BAYI BARU LAHIR DI KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI TAHUN 2014
AYU FITRIA 135102055
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Bidan Praktik Swasta Dalam Pemberian Vitamin K pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai
Timur Kota Binjai Tahun 2014
ABSTRAK
Ayu Fitria
Latar Belakang : Salah satu bentuk kelainan darah adalah defisiensi vitamin K (PDVK) yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial apabila terjadi dalam proses persalinan sehingga berakibat kematian atau kecacatan pada bayi baru lahir.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014.
Metodologi penelitian : Desain penelitian ini bersifat deskritif korelasi dengan besar sampel 31 responden dengan metode pengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data dengan lembar kuesioner untuk pengetahuan dan sikap bidan praktik swasta dan serta tindakan menggunakan wawancara kuesioner. Analisis data dengan menggunakan chi square.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 responden mayoritas memiliki pengetahuan baik sebanyak 14 orang (45.2%), sikap positif sebanyak 17 orang (54.8%) dan tindakan tidak baik sebanyak 17 orang (54.8%). Hasil uji statistik diperoleh tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan nilai p = 0.308. Dan terdapat pengaruh antara sikap terhadap tindakan bidan
praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan nilai p = 0.041 dan ood ratio = 6.72 yang berarti bahwa bidan praktik swasta yang tidak
memiliki sikap baik, maka akan memiliki peluang 6.72 kali tidak melakukan pemberian vitamin K.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap tindakan dan ada pengaruh sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir. Jadi, diharapkan untuk bidan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Bidan Praktik Swasta dalam Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014”. Dimana karya tulis ilmiah ini merupakan tugas akhir dan menjadi salah satu syarat mencapai gelar SST di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengakui banyaknya kekurangan dalam tulisan ini sehingga karya
tulis ilmiah ini tidak mungkin penulis sebut sebagai suatu karya yang sempurna.
Kekurangan dan ketidaksempurnaan tulisan ini tidak dapat dilepaskan dari berbagai
macam rintangan dan halangan yang selalu datang pada diri penulis. Penulis rasakan
semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam
kehidupan penulis.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta bantuan
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati dan
penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns. M. Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus
3. dr. Ichwanul Adenin, SpOG (K) selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini, yang telah banyak meluangkan waktu serta pikirannya
kepada penulis dalam pembuatan KTI ini.
4. Erniyati S.Kep. M.NS selaku penguji II dalam seminar karya tulis ilmiah.
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan
Pendidik Universitas Sumatera Utara.
6. Teristimewa sembah sujud dan terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda
(Zulkarnaen B.E) dan ibunda (Dra. Nuratiah) yang tercinta dan tersayang. Yang
telah mendidik, membesarkan dan membimbing penulis dengan penuh kasih dan
sayang serta memberikan dukungan moril, spiritual, dan material sehingga
penulis dapat menyelesaikan KTI ini. Begitu juga buat Siti Haritsah, SKM dan
Wahid Hadi selaku saudara tersayang yang tidak henti-hentinya memberikan
semangat dan motivasi kepada penulis selama masa pendidikan.
7. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh teman- teman
yang tidak bisa ditulis satu per satu yang selama ini selalu bersama dalam
menuntut ilmu dan bersuka cita dalam hal apapun, juga motivasi dan dorongan
yang tiada henti.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas semua dan apapun yang telah
diberikan kepada penulis.Semoga Allah SWT selalu membalas semua kebaikan yang
selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.
Medan, Juli 2014
Penulis,
AYU FITRIA
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (knowladge) ... 6
1.Pengertian ... 6
2.Tingkatan Pengetahuan ... 7
3.Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetauan ... 7
B. Sikap (Atitude) ... 9
1.Pengertian ... 9
2.Komponen Pokok Sikap ... 9
3.Tingkatan Sikap ... 9
4.Fungsi Sikap ... 10
5.Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap ... 11
6.Pengukuran Sikap Model Likert ... 11
C. Praktik atau Tindakan (Practice) ... 11
2.Tingkatan Tindakan ... 12
3.Cara Mengukur Tindakan ... 13
D. Bidan ... 14
1.Pengertian Bidan ... 14
2. Pengertian Praktik Bidan Swasta ... 14
3. Praktik dan Kewenangan Bidan ... 14
3. Akibat Kakurangan dan Kelebihan VitaminK ... 18
G. Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K ... 19
H. Pelaksanaan Pemberian Injeksi K1 Profilaksis ... 19
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 23
B. Hipotesa ... 23
C. Defenisi Operasional ... 24
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26
B. Populasi dan Sampel ... 26
1. Populasi ... 26
2. Sampel ... 26
C. Tempat Penelitian ... 26
D. Waktu Penelitian ... 27
E. Pertimbangan Etik ... 27
F. Instrumen Penelitian ... 28
1. Aspek Pengukuran Pengetahuan ... 28
2. Aspek Pengukuran Sikap ... 39
3. Askep Pengukuran Tindakan ... 30
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ... 34
1. Univariat ... 34
2. Bivariat ... 38
B. Pembahasan ... 41
C. Keterbatasan Peneliti ... 48
D. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Kebidanan ... 48
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 24
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik
responden dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di
Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014 ... 35
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan
pengetahuan dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di
Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014 ... 36
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan sikap
dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan
Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014 ... 37
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan
tindakan dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di
Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014 ... 38
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase pengaruh pengetahuan
terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota
Binjai Tahun 2014 ... 39
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase pengaruh sikap terhadap
tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada
bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun
DAFTAR SKEMA
Skema 1.Kerangka Konsep Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian dan Surat Selesai Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuisioner
Lampiran 4 : Lembar Uji Validitas
Lampiran 5 : Rencana Kegiatan Penelitian
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 8 : Hasil Out Put Data Penelitian
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Bidan Praktik Swasta Dalam Pemberian Vitamin K pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai
Timur Kota Binjai Tahun 2014
ABSTRAK
Ayu Fitria
Latar Belakang : Salah satu bentuk kelainan darah adalah defisiensi vitamin K (PDVK) yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial apabila terjadi dalam proses persalinan sehingga berakibat kematian atau kecacatan pada bayi baru lahir.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014.
Metodologi penelitian : Desain penelitian ini bersifat deskritif korelasi dengan besar sampel 31 responden dengan metode pengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data dengan lembar kuesioner untuk pengetahuan dan sikap bidan praktik swasta dan serta tindakan menggunakan wawancara kuesioner. Analisis data dengan menggunakan chi square.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 responden mayoritas memiliki pengetahuan baik sebanyak 14 orang (45.2%), sikap positif sebanyak 17 orang (54.8%) dan tindakan tidak baik sebanyak 17 orang (54.8%). Hasil uji statistik diperoleh tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan nilai p = 0.308. Dan terdapat pengaruh antara sikap terhadap tindakan bidan
praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan nilai p = 0.041 dan ood ratio = 6.72 yang berarti bahwa bidan praktik swasta yang tidak
memiliki sikap baik, maka akan memiliki peluang 6.72 kali tidak melakukan pemberian vitamin K.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap tindakan dan ada pengaruh sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir. Jadi, diharapkan untuk bidan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan
maupun kematian (Profil Kesehatan, 2012).
Angka Kematian Bayi (AKB) terutama di Negara berkembang masih
dikatakan tinggi namun sudah mengalami penurunan. Menurut hasil SDKI
penurunan AKB cukup tajam antara tahun 1991 sampai 2003 yaitu dari 68 per 1.000
kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup kemudian terjadi penurunan
AKB yang melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per
1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan, 2012).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007), penyebab kematian
neonatal adalah asfiksia, prematuritas dan \BBLR, sepsis, hipotermi, kelainan
darah/ikterus, postmatur dan kelainan kongenital. Salah satu bentuk kelainan darah
adalah defisiensi vitamin K (PDVK) yang dapat menyebabkan perdarahan
intracranial apabila terjadi dalam proses persalinan sehingga berakibat kematian atau
kecacatan pada bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2011. hlm. 1).
Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)
dilaporkan antara 0,25 sampai 1,7 %, di Inggris 10 kasus dari 27 penderita atau
sebesar 37 %, dan di beberapa Negara Asia angka kesakitan bayi karena Perdarahan
Akibat Defisiensi Vitamin K berkisar 1:1.200 sampai 1:1.400 kelahiran hidup.
ditemukan komplikasi perdarahan dalam otak (midwifery, 2009 dalam dalam
Ervinawati, 2010. hlm. 2).
Angka kejadian PDVK di Indonesia berkisar antara 1:200 sampai 1:400
kelahiran bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis. Di Indonesia, data
mengenai PDVKsecara nasional belum tersedia. Hingga tahun 2004 didapatkan 21
kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr.Sardjito Yogyakarta dan 8 kasus di RSU
Dr.Soetomo Surabaya (Permono, dkk. 2005. hlm. 1 ).
Dalam beberapa kali Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA),
dan Kongres Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) ke
VIII tahun 1998 dan ke IX tahun 2001 telah direkomendasikan pemberian profilaksis
vitamin K pada bayi baru lahir. Hal ini mendorong dilakukannya kajian oleh Health
Technology Assesment (HTA) Depkes bekerjasama dengan organisasi profesi
terhadap pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis pada bayi baru lahir, yang
merekomendasikan bahwa semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin
K, regimen vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1, dan cara pemberian secara
intramuskular (Rekomendasi A) (KEMENKES RI, 2011. hlm. 2).
Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional
dengan sejumlah praktisi diseluruh dunia, maka dari itu bidan mempunyai tugas
penting dalam memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil,
persalinan, nifas dan menolong persalinan dengan tanggung jawab sendiri serta
memberikan asuhan pada bayi baru lahir (Sofyan, dkk. 2006. hlm. 124).
Berdasarkan hasil penelitian Kasmawati (2012), tentang hubungan
pengetahuan dan penyediaan obat terhadap pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
yang dilakukan di kecamatan Linge kabupaten Aceh Tengah menunjukkan bahwa
sebanyak 17 responden (56.7%). Namun sebagian besar bidan tidak memberikan
obat vitamin K pada bayi baru lahir yaitu berjumlah 16 orang (53.3 %) dari 30
jumlah responden.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Suwarnisih (2011), menunjukkan
bahwa tigkat kepatuhan bidan dalam pelaksanaan pemberian suntikan vitamin K1
termasuk dalam ketegori patuh semua sebanyak 31 bidan (100%) dari 31 sampel
yang ada.
Penanganan bayi baru lahir oleh bidan dengan melakukan atau tidak
pemberian vitamin K pada bayi dengan baik dan benar tergantung dari pengetahuan
yang didapatkan oleh bidan sehingga bidan dapat bersikap dan bertindak benar dalam
pemberian vitamin K pada setiap bayi baru lahir. Namun tanpa adanya sikap yang
baik tentang pemberian vitamin K oleh bidan akan mempengaruhi kemampuan bidan
itu sendiri dalam melaksanakan tindakannya. Ini merupakan suatu masalah yang
harus merupakan suatu masalah yang harus menjadi tanggung jawab dari tenaga
kesehatan khususnya bidan.
Berdasarkan latar belakang diatas, dengan alasan masih kurangnya informasi
dan kesadaran bidan praktik swasta terhadap pemberian vitamin K pada bayi baru
lahir maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Pengetahuan dan Sikap
Terhadap Tindakan Bidan Praktik Swasta dalam Pemberian Vitamin K pada Bayi
Baru Lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimana Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Bidan
Praktik Swasta dalam Pemberian Vitamin K pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengidentifikasi Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Tindakan Bidan Praktik Swasta Dalam Pemberian Vitamin K Pada Bayi
Baru Lahir Di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik bidan praktik swasta dalam pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui pengetahuan bidan praktik swasta dalam pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
Tahun 2014.
c. Untuk mengetahui sikap bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K
pada bayi baru lahir berdasarkan sikap di Kecamatan Binjai Timur Kota
Binjai Tahun 2014.
d. Untuk mengetahui tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
Tahun 2014.
e. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap tindakan bidan praktik
swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan
Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014.
f. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta
dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir diKecamatan Binjai
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan yang bermanfaat dan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan yang luas serta mendapat pengalaman yang
nyata dalam melakukan peneletian serta penerapan ilmu pelayanan
kesehatan dan asuhan kebidanan yang di dapat penulis selama pendidikan.
2. Bagi Bidan
Sebagai bahan masukan bagi bidan khususnya Bidan Praktik
Swasta agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi Ibu dan Bayi
khususnya dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir sehingga
dapat menurunkan angka kejadian dan kematian penyakit perdarahan
akibat defisiensi vitamin K (PVDK).
3. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi untuk kepentingan kepustakaan
pendidikan serta dapat menjadi sumber informasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan penelitian yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan (knowladge)
1. Pengertian
Pengetauan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman rasa dan raba (Notoadmodjo, 2007. hlm. 139)..
2. Tingkatan Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkatan, yakni : Tahu (know), Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami (comprehension),
memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Aplikasi (aplication), aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya). Analisis (analysis), analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan meteri atau suatu objek ke dalam komponen
– komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dan yang terakhir Evaluasi
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo,
2007. hlm. 139).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003:
128).
3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan
Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam
diri seseorang adalah :
a. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun angka kematian di dalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Persoalan
yang dihadapi adalah umur yang tepat, apakah panjang intervalnya di
dalam pengelompokan cukup untuk menyembunyikan peranan umur pada
pola kesakitan atau kematian apakah pengelompokan umur dapat
dibandingkan dengan pengelompokan pada penelitian orang lain.
b. Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
dalam pendidikan ini terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan kearah yang lebih matang pada diri individu, kelompok dan
masyarakat. Konsep ini berangkat dari asumsi manusia sebagai makhluk
kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu, dan
sebagainya) dalam mencapai tujuan seorang individu, kelompok, dan
masyrakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
c. Pekerjaan
Pekerjaan akan menimbulkan reaksi fisiologi lagi yang melakukan
pekerjaan itu, reaksi ini dapat bersifat positif misalnya senang, bergairah,
ataupun reaksi yang bersifat negatif misalnya bosan, acuh, tidak serius
dan sebagainya.
Melakukan pekerjaan secara efesien tidak hanya tergantung kepada
kemampuan atau ketarampilan tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan
prosedur kerja, uraian kerja, peralatan kerja yang tepat atau sesuai dengan
lingkungan kerja dan lain-lain.
d. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan. Pengetahuan diperoleh
dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seseorang
memperoleh pengetahuan dari pengalaman pada keadaan sebelumnya
tentang pengalamanya. Semakin sering seseorang mengalaminya semakin
tinggi pengetahuan orang tersebut.
e. Sumber Informasi
Informasi adalah isi stimulasi yang dikeluarkan oleh sumber
(komunikator) kepada komunikan (penerima). Isi stimulasi berupa peran
atau infornasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan agar
seseorng secara positif untuk aktif melakukan sesuatu, berupa prilaku atau
tindakan. Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari
B. Sikap (attitude)
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku
(Notoadmodjo, 2007. hlm.142).
2. Komponen Pokok Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), komponen pokok sikap meliputi
hal-hal berikut:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
3. Tingkatan Sikap
Sama halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
d. Bertanggung Jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi dalam tingkatan ini adalah bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
(Notoadmodjo, 2010. Hal 31).
4. Fungsi sikap
a. Sebagai alat untuk menyesuaikan, sikap adalah sesuatu yang bersifat
communicable, artinya sesuatu yang mudah mengajar, sehingga mudah
pula menjadi milik bersama.Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara
orang dengan kelompok atau dengan anggota kelompok lainnya.
b. Sebagai alat pengatur tingkah laku, pertimbangan dan reaksi pada anak,
dewasa, dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada
umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya
proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.
c. Sebagai alat pengatur pengalaman manusia didalam menerima
pengalaman-pengalaman secara aktif, artinya semua berasal dari dunia
luar tidak semua dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana
hal-hal yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua
pengalaman di beri penilaian lalu dipilih.
d. Sebagai pernyataan kepribadian, sikap sering mencerminkan pribadi
seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi
yang mendukungnya, oleh karena itu sikap-sikap pada objek tertentu,
sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Maulana (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu :
a. Faktor Internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima atau
menolak pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat dari luar diri manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya
interaksi antara manusia dalam bentuk kebudayaaan yang sampai kepada
individu melalui surat kabar, televisi, majalah, dan sebagainya.
6. Pengukuran Sikap Model Likert
Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap
dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala
(Hidayat, 2007, hlm. 104).
Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan
pertanyaan-pertanyaan tersebut, subjek yang diteliti akan memilih salah satu dari lima
alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang disediakan
oleh likert adalah :
a. Sangat setuju (strogly approve) : 4
b. Setuju (apporove) : 3
c. Tidak setuju (Disapporove) : 2
C. Praktik atau Tindakan (practice)
1. Pengertian
Praktik atau tindakan merupakan proses seseorang yang telah mengetahui
stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat
terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan
melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya
(Notoadmodjo, 2007 . hlm. 145).
2. Tingkatan Tindakan
Menurut Notoadmodjo (2010), Praktik atau tindakan mempunyai
beberapa tingkatan, yakni:
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objeksehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
b. Respons Terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakanp itu sudah dimodifikasinya tanpa
3. Cara Mengukur Tindakan / Praktek
Secara garis besar mengukur tindakan / praktek seseorang dapat dilakukan
melalui dua metode, yakni :
a. Langsung
Mengukur tindakan secara langsung, berarti peneliti langsung mengamati
atau mengobservasi perilaku subjek yang di teliti. Misalnya : mengukur
tindakan bidan dalam memberikan vitamin K pada bayi baru lahir, maka
peneliti dapat mengamati langsung bidan – bidan dalam memberikan
vitamin K pada bayi baru lahir. Untuk memudahkan pengamatan, maka
hal – hal yang akan diamati tersebut dituangkan atau dibuat lembar tilik
atau check list, misalnya : sebelum menyuntik bidan cuci tangan atau
tidak, memakai sarung tangan atau tidak dan seterusnya.
b. Tidak Langsung
Pengukuran tindakan secara tingkah laku ini, berarti peneliti tidak secara
langsung mengamati tindakan orang yang diteliti (responden). Oleh sebab
itu metoda pengukuran secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu :
1) Metode mengingat kembali atau recall
Metode recall ini dilakukan dengan cara responden atau
subjek penelitian diminta untuk mengingat kembali (recall) terhadap
tindakan beberapa waktu yang lalu. Lamanya waktu yang diminta
untuk diingat responden, berbeda – beda yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
2) Melalui orang ketiga (yang dekat dengan subjek atau responden)
Pengukuran dengan cara ini dilakukan oleh orang yang
terdekat dengan responden yagn diteliti.
3) Melalui indikator atau hasil perilaku responden
Pengukuran tindakan ini dilakukan melalui indikator hasil perilaku
orang yang diamati (Notoadmodjo, 2010. Hal 146 – 147).
D. BIDAN
1. Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Bidan mempunyai tugas penting
dalam memberikan bimbingan, asuhan, dan penyuluhan kepada ibu hamil,
persalinan, nifas dan menolong persalina dengan tanggung jawabnya sendiri
serta memberi asuhan pada bayi baru lahir (Sofyan, dkk. 2006 . hlm. 124).
2. Pengertian Bidan Praktek Swasta
Bidan praktek swasta adalah bidan yang memiliki surat izin praktek bidan
(SIPB) sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register) diberi izin
secara sah dan legal untuk menjalankan praktek kebidanan mandiri (Sofyan,
2008, hal. 185).
3. Praktik dan Kewenangan Bidan
Praktik bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai
dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan dapat berpraktek di semua
tatanan pelayanan kesehatan, termasuk di rumah sendiri, komunitas, polindes,
balai pengobatan dan atau sarana kesehatan lainnya (Sofyan, dkk. 2006 . hlm.
187).
Tentu jika bidan ingin melakukan praktik, bidan tersebut harus melakukan
registrasi yakni dimulai dari proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap dirinya, sehingga secara fisik dan mental mampu
melaksanakan praktik profesinya (Sofyan, 2006 hlm. 187).
Selain registrasi, bidan harus memiliki Surat Izin Bidan (SIB) yang
merupakan bukti terltulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pelayanan
asuhan kebidanan diseluruh wilayah Republik Indonesia dan Surat Izin Praktek
Bidan (SIPB) yang merupakan bukti terltulis yang diberikan kepada bidan untuk
menjalankan prektik bidan (Sofyan, 2006 . 187).
Di dalam melakukan dan menjalankan pelayanan kesehatan, bidan dituntut
untuk memiliki kompetensi yang meliputi keterampilan (skill) yaitu kemampuan
teknis dalam melaksanakan unjuk kerja tertentu berdasarkan penguasaan pada
pengetahuan (knowladge) dan sikap (attitude) serta standar profesi yaitu
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan
profesi (Sofyan, 2006 .hlm. 231).
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 900 / menkes / SK / VII /
2002 bidan dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan kebidanan kepada ibu,
pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kepada ibu juga meliputi pelayanan kepada anak yang diantaranya pemeriksaan
bayi baru lahir (Sofyan, 2006 hlm. 168).
Rekomendasi telah diberikan oleh British Paediatric Association (BPA,
bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa ia mematuhinya. Bidan hanya
diberi wewenang untuk memberikan vitamin K secara intramuskular
(Henderson, 2006. Hlm. 392).
E. Bayi baru Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir melalui proses kelahiran sampai
usia 4 minggu, dengan usia gestasi 38-42 minggu dan mampu menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Pada saat adaptasi
tersebut terjadi gangguan-gangguan yang berpotensi menyebabkan kematian
dan kesakitan sedangkan perawatan bayi baru lahir meliputi tentang cara
menjaga kehangatan bayi (mencegah hipotermi), cara menyusui yang benar,
cara mencegah infeksi dan jadwal pemberian imunisasi. (Rukiyah, 2010 .
hlm. 2).
2. Perawatan Rutin Bayi Normal
Bayi baru lahir memiliki kadar vitamin K dan faktor – faktor
pembekuan darah yang sangat rendah, sebagian bayi baru lahir dapat
mengalami perdarahan dari saluran cerna, kekulit atau ke membran mukosa
dan jarang kedalam ke dalam otak. Penyakit perdarahan ini terbatas pada
bayi baru lahir yang belum mendapatkan profilaksis (Meadow, 2009
hlm.63).
F. Vitamin K
1. Pengertian Vitamin K
Vitamin adalah senyawa organic yang digunakan untuk mengkatalisator
metabolism sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
vitamin A (retinol), B kompleks (thiamin), B2 (riboflavin), B12
(sianokobalamin), C (asam ascorbat), D, E dan vitamin K(Hidayat, 2009).
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam pembekuan darah, seperti factor II,VII,IX,X dan antikoagulan
protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum
banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah (KEMENKES RI, 2011
hlm. 4).
Sebesar 15 – 80% vitamin K diabsorpsi di usus halus dengan bantuan
empedu dan cairan pancreas. Kemudian diikatkan dengan kilomikron dan
diangkut melalui system limfe ke hati. Simpanan di hati 10 persen dalam bentuk
filokinon dan sebesar 90 persen sebagai menakinon (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2008. Hlm. 95).
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu :
a. Vitamin K1 (phytomenadione), mempunyai rantai samping fitil dan hanya
terdapat di dalam tumbuh – tumbuhan berwarna hijau.
b. Vitamin K2 (menakinon), merupakan sekumpulan ikatan yang rantai
sampingnya terdiri atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 – 14 unit).
Menakinon disintesis oleh bakteri di dalam saluran cerna.
c. Vitamin K3 (menadion), adalah bentuk vitamin K sintetik. Menadion terdiri
atas cincin naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat
larut air. Menadion baru aktif secara biologic setelah mengalami alkilasi di
2. Fungsi Vitamin
Vitamin K berfungsi dalam pembekuan darah, walaupun mekanismenya
belum diketahui dengan pasti. Sejak tahun 1970-an para ahli mengetahui
peranan vitamin K dalam tubuh tidak hanya dalam pembekuan darah saja
melainkan merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu
protein berupa asam glutamat (glu) menjadi gama – karboksiglutamat (gla)
(Almatsier, 2005 hlm. 181).
Enzim karboksilase yang menggunakan vitamin K sebagai kofaktor
didapat di dalam membran hati dan tulang dan di lain jaringan. Pada proses
pembekuan darah, gama – karboksilasis terjadi didalam hati pada residu asam
glutamat yang terdapat pada berbagai faktor pembekuan darah, seperti faktor II
(protrombin), VII, VIII, IX, dan X. Kemampuan gla – protein untuk mengikat
kalsium merupakan langkah esensial dalam pembekuan darah (Almatsier, 2005.
hlm. 181).
Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna,
sehingga tidak dapat mengikat mineral – mineral yang diperlukan dalam
pembentukan tulang. Gla – protein juga ditemukan didalam jaringan tubuh lain
seperti ginjal, pankreas, limpa, paru – paru, dan endapan aterosklerotik namun
fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla – protein di dalam otak diduga
berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk pengembangan
otak (Almatsier, 2005 hlm. 181).
3. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K
Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal,
sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi perdarahan.Kekurangan vitamin
makanan.Kekurangan vitamin K terjadi bila ada gangguan absorpsi lemak (bila
produksi empedu kurang atau pada diare) (Almatsier, 2005 hlm. 184).
Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam
bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion.Gejala kelebihan vitamin
K adalah hemolysis sel darah merah, sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada
otak (Almatsier, 2005 hlm. 184).
G. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)
Vitamin K penting untuk sintesis sejumlah faktor pembekuan darah –
defiseiensi dapat menyebabkan gangguan perdarahan yang dikenal sebagai
penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.Faktor – faktor pembekuan darah yang
bergantung pada vitamin K terdapat dalam konsentrasi rendah saat lahir. Tetapi
jumlah ini kemudian turun hingga level terndah pada usia 2 – 5 hari (Henderson,
2006 .hlm. 391).
ASI mengandung vitamin K dalam jumlah sangat sedikit dan bayi yang
mendapat ASI dapat menderita akibat penyakit pendarahan yang muncul
terlambat, kadang kala perdarahan fatal intracranial dapat terjadi (Henderson,
2006 .hlm. 391).
Sejak tahun 1950, bayi – bayi yang beresiko tinggi mengalami penyakit
perdarahan (bayi – bayi yang preterm dan bayi yang meminum ASI, bayi yang
kelahirannya dibantu alat atau bayi yang mengalami trauma saat lahir, bayi yang
menggunakan antibiotic atau yang ibunya mengonsumsi obat – obatan yang
memengaruhi metabolisme vitamin K) diberikan profilaksis vitamin K setelah
lahir (Handerson, 2006 hlm. 391).
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) dapat terjadi spontan
operasi, disebabkan karena berkurangnya faktor pembekuan darah (koagulasi)
yang tergantung pada vitamin K yaitu faktor II, VII, IX dan X. Sedangkan faktor
koagulasi lainnya, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit dalam batas normal
(KEMENKES RI, 2011 hlm. 5).
H. Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
1. Peralatan dan Perlengkapan dalam Pemberian Vitamin K
a. Vitamin K injeksi
b. Sarung tangan satu pasang
c. Sepuit seteril 1 cc (sepuit kecil)
d. Bak instrumen
e. Kom dan Bengkok
f. Kapas basah (DTT)
g. Kapas kering
h. Waskom berisi larutan chlorin 0,5 %
i. Safety box
j. Wastafel/ tempat cucu tangan
k. Sabun biasa/ antiseptik
l. Handuk/ lap tangan
b. Cara Pemberian
Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi
dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml. Cara pemberian
1. Masukkan vitamin K1 ke dalam spuit sekali pakai steril 1 ml, kemudian
disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral
sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
2. Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0
(uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.
Adapun langkah– langkah pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
yang dikutip dari Yuli. 2009. hal. 41-43 adalah :
1. Sapa ibu dan bayi dengan ramah dan menginformasikan bahwa bayinya akan
di suntik
2. Cek kembali kepastian vitamin K injeksi.
3. Jelaskan hal-hal yang berkaitan denngan injeksi yang akan di berikan pada
ibu: manfaat, efek samping, tempat injeksi, dan lain-lain.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, keringkan dengan handuk
5. Siapkan vitamin K injeksi yang akan diberikan dengan mendekatkan meja
yang tidak terkena matahari langsung.
6. Pakai sarung tangan (tidak perlu seteril hanya untuk melindungi petugas dari
infeksi).
7. Ambil vitamin K injeksi kemudian buka (patahkan) tutupnya.
8. Lepaskan tutup sepuit dengan tidak menyentuh jarum sepuit.
9. Masukkan vitamin K injeksi ke dalam sepuit kecil 1cc.
10.Keluarkan gelembung udara, pegang sepit tegak lurus dan tarik
penyumbatnya kemudian masukan perlahan.
11.Tentukan tempat injeksi di paha anterolateral di vastus lateralis.
13.Suntikkan vitamin K injeksi secara intramuskuler tegangkan kulit dengan ibu
jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan yang tidak dominan) tusukkan jarum
kedalam kulit membentuk sudut 900. hapus darah dilokasi penyuntikan
dengan kapas kering.
14.Masukan sepuit kedalam larutan klorin, hisap larutan larutan klorin ke dalam
spuit.
15.Buang sampah spuit ke dalam safety box.
16.Beritahu ibu tentang relaksasi lokal yang mungkin timbul rasa sakit atau
kemerahan dan pembengakan di sekitr tempat penyuntikan. Relaksasi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah dua hari.
17.Bereskan semua peralatan yang digunakan dan pisahkan sampah kering dan
sampah basah
18.Cuci tangan di wadah larutan kelorin 0,5%, bersihkan sarung tangan dan
lepaskan secara terbalik
19.Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk.
20.Amati reaksi pasca penyuntikan.
21.Ingatkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi
22.Pendokumentasian.
Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis
dan cara yang sama. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian
vitamin K1 dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis
dan cara yang sama. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi
BAB III
KERANGKA KONSEP
A.Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplikasi dari kerangka
teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu kerangka
konsep ini terdiri dari variabel – variabel serta hubungan variabel yang satu dengan
yang lain (Notoatmodjo, 2010).
Pada skema kerangka konsep dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini
adalah bidan praktik swasta dimana peneliti akan mengidentifikasi pengaruh
pengetahuan dan sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur kota
Binjai.
Pengetahuan Tindakan Bidan Praktik
Swasta dalam Pemberian
vitamin K pada bayi baru
2. Ada pengaruh sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur kota
Binjai.
C. Defenisi Operasional
Defenisi oprasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang
dapat diamati (syahrum. Salim, 2007 hlm.108).Defenisi oprasional ini penting dan
diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data itu konsisten antara
sumber data (responden) yang satu dengan yang lain. Definisi oprasional variabel
yang dihubungkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional Variabel No. Variable Defenisi
operasional
1. Baik :Bila reponden memperoleh skor 7 - 10 dari 10 pertanyaan 2. Cukup : Bila
memperoleh skor 1 – 3 dari 10 pertanyaan
Kuesioner Penyebaran Kuisioneer
3. Variabel Dependen
Tindakan
Suatu perbuatan nyata yang dilakukan secara langsung oleh bidan terhadap sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
Kuisioner Penyebaran Kuisioner
1. Baik jika Dilakukan: bila skor responden 6 – 10
dari 10 soal pernyataan.
2. Tidak Baik jika Tidak dilakukan : bila skor
responden 0- 5 dari 10
soal pertanyaan.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
Korelasi dengan pendekatan cross sectional (penelitian yang hanya dilakukan sekali
waktu saja) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap
terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010. hlm. 173).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BPS yang ada di Kecamatan Binjai
Timur yaitu sebanyak 31 orang (Dinkes Kota Binjai, 2014).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti sebagai objek
penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2006. hlm.
120).Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara
total sampling dengan seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 31 orang.
Dimana kriteria inklusi responden disini adalah:
1. Bidan yang memiliki praktik sendiri dirumah.
2. Bidan yang memiliki Ijazah pendidikan kebidanan
3. Bidan yang sudah bekerja selama > 3 tahun
C. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di 31 klinik yang berada di Kecamatan Binjai
Timur, Kota Binjai dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian sejenis
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari bulan November 2013 dan diperkirakan akan
selesai pada bulan mei 2014.
E. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek penelitian yaitu
peneliti mendapat izin dari Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan surat persetujuan
penelitian kepada kepala Desa di Kecamatan Binjai Timur. Kemudian peneliti
menemui responden melakukan pendekatan, menjalin hubungan, kemudian
menjelaskan manfaat dan tujuan serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh
negatif yang akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data dan menjelaskan
bahwa responden dapat mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa ada
tekanan ataupun paksaan dan untuk menjaga kerahasiaan responden, maka kuesioner
yang diberikan kepada responden diberi kode tanpa mencantumkan nama.
Setelah responden mengerti dan memahami maksud dan tujuan penelitian
yaitu bahwa data-data yang diperoleh dari responden semata-mata digunakan demi
perkembangan ilmu pengetahuan, maka secara sukarela responden menandatangani
lembar persetujuan dan pengisian kuesioner. dan membagikan kuesioner serta
menjelaskan bahwa responden dapat mengundurkan diri dari penelitian setiap saat
tanpa ada tekanan ataupun paksaan. Peneliti menghormati hak responden untuk
menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang diberikan kepada responden diberi kode
tanpa mencantumkan nama responden. Dalam membagikan kuesioner peneliti
mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan
F. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan
instrument penelitian yaitu berupa kuesioner pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan
merupakan multiple choice dan kuesioner sikap berisi 10 pertanyaan dengan tipe
check list dan tindakan berisi 10 pernyataan dengan tipe check list yang disusun
sendiri oleh penulis dengan arahan dari pembimbing.
1. Aspek Pengukuran Pengetahuan
Aspek pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan
instrumen yang berupa kuesioner yang terdiri dari variabel penelitian sebagai
berikut:
Untuk mengetahui pengetahuan bidan terhadap pemberian vitamin K pada
bayi baru lahir, peneliti mengajukan 10 pertanyaan analisa secara deskriptif dengan
besar skornya dalam setiap pertanyaan adalah 1 jika dijawab dengan benar, dan jika
pertanyaan dijawab dengan salah, skornya 0, dengan nilai minimum 0 dan maximum
10. Pemberian skor pengetahuan responden yaitu :
a) Benar diberi skor 1
b) Salah diberi skor 0
Berdasarkan rumus statistika :
P= Panjang kelas
R= Rentang merupakan skor terbesar – skor terendah (Ridwan.2010.hal 43).
Banyak kelas = banyaknya kelompok/ lebar interval yang terdiri dari 3 kelas yakni
baik, cukup, kurang. Untuk mendapatkan perhitungan tersebut adalah dengan
a) Pengetahuan baik apabila responden memperoleh skor 7 - 10
b) Pengetahuan cukup apabila responden memperoleh skor 4 – 6
c) Pengetahuan kurang apabila responden memperoleh skor 1 - 3
2. Aspek Pengukuran Sikap
Untuk mengetahui sikap responden, peneliti mengajukan pernyataan. Di
mana terdapat 10 pernyataan tentang sikap bidan praktik swasta yang terdiri dari
pernyataan yang mendukung (Favourabel) dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju
(S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penilaian diukur dengan
menggunakan metode scoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot.
Bila jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai empat (skor 4), setuju (S) diberi
nilai tiga (skor 3), tidak setuju (TS) diberi nilai dua (skor 2), dan sangat tidak setuju
(STS) diberi nilai satu (skor 1). Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan
menggunakan rumus sebagai berikut ( Hidayat, 2007, hlm. 102). Untuk mendapatkan
kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut :
a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil
Nilai terbesar : 40
Nilai terkecil : 10
b. Menentukan nilai rentang (R)
Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil
= 40 – 10
= 30
c. Menentukan nilai panjang kelas (i)
d. Menentukan Kategori sikap berdasarkan perolehan nilai
Baik = Jika responden mendapatkan skor 26-40
Tidak baik = Jika responden mendapatkan skor 10-25
2. Aspek Pengukuran Tindakan
Untuk mengetahui tindakan responden, peneliti mengajukan 10 pertanyaan.
Skor 1 jika salah satu pertanyaan dijawab dengan benar, skor 0 jika pertanyaan
dijawab salah. Nilai minimum 0 dan maksimum 10, dengan kategori:
1. Dilakukan (Baik) jika skor = 6 – 10
2. Tidak dilakukan (Tidak Baik) jika skor = 0 – 5
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji kesahihan instrumen penelitian di
mana berarti instrumen penelitian dapat mengukur apa yang hendak diukur
(Notoadmodjo, 2010). Suatu butir instrumen penelitian dikatakan valid dan dapat
mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya
diharapkan 0.7 atau lebih.
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan secara content validity kepada
orang yang dianggap ahli yang dalam hal ini uji validitas dilakukan oleh ibu Evi Era
Liesmayani,SST.M.Keb yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur keandalan instrumen penelitian,
artinya seberapa sering pun instrumen yang sama digunakan pada sampel yang sama
maka hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
Alpha Cronbach. Test reliabilitas menggunakan analisis item, yaitu masing-masing
skor item dikorelasikan dengan skor totalnya dengan ketentuan apabila koefisien
alpha mendekati angka 0,7 dinyatakan reliabel.
Uji reliabilitas ini diujikan setelah penelitian berlangsung dengan sampel
yang sama dengan responden pada penelitian ini sebanyak 30 orang dan hasilnya
adalah nilai koefisien alpha untuk pengetahuan 0,78, koefisien alpha untuk sikap
0,88 dan nilai koefisien alpha untuk tindakan 0,81.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner yang diberikan kepada responden.Prosedur pengumpulan data
dilaksanakan oleh peneliti di Klinik Bidan Praktik Swasta yang ada di Kecamatan
Binjai Timur.
Dengan langkah-langkah yaitu peneliti mendapat surat permohonan izin
pelaksanaan penelitian dari Kepala Pendidikan atau Ketua Pelaksana Program Studi
D-IV Bidan pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan peneliti
mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian tersebut kepada Kepala
Camat Kecamatan Binjai Timur. Setelah mendapatkan izin, kemudian peneliti
melaksanakan pengumpulan data pada responden dengan menemui satu per satu
responden di klinik masing – masing responden di daerah Sumber Karya, Mencirim
dan Tanah Tinggi dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat,
Selanjutnya peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi
responden dengan menandatangani informed concent. Kemudian peneliti
menjelaskan cara pengisian kuesioner dengan menjawab seluruh pernyataan dengan
jujur. Agar pengumpulan data dapat berjalan dengan cermat dan teliti, peneliti
mengawasi dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner selama 15 – 20
menit. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan, selanjutnya,
peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih dahulu memeriksa
jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya. Penelitian dilanjutkan di hari –
hari berikutnya tepatnya pada hari jum’at, sabtu dan minggu sampai selesai.
I. Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul, maka peneliti
melakukan analisa dan melalui beberapa tahap, pertama editing untuk melakukan
pengecekan kelengkapan data. Kemudian data yang akan diukur diberi coding untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Selanjutnya tabulating untuk
mempermudah analisa data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Setelah itu
mengentry data kedalam komputer dan dilakukan dalam pengolahan data dengan
menggunakan tehnik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry
yaitu pemeriksaan semua data kedalam program komputer guna menghindari
terjadinya kesalahan.
Analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan, sikap dan tindakan bidan
praktik swasta dan kemudian hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan
keeratan hubungan atau pengaruh antara dua variabel (Arikunto, 2006, hlm.271).
Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Chi Square ( X2 ), dengan nilai kemaknaan (α = 0.05)
dan p < 0.05. Uji statistik ini melihat pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh
pengetahuan dan sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir di kecamatan Binjai Timur kota Binjai . Jumlah
responden yang didapatkan sebanyak 31 bidan praktik swasta, yang kemudian
dinilai dengan menggunakan instrumen kuesioner.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan
responden, sikap responden, tindakan responden bidan praktik swasta dalam
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di kecamatan binjai timur kota binjai.
Peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 10 pertanyaan mengenai
pengetahuan, 10 pernyataan mengenai sikap dan 10 pertanyaan mengenai
tindakan.
a. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Bidan Praktik Swasta dalam
Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai Timur
Kota Binjai Tahun 2014
Berdasarkan karakteristik distribusi responden yang dilibatkan dalam
penelitian ini sebanyak 31 orang, karakteristik responden mencakup umur,
pendidikan dan lama kerja. Berdasarkan karakteristik umur responden diperoleh
hasil penelitian bahwa mayoritas dijumpai pada umur 31 – 40 tahun yaitu 11
orang (35.5%). Dari seluruh responden yang dilibatkan dalam penelitian ini
kerja menunjukkan bahwa mayoritas responden telah bekerja 6 – 10 tahun yaitu
13 orang (41.9%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik Bidan Praktik Swasta dalam Pemberian Vitamin
K Pada Bayi Baru Lahirdi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014 (n=31)
Karakteristik Frekuensi
n = 33 Persentase (%) Umur
20 - 30 tahun 10 32.3
31 - 40 tahun 11 35.5
41 - 50 tahun 7 22.6
> 50 tahun 3 9.7
Pendidikan
SPK 1 3.2
D I Bidan 2 6.5
D III Kebidanan 28 90.3
Lama Kerja
1 – 5 tahun 6 19.4
6 – 10 tahun 13 41.9
11 – 15 tahun 3 9.7
> 5 tahun 9 29.0
b. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan Praktik Swasta dalam
Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai Timur
Kota Binjai Tahun 2014
Berdasarkan pengetahuan responden, didapatkan bahwa dari 31 bidan
praktik swasta mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 14 orang (45.2%),
minoritas bidan praktik swasta berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang
(12.9%). Dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan Praktik Swasta dalam Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014 (n=31)
Pengetahuan Frekuensi Persentase
Baik 14 45.2
Cukup 13 41.9
Kurang 4 12.9
c. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Bidan Praktik Swasta dalam
Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai Timur
Kota Binjai Tahun 2014
Berdasarkan sikap responden, didapatkan bahwa dari 31 bidan praktik
swasta mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 17 orang (54.8%), minoritas
memiliki sikap negatif sebanyak 14 orang (45.2%). Dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Sikap Bidan Praktik Swasta dalam Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014 (n=31)
Sikap Frekuensi Persentase
Positif 17 54.8
d. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Bidan Praktik Swasta dalam
Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai Timur
Kota Binjai Tahun 2014
Berdasarkan tindakan responden, didapatkan bahwa dari 31 bidan praktik
swasta mayoritas memiliki tindakan tidak baik sebanyak 17 orang (54.8%),
minoritas memiliki tindakan baik sebanyak 14 orang (45.2%). Dapat dilihat dari
tabel dibawah ini :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Tindakan Bidan Praktik Swasta dalam Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2014 (n=31)
Tindakan Frekuensi Persentase
Baik 14 45.2
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan
dan sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K
pada bayi baru lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai tahun 2014. Peneliti
menggunakan lembar kuesioner yang berisikan 10 pertanyaan mengenai
pengetahuan, 10 pernyataan mengenai sikap, dan 10 pertanyaan mengenai
tindakan.
a. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tindakan Bidan dalam pemberian vitamin K
Pada Bayi Baru Lahir
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 14 bidan praktik swasta
yang berpengetahuan baik, mayoritas dengan tindakan baik sebanyak 9 orang
(64.3%), minoritas dengan tindakan tidak baik sebanyak 5 orang (35.7 %). Dari
13 bidan praktik swasta yang berpengetahuan cukup, mayoritas dengan tindakan
tidak baik sebanyak 8 (61.5%) orang, minoritas dengan tindakan baik sebanyak 5
orang (38.5%). Sedangkan dari 4 bidan praktik swasta yang berpengetahuan
kurang, mayoritas dengan tindakan tidak baik sebanyak 4 orang (100%).
Berdasarkan uji statistik pengaruh antara variabel pengetahuan terhadap
tindakan bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
diukur dengan menggunakan uji chi squaere, diperoleh nilai ρ = 0.308 > 0.05 (h0
gagal ditolak) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara pengetahuan terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di kecamatan Binjai Timur kota Binjai
Tabel 5.4
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tindakan Bidan Praktik Swasta Dalam Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai Timur
Kota Binjai Tahun 2014
b. Pengaruh Sikap Terhadap Tindakan Bidan dalam pemberian vitamin K Pada
Bayi Baru Lahir
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 bidan praktik swasta yang
memiliki sikap positif, mayoritas dengan tindakan baik sebanyak 11 orang
(64.7%), minoritas dengan tindakan tidak baik sebanyak 6 orang (35.3 %).
Sedangkan dari 14 bidan praktik swasta yang memiliki sikap negatif, mayoritas
dengan tindakan tidak baik sebanyak 11 (78.6%) orang, minoritas dengan
tindakan baik sebanyak 3 orang (21.4%).
Berdasarkan uji statistik pengaruh antara variabel sikap terhadap tindakan
bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir diukur
dengan menggunakan uji chi square, diperoleh nilai continuity correction ρ =
0.04 < 0.05 ( H0 ditolak ) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara sikap terhadap tindakan bidan praktik swasta dalam
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di kecamatan Binjai Timur kota Binjai
Berdasarkan uji Risk didapatkan Odd Ratio (OR) dengan nilai OR = 6.722
Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila bidan praktik swasta tidak memiliki
sikap yang baik maka, akan memiliki peluang 6.722 kali tidak melakukan
pemberian vitamin k pada bayi baru lahir di kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
tahun 2014. Dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 5.4
Pengaruh Sikap Terhadap Tindakan Bidan Praktik Swasta Dalam Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
Tahun 2014
Sikap
Tindakan
Total
Nilai P OR
Baik Tidak Baik
f % f % F %
Positif 11 64.7 6 35.3 17 54.8 0.04
6.722
Negatif 3 21.4 11 78.6 14 45.2
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini peneliti menguraikan tujuan penelitian hasil statistik
dengan pendekatan pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap tindakan bidan praktik
swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
1) Karakteristik Responden Dalam Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Berdasarkan karakteristik Usia, didapatkan bahwa rata-rata usia responden
adalah usia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 11 responden (35.5%).
Menurut Mubarak, (2011) bahwa dengan bertambahnya umur seseorang
akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis
besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan
ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri
baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan
dewasa.
Menurut asumsi penulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa
umur dapat menjadi tolak ukur pengetahuan, karena semakin bertambah umur
maka pengetahuan juga bertambah. Umur responden yang semakin tua
cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih baik. Tapi adakalanya semakin
bertambah umur maka pengetahuan tidak bertambah. Hal ini dapat terjadi karena
pengetahuan yang baik diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta banyaknya
sumber informasi yang didapatkan.
Berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan bahwa rata-rata responden
adalah dengan pendidikan DIII yaitu sebanyak 28 responden (90.3%). Menurut
kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan
semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang
rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Menurut asumsi penulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa
pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan responden karena semakin tinggi
pendidikan maka akan semakin baik pula pengetahuan responden tentang
kehamilan resiko tinggi dari berbagai sumber informasi dan memiliki
keingintahuan yang lebih. Sehingga informasi yang diperoleh khususnya
informasi kesehatan lebih banyak diterima dibandingkan yang berpendidikan
rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan diatas dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan maka pengetahuannya akan semakin tinggi.
Berdasarkan lama masa kerja responden, didapatkan bahwa rata-rata masa
kerja responden adalah 6 – 10 tahun yaitu sebanyak 13 responden (41.9%).
Menurut Wawan (2010) bahwa masa kerja adalah rentang waktu yang telah
ditempuh oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya, selama waktu
itulah banyak pengalaman dan pelajaran yang dijumpai sehingga sudah mengerti
apa keinginan dan harapan klien kepada seorang bidan.
Menurut asumsi penulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa
melihat dari kenyataan tersebut dapat berarti bahwa pengetahuan responden
dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir diharapkan lebih banyak
memiliki tindakan yang baik tetapi malah ditemukan sebaliknya. Hal ini bisa
internal) yaitu tidak mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam
situasi dan kondisi yang sebenarnya. Maka untuk mengatasi hal tersebut maka
diperlukan penyegaran kembali dengan melakukan dan mengikuti pelatihan –
pelatihan imunisasi atau asuhan persalinan normal yang didalamnya terdapat
aplikasi dari pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
2) Pengetahuan Bidan Praktik Swasta dalam Pemberian Vitamin K pada Bayi Baru Lahir
Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan
bidan praktik swasta dalam pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
menunjukkan bahwa mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 14 orang (45.2%),
dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (12.9%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Kasmawati,2010) yang menunjukkan bahwa pengetahuan bidan memiliki
pengetahuan baik. Dalam penelitiannya mengatakan kurangnya pengetahuan
bidan dalam pemberian vitamin K dapat dipengaruhi oleh umur. Umur
mempunyai peran dalam memperoleh pengetahuan, karena daya ingatan
seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Semakin tua umur seseorang
fungsi organ-organ tubuhnya juga menurun termasuk daya ingat.
Menurut Notoatmodjo (2007), yaitu umur, paritas, pendidikan dan
informasi merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan
deskriptif. Melalui pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan
dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan
hidupnya dengan lebih baik, semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan
semakin berkualitas, jika wanita berpendidikan, mereka akan membuat keputusan