• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Tema Pemanasan Global

3.7 Metode Analisis Data

4.2.1 Kelayakan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Tema Pemanasan Global

Media pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah majalah. Majalah sains yang dikembangkan berbasis contextual learning, dimana pembelajaran ini berpusat pada siswa. Dalam proses pembelajaran siswa akan

mengaplikasikan atau mengalami apa yang sedang diajarkan atau dipelajari (Sumarmi, 2008).

Majalah sains yang dikembangkan mempunyai 7 komponen utama

contextual learning. Peneliti memilih mengembangkan majalah sains berbasis

contextual learning dengan tujuan agar siswa dapat mengaitkan materi dengan

situasi dalam kehidupan nyata, sesuai konsep dasar contextual learning. Selain itu, siswa juga dapat menerapkan apa yang mereka pelajari dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Peneliti mengembangkan majalah sains yang memuat materi dengan tema pemanasan global. Pada kurikulum 2013, tema pemanasan global dipelajari pada kelas VII semester genap. Beberapa materi dalam majalah sains bersifat melengkapi materi yang belum tercantum dalam Buku Guru, dan Buku Siswa IPA Kelas VII untuk kurikulum 2013. Materi tersebut yakni, materi tentang karakteristik gas efek rumah kaca, dan cara penanggulangan pemanasan global, sehingga bersifat sebagai suplemen pembelajaran. Materi-materi tersebut disajikan secara menarik dalam bentuk artikel yang disertai dengan penyajian gambar atau foto-foto yang mendukung materi, dan dikelompokkan dalam rubrik tertentu.

Majalah sains yang dikembangkan tidak dapat langsung digunakan dalam skala luas. Majalah sains ini melewati proses uji kelayakan, dan uji keefektifan terlebih dahulu sesuai dengan prosedur R & D (Research and Development) yang digunakan dalam penelitian ini. Uji kelayakan meliputi 2 tahap dengan menggunakan instrumen penilaian kelayakan buku pelajaran menurut BSNP yang telah dimodifikasi dan disesuaikan. Uji kelayakan ini dilakukan oleh pakar untuk menilai 3 aspek kelayakan yakni, aspek isi, aspek bahasa, serta aspek penyajian, dan kegrafikan.

Uji kelayakan tahap I, majalah sains dinilai oleh 9 orang pakar yang terdiri dari 3 orang dosen MIPA Universitas Negeri Semarang, dan 6 orang guru MTs Nurul Huda Banyuputih. Pada uji kelayakan tahap I ini, kesembilan pakar menilai kelayakan majalah sains dari semua aspek kelayakan secara umum. Aspek isi meliputi ada-tidaknya KI (Kompetensi Inti), KD (Kompetensi Dasar), serta

kesesuaian materi dengan KI, dan KD. Aspek penyajian meliputi penilaian tentang bagian-bagian majalah. Sedangkan aspek kegrafikan meliputi penilaian tentang penampilan, keterbacaan, kualitas cetakan, dan isi majalah.

Hasil penilaian, pakar memberikan beberapa saran untuk melengkapi kekurangan dalam majalah sains ini diantaranya, penggunaan warna background yang harus disesuaikan kecerahannya agar teks tetap menonjol, dan terbaca dengan jelas. Konsistensi penulisan teks juga memerlukan banyak perbaikan, seperti panjang teks dalam artikel yang harus disesuaikan dengan kemampuan membaca, dan pemahaman siswa MTs, sehingga teks yang dicantumkan hanya yang bersifat inti saja. Penggunaan jenis, dan ukuran huruf juga tidak terlalu banyak variasi, dimana teks menggunakan jenis huruf Georgia ukuran 10-12, dan judul rubrik atau sub-rubrik menggunakan jenis huruf untuk poster. Masukan-masukan dari pakar ditindaklanjuti dengan menambah, mengurangi, atau mengganti bagian-bagian tersebut.

Pada instrumen uji kelayakan tahap I, pakar memberikan respon positif atau jawaban “Ya” untuk semua butir penilaian yang ada, dengan skor yang diperoleh sama dengan skor maksimal yakni sebesar 12. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa majalah sains dinyatakan “Lolos” uji kelayakan tahap I. Hal ini sesuai dengan kriteria penilaian buku oleh BSNP, majalah sains dikatakan lolos jika semua butir instrumen kelayakan mendapat nilai respon positif (ya) dan dilanjutkan dengan uji kelayakan tahap II.

Uji kelayakan tahap II dilakukan untuk menilai kualitas majalah sains berdasarkan 3 aspek kelayakan secara lebih detail. Pada uji kelayakan tahap II, tiap aspek kelayakan dinilai oleh 3 orang pakar yang terdiri dari 1 orang dosen MIPA Universitas Negeri Semarang, dan 2 orang guru MTs Nurul Huda Banyuputih.

Uji kelayakan isi tahap II, pakar menilai majalah sains berdasarkan 25 butir indikator penilaian yang terbagi dalam 8 sub-aspek tentang kelayakan isi. Skor yang diberikan pakar pada 25 butir indikator berkisar antara skor 3, dan 4, dengan hasil rerata skor 3,81, dan persentase sebesar 92,25%. Hasil tersebut menyatakan bahwa majalah sains mendapat kriteria layak. Namun terdapat

beberapa saran yang ditekankan oleh pakar untuk perbaikan dalam aspek kelayakan isi ini. Hal tersebut kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan saran yang diberikan pakar.

Pada sub-aspek ke-4 terdapat bagian isntrumen yang khusus menilai kesesuaian majalah sains dengan aspek minat belajar berdasarkan metode ARCS, dan sub-aspek ke-8 merupakan bagian instrumen yang khusus menilai kesesuaian majalah sains dengan aspek contextual learning. Hasil penilaian pakar kedua sub-aspek tersebut mendapat skor sebesar 4, dan 3,67 sehingga dapat dikatakan bahwa majalah sains layak untuk mengukur peningkatan minat belajar, dan sesuai dengan aspek contextual learning.

Uji kelayakan bahasa tahap II, pakar bahasa menilai kelayakan majalah sains berdasarkan 7 sub-aspek kelayakan yang terdiri dari 15 butir indikator kelayakan. Pakar bahasa memberikan skor dengan rata-rata sebesar 3,51, dan presentase 87,75% dengan kriteria “Layak.” Umumnya pakar bahasa memberikan skor 3-4 untuk setiap butir indikator kelayakan. Pakar juga memberikan beberapa masukan untuk perbaikan majalah seperti konsistensi tata tulis sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah, dan konsistensi penggunaan istilah asing. Saran tersebut ditindaklanjuti peneliti dengan memperbaiki bagian-bagian yang terkait seperti daftar pustaka, dan index.

Pakar penyajian, dan kegrafikan pada uji kelayakan penyajian, dan kegrafikan tahap II memberikan skor berkisar 3-4 untuk 6 sub-aspek kelayakan yang terdiri dari 37 butir indikator kelayakan. Rerata skor yang diperoleh adalah 3,72, dan presentase 93% dengan kriteria “Layak.” Aspek kelayakan ini mencakup seluruh bagian majalah sains, sehingga banyak saran yang diberikan pakar untuk perbaikan majalah. Saran pakar banyak terkonsentrasi pada aspek ini.

Berdasarkan hasil penilaian oleh ketiga pakar didapatkan rerata skor rerata skor 3,68 dan presentase sebesar 92% dengan kriteria “Layak.” Hal ini sesuai dengan kriteria penilaian buku pelajaran menurut BSNP (BSNP, 2007) yang menyatakan bahwa majalah dikatakan “Layak,” jika aspek kelayakan isi mempunyai rata-rata skor > 2,75, aspek kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan mempunyai rata-rata skor > 2,50. Dari hasil tersebut, maka majalah sains berbasis

contextual learning tema pemanasan global layak sebagai sumber belajar bagi siswa MTs.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyani (2013), yang menunjukkan bahwa majalah Biomagz sebagai sumber belajar mandiri pada mata pelajaran Biologi untuk siswa SMA/MA kelas X yang dikembangkannya dikatakan layak. Uji kelayakan pada tiga aspek yakni, aspek isi, kebahasaan, dan penyajian yang dilakukan oleh pakar, peer viewer, dan guru. Penilaian tersebut menunjukkan bahwa majalah Biomagz memiliki kualitas yang baik, dan layak digunakan dalam pembelajaran biologi. Dalam penelitian pengembangan majalah sains, guru juga memberikan tanggapan terkait uji kelayakan yang telah dilakukan, bahwa majalah sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

Uji kelayakan majalah sains juga diperoleh dari analisis data angket tanggapan guru, dan siswa terhadap majalah sains pada uji skala kecil, dan uji skala besar. Pada uji skala kecil, tanggapan guru, dan siswa ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan majalah sains. Sampel yang digunakan adalah 10 orang siswa kelas IX, dan 3 orang guru yang diambil secara acak. Angket yang digunakan memuat 10 pernyataan sebagai indikator seperti yang tertera pada tabel 4.6. Hasil analisis angket tanggapan siswa memperoleh rerata skor 85,75%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan majalah sains sangat baik. Menurut siswa, majalah sains disajikan lebih menarik dari segi bahasa, dan tata tulis dibanding buku teks seperti buku paket yang terkesan kaku. Sedangkan hasil analisis tanggapan guru memperoleh rerata skor 92,50%. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan majalah sains bagi guru sangat baik. Menurut guru, majalah sains sudah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, komunikatif, dan disajikan lebih menarik karena penyajian materi dalam format majalah masih tergolong langka, sehingga mampu lebih menarik minat siswa.

Pengisian angket tanggapan guru, dan siswa pada skala besar, sampel yang diambil terdiri dari 1 kelas IX sejumlah 35 orang siswa, dan 6 orang guru yang bertujuan untuk mengetahui respon pengunaan majalah sains. Angket yang digunakan memuat 11 pernyataan yang berbasis 4 aspek minat belajar berdasarkan metode ARCS, dan 7 aspek contextual learning. Sebelum pengisian

angket, pada tahap ini peneliti akan terlebih dahulu melalukan pembelajaran pada kelas uji skala besar tanpa beracuan dengan RPP. Pembelajaran ini sebagai dasar bagi siswa untuk mengisi angket tanggapan siswa pada skala besar. Hasil analisis angket tanggapan siswa memperoleh rerata skor 83,44%. Hal ini menunjukkan bahwa majalah sains sangat menarik. Sedangkan hasil analisis tanggapan guru memperoleh rerata skor 87,50%. Hal ini menunjukkan bahwa majalah sains juga sangat menarik.

Hasil pengisian angket tanggapan siswa dan guru pada uji skala kecil terdapat perbedaan hasil persentase untuk setiap pernyataan (indikator) yang disajikan dalam angket. Pada hasil angket tanggapan siswa, persentase terkecil terdapat pada pernyataan ke-7 tentang latihan soal yang dapat mengukur kemampuan siswa atau tidak, dengan perolehan persentase sebesar 77,50%. Hal ini dimungkinkan siswa yang terbiasa menghadapi media pembelajaran yang dilengkapi latihan soal dalam bentuk pilihan ganda dan uraian, belum terbiasa menghadapi bentuk soal latihan berupa wordsquare dan matching word yang terdapat dalam majalah sains ini. Sedangkan pada angket tanggapan guru, persentase terkecil terdapat pada pernyataan ke-3 tentang kesalahan dalam pengetikan dan penulisan, dengan perolehan persentase sebesar 75,00% dikarenakan masih terdapat beberapa penulisan kata yang belum sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.

Pada hasil pengisian angket tanggapan siswa dan guru pada uji skala besar juga terdapat perbedaan hasil persentase. Hasil persentase angket tanggapan siswa, persentase terkecil terdapat pada pernyataan ke-10 tentang majalah menarik dan mendorong imajinasi siswa atau tidak dengan perolehan persentase sebesar 80,00%. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki perbedaan dalam menentukan standar menarik atau tidaknya suatu media pembelajaran bagi mereka, sehingga hasil persentase akan bervariasi. Sedangkan pada hasil persentase angket tanggapan guru, persentase terkecil terdapat pada pernyataan ke-4 tentang pembelajaran menggunakan majalah yang dapat mendorong siswa untuk bekerjasam dengan teman atau tidak dengan perolehan persentase sebesar 79,19%. Hal ini dikarenakan rubrik dalam majalah yang seharusnya mampu untuk

mengorganisir kemampuan siswa untuk bekerjasam dengan siswa lain belum terlihat secara jelas.

Pengembangan majalah ini juga menghasilkan sebuah majalah sains dengan karakteristik tertentu. Majalah sains memuat 7 aspek utama contextual