampel 22

3.5. Prosedur Percobaan 23

3.5.1 Prinsip Percobaan 23

3.5.2 Prosedur Kerja 23

BAB IV Hasil Dan Pembahasan 25

(43)

4.2. Pembahasan 25

BAB V Kesimpulan Dan Saran 27

5.1. Kesimpulan 27

5.2.Saran 28

Daftar Pustaka xi

(44)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

Tabel

2.1. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia 12 2.2. Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia 13 4.1. Hasil Pemeriksaan Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam

(45)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

Lamp

1. Kromatogram xii

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam Minuman RinganSecara Kromatografi Kertas
Tabel 2.1.Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis tanggal lima bulan Juli tahun dua ribu dua belas, melalui website LPSE Kementerian Keuangan ( www.lpse.depkeu.go.id ) telah dilaksanakan acara

Sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kantor Wilayah Direktorat. Jenderal Perbendaharaan Provinsi Banten melalui website LPSE

Pada hari ini, Kamis tanggal lima bulan Juli tahun Dua ribu dua belas kami panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Review Desain Pembangunan Gedung Arsip Pada

Telah dilakukan penelitian aktivitas antidiabetes ekstrak etanol dan fraksi etil asetat daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk.) terhadap tikus putih jantan

1) Persiapan, yaitu kegiatan mengumpulkan informasi latar belakang yang diperlukan untuk memecahkan masalah melalui riset dan studi. 2) Inkubasi, yaitu proses mengembangkan ide

Mathieu dan Zajac (1990) menyatakan pentingnya komitmen yang tinggi pada karyawan bagi suatu organisasi yaitu dengan adanya komitmen yang tinggi pada karyawan maka akan

Penggantian ion-ion ini tentu akan mengubah nilai hantaran dari larutan tersebut sesuai dengan nilai muatan, jumlah, dan ukuran dari ion-ion analit dan ion- ion

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,