• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. JUDUL PROFESI PENJAGA PARKIR PEREMPUAN DI DAERAH KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI KAJIAN BIAS GENDER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN A. JUDUL PROFESI PENJAGA PARKIR PEREMPUAN DI DAERAH KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI KAJIAN BIAS GENDER"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN A. JUDUL

PROFESI PENJAGA PARKIR PEREMPUAN DI DAERAH KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI KAJIAN BIAS GENDER

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Kajian tentang perempuan merupakan suatu kajian yang tidak habis-habisnya dan banyak menarik perhatian para ahli. Hal ini terbukti dengan banyaknya berbagai penelitian selama ini terhadap masalah perepuan terutama tentang peranan perempuan dalam ekonomi rumah tangga. Namun penelitian tentang peranan perempuan ini selalu kembali kepada kenyataan bahwa tidak ada defenisi yang seragam mengenai peranan perempuan, tetapi selalu kebudayaan tertentu. Perempuan sebagai individu yang bebas juga memiliki harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, minat-minat, dan potensinya sendiri. Menurut pandangan psikologis humanistik, yang menenkankan nilai positif manusia, perempuan juga membutuhkan aktualisasi diri yang seoptimal mungkin demi pengembangan dirinya, yaitu sesuatu yang pada akhirnya juga membawa dampak positif pada pengembangan umat manusia secara umum ( E. K. Poewandari, 1995 : 314 ).

(2)

mengalami penyusutan), berupa relatif lebih rendah dari pada laki-laki dan kemungkinan untuk naik jenjang sangat kecil. Pekerja perempuan yang terlibat dalam sektor informal, biasanya berasal dari rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah. Di mana bekerja menjadi suatu strategi menghadapi tekanan ekonomi sekaligus mewujudkan rasa tanggungjawab terhadap kelangsungan ekonomi rumah tangganya. Adapun alasan lain mengapa perempuan ingin bekerja ialah karena mereka ingin memiliki uang sendiri dan agar biasa mengambil keputusan sendiri tanpa harus minta izin atau berembug dengan suami (Abdullah, 1997 : 230)

Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa dari tahun ke tahun, makin banyak perempuan yang berperan ganda. Sebagian perempuan bekerja karena memang kondisi rumah tangga yang menuntut agar mereka ikut berperan serta dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan sebagian lagi bekerja untuk kepentingan diri sendiri, yaitu untuk kepuasan batin dan sarana aktualisasi. Bagi sebagian wanita dengan kelas ekonomi menengah ke atas, bekerja dianggap sebagai sarana untuk menjalin komunikasi dengan dunia luar. Untuk kalangan perempuan dengan kelas ekonomi bawah, sebetulnya peran ganda bukan suatu hal yang baru. Sejak dulu mereka biasa bekerja sambil tetap mengasuh anak sehingga punya suami ataupun tidak, mereka tetap dituntut untuk bekerja guna mencukupi kebutuhan. Sehingga pada situasi ini perempuan akan tersudutkan pada kondisi yang sulit, karena bekerja di satu sisi bagi mereka adalah suatu keharusan, maka seringkali memaksa mereka menerima pekerjaan tanpa pertimbangan yang matang, apapun jenis pekerjaan itu.

(3)

berkompetisi, terutama dengan kaum laki-laki. Akhirnya mengakibatkan banyak perempuan yang masih tertinggal, khususnya dalam sektor ekonomi. Sehingga keadaan semacam inilah yang akhirnya membuat

“bargaining power“. perempuan menjadi lemah, dan mereka terpaksa menerima jenis pekerjaan yang sebetulnya kurang disukai atau bahkan dianggap kurang sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan. Situasi ini akhirnya juga menempatkan perempuan sebagai pihak yang mudah untuk dipermainkan pihak lain, seperti mandor, calo, dan para pengusaha.

(4)

indomaret, rumah makan dan lain-lain tidak memberikan peluang bagi perempuan untuk bekerja sebagai penjaga parkir.

Pada kasus perempuan yang berprofesi sebagai penjaga parkir, mereka masih dianggap aneh dan dipadang sebelah mata oleh sebagian kalangan masyarakat. Hal ini bukan hanya menyangkut pergeseran isu perempuan feminin, namun juga anggapan bahwa perempuan sedikit banyak akan mengalami kendala dengan situasi sosial yang notabene masih jarang dikerjakan oleh kaum hawa. Belum lagi hal ini dikaitkan dengan pandangan perempuan sendiri yang pada faktanya kebanyakan tidak ingin memilih jenis pekerjaan yang biasanya menjadi lahannya laki-laki, apalagi pekerjaan sebagai penjaga parkir. Hal ini sedikit banyak juga berkaitan dengan fakta bahwa dunia kerja laki-laki itu identik dengan kekerasan dan persaingan. Sehingga apabila kaum perempuan memasukinya mungkin akan ada potensi untuk dilecehkan dan mendapat berbagai stereotype negatif pada mereka.

Fenomena ini bukan hanya memperlihatkan pergeseran peran yang terjadi antara laki-laki dan perempuan dalam sektor publik, namun juga anggapan yang selama ini dikonstruksikan dalam masyarakat, bahwa perempuan adalah sosok feminin, lemah, dan harus dilindungi ternyata berangsur-angsur bergeser. Sekarang perempuan juga dituntut harus mampu “ menghandle” jaman dan berbagai persoalan hidup yang semakin kompleks.

(5)

Yogyakarta. Di mana budaya ini selalu mengedepankan kepentingan dan pendapat dari ayah/ anak laki-laki daripada perempuan. Sehingga perempuan jarang diberi kesempatan, hak, dan kebebasan mengeluarkan pendapat atau kehendak termasuk dalam hal memilih jenis pekerjaan.

Di Kota Yogyakarta sendiri, kebebasan perempuan yang berprofesi penjaga parkir bisa dikatakan belum begitu mendapat sorotan. Hal ini selain dikarenakan jumlah mereka yang memang sedikit, juga karena daerah atau tempat kerja (parkiran) mereka yang memang berbeda satu sama lain, sehingga sulit untuk menemukan mereka berada di suatu tempat yang sama. Daerah atau tempat kerja mereka di wilayah Kota Yogyakarta, antar lain : Malioboro, Daerah Gejayan, Daerah Alun-alun kidul dan Daerah Tugu Yogyakarta. Memang nantinya masih banyak tantangan yang akan didapat kelompok tersebut karena mereka dianggap “mencuri “ lahannya laki-laki, yag didukung oleh faktor-faktor cultural dan sosial yang juga akan menghambat kemajuan perempuan. Untuk itu dituntu suatu keberanian dan daya juang yang tinggi bagi seorang perempuan tukang becak untuk meruntuhkan berbagai anggapan miring tersebut dan selanjutnya merekosntruksi anggapan yang baru, yang mana anggapan yang tidak menyudutkan perempuan.

(6)

Guna mengetahui dan mendalami berbagai keuntungan ataupun permasalahan yang mungkin akan timbul karena jenis pekerjaan yang mereka geluti jauh dari bayangan dan harapan perempuan kebanyakan. Apalagi kasus ini belum begitu banyak mendapat sorotan dari masyarakat, khususnya masyarakat di Kota Yogyakarta, bahkan masih banyak pihak yang belum mengetahuinya. Namun yang lebih penting, diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat membuka cakrawala dan pemikiran masyarakat umum tentang bagaimana kegiatan, interaksi, dan hubungan kerja di tempat kerja mereka dan tingginya daya juang yang dapat dilakukan oleh kaum perempuan.

C. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat di identifikasikan berbagai masalah, antara lain:

1. Penjaga Parkir Perempuan dalam kajian bias gender

2. Bias gender dalam ekonomi keluarga

3. Pemberdayaan perempuan dalam menyamaratakan perekonomian keluarga

D. PEMBATASAN MASALAH

(7)

E. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bagaimana interaksi sosial penjaga parkir perempuan dengan penjaga parkir laki-laki?

2. Bagaimana pandangan masyarakat setempat terhadap penjaga parkir perempuan?

3. Bagaimana mengupayakan kesetaraan gender dalam profesi penjaga parkir perempuan dengan penjaga parkir laki-laki?

F. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ?

1. Untuk melihat dan mengetahui Bagaimana interaksi sosial penjaga parkir perempuan dengan penjaga parkir laki-laki.

2. Untuk melihat dan mengetahui Bagaimana pandangan masyarakat setempat terhadap penjaga parkir perempuan.

(8)

G. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah:

1. Karya ilmiah, yang membahas Profesi penjaga parkir perempuan di daerah kota Yogyakarta sebagai kajian bias gender, yang kedepannya dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi mahasiswa maupun akademisi.

2. Pandangan Masyarakat, agar dalam profesi penjaga parkir perempuan dan penjaga parkir laki-laki sama rata tidak ada perbedaan-perbedaan sehingga tidak menjadikan bias gender dalam perekonomian.

H. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, adapun manfaat yang diharapkan antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian mengenai Profesi penjaga parkir perempuan di daerah kota Yogyakarta sebagai kajian bias gender untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam bidang ekonomi ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian-penelitian dengan tema yang sama atau relevan sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu sosial sebagai ilmu yang interdisipliner dan multidispliner

2. Manfaat secara praktis

(9)

Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan selama menempuh studi pendidikan kedalam karya nyata. Selain itu melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui bagaimanakah Profesi penjaga parkir perempuan di daerah kota Yogyakarta sebagai kajian bias gender.

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini yang diharapkan adalah :

1.Memberikan manfaat peneliti agar lebih memahami permasalahan yang mungkin dialami oleh perempuan penjaga parkir dalam ruang lingkungan keluarga dan pekerjaannya.

2. Sebagai sumbangan bagi masyarakat agar lebih mengetahui dan memperluas wacana kehidupan perempuan penjaga parkir dan agar posisi perempuan dalam keluarga, pekerjaan, dan lingkungan sekitarnya mendapat tempat yang layak, dihormati, dan diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk berkompetisi dan maju.

b. Bagi Mahasiswa

(10)

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran sehingga menjadi pertimbangan dalam menyikapi Profesi penjaga parkir perempuan di daerah kota Yogyakarta sebagai kajian bias gender.

d. Bagi Universitas dan Lembaga Pendidikan

(11)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Teori

a. konsep gender dalam sosial ekonomi

Kebutuhan sosial ekonomi merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu kelompok masyarakat, dimana aspek-aspek yang dimaksudkan adalah sebagai bentuk interaksi antara individu yang satu dengan individu lainnya. Aspek sosial ini sangat berpengaruh terhadap sistem perekonomian dan perilaku masyarakat itu sendiri. Sehingga aspek sosial ekonomi adalah seluruh aspek sosial yang ada dalam kehidupan ekonomi manusia termasuk di dalamnya adalah penjaga parkir. Objek kajian penelitian sosial adalah gejala-gejala sosial atau kenyataan-kenyataan sosial. Dalam hal ini manusia tidak dilihat dari kenyataan fisik dan biologis, melainkan sebagai mahluk sosial (I Made Wirartha, 2006 : 87).

(12)

kaum laki-laki. Namun tak dapat dipungkiri, dengan tuntutan kebutuhan yang mendesak, kaum perempuan juga tak kalah dengan kaum laki-laki dalam memerankan pekerjaan ini. Kenyataan tersebut tak terlepas dari adanya konsep gender yang mulai sering menjadi wacana dalam masyarakat.

Konsep gender merupakan suatu konsep yang memberikan penjelasan tentang peran laki-laki dengan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya. Julia Celves Mosse mengatakan bahwa gender adalah seperangkat peran yang, seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminism atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, pekerjaan di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggungjawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama mengoles peranan gender .

(13)

Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedaan Suku, Agama, Status Sosial maupun nilai tradisi dan norma yang dianut. Istilah gender mencakup peran sosial kaum perempuan dan kaum laki-laki. Hubungan antara laki-laki dan perempuan seringkali sangat penting dalam menentukan posisi keduanya.

Demikian pula, jenis-jenis hubungan yang bisa berlangsung antara perempuan dan laki-laki akan merupakan konsekuensi dari pendefenisian gender yang semestinya oleh masyarakat. Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dalam masyarakat tertentu ditetapka oleh kelas, gender dan suku. Tetapi sebagian perempuan juga hidup dalam keluarga, dan hubungan gender di dalam keluarga itu mewakili aspek yang amat penting tentang cara bagaimana perempuan mengalami dunia.

Pembuatan keputusan, akses terhadap sumber daya, pembagian kerja, dan hubungan di luar keluarga biasa jadi semuanya diputuskan oleh hubungan gender di dalam unit keluarga itu sendiri. Berbicara tentang gender, tak terlepas dari adanya konsep ideologi gender. Di samping itu juga terdapat berbagai prespektif mengenai gender tersebut. Nunuk P. Murniati memberikan 3 prespektif gender yaitu prespektif agama, prespektif budaya, dan prespektif keluarga

b. Prespektif Agama

(14)

masyarakat. Ideologi gender juga mewarnai munculnya agama-agama dan perkembangannya. Warna atau pengaruh ini tampak dalam peraturan-peraturan agama.

Bahkan dalam kitab suci dan ajaran agama, pengaruh itu pun tampak pula dengan jelas. Alkitab menyatakan bahwa pada mulanya laki–laki dan perempuan adalah, yaitu sama–sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:27), kesetaraan/kesamaan yang dimiliki oleh laki–laki dan perempuan setelah itu adalah “telah berbuat dosa” dan “kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23) dan perempuan diciptakan dalam rangka memenuhi kebutuhan laki–laki (Adam) akan “penolong/teman yang sepadan”, bukan pemuas nafsu, apalagi pesuruh! (Kejadian 2:20-22).

Dari beberapa ajaran agama, dapat diketahui seberapa jauh agama mempunyai andil memantapkan ekses negatif dari ideologi gender. Salah satu ekses ideologi gender adalah terbentuknya struktur budaya patriakhi. Dalam budaya ini, kedudukan perempuan ditentukan lebih rendah daripada laki. Di dalam masyarakat, terjadi dominasi laki-laki atas perempuan di berbagai bidang kedudukan. Dalam keluarga, kedudukan suami lebih dominan. Situasi ini berarti meneguhkan patriarkhi private (dalam keluarga). Melalui perkembangan kapitalisme yang makin matang, patriarchy private menjadi state patriarchy. Patriarkhi menjadi warna dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan sosial, manusia mencipatakan aturan-aturan agama sebagai bagian dari struktur kebudayaan.

c. Prsepktif Budaya

(15)

terjadi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.dari sini kemudian muncul perbedaan jenis pekerjaan luar (public) dan pekerjaan dalam(domestic).

Tersosialisasi oleh lingkungan hidupnya. Maka hidup perempuan cenderung berkelompok, mengelola makanan dan obat-obatan. Hal ini berbeda dengan laki-laki yang bekerja diluar secara bebas. Lingkungan hidup laki-laki mensosialisaikan hidupnya berpindah-pindah. Aturan mengenai hidup dibuat perempuan yang hidupnya menetap. Budaya ini dinamakan budaya matriakhat, dengan anak dikenal dengan garis keturunan ibu.

Perubahan budaya matriakhat menjadi patriakhat, terjadi pada waktu laki-laki mengenal peternakan. Sifat peternakan yang menciptakan harta, membutuhkan pelimpahan harta sebagai warisan. Karena kebutuhan pelimpahanini, laki-laki mulai mencari keturunannya untuk diberi hak waris pada waktu yang sama maka terjadilah perampasan hak perempuan dalam mengambil keputusan. Peristiwa perampasan ini semakin kuat ketika manusia menghargai harta lebih tinggi daripada nilai manusiawi.

(16)

d. Prespektif Keluarga

Ideologi gender hasil konstruksi masyarakat menimbulkan berbagai masalah keluarga, karena tidak ada kesetaraan dalam relasi antar manusia. Pemahaman bahwa setelah menikah istri adalah milik suami, mengundang perilaku suami untuk menguasai istri. Dianggapnya bahwa istri adalah hak milik suami. Istri akan menjadi tergantung karena ia dimiliki dan harus dilindungi. Padahal, dalam kenyataan belum tentu laki-laki seorang pribadi memiliki kemampuan untuk itu.

Akibat stereotipe yang memberikan lebel pada laki-laki dan perempuan, maka terjadilah pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dalam keluarga. Anak laki-laki dan anak perempuan dididik secara tradisi dan adat menurut konstruksi sosial, dan bukan atas kemampuan pribadi. Perkembangan anak akan masuk ke dalam kontak stereotipe, sehingga sulit menemukan identitas dirinya.

Setiap rumah tangga mempunyai ciri khas mengenai kegiatannya. Tetapi secara garis besar diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup, seperti bekerja ( mencari nafkah ) untuk memenuhi pangan, sandang dan papan. Kegiatan belajar untuk anak, penyediaan dan pemeliharaan pangan, sandang dan papan serta kegiatan lain yang menyangkut kebutuhan rumah tangga.

(17)

3. Kegiatan yang behubungan dengan luar, yaitu kegiatan bernegoisasi, kegiatan berhubungan antar keluarga dan kegiatan sosial lainnya. Dari tiga macam kegiatan tersebut, setiap rumah tangga mempunyai perincian yang berbeda-beda, tergantung status keluarga.

e. Perempuan Karier

Karier adalah keseluruhan pekerjaan baik yang digaji maupun yang tidak digaji, suatu proses belajar dan peran-peran yang disandang sepanjang hidup. Biasanya, istilah karier berkaitan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang dan merupakan suatu pekerjaan tunggal. Namun saat ini, dalam dunia kerja, istilah karier dipandang sebagai suatu proses belajar dan pengembangan diri yang berkesinambungan. Kegiatan yang dapat disebut sebagai karier dan penunjangnya antara lain : kerja praktek, keterlibatan dalam masyarakat,kegiatan wirausaha, kegiatan budaya, pelatihan, pendidikan, minat, olah raga, dan pekerjaan sosial (Sumber :antobey.wordpress.com/2007/09/06/pengertian-karier).

(18)

Perempuan dalam memili karier masih dipandang sebagai kelompok perempuan, belum banyak memandang sebagai pribadi manusia yang mempunyai kemampuan tertentu. Keadaan biologis perempuan, teori-teori menegnai pembagian kerja secara seksual dan ajaran-ajaran agama yang menciptakan ideologi tentang perempuan, ideologi gender. Ideologi ini membentuk pandangan seseorang yang akan terwujud dalam perilaku untuk mengambil keputusannya. Proses ini terjadi pula dikalangan perempuan tiu sendiri yang memandang sudah terkondisikan sejak lahir. Pandangan akan berangsur-angsur berubah, bila didalam pribadi manusia terjadi proses secara penuh.

Seperti halnya manusia laki-laki, perempuan adalah mahluk biopsikis pula. Sudut pandang yang dipergunakan untuk memandang perempuan tidak hanya sudut pandang biologis saja, tetapi juga sudut pandang psikologis. Apabila dipandang dari sudut biologis saja, nilai-nilai sosial juga akan mengkhususkan kepada hal-hal yang berlaku bagi perempuan.

Dalam melaksanakan karyanya, atau dalam meniti karier, perempuan harus menentukan pilihan secara tegas dan konseptual. Artinya pandangan atau ideologi mana yang diyakini. Bagi perempuan yang berkeluarga, tentu saja tidak dapat melepas dengan hubungan interkeluarganya. Karier di sini membutuhklan dukungan, maka perlu memperbaiki hubungan interkeluarga, sehingga dalam mengambil keputusan secara pribadi dapat dukungan dan pengertian dari suami dan anak-anak.

2. Penelitian yang relevan

(19)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA” yang menyebutkan fungsi pemberdayaan perempuan dalam ekonomi keluarga, sedangkan penelitian yang membedakan dengan penelitian diatas adalah penelitian ini akan meneliti Profesi penjaga parkir perempuan di daerah kota Yogyakarta sebagai kajian bias gender.

b. Penelitian yang relevan dilakukan Oleh Dra. Murdiyah Winarti, M. Hum. Staf pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Desember 2008 “PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MENGATASI EKONOMI KELUARGA” dalam penelitian ini lebih menjelaskan pemeberdayaan perempuan di bidang ekonomi agar perempuan mampu mengatasi masalah ekonomi keluarga.

3. Kerangka Pikir

Kerangka berfikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena didalamnya telah mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Semua jenis penelitian apapun pasti diperlukan kerangka berfikir sebagai pijakan dalam menentukan arah penelitian, hal ini menghindari terjadinya perluasan pengertian.

(20)

Pemberdayaan Perempuan

Perempuan dan ekonomi Profesi penjaga parkir perempuan

Profesi penjaga parkir perempuan

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini dikembangkan suatu konsep atau kerangka pikir dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Dengan adanya kerangka pikir ini, maka tujuan yang akan dilakukan oleh peneliti didalam penelitian akan semakin jelas karena telah terkonsep terlebih dahulu. Adapun kerangka pikir yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan diadakan di Yogyakarta yaitu tepatnya di daerah Malioboro, Gejayan, Monumen Tugu Yogyakarta dan Alun-Alun kidul Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian pengambilan datanya akan dilaksanakan dalam jangka waktu 1 bulan, yaitu mulai dari bulan april 2014.

3. Bentuk dan Strategi Penelitian

(22)

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer disini adalah pengambilan data dengan pedoman wawancara dan observasi. Observasi dilakukan dengan non partisipatoris.

b. Data Sekunder

Data ini berupa sumber tertulis yaitu sumber diluar kata-kata dan tindakan yang dikategorikan sebagai sumber data kedua, namun tetap penting keberadaannya bagi upaya pengumpulan data penelitian. Sumber data tertulis dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, majalah, sumber internet yang berkenaan dengan penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal, keterangan-keterangan, atau karekteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan menggunakan teknik tertentu, adapun teknik pengumpulan data dalam metode penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

(23)

bertanya dan narasumber selalu menjadi pihak yang menjawab pertanyaan. Dalam pelaksanaannya pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar mengenai hal-hal yang akan di tanyakan.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka pengumpulan data sesuai dengan masalah penelitian, melalui proses pengamatan di lapangan. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti memiliki pedoman observasi yang berisi daftar mengenai sesuatu yang ingin di observasi. Jenis-jenis observasi ini ada dua, yaitu observasi partisipatif, dan observasi non partisipatif. Dalam observasi partisipatif dibagi menjadi dua yaitu partisipatif penuh dan sebagian.

c. Studi pustaka

Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan penelusuran dan penelaah literatur. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari sumber data sekunder yang mendukung penelitian dengan menggunakan bahan-bahan dokumentasi, baik berupa buku, majalah maupun arsi-arsip lainnya yang mendukung penelitian.

6. Teknik Pemilihan responden dan informan

(24)

satu populasi tertentu. Peneliti memilih informan atau responden berdasarkan penilaian atas karakteristik anggota informan atau responden yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

Dalam penelitian ini populasinya adalah perempuan yang berprofesi penjaga parkir di kota Yogyakarta yang memenuhi kriteria yang ditetapkan peneliti untuk menjadi responden atau sampel penelitian. Dari beberapa responden tersebut diharapkan dapat memberikan data yang akurat sehingga dapat diperoleh data dari berbagai segi agar sesuai dengan maksud peneliti.

7. Validitas Data

Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data ini, peneliti menggunakan tiga cara, yaitu sebagai berikut :

a. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang berada di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding data. Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara, dan berbagai waktu. Cara yang dilakukan adalah membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, dan membandingkan berbagai pendapat dan pandangan orang lain dan membandingkan dengan isi dokumen yang terkait.

(25)

8. Teknik Analisis Data

a. Pengumpulan data

Data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi penjaga parkir perempuan di Kota Yogyakarta. Reduksi Data Miles dan Huberman menyatakan bahwa proses reduksi merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari hasil pengisian angket. Proses reduksi data ini dimaksudkan untuk lebih mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan serta mengorganisasikan data sehingga mudah untuk dilakukan penarikan kesimpulan yang kemudian dilanjutkan dengan proses verifikasi.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah sejumlah informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan-kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan lebih lanjut. Dengan melihat penyajian data, kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Agar sajian data dapat diwujudkan dalam bentuk matriks, grafis, jaringan atau juga berupa naratif sebagai wadah panduan informasi tentang apa yang terjadi, maka data disajikan sesuai dengan apa yang diteliti. Penyajian data dalam laporan penelitian ini menggunakan analisis secara naratif dan deskriptif.

c. Penarikan Kesimpulan

(26)
(27)

BAB IV

(28)
(29)

DAFTAR PUSTAKA

Hanum, Farida, 2007, Diktat Sosiologi Gender, Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sastriyani, Siti Hartati, 2008. Women in public sector [perempuan disektor publik], Yogyakarta: Tiara Kencana

Prof. Dr. Damsar, 2009. Sosiologi Ekonomi. Kencana: Jakarta.

Bungin, Burhan, 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Ryadi Gunawan. Fauzie Rizal, dkk (ed), 1993, Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia. Kumpulan tulisan hasil seminar. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan tata bahasa yang tepat dan benar akan menunjukkan bahwa pembicara memiliki pemahaman sangat baik terhadap setiap kata-kata yang disampaikan.. Terlalu sering

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang tampak pada Tabel 1.7 dapat diketahui bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang dibuktikan

Mengurangnya perhatian masyarakat tidak terbatas hanya pada lingkungan, tapi juga terhadap berbagai kegiatan yang mendukung kesehatan, misalnya: Posyandu,

Adapun pengertian penempatan menurut Suwatno (2003:138) mendefinisikan bahwa Penempatan karyawan adalah untuk menempatkan karyawan sebagai unsur pelaksana pekerjaan pada

orang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: a) pencapaian KD pada setiap

 Dua segiempat kongruen jika terdapat suatu korespondensi satu-satu diantara titik-titik puncaknya sedemikian sehingga dua sudut yang berhadapan dan diagonal serta

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan metode konvensional terhadap hasil belajar IPA pada

Peranan istri yang bekerja sebagai buruh tani sangatlah berperan dalam peningkatan ekonomi keluarga, kontribusi pendapatan yang diperoleh oleh para buruh tani