Media Konservasi Vol. No. 1, Desember 2000 : 29
-
36KEMUNGKINAN PENGGUNAAN INDUK UDANG WINDU
(Penaeus
Fab)
BINUANGEUN SEBAGAI PENGGANTI INDUK ACEH YANG
MENGALAMI
TANGKAP LEBIH
(The Possible Use of Binuangeun White Shrimp (Panaeus
as an
Alternative to Overexploited Aceh
Shrimp Broodstock)
Staf Pengajar IPB
ABSTRACT
This research was designed to evaluate the biological reproduction aspect of Binuangeun broodstock and also the larval biological aspects and larval qualities. The broodstock were brought to the hatchery of BADP Labuan Pandeglang. A total of 40
female and 10 male from Binuangeun and then 10 female and 10 male from Aceh. Fecundity average from this research from Binuangeun and Aceh was 451.657 and 565.916. The average hatching rate of Binuangeun broodstock was with the average larval survival rate (SR) of nauplii-zoea 63.7%;
-
and nauplii - The average hatching rate (HR) of Aceh broodstock with the average SR of nauplii - zoea zoea-
mysis mysis - -and nauplii
-
In this research fecundity on the first higher than the second. In this the fecundity rises cause hatching rate decrease, but the hatching rate rises cause the larval survival rate rises too. The quality of broodstock and the larvae of tiger prawn from Binuangen the same as the quality of and larvae of tiger prawn from Aceh.Key words : hatching rate, survival rate, fecundity, nauplii-zoea
PENDAHULUAN
Udang windu merupakan primadona komoditi ekspor non sehingga sejak 1980-an terjadi pengembangan budidaya udang di pantai. Untuk
maka diperlukan benur jumlah yang Salah satu kendala untuk ini adalah masalah pasokan benur, pasokan benur dari alam terbatas dan bersifat musiman. Untuk mengatasi ini maka dibangun benih udang. Namun ternyata benih udang juga menghadapi kendala. Kendala yang dihadapi pembenihan udang diantaranya adalah pengadaan induk. Pada prinsipnya induk udang diperoleh dari tambak atau dari alam. Namun benih udang selalu menghindari pemakaian induk karena fekunditas, daya tetas telur dan kualitas
Karena itu sampai saat ini yang digunakan hanyalah induk alam. Namun demikian tidak semua induk alam dianggap mempunyai kelebihan, karena selama masih benih yang pada pendapat bahwa induk alam yang mempunyai kualitas yang baik hanyalah induk Aceh; bahkan dari hasil komunikasi pribadi penulis dengan beberapa manajer benih udang di Labuan, Lampung dan Cilacap mengatakan bahwa dengan menggunakan induk Aceh keberhasilannya lebih tinggi, selain juga ada sugesti bahwa dengan menggunakan
induk selain Aceh, para teknisi selalu diliputi gagalnya produksi.
Akibat adanya kepercayaan di maka induk Aceh menjadi tinggi sehingga harga induk udang Aceh menjadi tinggi (Rp. bahkan bisa lebih). juga semakin sulit untuk mendapatkannya. Akibat dari tersebut, pada saat induk Aceh dibutuhkan, tidak bisa
baik dalam yang tepat maupun jumlah yang sesuai dengan yang Sulitnya mendapatkan induk Aceh bahwa populasinya di alam atau terjadi lebih bahkan bukan tidak bisa mengakibatkan udang Aceh. Jika
benar terjadi, maka budidaya udang akan merupakan yang namun sekaligus akan mengakibatkan munculnya petaka, merusak lingkungan. Dengan melihat maka dicari jalan keluarnya; namun karena sampai saat ini ada yang bisa menggantikan induk alam, maka
jalan keluar untuk mengurangi tekanan penangkapan induk Aceh bisa dilakukan dengan jalan mengalihkan pemakaian induk Aceh ke induk udang lain. ini satu penghasil induk udang yang