TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK SMP
Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
Program Studi Pendidikan IPA, S1
Oleh
Siti Asfuriyah
4001410059
JURUSAN IPA TERPADU
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Segala yang ingin kita capai hari ini dalam hidup adalah perjuangan keras
untuk masa depan kita nanti.”
Persembahan
1. Ayah dan Ibu Tercinta
(Alm. Wahyusin dan Timu’ah)
yang selalu memberikan doa,
motivasi, dan nasehat serta
dukungan.
2. Kakak-kakakku Tersayang
(Moh. Sofyan dan Fatkhurohman)
yang selalu memberi doa,
semangat, dan dukungan.
3. Semua sahabat, dan
teman-teman yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning sebagai Media Pembelajaran IPA Tema Pemanasan Global untuk SMP.”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik
tanpa adanya dukungan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini
penulis menyampaikan banyak terima kasih setulus hati kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
3. Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., ketua Prodi Pendidikan IPA Fakultas MIPA
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan membantu
kelancaran dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si., dosen pembimbing yang penuh kesabaran
dalam membimbing, memberi saran, dan arahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Parmin, M.Pd. dan Stephani Diah Pamelasari, M.Hum., dosen penguji I dan
dosen penguji II yang penuh kesabaran membimbing dan memberi arahan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Isa Akhlis, M.Si., Indah Urwatin Wusqo, M.Pd., dan Miranita Khusniati,
M.Pd., validator media yang dengan penuh keikhlasan dalam memberikan
penilaian dan saran membangun dalam pengembangan majalah sains ini.
7. Hj. Susilowati, S.Pd., kepala MTs Nurul Huda Banyuputih yang telah
memberi ijin kesempatan dan kemudahan penulis dalam melakukan
penelitian.
8. Nani Nursani, S.Si., guru IPA MTs Nurul Huda Banyuputih yang telah
berkenan membantu dan bekerja sama dengan penulis dalam melaksanakan
vii
9. Dian Nila Kusuma, S.Pd., Purwiyanti, S.Pd., Dafid Priatmoko, S.Si.,
Nashirudin, S.Pd., dan Zaenal Arifin, S.Pd.I., guru MTs Nurul Huda
Banyuputih yang memberikan banyak bantuan, saran, dan arahan dalam
pengembangan majalah sains ini.
10. Siswa kelas IX B dan VII A MTs Nurul Huda Banyuputih atas kesediaannya
menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini.
11. Kedua orang tua, Ayah Wahyusin dan Ibu Timu’ah tercinta, yang selalu
memberikan dukungan, nasehat, dan doa dimanapun berada dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Kakak-kakakku, Moh. Sofyan dan Fatkhurohman yang memberikan
dukungan, semangat, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Tim teaching Hafzah Az Zahrah, Ivon Ayu Subekti, dan Diyah Fibriyani yang mendukung pelaksanaan penelitian.
14. Teman-teman Program Studi IPA ’10 yang selalu memberi dukungan.
15. Semua pihak yang berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini baik moril maupun materiil, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Semarang, September 2014
viii
ABSTRAK
Siti Asfuriyah. 2014. Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual
Learning Sebagai Media Pembelajaran IPA Tema Pemanasan Global untuk SMP.
Skripsi, Program Studi Pendidikan IPA Jurusan IPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si.
Kata Kunci: Majalah Sains, Contextual Learning, Pemanasan Global
Implementasi Kurikulum 2013 seharusnya mewajibkan sekolah baik SMP/MTs menerapkan pembelajaran IPA secara integrated science dengan menggunakan panduan buku pegangan guru dan siswa yang telah dikembangkan Kemendikbud. Namun hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di MTs Nurul Huda Banyuputih belum dilaksanakan secara terpadu. Belum tersedianya sumber belajar menjadi hambatan utama pelaksanaan pembelajaran secara terpadu. Pada penelitian ini akan dikembangkan suatu produk yakni majalah sains berbasis
contextual learning pada tema pemanasan global untuk kelas VII. Desain
penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R & D). Research
and Development adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk
ix
ABSTRACT
Siti Asfuriyah. 2014. Development of Science Magazine Based Contextual Learning as Lesson Media of Science on Global Warming Themes for SMP. Skripsi, Natural Science Education, Mathematic and Natural Science Faculty Semarang State University. Guider Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si.
Key word: Science magazine, contextual learning, global warming.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
BAB 1. PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian ...5
1.4 Manfaat Penelitian ...5
1.5 Penegasan Istilah ...6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...8
2.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ...8
2.2 Majalah Sains Berbasis Contextual Learning ...10
2.3 Pengembangan Majalah Sains ...14
2.5 Kualitas Majalah Sains ...19
2.6 Tema Pemanasan Global ...21
2.7 Penelitian yang Relevan ...23
xi BAB
3. METODE PENELITIAN ...26
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...26
3.2 Populasi dan Sampel ...26
3.3 Desain Penelitian ...26
3.4 Prosedur Penelitian ...27
3.5 Metode Pengumpulan Data ...29
3.6 Metode Analisis Instrumen Tes ...30
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...38
4.1 Hasil Penelitian ...38
4.2 Pembahasan ...58
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ...70
5.1 Simpulan ...70
5.2 Saran ...70
DAFTAR PUSTAKA ...71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Model-model Keterpaduan dalam Pembelajaran IPA ………. 9
2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tema Pemanasan Global …. 21 3.1 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba ………... 31
3.2 Coba Kriteria Daya Pembeda Soal ……….. 32
3.3 Hasil Analisis Daya Beda Soal Uji Coba ……… 32
3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ………. 33
3.5 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ………... 33
3.6 Kriteria Angket Tanggapan Guru dan Siswa ……….. 35
3.7 Kriteria Perolehan Indeks Gain ………... 36
3.8 Kategori Minat Belajar Siswa ………. 37
4.1 Hasil Revisi Majalah Sains dalam Tahap Validasi ………. 38
4.2 Rekapitulasi Hasil Uji Kelayakan Tahap I ……….. 50
4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Kelayakan Isi Tahap II ……… 50
4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Kelayakan Bahasa Tahap II ……… 51
4.5 Rekapitulasi Hasil Uji Kelayakan Penyajian dan Kegrafikan Tahap II ………... 51
4.6 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa Pada Uji Skala Kecil ... 53
4.7 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa Pada Uji Skala Besar ……… 54
4.8 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Guru Pada Uji Skala Kecil … 55 4.9 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Guru Pada Uji Skala Besar … 56 4.10 Nilai Akhir Siswa Pada Kelas Implementasi ……….. 57
4.11 Rekapitulasi Analisis N-gain……….. 57
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model WebbedTema Pemanasan Global ………... 23
2.2 Kerangka Berpikir Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Tema Pemanasan Global ……….. 25
3.1 Langkah-langkah dalam Penelitian R & D ………. 27
4.1 Halaman Sampul Awal ………... 39
4.2 Halaman Sampul Akhir ……….. 39
4.3 Halaman Quotes Awal ……… 40
4.4 Halaman Quotes Akhir ………... 40
4.5 Halaman Judul Awal ……….. 40
4.6 Halaman Judul Akhir ……….. 40
4.7 Halaman Kata Pengantar Awal ……….. 41
4.8 Halaman Kata Pengantar Akhir ………. 41
4.9 Halaman Daftar Isi Awal ………... 42
4.10 Halaman Daftar Isi Akhir ………... 42
4.11 Halaman KI, KD, dan Tujuan Pembelajaran Awal ……… 42
4.12 Halaman KI, KD, dan Tujuan Pembelajaran Akhir ………... 42
4.13 Halaman Open Your Mind!Awal ………... 43
4.14 Halaman Open Your Mind!Akhir ……….. 43
4.15 Halaman Rubrik TechnoscienceAwal ……… 44
4.16 Halaman Rubrik TechnoscienceAkhir ………... 44
4.17 Halaman RubrikIlmiah Awal ………. 45
4.18 Halaman Rubrik Ilmiah Akhir ……… 45
4.19 Halaman Rubrik HighlightAwal ……… 45
4.20 Halaman Rubrik Highlight Akhir ………... 45
4.21 Halaman RubrikLensa Sains Awal ……… 46
4.22 Halaman Rubrik Lensa Sains Akhir ………... 46
4.23 Halaman Rubrik TechnoscienceAwal ……… 47
xiv
4.25 Halaman Daftar Pustaka Awal ……… 47
4.26 Halaman Daftar Pustaka Akhir ………... 47
4.27 Halaman IndexAwal ……….. 48
4.28 Halaman IndexAkhir ……….. 48
4.29 Halaman Biografi Redaktur Awal ……….. 48
4.30 Halaman Biografi Redaktur Akhir ……….. 48
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Silabus ………... 75
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………... 82
3 Kisi-kisi Soal Pretes-postes ………... 93
4 Analisis viliditas, daya beda, taraf kesukaran, dan reliabilitas instrument soal ……….. 97
5 Perhitungan viliditas, daya beda, taraf kesukaran, dan reliabilitas instrument soal ……….. 109
6 Soal Pretes-postes ………. 111
7 Daftar Validator Uji Kelayakan………. 117
8 Deskripsi Butir Instrumen Kelayakan Tahap I ………. 118
9 Contoh Instrumen Kelayakan Tahap I ……….. 120
10 Rekapitulasi Uji Kelayakan Tahap I……….. 124
11 Deskripsi Butir Instrumen Kelayakan Isi Tahap II ………... 125
12 Contoh Instrumen Kelayakan Isi Tahap II ……… 128
13 Rekapitulasi Uji Kelayakan Isi Tahap II ………... 131
14 Deskripsi Butir Instrumen Kelayakan Bahasa Tahap II ………... 132
15 Contoh Instrumen Kelayakan Bahasa Tahap II ……… 134
16 Rekapitulasi Uji Kelayakan Bahasa Tahap II ………... 136
17 Deskripsi Butir Instrumen Kelayakan Penyajian dan Kegrafikan Tahap II ………... 137
18 Contoh Instrumen Kelayakan Penyajian dan Kegrafikan Tahap II ….. 142
19 Rekapitulasi Uji Kelayakan Penyajian dan Kegrafikan Tahap II ……. 145
20 Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa Uji Skala Kecil ………... 147
21 Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa Uji Skala Besar …………... 148
22 Rekapitulasi Angket Tanggapan Guru Uji Skala Kecil ……… 150
23 Rekapitulasi Angket Tanggapan Guru Uji Skala Besar ……… 151
xvi
25 Contoh Angket Tanggapan Guru Uji Skala Kecil dan Uji Skala
Besar ………. 156
26 Daftar Siswa Kelas Implementasi ………. 160
27 Contoh Lembar Jawab Pretes dan Postes Kelas Implementasi ………. 161
28 Rekapitulasi Nilai Akhir Siswa ………. 163
29 Rekapitulasi Analisis Uji N-gain ……….………. 164
30 Perhitungan N-gain………... 165
31 Contoh Angket Minat Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran ……… 166
32 Rekapitulasi Angket Minat Sebelum Pembelajaran ………. 170
33 Rekapitulasi Angket Minat Sesudah Pembelajaran ……….. 172
34 Analisis Peningkatan Minat Belajar Siswa ………... 174
35 Surat Ijin Penelitian ……….. 175
36 Surat Bukti Penelitian ………... 176
1
1.1
Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mendorong adanya
perkembangan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan
khususnya proses belajar-mengajar. IPA merupakan bidang studi yang dalam
pembelajarannya menggabungkan berbagai bidang ilmu pengetahuan (fisika,
kimia dan biologi) sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang timbul
dipandang secara terintegrasi. Hal ini sesuai dengan yang termaktub dalam
Permendiknas No. 22 tahun 2006 sebagai landasan kurikulum 2006. Implementasi
pembelajaran IPA untuk SMP/MTs sendiri sejak kurikulum 2006 merupakan
pembelajaran yang bersifat integrated atau terpadu. Menurut Parmin (2013), keterpaduan konsep IPA merupakan salah satu prinsip yang dianjurkan.
Berdasarkan hasil observasi di beberapa sekolah seperti MTs Nurul Huda Banyuputih, SMP Darul Ma’arif Banyuputih dan SMP 15 Semarang menunjukkan adanya keadaan yang berkebalikan, dimana IPA masih diajarkan secara terpisah
berdasarkan bidang ilmu fisika, kimia dan biologi dan belum
diimplementasikannya kurikulum 2013.
Kurangnya ketersediaan sumber belajar yang terpadu berupa buku
pegangan siswa dan guru menjadi salah satu alasan belum adanya penerapan IPA secara terpadu di sekolah. Sebagai contoh di SMP Darul Ma’arif Banyuputih siswa hanya menggunakan LKS sebagai sumber belajar mereka sementara BSE
diperuntukkan sebagai buku pegangan guru dimana seharusnya BSE juga
merupakan sumber belajar untuk siswa. Selain itu di MTs Nurul Huda Banyuputih
menunjukkan kondisi yang tak jauh berbeda, dimana sumber belajar berupa BSE
dan LKS, hanya saja siswa menggunakan keduanya saat pembelajaran meskipun
terdapat buku penunjang lain yang bersifat sebagai pendamping. Berbeda dengan
kondisi yang ditunjukkan di SMP 15 Semarang, meskipun pembelajaran IPA
dari berbagai penerbit dan pengarang selain BSE sebagai sumber belajar utama.
Namun tetap saja ketiga sekolah tersebut masih menghadapai masalah yang sama
terkait ketersediaan buku pegangan siswa dan guru sebagai sumber belajar yang
belum terpadu.
Selain itu kurikulum 2013 secara jelas mewajibkan adanya penerapan IPA
secara terpadu di sekolah khususnya SMP/MTs dengan menggunakan buku
pegangan guru, dan siswa yang telah dikembangkan oleh Kemendikbud. Hal ini
menjadikan adanya kewajiban bagi setiap sekolah untuk menerapkan IPA secara
terpadu, sesuai kurikulum 2013 bahwa IPA dipandang sebagai integrative science dengan menggunakan buku pegangan yang telah ada. Kebutuhan akan adanya media yang memadukan konsep-konsep IPA secara tepat, diharapkan dapat
membekali siswa untuk berpikir secara terintegrasi dan kreatif. Media yang
digunakan tidak hanya berupa buku teks atau buku ajar berupa BSE saja tetapi
dapat juga berupa modul, brosur, newsletter atau koran, majalah, rekaman video maupun audio (Arsyad, 2010). Media pembelajaran tidak hanya bersifat
terintegrasi tetapi juga mampu membangkitkan minat siswa untuk mempelajari
lebih dalam topik yang dibahas dalam media tersebut.
Buku guru dan siswa sebagai sumber belajar IPA dalam pembelajaran
sesuai kurikulum 2013 sebenarnya sudah memadai. Akan tetapi, masih terdapat
kekurangan terutama pada tema pemanasan global, dimana beberapa sub materi
yang harusnya ada belum dibahas secara mendetail. Contohnya sub materi tentang
karakteristik gas penyebab pemanasan global dan penanggulangan pemanasan
global belum terpapar dalam buku. Padahal kedua sub materi tersebut sangat
diperlukan siswa untuk memahami penyebab terjadinya pemanasan global dan
langkah nyata yang efektif dalam menanggulangi pemanasan global. Hal ini
sesuai dengan karakteristik materi pemanasan global dalam Kompetensi Dasar
(KD) 3.10 dan 4.13 yang menitikberatkan pada penguasaaan konsep penyebab
pemanasan global dan penanggulangan pemanasan global, sehingga kedua hal
tersebut perlu untuk disampaikan secara lebih detail. Penyampaian materi
pemanasan global tentu memerlukan sebuah media pembelajaran, yakni berupa
Hasil observasi di MTs Nurul Huda Banyuputih seperti yang telah
dijelaskan di atas memiliki ketersediaan buku-buku pendamping untuk
melengkapi materi pemanasan global, meskipun terbatas pada buku-buku full text edisi lama. Materi yang disajikan dalam buku-buku tersebut bersifat belum
terpadu, sehingga keberadaan sumber belajar lain yang bersifat suplemen bagi
buku guru dan siswa sangat diperlukan. Majalah sains merupakan salah satu
bentuk media pembelajaran yang dapat dikembangkan sebagai suplemen buku
guru dan siswa. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan beberapa guru
dan siswa di MTs Nurul Huda Banyuputih, bahwa kebutuhan akan media
pembelajaran tidak hanya menarik dan menyenangkan, tetapi juga efektif, dan
efisien dalam menyampaikan informasi tentang pemanasan global yang bersifat
aplikatif, dan aktual.
MTs Nurul Huda Banyuputih memang belum memiliki sarana-prasarana
yang maksimal, sehingga belum siap untuk mengimplementasikan pembelajaran
berbasis multimedia. Hal ini mendorong pembelajaran di MTs Nurul Huda
Banyuputih masih mengandalkan buku cetak sebagai sumber belajar. Majalah
sains sebagai salah satu media cetak yang dapat menjadi alternatif media
pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan dibanding media lain
sejenisnya, seperti dapat mendorong siswa untuk belajar dalam menguasai materi
sesuai dengan kecepatan masing-masing. Hal ini menyebabkan majalah sains
memiliki fungsi tidak hanya sebagai sumber belajar yang bersifat suplemen tetapi
juga sebagai sumber belajar mandiri. Siswa dapat menggunakan majalah sains ini
sebagai buku pendamping untuk belajar sendiri, biak di rumah maupun di sekolah,
sehingga siswa akan lebih mudah dan semakin terdorong untuk mempelajari
materi pemanasan global. Adanya majalah sains ini diharapkan juga dapat
membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Pengembangan majalah sains sebagai sumber belajar alternatif atau
suplemen tidak hanya mempertimbangkan kebutuhan guru dan siswa, tetapi juga
ketertarikan siswa terhadap gambar dan warna. Teori perkembangan kognitif
menurut Piaget menyebutkan bahwa siswa SMP/MTs dengan kisaran usia 11-15
dimana mereka mengoperasionalkan berbagai logika menjadi bentuk benda
konkret dan mulai mampu berpikir secara logis. Media yang dikembangkan
sebagai sumber belajar seharusnya mampu mendukung pola tersebut. Hal ini
menjadi sejalan dengan keunggulan majalah sains, dimana majalah sains
menyajikan informasi dalam dua format tidak hanya verbal, tetapi juga visual,
dimana informasi yang disampaikan secara visual akan mewakili benda konkret
yang mampu ditangkap siswa, sehingga siswa akan menyerap materi lebih
maksimal dan pembelajaran menjadi lebih efektif.
Hasil penelitian Riyani (2012) menunjukkan bahwa kualitas majalah
biologi Biomagz yang dikembangkannya di SMA UII Banguntapan memiliki kualitas yang baik dari segi aspek penyajian, kebahasaan dan kebermanfaatannya
yang seacara berturut-turut memperoleh persentase sebesar 71,11%, 69,88% dan
77,3% dengan kategori setuju sehingga layak digunakan dalam pembelajaran
sebagai media belajar mandiri siswa. Hasil tersebut menunjukkan adanya respon
yang tinggi terhadap pengembangan majalah Biomagz. Selain itu belum adanya majalah ilmiah yang secara khusus didedikasikan sebagai media pembelajaran
menuntut adanya inovasi pengembangan majalah sebagai sumber belajar alternatif
yang mampu meningkatkan kebermaknaan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya pengembangan majalah sains
sebagai media pembelajaran IPA terpadu berbasis contextual learning yang dapat digunakan sebagai sumber suplemen pembelajaran bagi guru dan siswa. Majalah
ini memuat tema pemanasan global untuk SMP, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran serta memberi pengalaman baru
dalam implementasi kurikulum 2013. Maka peneliti melakukan penelitian tentang “Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning sebagai Media Pembelajaran IPA Tema Pemanasan Global untuk SMP.”
1.2
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini akan dikembangkan majalah sains berbasis contextual
pembelajaran di kurikulum 2013 pada tema pemanasan global, sehingga rumusan
masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global?
2. Bagaimana keefektifan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini untuk
mengetahui, sebagai berikut:
1. Mengetahui kelayakan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global.
2. Mengetahui keefektifan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan wawasan dalam
mengembangan media pembelajaran sebagai sumber belajar alternatif siswa yang
berbasis contextual learning yang digunakan dalam tema pemanasan global untuk SMP.
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi sekolah
Majalah yang dikembangkan peneliti dapat memberikan masukan mengenai
pengembangan media pembelajaran yang dapat menunjang ketersediaan sumber
2. Bagi siswa
Adanya majalah sains berbasis contextual learning ini siswa akan lebih mudah memahami tema pemanasan global dengan lebih menyenangkan serta merangsang
keaktifan siswa untuk mengembangkan kemampuan dan minatnya.
3. Bagi guru atau peneliti
Majalah yang dikembangkan peneliti dapat memberikan pengalaman bagaimana
mengembangkan media pembelajaran terutama majalah sains berbasis contextual
learning yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.5
Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran, perlu adanya
pembatasan ruang lingkup penelitian dan penjelasan pengertian beberapa istilah
sebagai berikut:
1.5.1 Majalah Sains Berbasis Contextual Learning
Majalah sains memuat materi tentang pemanasan global yang diambil dari
2 Kompetensi Dasar utama yakni (3.10) mendeskripsikan tentang penyebab
terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem; dan (4.13)
menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan
penanggulangan masalah, serta dipadukan dengan Kompetensi Dasar 1.1, 2.1, dan
3.5. Majalah sains berisi 7 rubrik utama yakni: (1) ilmiah; (2) highlight; (3) lensa sains; (4) technosciences; (5) tokoh; (6) TTS (teka-teki sains); (7) comic. Majalah Sains sebagai sumber belajar alternatif atau suplemen memuat 2 sub materi
tambahan yang belum ada dalam buku guru dan siswa yakni, karakteristik
penyebab pemanasan global, dan cara penanggulangan pemanasan global.
Kompenon utama contextual learning tercermin dalam rubrik-rubrik tersebut.
1.5.2 Tema Pemanasan Global
Tema pemanasan global merupakan suatu tema pembelajaran yang
menghubungkan konsep manusia dan peranannya dalam lingkungan (biologi),
pemanasan global serta dampaknya (kimia). Konsep tersebut dipadukan
menggunakan model terpaduan tipe webbed.
1.5.3 Kelayakan
Kelayakan yang ingin diukur dalam majalah sains ini meliputi aspek
kelayakan isi, bahasa, serta penyajian dan kegrafikannya yang diadaptasi menurut
standar penilaian buku pelajaran IPA untuk SMP/MTs yang dikembangkan BSNP
(2006) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penialaian buku
suru dan siswa sesuai kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013).
1.5.4 Keefektifan
Keefektifan majalah sains ini dilihat berdasarkan 2 indikator yakni, hasil
belajar dan minat belajar siswa. Majalah sains dikatakan efektif jika peningkatan
hasil belajar siswa terjadi secara signifikan dan mampu menumbuhkan minat
belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan majalah sains berbasis
contextual learning.
Hasil belajar siswa yang diukur merupakan hasil dari tes kognitif
menggunakan metode pretes-postes setelah melakukan pembelajaran
menggunakan majalah sains berbasis contextual learning. Hasil tersebut kemudian dianalisis menggunakan uji N-gain. Sedangkan minat belajar siswa diukur menggunakan angket minat ARCS yang diberikan pada awal dan akhir
pembelajaran. Angket minat menggunakan metode ARCS ini diadaptasi dari
angket minat yang dikembangkan oleh Keller (1987), yang terdiri dari 50
pernyataan, kemudian diambil 25 pernyataan yang telah dimodifikasi dan
disesuaikan dengan pembelajaran menggunakan majalah sains berbasis contextual
8
2.1
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Parmin (2013), IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan
disiplin ilmu yang mempelajari fenomena alam yang terjadi di sekitar kita baik
berupa kenyataan atau hubungan sebab akibatnya. IPA sendiri terbentuk karena
adanya hasil observasi terhadap gejala atau fakta dan didasarkan pada konsep
manusia mengenai alam semesta.
Hakikat pembelajaran IPA merujuk pada konsep-konsep yang
dipelajarinya meliputi;
1. Sikap, meliputi; rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru untuk
dipecahkan melalui prosedur yang benar.
2. Proses, meliputi; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
3. Produk, berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.
4. Aplikasi, meliputi; penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa IPA dikembangkan sebagai mata
pelajaran intregative science atau IPA terpadu dikarenakan setiap kompetensi dasar dalam IPA mengandung konsep-konsep lintas bidang studi yakni biologi,
fisika dan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (Pusbuk, 2013). Selain itu
pembelajaran IPA beorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan alam.
Pembelajaran terpadu pada hakekatnya menunjuk pada kegiatan belajar
yang terorganisasi secara lebih terstruktur, bertolak pada tema-tema tertentu atau
disajikan secara terpadu dikaenakan setiap kompetensi dasar secara jelas telah
mengandung konsep-konsep lintas bidang studi.
Karakteristik pembelajaran IPA terpadu, yaitu;
1. Holistik, mengkaji suatu fenomena dari beberapa bidang sekaligus, tidak dari
sudut pandang yang terkotak-kotak.
2. Bermakna, jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan akan menambah
kebermaknaan konsep yang dipelajari.
3. Otentik, siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin
dipelajari melalui kegiatan-kegiatan belajar secara langsung.
4. Aktif, pembelajaran terpadu pada dasarnya dikembangkan dengan berdasarkan
pendekataan discovery inkuiri. Siswa dilibatkan secara aktif dalam
pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan proses evaluasinya.
Prinsip-prinsip pembelajaran IPA terpadu meliputi; penggalian tema,
pelaksanaan pembelajaran terpadu, evaluasi dan reaksi. Hal ini menuntut adanya
keaktifan guru dan siswa sehingga membentuk adanya komunikasi dua arah.
Dalam implementasinya pembelajaran IPA terpadu dapat menunggunakan
berbagai model, untuk jenjang SMP/MTs disarankan menerapkan 4 macam model
keterpaduan yang telah dimodifikasi meliputi: connected, webbed, shared dan
integrated yang dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Model-Model Keterpaduan Dalam Pembelajaran IPA
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
Connected Membelajarkan
sebuah KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain.
Melihat perma-salahan tidak hanya dari satu bidang kajian, dan pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi.
Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu.
Webbed Membelajarkan
beberapa KD yang berkaitan melalui sebuah tema.
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
dekat dengan kehidupan.
tidak mudah menemukan tema pengait yang tepat.
Shared Membelajarkan
semua konsep dari beberapa KD, dimulai dari konsep yang beririsan sebagai unsur pengikat. Pemahaman terhadap konsep utuh, efisien, dan kontekstual.
KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama,
menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, dan
sarana-prasarana misalnya buku belum
mendukung.
Integrated Membelajarkan
konsep pada beberapa KD yang beririsan atau tumpang tindih (hanya konsep yang beririsan yang dibelajarkan). Pemahaman terhadap konsep lebih utuh (holistik), lebih efisien, dan sangat kontekstual. KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama,
menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, dan
sarana-prasarana misalnya buku belum
mendukung.
(Pusbuk, 2013)
Keterpaduan materi dalam majalah sains sendiri menggunakan model keterpaduan
tipe webbed. Model webbed ini mampu memadukan tema pemanasan global secara utuh dan kontekstual, sehingga cocok dengan majalah sains yang berbasis
contextual learning.
2.2
Majalah Sains Berbasis
Contextual Learning
2.3.1
Majalah Sains Sebagai Media PembelajaranMedia pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses
belajar secara efisien dan efektif (Munadi, 2013). Dengan kata lain, bahwa media
ini membawa pesan yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud
pengajaran.
Media pembelajaran dikelompokkan ke dalam 4 kelompok besar yakni;
(1) media audio; (2) media visual; (3) media audio-visual; (4) multimedia.
Majalah sendiri merupakan salah satu contoh bentuk media visual atau media
cetakan (Munadi, 2013). Majalah adalah media informasi yang menyampaikan
berita aktual, sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik,
pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui oleh pembaca. Melalui
majalah ilmiah atau majalah pendidikan dapat menciptakan lingkungan belajar secara kreatif, yang dimaksud dengan “belajar secara kreatif” adalah setiap baik secara kelompok maupun individu termotivasi untuk terus berkarya dan
beraktivitas atau berpikir kritis dan logis berdasarkan berita aktual yang disajikan
dalam majalah sehingga dapat diwujudkan dalam tindakan sehari-hari.
Majalah sains merupakan media informasi dengan tujuan untuk
menyampaikan berita aktual yang berkaitan dengan konsep-konsep sains atau
Ilmu Pengetahuan Alam (Munadi, 2013). Majalah sains berisi 4 konsep bidang
kajian utama yakni energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, bumi antariksa
serta makhluk hidup dan proses kehidupannya yang diintegrasikan dengan
pengetahuan umum berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bersifat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Kelebihan majalah sains sebagai media pembelajaran (Arsyad, 2010),
yakni;
1. Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Meskipun pada akhirnya semua siswa diharapkan dapat menguasai topik yang
disajikan.
2. Siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis melalui pengulangan materi.
3. Perpaduan teks dan gambar dapat menambah daya tarik dan memperlancar
4. Berisi informasi yang bersifat aplikatif sesuai dengan perkembangan dan
temuan-temuan baru, sehingga dapat dijadikan sebagai suplemen
pembelajaran siswa.
Majalah sains juga memiliki beberapa kelemahan sebagai media
pembelajaran, yakni;
1. Sulit menampilkan gerak dalam halaman majalah.
2. Pembagian unit-unit materi atau artikel harus dirancang sedemikian rupa
sehingga tidak terlalu panjang dan dapat membuat siswa cepat bosan.
3. Sulit dalam menekankan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan
kompetensi afektif.
2.3.2
Contextual LearningContextual learning adalah suatu konsep pembelajaran memotivasi siswa
untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan mengaplikasikan dalam
kehidupan mereka sebagai anggota dari masyarakat, pekerja, serta bekerja keras
dalam belajar sesuai keperluan (Hudson, 2008). Sehingga siswa tidak hanya
menerima segala konsep yang diajarkan oleh guru secara mentah, tapi
mengkajinya kembali dan merekonstruksi ulang sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki dan situasi nyata.
Jika dipandang dari aspek siswa, contextual learning atau pembelajaran kontekstual baru dapat terjadi apabila siswa telah dapat mengaplikasikan atau
mengalami apa yang sedang diajarkan atau dipelajari (Sumarmi, 2008). Siswa
yang pernah mengalami sendiri suatu kejadian di luar sekolah yang berkaitan
dengan materi pembelajaran, akan merasa terlibat secara emosional dalam
kegiatan pembelajaran materi tersebut. Sehingga siswa akan merasa senang, tidak
tertekan dan lebih mudah memahami materi yang diajarkan secara teoritis. Hal ini
berdampak pada meningkatnya kemampuan, keterampilan dan pengetahuan siswa
Menurut Aqib (2013), terdapat 7 aspek utama sebagai prinsip dasar dalam
contextual learning, yakni sebagai berikut:
a. Konstruktivisme, terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan
produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan belajar bermakna.
b. Inquiry, proses pembelajaran yang didasarkan pada penemuan dan pencarian
dari proses berpikir.
c. Questioning (bertanya), mendorong dan membimbing siswa untuk berpikir
kritis melalui pertanyaan-pertanyaan.
d. Learning community (komunitas belajar), siswa tidak hanya belajar sendiri
tetapi bekerja sama dengan orang lain untuk saling bertukar pengalaman dan
ide.
e. Modelling (permodelan), menghadirkan model atau contoh agar merangsang
siswa untuk berpikir, bekerja dan belajar.
f. Reflection (refleksi), siswa memikirkan kembali apa yang telah dipelajari.
g. Authenthic assessment (penilaian autentik), pengukuran yang bermakna atas
hasil belajar siswa dalam ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Aplikasi pendekatan contextual learning dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam contextual
learning yang dikembangkan oleh Kemendikbud sebenarnya memperhatikan
ketujuh aspek utamanya (Putra, 2013). Dalam penelitian ini langkah-langkah
contextual learning yang akan diterapkan merupakan bentuk modifikasi dari
langkah pembelajaran yang dikembangkan oleh Kemendikbud dan prinsip
contextual learning yang dikembangkan oleh Johnson. Langkah-langkah
pembelajaran menggunakan majalah sains berbasis contextual learning yang akan diaplikasikan adalah sebagai berikut:
a. Guru membagikan majalah sains berbasis contextual learning pada siswa, agar siswa dapat membaca dan memahami secara sepintas isi materi pemanasan
global yang ada di dalam majalah.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami materi
pemanasan global melalui artikel yang terdapat dalam majalah secara
berkelompok kemudian menyampaikan pendapat mereka.
e. Guru menghadirkan contoh penyebab dan akibat pemanasan global dalam
kehidupan sehari-hari melalui gambar-gambar yang terdapat dalam majalah.
f. Guru membimbing tanya-jawab antar siswa tentang materi pemanasan global.
g. Guru melakukan penilaian dengan cara memberikan tugas berupa wordsquare dan analisis masalah kepada siswa secara individu.
h. Guru bersama siswa melakukan refleksi dan membuat kesimpulan materi yang
telah dibahas.
Penerapan contextual learning tidak hanya berupa pendekatan pembelajaran namun juga sebagai dasar pengembangan media sangatlah
diperlukan. Menurut Jong et al. (2008) media pembelajaran yang berbasis
contextual memungkin siswa untuk menciptakan, dan menggunakan media
tersebut yang relevan dengan kehidupan nyata seperti mendokumentasikan,
memecahkan masalah, merefleksi, berkomunikasi dan tercermin dalam berbagai
aktivitas belajar lainnya. Selain itu siswa akan terdorong untuk bertanya,
berinteraksi secara aktif, berdiskusi, mengamati, berlatih, mempraktikkan dan
mendemonstrasikan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil
(Saputri, 2013). Hal ini sejalan dengan prinsip dasar contextual learning. Majalah sains inipun dikembangkan dengan berbasis contextual learning.
2.3
Pengembangan Majalah Sains
Penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2010). Pada produk yang dikembangkan dalam penelitian dan
pengembangan ini berbentuk perangkat keras yaitu berupa majalah. Majalah yang
akan dikembangkan ini memiliki beberapa tahapan pengembangan yang harus
1. Analisis KI dan KD
Analisis dimaksudkan untuk menentukan KI dan KD pada mata pelajaran
IPA kurikulum 2013 tentang tema pemanasan global yang memuat 4 KI dan 5 KD
yang diambil pada tema ini yang akan dikembangkan berkarakteristik contextual
learning.
2. Menentukan rubrik-rubrik majalah
Rubrik merupakan bagian dalam majalah yang hampir menyerupai sub
judul yang dalam satu bagiannya khusus memuat bidang tertentu. Penentuan
rubrik ini disesuaikan dengan KD-KD serta materi yang terkait dengan tema yang
sudah ditentukan (Purnomowati, 2014).
3. Penyusunan majalah
Penyusunan majalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu majalah merupakan spesifikasi kualitas yang
seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil menyelesaikan majalah
tersebut. Pada penelitian ini KD yang disusun terkait pada KI-KI yang saling
berkaitan dan tidak terpisah yaitu pada tema pemanasan global karena pada
kurikulum 2013 materi IPA sudah disusun secara terpadu.
b. Pengumpulan bahan artikel
Bahan penulisan artikel tidak hanya berupa buku-buku teks pendukung
tema pemanasan global, tetapi juga diambil dari jurnal-jurnal penelitian maupun
foto. Gambar atau foto yang dicatumkan dalam artikel merupakan contoh-contoh
yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari sehingga mencerminkan
contextual learning.
c. Menentukan alat evaluasi atau penilaian
Pada penelitian ini alat evaluasi yang akan digunakan adalah soal IPA
terpadu yang berbentuk pilihan ganda dengan adanya pernyataan tentang tema
masalah pemanasan global yang didasarkan KD pemanasan global dalam
d. Penyusunan artikel
Artikel yang terdapat dalam majalah merupakan materi atau isi majalah
tentang pemanasan global. Penyusunan artikel dimulai dari artikel dengan bahasan
ringan hingga semakin berat.
e. Struktur majalah
Dalam mengembangkan majalah sains perlu memperhatikan sistematika
penampilan meliputi 6 bagian (Purnomowati, 2004), yakni;
1) Halaman sampul
Unsur majalah yang harus tercantum dalam halaman sampul yakni;
(1) judul majalah; (2) volume majalah; (3) nomor majalah; (4) waktu terbit;
(5) ISSN; (6) lajur data bibliografi; dan (7) nama penerbit (dapat disertakan
ataupun tidak).
2) Halaman judul
Unsur majalah yang harus tercantum dalam halaman judul yakni; (1) judul
majalah; (2) volume majalah; (3) nomor majalah; (4) ISSN; (5) penanggung
jawab majalah; dan (6) suplemen (jika ada).
3) Halaman daftar isi
Unsur-unsur majalah yang harus tercantum di bagian atas daftar isi yakni;
(1) judul majalah; (2) volume majalah; (3) nomor majalah; (4) waktu terbit; dan
(5) ISSN. Sedangkan unsur-unsur majalah yang harus tercantum dalam daftar ini
yakni: (1) nama pengarang; (2) judul artikel; dan (3) nomor halaman artikel.
4) Halaman teks
Halaman teks adalah halaman dalam majalah yang termuat teks atau
artikel. Penomoran halaman menggunakan angka Arab. Unsur majalah yang harus
tercantum dalam halaman teks adalah judul sirahan.
5) Lembar abstrak
Lembar abstrak adalah halaman yang memuat semua abstrak artikel dari
suatu majalah. Pada majalah sains yang dikembangkan ini lembar abstrak tidak
disertakan mengingat artikel yang ada di dalam majalah bukan hasil penelitian
6) Halaman indeks
Halaman indeks adalah halaman yang memuat indeks kumulatif maupun
tahunan yang dimuat pada akhir volume untuk satu tahun periode.
Majalah sains yang dikembangkan dalam penelitian ini memuat 7 rubrik
utama yang setiap rubriknya terdiri dari beberapa artikel tentang pemanasan
global. Dalam majalah sains tercermin aspek contextual learning secara implisit baik dalam artikel maupun dari gambar-gambar yang bersifat kontekstual, sesuai
dengan kehidupan sehari-hari. Spesifikasi ketujuh rubrik dalam majalah sains
adalah sebagai berikut:
1. Ilmiah
Rubrik ini memuat konsep dasar tentang pemanasan global meliputi
pengertian, penyebab, dan proses terjadinya pemanasan global yang melibatkan
efek rumah kaca. Dalam rubrik ini terdapat artikel tentang karakteristik gas rumah
kaca sebagai penyebab pemanasan global, dimana sub materi ini belum terdapat
dalam buku guru maupun buku siswa.
2. Highlight
Rubrik ini memuat dampak dari pemanasan global. Beberapa dampak
yang dibahas dalam rubrik ini terdapat dalam buku guru dan buku siswa, tetapi
dalam majalah sains terdapat beberapa contoh dampak pemanasan global yang
ada dalam kehidupan sehari-hari namun belum dibahas dalam buku guru dan
siswa, seperti pulau kecil yang akan menghilang sebagai dampak kenaikan
volume air laut.
3. Lensa sains
Rubrik ini memuat foto-foto tentang contoh penyebab, dampak, dan
langkah penanggulangan pemanasan global yang berkaitan erat dengan aktifitas
manusia dalam kehidupan sehari-hari.
4. Technosciences
Rubrik ini memuat tentang cara penanggulangan pemanasan global yang
belum dibahas dalam buku guru dan buku siswa. Langkah-langkah
maupun pemanfaatan teknologi yang mampu mengurangi dampak pemanasan
global.
5. Tokoh
Rubrik ini memuat profil organisasi internasional yang bergerak dalam
upaya penanggulangan pemanasan global yang bersifat sebagai informasi
tambahan untuk siswa.
6. TTS (Teka-teki Sains)
Rubrik ini memuat teka-teki berupa wordsquare dan matching word sebagai bentuk latihan bagi siswa.
7. Comic
Rubrik ini memuat cerita bergambar atau komik yang berhubungan
dengan pemanasan global.
Majalah sains berbasis contextual learning memuat tujuh aspek utama
contextual learning di dalamnya. Spesifikasi ketujuh aspek contextual learning
dalam majalah sains adalah sebagai berikut:
1. Konstruktivisme
Aspek ini menunjuk pada keharusan siswa untuk menguasai terlebih
dahulu konsep dasar pemanasan global dalam buku siswa sebelum menggunakan
majalah sains, sehingga siswa dapat memahami artikel yang tersaji dalam majalah
sains dengan lebih mudah.
2. Inquiry
Aspek ini tercermin dalam setiap artikel, dimana siswa dapat menguasai
materi yang tersaji dalam artikel tidak hanya dari membaca tetapi juga harus
memahami.
3. Questioning
Aspek ini tercermin dalam artikel yang disertai dengan pertanyaan pada
4. Learning community
Aspek ini tercermin dalam sub rubrik Open Your Mind! dan Think Smart. Kedua sub rubrik tersebut merupakan latihan yang harus diselesaikan siswa secara
berkelompok.
5. Modelling
Aspek ini tercermin dalam gambar atau foto yang tersaji dalam majalah
sains berupa contoh dalam kehidupan sehari-hari.
6. Reflection
Aspek ini tercermin dalam setiap artikelnya, dimana siswa diajak untuk
mengkaji kembali contoh-contoh yang ada di sekitar lingkungan mereka yang
berhubungan erat dengan konsep dasar dari pemanasan global.
7. Authentic assessment
Aspek ini tercermin dalam evaluasi yang dilakukan setelah akhir pembelajaran.
Alat evaluasi yang digunakan memuat materi yang tersaji dalam majalah sains.
2.5
Kualitas Majalah Sains
Standar kualitas majalah sains dapat dilihat melalui dua indikator sebagai
berikut:
2.5.1 Kelayakan
Pada majalah sains yang dikembangkan dalam penelitian ini, indikator
kelayakannya mengacu kelayakan standar buku teks menurut BNSP (2006) yang
telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penilaian buku guru dan siswa
dalam kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013). Ada tiga aspek yang digunakan dalam
mengukur kelayakan majalah sains yaitu: kelayakan isi, bahasa, serta penyajian
dan kegrafikannya.
1. Kelayakan isi, mencakup keluasan dan kedalaman materi, akurasi materi dan
kemutahiran, mengandung wawasan produktivitas, merangsang
keingintahuan, mengembangkan kecakapan hidup, mengandung wawasan
2. Kelayakan bahasa, yang mencakup sesuai dengan perkembangan siswa,
komunikatif, dialogis dan interaktif, koherensi dan keruntutan bahasa
Indonesia yang benar, penggunaan istilah dan simbol.
3. Kelayakan penyajian dan kegrafikan, yang mencakup teknik penyajian,
pendukung penyajian materi, penyajian pembelajaran, ukuran majalah, desain,
tata letak dan tipografi.
2.5.2 Keefektifan
Efektifitas suatu pembelajaran akan terlihat pada hasil pembelajaran yang
dicapai dan minat belajar siswa. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah peningkatan hasil belajar dan menumbuhkan minat belajar siswa setelah
pembelajaran IPA terpadu dengan menggunakan majalah sains berbasis
contextual learning tema pemanasan global.
2.5.2.1Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar ini pada hakikatnya adalah
perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris yang berorientasi
pada proses belajar-mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Keefektifan
dalam peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes kognitif siswa
(berdasarkan hasil pretes dan postes) setelah pembelajaran menggunakan majalah
sains berbasis contextual learning tema pemanasan global secara signifikan dapat meningkat. Peningakatan hasil tes kognitif diketahui dengan menganalisi hasil
pretes dan postes dengan menggunakan rumus N-gain.
2.5.2.2Minat belajar
Menurut James William (Aritonang, 2008), minat belajar merupakan
ketertarikan siswa terhadap pembelajaran sebagai faktor yang menentukan derajat
keaktifan belajar siswa. Pertumbuhan minat belajar siswa diukur menggunakan
pengaruh minat terhadap pembelajaran (Keller, 1987). Pada prinsipnya metode
ARCS menekankan pada 4 aspek, yakni attention (perhatian siswa), relevance (relevansi antara media pembelajaran dan kebutuhan siswa), confidence (keyakinan siswa terhadap kemampuan sendiri), dan satisfaction (kepuasaan siswa terhadap media pembelajaran).
2.6
Tema Pemanasan Global
Tema pemanasan global dalam kurikulum 2013 yang terdapat dalam buku
guru dan siswa disajikan secara terpadu yang menggambarkan keterpaduan
kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam kajian biologi, fisika dan kimia. Pada
tema pemansan global, materi yang disajikan dipadukan dengan model
keterpaduan tipe webbed (Putri et al, 2013).
Adapun materi ini sudah terpadu terlihat kompetensi inti dan kompetensi
dasarnya yang pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Tema Pemanasan Global
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
3.5 Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisik dan kimia pada zat yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
3.10 Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
4.10 Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan penanggulangan masalah.
(Pusbuk, 2013)
Keterpaduan tema pemanasan global merupakan salah satu tema yang sulit
untuk disajikan secara contextual, terutama saat membahas mengenai proses terjadinya pemanasan global di atmosfer. Mata manusia pada hakekatnya tidak
mampu melihat proses pemanasan global tanpa bantuan alat, proses yang
memerlukan waktu lama juga menjadi kendala lain, Sehingga diperlukan adanya
penyajian tema pemanasan global secara contextual, agar siswa lebih mudah memahami proses terjadinya pemanasan global yang dikaitkan dengan penyebab
dan dampak yang ditimbulkannya.
Keterpaduan pada tema pemanasan global yang disajikan dengan
menggunakan model webbed diambil dari KI dan KD yang terdapat pada Tabel 3 yang telah disesuaikan dengan materi yang terdapat dalam Buku Guru: Ilmu
merupakan keterpaduan yang akan dikembangkan dalam penelitian dan
pengembangan ini, keterpaduan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Model webbed tema Pemanasan Global
Setiap jejaring atau sub tema yang terbentuk mewakili setiap bidang kajian, yakni;
1. Manusia dan peranannya bagi lingkungan, mewakili bidang kajian biologi.
2. Proses pemanasan global di atmosfer, mewakili bidang kajian fisika.
3. Karakteristik zat penyebab pemanasan global serta dampak pemanasan global,
mewakili bidang kajian kimia.
2.7
Penelitian yang Relevan
Beberapa karya ilmiah yang bertujuan mengembangkan majalah sebagai
media pembelajaran IPA, dan tema pemanasan global untuk SMP. Diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Riyani (2013) pada pengembangan majalah
Biomagz sebagai alternatif sumber belajar mandiri pada mata pelajaran biologi
untuk SMA/MA kelas X. Hasil penelitian Riyani (2013) menunjukkan bahwa
majalah Biomagz yang dikembangkan menurut pakar materi, pakar media, peer
viewer, dan guru yakni aspek kelayakan isi memperoleh nilai 80,72% dengan
kategori baik, aspek kebahasaan memperoleh nilai 78,25% dengan kategori baik,
dan aspek penyajian memperoleh nilai 82,4% dengan kategori sangat baik.
Sementara penilaian oleh siswa SMA UII Banguntapan berdasarkan aspek
pengajian memperoleh nilai 71,77% dengan kategori setuju, aspek kebahasaan Pemanasan
global
Proses pemanasan global di atmosfer
Karakteristik zat penyebab pemanasan
global
Dampak pemanasan global Manusia dan peranannya
memperoleh nilai 69,88% dengan kategori setuju, dan aspek kebermanfaatan
memperoleh nilai 77,3% dengan kategori setuju. Berdasarkan hal tersebut, maka
majalah Biomagz yang dikembangkan telah memenuhi kriteria layak sebagai media pembelajaran mata pelajaran Biologi untuk siswa SMA/MA.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri (2013) tentang pengembangan
perangkat pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan tema pemanasan global untuk kelas VIII SMP Negeri 28 Surabaya, hasil validasi buku siswa sebesar 3,38
denga kategori sangat baik, LKS sebesar 3,43 dengan kategori sangat baik, dan tes
hasil belajar sebesar 3,15 dengan kriteria sangat baik. Hasil analisis angket respon
siswa menunjukka bahwa pembelajaran IPA Terpadu tema pemanasan global
adalah siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran tersebut.
Penelitian lain yang mengembangkan buku ajar terpadu berorientasi
contextual teaching and learning (CTL) tema dampak bahan tambahan makanan
pada kelas VIII SMP yang dilakukan oelh Saputri (2013). Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa aspek kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kesesuaian
dengan 7 aspek CTL masing-masing memperoleh 78% dengan kategori layak,
67% dengan kategori layak, 80% dengan kategori layak, dan 75% dengan kategori
layak. Dengan demikian buku ajar tersebut dikatakan layak sebagai media
2.8
Kerangka Berpikir
[image:41.595.103.526.177.578.2]Kerangka berpikir dari penelitian pengembangan ini, dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Pengembangan Majalah Sains Berbasis
Contextual Learning Tema Pemanasan Global
Pengembangan majalah sains berbasis contextual learning sebagai media pembelajaran IPA pada tema pemanasan global
Pembelajaran IPA di MTs
Buku guru dan siswa dalam kurikulum 2013
1. Membantu siswa belajar mandiri 2. Sebagai suplemen pembelajaran siswa 3. Belum ada guru yang mengembangkan
majalah sains berbasis contextual learning
Majalah IPA terpadu
Tema pemanasan global Dikembangkan dengan
contextual learning
1. Menyajikan materi yang dipadukan.
2. Sebagai sumber belajar utama.
1. Dipadukan dari tiga bidang kajian biologi, fisika dan kimia. 2. Terdapat beberapa sub materi
tentang pemanasan global yang belum dibahas.
1. Hasil belajar siswa yang berupa pengetahuan meningkat
26
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2014 yaitu pada
akhir semester genap tahun pelajaran 2013/2014 sampai awal semester gasal
tahun pelajaran 2014/2015. Sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu di
MTs Nurul Huda Banyuputih yang beralamat di Jl. Lapangan Banyuputih,
Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang 51271, telepon (0285) 4469689.
3.2
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa MTs Nurul Huda
Banyuputih kelas IX dan kelas VII. Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan beberapa kelas. Uji coba skala kecil melibatkan 10 orang siswa dari
kelas IX, uji coba skala besar melibatkan 35 orang siswa dari kelas IX B, dan
implementasi melibatkan 36 orang siswa dari kelas VII A. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yakni
teknik pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acaktanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sehingga, anggota populasi
dianggap homogen dan memiliki probabilitas yang sama untuk diambil sebagai
sampel (Sugiyono, 2010).
3.3
Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian R and D
(Research and Development). Menurut Sugiyono (2010), metode Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji kelayakan serta keefektifan produk tersebut.
Gambar 3.1 Langkah-langkah dalam penelitian R & D (Diadaptasi dari Sugiyono, 2010)
3.4
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
tahap R & D Sugiyono (2010) yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi potensi dan masalah
Potensi dan masalah yang terdapat di MTs Nurul Huda Banyuputih
didapat berdasarkan hasil observasi. Potensi yang dimaksud adalah sudah adanya
sumber belajar yakni buku guru dan siswa, berupa LKS maupun buku lain namun
serta terdapat sarana-prasarana yang dapat mendukung pembelajaran seperti
laboratorium IPA maupun wifi. Sedangkan masalah yang ada adalah buku guru dan siswa untuk kurikulum 2013 dalam materi pemanasan global memiliki
kelemahan, yakni belum memuat sub materi tentang karakteristik gas penyebab
pemanasan global dan penanggulanngan pemanasan global.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang berkaitan dengan pembuatan majalah sains antara
lain, analisis kurikulum (meliputi KI dan KD), studi literatur, penentuan strategi
pembelajaran, penyusunan instrumen penelitian bahan ajar dan alat evaluasi dari
BSNP (2006) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penialain
buku guru dan siswa dalam kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013).
3. Desain Majalah
Dalam tahap ini produk majalah sains berbasis contextual learning tema pemanasan global dirancang dan disesuaikan dengan kondisi sekolah serta kondisi
peserta didik. Desain juga disusun berdasarkan modul, buku guru dan siswa IPA
kurikulum 2013. Majalah terdiri dari (1) halaman depan majalah (cover); (2) halaman judul; (3) daftar isi; (4) kata pengantar; (5) tujuan pembelajaran disertai
KD dan KI; (6) rubrik-rubrik majalah yang berisi artikel; (7) glosarium; (8)
indeks; (10) daftar pustaka; dan (11) halaman belakang majalah.
4. Validasi desain majalah oleh pakar
Produk awal majalah sains dievaluasi dan divalidasi oleh pakar, yaitu
pakar materi (isi), bahasa, serta penyajian dan kegrafikan (media). Instrumen yang
digunakan mengacu pada instrumen penilaian tahap 1 dan 2 buku teks dari BSNP
(2006) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penialain buku
guru dan siswa dalam kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013). Tahap 1 merupakan
validasi keterbacaan aspek-aspek yang terdapat dalam majalah. Sedangkan
validasi tahap 2 yang terdiri dari validasi materi, bahasa, serta penyajian dan
kegrafikan.
5. Revisi
Merevisi kekurangan dan memperbaiki produk awal majalah berdasarkan
hasil evaluasi dan masukan dari validator.
6. Uji coba skala kecil
Uji coba skala kecil dilakukan di kelas IX MTs Nurul Huda Banyupurih.
Uji coba skala kecil ini hanya mengambil sepuluh (10) orang siswa yang diambil
secara acak. Kemudian siswa tersebut diberi majalah yang telah direvisi
berdasarkan hasil validasi pakar untuk dibaca dan diminta untuk mengisi angket
tentang tanggapan terhadap keterbacaan majalah guna menyempurnakan produk
majalah sebelum melakukan uji coba yang lebih luas.
7. Revisi
Setelah melakukan uji coba pada lingkup yang terbatas dan mendapatkan
menyempurnakan produk majalah sebelum diujicobakan pada lingkup yang lebih
luas.
8. Uji coba skala besar
Diuji coba pada salah satu kelas IX yang telah dipilih secara simple
random sampling dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
majalah sains berbasis contextual learning tema pemanasan global. Siswa dan guru juga diberikan angket untuk menanggapi majalah dan mendapatkan
masukan.
9. Revisi
Dilakukan analisis hasil uji coba skala besar untuk mengetahui kelayakan,
dan keefektivan majalah jika diperlukan, maksudnya bahwa jika berdasarkan hasil
uji skala besar majalah sudah layak tanpa revisi maka tahap ini tidak diperlukan.
10. Penerapan majalah sains final
Pada tahap ini majalah sains final digunakan dalam pembelajaran yang
sesungguhnya pada satu kelas VII yang dipilih secara simple random sampling.
3.5
Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Metode observasi
Metode observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu
objek (Arikunto, 2006). Metode ini bertujuan untuk mengumpulkan data awal
sebagai dasar untuk memperkuat penelitian pengembangan ini.
3.5.2 Metode dokumentasi
Metode dokumentasi ini bertujuan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian. Dokumen yang dikumpulkan meliputi daftar nama siswa kelas
IX dan VII serta sumber belajar yang selama ini digunakan di MTs Nurul Huda
Baanyuputih.
3.5.3 Metode validasi
Metode validasi ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan majalah oleh
standar penilaian buku dan bahan ajar menurut BSNP (2006) yang telah
dimodifikasi dan disesuaikan dengan standar penialain buku guru dan siswa dalam
kurikulum 2013 (Pusbuk, 2013). Validasi ini dilakukan meliputi validasi materi
(isi), bahasa, serta penyajian dan kegrafikan (media).
3.5.4 Metode angket
Metode angket ini bertujuan untuk memperoleh tanggapan atau informasi
mengenai minat siswa dan pembelajaran IPA menggunakan majalah sains ini
sebagai suplemen pembelajaran siswa.
3.5.5 Metode tes
Metode tes adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan
menggunakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain utnuk mengukur
pengetahuan, keterampilan dan sikap (Arikunto, 2006). Metode tes ini digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes.
3.6
Metode Analisis Instrumen Tes
3.6.1 Validitas
Validitas soal menggunakan rumus korelasi poin biserial.
q p S M M r t t p pbis Keterangan: pbis
r = koefisien korelasi poin biserial
p
M = rerata skor siswa yang menjawab benar
Mt = rerata skor siswa total
p = proporsi skor siswa yang menjawab benar q = proporsi skor siswa yang menjawab salah (1-p)
t
S
= standar deviasi totalHasil perhitungan dengan korelasi poin biserial dapat dikonsultasikan pada rtabel
Hasil perhitungan analisis validitas soal uji coba secara keseluruhan
diperoleh 21 soal pilihan ganda, dan 7 soal uraian dinyatakan valid, sedangkan 9
soal pilihan ganda, dan 3 soal uraian dinyatakan tidak valid. Dari hasil tersebut
diambil 15 soal pilihan ganda, dan 5 soal uraian yang valid sebagai soal
[image:47.595.111.512.239.322.2]pretes-postes. Rincian nomor soal dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba
Kriteria Nomor Butir Soal
Pilihan ganda Uraian
Valid 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 25, 27, 28, 29
2, 3, 6, 7, 8, 9, 10
Tidak valid 3, 7, 8, 18, 20, 23, 24, 26, 30 1, 4, 5 *Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas soal dapat dihitung dengan rumus K-R 21.
Keterangan:
r11 = realiabilitas tes secara keseluruhan
k = banyaknya butir soal
M = rerata skor total
Vt
Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel. Jika r11 > rtabel,
maka instrumen tersebut reliabel (Arikunto, 2009).
Hasil perhitungan analisis reliabilitas soal uji coba secara keseluruhan
diperoleh 0,577 untuk soal pilihan ganda, dan 0,930 untuk soal uraian. Nilai
r
11dibandingkan dengan nilai r tabel. Berdasarkan r tabel dengan n=36 dengan taraf
kesukaran sebesar 5% didapatkan hasil r tabel sebesar 0,334. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa soal uji coba dikatakan reliabel karena memiliki harga r 11 > r tabel. Hasil perhitungan analisis reliabilitas soal uji coba dapat dilihat pada lampiran
3.6.3 Daya beda soal
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak
dapat menjawab soal (Arikunto, 2009). Untuk menghitung daya beda soal
menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
= daya pembeda
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
= banyaknya peserta kelompok atas
= banyaknya peserta kelompok bawah
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
[image:48.595.168.458.462.568.2]Kriteria d