• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MAJALAH SAINS BERBASIS CONTEXTUAL LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MAJALAH SAINS BERBASIS CONTEXTUAL LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK SMP"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK SMP

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA, S1

Oleh

Siti Asfuriyah

4001410059

JURUSAN IPA TERPADU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Segala yang ingin kita capai hari ini dalam hidup adalah perjuangan keras

untuk masa depan kita nanti.”

Persembahan

1. Ayah dan Ibu Tercinta

(Alm. Wahyusin dan Timu’ah)

yang selalu memberikan doa,

motivasi, dan nasehat serta

dukungan.

2. Kakak-kakakku Tersayang

(Moh. Sofyan dan Fatkhurohman)

yang selalu memberi doa,

semangat, dan dukungan.

3. Semua sahabat, dan

teman-teman yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning sebagai Media Pembelajaran IPA Tema Pemanasan Global untuk SMP.”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik

tanpa adanya dukungan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini

penulis menyampaikan banyak terima kasih setulus hati kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., ketua Prodi Pendidikan IPA Fakultas MIPA

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan membantu

kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si., dosen pembimbing yang penuh kesabaran

dalam membimbing, memberi saran, dan arahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Parmin, M.Pd. dan Stephani Diah Pamelasari, M.Hum., dosen penguji I dan

dosen penguji II yang penuh kesabaran membimbing dan memberi arahan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Isa Akhlis, M.Si., Indah Urwatin Wusqo, M.Pd., dan Miranita Khusniati,

M.Pd., validator media yang dengan penuh keikhlasan dalam memberikan

penilaian dan saran membangun dalam pengembangan majalah sains ini.

7. Hj. Susilowati, S.Pd., kepala MTs Nurul Huda Banyuputih yang telah

memberi ijin kesempatan dan kemudahan penulis dalam melakukan

penelitian.

8. Nani Nursani, S.Si., guru IPA MTs Nurul Huda Banyuputih yang telah

berkenan membantu dan bekerja sama dengan penulis dalam melaksanakan

(7)

vii

9. Dian Nila Kusuma, S.Pd., Purwiyanti, S.Pd., Dafid Priatmoko, S.Si.,

Nashirudin, S.Pd., dan Zaenal Arifin, S.Pd.I., guru MTs Nurul Huda

Banyuputih yang memberikan banyak bantuan, saran, dan arahan dalam

pengembangan majalah sains ini.

10. Siswa kelas IX B dan VII A MTs Nurul Huda Banyuputih atas kesediaannya

menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini.

11. Kedua orang tua, Ayah Wahyusin dan Ibu Timu’ah tercinta, yang selalu

memberikan dukungan, nasehat, dan doa dimanapun berada dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Kakak-kakakku, Moh. Sofyan dan Fatkhurohman yang memberikan

dukungan, semangat, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Tim teaching Hafzah Az Zahrah, Ivon Ayu Subekti, dan Diyah Fibriyani yang mendukung pelaksanaan penelitian.

14. Teman-teman Program Studi IPA ’10 yang selalu memberi dukungan.

15. Semua pihak yang berkenan membantu penulis selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini baik moril maupun materiil, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

terkait pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Semarang, September 2014

(8)

viii

ABSTRAK

Siti Asfuriyah. 2014. Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual

Learning Sebagai Media Pembelajaran IPA Tema Pemanasan Global untuk SMP.

Skripsi, Program Studi Pendidikan IPA Jurusan IPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si.

Kata Kunci: Majalah Sains, Contextual Learning, Pemanasan Global

Implementasi Kurikulum 2013 seharusnya mewajibkan sekolah baik SMP/MTs menerapkan pembelajaran IPA secara integrated science dengan menggunakan panduan buku pegangan guru dan siswa yang telah dikembangkan Kemendikbud. Namun hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di MTs Nurul Huda Banyuputih belum dilaksanakan secara terpadu. Belum tersedianya sumber belajar menjadi hambatan utama pelaksanaan pembelajaran secara terpadu. Pada penelitian ini akan dikembangkan suatu produk yakni majalah sains berbasis

contextual learning pada tema pemanasan global untuk kelas VII. Desain

penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R & D). Research

and Development adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk

(9)

ix

ABSTRACT

Siti Asfuriyah. 2014. Development of Science Magazine Based Contextual Learning as Lesson Media of Science on Global Warming Themes for SMP. Skripsi, Natural Science Education, Mathematic and Natural Science Faculty Semarang State University. Guider Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si.

Key word: Science magazine, contextual learning, global warming.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB 1. PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...4

1.3 Tujuan Penelitian ...5

1.4 Manfaat Penelitian ...5

1.5 Penegasan Istilah ...6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...8

2.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ...8

2.2 Majalah Sains Berbasis Contextual Learning ...10

2.3 Pengembangan Majalah Sains ...14

2.5 Kualitas Majalah Sains ...19

2.6 Tema Pemanasan Global ...21

2.7 Penelitian yang Relevan ...23

(11)

xi BAB

3. METODE PENELITIAN ...26

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...26

3.2 Populasi dan Sampel ...26

3.3 Desain Penelitian ...26

3.4 Prosedur Penelitian ...27

3.5 Metode Pengumpulan Data ...29

3.6 Metode Analisis Instrumen Tes ...30

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...38

4.1 Hasil Penelitian ...38

4.2 Pembahasan ...58

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ...70

5.1 Simpulan ...70

5.2 Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA ...71

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Model-model Keterpaduan dalam Pembelajaran IPA ………. 9

2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tema Pemanasan Global …. 21 3.1 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba ………... 31

3.2 Coba Kriteria Daya Pembeda Soal ……….. 32

3.3 Hasil Analisis Daya Beda Soal Uji Coba ……… 32

3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ………. 33

3.5 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ………... 33

3.6 Kriteria Angket Tanggapan Guru dan Siswa ……….. 35

3.7 Kriteria Perolehan Indeks Gain ………... 36

3.8 Kategori Minat Belajar Siswa ………. 37

4.1 Hasil Revisi Majalah Sains dalam Tahap Validasi ………. 38

4.2 Rekapitulasi Hasil Uji Kelayakan Tahap I ……….. 50

4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Kelayakan Isi Tahap II ……… 50

4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Kelayakan Bahasa Tahap II ……… 51

4.5 Rekapitulasi Hasil Uji Kelayakan Penyajian dan Kegrafikan Tahap II ………... 51

4.6 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa Pada Uji Skala Kecil ... 53

4.7 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa Pada Uji Skala Besar ……… 54

4.8 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Guru Pada Uji Skala Kecil … 55 4.9 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Guru Pada Uji Skala Besar … 56 4.10 Nilai Akhir Siswa Pada Kelas Implementasi ……….. 57

4.11 Rekapitulasi Analisis N-gain……….. 57

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model WebbedTema Pemanasan Global ………... 23

2.2 Kerangka Berpikir Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Tema Pemanasan Global ……….. 25

3.1 Langkah-langkah dalam Penelitian R & D ………. 27

4.1 Halaman Sampul Awal ………... 39

4.2 Halaman Sampul Akhir ……….. 39

4.3 Halaman Quotes Awal ……… 40

4.4 Halaman Quotes Akhir ………... 40

4.5 Halaman Judul Awal ……….. 40

4.6 Halaman Judul Akhir ……….. 40

4.7 Halaman Kata Pengantar Awal ……….. 41

4.8 Halaman Kata Pengantar Akhir ………. 41

4.9 Halaman Daftar Isi Awal ………... 42

4.10 Halaman Daftar Isi Akhir ………... 42

4.11 Halaman KI, KD, dan Tujuan Pembelajaran Awal ……… 42

4.12 Halaman KI, KD, dan Tujuan Pembelajaran Akhir ………... 42

4.13 Halaman Open Your Mind!Awal ………... 43

4.14 Halaman Open Your Mind!Akhir ……….. 43

4.15 Halaman Rubrik TechnoscienceAwal ……… 44

4.16 Halaman Rubrik TechnoscienceAkhir ………... 44

4.17 Halaman RubrikIlmiah Awal ………. 45

4.18 Halaman Rubrik Ilmiah Akhir ……… 45

4.19 Halaman Rubrik HighlightAwal ……… 45

4.20 Halaman Rubrik Highlight Akhir ………... 45

4.21 Halaman RubrikLensa Sains Awal ……… 46

4.22 Halaman Rubrik Lensa Sains Akhir ………... 46

4.23 Halaman Rubrik TechnoscienceAwal ……… 47

(14)

xiv

4.25 Halaman Daftar Pustaka Awal ……… 47

4.26 Halaman Daftar Pustaka Akhir ………... 47

4.27 Halaman IndexAwal ……….. 48

4.28 Halaman IndexAkhir ……….. 48

4.29 Halaman Biografi Redaktur Awal ……….. 48

4.30 Halaman Biografi Redaktur Akhir ……….. 48

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus ………... 75

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………... 82

3 Kisi-kisi Soal Pretes-postes ………... 93

4 Analisis viliditas, daya beda, taraf kesukaran, dan reliabilitas instrument soal ……….. 97

5 Perhitungan viliditas, daya beda, taraf kesukaran, dan reliabilitas instrument soal ……….. 109

6 Soal Pretes-postes ………. 111

7 Daftar Validator Uji Kelayakan………. 117

8 Deskripsi Butir Instrumen Kelayakan Tahap I ………. 118

9 Contoh Instrumen Kelayakan Tahap I ……….. 120

10 Rekapitulasi Uji Kelayakan Tahap I……….. 124

11 Deskripsi Butir Instrumen Kelayakan Isi Tahap II ………... 125

12 Contoh Instrumen Kelayakan Isi Tahap II ……… 128

13 Rekapitulasi Uji Kelayakan Isi Tahap II ………... 131

14 Deskripsi Butir Instrumen Kelayakan Bahasa Tahap II ………... 132

15 Contoh Instrumen Kelayakan Bahasa Tahap II ……… 134

16 Rekapitulasi Uji Kelayakan Bahasa Tahap II ………... 136

17 Deskripsi Butir Instrumen Kelayakan Penyajian dan Kegrafikan Tahap II ………... 137

18 Contoh Instrumen Kelayakan Penyajian dan Kegrafikan Tahap II ….. 142

19 Rekapitulasi Uji Kelayakan Penyajian dan Kegrafikan Tahap II ……. 145

20 Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa Uji Skala Kecil ………... 147

21 Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa Uji Skala Besar …………... 148

22 Rekapitulasi Angket Tanggapan Guru Uji Skala Kecil ……… 150

23 Rekapitulasi Angket Tanggapan Guru Uji Skala Besar ……… 151

(16)

xvi

25 Contoh Angket Tanggapan Guru Uji Skala Kecil dan Uji Skala

Besar ………. 156

26 Daftar Siswa Kelas Implementasi ………. 160

27 Contoh Lembar Jawab Pretes dan Postes Kelas Implementasi ………. 161

28 Rekapitulasi Nilai Akhir Siswa ………. 163

29 Rekapitulasi Analisis Uji N-gain ……….………. 164

30 Perhitungan N-gain………... 165

31 Contoh Angket Minat Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran ……… 166

32 Rekapitulasi Angket Minat Sebelum Pembelajaran ………. 170

33 Rekapitulasi Angket Minat Sesudah Pembelajaran ……….. 172

34 Analisis Peningkatan Minat Belajar Siswa ………... 174

35 Surat Ijin Penelitian ……….. 175

36 Surat Bukti Penelitian ………... 176

(17)

1

1.1

Latar Belakang

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mendorong adanya

perkembangan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan

khususnya proses belajar-mengajar. IPA merupakan bidang studi yang dalam

pembelajarannya menggabungkan berbagai bidang ilmu pengetahuan (fisika,

kimia dan biologi) sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang timbul

dipandang secara terintegrasi. Hal ini sesuai dengan yang termaktub dalam

Permendiknas No. 22 tahun 2006 sebagai landasan kurikulum 2006. Implementasi

pembelajaran IPA untuk SMP/MTs sendiri sejak kurikulum 2006 merupakan

pembelajaran yang bersifat integrated atau terpadu. Menurut Parmin (2013), keterpaduan konsep IPA merupakan salah satu prinsip yang dianjurkan.

Berdasarkan hasil observasi di beberapa sekolah seperti MTs Nurul Huda Banyuputih, SMP Darul Ma’arif Banyuputih dan SMP 15 Semarang menunjukkan adanya keadaan yang berkebalikan, dimana IPA masih diajarkan secara terpisah

berdasarkan bidang ilmu fisika, kimia dan biologi dan belum

diimplementasikannya kurikulum 2013.

Kurangnya ketersediaan sumber belajar yang terpadu berupa buku

pegangan siswa dan guru menjadi salah satu alasan belum adanya penerapan IPA secara terpadu di sekolah. Sebagai contoh di SMP Darul Ma’arif Banyuputih siswa hanya menggunakan LKS sebagai sumber belajar mereka sementara BSE

diperuntukkan sebagai buku pegangan guru dimana seharusnya BSE juga

merupakan sumber belajar untuk siswa. Selain itu di MTs Nurul Huda Banyuputih

menunjukkan kondisi yang tak jauh berbeda, dimana sumber belajar berupa BSE

dan LKS, hanya saja siswa menggunakan keduanya saat pembelajaran meskipun

terdapat buku penunjang lain yang bersifat sebagai pendamping. Berbeda dengan

kondisi yang ditunjukkan di SMP 15 Semarang, meskipun pembelajaran IPA

(18)

dari berbagai penerbit dan pengarang selain BSE sebagai sumber belajar utama.

Namun tetap saja ketiga sekolah tersebut masih menghadapai masalah yang sama

terkait ketersediaan buku pegangan siswa dan guru sebagai sumber belajar yang

belum terpadu.

Selain itu kurikulum 2013 secara jelas mewajibkan adanya penerapan IPA

secara terpadu di sekolah khususnya SMP/MTs dengan menggunakan buku

pegangan guru, dan siswa yang telah dikembangkan oleh Kemendikbud. Hal ini

menjadikan adanya kewajiban bagi setiap sekolah untuk menerapkan IPA secara

terpadu, sesuai kurikulum 2013 bahwa IPA dipandang sebagai integrative science dengan menggunakan buku pegangan yang telah ada. Kebutuhan akan adanya media yang memadukan konsep-konsep IPA secara tepat, diharapkan dapat

membekali siswa untuk berpikir secara terintegrasi dan kreatif. Media yang

digunakan tidak hanya berupa buku teks atau buku ajar berupa BSE saja tetapi

dapat juga berupa modul, brosur, newsletter atau koran, majalah, rekaman video maupun audio (Arsyad, 2010). Media pembelajaran tidak hanya bersifat

terintegrasi tetapi juga mampu membangkitkan minat siswa untuk mempelajari

lebih dalam topik yang dibahas dalam media tersebut.

Buku guru dan siswa sebagai sumber belajar IPA dalam pembelajaran

sesuai kurikulum 2013 sebenarnya sudah memadai. Akan tetapi, masih terdapat

kekurangan terutama pada tema pemanasan global, dimana beberapa sub materi

yang harusnya ada belum dibahas secara mendetail. Contohnya sub materi tentang

karakteristik gas penyebab pemanasan global dan penanggulangan pemanasan

global belum terpapar dalam buku. Padahal kedua sub materi tersebut sangat

diperlukan siswa untuk memahami penyebab terjadinya pemanasan global dan

langkah nyata yang efektif dalam menanggulangi pemanasan global. Hal ini

sesuai dengan karakteristik materi pemanasan global dalam Kompetensi Dasar

(KD) 3.10 dan 4.13 yang menitikberatkan pada penguasaaan konsep penyebab

pemanasan global dan penanggulangan pemanasan global, sehingga kedua hal

tersebut perlu untuk disampaikan secara lebih detail. Penyampaian materi

pemanasan global tentu memerlukan sebuah media pembelajaran, yakni berupa

(19)

Hasil observasi di MTs Nurul Huda Banyuputih seperti yang telah

dijelaskan di atas memiliki ketersediaan buku-buku pendamping untuk

melengkapi materi pemanasan global, meskipun terbatas pada buku-buku full text edisi lama. Materi yang disajikan dalam buku-buku tersebut bersifat belum

terpadu, sehingga keberadaan sumber belajar lain yang bersifat suplemen bagi

buku guru dan siswa sangat diperlukan. Majalah sains merupakan salah satu

bentuk media pembelajaran yang dapat dikembangkan sebagai suplemen buku

guru dan siswa. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan beberapa guru

dan siswa di MTs Nurul Huda Banyuputih, bahwa kebutuhan akan media

pembelajaran tidak hanya menarik dan menyenangkan, tetapi juga efektif, dan

efisien dalam menyampaikan informasi tentang pemanasan global yang bersifat

aplikatif, dan aktual.

MTs Nurul Huda Banyuputih memang belum memiliki sarana-prasarana

yang maksimal, sehingga belum siap untuk mengimplementasikan pembelajaran

berbasis multimedia. Hal ini mendorong pembelajaran di MTs Nurul Huda

Banyuputih masih mengandalkan buku cetak sebagai sumber belajar. Majalah

sains sebagai salah satu media cetak yang dapat menjadi alternatif media

pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan dibanding media lain

sejenisnya, seperti dapat mendorong siswa untuk belajar dalam menguasai materi

sesuai dengan kecepatan masing-masing. Hal ini menyebabkan majalah sains

memiliki fungsi tidak hanya sebagai sumber belajar yang bersifat suplemen tetapi

juga sebagai sumber belajar mandiri. Siswa dapat menggunakan majalah sains ini

sebagai buku pendamping untuk belajar sendiri, biak di rumah maupun di sekolah,

sehingga siswa akan lebih mudah dan semakin terdorong untuk mempelajari

materi pemanasan global. Adanya majalah sains ini diharapkan juga dapat

membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa.

Pengembangan majalah sains sebagai sumber belajar alternatif atau

suplemen tidak hanya mempertimbangkan kebutuhan guru dan siswa, tetapi juga

ketertarikan siswa terhadap gambar dan warna. Teori perkembangan kognitif

menurut Piaget menyebutkan bahwa siswa SMP/MTs dengan kisaran usia 11-15

(20)

dimana mereka mengoperasionalkan berbagai logika menjadi bentuk benda

konkret dan mulai mampu berpikir secara logis. Media yang dikembangkan

sebagai sumber belajar seharusnya mampu mendukung pola tersebut. Hal ini

menjadi sejalan dengan keunggulan majalah sains, dimana majalah sains

menyajikan informasi dalam dua format tidak hanya verbal, tetapi juga visual,

dimana informasi yang disampaikan secara visual akan mewakili benda konkret

yang mampu ditangkap siswa, sehingga siswa akan menyerap materi lebih

maksimal dan pembelajaran menjadi lebih efektif.

Hasil penelitian Riyani (2012) menunjukkan bahwa kualitas majalah

biologi Biomagz yang dikembangkannya di SMA UII Banguntapan memiliki kualitas yang baik dari segi aspek penyajian, kebahasaan dan kebermanfaatannya

yang seacara berturut-turut memperoleh persentase sebesar 71,11%, 69,88% dan

77,3% dengan kategori setuju sehingga layak digunakan dalam pembelajaran

sebagai media belajar mandiri siswa. Hasil tersebut menunjukkan adanya respon

yang tinggi terhadap pengembangan majalah Biomagz. Selain itu belum adanya majalah ilmiah yang secara khusus didedikasikan sebagai media pembelajaran

menuntut adanya inovasi pengembangan majalah sebagai sumber belajar alternatif

yang mampu meningkatkan kebermaknaan pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya pengembangan majalah sains

sebagai media pembelajaran IPA terpadu berbasis contextual learning yang dapat digunakan sebagai sumber suplemen pembelajaran bagi guru dan siswa. Majalah

ini memuat tema pemanasan global untuk SMP, sehingga diharapkan mampu

meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran serta memberi pengalaman baru

dalam implementasi kurikulum 2013. Maka peneliti melakukan penelitian tentang “Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning sebagai Media Pembelajaran IPA Tema Pemanasan Global untuk SMP.”

1.2

Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini akan dikembangkan majalah sains berbasis contextual

(21)

pembelajaran di kurikulum 2013 pada tema pemanasan global, sehingga rumusan

masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global?

2. Bagaimana keefektifan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini untuk

mengetahui, sebagai berikut:

1. Mengetahui kelayakan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global.

2. Mengetahui keefektifan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan wawasan dalam

mengembangan media pembelajaran sebagai sumber belajar alternatif siswa yang

berbasis contextual learning yang digunakan dalam tema pemanasan global untuk SMP.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi sekolah

Majalah yang dikembangkan peneliti dapat memberikan masukan mengenai

pengembangan media pembelajaran yang dapat menunjang ketersediaan sumber

(22)

2. Bagi siswa

Adanya majalah sains berbasis contextual learning ini siswa akan lebih mudah memahami tema pemanasan global dengan lebih menyenangkan serta merangsang

keaktifan siswa untuk mengembangkan kemampuan dan minatnya.

3. Bagi guru atau peneliti

Majalah yang dikembangkan peneliti dapat memberikan pengalaman bagaimana

mengembangkan media pembelajaran terutama majalah sains berbasis contextual

learning yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1.5

Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran, perlu adanya

pembatasan ruang lingkup penelitian dan penjelasan pengertian beberapa istilah

sebagai berikut:

1.5.1 Majalah Sains Berbasis Contextual Learning

Majalah sains memuat materi tentang pemanasan global yang diambil dari

2 Kompetensi Dasar utama yakni (3.10) mendeskripsikan tentang penyebab

terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem; dan (4.13)

menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan

penanggulangan masalah, serta dipadukan dengan Kompetensi Dasar 1.1, 2.1, dan

3.5. Majalah sains berisi 7 rubrik utama yakni: (1) ilmiah; (2) highlight; (3) lensa sains; (4) technosciences; (5) tokoh; (6) TTS (teka-teki sains); (7) comic. Majalah Sains sebagai sumber belajar alternatif atau suplemen memuat 2 sub materi

tambahan yang belum ada dalam buku guru dan siswa yakni, karakteristik

penyebab pemanasan global, dan cara penanggulangan pemanasan global.

Kompenon utama contextual learning tercermin dalam rubrik-rubrik tersebut.

1.5.2 Tema Pemanasan Global

Tema pemanasan global merupakan suatu tema pembelajaran yang

menghubungkan konsep manusia dan peranannya dalam lingkungan (biologi),

(23)

pemanasan global serta dampaknya (kimia). Konsep tersebut dipadukan

menggunakan model terpaduan tipe webbed.

1.5.3 Kelayakan

Kelayakan yang ingin diukur dalam majalah sains ini meliputi aspek

kelayakan isi, bahasa, serta penyajian dan kegrafikannya yang diadaptasi menurut

standar penilaian buku pelajaran IPA untuk SMP/MTs yang dikembangkan BSNP

(2006) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penialaian buku

suru dan siswa sesuai kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013).

1.5.4 Keefektifan

Keefektifan majalah sains ini dilihat berdasarkan 2 indikator yakni, hasil

belajar dan minat belajar siswa. Majalah sains dikatakan efektif jika peningkatan

hasil belajar siswa terjadi secara signifikan dan mampu menumbuhkan minat

belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan majalah sains berbasis

contextual learning.

Hasil belajar siswa yang diukur merupakan hasil dari tes kognitif

menggunakan metode pretes-postes setelah melakukan pembelajaran

menggunakan majalah sains berbasis contextual learning. Hasil tersebut kemudian dianalisis menggunakan uji N-gain. Sedangkan minat belajar siswa diukur menggunakan angket minat ARCS yang diberikan pada awal dan akhir

pembelajaran. Angket minat menggunakan metode ARCS ini diadaptasi dari

angket minat yang dikembangkan oleh Keller (1987), yang terdiri dari 50

pernyataan, kemudian diambil 25 pernyataan yang telah dimodifikasi dan

disesuaikan dengan pembelajaran menggunakan majalah sains berbasis contextual

(24)

8

2.1

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Parmin (2013), IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan

disiplin ilmu yang mempelajari fenomena alam yang terjadi di sekitar kita baik

berupa kenyataan atau hubungan sebab akibatnya. IPA sendiri terbentuk karena

adanya hasil observasi terhadap gejala atau fakta dan didasarkan pada konsep

manusia mengenai alam semesta.

Hakikat pembelajaran IPA merujuk pada konsep-konsep yang

dipelajarinya meliputi;

1. Sikap, meliputi; rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk

hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru untuk

dipecahkan melalui prosedur yang benar.

2. Proses, meliputi; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode

ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau

percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3. Produk, berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.

4. Aplikasi, meliputi; penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari-hari.

Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa IPA dikembangkan sebagai mata

pelajaran intregative science atau IPA terpadu dikarenakan setiap kompetensi dasar dalam IPA mengandung konsep-konsep lintas bidang studi yakni biologi,

fisika dan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (Pusbuk, 2013). Selain itu

pembelajaran IPA beorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan

kemampuan berpikir, belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan

bertanggung jawab terhadap lingkungan dan alam.

Pembelajaran terpadu pada hakekatnya menunjuk pada kegiatan belajar

yang terorganisasi secara lebih terstruktur, bertolak pada tema-tema tertentu atau

(25)

disajikan secara terpadu dikaenakan setiap kompetensi dasar secara jelas telah

mengandung konsep-konsep lintas bidang studi.

Karakteristik pembelajaran IPA terpadu, yaitu;

1. Holistik, mengkaji suatu fenomena dari beberapa bidang sekaligus, tidak dari

sudut pandang yang terkotak-kotak.

2. Bermakna, jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan akan menambah

kebermaknaan konsep yang dipelajari.

3. Otentik, siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin

dipelajari melalui kegiatan-kegiatan belajar secara langsung.

4. Aktif, pembelajaran terpadu pada dasarnya dikembangkan dengan berdasarkan

pendekataan discovery inkuiri. Siswa dilibatkan secara aktif dalam

pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan proses evaluasinya.

Prinsip-prinsip pembelajaran IPA terpadu meliputi; penggalian tema,

pelaksanaan pembelajaran terpadu, evaluasi dan reaksi. Hal ini menuntut adanya

keaktifan guru dan siswa sehingga membentuk adanya komunikasi dua arah.

Dalam implementasinya pembelajaran IPA terpadu dapat menunggunakan

berbagai model, untuk jenjang SMP/MTs disarankan menerapkan 4 macam model

keterpaduan yang telah dimodifikasi meliputi: connected, webbed, shared dan

integrated yang dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Model-Model Keterpaduan Dalam Pembelajaran IPA

Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan

Connected Membelajarkan

sebuah KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain.

Melihat perma-salahan tidak hanya dari satu bidang kajian, dan pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi.

Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu.

Webbed Membelajarkan

beberapa KD yang berkaitan melalui sebuah tema.

(26)

Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan

dekat dengan kehidupan.

tidak mudah menemukan tema pengait yang tepat.

Shared Membelajarkan

semua konsep dari beberapa KD, dimulai dari konsep yang beririsan sebagai unsur pengikat. Pemahaman terhadap konsep utuh, efisien, dan kontekstual.

KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama,

menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, dan

sarana-prasarana misalnya buku belum

mendukung.

Integrated Membelajarkan

konsep pada beberapa KD yang beririsan atau tumpang tindih (hanya konsep yang beririsan yang dibelajarkan). Pemahaman terhadap konsep lebih utuh (holistik), lebih efisien, dan sangat kontekstual. KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama,

menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, dan

sarana-prasarana misalnya buku belum

mendukung.

(Pusbuk, 2013)

Keterpaduan materi dalam majalah sains sendiri menggunakan model keterpaduan

tipe webbed. Model webbed ini mampu memadukan tema pemanasan global secara utuh dan kontekstual, sehingga cocok dengan majalah sains yang berbasis

contextual learning.

2.2

Majalah Sains Berbasis

Contextual Learning

2.3.1

Majalah Sains Sebagai Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan

(27)

lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses

belajar secara efisien dan efektif (Munadi, 2013). Dengan kata lain, bahwa media

ini membawa pesan yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud

pengajaran.

Media pembelajaran dikelompokkan ke dalam 4 kelompok besar yakni;

(1) media audio; (2) media visual; (3) media audio-visual; (4) multimedia.

Majalah sendiri merupakan salah satu contoh bentuk media visual atau media

cetakan (Munadi, 2013). Majalah adalah media informasi yang menyampaikan

berita aktual, sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),

majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik,

pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui oleh pembaca. Melalui

majalah ilmiah atau majalah pendidikan dapat menciptakan lingkungan belajar secara kreatif, yang dimaksud dengan “belajar secara kreatif” adalah setiap baik secara kelompok maupun individu termotivasi untuk terus berkarya dan

beraktivitas atau berpikir kritis dan logis berdasarkan berita aktual yang disajikan

dalam majalah sehingga dapat diwujudkan dalam tindakan sehari-hari.

Majalah sains merupakan media informasi dengan tujuan untuk

menyampaikan berita aktual yang berkaitan dengan konsep-konsep sains atau

Ilmu Pengetahuan Alam (Munadi, 2013). Majalah sains berisi 4 konsep bidang

kajian utama yakni energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, bumi antariksa

serta makhluk hidup dan proses kehidupannya yang diintegrasikan dengan

pengetahuan umum berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

bersifat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Kelebihan majalah sains sebagai media pembelajaran (Arsyad, 2010),

yakni;

1. Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.

Meskipun pada akhirnya semua siswa diharapkan dapat menguasai topik yang

disajikan.

2. Siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis melalui pengulangan materi.

3. Perpaduan teks dan gambar dapat menambah daya tarik dan memperlancar

(28)

4. Berisi informasi yang bersifat aplikatif sesuai dengan perkembangan dan

temuan-temuan baru, sehingga dapat dijadikan sebagai suplemen

pembelajaran siswa.

Majalah sains juga memiliki beberapa kelemahan sebagai media

pembelajaran, yakni;

1. Sulit menampilkan gerak dalam halaman majalah.

2. Pembagian unit-unit materi atau artikel harus dirancang sedemikian rupa

sehingga tidak terlalu panjang dan dapat membuat siswa cepat bosan.

3. Sulit dalam menekankan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan

kompetensi afektif.

2.3.2

Contextual Learning

Contextual learning adalah suatu konsep pembelajaran memotivasi siswa

untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan mengaplikasikan dalam

kehidupan mereka sebagai anggota dari masyarakat, pekerja, serta bekerja keras

dalam belajar sesuai keperluan (Hudson, 2008). Sehingga siswa tidak hanya

menerima segala konsep yang diajarkan oleh guru secara mentah, tapi

mengkajinya kembali dan merekonstruksi ulang sesuai dengan pengetahuan yang

dimiliki dan situasi nyata.

Jika dipandang dari aspek siswa, contextual learning atau pembelajaran kontekstual baru dapat terjadi apabila siswa telah dapat mengaplikasikan atau

mengalami apa yang sedang diajarkan atau dipelajari (Sumarmi, 2008). Siswa

yang pernah mengalami sendiri suatu kejadian di luar sekolah yang berkaitan

dengan materi pembelajaran, akan merasa terlibat secara emosional dalam

kegiatan pembelajaran materi tersebut. Sehingga siswa akan merasa senang, tidak

tertekan dan lebih mudah memahami materi yang diajarkan secara teoritis. Hal ini

berdampak pada meningkatnya kemampuan, keterampilan dan pengetahuan siswa

(29)

Menurut Aqib (2013), terdapat 7 aspek utama sebagai prinsip dasar dalam

contextual learning, yakni sebagai berikut:

a. Konstruktivisme, terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan

produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan belajar bermakna.

b. Inquiry, proses pembelajaran yang didasarkan pada penemuan dan pencarian

dari proses berpikir.

c. Questioning (bertanya), mendorong dan membimbing siswa untuk berpikir

kritis melalui pertanyaan-pertanyaan.

d. Learning community (komunitas belajar), siswa tidak hanya belajar sendiri

tetapi bekerja sama dengan orang lain untuk saling bertukar pengalaman dan

ide.

e. Modelling (permodelan), menghadirkan model atau contoh agar merangsang

siswa untuk berpikir, bekerja dan belajar.

f. Reflection (refleksi), siswa memikirkan kembali apa yang telah dipelajari.

g. Authenthic assessment (penilaian autentik), pengukuran yang bermakna atas

hasil belajar siswa dalam ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Aplikasi pendekatan contextual learning dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam contextual

learning yang dikembangkan oleh Kemendikbud sebenarnya memperhatikan

ketujuh aspek utamanya (Putra, 2013). Dalam penelitian ini langkah-langkah

contextual learning yang akan diterapkan merupakan bentuk modifikasi dari

langkah pembelajaran yang dikembangkan oleh Kemendikbud dan prinsip

contextual learning yang dikembangkan oleh Johnson. Langkah-langkah

pembelajaran menggunakan majalah sains berbasis contextual learning yang akan diaplikasikan adalah sebagai berikut:

a. Guru membagikan majalah sains berbasis contextual learning pada siswa, agar siswa dapat membaca dan memahami secara sepintas isi materi pemanasan

global yang ada di dalam majalah.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

(30)

d. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami materi

pemanasan global melalui artikel yang terdapat dalam majalah secara

berkelompok kemudian menyampaikan pendapat mereka.

e. Guru menghadirkan contoh penyebab dan akibat pemanasan global dalam

kehidupan sehari-hari melalui gambar-gambar yang terdapat dalam majalah.

f. Guru membimbing tanya-jawab antar siswa tentang materi pemanasan global.

g. Guru melakukan penilaian dengan cara memberikan tugas berupa wordsquare dan analisis masalah kepada siswa secara individu.

h. Guru bersama siswa melakukan refleksi dan membuat kesimpulan materi yang

telah dibahas.

Penerapan contextual learning tidak hanya berupa pendekatan pembelajaran namun juga sebagai dasar pengembangan media sangatlah

diperlukan. Menurut Jong et al. (2008) media pembelajaran yang berbasis

contextual memungkin siswa untuk menciptakan, dan menggunakan media

tersebut yang relevan dengan kehidupan nyata seperti mendokumentasikan,

memecahkan masalah, merefleksi, berkomunikasi dan tercermin dalam berbagai

aktivitas belajar lainnya. Selain itu siswa akan terdorong untuk bertanya,

berinteraksi secara aktif, berdiskusi, mengamati, berlatih, mempraktikkan dan

mendemonstrasikan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil

(Saputri, 2013). Hal ini sejalan dengan prinsip dasar contextual learning. Majalah sains inipun dikembangkan dengan berbasis contextual learning.

2.3

Pengembangan Majalah Sains

Penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut

(Sugiyono, 2010). Pada produk yang dikembangkan dalam penelitian dan

pengembangan ini berbentuk perangkat keras yaitu berupa majalah. Majalah yang

akan dikembangkan ini memiliki beberapa tahapan pengembangan yang harus

(31)

1. Analisis KI dan KD

Analisis dimaksudkan untuk menentukan KI dan KD pada mata pelajaran

IPA kurikulum 2013 tentang tema pemanasan global yang memuat 4 KI dan 5 KD

yang diambil pada tema ini yang akan dikembangkan berkarakteristik contextual

learning.

2. Menentukan rubrik-rubrik majalah

Rubrik merupakan bagian dalam majalah yang hampir menyerupai sub

judul yang dalam satu bagiannya khusus memuat bidang tertentu. Penentuan

rubrik ini disesuaikan dengan KD-KD serta materi yang terkait dengan tema yang

sudah ditentukan (Purnomowati, 2014).

3. Penyusunan majalah

Penyusunan majalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Perumusan KD yang harus dikuasai

Rumusan KD pada suatu majalah merupakan spesifikasi kualitas yang

seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil menyelesaikan majalah

tersebut. Pada penelitian ini KD yang disusun terkait pada KI-KI yang saling

berkaitan dan tidak terpisah yaitu pada tema pemanasan global karena pada

kurikulum 2013 materi IPA sudah disusun secara terpadu.

b. Pengumpulan bahan artikel

Bahan penulisan artikel tidak hanya berupa buku-buku teks pendukung

tema pemanasan global, tetapi juga diambil dari jurnal-jurnal penelitian maupun

foto. Gambar atau foto yang dicatumkan dalam artikel merupakan contoh-contoh

yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari sehingga mencerminkan

contextual learning.

c. Menentukan alat evaluasi atau penilaian

Pada penelitian ini alat evaluasi yang akan digunakan adalah soal IPA

terpadu yang berbentuk pilihan ganda dengan adanya pernyataan tentang tema

masalah pemanasan global yang didasarkan KD pemanasan global dalam

(32)

d. Penyusunan artikel

Artikel yang terdapat dalam majalah merupakan materi atau isi majalah

tentang pemanasan global. Penyusunan artikel dimulai dari artikel dengan bahasan

ringan hingga semakin berat.

e. Struktur majalah

Dalam mengembangkan majalah sains perlu memperhatikan sistematika

penampilan meliputi 6 bagian (Purnomowati, 2004), yakni;

1) Halaman sampul

Unsur majalah yang harus tercantum dalam halaman sampul yakni;

(1) judul majalah; (2) volume majalah; (3) nomor majalah; (4) waktu terbit;

(5) ISSN; (6) lajur data bibliografi; dan (7) nama penerbit (dapat disertakan

ataupun tidak).

2) Halaman judul

Unsur majalah yang harus tercantum dalam halaman judul yakni; (1) judul

majalah; (2) volume majalah; (3) nomor majalah; (4) ISSN; (5) penanggung

jawab majalah; dan (6) suplemen (jika ada).

3) Halaman daftar isi

Unsur-unsur majalah yang harus tercantum di bagian atas daftar isi yakni;

(1) judul majalah; (2) volume majalah; (3) nomor majalah; (4) waktu terbit; dan

(5) ISSN. Sedangkan unsur-unsur majalah yang harus tercantum dalam daftar ini

yakni: (1) nama pengarang; (2) judul artikel; dan (3) nomor halaman artikel.

4) Halaman teks

Halaman teks adalah halaman dalam majalah yang termuat teks atau

artikel. Penomoran halaman menggunakan angka Arab. Unsur majalah yang harus

tercantum dalam halaman teks adalah judul sirahan.

5) Lembar abstrak

Lembar abstrak adalah halaman yang memuat semua abstrak artikel dari

suatu majalah. Pada majalah sains yang dikembangkan ini lembar abstrak tidak

disertakan mengingat artikel yang ada di dalam majalah bukan hasil penelitian

(33)

6) Halaman indeks

Halaman indeks adalah halaman yang memuat indeks kumulatif maupun

tahunan yang dimuat pada akhir volume untuk satu tahun periode.

Majalah sains yang dikembangkan dalam penelitian ini memuat 7 rubrik

utama yang setiap rubriknya terdiri dari beberapa artikel tentang pemanasan

global. Dalam majalah sains tercermin aspek contextual learning secara implisit baik dalam artikel maupun dari gambar-gambar yang bersifat kontekstual, sesuai

dengan kehidupan sehari-hari. Spesifikasi ketujuh rubrik dalam majalah sains

adalah sebagai berikut:

1. Ilmiah

Rubrik ini memuat konsep dasar tentang pemanasan global meliputi

pengertian, penyebab, dan proses terjadinya pemanasan global yang melibatkan

efek rumah kaca. Dalam rubrik ini terdapat artikel tentang karakteristik gas rumah

kaca sebagai penyebab pemanasan global, dimana sub materi ini belum terdapat

dalam buku guru maupun buku siswa.

2. Highlight

Rubrik ini memuat dampak dari pemanasan global. Beberapa dampak

yang dibahas dalam rubrik ini terdapat dalam buku guru dan buku siswa, tetapi

dalam majalah sains terdapat beberapa contoh dampak pemanasan global yang

ada dalam kehidupan sehari-hari namun belum dibahas dalam buku guru dan

siswa, seperti pulau kecil yang akan menghilang sebagai dampak kenaikan

volume air laut.

3. Lensa sains

Rubrik ini memuat foto-foto tentang contoh penyebab, dampak, dan

langkah penanggulangan pemanasan global yang berkaitan erat dengan aktifitas

manusia dalam kehidupan sehari-hari.

4. Technosciences

Rubrik ini memuat tentang cara penanggulangan pemanasan global yang

belum dibahas dalam buku guru dan buku siswa. Langkah-langkah

(34)

maupun pemanfaatan teknologi yang mampu mengurangi dampak pemanasan

global.

5. Tokoh

Rubrik ini memuat profil organisasi internasional yang bergerak dalam

upaya penanggulangan pemanasan global yang bersifat sebagai informasi

tambahan untuk siswa.

6. TTS (Teka-teki Sains)

Rubrik ini memuat teka-teki berupa wordsquare dan matching word sebagai bentuk latihan bagi siswa.

7. Comic

Rubrik ini memuat cerita bergambar atau komik yang berhubungan

dengan pemanasan global.

Majalah sains berbasis contextual learning memuat tujuh aspek utama

contextual learning di dalamnya. Spesifikasi ketujuh aspek contextual learning

dalam majalah sains adalah sebagai berikut:

1. Konstruktivisme

Aspek ini menunjuk pada keharusan siswa untuk menguasai terlebih

dahulu konsep dasar pemanasan global dalam buku siswa sebelum menggunakan

majalah sains, sehingga siswa dapat memahami artikel yang tersaji dalam majalah

sains dengan lebih mudah.

2. Inquiry

Aspek ini tercermin dalam setiap artikel, dimana siswa dapat menguasai

materi yang tersaji dalam artikel tidak hanya dari membaca tetapi juga harus

memahami.

3. Questioning

Aspek ini tercermin dalam artikel yang disertai dengan pertanyaan pada

(35)

4. Learning community

Aspek ini tercermin dalam sub rubrik Open Your Mind! dan Think Smart. Kedua sub rubrik tersebut merupakan latihan yang harus diselesaikan siswa secara

berkelompok.

5. Modelling

Aspek ini tercermin dalam gambar atau foto yang tersaji dalam majalah

sains berupa contoh dalam kehidupan sehari-hari.

6. Reflection

Aspek ini tercermin dalam setiap artikelnya, dimana siswa diajak untuk

mengkaji kembali contoh-contoh yang ada di sekitar lingkungan mereka yang

berhubungan erat dengan konsep dasar dari pemanasan global.

7. Authentic assessment

Aspek ini tercermin dalam evaluasi yang dilakukan setelah akhir pembelajaran.

Alat evaluasi yang digunakan memuat materi yang tersaji dalam majalah sains.

2.5

Kualitas Majalah Sains

Standar kualitas majalah sains dapat dilihat melalui dua indikator sebagai

berikut:

2.5.1 Kelayakan

Pada majalah sains yang dikembangkan dalam penelitian ini, indikator

kelayakannya mengacu kelayakan standar buku teks menurut BNSP (2006) yang

telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penilaian buku guru dan siswa

dalam kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013). Ada tiga aspek yang digunakan dalam

mengukur kelayakan majalah sains yaitu: kelayakan isi, bahasa, serta penyajian

dan kegrafikannya.

1. Kelayakan isi, mencakup keluasan dan kedalaman materi, akurasi materi dan

kemutahiran, mengandung wawasan produktivitas, merangsang

keingintahuan, mengembangkan kecakapan hidup, mengandung wawasan

(36)

2. Kelayakan bahasa, yang mencakup sesuai dengan perkembangan siswa,

komunikatif, dialogis dan interaktif, koherensi dan keruntutan bahasa

Indonesia yang benar, penggunaan istilah dan simbol.

3. Kelayakan penyajian dan kegrafikan, yang mencakup teknik penyajian,

pendukung penyajian materi, penyajian pembelajaran, ukuran majalah, desain,

tata letak dan tipografi.

2.5.2 Keefektifan

Efektifitas suatu pembelajaran akan terlihat pada hasil pembelajaran yang

dicapai dan minat belajar siswa. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah peningkatan hasil belajar dan menumbuhkan minat belajar siswa setelah

pembelajaran IPA terpadu dengan menggunakan majalah sains berbasis

contextual learning tema pemanasan global.

2.5.2.1Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar ini pada hakikatnya adalah

perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris yang berorientasi

pada proses belajar-mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Keefektifan

dalam peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes kognitif siswa

(berdasarkan hasil pretes dan postes) setelah pembelajaran menggunakan majalah

sains berbasis contextual learning tema pemanasan global secara signifikan dapat meningkat. Peningakatan hasil tes kognitif diketahui dengan menganalisi hasil

pretes dan postes dengan menggunakan rumus N-gain.

2.5.2.2Minat belajar

Menurut James William (Aritonang, 2008), minat belajar merupakan

ketertarikan siswa terhadap pembelajaran sebagai faktor yang menentukan derajat

keaktifan belajar siswa. Pertumbuhan minat belajar siswa diukur menggunakan

(37)

pengaruh minat terhadap pembelajaran (Keller, 1987). Pada prinsipnya metode

ARCS menekankan pada 4 aspek, yakni attention (perhatian siswa), relevance (relevansi antara media pembelajaran dan kebutuhan siswa), confidence (keyakinan siswa terhadap kemampuan sendiri), dan satisfaction (kepuasaan siswa terhadap media pembelajaran).

2.6

Tema Pemanasan Global

Tema pemanasan global dalam kurikulum 2013 yang terdapat dalam buku

guru dan siswa disajikan secara terpadu yang menggambarkan keterpaduan

kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam kajian biologi, fisika dan kimia. Pada

tema pemansan global, materi yang disajikan dipadukan dengan model

keterpaduan tipe webbed (Putri et al, 2013).

Adapun materi ini sudah terpadu terlihat kompetensi inti dan kompetensi

dasarnya yang pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Tema Pemanasan Global

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

(38)

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

3.5 Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisik dan kimia pada zat yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.

3.10 Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

4.10 Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan penanggulangan masalah.

(Pusbuk, 2013)

Keterpaduan tema pemanasan global merupakan salah satu tema yang sulit

untuk disajikan secara contextual, terutama saat membahas mengenai proses terjadinya pemanasan global di atmosfer. Mata manusia pada hakekatnya tidak

mampu melihat proses pemanasan global tanpa bantuan alat, proses yang

memerlukan waktu lama juga menjadi kendala lain, Sehingga diperlukan adanya

penyajian tema pemanasan global secara contextual, agar siswa lebih mudah memahami proses terjadinya pemanasan global yang dikaitkan dengan penyebab

dan dampak yang ditimbulkannya.

Keterpaduan pada tema pemanasan global yang disajikan dengan

menggunakan model webbed diambil dari KI dan KD yang terdapat pada Tabel 3 yang telah disesuaikan dengan materi yang terdapat dalam Buku Guru: Ilmu

(39)

merupakan keterpaduan yang akan dikembangkan dalam penelitian dan

pengembangan ini, keterpaduan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Model webbed tema Pemanasan Global

Setiap jejaring atau sub tema yang terbentuk mewakili setiap bidang kajian, yakni;

1. Manusia dan peranannya bagi lingkungan, mewakili bidang kajian biologi.

2. Proses pemanasan global di atmosfer, mewakili bidang kajian fisika.

3. Karakteristik zat penyebab pemanasan global serta dampak pemanasan global,

mewakili bidang kajian kimia.

2.7

Penelitian yang Relevan

Beberapa karya ilmiah yang bertujuan mengembangkan majalah sebagai

media pembelajaran IPA, dan tema pemanasan global untuk SMP. Diantaranya

penelitian yang dilakukan oleh Riyani (2013) pada pengembangan majalah

Biomagz sebagai alternatif sumber belajar mandiri pada mata pelajaran biologi

untuk SMA/MA kelas X. Hasil penelitian Riyani (2013) menunjukkan bahwa

majalah Biomagz yang dikembangkan menurut pakar materi, pakar media, peer

viewer, dan guru yakni aspek kelayakan isi memperoleh nilai 80,72% dengan

kategori baik, aspek kebahasaan memperoleh nilai 78,25% dengan kategori baik,

dan aspek penyajian memperoleh nilai 82,4% dengan kategori sangat baik.

Sementara penilaian oleh siswa SMA UII Banguntapan berdasarkan aspek

pengajian memperoleh nilai 71,77% dengan kategori setuju, aspek kebahasaan Pemanasan

global

Proses pemanasan global di atmosfer

Karakteristik zat penyebab pemanasan

global

Dampak pemanasan global Manusia dan peranannya

(40)

memperoleh nilai 69,88% dengan kategori setuju, dan aspek kebermanfaatan

memperoleh nilai 77,3% dengan kategori setuju. Berdasarkan hal tersebut, maka

majalah Biomagz yang dikembangkan telah memenuhi kriteria layak sebagai media pembelajaran mata pelajaran Biologi untuk siswa SMA/MA.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri (2013) tentang pengembangan

perangkat pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan tema pemanasan global untuk kelas VIII SMP Negeri 28 Surabaya, hasil validasi buku siswa sebesar 3,38

denga kategori sangat baik, LKS sebesar 3,43 dengan kategori sangat baik, dan tes

hasil belajar sebesar 3,15 dengan kriteria sangat baik. Hasil analisis angket respon

siswa menunjukka bahwa pembelajaran IPA Terpadu tema pemanasan global

adalah siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran tersebut.

Penelitian lain yang mengembangkan buku ajar terpadu berorientasi

contextual teaching and learning (CTL) tema dampak bahan tambahan makanan

pada kelas VIII SMP yang dilakukan oelh Saputri (2013). Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh bahwa aspek kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kesesuaian

dengan 7 aspek CTL masing-masing memperoleh 78% dengan kategori layak,

67% dengan kategori layak, 80% dengan kategori layak, dan 75% dengan kategori

layak. Dengan demikian buku ajar tersebut dikatakan layak sebagai media

(41)

2.8

Kerangka Berpikir

[image:41.595.103.526.177.578.2]

Kerangka berpikir dari penelitian pengembangan ini, dapat dilihat pada

Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Pengembangan Majalah Sains Berbasis

Contextual Learning Tema Pemanasan Global

Pengembangan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global

Pembelajaran IPA di MTs

Buku guru dan siswa dalam kurikulum 2013

1. Membantu siswa belajar mandiri 2. Sebagai suplemen pembelajaran siswa 3. Belum ada guru yang mengembangkan

majalah sains berbasis contextual learning

Majalah IPA terpadu

Tema pemanasan global Dikembangkan dengan

contextual learning

1. Menyajikan materi yang dipadukan.

2. Sebagai sumber belajar utama.

1. Dipadukan dari tiga bidang kajian biologi, fisika dan kimia. 2. Terdapat beberapa sub materi

tentang pemanasan global yang belum dibahas.

1. Hasil belajar siswa yang berupa pengetahuan meningkat

(42)

26

3.1

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2014 yaitu pada

akhir semester genap tahun pelajaran 2013/2014 sampai awal semester gasal

tahun pelajaran 2014/2015. Sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu di

MTs Nurul Huda Banyuputih yang beralamat di Jl. Lapangan Banyuputih,

Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang 51271, telepon (0285) 4469689.

3.2

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa MTs Nurul Huda

Banyuputih kelas IX dan kelas VII. Penelitian ini dilaksanakan dengan

menggunakan beberapa kelas. Uji coba skala kecil melibatkan 10 orang siswa dari

kelas IX, uji coba skala besar melibatkan 35 orang siswa dari kelas IX B, dan

implementasi melibatkan 36 orang siswa dari kelas VII A. Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yakni

teknik pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acaktanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sehingga, anggota populasi

dianggap homogen dan memiliki probabilitas yang sama untuk diambil sebagai

sampel (Sugiyono, 2010).

3.3

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian R and D

(Research and Development). Menurut Sugiyono (2010), metode Research and

Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji kelayakan serta keefektifan produk tersebut.

(43)
[image:43.595.106.536.112.307.2]

Gambar 3.1 Langkah-langkah dalam penelitian R & D (Diadaptasi dari Sugiyono, 2010)

3.4

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

tahap R & D Sugiyono (2010) yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi potensi dan masalah

Potensi dan masalah yang terdapat di MTs Nurul Huda Banyuputih

didapat berdasarkan hasil observasi. Potensi yang dimaksud adalah sudah adanya

sumber belajar yakni buku guru dan siswa, berupa LKS maupun buku lain namun

serta terdapat sarana-prasarana yang dapat mendukung pembelajaran seperti

laboratorium IPA maupun wifi. Sedangkan masalah yang ada adalah buku guru dan siswa untuk kurikulum 2013 dalam materi pemanasan global memiliki

kelemahan, yakni belum memuat sub materi tentang karakteristik gas penyebab

pemanasan global dan penanggulanngan pemanasan global.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang berkaitan dengan pembuatan majalah sains antara

lain, analisis kurikulum (meliputi KI dan KD), studi literatur, penentuan strategi

pembelajaran, penyusunan instrumen penelitian bahan ajar dan alat evaluasi dari

BSNP (2006) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penialain

buku guru dan siswa dalam kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013).

(44)

3. Desain Majalah

Dalam tahap ini produk majalah sains berbasis contextual learning tema pemanasan global dirancang dan disesuaikan dengan kondisi sekolah serta kondisi

peserta didik. Desain juga disusun berdasarkan modul, buku guru dan siswa IPA

kurikulum 2013. Majalah terdiri dari (1) halaman depan majalah (cover); (2) halaman judul; (3) daftar isi; (4) kata pengantar; (5) tujuan pembelajaran disertai

KD dan KI; (6) rubrik-rubrik majalah yang berisi artikel; (7) glosarium; (8)

indeks; (10) daftar pustaka; dan (11) halaman belakang majalah.

4. Validasi desain majalah oleh pakar

Produk awal majalah sains dievaluasi dan divalidasi oleh pakar, yaitu

pakar materi (isi), bahasa, serta penyajian dan kegrafikan (media). Instrumen yang

digunakan mengacu pada instrumen penilaian tahap 1 dan 2 buku teks dari BSNP

(2006) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penialain buku

guru dan siswa dalam kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013). Tahap 1 merupakan

validasi keterbacaan aspek-aspek yang terdapat dalam majalah. Sedangkan

validasi tahap 2 yang terdiri dari validasi materi, bahasa, serta penyajian dan

kegrafikan.

5. Revisi

Merevisi kekurangan dan memperbaiki produk awal majalah berdasarkan

hasil evaluasi dan masukan dari validator.

6. Uji coba skala kecil

Uji coba skala kecil dilakukan di kelas IX MTs Nurul Huda Banyupurih.

Uji coba skala kecil ini hanya mengambil sepuluh (10) orang siswa yang diambil

secara acak. Kemudian siswa tersebut diberi majalah yang telah direvisi

berdasarkan hasil validasi pakar untuk dibaca dan diminta untuk mengisi angket

tentang tanggapan terhadap keterbacaan majalah guna menyempurnakan produk

majalah sebelum melakukan uji coba yang lebih luas.

7. Revisi

Setelah melakukan uji coba pada lingkup yang terbatas dan mendapatkan

(45)

menyempurnakan produk majalah sebelum diujicobakan pada lingkup yang lebih

luas.

8. Uji coba skala besar

Diuji coba pada salah satu kelas IX yang telah dipilih secara simple

random sampling dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

majalah sains berbasis contextual learning tema pemanasan global. Siswa dan guru juga diberikan angket untuk menanggapi majalah dan mendapatkan

masukan.

9. Revisi

Dilakukan analisis hasil uji coba skala besar untuk mengetahui kelayakan,

dan keefektivan majalah jika diperlukan, maksudnya bahwa jika berdasarkan hasil

uji skala besar majalah sudah layak tanpa revisi maka tahap ini tidak diperlukan.

10. Penerapan majalah sains final

Pada tahap ini majalah sains final digunakan dalam pembelajaran yang

sesungguhnya pada satu kelas VII yang dipilih secara simple random sampling.

3.5

Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Metode observasi

Metode observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu

objek (Arikunto, 2006). Metode ini bertujuan untuk mengumpulkan data awal

sebagai dasar untuk memperkuat penelitian pengembangan ini.

3.5.2 Metode dokumentasi

Metode dokumentasi ini bertujuan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian. Dokumen yang dikumpulkan meliputi daftar nama siswa kelas

IX dan VII serta sumber belajar yang selama ini digunakan di MTs Nurul Huda

Baanyuputih.

3.5.3 Metode validasi

Metode validasi ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan majalah oleh

(46)

standar penilaian buku dan bahan ajar menurut BSNP (2006) yang telah

dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penialain buku guru dan siswa dalam

kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013). Validasi ini dilakukan meliputi validasi materi

(isi), bahasa, serta penyajian dan kegrafikan (media).

3.5.4 Metode angket

Metode angket ini bertujuan untuk memperoleh tanggapan atau informasi

mengenai minat siswa dan pembelajaran IPA menggunakan majalah sains ini

sebagai suplemen pembelajaran siswa.

3.5.5 Metode tes

Metode tes adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan

menggunakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain utnuk mengukur

pengetahuan, keterampilan dan sikap (Arikunto, 2006). Metode tes ini digunakan

untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes.

3.6

Metode Analisis Instrumen Tes

3.6.1 Validitas

Validitas soal menggunakan rumus korelasi poin biserial.

q p S M M r t t p pbis   Keterangan: pbis

r = koefisien korelasi poin biserial

p

M = rerata skor siswa yang menjawab benar

Mt = rerata skor siswa total

p = proporsi skor siswa yang menjawab benar q = proporsi skor siswa yang menjawab salah (1-p)

t

S

= standar deviasi total

Hasil perhitungan dengan korelasi poin biserial dapat dikonsultasikan pada rtabel

(47)

Hasil perhitungan analisis validitas soal uji coba secara keseluruhan

diperoleh 21 soal pilihan ganda, dan 7 soal uraian dinyatakan valid, sedangkan 9

soal pilihan ganda, dan 3 soal uraian dinyatakan tidak valid. Dari hasil tersebut

diambil 15 soal pilihan ganda, dan 5 soal uraian yang valid sebagai soal

[image:47.595.111.512.239.322.2]

pretes-postes. Rincian nomor soal dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba

Kriteria Nomor Butir Soal

Pilihan ganda Uraian

Valid 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 25, 27, 28, 29

2, 3, 6, 7, 8, 9, 10

Tidak valid 3, 7, 8, 18, 20, 23, 24, 26, 30 1, 4, 5 *Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas soal dapat dihitung dengan rumus K-R 21.

Keterangan:

r11 = realiabilitas tes secara keseluruhan

k = banyaknya butir soal

M = rerata skor total

Vt

Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel. Jika r11 > rtabel,

maka instrumen tersebut reliabel (Arikunto, 2009).

Hasil perhitungan analisis reliabilitas soal uji coba secara keseluruhan

diperoleh 0,577 untuk soal pilihan ganda, dan 0,930 untuk soal uraian. Nilai

r

11

dibandingkan dengan nilai r tabel. Berdasarkan r tabel dengan n=36 dengan taraf

kesukaran sebesar 5% didapatkan hasil r tabel sebesar 0,334. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa soal uji coba dikatakan reliabel karena memiliki harga r 11 > r tabel. Hasil perhitungan analisis reliabilitas soal uji coba dapat dilihat pada lampiran

(48)

3.6.3 Daya beda soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak

dapat menjawab soal (Arikunto, 2009). Untuk menghitung daya beda soal

menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

= daya pembeda

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

= banyaknya peserta kelompok atas

= banyaknya peserta kelompok bawah

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

[image:48.595.168.458.462.568.2]

Kriteria d

Gambar

Gambar 2.2.
Gambar 3.1 Langkah-langkah dalam penelitian R & D
Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba
Tabel 3.3 Hasil Analisis Daya Beda Soal Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal kajian yang berkaitan dengan pemanfaatan struktur, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai budaya novel Negeri 5 Mena ra sebagai bahan ajar sastra di SMA, siswa

The concept of social community multimedia e-learning sites had to be visualized to obtain a better understanding of the concept, so that a physical model can be built based on

Pada tahapan analisis, dilakukan proses kegiatan secara berututan yang berhubungan dengan penggambaran sistem yang berjalan, berupa proses pelaksanaan kursus pranikah

Berdasarkan Etimologi (Kebahasaan/Asal Kata).. Secara kebahasaan nama sosiologi berasal dari kata socious , yang artinya ”kawan” atau ”teman” dan logos , yang artinya

Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang didapat adalah: 1).Metode pembelajaran proyect based learning telah berhasil diterapkan di pendidikan vokasi

Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur yang biasa dan sering dilakukan.. oleh dokter gigi.Pencabutan gigi bisa berhasil dilakukan, akan tetapi dapat

Fraktur mahkota gigi dapat terjadi karena penggunaan tang atau teknik. pencabutan gigi yang tidak tepat atau karena gigi yangakan

Data Kadar Glukosa Darah ( Mean ± SD) mg/dl Akibat Induksi Aloksan pada Beberapa Dosis yang Diberikan Secara Intraperitoneal untuk Menginduksi Diabetes pada Tikus