• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keefektifan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Tema Pemanasan Global

3.7 Metode Analisis Data

4.2.3 Keefektifan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Tema Pemanasan Global

latihan yang terdapat di dalam majalah.

Pertemuan keempat, guru menjelaskan tentang cara penanggulangan pemanasan global dan contoh-contohnya. Tahap selanjutnya guru menjelaskan kembali secara singkat materi pemanasan global, dan mengajak siswa untuk menarik kesimpulan. Pada akhir pertemuan, siswa mengerjakan soal postes, dan mengisi angket minat. Nilai pretes, dan postes kemudian dibandingkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, serta hasil angket minat di awal pembelajaran, dan akhir pembelajaran juga dianalisis untuk mengukur peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran IPA menggunakan majalah sains ini.

4.2.3 Keefektifan Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Tema Pemanasan Global

Keefektifan majalah sains berbasis contextual learning tema pemanasan global ini diukur dengan menganalisis hasil belajar, dan minat belajar siswa. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2005). Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud merupakan hasil tes kognitif.

Pada tahap implementasi, hasil tes kognitif siswa tidak hanya diperoleh dari nilai pretes, dan postes, tetapi juga dari nilai tugas. Nilai tugas tersebut meliputi tugas kelompok berupa diskusi, dan tugas individu berupa wordsquare, dan TTS (Teka-teki Sains) yang terdapat dalam majalah. Tugas kelompok diambil dari tugas dalam majalah sains halaman 2 yakni rubrik “Open your mind!”. Siswa terbagi dalam 8 kelompok, dan masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Nilai tugas diskusi memiliki bobot 1 kali sebagai

dalam menentukan nilai akhir siswa. Penilaian tugas ini dilihat dari kriteria yang meliputi ketepatan jawaban, dan keluasan siswa dalam menjelaskan jawaban dengan skor 5 untuk masing-masing kriteria. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 85,00, sedangkan nilai terendah adalah 75,00. Sementara rerata nilai yang diperoleh adalah 79,58.

Nilai tugas individu diambil dari nilai tugas wordsquare, dan TTS (Teka-teki Sains). Kedua tugas tersebut berada dalam majalah sains halaman 23 sebagai tugas pertama, dan halaman 24 sebagai tugas kedua. Tugas invidu ini memiliki bobot 2 kali dalam menentukan nilai akhir siswa. Penilaian tugas individu dilihat dari jumlah jawaban benar untuk masing-masing tugas. Analisis data nilai akhir siswa diperoleh rerata nilai untuk tugas individu pertama adalah 83,66, dan rerata nilai yang diperoleh untuk tugas individu kedua adalah 85,00. Data selengkapnya terdapat dalam lampiran 28.

Seperti yang disebutkan dalam hasil penelitian bahwa nilai akhir siswa merupakan hasil belajar. Hasil analisis nilai akhir siswa diperoleh bahwa, rerata nilai akhir kelas sejumlah 36 orang siswa adalah 82,82 dengan nilai tertinggi 94,00, dan nilai terendah 72,50. Nilai tersebut mempelihatkan hasil belajar yang cukup baik, karena perbedaan nilai tertinggi dengan terendah tidak terlalu berbeda jauh.

Peningkatan hasil tes kognitif siswa sendiri dilihat dari uji N-gain terhadap hasil pretes, dan postes. Pretes dilakukan sebelum pembelajaran, sedangkan postes dilakukan setelah pembelajaran menggunakan majalah sains berbasis contextual

learning. Soal yang diberikan berupa 20 butir soal yang terdiri dari 15 butir soal

pilihan ganda, dan 5 butir soal uraian. Soal yang digunakan merupakan soal yang telah diuji validitas, dan realibitas-nya sebelum masuk ke tahap implementasi. Hasil validitas, dan realibitas soal dapat dilihat pada Lampiran 4.

Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 18 diperoleh bahwa, rerata nilai pretes adalah 47,42, dan rerata nilai postes adalah 82,89 dari skor maksimal 100,00. Nilai uji N-gain yang diperoleh adalah 0,67 dengan kriteria sedang. Nilai tersebut dapat menggambarkan adanya peningkatan yang signifikan. Menurut Colleta (2007), peningkatan umumnya tercapai antara rentang skor 0,3-0,6. Hal

ini juga sejalan dengan hasil penelitian Sabil (2011) bahwa, penerapan contextual

learning dalam pembelajaran mampu meningkatkan kualitas belajar yang

mencapai 87,10% dengan peningkatan hasil tes kognitif mencapai 77,00%. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan signifikan terhadap hasil belajar dala suatu pembelajaran berbasis contextual learning. Selain itu juga dikarenakan majalah sains berbasis contextual learning memiliki beberapa kelebihan.

Kelebihan contextual learning yakni, majalah sains menuntun siswa untuk belajar sesuai kecepatan belajar mereka-masing-masing tanpa bergantung jam belajar di sekolah. Siswa yang menggunakan majalah sains sebagai suplemen untuk belajar, menyusul ketertinggalan di kelas dengan belajar mandiri. Siswa juga diajak untuk berpikir logis, aplikatif, dan secara berulang-ulang sehingga materi yang diserap lebih maksimal. Siswa juga dituntut untuk aktif dalam pembelajaran (Aqib, 2013). Contoh dalam bentuk gambar, foto, atau skema yang menarik ikut meningkatkan kemauan siswa untuk belajar lebih keras.

Keefektifan majalah sains berbasis contextual learning juga diukur dari peningkatan minat belajar siswa yang diukur menggunakan metode ARCS. Metode ARCS merupakan metode efektif untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa dalam hal ini mengetahui pengaruh minat terhadap pembelajaran yang dilihat dari 4 aspek (Keller, 1987). Keempat aspek tersebut adalah attention (perhatian siswa), relevance (relevansi antara media pembelajaran dan kebutuhan siswa), confidence (keyakinan siswa terhadap kemampuan sendiri), dan

satisfaction (kepuasaan siswa terhadap media pembelajaran) yang dijadikan

sebagai indikator dalam angket minat yang digunakan dalam penelitian ini.

Angket minat diberikan pada awal, dan akhir pembelajaran atau sebelum, dan sesudah pembelajaran. Pada penelitian ini pengisian angket dilakukan pada pertemuan pertama sesudah pretes, dan pertemuan terakhir sesudah postes. Angket tersebut diadaptasi, dan dimodifikasi dari angket yang dikembangkan Keller (1987) yang memuat 50 pernyataan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini memuat 25 butir pernyataan yang terdiri dari tujuh butir pernyataan untuk aspek attention, delapan butir pernyataan untuk aspek relevance, lima butir pernyataan untuk aspek confidence, dan lima butir pernyataan untuk aspek

satisfaction. Tiap aspek terbagi lagi menjadi dua jenis pernyataan yakni, pernyataan positif, dan negatif. Jawaban yang harus dipilih siswa berupa rentang skor antara 1-4, dengan kriteria untuk pernyataan positif semakin besar skor yang dipilih, maka semakin besar pula nilai yang diperoleh. Sementara untuk pernyataan negatif semakin besar skor yang dipilih, maka semakin kecil nilai yang diperoleh.

Hasil analisis angket minat belajar siswa diperoleh, rerata nilai angket minat sebelum pembelajaran adalah 2,99, sementara rerata nilai angket minat setelah pembelajaran adalah 3,17 dengan kriteria baik. Analisis peningkatan minat belajar siswa memperoleh rerata nilai 0,19 dengan kriteria peningkatan rendah. Secara detail peningkatan untuk tiap aspek adalah 0,23 untuk attention, 0,20 untuk

relevance, 0,16 untuk confidence, dan 0,16 untuk satisfaction. Setiap aspek

menghasilkan nilai peningkatan yang berbeda, meskipun tidak signifikan.

Aspek attention yang merujuk pada perhatian siswa mempunyai kenaikan tertinggi dibanding ketiga aspek lainnya, hal ini menunjukkan bahwa perhatian siswa lebih mendominasi dalam minat belajar menggunakan majalah sains ini. Hal ini dimungkinkan karena contextual learning yang pada dasarnya berpusat pada siswa, menuntut siswa untuk lebih berkonsentrasi saat pembelajaran sehingga perhatian siswa menjadi meningkat. Keadaan yang berbeda terjadi pasa aspek confidence, dan satisfaction dimana peningkatan kedua aspek ini paling rendah dibanding kedua aspek lainnya yakni sebesar 0,16. Aspek confidence yang merujuk pada keyakinan siswa terhadap kemampuan sendiri, dan aspek

satisfaction yang merujuk pada kepuasaan siswa belum dapat meningkat secara

signifikan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut seperti, perbedaan karakter siswa dalam menentukan tolak ukur keyakinan dan kepuasaan masing-masing berbeda, sehingga memicu kemampuan majalah sains untuk meningkatkan keyakinan dan kepuasan siswa tidaklah sama (Keller, 1987). Waktu pengisian angket juga turut andil dalam mempengaruhi hasil pengisian angket. Dimungkinkan pengisian angket setelah postes memicu siswa tergesa-gesa dalam menentukan jawaban untuk setiap pernyataan dalam angket, sehingga hasil pengisian angket tidak benar-benar menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

Menurut Keller, banyak hal yang secara umum mempengaruhi hasil meningkat atau tidaknya minat belajar siswa selain beberapa hal di atas, seperti kemampuan guru dan media dalam mengorganisasi kelas, keaktifan siswa, maupun kurangnya kebebasan berpikir bagi siswa yang tersedia dalam pembelajaran maupun media yang digunakan (Maidiyah, 2013). Siswa yang merasa terkekang dalam suatu pembelajaran yang terikat, dan penuh tuntutan dapat mempengaruhi peningkatan yang tidak begitu besar. Begitu pula jika kemampuan guru maupun media kurang dalam mengorganisasi kelas, maka kemampuan, dan keingintahuan siswa tidak dapat tercapai dengan maksimal. Hal ini sekaligus menjelaskan adanya sedikit peningkatan pada keempat aspek minat secara langsung.

Hasil peningkatan hasil belajar siswa yang tergolong sedang berhubungan erat dengan hasil peningkatan minat belajar siswa. Minat belajar siswa berkaitan erat dengan keaktifan siswa yang selanjutnya akan menentukan hasil belajar siswa. Minat belajar yang rendah menyebabkan siswa tidak menyerap pembelajaran secara maksimal, sehingga hasil belajar siswa belum menunjukkan adanya peningkatan yang tinggi.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa majalah sains berbasis contextual learning tema pemanasan global berhasil diterapkan, dan layak digunakan sebagai sumber belajar alternatif bagi siswa kelas VII SMP/MTs untuk meningkatkan hasil tes kognitif, dan minat belajar siswa. Khususnya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dalam hasil uji N-gain sebesar 0,67 dengan kriteria “Sedang.”

70

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Pada Tema Pemanasan Global yang dikembangkan layak digunakan sebagai bahan ajar untuk siswa SMP/MTs sesuai dengan kriteria kelayakan yang diadaptasi dan dimodifikasi dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan rerata skor untuk kelayakan isi, bahasa, serta penyajian, dan kegrafikan berturut-turut sebesar 3,81; 3,51; dan 3,72 dengan kriteria “Layak.”

2. Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Pada Tema Pemanasan Global yang dikembangkan efektif sebagai bahan ajar untuk siswa MTs dengan N-gain sebesar 0.67 dengan kriteria sedang, meskipun dengan peningkatan minat belajar siswa sebesar 0,19 dengan kriteria rendah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat peneliti sampaikan antara lain:

1. Majalah Sains Berbasis Contextual Learning Pada Tema Pemanasan Global yang dikembangkan pada penelitian ini disarankan untuk digunakan dalam proses pembelajaran IPA Terpadu di SMP/MTs kelas VII.

2. Penelitian dapat dikembangkan ke tahap implementasi yang lebih luas yaitu produksi secara massal dengan menggunakan sampel yang lebih luas.

3. Kerangka dalam majalah sains pada penelitian ini dapat diadaptasi untuk mengembangkan bahan ajar pada materi yang lain.

4. Majalah sains berbasis contextual learning ini dapat dijadikan suplemen media pembelajaran IPA bagi siswa SMP/MTs.