• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Merchaptan Sulfur, Naphthalenes, FreezingPoint dan Flash Point pada AVTUR. dI PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Merchaptan Sulfur, Naphthalenes, FreezingPoint dan Flash Point pada AVTUR. dI PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

TUGAS AKHIR

AZIS PRATAMA

112401033

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

AZIS PRATAMA 112401033

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : AnalisaMerchaptan Sulfur,Naphthalenes,

FreezingPointdanFlash PointpadaAVTUR. DI PT. PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

Kategori : Tugas Akhir Nama : Azis Pratama Nomor Induk Mahasiswa : 112401033

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA Departement : KIMIA

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2014

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP : 195408301985032001

Pembimbing,

(4)

PERNYATAAN

ANALISA

MERCHAPTAN SULFUR

,

NAPHTHALENES

,

FREEZING POINT

DAN

FLASH POINT

PADA AVTUR

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2014

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judulAnalisa Merchaptan Sulfur,Naphthalenes,Freezing PointdanFlash PointpadaAVTURDI PT. PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis mulai dari tanggal 28 Januari 2014 sampai dengan 21 Februari 2014 yang ditempatkan pada Laboratory DI PT. PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI.

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Kimia Industri.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Gumun dan Ibunda Supini yang seantiasa memberikan semangat dan doanya,serta saudara kandung penulis Arya Fahreza yang juga memberikan semangat kepada penulis.

2. Ibu Rumondang Bulan,MS sebagai Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 3. Ibu Dra Emma Zaidar,MSc sebagai Ketua Program Studi D3 Kimia Industri

FMIPA USU.

4. Bapak Lamek Marpaung, M.Phil.,Ph.D sebagai dosen pembimbing yang telah sabar memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu Rahma Santi selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis dan temanteman selama PKL.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar FMIPA USU.

7. Keluarga besar Yeny Surya Ningsih, Amd yang telah memberikan motivasi, perhatian selama pengerjaan tugas ahir ini.

8. Teman teman satu PKL penulis yaitu Windri,Aisyah,Resky dan Achmad yang mana sama–sama menimba ilmu di PT.PERTAMINA dan memberikan

semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.

9. Seluruh teman teman satu angkatan 2011 yang telah memberikan suasana indah selama masa perkuliahan di D3 KIMIA.

(6)

Hanya doa yang dapat penulis sampaikan kepada Allah SWT. Mudah mudahan kebaikan yang diterima penulisdari semua pihak yang telah membantu, kiranya Allah SWT membalas kebaikan tersebut. Penulis dengan segala kemampuan berusaha menyelesaikan karya ilmiah ini dengan sebaik –

baiknya. Apabila ada kekurangan kritik dan saran penulis terima dengan senang hati.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membaca.

Medan, Juli 2014

(7)

ANALISA

MERCHAPTAN SULFUR,

NAPHTHALENES,

FREEZING POINT

DAN

FLASH POINT

PADA

AVTUR

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

ABSTRAK

(8)

ANALYSIS MERCHAPTAN SULFUR, NAPHTHALENES,

FREEZING POINT AND FLASH POINT IN AVTUR

AT. PERTAMINA ( Persero ) RU II DUMAI

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN i PERNYATAAN ii PENGHARGAAN iii ABSTRAK vi ABSTRACT vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR SINGKATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 2

1.4 Tujuan 3

1.5 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 4

2.1 Minyak Bumi 4

2.1.1.Defenisi Minyak Bumi 4 2.1.2.Pembentukan Minyak Bumi 6 2.1.3.Komposisi Minyak Bumi 7 2.1.4.Produk Minyak Bumi 13

2.2.AVTUR(Aviation Turbine) 14

2.2.1.DefenisiAVTUR 14

2.2.2.Proses Pembuatan AVTUR 15 2.2.2.1.Distilasi Atmosfir 15 2.2.2.2.Distilasi Hampa 16 2.2.2.3.Delayed Coker Unit(DCU) 17 2.2.2.4.Hydrocracking Proces 18

2.2.2.5.Blending 19

(10)

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN 30

3.1.Analisa Merchaptan Sulfur (ASTM D-3227) 30

3.1.1 Alat 30

3.2.2 Bahan 30

3.3.3 Prosedur 31

3.2.AnalisaNaphthalenes(ASTM D-1840-09) 31

3.2.1 Alat 31

3.2.2 Bahan 32

3.2.3 Prosedur 32

3.3.AnalisaFreezing Point(ASTM D-2386) 33

3.3.1 Alat 33

3.3.2 Bahan 33

3.3.3 Prosedur 34

3.4.AnalisaFlash Point(ASTM IP-170) 35

3.4.1 Alat 35

3.4.2 Bahan 35

3.4.3 Prosedur 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 37

4.1.Data Analisa 37

4.2.Reaksi 38

4.3.Perhitungan 38

4.3.Pembahasan 42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 45

5.1 Kesimpulan 45

5.2 Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

Tabel 2.1 Komposisi Elemental Minyak Bumi 7

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ASTM = American Society for Testing and Material

IP = Institute Petroleum

AVTUR = Aviation Turbine

CDU = Crude Distillation Unit

LGO = Light Gas Oil

HGO = Heavy Gas Oil

LVGO = Light Vacuum Gas Oil

HVGO = Heavy Vacuum Gas Oil

DCU = Delayed Coker Unit

LCGO = Light Coker Gas Oil

LPG = Liquefied Petroleum Gasses

(13)

ANALISA

MERCHAPTAN SULFUR,

NAPHTHALENES,

FREEZING POINT

DAN

FLASH POINT

PADA

AVTUR

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

ABSTRAK

(14)

ANALYSIS MERCHAPTAN SULFUR, NAPHTHALENES,

FREEZING POINT AND FLASH POINT IN AVTUR

AT. PERTAMINA ( Persero ) RU II DUMAI

ABSTRACT

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sumber daya minyak, gas dan panas bumi merupakan sumber daya alam yang

sangat strategis, karena menyangkut taraf hidup masyarakat luas. Sampai saat ini

Bahan Bakar Minyak (BBM) masih merupakan sumber energi utama bagi

pembangunan nasional sesuai dengan undang-undang no. 22 tahun 2001.

Sehingga untuk masa datang diharapkan pengolahan dari suatu unit pengolahan

menghasilkan produksi yang sesuai dengan spesifikasi keputusan dirjen migas.

Berbagai proses pengolahan minyak bumi akan mendapatkan

bermacam-macam produk salah satunya Avtur. Setiap produk Avtur yang dihasilkan Pertamina RU II Dumai sebelum dipasarkan harus melalui uji kelayakan. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut penulis melakukan analisa uji guna kelayakan

avtur agar avtur yang diproduksi tidak merugikan konsumen yang menggunakannya. Dengan adanya pengujian ini dapat diketahui apakahavturyang

diproduksi oleh Pertamina RU II Dumai layak dipasarkan sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditetapkan, dan sesuai dengan standar keselamatan.

Teori popular untuk minyak bumi adalah “Organic Source Material”,

dimana menyatakan bahwa binatang dan tumbuh-tumbuhan berakumulasi dalam

(16)

didapatlah minyak mentah untuk dioleh menjadi beberapa produk, salah satunya

AVTUR.

Seiring dengan kemajuan teknologi penelitian yang semakin pesat,

maka kebutuhan akan AVTUR yang lebih berkualitas sangat dibutuhkan. Setiap produk AVTUR yang dihasilkan Pertamina RU II Dumai sebelum dipasarkan harus melalui uji kelayakan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut penulis

melakukan analisa uji kelayakan AVTUR agar AVTUR yang diproduksi tidak merugikan konsumen yang menggunakannya. Dengan adanya pengujian ini dapat

diketahui apakah AVTUR yang diproduksi oleh Pertamina RU II Dumai layak dipasarkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Dari uraian diatas

maka penulis tertarik untuk memilih judul.“ANALISA MERCHAPTAN

SULFUR, NAPHTHALENES, FREEZING POINT DAN FLASH POINT

PADA AVTUR DI PT. PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan judul diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana mendapatkan hasil Analisa Merchaptan sulfur,Naphthalenes,

Freezing point dan Flash point pada minyak AVTUR sesuai dengan

(17)

2. Bagaimana agar keselamatan dalam penggunaanAVTURbisa terjamin dan

maskapai nasional maupun internasinal bisa menggunakan AVTUR yang diproduksi di Pertamina RU II Dumai.

3. Bagaimana agar AVTUR yang dihasilkan bisa memenuhi parameter yang sesuai dengan standar yang telah di tetapkan oleh Dirjen. Migas.

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui hasil Analisa Merchaptan sulfur, Naphthalenes,

Freezing point dan Flash point pada minyak AVTUR sesuai dengan

standar yang telah ditentukan.

2. Untuk mengetahui keselamatan dalam penggunaan AVTUR bisa terjamin dan maskapai nasional maupun internasinal bisa menggunakan AVTUR

yang diproduksi di Pertamina RU II Dumai.

3. Untuk mengetahui AVTUR yang dihasilkan bisa memenuhi parameter

yang sesuai dengan standar yang telah di tetapkan oleh Dirjen. Migas.

1.4.Manfaat

1. Agar keselamatan dalam penggunaan AVTUR bisa terjamin dan maskapai

nasional maupun internasinal bisa menggunakan AVTUR yang diproduksi di Pertamina RU II Dumai.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Bumi

2.1.2. Defenisi Minyak Bumi

Minyak Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis

molekul yang paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus

maupun bercabang), sikloalkana, hidrokarbon aromatik, atau senyawa kompleks

seperti aspaltena. Setiap minyak Bumi mempunyai keunikan molekulnya

masing-masing, yang diketahui dari bentuk fisik dan ciri-ciri kimia, warna, dan viskositas.

Alkana, juga disebut dengan parafin, adalah hidrokarbon tersaturasi

dengan rantai lurus atau bercabang yang molekulnya hanya mengandung unsur

karbon dan hidrogen dengan rumus umum CnH2n+2. Pada umumnya minyak Bumi

mengandung 5 sampai 40 atom karbon per molekulnya, meskipun molekul

dengan jumlah karbon lebih sedikit/lebih banyak juga mungkin ada di dalam

campuran tersebut.

Alkana dari pentana (C5H12) sampai oktana (C8H18) akan disuling menjadi

bensin, sedangkan alkana jenis nonana (C9H20) sampai heksadekana (C16H34) akan

disuling menjadi diesel, kerosene dan bahan bakar jet). Alkana dengan atom

karbon 16 atau lebih akan disuling menjadi oli/pelumas. Alkana dengan jumlah

(19)

dan aspal mempunyai atom karbon lebih dari 35. Alkana dengan jumlah atom

karbon 1 sampai 4 akan berbentuk gas dalam suhu ruangan, dan dijual sebagai

elpiji (LPG). Di musim dingin, butana (C4H10), digunakan sebagai bahan

campuran pada bensin, karena tekanan uap butana yang tinggi akan membantu

mesin menyala pada musim dingin. Penggunaan alkana yang lain adalah sebagai

pemantik rokok. Di beberapa negara, propana (C3H8) dapat dicairkan dibawah

tekanan sedang, dan digunakan masyarakat sebagai bahan bakar transportasi

maupun memasak.

Sikloalkana, juga dikenal dengan nama naptena, adalah hidrokarbon

tersaturasi yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya,

dengan rumus umum CnH2n. Sikloalkana memiliki ciri-ciri yang mirip dengan

alkana tapi memiliki titik didih yang lebih tinggi.

Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon tidak tersaturasi yang memiliki

satu atau lebih cincin planar karbon-6 yang disebut cincin benzena, dimana atom

hidrogen akan berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn.

Hidrokarbon seperti ini jika dibakar maka akan menimbulkan asap hitam pekat.

Beberapa bersifat karsinogenik.

Semua jenis molekul yang berbeda-beda di atas dipisahkan dengan

distilasi fraksional di tempat pengilangan minyak untuk menghasilkan bensin,

bahan bakar jet, kerosin, dan hidrokarbon lainnya. Contohnya adalah

2,2,4-Trimetilpentana (isooktana), dipakai sebagai campuran utama dalam bensin,

(20)

2 C8H18(l)+ 25 O2(g)→ 16CO2(g)+ 18 H2O(g)+ 10.86 MJ/mol (oktana)

Jumlah dari masing-masing molekul pada minyak bumi dapat diteliti di

Laboratory. Molekul-molekul ini biasanya akan diekstrak di sebuah pelarut,

kemudian akan dipisahkan di kromatografi gas, dan kemudian bisa dideteksi

dengan detektor yang cocok.

Pembakaran yang tidak sempurna dari minyak bumi atau produk hasil

olahannya akan menyebabkan produk sampingan yang beracun. Misalnya, terlalu

sedikit oksigen yang bercampur maka akan menghasilkan karbon monooksida.

Karena suhu dan tekanan yang tinggi di dalam mesin kendaraan, maka gas buang

yang dihasilkan oleh mesin biasanya juga mengandung molekul nitrogen oksida

yang dapat menimbulkan asbut.(Prayetno,E.2006)

2.1.2. Pembentukan Minyak Bumi

Proses terbentuknya minyak bumi dijelaskan berdasarkan dua teori, yaitu:

a. Teori Anorganik

Teori Anorganik dikemukakan oleh Berthelok (1866) yang menyatakan

bahwa minyak bumi berasal dan reaksi kalsium karbida, CaC2 (dan reaksi antara

batuan karbonat dan logam alkali) dan air menghasilkan asetilen yang dapat

berubah menjadi minyak bumi pada temperatur dan tekanan tinggi.

(21)

b. Teori Organik

Teori Organik dikemukakan oleh Engker yang menyatakan bahwa minyak

bumi terbentuk dari proses pelapukan dan penguraian secara anaerob jasad renik

(mikroorganisme) dari tumbuhan laut dalam batuan berpori. (Winarno.1993)

2.1.3.Komposisi Minyak Bumi

Hampir semua senyawa dalam minyak bumi disusun dari hidrogen dan karbon.

Bahan-bahan ini disebut Hidrokarbon, juga terdapat senyawa-senyawa lain yang

mengandung sejumlah kecil belerang, oksigen, dan nitrogen. Dalam

penghilangan, operasi fisik seperti penguapan, fraksionasi, dan pendinginan

terutama ditentukan oleh sifat-sifat hidrokarbon dalam minyak mentah. Operasi

treating dan penyaringan ditentukan oleh adanya senyawa belerang, oksigen, nitrogen, dan selebihnya sejumlah kecil hidrokarbon reaktif yang mungkin ada.

Komposisi kimia dan sifat-sifat minyak mentah sangat bervariasi, tetapi

komposisi elemental pada umumnya adalah tetap, yang ditampilkan pada tabel

[image:21.595.177.456.571.701.2]

2.1.

Tabel 2.1Komposisi Elemental Minyak Bumi

Komposisi Persen (%)

Carbon (C) 84-87

Hidrogen (H) 11-14

Sulfur (S) 0-3

Nitrogen (N) 0-1

Oksigen (O) 0-2

(22)

Komposisi yang konstan ini terjadi karena suatu minyak disusun dari beberapa

seri homolog hidrokarbon. Setiap seri mempunyai komposisi elemental yang

relatif konstan. Dekomposisi tidak sempurna protein dapat menjelaskan

kandungan nitrogen dan sulfur yang berada dalam minyak mentah, sedangkan

oksigen dapat berasal dari asal sumber bahan, atau merupakan hasil oksidasi

produk antara (intermediate). Dalam minyak mentah, konsentrasi sulfur, nitrogen,

dan oksigen bertambah sesuai dengan kenaikan titik didih fraksi. Pada umumnya

sulfur berada sebagai merkapan dan sulfide, meskipun terdapat juga H2S dan

sedikit belerang bebas. Sebagaian besar senyawa belerang berada dalam bentuk

besar, selebihnya terdapat dalam senyawa khusus.(Branan, C.2002)

Berikut ini adalah keterangan mengenai jenis-jenis senyawa yang terdapat

dalam minyak bumi secara garis besar:

2.1.3.1. Senyawa Hidrokarbon

Berbagai seri hidrokarbon didapatkan dalam minyak bumi. Demikian juga seri

lain dari hasil perengkahan dan hidrogenasi. Seri yang utama diketahui dalam

minyak bumi adalah:

1. Seri Paraffin (CnH2n+2)

Paraffin dikarakterisasi oleh kestabilannya yang besar. Contoh paraffin adalah

methana, ethana, heksana dan heksadekan. Pada temperatur kamar paraffin tidak

bereaksi dengan asam kromat yang sangat oksidatif, kecuali yang mengandung

atom karbon tertier. Paraffin bereaksi dengan gas klor perlahan-lahan pada sinar

(23)

mengandung hidrokarbon paraffin ringan. Paraffin berat dijumpai pada semua

minyak bumi, minyak bumi yang bebas lilin mungkin tidak mengandung

hidrokarbon paraffin berat. Lilin dapat terdiri dari paraffin hidrokarbon rantai

lurus dan rantai bercabang.

2. Seri Olefin atau Etilen (CnH2n)

Olefin terdiri dari hidrokarbon rantai tak jenuh, yaitu hidrokarbon yang

memiliki ikatan rangkap. Contoh olefin adalah Etana (Etilen), propena, dan

butena. Hidrokarbon yang termasuk dalam seri ini dapat bereaksi langsung

dengan klor, brom, asam klorida dan asam sulfat, tanpa menggantikan atom

hidrogen. Senyawa tak jenuh bereaksi dan melarut dalam asam sulfat, sehingga

dapat dihilangkan dari minyak mentah. Olefin dengan titik didih rendah

kemungkinan tidak ditemukan dalam minyak mentah, tetapi berada dalam produk

perengkehan.

3. Seri Naften (CnH2n)

Naften mempunyai formula yang sama dengan Olefin, namun memiliki sifat

yang jauh berbeda. Naften adalah senyawa hidrokarbon siklis yang merupakan

senyawa jenuh. Sebelumnya naften disebut dengan Methilene, contohnya adalah

tertramethilene, pentamethilene dan heksamethilene, sekarang senyawa tersebut

disebut siklobutan, siklopentan, dan sikloheksan. Naften tidak memilki ikatan

rangkap sehingga tidak dapat bereaksi secara langsung. Naften juga tidak larut

(24)

4. Seri Aromatik (CnH2n-6)

Seri aromatik disebut juga sebagai seri Benzene. Seri ini bersifat aktif karena

adanya tiga ikatan rangkap.

5. Seri Diolefin (CnH2n-2)

Seri ini hampir sama dengan seri olefin, kecuali adanya dua atom hidrogen

yang hilang atau adanya dua ikatan rangkap pada tiap molekul. Ikatan rangkap

tersebut menyebabkan seri ini bersifat sangat aktif. Diolefin cenderung untuk

mengalami Polimerisasi atau berkombinasi dengan molekul tidak jenuh lainnya

membentuk padatan seperti gum dengan berat molekul yang tinggi. Diolefin dan

bentuk gum nya dapat ditemukan pada cracked gasoline yang belum diolah lebih

lanjut, namun tidak terdapat minyak mentah. Diolefin dapat dipolimerisasi dan

hilangkan dengan menggunakan asam sulfat.

6. Seri Siklik (CnH2n-4,CnH2n-8,CnH2n-8,dst)

Literature mengindikasikan bahwa seri ini cukup mendominasi pada minyak

dengan titik didih yang tinggi, seperti gas oil danlubricating oil.

2.1.3.2. Senyawa Non Hidrokarbon

Berbagai senyawa non hidrokarbon terdapat dalam minyak mentah dan dalam

aliran sebagai hasil pengilangan. Yang terpenting adalah senyawa belerang,

nitrogen, oksigen. Traces senyawa logam dapat menyebabkan permasalahan

(25)

sangat penting untuk mengontrol kandungan belerang dan vanadium dalam

umpan untuk mencegah keracunan katalis.

1. Senyawa Sulfur

Konsentrasi senyawa sulfur bervariasi dari suatu minyak bumi dengan

yang lain. Minyak mentah bersifat asam (Sour), mengandung hidrogen sulfide

atau mengandung belerang tinggi sebagai minyak yang asam. Minyak mentah

diklarifikasikan asam jika kandungan hidrogen sulfide terlarut sebesar 0.005 cuft

per seratus gallon minyak. Untuk minyak mentah dengan belerang tinggi,

mengandung presentase senyawa belerang tinggi. Sebagai contoh suatu minyak

mentah dengan kandungan 5% berat belerang, hampir setengah dari senyawa

minyak mengandung belerang. Telah terbikti bahwa minyak bumi dengan densitas

lebih tinggi mengandung belerang semakin tinggi. Senyawa belerang dalam

minyak bumi adalah kompleks, dan biasanya tidak stabil oleh panas. Senyawa

belerang menurunkan kemampuansusceptibilitas gasolinepada TEL.

Senyawa belerang yang tidak bersifat tidak asam dapat dihilangkan

dengan hydrotreating. Belerang biasanya terdapat dalam minyak mentah dan dalam aliran produk pengilangan dalam bentuk senyawa hidrogen sulfide,

marcapatan alifik, sulfide alifik, siklik desulfida alifik, desulfida aromatic,

polisulfida, thiopene dan homolognya.

Persentase belerang dalam minyak mentah bervariasi dari mendekati 0

untuk minyak mentah dengan API grafity tinggi sampai 7,5 % dalam minyak

mentah berat. Jika persentase belerang tinggi berarti sebagian besar senyawa

(26)

2. Senyawa Nitrogen

Kandungan nitrogen hampir dalam semua minyak mentah adalah rendah,

biasanya kurang dari 0,1% berat. Kandungan nitrogen dalam fraksi dengan titik

didih tinggi adalah tinggi. Senyawa nitrogen stabil terhadap panas, sehingga

kandungan Nitrogen dalam fraksi ringan sangat rendah.

Ada beberapa tipe utama untuk senyawa hidrokarbon-nitrogen dan

mempunyai struktur lebih kompleks dibandingkan dengan senyawa

hidrokarbon-sulfur. Senyawa nitrogen dalam minyak bumi dapat diklasifikasikan menurut sifat

basa atau tidak. Beberapa tipe senyawa nitrogen yang dapat diisolasi antara lain

adalah Pyridines, quinolines, isoquinolines, acridines, pyrolines dan indoles.

Proses hydrotreating digunakan untuk menurunkan kandungan nitrogen untuk

umpan pada proses katalis, karena senyawa nitrogen merupakan racun bagi

katalis.

3. Senyawa Oksigen

Senyawa oksigen dalam minyak mentah pada umumnya lebih kompleks

dari pada senyawa belerang. Biasanya adalah asam karboksilat, fenol dan kresol

(cresilic acid), amida, keton, dan benzofuran. Aspal banyak mengandung senyawa

oksigen tinggi. Karena sifat asam dari senyawa oksigen, maka senyawa tersebut

akan mudah terpisah dari minyak mentah. Kandungan total; asam dalam minyak

bumi bervariasi dari 0.003% (minyak bumi dari Irak dan Mesir) sampai 3% dalam

minyak bumi Kalifornia. Asam naftenat yang memberikan keasaman dalam

minyak mentah adalah senyawa penting untuk Petrokimia. Dalam fraksi gas oil,

terdapat asam karboksilat dari rantai lurus alkyl-sikloparafin. Ekstraksi dengan

(27)

serius seperti halnya senyawa belerang dan senyawa nitrogen pada proses-proses

katalis.

4. Senyawa Logam

Logam dalam minyak mentah berada dalam bentuk garam terlarut dalam

air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometalik dan

sabun logam (metal soap). Sabun logam kalsium dam magnesium adalah zat aktif

permukaan (surface active agent) dan bertindak sebagai penstabil emulsi (emulsi stabilizer). Elemen logam yang sering terdapat dalam minyak bumi antara lain :

Fe, Al, Ca, Mg, Ni dan Vanadium tidak dikehendaki berada dalam umpan untuk

proses katalik karena vanadium meracuni katalis. Adanya vanadium dapat

dimonitor dengan teknikemissiondanatomic absorption.(Meyers, R.1999)

2.1.4.Produk minyak bumi

Ada beberapa macam cara penggolongan produk jadi yang dihasilkan oleh kilang

minyak. Di antaranya produk jadi kilang minyak yang dapat dibagi menjadi:

produk bahan bakar minyak (BBM) dan produk bukan bahan bakar minyak

(BBBM).

Termasuk dalam produk BBM adalah :

1. bensin penerbangan

2. bensin motor

3. bahan bakar jet

(28)

6. minyak diesel

7. dan minyak bakar.

Sedangkan yang termasuk produk BBBM adalah :

1. elpiji(liquified petroleum gases-LPG)

2. pelarut

3. minyak pelumas

4. gemuk

5. aspal

6. malam paraffin

7. karbon hitam (carbon black)

8. dan kokas. (Hardjono.A.2010)

2.2.Aviatiaon Turbine(AVTUR)

2.2.1.DefenisiAvtur

Avtur (aviation turbine fuel)adalah bahan bakar penerbangan untuk jenis pesawat

bermesin gas turbine dan pesawat jet yang banyak digunakan baik di bidang

militer maupun komersial. Bahan bakar ini berasal dari proses pengolahan minyak

bumi fraksi kerosine atau campuran kerosin/naptha yang mempunyai sifat

pembakaran dan energi tinggi. Jenis kerosin telah dipilih sebagai bahan bakar

untuk generasi pertama kali sebab mempunyai sifat pembakaran yang baik,

rendah terhadap kebakaran, sehingga digunakan sebagai pengganti gasoline pada

(29)

Sebagai bahan bakar jet militer, sangat luas digunakan oleh militer

Inggris. Grade antara militer dan komersial mempunyai sifat- sifat dasar yang

sama, dan berbeda pada jenis aditif yang digunakan.

Kualitas bahan bakar tidak hanya ditentukan oleh disain dan unjuk kerja

mesin, serta nilai ekonomi, akan tetapi juga keselamatan dalam penerbangan.

Bahan bakar ini diperoleh berasal dari proses pengolahan minyak bumi dengan

komposisi tertentu baik dari proses distilasi maupun proses perengkahan . Karena

avtur dituntut harus mempunyai nilai pembakaran yang tinggi, kualitas

pembakaran tinggi, freezing point rendah, kandungan panas/berat tinggi, serta kandungan panas/volume rendah.

Avtur merupakan bahan bakar yang di peroleh darihasil pengolahan

minyak bumi, yang mempunyai trayek didih antara 150-300°C, terdiri dari

molekul hydrocarbon (C11-C 15) dan titik beku (freezing point) dibatasi

maksimum -47°C. (Haidir, A. 2001)

2.2.2.Proses PembuatanAvtur

Untuk mendapatkan avtur diperlukan beberapa tahap proses pengolahancrude oil

(minyak mentah). Prose pengolahan untuk mendapatkanavturmelalui beberapa

tahapan yaitu :

2.2.2.1. Distilasi Atmosfir

Pada unit CDU (Crude Distillation Unit) Crude Oil yang diolah di unit ini

(30)

crude panas dipompakan kedalam kolom destilasi dan hidrokarbon teringan dalam

crude oil, biasanya gas propane dan butane naik menuju puncak kolom dan keluar

dari puncak kolom. Gasoline yang sedikit berat dibanding gas propane dan butane

naik tetapi tidak sampai puncak kolom dan keluar menuju samping kolom.

Beturut-turut kerosine dan minyak diesel merupakan produk yang lebih berat dari

gasoline dan keluar melalui samping kolom pada titik lebih rendah. Produk yang

diperoleh langsung dari destilasi crud oil disebut produk stright run. Komponen

yang terlalu berat untuk menguap pada kondisi destilasi atmosfir keluar dari dasar

kolom.

Dari proses distilasi ini dihasilkan produk antara lain :

1 gas.

2 Naphta.

3 Light Gas Oil(LGO)

4 Heavy Gas Oil(HGO)

5 Long residue.

2.2.2.2. Distilasi Hampa (Vacuum Distilation)

Long Residue yang dihasilkan CDU, digunakan sebagai umpan pada unit

distilasi hampa dengan tekanan 40 mmHg dan temperature ±3900C. produk

bottom kolom dapat difraksinasi lebih lanjut dengan destilasi berikutnya yang

dilakukan pada tekanan rendah. Tekanan rendah dalam kolom destilasi akan

mengakibatkan komponen-komponen dengan titik didih tinggi dapat menguap.

(31)

gasoil (VGO) dan bottom produknya disebut dengan vacuum residu (VR) atau

vakum resid.

Dari unit distilasi hampa ini menghasilkan produk yaitu :

1 Light Vacuum Gas Oil(LVGO)

2 Heavy Vacuum Gas Oil(HVGO) sebagai umpan hydrocracking

3 Short residue

2.2.2.3.Delayed Coker Unit(DCU)

Short residue yang dihasilkan Vacuum Unit, digunakan sebagai umpan

pada Delayed Coker Unit (DCU) dengan temperature 3200c.Proses Coking

merupakan proses yang menjadi semakin penting dengan semakin

menurunnya kualitas minyak mentah dunia (semakin berat dan semakin

banyak mengandung logam dan conradson carbon). Dengan semakin

meningkatnya kandungan logam dan conradson carbon dari minyak mentah,

delayed coking unit (sering disebut coker) menjadi pilihan utama untuk

mengolah minyak mentah dengan kandungan logam dan conradson carbon

yang tinggi.

Dari unit DCU ini menghasilkan produk yaitu :

1 Naphtha

2 Light Coker Gas Oil(LCGO)

(32)

2.2.2.4.Proses Perengkahan (Hydroracking Process)

Hydroracking adalah proses perengkahan senyawa-senyawa hidrokarbon dengan

menggunakan katalis serta diberikan gas Hidrogen yang berfungsi untuk

penjenuhan senyawa olefin yang terbentuk selama proses. Selama proses

digunakan temperature dan tekanan tinggi untuk mendapatkan fraksi-fraksi

dengan molekul yang lebih rendah. Hasil yang didapat dari Hydroracking Process

lebih stabil dibandingkan dengan perengkahan yang menggunakan panas seperti

biasa.

Hydroracking Process dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar avtur atau bahan bakar lainnya yang semakin meningkat, juga bertujuan untuk

meningkatkan daya guna residu dari hasil proses distilasi atmosfir.

Dalam proses perengkahan dibutuhkan gas hydrogen yang cukup banyak,

yakni kebutuhan gas hydrogen keseluruhan tergantung dari jenis bahan baku

yang diolah dan jenis produk yang diinginkan.

Katalis yang dipakai dalam proses perengkahan adalah :

1 inti asam katalis, yaitu alumina silikat (Al2O3-SiO2) untuk

mempercepat terjadinya reaksi perengkahan.

2 Inti metal Hydroracking, yaitu campuran metal dari Co, Ni,

dengan Mo, untuk mempercepat reaksi hydrogenasi.

Sebagai umpan Hydroracking adalah HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil) dan

(33)

Produk-produk yang dihasilkan Hydroracker Unit adalah :

1 LPG (Liquefied Petroleum Gasses)

2 Light Naphtha 3 Heavy Naphtha

4 Light Kerosine 5 Heavy Kerosine

6 Automotive Diesel Oil(ADO)

2.2.2.5.Blending

Pengolahan minyak harus mencampur stream yang ada, untuk menghasilkan

bahan bakar yang memenuhi persyaratan yang berlaku, ekonomis dan tersedia

dalam jumlah yang memadai. Saat ini telah dikembangkan program yang dapat

mengatur seluruh aspek operasi pengolahan (tidak hanya untuk memproduksi

bahan bakar jet), termasuk sampai tahapan pencampuran atau blending.

Namun demikian pengolahan minyak tidak memiliki kemampuan untuk

mengendalikan komposisi detail bahan bakar jet yang dihasilkan. Biasanya hal ini

ditentukandari komposisi crude oil yang dipilih berdasarkan ketersediaan dan

harga. Reaksi kimia yang terjadi pada proses konversi masih kurang spesifik

untuk merancang produk dengan komposisi kimia seperti yang dikehendaki.Dan

dengan spesifikasi tertentu Light Kerosine dan Heavy Kerosine dapat digunakan sebagai bahan baku avtur. Namun diluar diluar keterbatasan tersebut, Pengolahan

minyak setiap hari menghasilkan produk dalam jumlah besar yang telah

(34)

2.2.2.6. Upgrading

Pada proses upgrading, dilakukan sweetening yang digunakan untuk

menghilangkan senyawa sulfur yang disebut merchaptan dalam bahan bakar jet.

Merchaptan tidak dikehendaki keberadaan nya karena bersifat korosif dan juga

menjadi penyeabab bau. Beberapa proses telah dikembangkan untuk

menghilangkan merchaptan dengan mengkonversi merchaptan menjadi sulfida.

Disulfida tidak korosif dan baunya cukup lunak dibandingkan merchaptan.

Sodium plumbite (doctor dan bennder treating) dan copper choride (linde

treating) pernah digunakan sebagai katalis untuk mengkonversi merchaptan, saat

ini yang digunakan adalah katalis cobalt dengan proses yang disebut dengan

merox (merchaptan oxidation). Proses sweetening tidak mengurangi kadar sulfur

dalam bahan bakar, tetapi mengkonversi senyawa sulfur menjadi senyawa sulfur

lainnya.

Catalyst

2RSH + ½ O2 RSSR + H2O

Merox conversion

Hydroprocessing adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan proses

yang menggunakan hydrogen dan katalis yang sesuai untuk menghilangkan

komponen yang tidak diinginkan dalam produk pengolahan. Proses ini meliputi

kondisi lunak untuk menghilangkan senyawa reaktif seperti olefin dan sulfur serta

nitrogen, sampai dengan kondisi keras untuk menjenuhkan cincin aromatic dan

(35)

memecah molekul yang mengandung sulfur dan mengkonversinya menjadi

hydrogen sulfida yang selanjutnya dipisahkan dari bahan bakar.

H2

RSH RH + H2S

Catalyst

Hydroprocessing conversion

(Buku Saku, 2010)

2.2.3.Spesifikasi Dan Sifat KhususAvtur

2.2.3.1. SpesifikasiAvtur

Spesifikasi adalah batasan-batasan yang harus dipenuhi oleh bahan bakar minyak,

yang bertujuan agar bahan bakar tersebut aman, nyaman serta ekonomis dalam

pemakaian.

Spesifikasi tersebut biasanya berupa angka batasan minimum dan

maksimum dengan menggunakan metode tertentu tergantung dari klasifikasi

bahan bakar yang bersangkutan, khususnya yang mempunyai hubungan erat

dengan keamanan dan keselamatan dalam penggunaannya. Karena avtur

digunakan oleh pesawat terbang bermesin turbine (jet) yang mempunyai resiko

keamanan tinggi bila dibandingkan dengan bahan bakar lainnya. Maka spesifikasi

yang ditentukan terhadapavtursangat ketat sesuai dengan standar internasional.

Terhitung mulai tanggal 01 Desember 2000 Indonesia mengacu ke

(36)

91-91 Issue 3 (DERD 2494) tanggal 12 November 1999, tentang : Perkembangan

Spesifikasi Avtur International, tetapi Indonesia masih memakai issue 2, karena

belum mempunyai alat untuk menguji Lubricity ASTM D-5001.(Irwansyah, K.

2003)

2.2.3.2.Sifat Khusus Avtur

a.Appearance

Untuk meyakinkan bahwa bahan bakar bebas dari kotoran padat dan air

yang tidak larut. Jika dilihat secara visual dengan mata akan tampak jernih,

terang, bebas dari partikel-partikel padatan (seperti debu, pasir, gumpalan garam)

dan tidak tampak adanya pemisahan air pada suhu kamar.

Sifat kenampakan dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan :

1 Visual Appearance. 2 Colour Saybolt.

3 Particulate Contaminant

4 Particulate Contaminant

b.Composition

Komposisi senyawa kimia seperti jumlah keasaman (Total Acidity),

jumlah senyawa aromatic, senyawa olefin, jumlah sulfur, merchaptan sulfur

dibatasi keberadaannya dalam bahan bakar Avtur. Pembatasan ini erat hubungannya dengan mutu bakar, stabilitas pada penyimpanan dan pemakaian,

(37)

Avturini mempunyai persyaratan komposisi hidrokarbon yang terdiri dari :

1 Parafin: 33-61% vol.

2 Olefin: 0,5-5% vol.

3 Naften: 10-45% vol.

4 Aromatic: 12-25% vol.

Komposisi senyawa kimia dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan :

1. Total acidity 2. PONA

3. Total Sulphur

4. Merchaptan sulphur dan Doctor Test

c.Volatility

Sifat penguapan Avtur ditujukan oleh hasil pemeriksaan terhadap titik nyala (flash Point) dan distilasinya. Sedangkan distilasi pada 10 % volume

dibatasi maksimum, dimaksudkan agar bahan bakar tersebut tidak terlalu lambat

terbakar pada saat pesawat terbang melakukanStart Up.

Sifat penguapan dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan :

5. Distilasi

6. Flash Point

7. Density

d.Fluidity

(38)

maksimum. Sebagai petunjuk untuk mengetahui sifat pengaliran dariAvtur

dilakukan pemeriksaan terhadap titik beku(Freezing point)dan kekentalan (viscositykinematiknya).

Sifat pengalirannya dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan :

1 Freezing Point

2 Kinematic viscosity at -200C

3 Distillation 4 Flash Point 5 Density

e.Combustion

Dalam penggunaannya, bahan bakarAvturharus mempunyai syarat pembakaran yang sempurna. Salah satu analisis yang dapat dijadikan sebagai

petunjuk adalah Smoke Point nya. Apabila Smoke Point nya tinggi berarti Avtur

memiliki sifat pembakaran yang sempurna (baik) dan sebaliknya jikaSmoke Point

nya rendah berarti Avtur mempunyai sifat pembakaran yang kurang sempurna

(kurang baik). Untuk itu Avtur tidak boleh mengandung senyawa-senyawa yang sulit terbakar dalam jumlah besar, dalam hal ini senyawa hidrokarbon jenis

aromatic berupa Naphtalene dibatasi keberadaannya maksimum 3 % volume.

Sedang senyawa hidrokarbon jenis paraffin diharapkan cukup banyak terdapat dalamAvtur.

(39)

1 Specific Energi

2 Smoke Point 3 Naphtalenes

f.Corrosion

Bahan bakarAvturyang mempunyai sifat pengkaratan tinggi, apabila

dipakai akan menimbulkan kerusakan-kerusakan pada sistem distribusi bahan

bakar maupun pada bagian yang lain dari mesin pesawat. Sifat pengkaratan ini

ditimbulkan adanya senyawa belerang reaktif.

Sifat pengkaratan dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan :Copper Corrostion

g.Thermal Stability

merupakan sifat kestabilan Avtur selama penyimpanan maupun pemakaian. Syarat kestabilan yang dimilikiAvtursangat diperlukan, sebab adanya

perbedaan suhu yang cukup tinggi dalam pemakaian akan cenderung

menimbulkandeposite.Depositeini hasil dekomposisi hidrokarbonAvturpada

alat penukar panas, pada saringan bahan bakar, maupun pada pipa penyemprotan

bahan bakar pada sistem pembakaran selama mesin beroperasi.

Sifat kestabilan dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan :Thermal stability

h.Contaminant

Kontaminasi yang dimaksudkan adalah adanya senyawa-senyawa pengotor

(40)

kandungan air yang teremulasi dalam Avtur.Apabila pengotor-pengotor ini

dibiarkan keberadaannya dalam jumlah besar (diatas batas yang ditentukan), maka

hal ini dapat mengganggu kerja mesin pesawat dan dapat membahayakan

keselamatan penerbangan.

Adanya kontaminasi dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan :

1 existent gum

2 water reaction

3 microseparometer (Annual Book ASTM Standard 2008)

2.2.4. Teknik Sampling Pada Avtur

a. Tata cara sampling

Avturdiambil dari tangkiAvturdengan menggunakan gayung contoh. Pengambilan contoh ini dilakukan pada beberapa titik.Kemudian contoh

ditempatkan pada tempat contoh diberi tutup dengan baik dan diberi label yang

jelas sesuai dengan nomor tangki tempat pengambilan contoh. Spot-spot

pengambilan contoh :

1 Bottom plate, contoh diambil pada bagian dasar tangki untuk mengetahui particulate contaminant dari produk tersebut.

2 30 cm dan 50 cm dari dasar tangki, untuk mengetahui tingkat

kebersihan dariAvtursecaravisual.

3 Upper, middle and lower (composite), untuk mendapatkan contoh

(41)

2.2.5.Parameter Analisis PadaAvtur

2.2.5.1. Merchaptan Sulfur

Merkaptan adalah komponen sulfur organik. Secara kimiawi dia berupa

komponen yang terdiri dari senyawa hidrokarbon yang mengikat gugus -SH.

Berikut adalah gambaran struktur kimianya.

Merchaptan sulfur dibatasi karena sifat korosinya terhadap tembaga dan

cadmium serta bau yang tidak sedap. Pada umumnya kandungan merchaptan

sulfur ini dibatasi sampai 0,003 % berat.

Baik merchaptan sulfur maupun senyawa korosif yang kompleks lainnya

juga dibatasi dengan copper strip corrosin test. Sebagai perlindungan lebih lanjut

terhadap sifat korosi senyawa sulfida pada bagian-bagian perak yang terdapat di

dalam pompa bahan bakar, test yang serupa juga dilakukan dengan menggunakan

silver strip.

2.2.5.2.Naphthalenes

Naftalena adalah hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan berwarna

(42)

bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk

padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar.

Keberadaan naphthalene dalam Avtur akan memancarkan radiasi panas

pada pembakaran sehingga menurunkan tenaga pada unjuk kerja mesin. Uji ini

dilakukan untuk menentukan karakter pembakaran dari Avtur. Kandungan hidrokarbon naftalene dibatasi karena naftalene bila dibakar cenderung

mempunyai kontribusi yang relatif lebih besar untuk menghasilkan nyala

berjelaga, berasap dan radiasi panas dibanding aromatik cincin tunggal dan

memiliki batasan maksimum 3,00 %v/v.

2.2.5.3.Freezing Point

Bahan bakar jet tersusun atas lebih dari seribu jenis hidrokarbon yang

masing-masing memiliki nilai freezing point, sehingga bahan bakar jet tidak membeku pada satu temperatur seperti yang terjadi pada air. Pada saat bahan

bakar didinginkan, hidrokarbon yang memiliki freezing point tertinggi akan membeku pertama kali, membentuk kristal wax. Pendinginan selanjutnya akan

membekukan hidrokarbon dengan freezing point lebih rendah. Dengan demikian

bahan bakar merubah dari cairan yang homogen menjad cairan yang mengandung

sedikit kristal hidrokarbon (wax), lebih banyak kristal hidrokarbon pada akhirnya

akan membeku seluruhnya. Freezing point bahan bakar didefenisikan sebagai temperatur dimana kristal wax membeku. Sehingga freezing point bahan bakar berada di atas temperatur saat bahan bakar membeku seluruhnya. Freezing point

juga dibatasi untuk menjamin agar bahan bakar masih dapat mengalir dengan

lancar pada kondisi suhu yang sangat rendah dan memiliki batasan maksimum

(43)

2.2.5.4.Flash Point

Flash point adalah temperatur terendah dimana uap yang berada diatas cairan yang dapat menyala akan menyala bila dikenakan sumber api. Pada

temperatur flash point, terdapat tepat cukup uap bahan bakar untuk menghasilkan

campuran uap bahan bakar-udara diaas lower flammability limit. Flash point

bahan bakar jet memiliki batasan minimum 38oC.(Annual Book ASTM Standard

(44)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1.Analisa Merchaptan Sulfur (ASTM-D-3227)

3.1.1. Alat

1. Potensiometer lengkap dengan elektroda nya.

2. Cylinder glass kapasitas 100ml.

3. Beaker glass kapasitas 150ml.

4. Analytical balance.

5. Labu ukur kapasitas 1000ml.

6. Erlemmeyer kapasitas 125ml.

7. Buret kapasitas 125ml.

8. Magnetik stirer.

3.1.2. Bahan

1. Sampel AVTUR

2. Aquadest.

3. Solvent RSH.

(45)

3.1.3. Prosedur Kerja

1. Ditimbang ± 50gr sampel pada beaker glass 250ml.

2. Ditambahkan 100ml Solvent RSH.

3. Dimasukan Magnetik stirer.

4. Ditempatkan pada alat titrasi dengan AgNO30,0101N.

5. Diatur alat dengan memasukan data berat sampel dan normalitas

Pentitrant.

6. Ditunggu beberapa saat hingga muncula tanda bahwa titrasi telah

selesai.

7. Dicatat hasilnya.

3.2.AnalisaNaphthalenes(ASTM D-1840-04)

3.2.1.Alat

1. Spektrofotometer.

2. Cuvet 10mm.

3. Pipet Volume 5 dan 10ml.

4. Volumetrik Flash 25 dan50ml.

5. Analytical Balance.

(46)

3.2.2.Bahan

1. Sampel AVTUR.

2. Isooktan.

3. Aquadest.

3.2.3.Prosedur Kerja

1. Ditimbang 1gr sampel.

2. Dimasukan kedalam flash 25ml.

3. Dicukupkan sampai garis batas atas dengan isooktan.

4. Larutan A.

a. Dipipet 5ml larutan induk dan dimasukan kedalam flash 50ml.

b. Dicukupkan sampai garis batas atas dengan isooktan.

c. Dihomogenkan.

5.Larutan B

a. Dipipet 5ml larutan B dan dimasukan kedalam flash 50ml.

b. Dicukupkan sampai garis batas atas dengan isooktan.

c. Dihomogenkan.

6.Larutan C

(47)

b. Dicukupkan sampai garis batas atas dengan isooktan.

c. Dihomogekan.

7. Dibaca nilai adsorbansi larutan C dengan menggunakan alat

Spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 285nm

menggunakan isooktan sebagai blanko.

3.3.AnalisaFreezing Point(ASTM D-2386)

3.3.1.Alat

1.Jacket sample tube

2. Statif dan Klem

3. Collars

4. Vacuum Flash

5. Magnetik Stirer

6. Gabus yang cocok

7. Gelas ukur kapasitas 25ml

8. Thermometer standar ASTM 114C range -80oC sampai +20oC.

9. Gland

3.3.2.Bahan

(48)

3. Isopropil Alkohol.

3.3.4.Prosedur Kerja

1. Ditakar sampel sebanyak ±25ml dan dimasukan kedalam Jacket Sample

Tube .

2. Ditutup dengan rapat Jacket Sample Tube dengan gabus yang telah

Dilubangi untuk tempat thermometer dan atur thermometer terletak

Antara 10 sampai 15mm dari dasar sample tube.

3. Ditambahkan setetes Isopropil Alkohol untuk membasahi

Packing gland dan menggerakan gland agar tidak goyang.

4. Ditambahkan Carbon Dioxide kering pada refrigen alat.

5. Diaduk sampel dengan menggerakan Stirer dari atas kebawah rate 1

Sampai 1,5 putaran/detik.

6. Diamati dan dicatat temperatur dimana kristal hidrokarbon mulai

Terbentuk.

7. Ambil Jacket Sample Tube dan diamkan sebentar lalu aduk perlahan.

8. Dicatat temperatur dimana kristal hidrokarbon hilang semua,

Jika perbedaan temperatur antara keduanya lebih besar dari 3oC

(49)

Yang lebih kecil dari 3oC.

3.4.AnalisaFlash Point(ASTM IP-170)

3.4.1.Alat

1. Flash Point Abel Apparatus

2. Test Cup Thermometer IP 74oC

3. Heating Vessel Thermometer IP 75oC

4. Erlenmeyer kapasitas 125ml

5. Korek Api

3.4.2.Bahan

1.Sampel AVTUR.

2.Gas LPG dan Selangnya.

3.Air

3.4.3.Prosedur Kerja

1. Dimasukan Air kedalam baknpemanas dan pasang termometer

ASTM 75oC.

2. Diatur temperatur bak pemanas sampai 9oC dibawah Flash Point.

3. Dimasukan sampel kedalam cup sampai tanda batas atas dan tempatkan

(50)

4. Dipasang termometer ASTM 74oC dan diatur kenaikan temperatur bak

Pemanas 1oC/menit dan kecepatan pengdukan searah jarum jam

Putaran /menit

5. Dinyalakan api uji dengan diameter ±3,8mm.

6. Diarahkan api pencoba pada uap sampel bila temperetur sampel sudah

Mencapai 9oC dibawah flash point perkiraan.

7. Diarahkan api pencoba pada uap sampel setiap kenaikan 0,5oC

Hingga tercapai sambaran,hentikan jika sampai temperatur 70oC belum

Terjadi sambaran.

8. Dicatat temperatur apabila flash point (sambaran api pencoba) telah

(51)
(52)

4.2.Reaksi Percobaan

Analisa Merchaptan Sulfur

AgNO3+ RSH → AgS + HNO3

4.3.Perhitungan

1.Analisa Merchaptah Sulfur

% = × × ,

Dimana : A = Jumlah titrasi yang terpakai.

M = Normalitas Larutan AgNO30,0101N

W = Berat sampel yang dikerjakan (gr)

3,206 = Berat Molekul AgNO3

1. AVTUR 945 T-16

%mass = ,

= , , ,

,

(53)

2. AVTUR 945 T-17

%mass = ,

= , , ,

,

= 0,0005wt

3. AVTUR 945 T-18

%mass = ,

= , , ,

,

= 0,0003wt

4. AVTUR 945 T-19

%mass = ,

= , , ,

,

= 0,0004wt

2.AnalisaNapththalenes

% = ( )

(54)

Dimana : A = Absorbansi yang telah dikoreksi.

K = Ketetapan eqivalen volume solven dalam liter.

W = Berat sampel yang dikerjakan (gr)

33,7 = Ketetapan rata-rata absorbtivity darinaphthalenes.

% =

Dimana : A =Naphthalenes%wt

B = Relative density sampel pada 15/15oC

C = Relative density dari naphthalenes 15/15oC

1. AVTUR 945 T-16

%wt =( )

, x100%

= ( , , )

, , x100%

= ,

, x100%

= 0,29wt

%vol =0,29 x

(55)

2. AVTUR 945 T-17

%wt =( )

, x100%

= ( , , )

, , x100%

= ,

, x100%

= 0,40wt

%vol =0,40 x

= 0,40%vol

3. AVTUR 945 T-18

%wt =( )

, x100%

= ( , , )

, , x100%

= ,

, x100%

= 0,0,54wt

%vol =0,54 x

(56)

4. AVTUR 945 T-19

%wt =( )

, x100%

=( , , )

, , x100%

= ,

, x100%

= 0,51wt

%vol =0,51 x

= 0,51 vol

4.4.Pembahasan

1.Merchaptan sulfur ASTM D-3227

Nilai merchaptan sulfur yang diperoleh dari analisis yang dilakukan pada

avtur adalah pada 945 T-16 (0,0003 %), 945 T-17 (0,0005 %), 945 T-18 (0,0003

%), 945 T-19 (0,0004 %). Hal ini menunjukan bahwa avtur yang dihasilkan sudah

sesuai dengan standar spesifikasinya. Untuk nilai merchaptan sulfur pada avtur

sangat dibatasi yaitu maksimum 0,003 %. Hal ini sangat berpengaruh pada

pesawat terbang yang sedang beroperasi, karena merchaptan sulfur dapat

menyebabkan terjadinya korosif, bau yang idak sedap yang akan merusak selang

(57)

2.NaphthalenesASTM D-1840

Nilainaphthalenes yang diperoleh dari analisis yang dilakukan pada avtur adalah pada 945 T-16 (0,29 %), 945 T-17 (0,40 %), 945 T-18 (0,54 %), 945 T-19

(0,51 %). Hal ini menunjukan bahwa avtur yang dihasilkan sudah sesuai dengan

standar spesifikasinya. Untuk nilai naphthalenes padaavtur sangat dibatasi yaitu maksimum 3,00 %. Hal ini karena keberadaan naphthalenes didalam avtur akan

memancarkan radiasi panas pada proses pembakaran, sehingga menurunkan

tenaga pada unjuk kerja mesin. Kandungan hidrokarbon naphthalenes dibatasi

karena naphthalenes bila dibakar cenderung mempunyai kontribusi yang relatif

lebih besar untuk menghasilkan nyala berjelaga (berasap) dan radiasi panas

berlebih.

3.Freezing pointASTM D-2386

Freezing point yang diperoleh dari analisis yang dilakukan pada avtur

adalah pada 945 T-16 (-60oC), 945 T-17 (-55oC), 945 T-18 (-56oC), 945 T-19

(-53oC). Hal i ini menunjukan bahwa avtur yang dihasilkan sudah sesuai dengan

standar spesifikasinya. Untuk nilai Freezing point dibatasi maksimal -47oC. Hal ini akan berpengaruh terhadap mesin pesawat terbang yang sedang beroperasi

pada tempat dengan ketinggian atau iklim tertentu yang iklimnya dibawah -47oC.

Titik beku sangat berhubungan dengan adanya perubahan suhu selama

penimbunan dan transportasi bahan bakar minyak avtur . Kegagalan untuk

(58)

tinggi menunjukan adanya kadar lilin (paraffin) yang cukup besar. Pada suhu

pengkabutan akan dihasilkan kristal-kristal lilin. Ini akan memberikan isndikasi

tentang suhu pada saat dimana akan terjadi penyumbatan saringan (filter) oleh

kristal-kristal lilin. Semakin rendah titik beku maka semakin baik produk avtur

tersebut karena dapat menghindari pembekuan bahan bakar akibat pengaruh

musim.

4.Flash pointIP-170

Flash point yang diperoleh dari analisis yang dilakukan pada avtur adalah

pada 945 T-16 (47oC), 945 T-17 (43oC), 945 T-18 (44oC), 945 T-19 (42oC). Hal

ini menunjukan bahwa avtur yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar

spesifikasinya. Nilai flash point pada avtur adalah maksimal minimal 38,0oC. Jika

nilai yang di dapat lebih kecil dari 38,0oC maka avtur tidak layak untuk di

pasarkan dan avtur tersebut tidak aman dalam penyimpanan. Titik nyala rendah

menyebabkan bahan bakar lebih mudah terbakar dan kelanjutannya akan

menimbulkan ledakan. Semakin tinggi titik nyala maka semakin baik produk

avtur karena bahaya kebakaran dapat dihindari. Pengujian flash point

(59)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

1. Dari hasil analisa yang dilakukan pada bahan bakar avtur diperoleh nilai Merchaptan sulfur adalah pada 945 T-16 (0,0003 %), 945 T-17 (0,0005

%), 945 T-18 (0,0003 %), 945 T-19 (0,0004 %).Nilai naphthalenes pada 945 T-16 (0,29 %), 945 T-17 (0,40 %), 945 T-18 (0,54 %), 945 T-19 (0,51

%).Freezing point pada 945 T-16 (-60oC), 945 T-17 (-55oC), 945 T-18 (-56oC), 945 T-19 (-53oC) danFlash point pada 945 T-16 (47oC), 945 T-17 (43oC), 945 T-18 (44oC), 945 T-19 (42oC), yang masing-masing sampel

telah memenuhi standar spesifikasi.

2. Dari analisa yang dilakukan terhadap empat sampel avtur diatas dapat diketahui bahwa hasil dari keempat sampel avtur tersebut telah memenuhi

standar spesifikasi sehingga produkavturlayak untuk dipasarkan dan telah

terjamin keselamatannya sehingga dapat dipakai oleh maskapai

penerbangan nasional maupun internasional.

3. Dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa produk

bahan bakar minyak Avtur yang diproduksi oleh PT. Pertamina RU II

(60)

5.2.Saran

1. Mengingat Avtur adalah bahan bakar yang diperiksa dari beberapa spesifikasi yang ditetapkan, maka hasil pemeriksaan yang di lakukan harus

benar-benar bisa menjamin bahwa Avtur yang di hasilkan adalah layak pakai.

2. Untuk keakuratan dan ketelitian hasil pemeriksaan perlu di tingkatkan

kemampuan pekerja dengan mengikuti pelatihan dan korelasi antar

Laboratory.

3. Dalam melakukan semua bidang pekerjaan, utamakan keselamatan

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Annual Book ASTM Standard 2008.Aviation Turbine fuels Spesification & Test Method.USA : American Society for Testing and Material Method.

Annual Book ASTM Standard 2005.Petroleum Products, Lubricants and Fossil Fuels.USA : American Society for Testing and Material Method

Branan, C.2002.Rule of Thumb for Chgemical Engineer.. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Buku Saku, 2010.Production Team. PT. Pertamina RU II Dumai.

Haidir, A.2001.Spesifikasi dan Aplikasi Avtur Interpretasi Sifat Khusus.Cepu, Akamigas.

Hardjono,A.2001.Teknologi Minyak Bumi.Edisi Pertama.Gajah Mada University .Yogyakarta

Irwansyah, K. 2003.Karakteristik dan Signifikansi Pengujian BBM, NBBM dan Gas Alam.PUSDIKLAT MIGAS. Cepu

Meyers, R.1999.Handbook of Petroleum Refining Processes. McGraw-Hill

Prayetno,E.2006..Kimia Minyak Bumi dan Hidrokarbon.PUSDIKLAT MIGAS.Cepu.

(62)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Data Analisa

NO ANALISA

METODA

(ASTM)

SAMPEL AVTUR

SATUAN SPESIFIKASI

945 T-16 945 T-17 945 T-18 945 T-19

1 Merchaptan Sulfur

D-3227 0,0003 0,0005 0,0003 0,0004 %m/m 0,003 MAX

2 Naphthalenes D-1840 0,29 0,40 0,54 0,51 %v/v 3,00 MAX

3 Freezing Point D-2386 -60 -55 -56 -53 OC -47,0 MAX

(63)

No Properties Units Limits*) Methods

1 Appearance

1.1 Visual Appearance *) Visual

1.2 Colour Syaibolt Report ASTM D 156 1.3 Particulate

Contamination at Point Manufacture

mg/ l Max. 1.0 ASTM D 5452

1.4 Particulate at Point of Manufacture

Cumulative Chanel Particel Count

ISO Code (see NOTE 3) IP 565

1.4.1 ≥ 4μ m (c) Report 1.4.2 ≥ 6μ m (c) Report 1.4.3 ≥ 14μ m (c) Report 1.4.4 ≥ 21μ m (c) Report 1.4.5 ≥ 25μ m (c) Report 1.4.6 ≥ 30μ m (c) Report 2 Composition :

2.1 Total Acidity mg KOH/g

Max. 0.015 ASTM D 3242 2.2 Aromatic HC Types

2.2.1

Aromatic or % v/v Max. 25.0 ASTM D 1319

2.2.2

Total Aromatic % v/v Max. 26.5 ASTM D 6379 2.3 Sulfur, Total % m/m Max. 0.30 ASTM D

1266 2.4 Sulfur, Mercaptant or % m/m Max. 0.0030 ASTM D

3227

2.5 Doctor Test Doctor

negative

IP 30

2.6 Refining Components at Point of Manufacture :

2.6.1

Non Hydroprocessed Component

% v/v Report

2.6.2

Hydroprocess Components

% v/v Report

2.6.3

Severely Hydroprocess Components

% v/v Report

2.6.4

Synthetic Components % v/v Report

3 Volatility :

3.1 Distillation : ASTM D 86

[image:63.595.118.512.117.760.2]
(64)

3.1.3

50% Recovery C Report

3.1.4

90% Recovery oC Report

3.1.5

End Point oC Max. 300.0

3.1.6

Residue % v/v Max. 1.5

3.1.7

Loss % v/v Max. 1.5

3.2 Flash Point oC Min. 38.0 IP 170 3.3 Density at 15oC kg/m3 775.0840 ASTM D

4052 4 Fluidity :

4.1 Freezing Point oC Max. minus 47.0

ASTM D 2386 4.2 Visc. Kin at minus 20

o

C

mm2/s Max. 8.000 ASTM D 445

5 Combustion :

5.1 Smoke Point or mm Min. 25.0 ASTM D 1322 5.2 Smoke Point mm Min. 19.0 ASTM D

1322 And Naphthalenes % v/v Max. 3.00 ASTM D

1840 5.3 Specific Energy MJ/ kg Min. 42.80 ASTM D

3338 6 Corrosion :

6.1 Copper Strip Class Max. 1 ASTM D 130 7 Thermal Stability, JFTOP ASTM D

3241 7.1 Test Temperature oC Min. 260

7.2 Tube Rating Visual Less Than 3 7.3 Preasure Differential mmHg Max. 25 8 Contaminant :

8.1 Existent Gum mg/ 100 ml

Max. 7 ASTM D 381

9 Water Separation Characteristics

9.1 Mikroseparometer, at Point of Manufacture :

ASTM D 3948

9.1.1

MSEP Without SDA or

Rating Min. 85

9.1.2

(65)

11 Lubricity :

Wear Scar Diameter mm Max. 0.85 ASTM D 5001

Sampling Method ASTM

(66)
[image:66.595.115.509.181.671.2]

A-1Crude Distillation Unit(CDU) /Topping UnitUnit 100

(67)
(68)
(69)
[image:69.595.114.510.135.401.2] [image:69.595.115.509.462.728.2]
(70)
[image:70.595.113.505.84.376.2] [image:70.595.113.503.439.729.2]
(71)

DAFTAR PUSTAKA

Annual Book ASTM Standard 2008.Aviation Turbine fuels Spesification & Test Method.USA : American Society for Testing and Material Method.

Annual Book ASTM Standard 2005.Petroleum Products, Lubricants and Fossil Fuels.USA : American Society for Testing and Material Method

Branan, C.2002.Rule of Thumb for Chgemical Engineer.. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Buku Saku, 2010.Production Team. PT. Pertamina RU II Dumai.

Haidir, A.2001.Spesifikasi dan Aplikasi Avtur Interpretasi Sifat Khusus.Cepu, Akamigas.

Hardjono,A.2001.Teknologi Minyak Bumi.Edisi Pertama.Gajah Mada University .Yogyakarta

Irwansyah, K. 2003.Karakteristik dan Signifikansi Pengujian BBM, NBBM dan Gas Alam.PUSDIKLAT MIGAS. Cepu

Meyers, R.1999.Handbook of Petroleum Refining Processes. McGraw-Hill

Prayetno,E.2006..Kimia Minyak Bumi dan Hidrokarbon.PUSDIKLAT MIGAS.Cepu.

(72)
(73)
(74)
[image:74.595.114.510.135.401.2] [image:74.595.115.509.462.728.2]
(75)
[image:75.595.113.505.84.376.2] [image:75.595.113.503.439.729.2]

Gambar

Tabel 2.1Komposisi Elemental Minyak Bumi
Tabel Spesifikasi Bahan Bakar Avtur
Gambar bagan alir proses Crude Distilation Unit
Gambar alat Potensiometer lengkap dengan elektroda nya.
+4

Referensi

Dokumen terkait

dan kesehatan kerja yang dilakukan PT Pertamina (Persero) RU II Kota Dumai,. kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan keselamatan

Kendala dalam Pelaksanaan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh PT Pertamina (Persero) RU II Kota Dumai (Riau).. Upaya untuk Mengatasi Kendala

Setelah dilakukan proses pelatihan ANFIS jenis gangguan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian ANFIS jenis gangguan dengan data input yang baru dengan

Premium atau bensin adalah cairan yang berasal dari minyak bumi dan. sebagian besar tersusun dari hirokarbon dengan struktur molekul C -

PT Pertamina RU II Dumai adalah salah satu perusahan pengolahan yang menghasilkan berbagai produk akhir atau produk turunan dari minyak mentah.Untuk melakukan proses pengolahan

Pertamina RU II Dumai yang akan diimplementasikan menggunakan routing protocol RIPv1, RIPv2 dan RIPng.Serta penambahan perangkat menjadi enam router jika pada saat

Sedangkan iklim organisasi menurut Schneider (2000), merupakan deskripsi dari hal yang terjadi kepada karyawan dalam suatu organisasi.SelanjutnyaWirawan(2008)juga

Saat semua valve dalam kondisi tertutup, maka aliran dari main fuel dan udara akan berhenti, sehingga proses pembakaran akan berhenti.. Pada kondisi normal posisi 93 HS