DAFTAR PUSTAKA Buku
Djumhana, Muhamad. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 2000.
Ferry, N. dkk. Manajemen Risiko Perbankan, Dalam Konteks
Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu,
2006.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group, 2013.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014.
Khairandy, Ridwan. Perseroan Terbatas. Jakarta: Total Media
Naja, Hasanudin Rahman Daeng. Manajemen Fit and Proper Test. Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2004.
Soekanto, Soejano. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.
Sutedi, Andrian. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: JAS, 2014.
Sundari, Siti. Laporan Kompendium Hukum Bidang Perbankan. Jakarta: Kementrian Hukum dan HAM RI, 2011.
Sumitro, Ronny Hanitijo. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
Sutopo, H.B. Metode Penelitian Kualitatif Bagian II. Surakarta: UNS Press, 1987.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Pedoman Good Corporate Indonesia Perbankan Indonesia Dikeluarkan oleh: Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Januari 2004.
Website
Rachmiamrinal.blogspot.com/2009/06/penilaian-kemampuan-dan-kepatutan fit.html, (diakses tanggal 1 Maret 2015)
Rachmiamrinal.blogspot.com/2009/06/penilaian-kemampuan-dan-kepatutan fit.html (diakses tanggal 10 Maret 2015)
tanggal 10 Maret 2015)
(diakses tanggal 10 Maret 2015)
tanggal 10 Maret 2015)
diakses tanggal 1 Maret 2015
BAB III
PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI
DALAM INDUSTRI KEUANGAN BANK
A. Direksi Bank yang Dipersyaratkan Untuk Mengikuti Penilaian Kemampuan
Saat menjalankan perseroan, RUPS tidak dapat menjalankan sendiri
kegiatannya, oleh karena itu ia membutuhkan pengurus untuk mengelola dan
menjalankan perusahaan, sehingga diperlukan adanya direksi. Direksi berdasarkan
Pasal 1 butir 5 UU PT adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroaan serta mewakili perseroaan, baik di dalam
maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.25
Ketentuan di atas dapat diketahui bahwa direksi di dalam perseroaan
memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi pengurusan (manajemen) dan fungsi Kewenangan menjalankan pengurusan tersebut menurut Pasal 92 ayat (2)
UU PT harus sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat yaitu kebijakan yang
antara lain didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia dan kelaziman dalam
dunia usaha yang sejenis, dalam batas yang ditentukan dalam UU PT dan/atau
anggaran dasar.
25
perwakilan (representasi).26
1. Sesuai dengan kepentingan perseroan
Batas-batas kewenangan direksi sehubungan dengan
fungsi kepengurusan antara lain:
Direksi tidak boleh menjalankan kepengurusan untuk kepentingan pribadi,
namun harus dilakukan semata-mata untuk kepentingan perseroan.
Kewenangan yang dijalankan tidak boleh mengandung benturan kepentingan
(conflict of interest), tidak mempergunakan kekayaan atau uang milik
perseroan untuk kepentingan pribadi, tidak menahan atau mengambil sebagian
keuntungan perseroaan kepentingan pribadi.
2. Harus sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
Direksi dalam menjalankan kewenangan pengurusan perseroan tidak boleh
melampaui batas-batas maksud dan tujuan yang ditentukan dalam anggaran
dasar. Hal tersebut diatur dalam Pasal 92 ayat 2 UU PT.
3. Harus sesuai dengan kebijakan yang dianggap tepat.
Kebijakan tersebut antara lain berdasarkan pada keahlian (skill), peluang yang
tersedia (available apportunity) dan kebijakan yang diambil berdasarkan
kelaziman dalam dunia usaha (common business practice). Keahlian artinya
direksi dalam melakukan pengurusan harus sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan pengalaman. Peluang yang tersedia berarti tindakan pengurusan dilakukan
sesuai dengan kesempatan yang menguntungkan sesuai dengan kondisi yang
cocok atau waktu yang tepat. Selanjutnya, selain kebijakan yang diambil
direksi dalam pengurusan perseroan berdasar keahlian dan peluang yang
tersedia, juga harus bertitik tolak dari kelaziman dalam dunia usaha yang
kualitasnya terbaik.
Direksi bank yang dipersyaratkan untuk mengikuti penilaian kemampuan,
antara lain :27
1. Pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan atau bidang keuangan; dan
2. Kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka
pengembangan bank yang sehat pemenuhan persyaratan pengalaman dan
keahlian di bidang perbankan dan atau bidang keuangan bagi calon direksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b angka 2), tunduk pula pada
Peraturan Bank Indonesia yang berlaku yang mengatur bahwa mayoritas
anggota direksi wajib berpengalaman dalam operasional bank
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebagai pejabat eksekutif pada bank.
B. Pihak yang berhak Memberikan Penilaian dalam Proses Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Bank
Pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan meliputi:
1. Tim Penguji melakukan pengujian kepada calon direksi dan/atau Dewan
Komisaris yang diajukan untuk dilakukan penilaian kemampuan dan
kepatutan.
2. Pengujian sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan dengan wawancara.
3. Tim Penilai melakukan penilaian atas calon direksi dan/atau Dewan Komisaris
berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh tim penguji.
27
Pihak terafiliasi pada bank adalah pihak yang mempunyai hubungan
dengan kegiatan serta pengelolaan usaha jasa pelayan yang diberikan oleh Bank,
dimana hubungan tersebut melalui cara menggabungkan dirinya pada Bank
tersebut tetapi dengan tidak kehilangan identitasnya.28 Hubungan ini bisa timbul karena adanya keterkaitan hubungan keluarga degan pihak tertentu, pengurusan
maupun karena hubungan biasa seperti karyawan, atau karena hubungan kerja
dalam rangka memberikan pelayanan jasanya kepada Bank.29
1. Anggota dewan komisaris, pengawas, direksi, atau kuasanya, pejabat, atau
karyawan bank;
Pasal 22 UU
Perbankan telah mengatur secara jelas mengenai pihak terafiliasi pada Bank,
antara lain:
2. Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat, atau
karyawan bank, khusus bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Pihak yang memberikan jasanya kepada Bank, antara lain, akuntan publik,
penilai, konsultan hukum, dan konsultan lainnya;
4. Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi
pengelolaan bank, antara lain, pemegang saham dan keluarganya, keluarga
komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, keluarga pengurus.
Batasan pengertian komisaris dan direksi ditentukan berdasarkan bentuk
hukum dari Bank tersebut. Apabila Bank berbentuk PT, maka pengertian
komisaris dan direksi adalah sebagaimana dimaksud dalam UU PT.
28
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan terhadap pihak-pihak antara lain
sebagai berikut:
1. Pihak-pihak yang menjadi calon direksi atau pejabat eksekutif pada bank, yang
terindikasi memiliki permasalahan integritas, kelayakan keuangan, reputasi
keuangan dan/atau kompetensi
2. Pihak-pihak yang pada saat menjadi calon direksi pada suatu bank, ditengarai
terlibat atau bertanggung jawab dalam permasalahan integritas, kelayakan
keuangan, reputasi keuangan dan/atau kompetensi.
7. Pelaksana Penilaian Kemampuan dan Kepatutan dilakukan setiap saat apabila
berdasarkan bukti data dan informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan
maupun informasi lainnya.
Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan
menjadi dua predikat, yaitu lulus atau tidak lulus (Pasal 32 PBI Nomor
12/23/PBI/2010). Ketentuan ini berbeda dengan ketentuan sebelumnya (PBI No.
5/25/PBI/2003) yang mencantumkan hasil akhir dengan predikat lulus bersyarat.
Penetapan hasil akhir tersebut dilakukan berdasarkan tingkat keterlibatan
pihakp-pihak yang diuji atas dasar peranan masing-masing pihak terhadap
tindakan pelanggaran yang dilakukan yang dikategorikan menjadi (angka 3 huruf
B bagian III Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret
2011):
1. Pelaku, yaitu
a. Orang yang memerintahkan, menyuruh melakukan atau mengusulkan
b. Orang yang menyetujui, turut serta menyetujui atau menandatangani;
c. Orang yang melakukan atau turut serta melakukan suatu perbuatan
berdasarkan perintah, baik dengan atau tanpa tekanan dna yang
bersangkutan patut mengetahui atau patut menduga bahwa perintah
tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku; atau
d. Orang yang melakukan suatu perbuatan karena adanya janji atau imbalan
tertentu
2. Pelaku pembantu, yaitu orang yang karena melaksanakan tugas, jabatan
dan/atau adanya suatu perintah dari pihak lain baik dengan atau tanpa tekanan,
melakukan atau turut serta melakukan suatu perbuatan, dan yang bersangkutan
patut mengetahui atau patut menduga bahwa perbuatan atau perintah yang
dilakukan tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, namun yang
bersangkutan telah berusaha untuk melakukan perbuatan atau perintah
tersebut. Jangka waktu pengenaan larangan terhadap pihak yang tidak lulus
akan berbeda lamanya tergantung pada kesalahan yang dibuat. Pasal 35 PBI
12/23/PBI/2010 mengatur tentang jangka tersebut, khususnya bagi direksi dan
dewan komisaris yaitu :
a. Selama jangka waktu tiga tahun
Apabila terbukti melakukan tindakan melanggar prinsip kehati-hatian
dibidang perbankan dan asas-asas perbankan yang sehat terbukti tidak
melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak
a. Selama jangka waktu lima tahun
Apabila terbukti melakukan tindakan menyembunyikan dan/atau
mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan
dan/atau kondisi keuangan dan atau transaksi yang sebenarnya.
b. Selama jangka waktu dua puluh tahun
Apabila terbukti melakukan tindakan pidana tertentu yang telah diputus
oleh pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap, terbukti
menyebabkan bank mengalami kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya atau dapat membahayakan industri perbankan.
Pihak-pihak yang mengikuti Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
meliputi : 30
1. Orang yang belum pernah menjadi anggota direksi bank, yang dicalonkan
menjadi anggota direksi bank;
2. Orang yang sedang menjabat sebagai anggota direksi bank, yang dicalonkan
menjadi anggota direksi pada bank lainnya;
3. Orang yang pernah menjabat sebagai anggota direksi bank yang dicalonkan
menjadi anggota direksi pada bank yang sama atau pada bank lainnya;
4. Anggota direksi bank yang akan beralih jabatan menjadi direktur yang
membawah fungsi kepatuhan pada bank yang sama;
5. Anggota direksi bank yang beralih jabatan menjadi anggota dewan komisaris
pada bank yang sama;
30
6. Anggota direksi bank yang akan beralih jabatan kejabatan yang lebih tinggi
pada bank yang sama;
7. Orang yang akan menjadi anggota direksi pada “bank hasil penggabungan”
yang berasal dari “bank yang menggabungkan”;
8. Orang yang akan menjadi anggota direksi pada bank “bank hasil
penggabungan” yang berasal dari “bank yang menerima penggabungan”
(surviving bank) termasuk perpanjangan jabatan;
9. Orang yang akan menjadi anggota direksi “bank hasil peleburan” yang berasal
dari bank yang melakukan peleburan;
10.Orang yang dicalonkan menjadi pemimpin kantor perwakilan bank asing;
11.Orang yang dicalonkan menjadi pimpinan kantor cabang bank asing
C. Hal-hal yang Harus Dipenuhi dalam Pelaksanaan Proses Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
Upaya menciptakan sistem perbankan yang sehat, selain ditempuh dengan
cara perbaikan kondisi keuangan perbankan, juga ditempuh dengan cara
pemantapan sistem perbankan yang mengarahkan perbankan kepada
praktek-praktek good corporate governance serta pemenuhan prinsip kehati-hatian. Bank
kepercayaan, oleh karena itu lembaga perbankan perlu dimiliki dan dikelola oleh
pihak-pihak yang memenuhi persyaratan kemampuan dan kepatutan.31
1. Penelaahan administratif; dan
Penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap pihak utama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dan huruf b No. 12/23/PBI/2010
dilaksanakan dengan cara:
2. Wawancara.
Pada dasarnya, Penilaian Kemampuan dan Kepatutan dapat dilakukan
dalam dua kesempatan yang berbeda, yaitu:
1. Rekruitmen Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
Kegiatan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan jenis ini adalah yang
paling ideal dilakukan pada saat perekrutan untuk posisi komisaris dan atau
direksi. Proses penilaian dimulai dari daftar riwayat hidup yang bersangkutan
yang memberikan informasi secara lengkap tentang calon pejabat yang akan
direkrut dalam tes ini. Informasi minimal yang dapat digali adalah riwayat
pendidikan dan riwayat pekerjan termasuk perjalanan dan pencapaian karirnya
sebelum berhadapan dengan penilaian. Apabila semua keterangan yang termuat
dalam riwayat hidup telah terbukti valid, maka penilaian dapat dilanjutkan ke
tahap wawancara. Pemeriksaan atau tes ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar,
yaitu yang berhubungan dengan kemampuan atau kompetensi dan yang
berhubungan dengan kepatutan atau integritas, yang dilakukan dengan wawancara
dan pemeriksaan faktual.
31
b. Tes kemampuan atau kompetensi, dilakukan terhadap 3 (tiga) hal, yaitu:
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan tersebut dapat digali melalui pertanyaanpertanyaan yang
berhubungan dengan visi dan misi, pengetahuan manajemen,
pengetahuan umum dan pengetahuan yang relevan dengan bidang yang
digeluti.
2) Keterampilan (Skill)
Keterampilan disini adalah keterampilan dalam mengatur,
keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, keterampilan
konseptual, dan adanya motivasi untuk mengelola. Keterampilan
tersebut dapat digali melalui pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan penerapan manajemen yang standar, spesifikasi aktivitas atau
operasional bisnis baik secara umum maupun khusus.
3) Masa kerja lalu (Experience)
Penilaian sikap atau perilaku ini berhubungan dengan masa kerja lalu
seorang pejabat yang akan dinilai. Artinya, dilihat apakah dalam hal ini
seseorang yang akan dinilai tersebut memiliki kejujuran, kepatuhan
dan ketaatan dalam menjalankan tugas-tugasnya untuk menjaga dan
mengelola asset-aset milik perusahaan (bank). Ruang lingkup penilaian
integritas atau kepatuhan meliputi rekayasa dan praktik-praktik
operasional yang menyimpang dari ketentuan eksternal dan internal,
perbuatan yang dapat dikategorikan tidak memenuhi segala macam
memberikan keuntungan kepada pemilik, pengurus, pegawai dan atau
pihak lainnya yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan
perusahaan bank. Selain itu, penialian terhadap perilaku, akhlak dan
moral juga meliputi:
b) Kejujuran, antara lain:
(1) Sikap dalam menghadapi penyimpangan/ pelanggaran atas
suatu ketentuan;
c) Sikap dalam memenuhi komitmen yang telah disepakati.
Kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, antara lain:
(1) Sikap dalam menghadapi kelemahan yang terdapat dalam
suatu ketentuan perbankan;
(2) Sikap dalam mengahadapi adanya ketentuan perbankan yang
tidak konsisten.
d) Independensi, meliputi:
(a) Independensi terhadap pemilik, pengurus bank dan pihak
lainnya;
(b) Sikap dalam menghadapi campur tangan pemilik bank.
(c) Respon atas informasi negatif tentang dirinya, untuk menilai:
(1) Kebenaran
(2) Kejujuran.
Kegiatan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan ini dilakukan setiap waktu
apabila dianggap perlu oleh Bank Indonesia (Pasal 27 PBI
No.12/23/PBI/2010). Artinya, apabila dalam pemeriksaan rutin ditemukan
adanya indikasi penyimpangan-penyimpangan yang dapat mengakibatkan
kerugian, maka dapat dilakukan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
sebagai bentuk tindak lanjut pemeriksaan. Mekanisme regular Penilaian
Kemampuan dan Kepatutan dilakukan sesuai dengan mekanisme auditing,
yaitu:
a. Pengumpulan data dan fakta;
b. Proses penilaian;
c. Membuat laporan;
d. Penilaian Kemampuan dan Kepatutan.
Pelaksanaan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan pada jenis ini
dilakukan atas dasar adanya laporan atau indikasi penyimpangan dari hasil audit
tersebut. Kriteria hasil pemeriksaan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan.
Kriteria hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan berbeda antara calon pemilik
dan pengurus bank dengan pemilik dan pengurus bank yang telah menduduki
jabatannya. Hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan terhadap calon pemilik
dan pengurus Bank dibagi menjadi 2 (dua) predikat, yaitu lulus dan tidak lulus
(Pasal 21 ayat (1) PBI No.12/23/PBI/2010). Calon pemilik dan pengurus yang
memperoleh predikat lulus dianggap telah memenuhi persyaratan dan dapat
menduduki jabatannya sebagai Komisaris atau direksi, sedangkan bagi calon
memenuhi persyaratan sehingga dianggap belum mampu untuk menjadi komisaris
atau direksi.
Diterbitkannya PBI tentang uji kemampuan dan kepatutan merupakan
salah satu bentuk kewenangan Bank Indonesia berdasarkan undang-undang, yaitu
ketentuan Pasal 25 UU Bank Indonesia di atas, untuk mengarahkan
praktek-praktek perbankan yang sehat yang mengacu pada prinsip-prinsip Good
Corporate Governance Governance. Oleh karena itu, seluruh aturan yang termuat
dalam Peraturan Bank Indonesia wajib dipatuhi oleh Bank.
Pengaturan mengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan telah
mengalami beberapa kali perubahan sejak pertama dikeluarkan dalam Peraturan
Bank Indonesia, yaitu PBI Nomor 2/1/PBI/2000 yang diubah dengan PBI Nomor
5/25/PBI/2003, dan terakhir diubah dengan PBI Nomor 12/23/PBI/2010.
Idealnya, uji kemampuan dan kepatutan dilakukan terhadap calon pemilik
atau pengurus Bank. Contohnya dalam hal pendirian Bank Umum, Pasal 8 ayat 2
PBI Nomor 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum menyebutkan bahwa dalam
rangka persetujuan atau penolakan atas permohonan persetujuan prinsip pendirian
Bank Umum, Bank Indonesia melakukan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
terhadap calon pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris, dan
Direksi. Jadi mekanismenya adalah uji kemampuan dan kepatutan dilakukan
sebelum para pihak menduduki jabatannya.
Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon anggota dewan
komisaris dan/atau direksi diajukan oleh bank kepada Bank Indonesia, dan dalam
melakukan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan yang meliputi (Pasal 22 PBI
Nomor 12/23/PBI/2010):
c. Penelitian administratif.
Untuk menilai pemenuhan persyaratan integritas, reputasi keuangan dan
kompetensi calon anggota dewan komisaris dan anggota direksi, yang terdiri
dari penelitian terhadap:
1) Dokumen persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam
lampiran Surat Edaran Nomor 13/8/DPNP tertanggal 28 Maret 2011
(terlampir).
2) Catatan administrasi Bank Indonesia natara lain berupa rekam jekak,
daftar tidak lulus, dan daftar kredit macet; dan
3) Informasi lainya yang diperoleh Bank Indonesia dalam rangka
pengawasan bank.
d. Wawancara apabila diperlukan.
Wawancara dilakukan dalam rangka konfirmasi atas informasi yang telah
diperoleh Bank Indonesia dan/atau untuk menggali informasi lebih lanjut dari
pihak yang diuji untuk memperoleh keyakinan atas terpenuhinya persyaratan
integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan, dan/atau kompetensi.
Wawancara terhadap calon direksi dilakukan apabila:
a. Pihak yang diuji akan menjabat sebagai direktur yang membawahkan
fungsi kepatuhan;
b. Pihak yang diuji akan menjabat sebagai komisaris independen; dan/atau
Sebagaimana telah dijelaskan oleh sub bab sebelumnya bahwa uji
kemampuan dan kepatutan selain dilaksanakan diawal, juga dapat dilaksanakan
ketika anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi telah menduduki
jabatannya atau bahkan ketika ia sudah tidak lagi menjabat.
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan dalam rangka penilaian kembali
dilakukan dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas, kompetensi,
dan/atau reputasi keuangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 PBI Nomor
12/23/PBI/2010, yang berindikasi terhadap lulus atau tidaknya seseorang dalam
uji kemampuan dan kepatutan. Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan
kepatutan berdasarkan bukti, data dan informasi dari hasil pengawasan maupun
informasi lainnya. Dengan langkah-langkah sebagai berikut Pasal 30 PBI Nomor
12/23/PBI/2010:
1. Klarifikasi bukti, data dan informasi kepada pihak-pihak yang diuji.
Pelaksanaan klarifikasi dengan pihak-pihak yang diuji dapat dilakukan melalui
tatap muka yang dilengkapi dengan berita acara dan/atau melalui surat.
2. Penetapan dan penyampaian hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan
kepada pihak-pihak yang diuji, yang memuat predikat sementara beserta
alasannya.
3. Tanggapan dari pihak-pihak yang diuji terhadap hasil sementara uji
kemampuan dan kepatutan; dan penetapan dan pemberitahuan. Penyampaian
tanggapan dari pihak-pihak yang diuji dilakukan secara tertulis disertai dengan
4. Penetapan dan pemberitahuan hasil akhir Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan kepada pihak-pihak yang diuji. Hasil akhir uji kemampuan dan
kepatutan disampaiakan secara tertulis, dengan memuat predikat hasil akhir uji
kemampuan dan kepatutan beserta alasannya.
Idealnya, Penilaian Kemampuan dan Kepatutan dilakukan terhadap calon
pemilik dan atau pengurus Bank, namun tidak menutup kemungkinan untuk
dilakukan terhadap pemilik dan atau pengurus bank yang telah menduduki
jabatannya. Kriteria hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan terhadap pemilik
dan atau pengurus bank sedikit berbeda dengan kriteria penilaian terhadap calon
pemilik dan atau pengurus bank. Perbedaannya karena pada hasil penilaian ini
mengenal adanya kriteria Lulus Bersyarat. Pasal 31 ayat (1) PBI
No.12/23/PBI/2010 menyebutkan bahwa berdasarkan tata cara penilaian yang
telah ditentukan, maka hasil akhir penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap
pemilik dan atau pengurus bank diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) predikat, yaitu
lulus, lulus bersyarat, dan tidak lulus. Predikat lulus diberikan apabila yang
bersangkutan tidak ditemukan melakukan perbuatan dan/atau tidak mempunyai
kekurangan terhadap penilaian atas faktor penilaian integritas dan faktor penilaian
kompetensi.
Berbeda halnya dengan predikat lulus bersyarat, diberikan apabila yang
bersangkutan terbukti bersalah, namun kesalahan tersebut masih dapat diperbaiki
memiliki kredit macet. Atas predikat tersebut, maka yang bersangkutan menurut
Pasal 34 ayat (1) PBI No.12/23/PBI/2010 diwajibkan untuk:32
1. Membuat pernyataan tertulis yang berisi pernyataan untuk tidak lagi
melakukan perbuatan serupa;
2. Membuat pernyataan tertulis yang berisi pernyataan untuk tidak melakukan
perbuatan penyimpangan lainnya;
3. Melakukan perbaikan faktor-faktor kompetensi dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun;
4. Menyelesaikan kredit macet yang dimiliki pada bank dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun;
5. Menyampaikan dan melaksanakan langkah-langkah berupa action plan dalam
rangka memenuhi komitmen dalam mengatasi kesulitan permodalan dan
likuiditas yang dihadapi bank.
Hasil penilaian dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menurunkan
hasil penilaian Meskipun berdasarkan hasil penilaian pihak yang dinilai
dinyatakan lulus, namun apabila yang bersangkutan memiliki kredit macet maka
status hasil penilaian diturunkan menjadi Lulus Bersyarat. Penilaian dapat
ditingkatkan menjadi lulus apabila yang bersangkutan telah menyelesaikan kredit
macet tersebut dalam jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun sejak tanggal surat
pemberitahuan hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan.
Predikat tidak lulus diberikan terhadap pemilik dan atau pengurus Bank
yang terbukti melakukan perbuatan dan atau mempunyai kekurangan-kekurangan
32
yang mendasar terhadap satu atau beberapa faktor penilaian integritas dan faktor
kompetensi. Pihak-pihak yang diberikan predikat tidak lulus tersebut,
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 36 PBI No.12/23/PBI/2010, dilarang
menjadi pemegang saham pengendali dan memiliki saham lebih dari 10%
(sepuluh perseratus) pada bank dan atau menjadi pengurus dan atau pejabat
eksekutif pada bank.
Sifat keputusan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi calon pemilik
dan pengurus bank para pihak yang dinilai dalam proses Penilaian Kemampuan
dan Kepatutan diberi kesempatan dua kali untuk mengajukan keberatan terhadap
hasil temuan ataupun hasil penilaian, yaitu pada saat pertemuan yang diadakan
pada akhir pemeriksaan oleh tim pemeriksa, dan pada saat penyampaian hasil
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan oleh deputi gubernur perbankan. Waktu
yang diberikan untuk masing-masing kesempatan yaitu 15 (lima belas) hari sejak
tanggal pertemuan, yang selanjutnya akan menghasilkan keputusan final. Sifat
keputusan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan setelah pemberitahuan kepada
pihak-pihak yang dinilai bersifat final. Dalam hal keputusan tersebut tidak
memuaskan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan banding sesuai ketentuan
dan perundang-undangan yang berlaku. Keputusan final tersebut merupakan
keputusan yang diambil secara cermat dan berhati-hati dan dilandasi latar
belakang yang kuat berupa bukti pendukung baik secara ketentuan maupun aspek
yuridis yang dapat dipertanggungjawabkan. Keputusan final penilaian Penilaian
Kemampuan dan Kepatutan dilaksanakan oleh Rapat Dewan Gubernur
Indonesia yang disertai dengan pertimbangan dan rekomendasi anggota Komite
Evaluasi Perbankan.33
33
BAB IV
AKIBAT HUKUM BAGI DIREKSI PADA INDUSTRI KEUANGAN BANK YANG MELANGGAR ATURAN PELAKSANAAN PENILAIAN
KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
A. Pelanggaran yang dapat Terjadi dalam Pelaksanaan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
Pasal 28 No.12/23/PBI/2010 menyebutkan bahwa Penilaian Kemampuan
dan Kepatutan dalam rangka penilaian kembali terhadap calon direksi dilakukan
dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas dan/atau kelayakan keuangan
yang meliputi:
Tindakan-tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa:
a. Mempengaruhi dan/atau menyuruh calon direksi untuk menyembunyikan
dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi
keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya;
b. Mempengaruhi dan/atau menyuruh calon direksi, untuk memberikan
keuntungan secara tidak wajar kepada direksi yang dapat merugikan atau
mengurangi keuntungan bank; dan/atau
c. Mempengaruhi dan/atau menyuruh calon direksi, untuk melakukan
perbuatan yang melanggar prinsip kehati–hatian di bidang perbankan
dan/atau asas-asas perbankan yang sehat;
d. Terbukti melakukan tindak pidana tertentu yang telah diputus
e. Terbukti menyebabkan bank mengalami kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usaha bank dan/atau dapat membahayakan industri
perbankan;
f. Terbukti tidak melaksanakan perintah bank indonesia untuk melakukan
dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu;
g. Terbukti memiliki kredit macet;
h. Terbukti dinyatakan pailit dan/atau calon direksi yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;
i. Tidak mampu melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila bank
menghadapi kesulitan permodalan maupun likuiditas; atau terbukti
menolak memberikan komitmen dan/atau tidak memenuhi komitmen yang
telah disepakati dengan Bank Indonesia dan/atau pemerintah.
Sesuai dengan Pasal 20 PBI No.12/23/PBI/2010, bahwa persyaratan
reputasi keuangan bagi calon direksi meliputi :
1. Tidak memiliki kredit macet.
2. Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dalam
waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan.
Oleh karena Penilaian Kemampuan dan Kepatutan tidak hanya dilakukan
bagi calon direksi dan dewan komisaris tetapi juga dilakukan terhadap anggota
direksi dan dewan komisaris yang telah menduduki jabatannya sebagai bentuk
evaluasi, maka menurut Pasal 28 PBI No.12/23/PBI/2010, Penilaian Kemampuan
dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas, kompetensi dan/atau reputasi
keuangan yang meliputi :
1. Tindakan-tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa :
a. Menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan
atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya. Dalam Surat
Edaran Bank Indonesia No.13/8/DPNP, indikasi tersebut meliputi :
b. Pencatatan palsu dan/atau transaksi fiktif baik dilakukan pada sisi aktiva
maupun pasiva bank termasuk transaksi pada rekening administratif.
c. Pengelapan atau manipulasi.
d. Praktek bank dalam bank.
Praktek pembukuan dan/atau laporan keuangan bank yang tidak benar dan
secara material berpengaruh terhadap keadaan keuangan bank sehingga
mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap bank (window dressing).
e. Pembobolan teknologi sistim informasi bank.
f. Mengilakan atau merusak catatan pembukuan dan/atau dokumen
pendukung transaksi atau catatan pembukuan bank.
5. Memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota
dewan komisaris, anggota direksi, pegawai dan/atau pihak lain yang dapat
merugikan atau mengurangi keuntungan bank. Dalam surat Edaran Bank
Indonesia No.13/8/DPNP, indikasi tersebut meliputi:
1) Pemberian suku bunga pinjaman dibawah cost of fund.
2) Transaksi valuta asing (termasuk derivasinya) yang tidak wajar dan
3) Penjualan dan/atau pembelian harta milik Bank dengan harga yang tidak
wajar dibandingkan harga pasar.
4) Pemberian fasilitas yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
kepada anggota direksi.
6. Melanggar prinsip kehati-hatian dibidang perbankan dan asas-asas perbankan
yang sehat. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.13/8/DPNP, indikasi
tersebut meliputi :
1) Pemberian kredit yang tidak didasarkan pada prinsip pembaeian kredit
yang sehat.
2) Penyedian dana yang melanggar BMPK.
3) Penyedian dana kepada pihak atau sector atau kegiatan yang dilarang oleh
ketentuan.
2. Terbukti melakukan tindak pidana tertentu yang telah diputuskan oleh
pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Tindak pidana tertentu
adalah tindak pidana asal yang disebut dalam undang-undang yang mengatur
mengenai tindak pidana pencucian uang.
3. Terbukti menyebabkan bank mengalami kesulitan keuangan yang
membahayakan kelangsungan usahanya atau dapat membahayakan industri
perbankan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.13/8/DPNP, tindakan
tersebut meliputi :
a. Memanfaatkan bank untuk membiayai kepentingan sendiri dan/atau kelompok
b. Melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia atau
pemerintah. Yang menyebabkan bank ditempatkan dalam pengawasaan
intensif atau pengawasan khusus, diambil alih Pemerintah/Lembaga Penjamin
Simpanan, dibekukan kegiatan usahanya dan/atau dicabut izin usahanya.
4. Terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan
dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu, dalam rangka perbaikan dan/atau
penyehatan bank.
5. Terbukti memiliki kredit macet. Khusus untuk kartu kredit, pengertian kredit
macet tidak termasuk tagihan yang berasal dari annual fee, biaya administrasi
dan/atau tagihan lainnya yang bukan berasal dari transaksi pemakaian kartu
kredit.
6. Terbukti dinyatakan pailit dan/atau menjadi anggota dewan komisaris atau
anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan
dinyatakan pailit.
7. Tidak mampu melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan
bank yang sehat. Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan
penelolaan strategis antara lain adalah kemampuan untuk
menginterprestasikan visi dan misi Bank, mengantisipasi perkembangan
perekonomian, keuangan dan perbankan, menganalisa situasi industri
perbankan dan sektor industri yang dibiayai.
8. Terbukti menolak memberikan komitmen dan/atau memenuhi komitmen yang
dimaksud berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesian No13/8/DPNP,
meliputi:
1) Komitmen dalam rangka penyehatan bank.
2) Komitmen untuk tidak mengulangi tidakan atau perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam poin a butir 1, butir 2, dan butir 3.
3) Komitmen untuk tidak melakukan dan/atau mengulangi perbuatan
dan/atau tindakan yang dimaksud dalam Pasal 27 atau Pasal 28 PBI
No.12/23/PBI/2010.
Dari ruang lingkup tersebut, maka apabila Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan dilakukan secara rutin, konsisten dan berkeseimbangan akan
berdampak pada peningkatan kinerja manajemen dan perusahaan (Bank) yang
bersangkutan setiap waktu, karena adanya tuntutan dan motivasi dilakukannya
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan untuk para pejabat dalam perusahaan bank
itu. Penilaian Kemampuan dan Kepatutan, perusahaan bank dan pihak
berkepentingan akan mengetahui bagaimana manajemen akan berkerja dan
bagaimana kinerja sebelumnya, bagaimana goals perusahaan bank dicapai, apakah
sesuai target atau tidak.34
1) Bagi PSP yang Diberikan Predikat Tidak Lulus :
Pengenaan sanksi larangan tersebut juga berlaku bagi pihak-pihak yang
pada saat penilaian ditetapkan Tidak Lulus, yang bersangkutan telah menjadi PSP,
anggota Dewan Komisaris, atau anggota Direksi pada bank lain.
a. Dilarang melakukan tindakan sebagai PSP;
34
b. Tidak dapat menjalan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut
tidak diperhitungkan dalam kuorum RUPS sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perseroan
terbatas; dan
c. Wajib mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya dalam jangka waktu
paling lambat 6 (enam) bulan.
Bank wajib mencantumkan penjelasan dalam daftar pemegang saham Bank
mengenai status PSP yang diberi predikat Tidak Lulus tersebut. Dalam
pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus adalah PSP dari Bank yang berada
dalam penanganan/penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan,maka jangka
waktu kewajiban pengalihan kepemilikan mengacu kepada ketentuan yang
dikeluarkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Dalam hal pihak-pihak yang
dilarang menjadi PSP tidak mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya sesuai
dengan jangka waktu yang ditetapkan, maka;
a. Pihak yang bersangkutan wajib menyerahkan surat kuasa menjual kepada
Bank Indonesia dengan hak substitusi atau kepada pihak lain yang ditunjuk
atau disetujui oleh Bank Indonesia dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
sejak berakhirnya batas waktu pengalihan kepemilikan saham;
b. Jangka waktu larangan kepada pihak yang bersangkutan ditetapkan menjadi
selama 20 (dua puluh) tahun;
c. Pihak yang bersangkutan diberitahukan kepada Otoritas Pengawasan Pasar
d. Pembayaran deviden ditunda sampai dengan yang bersangkutan
mengalihkan kepemilikan sahamnya.
Bagi anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang diberikan predikat
tidak lulus:
a. Dilarang untuk melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris,
anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif; dan
b. Wajib berhenti sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau
Pejabat Eksekutif.
Bank wajib menindaklanjuti konsekuensi Tidak Lulus paling lambat 3
(tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan dari Bank Indonesia dan wajib wajib
melaporkan tindak lanjutnya kepada Bank Indonesia dalam Jangka waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja. Dalam hal calon direksi yang diberi predikat Tidak
Lulus masih melakukan tindakan sebagai direksi, maka :
a. Jangka waktu larangan kepada yang bersangkutan ditetapkan menjadi
selama 20 (dua puluh) tahun; dan
b. Bank diberitahukan kepada Otoritas Pengawasan Pasar Modal.
Selain itu, PSP yang dengan sengaja membiarkan anggota Dewan
Komisaris dan/atau anggota direksi yang tidak lulus untuk melakukan tndakan
sebagai anggota dewan komisaris atau anggota direksi, diberikan predikat tidak
lulus dengan jangka waktu larangan selama 20 (dua puluh) tahun. Penetapan
sanksi tidak lulus tersebut didahului dengan surat teguran dari Bank Indonesia
sebanyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing surat teguran adalah
Sebagai contoh adalah seorang Direksi Bank X yang menjadi otak
pembobolan dana nasabah di banknya sendiri. Jika telah terbukti, maka Direksi
tersebut melalui Direktorat Pengawas Bank (DPB) yang bersangkutan dapat
melakukan Penialaian Kemampuan dan Kepatutan ulang dan diberikan predikat
Tidak Lulus dengan pengenaan jangka waktu larangan untuk menjadi Direksi
selama 20 (dua puluh) memasukkan Direksi Bank X tersebut ke dalam Daftar
Tidak Lulus (DTL). Contoh lain adalah apabila Direksi tersebut terbukti memiliki
kredit macet (Pasal 28 huruf e Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010
tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan. Maka berdasarkan Pasal 35 ayat
(1) huruf b Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Penilaian
Kemampuan dan Kepatutan, ia dapat meperoleh pengenaan jangka waktu
larangan selama lima tahun untuk tidak menjabat sebagai direksi lagi.
Seluruh atau sebagian calon direksi ditetapkan tidak lulus dan menurut
penilaian Bank Indonesia kekosongan jabatan direksi dan/atau komisaris tersebut
dapat mengganggung kegiatan operasional Bank, maka Bank Indonesia menunjuk
pengganti sementara
B. Akibat Hukum bagi Direksi pada Industri Keuangan Bank yang Melanggar Aturan Pelaksanaan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan.
Calon direksi yang diberikan predikat tidak memenuhi persyaratan (tidak
lulus) wajib segera mengundurkan diri paling lambat 15 (lima belas) hari dan
dilarang melakukan tugas operasional dalam bentuk apapun dan harus
dilakukannya. Pengenaan larangan terhadap pihak-pihak yang diberikan predikat
tidak memenuhi persyaratan (tidak lulus) itu diberikan perbuatan dan/atau
tindakan yang bersangkutan mengakibatkan kerugian yang berpengaruh pada
permodalan bank, termasuk berkurangnya keuntungan dan/atau potensi kerugian
yang ditimbulkan. Hal ini berlaku baik untuk pemegang saham pengendali,
maupun anggota dewan komisaris dan direksi.
Sanksi Terhadap Pelanggaran Ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor
PBI No. 12/23/PBI/2010. Kriteria hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
tentunya menimbulkan konsekuensi bagi para pihak yang dinilai. Berdasarkan
ketentuan Pasal 32 PBI No. 12/23/PBI/2010, pihak yang memperoleh predikat
lulus dinyatakan memenuhi persyaratan untuk tetap menjadi Pemegang Saham
Pengendali, Pengurus, atau pejabat eksekutif, kecuali apabila kemudian yang
bersangkutan diketahui Memiliki kredit macet, maka predikat lulus akan turun
menjadi lulus bersyarat. Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa pihak-pihak
yang dinyatakan lulus bersyarat diwajibkan untuk membuat pernyataan tertulis
dan bermaterai yang berisi pernyataan untuk:
1. Tidak lagi melakukan perbuatan yang serupa yang dilakukan sebelumnya;
dan/atau
2. Tidak melakukan perbuatan penyimpangan lainnya, yaitu:
a. Rekayasa dan praktik-praktik perbankan yang menyimpang dari ketentuan
perbankan;
b. Perbuatan yang dimanfaatkan untuk kepentingan pihak-pihak tersebut;
d. Pelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian;
e. Tidak independen dalam pelaksanaan tugas;
3. Melakukan perbaikan atau menambah pengetahuan yang diperlukan sesuai
dengan batas waktu yang ditetapkan.
Penyimpangan peraturan yang dilakukan sepanjang memenuhi kriteria lulus
bersyarat dan telah membuat pernyataan tertulis tersebut diatas serta telah
menyelesaikan kredit macet yang dimiliki maka hal tersebut tidak dianggap
sebagai suatu tindakan tercela di bidang perbankan yang merupakan
persyaratan untuk menjadi pengurus di bank lain. Tetapi, bagi para pihak yang
dinyatakan lulus bersyarat namun tidak dapat memenuhi persyaratan yang
diminta (antara lain kewajiban menyelesaikan kredit macet dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun; kewajiban meningkatkan kompetensi dalam jangka
waktu 1 (satu) Tahun, dan kewajiban untuk tidak melakukan kegiatan
menyimpang yang serupa) diwajibkan untuk mengundurkan diri dari
jabatannya. Sedangkan bagi pemegang saham pengendali wajib melepaskan
seluruh atau sebagian sahamnya sehingga menjadi maksimal 10% (sepuluh
persen) dalam jangka waktu satu tahun. Pihak yang tidak lulus dalam
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan menurut ketentuan Pasal 36 PBI
No.5/25/PBI/2003, dilarang untuk menjadi pemegang satuan pengendali dan
memiliki saham lebih dari 10% (sepuluh persen), dan/atau dilarang menjadi
pengurus dan atau pejabat eksekutif pada Bank maupun BPR, sehingga
diwajibkan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Para pihak yang tidak
Bank Indonesia dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
pemberitahuan oleh Bank Indonesia, yang menyatakan bahwa yang
bersangkutan tidak akan ikut serta dalam pengendalian Bank atau BPR, baik
langsung maupun tidak langsung, dan bagi Pemegang Saham yang memiliki
saham lebih dari jumlah tersebut diatas, wajib untuk menurunkan
kepemilikannya menjadi maksimal 10% (sepuluh persen) dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun (Pasal 37 PBI No. 12/23/PBI/2010) dengan
tetap memperhatikan pengecualian dan atau perpanjangan waktu apabila
dianggap dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank.
Menurut Pasal 34 ayat (2) PBI No. 12/23/PBI/2010 tentang Penilaian
Kemampuan dan Kepatutan, pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus
dilarang menjadi :
a. PSP atau memiliki saham pada industri perbankan; dan/atau
b. Anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pejabat eksekutif pada
industri perbankan.
Para pihak yang tidak bersedia mengundurkan diri harus diberhentikan melalui
Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang wajib diselenggarakan
selambat-Iambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah adanya pemberitahuan dari
Bank Indonesia. Dalam hal pengurus yang dinyatakan tidak lulus atau
dinyatakan lulus bersyarat namun tidak dapat memenuhi persyaratan yang
diminta, tidak bersedia mengundurkan diri dan tetap melaksanakan tugasnya
sampai dengan rapat umum luar biasa pemegang saham, maka Bank Indonesia
yang diwakili oleh Pengurus Bank tersebut, dan segala tindakan yang diambil
oleh yang bersangkutan merupakan tanggung jawab pribadi. Jangka waktu
pengenaan larangan terhadap pihak yang tidak lulus akan berbeda lamanya
tergantung pada kesalahan yang dibuat. Misalnya, berdasarkan ketentuan
Pasal 43 PBI No. 12/23/PBI/2010. Pemegang Saham Pengendali, Pengurus
dan Pejabat Eksekutif dapat dinyatakan tidak lulus dengan jangka waktu
larangan selama 20 (dua puluh) tahun apabila:
1. Pemegang Saham Pengendali yang memperoleh predikat tidak lulus tidak
bersedia menyampaikan surat pernyataan kepada Bank Indonesia;
2. Pemegang Saham Pengendali melakukan pelanggaran terhadap surat
pernyataan tertulis yang dibuat;
3. Pemegang Saham Pengendali, Pengurus dan Pejabat Eksekutif melakukan
pelanggaran terhadap surat pernyataan tertulis yang dibuat dalam rangka
penilaian kembali;
4. Pengurus dan pejabat eksekutif dinyatakan memiliki predikat tidak lulus,
namun tidak bersedia mengundurkan sanksi tidak hanya diberikan kepada
pihak-pihak yang dinilai dalam Penilaian Kemampuan dan Kepatutan,
tetapi juga diberikan terhadap para pihak yang melanggar ketentuan dalam
PBI No.5/25/PBI/2003. Sanksi tersebut akan diberikan berdasarkan
ketentuan dalam UU Perbankan dan mengacu pada ketentuan PBI di atas.
Contohnya, dalam Pasal 57 ayat (1) PBI No.5/25/PBI/2003 menyebutkan
bahwa bagi Bank yang melanggar ketentuan, antara lain Pasal 20 ayat (2)
memberhentikan (melalui RUPS atau Rapat Anggota) pihak yang tidak
disetujui oleh Bank Indonesia meskipun telah mendapat persetujuan dan
diangkat melalui Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.
Terhadap pelanggaran ketentuan tersebut, maka Bank dapat dikenakan
sanksi administratif sesuai dengan Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang
Perbankan, berupa teguran tertulis dan pemberhentian Pengurus Bank
yang selanjutnya Bank Indonesia menunjuk dan mengangkat pengganti
sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota
mengangkat pengganti tetap dengan persetujuan Bank Indonesia.
Contoh lain misalnya, dalam Pasal 57 ayat (5) PBI No.5/25/PBI/2003
disebutkan bahwa bagi Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif yang
dengan sengaja tidak menaati ketentuan (salah satunya) Pasal 20 ayat (3)
yaitu tentang larangan melakukan tugas sebagai Direksi atau Komisaris
bagi calon pengurus bank yang belum mendapat persetujuan bank
Indonesia, dalam kegiatan operasional Bank dan atau kegiatan lain yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dan kondisi keuangan
Bank, walaupun telah mendapat persetujuan dan diangkat oleh Rapat
Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.
Sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran Pasal ini yaitu berdasarkan
Pasal 49 ayat (2) huruf Undang-Undang Perbankan, berupa ancaman
pidana sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan)
tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
karena dianggap tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan
untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam
Undang-Undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang dikaitkan dengan
permasalahan maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Standar penilaian kemampuan dan kepatutan direksi dalam industri keuangan
bank antara lain terdiri dari standar kriteria dan standar cara penilaian. Standar
kriteria yaitu Integritas, Kompetensi dan Reputasi Keuangan (Pasal 17 PBI
No. 12/23/PBI/2010). Adapun faktor integritas antara lain memiliki akhlak
dan moral yang baik; tidak pernah melakukan praktik-praktik dibidang usaha
perusahaan pembiayaan dan/atau jasa keuangan lainnya; tidak pernah
melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan bidang perusahaan
pembiayaan dan/atau jasa keuangan lainnya; tidak pernah dihukum karena
tindak pidana kejahatan, sedangkan faktor kompetensi antara lain pengetahuan
yang memadai dan relevan dengan jabatannya, pemahaman tentang peraturan
perundang-undangan dibidang perusahaan pembiayaan dan peraturan
perundang-undang lain yang berhubungan dengan perusahaan pembiayaan.
Standar cara penilaian yaitu penelahaan administratif dan wawancara (Pasal
22 PBI No. 12/23/PBI/2010)
2. Pihak yang terlibat dalam penilaian kemampuan dan kepatutan direksi
dalam industri keuangan bank ada dua pihak yaitu pertama, pihak penilai dan
pihak yang dinilai adalah calon direksi yang telah memenuhi persyaratan
penilaian kemampuan dan kepatutan; calon anggota direksi yang melakukan
pelanggaran dalam penilaian kemampuan dan kepatutan; orang yang belum
pernah menjadi anggota direksi bank, yang dicalonkan menjadi anggota
direksi bank; orang yang sedang menjabat sebagai anggota direksi bank, yang
dicalonkan menjadi anggota direksi pada bank lainnya; orang yang pernah
menjabat sebagai anggota direksi bank yang dicalonkan menjadi anggota
direksi pada bank yang sama atau pada bank lainnya; anggota direksi bank
yang akan beralih jabatan menjadi direktur yang membawah fungsi kepatuhan
pada bank yang sama; anggota direksi bank yang beralih jabatan menjadi
anggota dewan komisaris pada bank yang sama;
3. Akibat hukum bagi direksi pada industri keuangan bank yang melanggar
aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan adalah bagi calon
direksi yang dinyatakan lulus namun diketahui pelanggaran seperti memiliki
kredit macet akan dikenakan sanksi lulus bersyarat Pasal 32 PBI No.
12/23/PBI/2010). Bagi calon direksi yang tidak lulus karena memenuhi
persyaratan wajib segera mengundurkan diri paling lambat 15 (lima belas) hari
dan dilarang melakukan tugas operasional dalam bentuk apapun dan harus
menyelesaikan hal-hal terkait dengan pelanggaran atau penyimpang yang
dilakukannya, bagi calon direksi yang melakukan pelanggaran dapat
dikenakan sanksi ancaman pidana sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000,00
(seratus miliar rupiah) Pasal 49 ayat (2) UU Perbankan.
B. Saran
Adapun saran berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas adalah
sebagai berikut:
1. Bank sebagai lembaga keuangan harus dapat menjaga kepercayaan konsumen,
sehingga bank harus diurus oleh manajemen yang profesional, jujur dan
berdedikasi tinggi. Proses seleksi menajemen yang dilakukan adalah melalui
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan.
2. Sebaiknya memperhatikan ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan,
hal tersebut untuk menghindari terjadinya RUPS berulang kali sehingga
menjadi tidak efisien, jika calon direksi yang telah diangkat RUPS ternyata
BAB II
STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK
A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan
1. Latar belakang pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
Saat ini perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara stabil dan
berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang di semua
sektor perekonomian, serta memberikan kesejahteraan secara adil kepada seluruh
rakyat Indonesia maka program pembangunan ekonomi nasional harus
dilaksanakan secara komprehensif dan menyentuh ke seluruh sektor riil dari
perekonomian masyarakat Indoensia. Salah satu komponen penting dalam sistem
perekonomian nasional dimaksud adalah sistem keuangan dan seluruh kegiatan
jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi bagi berbagai kegiatan
produktif di dalam perekonomian nasional.8
Awal pembentukan OJK berawal dari adanya keresahan dari beberapa
pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia. Ada tiga hal yang melatar
belakangi pembentukan OJK, yaitu perkembangan industri sektor jasa keuangan
di Indonesia, permasalahan lintas sektoral industri jasa keuangan, dan amanat
UUBI. Pasal 34 UUBI merupakan respons dari krisis Asia yang terjadi pada
8
1998 yang berdampak sangat berat terhadap Indonesia, khususnya sektor
perbankan.9
Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawas jasa keuangan
seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana
pensiun dan asuransi yang sudah harus terbentuk pada tahun 2010. Keberadaan Krisis pada 1997-1998 yang melanda Indonesia mengakibatkan banyaknya
bank yang mengalami koleps sehingga banyak yang mempertanyakan
pengawasan Bank Indonesia terhadap bank-bank. Kelemahan kelembagaan dan
pengaturan yang tidak mendukung diharapkan dapat diperbaiki sehingga tercipta
kerangka sistem keuangan yang lebih tangguh. Reformasi di bidang hukum
perbankan diharapkan menjadi obat penyembuh krisis dan sekaligus menciptakan
penangkal dalam pemikiran pemasalahan-pemasalahan di masa depan.
Ide awal pembentukan OJK yang sebenarnya adalah hasil kompromi untuk
menghindari jalan buntu pembahasan undnag-undang tentang bank Indonesia oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, pemerintah
mengajukan Rancangan UUBI (selanjutnya yang memberikan independensi
kepada bank sentral. Rancangan Undang-Undang ini di samping memberikan
independensi, juga mengeluarkan fungsi pengawasan perbankan dari Bank
Indonesia. Ide pemisahan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari
Helmut Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (bank sentral Jerman) yang
pada waktu penyusunan rancangan UUBI bertindak sebagai konsultan.
Mengambil pola bank sentral Jerman yang tidak mengawasi bank.
9
OJK ini sebagai suatu lembaga pengawas sektor keuangan di Indonesia perlu
untuk diperhatikan, karena harus dipersiapkan dengan baik segala hal untuk
mendukung keberadaan OJK tersebut.10
2. Tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan
Pasal 1 UU OJK, OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini. “ Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa OJK adalah
sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar
modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Pada
dasarnya UU OJK ini hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata
pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki kekuasaan didalam
pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Oleh karena itu,
dengan dibentuknya OJK diharapkan dapat mencapai mekanisme koordinasi yang
lebih efektif didalam penanganan masalah-masalah yang timbul didalam sistem
keuangan. Dengan demikian dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem
keuangan dan adanya pengaturan dan pengawasan yang lebih terintegrasi.
Sejak lama, pembentukan lembaga OJK ini diamanatkan oleh UUBI,
sudah menghadapi berbagai kontroversi mengenai sudah tepatkah pemindahan
fungsi pengawasan perbankan yang semula ditangani oleh Bank Indonesia.
10
a. Untuk mencapainya, Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan
moneter secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan dengan
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.
b. Mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis.
c. Menciptakan satu otoritas yang lebih kuat dengan memiliki sumber daya
manusia dan ahli yang mencukupi.11
Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah
membuat sistem keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah
kesepakatan untuk membentuk OJK yang menurut undang-undang tersebut harus
terbentuk pada tahun 2002. Meskipun OJK berdasarkan kesepakatan dan
diamanatkan oleh UU, nyatanya sampai dengan 2002 draft pembentukan OJK
belum ada, sampai akhirnya UUBI yang menyatakan tugas BI adalah mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas
dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini. OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaksanakan tugas pengaturan dan
pengawasan terhadap:
11
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;
b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor
Perbankan OJK mempunyai wewenang:
a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:
1) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran
dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya
manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin
usaha bank; dan
2) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,
produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
1) Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman
terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
2) Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
3) Sistem informasi debitur;
4) Pengujian kredit (credit testing); dan
5) Standar akuntansi bank;
c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
2) Tata kelola bank;
3) Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
4) Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan
d. Pemeriksaan bank.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:
1) Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang ini;
2) Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3) Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4) Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5) Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6) Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
7) Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter
pada Lembaga Jasa Keuangan;
8) Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9) Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan
Adapun maksud dari pembentukan OJK menurut beberapa ahli/pakar
a. Menkeu Agus Matroardojo
Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi kompleksitas keuangan
global dari ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK merupakan
komitmen pemerintah dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia
b. Fuad Rahmany
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menghilangkan penyalahgunaan
kekuasaan (abuse of power) yang selama ini cenderung muncul. Sebab
didalam OJK, fungsi pengawasan dan pengaturan dibuat terpisah
c. Darmin Nasution
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah untuk mencari efesiensi di sektor
perbankan, pasar modal dan lembaga keuangan. Sebab suatu
perekonomian yang kuat, stabil dan berdaya saing membutuhkan
dukungan dari sektor keuangan.
d. Deputi Gubernur BI Miliaman D Hadad:
Terdapat empat pilar sektor keuangan global yang menjadi agenda OJK.
Pertama, kerangka kebijakan yang kuat untuk menanggulangi krisis.
Kedua, persiapan resolusi terhadap lembaga-lembaga keuangan yang
ditengarai bisa berdampak sistemik. Ketiga lembaga keuangan membuat
surat wasiat jika terjadi kebangkrutan sewaktu-waktu dan keempat
transparansi yang harus dijaga.
3. Status Otoritas Jasa Keuangan
Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU OJK dikatakan bahwa, OJK adalah
dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam undang-undang ini.12 Bagian penjelasan UU OJK disebutkan bahwa, OJK dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada diluar pemerintah. Jadi
seharusnya tidak terpengaruh oleh pemerintah.13
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah suatu unifikasi pengaturan dan
pengawasan sektor jasa keuangan, dimana sebelumnya kewenangan pengaturan
dan pengawasan dilaksanakan oleh kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan
Badan Pengawas Pasar Modal.
Berdasarkan penjelasan diatas
menunjukkan bahwa status kelembagaan OJK adalah lembaga yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, sehingga secara yuridis bebas dari
campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam
UU OJK.
Independensi OJK tercermin dalam kepemimpinan OJK. Secara orang
perorangan, pimpinan OJK memiliki kepastian masa jabatan dan tidak dapat
diberhentikan kecuali memenuhi alasan yang secara tegas diatur dalam UU OJK.
Di samping itu, untuk mendapatkan pimpinan OJK yang tepat dalam UU OJK
diatur juga mekanisme seleksi yang transparan, akuntabel dan melibatkan
partisipasi publik melalui suatu panitia seleksi yang unsur-unsurnya terdiri atas
pemerintah, Bank Indonesia dan masyarakat sektor jasa keuangan.
4. Dasar pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
14
12
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 2 ayat (1)
13
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 2 14
Pembentukan OJK didasarkan kepada tiga landasan yaitu :
1. Landasan filosofis
Mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan stabil dan
berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbanh
disemua sektor perekonomian serta memberikan kesejahteraan secara adil
kepada seluruh rakyat Indonesia.
2. Landasan yuridis
Undang-Undang Bank Indonesia
3. Landasan sosiologis
a. Globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang
teknologi dan informasi serta inovasi financial telah menciptakan sistem
keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar
subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan.
b. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di
berbagai sub sektor keuangan menambah kompleksitas transaksi dan
interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan.
c. Banyaknya permasalahan lintas sektoral disektor jasa keuangan yang
meliputi tindakan moral hazard belum optimalnya perlindungan konsumen
jasa keuangan dan terganggunya stabilitas sistem keuangan.
B. Peranan Direksi di Industri Perbankan
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.15
Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-tugas, yaitu :
Persyaratan
Pengangkatan Direksi, antara lain : direksi diangkat oleh RUPS, direksi perseroan
terdiri atas 1 (satu) orang anggota direksi atau lebih, yang dapat diangkat menjadi
anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan
hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dihukum karena merugikan negara
dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.
16
1. Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
tugas pengurusan perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan.
kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan dengan aktivitas perseroan.
2. Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, anggaran dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh
aktivitas perseroan telah sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan
perundang-undangan yang berlaku, anggaran dasar, keputusan RUPS serta
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perseroan.
3. Direksi dalam memimpin dan mengurus perseroan semata-mata hanya untuk
kepentingan dan tujuan perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perseroan.
4. Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan perseroan secara
amanah dan transparan. Untuk itu direksi mengembangkan sistem
15
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 16
pengendalian internal dan sistem manajemen resiko secara terstruktural dan
komprehensif.
5. Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan perseroan
berbenturan dengan kepentingan pribadi.
Masa tugas direksi habis apabila:17
1. Anggota direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan
RUPS dengan menyebutkan alasannya.
2. Jangka waktu masa tugas direksi diatur dalam anggaran dasar atau akte
pendirian.
3. Jika diberhentikan sementara waktu sebelum masa tugasnya oleh
RUPS/Komisaris maka dalam jangka waktu 30 hari diadakan RUPS untuk
memberi kesempatan direksi tersebut membela diri. Apabila dalam jangka
waktu 30 hari tidak ada RUPS maka pemberhentian sementara batal demi
hukum.
4. Pemberhentian anggota direksi berlaku sejak:
a. ditutupnya RUPS apabila anggota direksi diberhentikan sewaktu-waktu
b. tanggal keputusan untuk memberhentikan anggota direksi
c.tanggal lain yang ditetapkan dalam RUPS
Kewajiban direksi di dalam perseroan, yaitu :18
1. Direksi wajib bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Sebagai organ yang wajib bertanggungjawab,
Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusan itu kepada RUPS.
2. Direksi wajib membuat dan memelihara daftar pemegang saham, risalah
RUPS dan risalah rapat direksi, menyelenggarakan pembukuan Perseroan;
melaporkan kepemilikan sahamnya dan keluarga yang dimiliki pada
perseroan atau perseroan lain.
3. Direksi wajib menyiapkan laporan tahunan (termasuk pertanggung jawaban
tahunan) untuk RUPS.
4. Direksi wajib memberikan keterangan kepada RUPS mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan perseroan.
5. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan atau RUPS lain yang dianggap
perlu (termasuk melakukan pemanggilan dan lain-lain).
6. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau
menjadikan jaminan sebagian besar atau seluruh kekayaan Perseroan.
18
7. Direksi wajib menyiapkan rencana penggabungan, peleburan atau
pengambilalihan untuk diajukan kepada RUPS.
Direksi memiliki peranan, yaitu :
Direksi berperan untuk mengusulkan kepada RUPS :
a. Perubahan anggaran dasar
b. Pembelian kembali saham dan pengalihan saham tersebut kepada pihak
lain
c. Penambahan modal
d. Pengurangan modal
e. Penggunaan laba dan pembagian deviden
f. Pembubaran perseroan
6. Direksi berwenang untuk mengatur dan menyelenggarakan kegiatan usaha
perseroan
7. Direksi berwenang mengelola kekayaan perseroan
8. Direksi berwenang mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan
9. Direksi berwenang untuk mendapatkan gaji dan tunjangan lainnya sesuai
anggaran dasar/akte pendirian
10. Direksi berwenang untuk membela diri dalam forum RUPS jika Direksi
telah diberhentikan untuk sementara waktu oleh RUPS/Komisaris
11. Direksi berwenang untuk mengajukan usul kepada Pengadilan Negeri agar