2 ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui perkembangan motif karawo Gorontalo dari tahun 2000-2014. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, data dikumpulkan dengan observasi, wawancara, penelaahan kepustakaan, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, display data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa dapat diketahui perkembangan motif karawo pada busana kerja wanita dari tahun 2000-2014 dapat dikaji dari struktur visual. Adapun klasifikasi motif dibagi menjadi tiga rentang waktu, yaitu tahun 2000-2005, tahun 2006-2010, dan tahun 2011-2014. Adapun pembagian rentang waktu ini berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi pada karawo. Setelah klasifikasi motif dipetakan menurut jenis dari motif yaitu motif tumbuhan, motif geometris, dan motif binatang. Adapun analisis struktur visual yang digunakan adalah kontras untuk mengetahui perbedaan yang drastis, keutuhan untuk mengetahui adanya saling hubungan, gerak untuk mengetahui arah, irama untuk mengetahui gerak yang teratur, proporsi untuk mengetahui perbandingan satu ukuran, dominan untuk melihat penonjolan, dan keseimbangan untuk melihat keseimbangan. Dari kajian struktur maka dapat diketahui perkembangan dari motif karawo pada busana kerja wanita dari tahun 2000-2014
4 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah karawo berasal dari bahasa Gorontalo yang berarti sulaman atau menyulam (Sudana, 2014: 89). Pada awalnya karawo merupakan kegiatan yang berkaitan dengan adat pemingitan gadis-gadis, yaitu memberikan kesibukan pada seorang wanita yang belum menikah sehingga mereka terhindar dari pergaulan negatif di luar rumah (Domili dalam Sudana, 2014: 89-90). Sehingga, ada yang mengatakan bahwa karawo adalah kerajinan yang diselamatkan oleh kaum perempuan (tekno kompas.com). Tahun 2000 Gorontalo telah berdiri sebagai provinsi ke-32 di Indonesia pada tanggal 22 desember melalui Undang-Undang nomor 38 tahun 2000, dan untuk memenuhi salah satu syarat teknis pada pembentukan provinsi, maka masyarakat Gorontalo khususnya Pegawai Negeri Sipil mengenakan busana karawo pada hari tertentu sebagai ciri khas dari Provinsi Gorontalo.
Tahun 2006 karawo telah dikukuhkan sebagai karya asli daerah Gorontalo, dengan dikeluarkannya sertifikat Hak Paten bernomor : ID 00122784 tentang sulaman karawo sebagai kerajinan milik masyarakat Gorontalo oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI pada tanggal 20 Januari (Dokumen Desperindag dalam Hasdiana, 2012:4).
Tahun 2011 tercetusnya festival karawo oleh pemerintah yang mendapat dukungan dari pihak Bank Indonesia Gorontalo, dan dengan mengikuti berbegai event, karawo pada tahun 2014 meraih penghargaan sebagai sulaman tersulit dan unik Se-Nusantara dalam festival sulaman Nusantara di Museum Gajah Jakarta (Rahmatiah dalam Sudana, 2015:24).
Dengan terjadinya peristiwa-peristiwa penting pada karawo, diduga motif karawo juga ikut berkembang, karena dengan dikenalnya dan diperkenalkannya karawo dari waktu ke waktu, para desainer motif karawo lebih kreatif untuk membuat motif karawo yang mempertimbangkan
5 keindahannya dengan melibatkan
struktur visual. Akan tetapi dokumentasi dari motif karawo tersebut belum ada, bahkan motif yang sekarang ini beredar tidak diberi nama dan tidak mempunyai makna.
Bertolak dari perkembangan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tantang perkembangan desain motif karawo Gorontalo dari tahun 2000-2014 yang akan dikaji dari struktur visual, dan akan dipetakan terlebih dahulu menurut fungsi fisik. Dari pemetaan fungsi fisik tersebut peneliti mengambil motif karawo pada busana kerja wanita sebagai subyek penelitian. Hal ini dianggap bahwa busana kerja wanita motifnya lebih fariatif.
Adapun perkembangan desain motif karawo dalam penelitian ini akan diteliti dari tahun 2000-2014 yang dibagi dalam 3 rentang waktu, yakni tahun 2000-2005, 2006-2010 dan 2011-2014. Pembagian ini dibuat atas peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada karawo, yaitu pembentukkan Provinsi Gorontalo pada tahun 2000, pengukuhan karawo
sebagai karya asli daerah Gorontalo pada tahun 2006, cetusnya festival karawo pada tahun 2011, dan pada tahun 2014 karawo mendapatkan penghargaan sebagai sulaman tersulit dan unik Se-Nusantara.
Bertolak dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat
masalah “Bagaimanakah
Perkembangan Desain Motif Karawo Gorontalo Dari Tahun 2000-2014”. Maka dari ini peneliti berinisiatif memformulasikan penelitian ini dengan judul “ Perkembangan Motif Karwo Gorontalo “.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Tentang Perkembangan Mahmud (2010:345) mengatakan bahwa, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Teori tersebut dikuatkan oleh Sudana (2014:91) yang mengatakan, bahwa konsep perkembangan mencakup dua hal, yaitu adanya proses berkelanjutan dari entitas yang telah ada dan adanya proses pergantian atau perubahan yang menghasilkan hal baru.
6 Pengertian perkembangan yang
telah disampaikan tersebut merupakan pengertian perkembangan secara umum, maka dengan beberapa pengertian tersebut, yang dimaksud perkembangan motif Karawo yaitu proses yang terjadi pada motif Karawo Gorontalo semenjak tahun 2000 sampai pada tahun 2014, dimana terjadi perubahan yang berkesinambungan pada motif Karawo dan terjadinya perubahan yang menghasilkan motif Karawo yang baru, dengan motif lama yang masih diproduksi. Dalam hal ini adalah motif Karawo pada busana kerja wanita. Tinjauan Tentang Struktur Visual
Struktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun, susunan, pengaturan unsur-unsur atau bagian dari suatu benda atau wujud (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991:965). Sedangkan visual art menurut Jim Supangkat adalah seni yang menekankan rupa (dalam Diksirupa, 2011:426). Adapun arti lain visual yaitu yang dapat dilihat dengan indra penglihatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991:1120).
Tinjauan Tentang Motif
Pembuatan desain motif pada karawo adalah hasil ekspresi yang bernilai estetis, dimana ekspresi tersebut untuk mendapatkan perhatian dari spektator. Untuk mendapatkan perhatian tersebut dilakukan dengan dengan cara order. Order adalah keteraturan. Sebagai nilai estetis, order berarti suatu ketertataan yang diterapkan pada objek untuk menarik perhatian spektator.
Keteraturan pada motif karawo cenderung bersifat mimesis. Mimesis adalah peniruan terhadap sesuatu. Pada umumnya, manusia menyukai sesuatu yang mirip sesuatu yang lain. Mimesis pada karawo diolah menjadi bentuk motif.
Tinjauan Tentang Karawo
Karawo merupakan bahasa Gorontalo yang artinya sulaman dengan tangan. Karawo juga berarti kain tradisional khas Gorontalo yang pembuatannya merupakan hasil kerajinan tangan (Kompas.com, 18 Maret 2015). Menurut Sudana (2014: 89), karawo sejatinya merupakan teknik untuk memunculkan ornamen
7 pada kain utuh dengan cara mengiris,
mencabut, dan menyulam, yang dilakukan sepenuhnya dengan keterampilan tangan.
Pendapat lain mengatakan bahwa karawo umunya diterapkan untuk menghias bagian tertentu pada busana sebagai penambah keserasian bagi pemakainya, sehingga kelihatan lebih indah dan menarik (Hariana dan Lasalewo, 2012:80). Sejalan dengan teori tersebut Hasdiana mengungkapkan bahwa karawo adalah salah satu teknik rekalatar yaitu menghias kain dengan berbagai macam motif yang indah sehingga menarik perhatian pembeli dan pemakai (Hasdiana, dkk, 2012:28).
Dari beberapa pernyataan di atas penulis berpendapat bahwa, karawo adalah penerapan motif geometris pada kain yang telah dipengaruhi oleh grid, dan bersifat mimesis dengan cara mengiris, mencabut, menyulam, dan merawang.
METODE PENELITIAN Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Provinsi Gorontalo. Alasan dipilih
lokasi tersebut dikarenakan karawo adalah kerajinan milik masyarakat Gorontalo, mengingat proses pengerjaan karawo yang tidak dikerjakan oleh satu orang, dan peneliti akan menggali informasi dari orang yang kompoten dalam perkembangan motif karawo.
Pendekatan Penelitian
Menentukan pendekatan yang tepat adalah hal terpenting dalam melakukan sebuah penelitian. Berdasarkan masalah dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Setelah menentukan pendekatan, langkah selanjutnya adalah menentukan metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif, sebagai cara untuk mencapai tujuan penelitian. Menurut Suryabrata (2012:75) metode deskriptif adalah metode untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
8 Berdasarkan pendapat di atas,
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, untuk mendeskripsikan struktur visual dari motif karawo secara mendalam agar mudah dipahami.
Subjek dan Objek
Subjek adalah sumber utama data penelitian, yaitu memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 2014:34-35). Adapun arti lain, subjek penelitian adalah benda atau hal orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Arikunto dalam Prastowo, 2011: 28). Sedangkan objek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Teori lain mengatakan bahwa objek penelitian berupa benda yang diukur, diraba, dan dilihat (Prastowo, 2011: 29)
Dari pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah motif karawo pada busana kerja wanita, dan objek penelitian adalah perkembangan motif
dari karawo yang dilihat dari struktur visual.
Populasi dan Sampel
Mengetahui perkembangan motif karawo perlu diadakan pengambilan populasi dan sampel. Adapun populasi dan sampel pada penelitian ini, yaitu: Populasi
Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2014:77). Wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristtik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2014:119)
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/sobyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Berdasarkan pengertian populasi di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah semua motif karawo dari tahun 2000-2014.
9 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2014:120). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara sampling purposive, dimana sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Maka, dalam penelitian sampel yang digunakan adalah fungsi fisik dari karawo yang telah mewakili semua kategori populasi.
Data dan Sumber Data
Menurut Saifudin Azwar (2014: 91) data penelitian digolongkan sebagai data primer data sekunder Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengguanakan alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dengan demikian data primer pada penelitian ini yaitu data tentang penggambilan motif pada setiap industri karawo, data tentang tahun pembuatan motif karawo pada
pembuat motif, dan data tentang usaha industri karawo.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat fihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Dalam hal ini data sekunder adalah informasi tentang motif karawo yang diperolah dari laporan penelitian, jurnal, artikel dan data-data yang relevan dengan penelitian.
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :
Observasi
Menurut Nasution (dalam Sugiono, 2014:309-310) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang
10 angkasa) dapat diobservasi dengan
jelas.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam teori di atas, observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang perkembangan motif karawo busana kerja wanita dengan mengetahui industri-industri karawo, dan sejarahnya, mengetahui motif pada busana kerja wanita, dan tahun dari motif tersebut. Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan langsung, agar dapat memahami proses perkembangan itu terjadi.
Wawancara
Menurut Esterberg (dalam Sugiono, 2014:316) wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara berstruktur dan tak berstruktur. Wawancara berstruktur adalah wawancara yang menggunkan pedoman wawancara, dan wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedomana wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Esterberg dalam Sugiono, 2014:318).
Berdasarkan teori tersebut, wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang perkembangan motif karawo pada busana kerja wanita, agar mendapatkan jawaban yang alami sesuai informan. Wawancara berstruktur ditujukkan pada industri karawo untuk mendapatkan data tentang sejarah dari industri tersebut, dan pada pembuat motif karawo untuk mendapatkan informasi tahun pembuatan dari motif.
Wawancara tak berstruktur ditujukkan pada industri karawo untuk mengetahui dari siapa mereka mendapatkan motif, pertama kali mereka memproduksi motif tersebut, dan mengetahui motif pada busana kerja wanita. Selain itu wawancara tak berstruktur juga digunakan pada sipembuat motif karawo untuk mengetahui ide dari pembuatan motif. Penelaahan Kepustakaan
11 Penelaahan kepustakan adalah
mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan (Sumadi Suryabrata, 2012: 8). Sehubungan dengan masalah yang dipecahkan, maka peneliti menggunakan penelaahan kepustakaan melalui jurnal seni, laporan penelitian karawo, artikel tentang karawo, dan data-data yang relevan dengan penelitian, sebagai data sekunder. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiono, 2014:326). Dalam penelitian ini peneliti akan menempatkan dokumen berupa gambar dari desain motif karawo busana kerja wanita.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mengunakan analisis interaktif, yaitu data yang telah diperoleh kemudian
dianalisis melalui reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan (Miles and Huberman, dalam Sugiyono, 2014:334-343).
Reduksi Data
Proses reduksi data berarti merangkum, mengambil data yang pokok dan penting, membuat ketegorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Sehubungan dengan hal tersebut, reduksi data dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai proses seleksi dari data-data yang terkumpul sesuai dengan permasalahan.
Display Data
Penyajian data yang dilakukan adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam penelitian ini data observasi, wawancara, dan dokumentasi disajikan secara naratif dengan deskriptif sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Data-data yang disajikan tentunya telah melewati reduksi data.
Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles & Huberman adalah penarikan
12 kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Pengecekan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh keabsahan data adalah triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibilitas data (Sugiono, 2014: 327). Dezim (dalam Moleong, 2007: 330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
Pada penelitian ini, menggunakan triangulasi sumber sebagai teknik yang digunakan untuk pemeriksaan
keabsahan data, dengan menggunakan beberapa cara, yaitu membandingkan hasil wawancara dari sumber. Kemudian menempatkan hasil wawancara dari pembuat motif karawo sebagai konfirmasi pada keabsahan data. Dengan membandingkan data tersebut, maka akan mendapatkan data yang akurat mengenai pekembangan motif karawo.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Provinsi Gorontalo terdiri dari satu kota dan lima kabupaten, yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo. Berdasarkan pembagian wilayah pada Provinsi Gorontalo yang terdiri dari kabupaten dan kota, data penelitian ini ditetapkan pada Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone Bolanggo. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan waktu dan biaya dalam penelitian.
Motif karawo Gorontalo, busana kerja wanita pada rentang waktu tahun
13 2000-2005, Berdasarkan data di
lapangan ditemukan bahwa, motif karawo busana kerja wanita yang diproduksi pada rentang waktu tahun 2000-2005, berjumlah 31 motif yang terdiri dari motif tumbuhan, motif binatang, dan motif geometris.
Motif karawo Gorontalo, busana kerja wanita pada rentang waktu tahun 2006-2010. Berdasarkan data di lapangan ditemukan bahwa, motif karawo busana kerja wanita yang diproduksi pada rentang waktu tahun 2006-2010, berjumlah 19 motif yang terdiri dari motif tumbuhan, motif binatang, dan motif geometris
Motif karawo Gorontalo, busana kerja wanita pada rentang waktu tahun 2011-2014. Berdasarkan data di lapangan ditemukan bahwa, motif karawo busana kerja wanita yang diproduksi pada rentang waktu tahun 2011-2014, berjumlah 26 motif yang terdiri dari motif tumbuhan, motif binatang, dan motif geometris.
Pembahasan
Analisis struktur visual motif karawo Gorontalo, busana kerja wanita. Motif-motif ini akan dianalisis menggunakan
teori struktur visual dari Bambang Irawan dan Priscilla Tamara, yang terdiri dari kontras, keutuhan, gerak, irama, proporsi, dominan, dan keseimbangan. Tori dari keutuhan dan proporsi diperjelas oleh teori dari Sadjiman Ebdi Sanyoto, dengan rincian sebagai berikut:
Motif Tumbuhan
Gambar 4.2.1.1 Motif Tumbuhan Sumber: Kasmin Dukalang, 2016
Komponen : Bentuk daun jagung, buah jagung, titik, dan garis lengkung
Kontras : Kontras terjadi pada bentuk, ukuran dan arah.
14 Kekontrasan pada
bentuk dapat dilihat pada bentuk daun jagung dan bentuk buah jagung, kekontrasan ukuran terdapat pada bentuk daun jagung yang dibuat dengan berbagai ukuran, dan kekontrasan pada arah terdapat pada bentuk daun jagung yang menunjukkan arah yang berbeda. Hal ini relefan Jika dikaitkan dengan teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 35) bahwa kekontrasan dapat dilihat dari garis, arah, ukuran, dan bentuk.
Keutuhan : Keutuhan terjadi karena adanya hubungan
keterkaitan antara
bentuk buah jagung, dan bentuk daun jagung, seperti yang dikatakan pada teori Sadjiman Ebdi Sanyoto (2009: 213), bahwa keutuhan ialah adanya hubungan keterkaitan
Gerak : Terjadi kombinasi gerak yang dipengaruhi oleh arah dari bentuk daun, seperti yang terdapat pada teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 37) bahwa gerak terjadi dengan arah teratur dan tidak teratur. Seperti yang kita lihat pada gambar di atas, gerak teratur yaitu pada bentuk buah jagung, dan gerak
15 tidak teratur yang
ditujukan pada bentuk daun jagung. Maka dapat dikatakan bahwa pada motif ini menggunakan kombinasi gerak. Irama : Terjadi irama
secara pengulangan dan progresi. Irama secara pengulangan ditujukkan pada bentuk biji jagung yang disusun secara teratur, dan irama secara progresi terdapat pada bentuk daun jagung yang
penyusunannya dibuat dari ukuran kecil ke ukuran besar. Hal ini relevan dengan pernyataan dari Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 38-39) bahwa irama terdiri dari pengulangan, silih berganti, progresi, dan regresi.
Proporsi : Proporsi diolah dengan
menggunakan satu bentuk yang berbeda dari bentuk yang lain dengan ukuran lebih besar, yaitu bentuk dari buah jagung. Hal ini relevan jika dikaitkan dengan teori dari Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2009: 258-259) tentang proporsi.
Dominan : Dominan
ditujukkan pada bentuk buah jagung yang dibuat berbeda dengan ukuran lebih besar, jika dikaitkan dengan teori
16 Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 43) bahwa dominan adalah penonjolan dalam suatu komposisi.
Keseimbangan : Motif ini menggunakan keseimbangan informal, seperti yang terdapat pada teori dari Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 44-49) bahwa, keseimbangan terdapat tiga jenis, yaitu formal, informal, dan radial.
17 Motif Geometris
Gambar 4.2.1.27 Motif Geometris Sumber: Karsum Dunda, 2016
Komponen : Bentuk segi tiga dan segi empat Kontras : Kontraras terjadi
antar bentuk. Hal ini relefan jika dikaitkan dengan teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 35) bahwa kekontrasan dapat dilihat dari garis, arah, ukuran, dan bentuk.
Keutuhan : Keutuhan terjadi karena adanya
hubungan
kesamaan dengan pemberian blok hitam. Hal ini relevan dengan pernyataan dari Sadjiman Ebdi Sanyoto (2009: 213) tentang teori keutuhan
Gerak : Terjadi gerak satu arah yaitu horizontal, seperti yang terdapat pada teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 37) bahwa gerak terjadi dengan arah teratur dan tidak teratur Irama : Terjadi irama
secacara
perulangan, hal ini sejalan dengan teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 38-39) bahwa irama terdiri dari
18 pengulangan, silih
berganti, progresi, dan regresi.
Proporsi : Proporsi dibuat dengan adanya bentuk besar diantara bentuk yang kecil. Hal ini sejalan dengan teori dari Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2009: 258-259) tentang proporsi.
Dominan : Dominan
ditunjukkan oleh bentuk segi tiga yang dibuat lebih besar. Hal ini relevan dengan teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 43) tentang dominan Keseimbangan : Keseimbangan
pada motif ini dibuat secara formal. Hal ini sejalan dengan teori
Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 44-49) bahwa, keseimbangan terdapat tiga jenis, yaitu formal, informal, dan radial Motif Binatang
Gambar 4.2.1.31 Motif Binatang Sumber: Karsum Dunda, 2016
Komponen : Bentuk ikan besar dan ikan kecil Kontras : Kekontrasan terjadi
pada arah dan ukuran bentuk. Hal ini relefan jika
19 dikaitkan dengan
teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 35) bahwa kekontrasan dapat dilihat dari garis, arah, ukuran, dan bentuk.
Keutuhan : Keutuhan terjadi karena adanya hubungan
kesamaan. Hal ini relevan dengan pernyataan dari Sadjiman Ebdi Sanyoto (2009: 213) tentang teori keutuhan
Gerak : Terjadi gerak satu arah yaitu vertikal, seperti yang terdapat pada teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 37) bahwa gerak terjadi dengan arah teratur dan tidak teratur
Irama : Irama terjadi pada pembentukkan sisik dari bentuk ikan, hal ini sejalan dengan teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 38-39) bahwa irama terdiri dari pengulangan, silih berganti, progresi, dan regresi.
Proporsi : Proporsi diolah secara trasisional berdasarkan ukuran dari bentuk ikan. Hal ini sejalan dengan teori dari Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2009: 258-259) tentang proporsi. Dominan : Dominan ditunjukkan oleh bentuk ikan yang dibuat lebih besar. Hal ini relevan
20 dengan teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 43) tentang dominan Keseimbangan : Keseimbangan
pada motif ini dibuat secara informal. Hal ini sejalan dengan teori Bambang Irawan dan Priscilla Tamara (2013: 44-49) bahwa, keseimbangan terdapat tiga jenis, yaitu formal, informal, dan radial PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka disimpulkan bahwa perkembangan motif karawo Gorontalo yang telah dikaji dari struktur visual dengan rentang waktu sebagai berikut:
1. Rentang waktu tahun 2000-2005 menggunakan struktur visual:
a. Kekontrasan, yang terjadi pada bentuk, ukuran dan arah dari bentuk
b. Keutuhan, terjadi adanya hubungan keterkaitan, kedekatan dan kesamaan dari bentuk
c. Gerak, terjadi secara teratur dan tidak teratur
d. Irama terjadi lebih pada pengulangan, silih berganti, dan progresi
e. Proporsi diolah secara repetisi dan transisi
f. Dominan diolah dengan menggunakan penonjolan pada suatu komposisi
g. Keseimangan menggunakan keseimangan formaldan informal.
2. Rentang waktu tahun 2006-2010 menggunakan struktur visual:
a. Kekontrasan yang terjadi pada rentang waktu ini, sama dengan kekontrasan yang terjadi pada rentang waktu sebelumnya yaitu bentuk, ukuran, dan arah.
21 b. Keutuhan yang terjadi pada
rentang waktu ini adanya hubungan keterikatan yang terjadi, tetapi hubungan keterkaitan, kedekatan dan kesamaan tetap masih ada. c. Gerak, pada rentang waktu
ini tetap terjadi secara teratur dan tidak teratur d. Irama pada rentang waktu
ini sama dengan rantang waktu sebelumnya terjadi lebih pada pengulangan, silih berganti, dan progresi e. Proporsi pada rentang waktu
ini terdapat proporsi secara oposisi, dan penonjolan, tetapi pengolahan proporsi secara repetisi dan transisi masih digunakan
f. Dominan masih tetap sama dengan rentang waktu sebelumnya diolah dengan menggunakan penonjolan pada suatu komposisi g. Keseimbangan juga masih
sama dengan rentang waktu yang sebelunya, yaitu
menggunakan keseimbangan formal dan informal.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti mengajukkan pada masyarakat Gorontalo agar dapat mengetahui perkembangan yang terjadi pada motif karawo yang ditinjau dari struktur visual
DAFTAR PUSTAKA
Astuty, Tri. 2015. Buku Pedoman Umum Pelajar SOSIOLOGI
Rangkuman Inti Sari
Sosiologi Lengkap. Jakarta; Vicosta Publishing.
Budi Susanto, Eko. 2015. Menjadi Seorang Desainer Yang Mengerti Media Cetak. Yogyakarta: ANDI.
Budiyono, 2008. Kriya Tekstil Untuk SMK Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hamdi, Asep Saepul. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish
22
Mangunhardjana. 1986.
Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisisus.
Muharto, Ambarita Arisandi. 2016. Metode Penelitian Sistem
Informasi Mengatasi
Kesulitan Mahasiswa Dalam
Menyusun Proposal
Penelitian. Yogyakarta: Deepublish
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak. Jakarta: Rineka Cipta. Nusantara, Guntur. 2003. Cetak
Sablon Untuk Pemula. Yogyakarta: Puspa Terampil. Nusantara, Guntur. 2003. Panduan Praktis Cetak Sablon. Jakarta; Kawan Pustaka.
Noorhayati, Alief. 2014. Telaah Filsafat Pendidikan. Yogyakarta; Deepublish.
Sulistyorini, Mg. 2006. Warna-warni
kecerdasan anak dan
pendampingnya. Jakarta; Kanisius.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta; EGC.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistwm pendidkan dan undang-undang republic Indonesia no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Jakarta: Visimedia.
Wahyudin. 2007. A to Z Anak Kreativ. Jakarta; Gema Insani Press.
Yesi Fanaro, Ria. 2015. Eksplorasi dan Rosebud. Kriya Pustaka.
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan
Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana. Sumber Internet :
https://fitinline.com/article/read/5- cara-mengolah-limbah-perca-kain/ diakses 15 Januari 2018 Pukul 20:00
http://andrikaroy.blogspot.co.id/
diakses 15 Januari 2017 Pukul 20:00
Sumber Wawancara :
Ibu Apriyanti Adam Maret 2017 10:30 Sumber Wawancara :