• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bacaan Al-Quran untuk Mayyit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bacaan Al-Quran untuk Mayyit"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BACAAN AL QUR’AN UNTUK MAYIT

DALIL-DALIL MEMBACA AL QUR'AN UNTUK MAYIT

Para ulama Ahlussunnah menyepakati bahwa doa dan istighfar seorang muslim yang masih hidup kepada Allah untuk orang yang telah mati itu bermanfaat. Demikian juga membaca al Qur'an di atas kubur juga bermanfaat terhadap mayit. Dalil-dalil yang menunjukkan Kebolehan membaca al Qur'an untuk mayit, di antaranya adalah:

1. Hadits bahwa Nabi membelah pelepah yang basah menjadi dua bagian kemudian Nabi menanamkan masing-masing di dua kuburan yang ada dan Rasulullah bersabda:

ناخيشلا هاور "اس

س بسيييس م

ي لس امس امسههنيع

س ف

ه فَفخ

س يه ههلَفعسلس "

Maknanya: "Semoga keduanya mendapatkan keringanan siksa kubur selama pelepah ini belum kering". (H.R. al Bukhari dan Muslim)

Faedah Hadits: Dapat diambil dalil dari hadits ini bahwa boleh menancapkan pohon dan membaca al Qur'an di atas kubur, jika pohon saja bisa meringankan adzab kubur lebih–lebih bacaan al Qur'an orang mukmin. Imam Nawawi dalam Syarh Sahih Muslim (3/202) berkata:

ِ،ث

ث ييدثححح

س ليا اذسهحححلث رثبيقسلا دسنيعث نثاءسريقهلا ةسءسارسقث ءهامسلسعهلا ب

َف ح

س تسس

ي ا"

ن

ث اءسريححقهلا ةهوسل

س تثفس دثييرثجسليا حثييبثس

ي تسبث ف

ه ييفثخيتَفلا َىجسرييه ن

س اك

س اذسإث ههنَفلس

."َىلسويأس

"Para ulama mengatakan sunnah hukumnya membaca al Qur'an di atas kuburan berdasarkan pada hadits ini, karena jika bisa diharapkan keringanan siksa kubur dari tasbihnya pelepah kurma apalagi dari bacaan al Qur'an".1 Jelas bacaan al Qur'an dari manusia

itu lebih agung dan lebih bermanfaat daripada tasbihnya pohon. Jika telah terbukti al Qur'an bermanfaat bagi sebagian orang yang ditimpa bahaya dalam hidupnya, maka mayit begitu juga.

2. Demikian juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam al Bukhari bahwasanya 'Aisyah -semoga Allah meridlainya- berkata : Alangkah sakitnya kepalaku lalu Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :

ي

ي راخبلا هاور "ك

ث لس ويعهديأ

س وس كثلس رهفثغيتسسيأسفس ييحس انسأسوس نساكس ويلس كثاذس"

Maknanya : "Jika itu terjadi (engkau sakit dan meninggal) dan aku masih hidup maka aku mohon ampun dan berdoa untukmu". (H.R. al Bukhari)

(2)

Faedah Hadits: Perkataan Rasulullah "

ك

ث لس ويعهديأ

س وس

" (maka saya akan berdoa untukmu) ini, mencakup doa dengan segala bentuk dan macam–macamnya, termasuk doa seseorang setelah membaca beberapa ayat dari al Qur'an dengan tujuan supaya pahalanya disampaikan kepada mayit seperti dengan mengatakan :

."ن

ن ل

س فه َىلسإث تهأيرسقس امس بساوسثس ليص

ث ويأ

س مَفههلَفلاس"

"Ya Allah sampaikanlah pahala bacaanku ini kepada si Fulan".2

3. Hadits Ma'qil ibn Yasar bahwa Rasulullah bersabda:

اويءهرسقياث"

﴿



يف ي

ي ئاسنلاو دواد وبأ هاور) "م

ي ك

ه اتسويمس َىلسعس

ناححبيح نححباو مكاحلاو دمحأو هجام نباو ةليللاو مويلا لمع

(هححصو

Maknanya : "Bacalah surat Yaasin untuk mayit kalian" (H.R. Abu Dawud, an–Nasai dalam 'Amal al Yaum Wa al-Laylah, Ibnu Majah, Ahmad, al Hakim dan Ibn Hibban dan dishahihkannya).

Hadits ini memang dinyatakan lemah oleh sebagian ahli hadits, tetapi Ibnu Hibban mengatakan hadits ini shahih dan al Hafizh as-Suyuthi juga mengatakan bahwa hadits ini Hasan,3 apalagi hadits ini

didukung oleh riwayat dan atsar-atsar dari para sahabat dan tabi’in seperti Ibnu Umar, al ‘Ala ibn al-Lajlaj dan lainnya yang akan disebutkan setelah ini.4

Mengartikan "mayyit" dalam hadits ini dengan al-Muhtadlar (orang yang sedang akan mati/sekarat) adalah takwil dan takwil semacam ini tidak bisa diterima karena tidak didasarkan atas sebuah dalil serta berlainan dengan zhahir hadits tersebut, karena mayit pada hakikatnya adalah orang yang telah mati, sementara takwil harus didasarkan atas sebuah dalil. Demikian ditegaskan oleh para ulama seperti Ibnu ar-Rif’ah, Ibnu al Qaththan, guru al Hafizh Ibnu Hajar dan para ulama lainnya.5 Muhibbuddin ath-Thabari menyatakan:6

ل

ل ويححقس رثححض

س تسح

ي مهليا َىححلسع

س ههلهميحسوس ههحهويره ههتيقسرسافس ي

ي ذثلَفا ت

ه ييمسليا دهارسمهلياس"

."ل

ن ييلثدس ل

س بث

“Yang dimaksud dengan Mawta adalah mayyit yang telah berpisah ruhnya darinya dan memaknainya dengan orang yang akan mati adalah perkataan tanpa dalil”.

4. Hadits Nabi shallallahu 'alayhi wasallam:

2 Abdullah al Harari, Izhhar al 'Aqidah as-Sunniyyah, hal. 327-328.

3 Abdullah al Harari, Izhhar al 'Aqidah as-Sunniyyah, hal. 327, Muhammad al ‘Arabi at-Tabban, Is’af al Muslimin Wa al Muslimat, hal. 9.

4 Lihat atsar-atsar dari para ulama salaf dalam Abdullah al Ghumari, Taudlih al Bayan Li Wushul Tsawab al Qur’an dicetak dengan Itqan ash-Shan’ah, hal. 113-115.

5 Lihat al Hafizh az-Zabidi, Ithaf as-Sadah al-Muttaqin, 10/369–371, Abdullah al Ghumari, Taudlih al Bayan, hal. 110.

(3)

"

﴿



رسادَفحلاوس هسحللا دهححييرثيه للحجهرس احهسؤهرسقييس ل

س نثاءسريحقهلا ب

ه حليقس

(دمحأ هاور) " م

ي ك

ه احتسويمس َىلسعس اهسويءهرسقياوس ِ،ههلس رسفثغه لَفإث ةسرسخثلا

Maknanya: "Yasin adalah hatinya al Qur'an, tidaklah dibaca oleh seorangpun karena mengharap ridla Allah dan akhirat kecuali diampuni oleh Allah dosa–dosanya, dan bacalah Yasin ini untuk mayit–mayit kalian" (H.R. Ahmad)

5. Ath-Thabarani dalam al Mu'jam al Kabir, al Bayhaqi dalam Syu'ab al Iman meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah –shallallahu 'alayhi wasallam- bersabda:

ِ،هثرثححبيقس َىححلسإث هثححبث اويعهرثححس

ي أ

س وس ِ،ههويححسهبثحيتس لسفس ميكهدهحححسأس تساححمس اذسإث"

ةهححستثافس" :ي

ي ححقثهسييبسليا ظ

ه ححفيلسوس ."بثاتسكثليا ةهحستثافس هثسثأيرس دسنيعث أيرسقييهليوس

هاور ."هثرثححبيقس ي

ي فث ةثرسقسبسليا ةثرسويس

ه ةثمستثاخ

س بث هثييلسجيرث دسنيعثوس ِ،ةثرسقسبسليا

هححجرخأ" :رححجح نححبا ظفاحححلا لاححقو ي

ي قهيبححلاو يناربححطلا

."نسح دانسإب ي

ي ناربطلا

"Jika salah seorang di antara kalian meninggal maka jangan ditahan dan segerakan dibawa ke kuburannya, dan hendaklah dibaca al Fatihah di dekat kepalanya", Dalam lafazh riwayat al Bayhaqi: "Awal surat al Baqarah, dan di dekat kakinya (hendaklah dibaca) akhir surat al Baqarah di dekat kuburnya" (H.R. ath-Thabarani dan al Bayhaqi, al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: "Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabarani dengan sanad yang hasan")

6. Ath-Thabarani juga meriwayatkan dalam al Mu'jam al Kabir dari Abdur Rahman bin al 'Ala' bin al-Lajlaj, ia berkata:

ي

ي نثتسعيححض

س وس اذسإثححفس ِ،ي

ي نثديححح

ث ليأسفس ت

ت مث انسأ

س اذسإث ِ،يَفنسبه ايس :ييبثأس ييلث لساقس"

ن

َف ححس

ه م

َف ححثه هثللا ل

ث ويس

ه رس ةثلَفمث َىلسع

س وس هثللا م

ث س

ي بث :ل

ي قهفس ي

ي دثح

ي لس ي

ي فث

ةثرسححقسبسليا ةثحححستثافسبث ي

ي ححس

ث أيرس دسححنيعث أ

ي رسححقيا مَفححثه ِ،اننححسس َىرسححثَفلا يَفححلسعس

هثححللا ل

س ويححس

ه رس ت

ه عيمثححس

س ي

ي نيإثفس ِ،اهستثمستثاخسوس

هاوسر "ك

س لثذ لهوي قهيس

يححف ي

ي ححنثاربسط

َف لا هاور" :ي

ي ححمثيهلا ظفاحححلا لاححقو ي

ي ححنثاربسط

َف لا

."ن

س ويقهويثهويمس ههلهاجسرثو ريبكلا

"Ayahku –Al 'Ala'- berkata kepadaku: Wahai anakku, jika aku mati maka buatkanlah liang lahat untukku, dan jika engkau telah meletakkanku di liang lahat maka katakanlah: (

َىلسع

س وس هثللا م

ث س

ي بث

هثللا ل

ث ويس

ه رس ةثلَفمث

), kemudian timbunlah aku dengan tanah, lalu bacakan di dekat kepalaku permulaan surat al Baqarah dan akhir al Baqarah, karena aku telah mendengar Rasulullah mengatakan hal itu" (H.R. ath-Thabarani dan al Hafizh al Haytsami mengatakan: "Perawi-perawinya adalah orang-orang terpercaya" dan dinilai hasan oleh al Muhaddits Abdullah al Ghumari)7
(4)

7. Al Khallal juga meriwayatkan dalam al Jami' dari asy-Sya'bi bahwa ia berkata:

ههححلس ن

س ويءهرسححقييس هثرثبيقس َىلسإث اويفهلستسخياث ت

ل ييمس م

ي ههلس ت

س امس اذسإث رهاص

س نيل

س ا ت

ي نساك

س "

."ن

س اءسريقهلا

"Tradisi para sahabat Anshar jika salah seorang di antara mereka meninggal, mereka akan datang ke kuburnya silih berganti dan membacakan al Qur'an untuknya (mayit)".

8. Ahmad bin Muhammad al Marrudzi berkata : "Saya mendengar Ahmad ibn Hanbal -semoga Allah merahmatinya- berkata: "Apabila kalian memasuki areal pekuburan maka bacalah surat al Fatihah dan Mu'awwidzatayn dan surat al Ikhlas dan hadiahkanlah pahalanya untuk ahli kubur karena sesungguhnya pahala bacaan itu akan sampai kepada mereka". (al Maqshid al Arsyad, 2/338-339)

MEMBACA AL QUR'AN UNTUK MAYIT MENURUT MADZHAB EMPAT

Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad ibnu Hanbal serta mayoritas para ulama salaf, bacaan al Qur'an dengan cara bagaimanapun, pahalanya akan sampai ke mayit.8

Syekh Abdullah al Harari mengatakan: "Sedangkan yang sering dikatakan orang bahwa Imam asy-Syafi'i menyatakan bacaan al Qur'an tidak akan sampai kepada mayyit, maksud asy-Syafi'i adalah jika bacaan tersebut tidak dibarengi dengan doa Ii-shal -

ل

ل اححص

س ييإث

- (doa agar disampaikan pahala bacaan kepada mayyit) atau bacaan tersebut tidak dilakukan di kuburan mayyit, karena asy-Syafi'i menyetujui kedua hal ini (membaca al Qur'an dengan diakhiri doa I-shaal dan membaca al Qur'an di dekat kuburan mayyit)".9 Doa Ii-shal adalah dengan mengatakan :

."ن

ن ل

س فه َىلسإث تهأيرسقس امس بساوسثس ليص

ث ويأ

س مَفههلَفلاس"

"Ya Allah sampaikanlah pahala bacaanku ini kepada si Fulan"

Az-Za'farani berkata: "Aku bertanya kepada asy-Syafi'i tentang membaca al Qur'an di kuburan, beliau menjawab: "Boleh dan tidak mengapa".10

8 As-Suyuthi, Syarh ash-Shudur, hal. 268. Lihat referensi-referensi empat madzhab dalam masalah ini; Madzhab Hanaf: al Hidayah karya al Marghinani, Fath al Qadir karya al Kamal ibn al Humam, Tabyin al Haqa-iq Syarh Kanz ad-Daqa-iq karya az-Zayla’i, Syarh Kanz ad-Daqa-iq karya al Badr al ‘Ayni, al Fatawa al Hindiyyah, al Fatawa al Mahdiyyah, Syifa’ al ‘Alil dan Hasyiyah Radd al Muhtar karya Ibnu ‘Abidin dan lain-lain.

Madzhab Maliki: al Furuq karya al Qarafi, al Madkhal karya Ibnu al Hajj, at-Tadzkirah karya al Qurthubi, an-Nawazil karya Ibnu Hilal, Minah al Jalil Syarh Mukhtashar Khalil karya Muhammad ‘Illaysy, asy-Syarh al Kabir karya Ahmad Dardir, Hasyiyah ad-Dusuqi ‘ala asy-Syarh al Kabir dan lain-lain. Madzhab Syaf’i: Fath al ‘Aziz Syarh al Wajiz karya ar-Rafi’i, al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab karya an-Nawawi, Qadla al Arab fi As-ilah Halab karya as-Subki, Asna al Mathalib Syarh Raudl ath-Thalib karya Zakariyya al Anshari, Nihayah al Muhtaj karya ar-Ramli dan lain-lain. Madzhab Hanbali: al Mughni karya Ibnu Qudamah, Syarh Muntaha al Iradat dan Kasysyaf al Qina’ karya al Buhuti, al Inshaf fi Ma’rifah ar-Rajih min al Khilaf karya al Mardawi dan lain-lain.

9 Al Harari, Izhhar al 'Aqidah as-Sunniyyah, hal. 328.

(5)

Hal ini jugadijelaskan oleh penerus-penerus madzhab Syafi'i seperti al Khaththabi, al Baghawi, an-Nawawi, Ibnu Rif'ah, Imam Taqiyyuddin as-Subki dan lain-lain.

Imam an-Nawawi mengatakan dalam kitab Riyadlus Shalihin:

ن

س ححمث ءلَى

ي ححش

س ههدسححنيعث أسرسقييه نيأس ب

ت ح

س تسس

ي يهوس :ههللا ههمسحثرس ي

ت عثفثاش

َف لا ل

س اقس"

."اننس

س حس ن

س اك

س ههدسنيعث نساءسريقهلا اويمهتسخس نيإثوس ِ،نثاءسريقهلا

"Asy-Syafi'i mengatakan: Disunnahkan dibaca di kuburan mayit ayat-ayat al Qur'an, dan jika dibacakan al Qur'an hingga khatam itu sangat baik".11

Dalam Syarh al Muhadzdzab an-Nawawi mengatakan -dan ini disetujui oleh al Hafizh as-Suyuthi dalam Syarh ash-Shudur-12:

ويعهديححيسوس ِ،نثاءسريححقهلا نسححمث رسححس

َف يستس اححمس أ

س رسقييس نيأس رثويبهقهلا رثئثازسلث بتحستسسييه"

."ب

ه اح

س ص

ي ل

س ا هثييلسعس ق

س فستَفاوس ِ،ي

ت عثفثاش

َف لا هثييلسعس ص

َف

نس ِ،اهسبسقثعس ميههلس

"Disunnahkan bagi orang yang berziarah kubur untuk membacakan beberapa ayat al Qur'an dan berdoa untuk ahli kubur setelahnya. Ini ditegaskan langsung oleh Imam Syafi'i dan disepakati oleh semua Ashab asy-Syafi'i".

Ibnu ar-Rif'ah dan as-Subki mengatakan: "Maksud asy-Syafi'i (bahwa bacaan al Qur'an tidak akan sampai pahalanya kepada mayit) adalah bila pembaca meniatkan pahala bacaannya untuk mayit tanpa dibarengi dengan doa (I-shaal)".13

Imam Ahmad ibnu Hanbal memang pernah mengingkari orang yang membaca al Qur'an di atas kuburan, namun kemudian sahabat (salah seorang murid dekat)-nya menyampaikan kepadanya atsar dari sebagian sahabat yaitu Ibnu Umar lalu dia ruju' dari pendapatnya tersebut.14

Peristiwa ini diriwayatkan oleh al Khallal, penghimpun riwayat-riwayat Imam Ahmad dalam kitabnya al Jami’ dan demikian pula dijelaskan oleh pengikut-pengikut madzhab Hanbali seperti Ibnu Qudamah al Hanbali dalam al Mughni (2/424), al Buhuti al Hanbali dalam Kasysyaf al Qina’, (2/147).

Salah seorang ulama Madzhab Hanbali, Asy-Syaththi al Hanbali dalam komentarnya atas kitab Ghayah al Muntaha, hal. 260 mengatakan: "Dalam al Furu' dan Tashhih al Furu' dinyatakan : Tidak dimakruhkan membaca al Qur'an di atas kuburan dan di areal pekuburan, inilah yang ditegaskan oleh al Imam Ahmad, dan inilah pendapat madzhab Hanbali. Kemudian sebagian menyatakan hal itu mubah, sebagian mengatakan mustahabb (sunnah). Demikian juga disebutkan dalam al Iqna'".

Jadi masalah ini bisa dipilah menjadi tiga:

11 An-Nawawi, Riyadl ash-Shalihin, hal. 345, Bab ke 161.

12 As-Suyuthi, Syarh ash-Shudur, hal. 269.

13 Lihat Syekh Zakariya al Anshari, Syarh Raudl at-Thalib, 2/412, Syamsuddin ar-Ramli, Nihayah al Muhtaj, 6/93, as-Subki, Qadla' al Arab Fi As-ilah Halab, hal. 452.

(6)

I. Membaca al Qur'an untuk mayit di dekat kuburan mayit. Ini disepakati oleh para ulama bahwa pahalanya akan sampai kepada mayit.

II. Membaca al Qur'an untuk mayit jauh dari kuburnya, di rumah, masjid, mushalla atau di mana-pun, lalu diakhiri dengan doa Ii-shal -

ل

ل اص

س ييإث

- (doa agar disampaikan pahala bacaan kepada mayyit), maka ini disepakati juga akan sampai pahalanya kepada mayit.

III. Membaca al Qur'an untuk mayit jauh dari kuburnya dan tidak ditutup dengan doa Ii-shal -

ل

ل اص

س ييإث

-, masalah ini diperselisihkan oleh para ulama. Menurut tiga Imam; Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad ibnu Hanbal serta mayoritas para ulama salaf, pahalanya akan sampai ke mayit, meskipun hanya dengan diniatkan sebelum atau sesudahnya dan tidak dilafazhkan dengan doa Ii-shal tersebut. Sedangkan menurut imam Syafi'i bacaan al Qur'an dengan cara seperti ini tidak akan sampai pahalanya kepada mayit.

Faedah Penting: Perbedaan pendapat antara Imam Syafi'i dan imam yang lain adalah dalam masalah ke tiga saja, bukan tentang bacaan al Qur'an untuk mayit secara umum. Kemudian yang perlu dipahami bahwa perbedaan ini bukan dari sisi boleh atau tidaknya, tetapi dari sisi apakah sampai pahalanya kepada mayit atau tidak dalam masalah yang ke tiga. Jadi orang yang mengklaim bahwa Imam Syafi'i mengharamkan membaca al Qur'an untuk mayit secara mutlak dan mengatakan bahwa pahalanya tidak akan sampai kepada mayit, mereka adalah orang yang tidak memiliki tahqiq dan tidak mengetahui secara baik nash-nash Syafi'i yang ada dalam buku-bukunya atau yang diriwayatkan dan berkembang di kalangan Ashhab asy-Syafi'i. Apakah mereka yang mengharamkan membaca al Qur'an untuk mayit dan tidak mau bermadzhab ini lebih mengetahui tentang pendapat-pendapat Imam Syafi'i dari pengikut-pengikut setia madzhab Syafi'i ?!. Tentu tidak.

Jadi dalil-dalil yang disebutkan di atas dipahami oleh Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad ibnu Hanbal serta mayoritas para ulama salaf, bahwa bacaan al Qur'an dengan cara bagaimanapun,

pahalanya akan sampai ke mayit; baik dibaca di dekat kuburan atau jauh dari kuburan, diikuti dengan doa Ii-shal atau hanya diniatkan saja,

semuanya pahalanya sampai kepada mayit. Syekh Mar'i al Hanbali, salah seorang ulama Madzhab Hanbali ternama, mengatakan dalam kitabnya dalam Fiqh Hanbali, Ghayatul Muntaha (1/259-260):

م

ل لثس

ي مه اهسلسعسفس ةنبسريقه ل

ت ك

ه وس ِ،ةنرسبسقيمسبث ةلءسارسقث ب

ت ح

س تسس

ي تهوس"

ةثيَفحححنيلابث ل

س عسجسوس

ث فيلَفلابث رسابستثعيا ل

س

فس-زساححجس ت

ن ححييمس ويأ

س ييحححس منلثححسيمهلث ههححضسعيبس ويأس اححهسبساوسثس

."ههلس ب

ث اوسثَفلا ل

ث ويص

ه ح

ه بث ك

س لثذس ههعهفسنييسوس

(7)

telah meninggal, hukumnya adalah boleh dan bermanfaat bagi orang yang dihadiahi tersebut sehingga ia memperoleh pahala".

PENDAPAT AHLI BID'AH

Sebagian ahli bid'ah mengatakan tidak akan sampai pahala sesuatu apapun kepada si mayit dari orang lain yang masih hidup, baik doa ataupun yang lain. Perkataan mereka ini bertentangan dengan al Qur'an, Sunnah dan Ijma'. Mereka berdalil dengan firman Allah ta'ala:





 



 

ةرو س]

[مجنلا

Maknanya: "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memiliki selain apa yang telah diusahakannya" (Q.S. an-Najm: 39)

Ini adalah penafsiran yang tidak tepat karena maksud ayat ini bukanlah menafikan bahwa seseorang mendapatkan manfaat dari apa yang dikerjakan oleh orang lain seperti sedekah dan haji untuk orang yang telah meninggal, melainkan ayat ini menafikan kepemilikan terhadap amal orang lain. Amal orang lain adalah milik orang lain yang mengerjakannya, karena itu jika ia mau ia bisa memberikan kepada orang lain dan jika tidak ia bisa memilikinya untuk dirinya sendiri. Allah subhanahu wata'ala tidak mengatakan tidak bermanfaat bagi seseorang kecuali amalnya sendiri.15

Bukankah Allah ta'ala berfirman:





 









 









 













 





 





[رشحلا ةروس]

Maknanya: "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami". (Q.S. al Hasyr: 10)

Juga dalam banyak hadits yang sangat masyhur Rasulullah mendoakan ahli kubur, seperti doa beliau ketika beliau berziarah ke pekuburan al Baqi' di Madinah:

ملسم هاور ."دثقسريغسلا عثييقثبس لثهيل

س ريفثغيا مَفههلَفلاس"

"Ya Allah, ampunilah ahli kubur Baqi' al Gharqad". (H.R. Muslim) Juga doa beliau:

دواد وبأو ي

ي ئاسنلاو ي

ي ذمرتلا هاور "...انستثييمسوس انسييح

س لث ريفثغيا مَفههليلاس"

"Ya Allah, ampunilah orang yang masih hidup di antara kami dan orang yang telah meninggal di antara kami…". (H.R. at-Turmudzi, an-Nasa-i dan Abu Dawud)

Mereka yang menafikan secara mutlak tersebut adalah golongan Mu'tazilah. Pendapat mereka ini juga menyalahi ijma' para ulama salaf seperti dikemukakan oleh al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi dalam al 'Aqidah ath-Thahawiyyah:

."ت

ث اوسميل

س لث ةلعسفسنيمس ميهثتثاقسدسصسوس ءثايسحيلسا ءثاعسده ييفثوس"

(8)

"Dalam doa dan sedekah orang yang masih hidup terdapat manfaat bagi orang-orang yang sudah meninggal".16

SYUBHAT KALANGAN YANG MENGHARAMKAN MEMBACA AL QUR'AN UNTUK MAYIT

1. Kalangan yang mengharamkan membaca al Qur'an untuk mayit selalu mengatakan: Bukankah Nabi dalam hadits riwayat Ibnu Hibban dan lainnya telah bersabda:

ويأس ةنيسرثاجس ةنقسدسص

س :ث

ن ل

س ثس ن

ي مث ل

َف إث ههلهمسعس عسط

س قسنيا نهاس

س نيل

ث ا ت

س امس اذسإث"

نابيح نبا هاور "ههلس ويعهدييس حنلثاص

س دنلسوس ويأ

س هثبث عهفستسنييه منليعث

Ini artinya jika seseorang meninggal tidak ada yang akan bermanfaat baginya kecuali tiga hal yang disebutkan dalam hadits ini. Karena bacaan al Qur'an oleh orang lain untuk mayit tidak termasuk yang tiga ini berarti tidak akan bermanfaat bagi mayit.

Jawab:

Makna hadits tersebut adalah bahwa orang yang telah meninggal dunia amalnya terhenti, dan dia tidak bisa beramal lagi. Dia tidak bisa lagi melakukan amal taklifi yang terus mengalirkan pahala untuknya kecuali tiga amal tersebut. Tiga amal tersebut akan terus mengalirkan pahala untuknya meskipun ia telah meninggal, karena ketika ia masih hidup dia-lah yang menjadi penyebab dari tiga amal tersebut. Jadi hadits ini sama sekali tidak menafikan bahwa orang lain yang masih hidup bisa saja melakukan hal-hal yang bermanfaat buat mayit. Bukankah doa bukan amal si mayit, tetapi akan bermanfaat untuk mayit ?! Bukankah istighfar bukan amal mayit, tetapi bermanfaat untuk mayit ?!. Bukankah sedekah anak untuk mayit bukan amal mayit, tetapi akan bermanfaat untuk mayit, meskipun tidak termasuk yang tiga ini. Demikian pula bacaan al Qur'an untuk mayit bermanfaat untuknya dan akan sampai pahalanya kepadanya, meskipun bukan amalnya sesuai dengan dalil-dalil yang telah dikemukakan. Seandainya bacaan al Qur'an sia-sia dan tidak bermanfaat untuk mayit, niscaya Rasulullah tidak akan memerintahkan kita untuk melakukan sholat Jenazah, karena sholat Jenazah bukan amal mayit. Tetapi ketika Rasulullah memerintahkan kita untuk sholat Jenazah itu artinya sholat Jenazah bermanfaat untuk mayit, meskipun bukan amalnya sendiri. Dan karena dalam sholat jenazah kita membaca surat al Fatihah, salah satu surat al Qur'an, berarti bacaan al Qur'an bermanfaat untuk mayit, surat apapun yang dibaca untuknya dan oleh siapa-pun.

2. Kalangan yang mengharamkan membaca al Qur'an untuk mayit ini ketika menyebutkan adab ziarah kubur mereka mengatakan:

ل

س اقس .ةسحستثافسلا ويلسوس نثاءسريقهليا نسمث ءنَى

ي ش

س ةثءسارسقث مهدسعس"

:

اوي لهعسجيتس ل

س "

هثححييفث أهرسححقيته ي

ي ذثححلَفا ت

ث ححييبسليا ن

س ححمث رهححفثنييس ن

س اط

س ييشَفلا نَفإثفس ِ،رسبثاقسمس ميكهتسوييهبه

رسبثاححقسمسليا نَفأس َىححلسإث رهييححش

ث يه ث

ه ييدثحححسلياوس .مللثححس

ي مه ههاوسرس "ةثرسححقسبسليا ةهرسويس

ه

(9)

ل

ث ويححس

ه رَفلا ن

ث ع

س ت

ي بهثييس م

ي لسوس ِ،ت

ث وييهحبهليا س

ث

ي عسبث نثاءسريقهليلث لنحسمس ت

ك

ي س

س ييلس

."ت

ث اوسميل

س لث نساءسريقهليا اويأهرسقس ميههنَفأس هثتثبساحسصسوس

"Tidak membaca al Qur'an sedikit-pun meskipun hanya surat al Fatihah. Rasulullah

bersabda yang maknanya: "Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan, karena setan akan lari dari rumah yang dibacakan surat al Baqarah di dalamnya" (H.R.Muslim). Hadits ini mengisyaratkan bahwa kuburan bukan tempat untuk membaca al Qur'an berbeda dengan rumah, dan tidak ada riwayat yang sahih yang menjelaskan bahwa Rasulullah atau para sahabatnya membaca al Qur'an untuk mayit".17

Jawab:

Maksud hadits ini, jangan kalian kosongkan rumah dari bacaan al Qur'an seperti halnya mayit yang berada di kuburnya tidak membaca al Qur'an. Hadits ini sama sekali tidak berbicara tentang orang yang masih hidup yang membacakan al Qur'an untuk mayit di kuburnya. Hadits ini mirip dengan hadits yang lain:

هاور "ارنويححبهقه اهسويذهححخثتَفتس ل

س وس ميكهتثويححيهبه ي

ي ححفث م

ي ك

ه تثل

س ححص

س ن

ي ححمث اويححلهعسجياث"

ي

ي راخبلا

"Jadikanlah sebagian dari sholat kalian di rumah-rumah kalian dan jangan jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan" (H.R. al Bukhari)

Mari kita ikuti bagaimana para ulama menjelaskan hadits ini. Syekh Abdullah al Ghumari mengatakan dalam kitabnya Itqan ash-Shan'ah (hal. 79-80):

ن

ي ع

س هثييفث َىوسرسوس ِ،رثبثاقسمسليا ي

ي فث ةثل

س ص

َف لا ةثيسهثارسك

س ب

ه ابس :ي

ت رثاخ

س بهليا ل

س اقسوس"

ي

ي بثنَفلا ن

ث ع

س رسمسعه نثبيا

ل

س وس ميكهتثوي يهبه ي

ي فث م

ي ك

ه تثل

س ص

س ن

ي مث اويلهعسجياث" :ل

س اقس

اهسويذهخثتَفتس ل

س وس) :هثلثويقس نيمث ط

س بثنيحتهسياه" :ظ

ه فثاحسليا لساقس ."ارنويبهقه اهسويذهخثتَفتس

اححهسييفث ةهل

س ححص

َف لا ن

ه ويححك

ه تسفس ِ،ةثدساححبسعثليلث ل

ن حسمس ت

ي ححس

س ييلس رسويححبهقهليا ن

َف إث (ارنويححبهقه

ِ،ههححلهمثتسحييس ظ

ه ححفيلَفلا نساكس نيإثوس ِ،رنهثاظ

س رهييغس ط

ه ابسنيتثس

ي ل

ث ا اذسهوس ."ةنهسويرهك

ي مس

ي

ت رثاخ

س بهليا ههلسوَفأ

س تس :نثييتيلا نهبيا لساقس .نثهيذيلا َىلسإث هثرثدهابستسلث َىلسويأس ههرهييغس ليبس

اححمسنَفإث ههححنَفأس َىححلسعس ةلححعسامسجس ههلسوَفأ

س ححتسوس ِ،ةثرسبسقيمسليا ييفث ةثلسصَفلا ةثهسارسكس َىلسعس

ههنَفأسححكس ِ،نسويلتححص

س يه ل

س َىتسويححمسليا نَفلس تثوييهبهليا ي

ي فث ةثل

س ص

َف لا َىلسإث ب

ه دينَفلا هثييفث

ي

س ححهثوس م

ي هثتثويححيهبه ي

ي ححفث ن

س ويلتححص

س يه ل

س ن

س ييذثححلَفا َىتسويمسلياححك

س اويححنهويكهتس لس :لساححقس

ي

ي ححفث رثححييثثل

س ا نهححبيا ههححعسبثتسوس عثلثاححطسمسليا ييححفث لويححقهريقه نهبيا لساقسوس .رهويبهقهليا

ههانسعيمس :لساقس ن

ي مس ل

ه ويقس َىلسويل

س اوس ِ،حلويجهريمس ييرثاخسبهلا لسييوثأيتس نَفإث :ةثيساهسنيلا

دسارسمهليا نَفأس لهمثتسحييس :ي

ت بثاط

َف خسليا لساقسوس .هثرثبيقس ييفث ييليص

س يه ل

س ت

س ييمسليا ن

َف أس

ويحخهأس مسويحنَفلا نَفإثحفس ِ،احهسييفث نسويلتحص

س ته ل

س ط

ي حقسفس م

ث ويحنَفللث م

ي ك

ه تسوييهبه اويلهعسجيتس لس

ن

س ويححك

ه يس نيأس لهححمثتسحييس :ي

ت تثححش

ي بسريويتتلا لساححقسوس .ي

ي ليص

س يه ل

س ت

ه ييمسلياوس ِ،ت

ث ويمسليا

ههححتسييبسوس ت

ث ييمسلياححكس ههححس

س فينس ل

س ححعسجس ِ،هثححتثييبس ي

ي ححفث ل

ي ص

س يه م

ي لس ن

ي مس ن

َف أس :دهارسمهليا

(10)

ي

ي ذثلَفا ت

ث ييبسليا ل

ه ثسمس" :مللثس

ي مه ههاوسرس امس ههدهييؤسيهوس" :ظ

ه فثاحسليا لساقس .رثبيقسلياكس

ي

ي ححح

س ليا ل

ث ححثسمسك

س هثححييفث ههححللا رهكسذيححيه لس ي

ي ذثححلَفا ت

ث ححييبسلياوس ِ،هثححييفث ههححللا رهكسذيححيه

."ت

ث ييمسلياوس

"Al Bukhari mengatakan: Bab makruhnya sholat di kuburan. Dalam bab ini al Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alayhi wasallam, beliau bersabda :

."ارنويبهقه اهسويذهخثتَفتس ل

س وس ميكهتثوييهبه ي

ي فث م

ي ك

ه تثل

س ص

س ن

ي مث اويلهعسجياث"

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: "Diambil dalil dari sabda Nabi shallallahu 'alayhi wasallam (

ارنويبهقه اهسويذهخثتَفتس ل

س وس

) bahwa kuburan bukan tempat untuk beribadah, jadi sholat di kuburan hukumnya makruh". Istinbath ini kurang tepat meskipun lafazh hadits mengandung kemungkinan makna ini, dan istinbath yang lain lebih tepat. Ibnu at-Tin mengatakan: "Al Bukhari memahami dari hadits ini makruhnya sholat di kuburan. Dan sekelompok ulama yang lain memahami bahwa maksud hadits ini adalah anjuran untuk sholat di rumah karena orang-orang yang mati tidak sholat, seakan Rasulullah mengatakan: Jangan kalian seperti orang mati yang tidak sholat di rumah mereka, yaitu kuburan". Ibnu Qurqul dalam al Mathali' dan diikuti oleh Ibnu al Atsir dalam an-Nihayah mengatakan: "Pemahaman al Bukhari terhadap hadits ini lemah, pemahaman yang lebih tepat adalah perkataan yang menyatakan: makna hadits ini: bahwa mayit tidak sholat di kuburnya". Al Khaththabi mengatakan: "Mungkin maksud hadits ini bahwa jangan jadikan rumah kalian sebagai tempat untuk tidur saja, di mana kalian tidak sholat di sana, karena tidur adalah saudaranya mati, dan orang yang mati tidak melakukan sholat". At-Turbasyti mengatakan: "Mungkin maksud hadits ini bahwa orang yang tidak melakukan sholat di rumahnya, telah menjadikan dirinya seperti mayit dan rumahnya seperti kuburan", al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: "Pemahaman seperti ini didukung oleh hadits riwayat Muslim yang maknanya: Perumpamaan rumah yang di sana disebut nama Allah dengan rumah yang di sana tidak disebut nama Allah seperti halnya orang yang hidup dan orang yang telah mati".

Jadi makna hadits Muslim:

ي

ي ذثححلَفا ت

ث ححييبسليا ن

س ححمث رهفثنييس ن

س اط

س ييشَفلا نَفإثفس ِ،رسبثاقسمس ميكهتسوييهبه اويلهعسجيتس لس"

"ةثرسقسبسليا ةهرسويس

ه هثييفث أ

ه رسقيته

adalah seperti makna hadits al Bukhari:

."ارنويبهقه اهسويذهخثتَفتس ل

س وس ميكهتثوييهبه ي

ي فث م

ي ك

ه تثل

س ص

س ن

ي مث اويلهعسجياث"

(11)

Kemudian di katakan kepada mereka: Sungguh aneh, bagaimana mereka berdalil dengan "isyarat" yang mereka pahami sendiri dari hadits, padahal banyak hadits-hadits yang secara khusus dan tegas berbicara tentang masalah membaca al Qur'an untuk mayit seperti hadits Ma'qil ibn Yasar, hadits Abdullah ibnu Umar, hadits al 'Ala' ibn al-Lajlaj yang semuanya marfu' dari Rasulullah dan semuanya hadits hasan yang bisa dijadikan hujjah. Hadits-hadits ini semuanya dengan tegas menjelaskan bahwa Rasulullah menganjurkan untuk membaca al Qur'an untuk mayit, di kuburan atau jauh dari kuburan.

Bagaimana mereka mengatakan: "Tidak ada riwayat yang sahih yang menjelaskan bahwa Rasulullah atau para sahabatnya membaca al Qur'an untuk mayit". Apakah anjuran-anjuran Rasulullah dalam hadits-hadits di atas tidak cukup untuk menjadi dalil bahwa boleh membaca al Qur'an untuk mayit ? Apakah sesuatu baru dianggap boleh atau sunnah kalau Rasulullah melakukannya sendiri ?. Adakah dalil semacam ini, dan di mana adanya ? Apakah al 'Ala' ibn al-Lajlaj yang berpesan kepada

anaknya agar dibacakan permulaan dan akhir surat al Baqarah bukan amalan salaf ?. Bahkan dalam riwayat al Bayhaqi di as-Sunan al Kubra, 4/56, pesan al ‘Ala’ berbunyi : "…dan bacalah di dekat kepalaku (sesudah dikebumikan) ayat-ayat pertama dan akhir surat al-Baqarah, karena

sungguh aku telah menyaksikan Ibnu 'Umar menganggap sunah hal

tersebut" (Riwayat ini dihasankan oleh Imam an-Nawawi dalam al Adzkar, al Hafizh Ibnu Hajar dalam Takhrij al Adzkar).18 Bukankah Ibnu Umar salah

seorang sahabat Nabi ?!.

Bukankah membaca al Qur'an untuk mayit di kuburan adalah tradisi para sahabat Anshar seperti kata asy-Sya'bi -diriwayatkan oleh Al Khallal dalam al Jami'-:

ههححلس ن

س ويءهرسححقييس هثرثبيقس َىلسإث اويفهلستسخياث ت

ل ييمس م

ي ههلس ت

س امس اذسإث رهاص

س نيل

س ا ت

ي نساك

س "

."ن

س اءسريقهلا

"Tradisi para sahabat Anshar jika salah seorang di antara mereka meninggal, mereka akan datang ke kuburnya silih berganti dan membacakan al Qur'an untuknya (mayit)".

Al Kharaithi dalam kitab al Qubur juga meriwayatkan:

ةسرسويس

ه ههعسمس اويءهرسقييس ن

ي أس ت

س ييمسليا اويلهمسحس اذسإ رثاص

س نيل

س ا ي

ي فث ةلنَفس

ه "

." ةثرسقسبسلا

“Kebiasaan di kalangan para sahabat Anshar jika mereka membawa jenazah (ke pemakaman) adalah mengiringinya dengan membaca surat al-Baqarah". (Dituturkan oleh al Qurthubi dalam at-Tadzkirah fi Ahwal al Mauta wa Umur al Akhirah, hal. 93).

Bahkan Ibnu al Qayyim dalam kitabnya ar-Ruh menegaskan bahwa sekelompok para ulama salaf berwasiat agar dibacakan al Qur’an di dekat kuburan mereka saat dikuburkan. Atsar-atsar di atas juga disebutkan oleh Ibnu al Qayyim.

Lihatlah wahai pembaca yang budiman, bagaimana mereka menyalahi para ulama salaf ketika mereka mengatakan: "Tidak membaca

(12)

al Qur'an sedikit-pun meskipun hanya surat al Fatihah", padahal mereka mengklaim selalu mengikuti salaf (Salafiyyah), bukankah para sahabat, para tabi'in; asy-Sya'bi dan lainnya, Imam Syafi'i, Imam Ahmad ibnu Hanbal termasuk ulama salaf dan mereka semua membolehkan bahkan menganjurkan untuk dibacakan al Qur'an di kuburan !.

PENUTUP

Jadi menjadi jelaslah bahwa membaca al Qur’an untuk mayyit adalah amalan para ulama salaf. Syekh Muhammad al ‘Arabi at-Tabban menegaskan:19

حهلثاححص

َف لا ف

ه لسححس

َف لا اححهسلسعسفس ت

ث اوسححميل

س ا َىلسعس ةسءسارسقثلا نَفأس اضنييأس قسقَفحستسوس"

ةثحمَفئثل

س ا نثحعس لثويحقهنيمسليا احمسهثرثييغسوس مثحييقسلا نثحبياوس ةسمسادسقه نثبيا مثلسكس نيمث

ن

س ييمثلثحس

ي مهليا ل

س ححمسعس نَفأسوس ِ،هثرثححييغسوس لثل

َف خسلياحكس رثححثسلسا لثهيأس نيمث نسييمثدسقيلسا

ن

ه ححبياوس ةسححمسادسقه ن

ه ححبيا حسرَفص

س ل

ي بس ِ،اهسييلسعس ارنمثتسس

ي مه ل

ي زسيس ميحلس ابنريغسوس اقنريشس

عثاححمسجيإثبث ي

ت ط

ث وييهححس

ت لا ههححنيع

س ههححلسقسنس اححمسييفث ي

ت ححس

ث دثقيمسليا دثحححثاوسلا دثححبيعس

اححهسييفث ف

س ححلَفأس اححمسكس ِ،ف

ن ييلثأ

ي ححتسبث اححمسههنيمث ينثاححثَفلا اهسححصَفخسوس اححهسييفث نسييمثلثسيمهليا

."امسههرهييغسوس نثايَففثنسحسليا ي

ت رثييديلا ن

ث ييديلا دهعيس

س وس ي

ت جثويرتس

َف لا

“Terbukti juga bahwa membaca al Qur’an untuk mayyit telah dilakukan oleh para as-Salaf ash-Shalih dari penjelasan Ibnu Qudamah, Ibnu al Qayyim dan lainnya yang dikutip dari para ulama terdahulu dari kalangan ahli hadits dan atsar seperti al Khallal dan lainnya, dan bahwa amalan kaum muslimin di timur dan barat terus berkelanjutan seperti itu, bahkan Ibnu Qudamah dan Ibnu Abdul Wahid seperti dikutip oleh as-Suyuthi menegaskan kesepakatan ummat Islam tentang masalah ini, bahkan Ibnu Abdul Wahid al Maqdisi menulis karya khusus tentangnya, seperti halnya para ulama lain seperti as-Surruji, Sa’duddin ad-Diri dari kalangan ulama madzhab hanafi dan lainnya”.20

Dengan demikian, sama sekali tidak ada dasar untuk mengharamkan membaca al-Qur'an untuk mayit. Bahkan Ibnu Taimiyah tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengatakan:

"Orang yang membaca al-Qur'an dengan ikhlas karena Allah lalu

menghadiahkan kepada mayit, akan bermanfaat bagi mayit tersebut". (lihat Majmu' Fatawi Ibn Taimiyyah, 24/300). Ia juga mengatakan: “Allah tidak mengatakan bahwa seseorang hanya bisa mendapat manfaat dari amal perbuatannya sendiri, melainkan Allah berfirman:

19 Muhammad al ‘Arabi at-Tabban, Is’af al Muslimin Wa al Muslimat, hal. 63-64.

(13)



 



 

ةروس]

[مجنيلا

yang berarti seseorang tidak memiliki kecuali amal perbuatannya sendiri dan tidak memiliki hak untuk mendapatkan selain itu. Adapun amal orang lain adalah milik orang lain tersebut, sebagaimana seseorang tidak

memiliki kecuali hartanya sendiri dan kemanfaatannya terhadap dirinya sendiri begitu juga harta orang lain dan kemanfaatan orang lain untuk orang lain itu sendiri. Namun jika orang lain tersebut menyumbangkan harta untuknya ini adalah boleh, demikian pula jika orang lain tersebut menyumbangkan (menghadiahkan) amalnya maka Allah akan

Referensi

Dokumen terkait

Maka penggunaan modalitas transcutaneous electrical nerve stimulation dan terapi latihan mc kenzie exercise dapat membantu untuk mengatasi masalah pada kasus

Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: a) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,

Berisi tentang pembahasan mengenai marching band, mulai dari pengertian, sejarah sampai dengan elemen instrumentasi dan standar ukuran yang digunakan; pengertian dan

Dongeng adalah sebuah karya sastra lama yang isinya cerita luar biasa serta penuh khayalan (fiksi) yang oleh masyarakat umum diakui sebagai cerita yang tidak benar-benar

Kemampuan pasien skizofrenia yang masih membutuhkan dan memerlukan perawatan keluarga serta memiliki masalah dalam pemenuhan kebutuhan dasar sehari–hari perlu

Iklan Baris Iklan Baris BODETABEK Serba Serbi RUPA-RUPA Rumah Dijual Rumah Dikontrakan JAKARTA PUSAT JAKARTA PUSAT JAKARTA SELATAN JAKARTA TIMUR JAKARTA TIMUR JAKARTA UTARA

Adapun pendekatan penelitian ini adalah pendekatan pedagogis, pendekatan psikologis, dan pendekatan menejemen pendidikan. Ketiga pendekatan ini digunakan karena

Konsep kafe yang kedua kafe ini lakukan berbeda, Selaz Café & Resto berbeda, kafe ini lebih menonjolkan konsep tradisional dengan pemilihan hiasan dinding