BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
JUNI 2014
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FRAKTUR OS NASAL
OLEH :
Agida Kusuma Pertiwi, S.Ked
(0908012827)
PEMBIMBING :
dr. M. A. Sri Wahyuningsih, Sp. THT-KL
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS NUSA CENDANA
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus ini diajukan oleh : Nama : Agida Kusuma Pertiwi
Fakultas : Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Bagian : Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Laporan kasus dengan judul “Fraktur Os Nasal” ini telah disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu syarat kepeniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
PEMBIMBING KLINIK
dr. M. A. Sri Wahyuningsih, Sp. THT-KL (...) Ditetapkan di : Kupang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, karunia dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Fraktur Os Nasal” ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian di bagian Ilmu Penyakit THT-KL.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. M. A. Sri Wahyuningsih, Sp. THT-KL selaku pembimbing klinik yang telah setia membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman sesama Dokter Muda yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan kasus ini.
Kupang, Juni 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya. Fraktur nasal adalah jenis trauma wajah yang paling sering terjadi. Posisinya yang berada di tengah dan proyeksi anterior pada wajah menjadi faktor predisposisi terjadinya trauma. Fraktur nasal disebabkan oleh trauma dengan kecepatan rendah. Fraktur nasal yang disebabkan oleh kecepatan yang tinggi bisa menyebabkan fraktur wajah.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. KBRT
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
KU : Keluar darah dari kedua hidung
RPS : Pasien datang ke poli THT RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang dengan keluhan keluar darah dari kedua hidung setelah dipukul pada bagian hidung kiri pasien. Setelah dipukul, kedua hidung pasien langsung mengeluarkan darah. Darah yang keluar tidak terlalu banyak (sedikit-sedikit) dan terjadi sekitar 30 menit. Nyeri (+), bengkak (+), hidung bengkok ke arah kanan, hidung kurang membau, hidung terasa penuh dan mata berair.
RPD : Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat HT(-), DM (-)
Riwayat Pengobatan : Satu jam setelah pasien dipukul, pasien datang ke dokter ahli dan diberikan penanganan dengan tampon adrenalin dan hidrokortison selama 2 menit. Pasien juga diberikan obat amoxicillin, natrium diklofenak, betametason dan dexchlorphenamine maleate. Setelah diberikan pengobatan, perdarahan di hidung berhenti dan bengkak turun.
Pemeriksaan Fisis
Kesadaran : Compos mentis
TTV
o TD : 120/70 mmHg
o Nadi : 80x/menit, reguller
Leher : pembesaran KGB (-/-)
Tenggorok : mukosa merah muda, tonsil T1/T1, uvula letak ditengah
Hidung :
Kanan Kiri
Deformitas - +
Cavum Nasi Clot darah (+) Clot darah (+)
Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Concha Merah, Membesar Merah, Membesar
Telinga : dalam batas normal
Cor : S1-S2 tunggal, murmu (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : nyeri tekan (-/-)
Ekstremitas : edema (-/-)
Pemeriksaan Radiologi
Fraktur Os Nasal
Diagnosis
Fraktur Os Nasal dan Epistaksis
Penatalaksanaan
Amoxicillin 500mg 3 x 1 Natrium Diklofenak 50mg 2 x 1
Ocluson (Betamethasone, Dexchlorpheneramine Maleate)
PEMBAHASAN
DEFINISI
Fraktur nasal merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma yang ditandai dengan patahnya tulang hidung baik sederhana maupun kominunitiva. Fraktur nasal merupakan fraktur pada wajah yang paling sering dijumpai pada manusia; pada kasus trauma wajah sekitar 40 %adalah fraktur nasal.
ETIOLOGI
Fraktur nasal terjadi karena adanya trauma pada nasal. Penyebab terjadinya trauma pada nasal adalah :
Mendapat serangan misal dipukul,atau terjatuh
Injury karena olah raga
Kecelakaan (personal accident)
Kecelakaan lalu lintas
Pada pasien, trauma nasal disebabkan karena dipukul pada daerah hidung kiri.
PATOMEKANISME
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur :
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
KLASIFIKASI
Jenis – jenis Fraktur Hidung
1. Fraktur hidung sederhana
Jika fraktur dari tulang hidung, dapat dilakukan perbaikan dari fraktur tersebut dengan anastesi local.
2. Fraktur Tulang Hidung Terbuka
Fraktur tulang hidung terbuka menyebabkan perubahan tempat dari tulang hidung dan disertai laserasi pada kulit atau mukoperiosteum rongga hidung.
3. Fraktur Tulang Nasoetmoid
Fraktur ini merupakan fraktur hebat pada tulang hidung, prosesus frontal pars maksila dan prosesus nasal pars frontal. Fraktur tulang nasoetmoid dapat menyebabkan komplikasi Jenis fraktur pada pasien adalah fraktur hidung sederhana.
DIAGNOSIS
1. Dari anamnesa ditanyakan riwayat trauma hidung
Pada pasien didapatkan adanya trauma pada hidung satu jam sebelum mendapatkan perawatan. Pasien juga mengalami epistaksis sebelum dibawa berobat. 2. Pemeriksaan fisik dapat dilihat suatu deformitas, dislokasi atau hematom septum, depresi
atau pergeseran tulang-tulang hidung, epiktasis, hematoma, laserasi, Pada perabaan dirasakan nyeri dan adanya krepitasi. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan adanya deformitas pada hidung bagian kiri, pembengkakan pada daerah hidung, tidak ditemukan adanya epistaksis dan septum depresi.
3. Rhinoskopi anterior jika dibutuhkan untuk melihat deviasi septum
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan adanya bekuan darah pada lubang hidung bagian kanan dan kiri, deviasi septum (-), konka membesar dan merah.
4. Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan radiologi pasien ditemukan adanya fraktur pada os nasal
Tujuan Penanganan Fraktur Hidung
Mengembalikan penampilan secara memuaskan
Mengembalikan patensi jalan nafas hidung
Menempatkan kembali septum pada garis tengah
Menjaga keutuhan rongga hidung
Mencegah sumbatan setelah operasi, perforasi septum, retraksi kolumela, perubahan bentuk punggung hidung
Mencegah gangguan pertumbuhan hidung
Penatalaksaan pada pasien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut : 1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :
a. Mengelevasikan kepala dan kompres dingin, kemudian dilakukan pembedahan dengan reposisi os.nasal teknik reduksi tertutup dengan sebelumnya
b. Elevasi dari kepala dan penggunaan kompres air dingin pada daerah periorbital dan regio nasal sendiri dapat membantu untuk mengurangi edema yang terjadi.
Untuk teknik pembedahannya sendiri tergantung dari fraktur hidung yang terjadi. 2. Terapi operasi
Terapi bedah adalah mereduksi patah tulang hidung yang telah diketahui, ketika pembengkakan dan edema memungkinkan untuk diagnosis yang akurat dan melakukakan tindakan reduksi. Hal ini dapat dilakukan segera jika cedera parah, namun, patah tulang ringan sampai moderat dinilai lebih mudah dan akurat direduksi 3 sampai 10 hari setelah cedera. Tergantung pada tingkat kenyamanan dan pengalaman, reduksi tertutup patah tulang hidung tanpa komplikasi baik dilakukan dengan anestesi lokal dalam lingkup dokter keluarga. Untuk patah tulang moderat complexnasal, fraktur terbuka, atau hematoma septum, konsultasi bedah harus dicari. Sementara itu , patah tulang hidung dapat dikelola melalui reduksi tertutup, beberapa luka pada akhirnya mungkin memerlukan reduksi terbuka melalui septorhinoplasty. Ini biasanya dilakukan pada 6 sampai 12 bulan setelah bekas luka post-trauma melunak.
pasien dan jika setelah inflamasi mereda terdapat deformitas yang nyata dan pasien bersedia di operasi maka tindakan dapat dilakukan.
Komplikasi
Komplikasi neurologik
a. Robeknya duramater.
b. Keluarnya cairan serebrospinal dengan kemungkinan timbulnya meningitis c. Pneumosefalus
d. Laserasi otak
e. Avulsi dari nervus olfaktorius f. Hematoma epidural atau subdural
g. Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak
Komplikasi pada mata:
a. Telekantus traumatika. b. Hematoma pada mata
c. Kerusakan nervus optikus yang mungkin menyebabkan kebutaan d. Epifora
e. Ptosis
f. Kerusakan bola mata
Komplikasi pada hidung:
a. Perubahan bentuk hidung
b. Obstruksi rongga hidungyang disebabkan oleh fraktur, dislokasi atau hematoma pada septum.
c. Gangguan penciuman ( hiposmia atau anosmia )
d. Epistaksis posterior yang disebabkan oleh robeknya arteri ethmoidalis.
e. Kerusakan duktus nasofrontalis yang disebabkan oleh sinusitis frontalis atau mukokel.