• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pangan rekayasa genetika pada ibu rumah tangga perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pangan rekayasa genetika pada ibu rumah tangga perkotaan"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

PADA IBU RUMAH TANGGA PERKOTAAN

NUR RISKA TADJOEDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pangan Rekayasa Genetika pada Ibu Rumah Tangga Perkotaan adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 2009

(3)

NUR RISKA TADJOEDIN. Analysis Determinant Factors of Acceptability genetically modified foods ( GMO) among urban housewives’. Find guidance by HARDINSYAH, HANDEWI PURWATI SALIEM dan MD. DJAMALUDIN

This research was aimed analyzing factors determined acceptability of genetically modified foods (GMO) among urban housewives’. Factor were analyzed in the research are economic status, education level, housewives’ occupation, knowledge, perception and residency (Jakarta, Surabaya and Medan) on acceptability of GMO. The study applied a cross sectional design with sample of 450 housewives’ in Jakarta, Surabaya and Medan. A logistic regression analysis was applied to analy ze the determinant factors of housewives’ acceptance on GMO. The results of the study show the determinants are economic status (positively associated), knowledge, perception and recidency on GMO (positively associated). Acceptability and perception of housewives’ was different among the three cities and economic status, but the knowledge is not different for poor among the three cities.

Key Words:

(4)

Penerimaan Pangan Rekayasa Genetika pada Ibu Rumah tangga Perkotaan. Dibimbing oleh HARDINSYAH, HANDEWI PURWATI SALIEM dan MD. DJAMALUDIN.

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga di perkotaan terhadap

Pangan Rekayasa Genetika (PRG). Sedangkan tujuan khususnya a. Mengidentifikasi penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG,

b. Menganalisis perbedaan penerimaan PRG Ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal dan status ekonomi, c. Menganalisis hubungan faktor-faktor (status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan Ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal) dengan penerimaan PRG, dan d. Menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Peubah independen (status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, persepsi, dan kota tempat tinggal) yang diasumsikan berhubungan dengan peubah dependen (penerimaan) diamati sekaligus pada saat yang bersamaan.

Contoh dalam penelitian ini adalah Ibu–Ibu rumah tangga yang berasal dari kota Jakarta, Surabaya dan Medan. Pemilihan lokasi tersebut karena memiliki kepadatan populasi yang tinggi sehingga membuat lebih sederhana dalam mencari sasaran (Stakeholders) yang bervariasi, selain itu pangan PRG relatif lebih banyak beredar di perkotaan seperti kedelai impor dari Amerika. Pengambilan contoh ini dilakukan secara sengaja.

Data penelitian yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Secara umum data primer yang dikumpulkan meliputi identitas responden, pengetahuan dan persepsi responden tentang PRG, tentang ciri dan keberadaan PRG dalam kehidupan sehari-hari (pangan), kemungkinan sisi baik dan buruk PRG; serta tindakan responden terhadap Pangan Rekayasa Genetika (PRG) bagi dirinya dan bagi orang disekitarnya. Data primer tersebut dikumpulkan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Data sekunder meliputi dokumen/laporan tentang penggunaan benih, luas tanam dan produksi pangan rekayasa genetika (PRG). Dokumen tentang regulasi, kesepakatan, pedoman dan standar tentang atau yang berkaitan dengan PRG baik nasional maupun internasional.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 for windows. Uji Kruskall Wallis, 1997 digunakan untuk menguji perbedaan penerimaan Ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal menurut status ekonomi. Untuk menguji hubungan antara faktor-faktor (status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal) dengan penerimaan PRG dipergunakan uji korelasi Spearman dan uji chi square Contingency Coeficient. Sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan dipergunakan analisis regresi logistik.

(5)

Jakarta lebih menerima PRG.

Hasil analisis penerimaan tersebut didukung oleh hasil uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara Jakarta, Surabaya dan Medan menurut status ekonomi. Hasil pengujian menurut status ekonomi miskin dan tidak miskin maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam penerimaan di tiga kota. Faktor pengetahuan menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara ketiga kota sedangkan faktor persepsi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara ketiga kota menurut status ekonomi.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan PRG adalah status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal. Faktor status ekonomi menunjukkan adanya hubungan yang positif artinya status ekonomi tidak miskin lebih menerima PRG dibandingkan status ekonomi miskin. Faktor pengetahuan menunjukkan adanya hubungan yang negatif artinya pengetahuan yang tidak baik lebih menerima PRG dibandingkan yang mempunyai pengetahuan yang baik. Faktor persepsi juga menunjukkan hubungan yang positif dimana semakin meningkat persepsi maka semakin meningkat penerimaannya. Selain faktor status ekonomi, pengetahuan dan persepsi, faktor kota tempat tinggal menunjukkan hasil yang sama yaitu adanya hubungan yang positif dengan penerimaan PRG.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan PRG adalah status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal. Berdasarkan faktor status ekonomi menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan yang didukung oleh nilai OR yaitu 4.42 yang mempunyai makna bahwa terdapat 4.42 kali Ibu rumah tangga yang tidak miskin akan menerima PRG dibandingkan yang berasal dari kategori miskin. Faktor pengetahuan mempunyai nilai OR yaitu 0.51 yang mempunyai makna yaitu 0.51 kali Ibu rumah tangga yang berpengetahuan baik akan menerima PRG dibandingkan ibu rumah tangga yang berpengetahuan tidak baik. Menurut faktor persepsi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan yang didukung oleh nilai OR yaitu 1.93 yang mempunyai makna yaitu 1.93 kali artinya semakin meningkat persepsi Ibu rumah tangga terhadap PRG maka akan semakin meningkat penerimaan terhadap PRG. Faktor kota tempat tinggal menunjukkan hasil bahwa Ibu rumah tangga di Medan lebih menerima PRG dibandingkan Ibu rumah tangga di Jakarta dan Surabaya dengan Odd Ratio yang lebih tinggi (1.75) artinya 1.75 kali Ibu rumah tangga di Medan lebih menerima dibandingkan Jakarta dan Surabaya.

Disarankan perlu adanya penyebarluasan informasi dari segi manfaat dan kerugian PRG untuk dapat meningkatkan penerimaan Ibu rumah tangga terhadap PRG, pengalokasian sumber daya untuk penelitian yang lebih mendalam terkait dengan pemasaran produk yang mengandung PRG serta pengoptimalan peranan pakar yang berada di lingkungan konsumen dalam meningkatkan pengetahuan tentang PRG sehingga persepsi konsumen terhadap PRG akan semakin baik.

Kata Kunci :

(6)

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

PADA IBU RUMAH TANGGA PERKOTAAN

NUR RISKA TADJOEDIN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penerimaan Pangan Rekayasa Genetika pada Ibu Rumah Tangga Perkotaan

Nama : Nur Riska Tadjoedin NRP : I 051060121

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Ketua

Dr. Ir. Handewi P.S. Rachman, MS Ir. MD. Djamaludin, M. Sc Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Gizi Masyarakat

Dr.Ir. Hadi Riyadi, MS Prof. Dr . Ir . Khairil A. Notodiputro, MS

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia – Nya sehingga penulisan tesis dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pangan Rekayasa Genetika pada Ibu Rumah Tangga Perkotaan” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Gizi Masyarakat Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tesis ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan doa, dukungan, semangat, arahan, bimbingan serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak, untuk itu sebagai ungkapan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku ketua komisi pembimbing serta Dr. Ir. Handewi P.S. Rachman, MS, dan Bapak Ir. MD. Djamaludin, M.Sc, selaku anggota komisi pembimbing atas pengarahan, bimbingan, saran dan wawasan pengetahuan yang diberikan dengan penuh kesabaran mulai dari penulisan proposal hingga penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih Pengelola Program Hibah Kompetisi A3 yang telah memberikan bantuan dana pendidikan selama penulis menempuh pendidikan di IPB. Selain itu juga disampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor dan Dekan Fakultas Teknik serta Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri Jakarta atas kesempatan berharga yang telah diberikan pada penulis untuk mengembangkan potensi diri.

Khusus kepada kedua orang tua yang penulis cintai, ayahanda H. Novel Tadjoedin dan Ibunda Hj. Dewi Solaihayati serta mertua yang penulis hormati ayahanda H. Hisyam dan Ibunda Hj. Rosiyah yang tiada hentinya memberikan supprot, perhatian dan kasih sayang serta doa-doa yang tulus untuk penulis.

(10)

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada suami tercinta, H. Radiatna Hismantoro, SE yang penuh pengertian dan pengorbanan, terima kasih atas kesabaran, doa yang selalu dipanjatkan dan dorongan semangat serta keikhlasan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Pascasarjana IPB.

Akhirnya penulis menyadari dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, maka sewajarnya kekurangan tersebut menjadi kendala dan kekurangsempurnaan dalam penyusunan Tesis ini. Demi kesempurnaan Tesis ini selanjutnya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga Tesis ini bermanfaat.

Bogor, 2009

(11)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 April 1979 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Novel Tadjoedin dan Ibu Hj. Dewi Solaihayati. Penulis dikarunia seorang putra, Adlan Muhammad Arka dari suami tercinta H. Radiatna Hismantoro, SE.

Pendidikan yang penulis tempuh dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 13 Tangerang yang lulus pada tahun 1991, Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Tangerang lulus tahun 1994 dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Tangerang lulus tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Negeri Jakarta melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Program Studi Tata Boga, Fakultas Teknik dan lulus tahun 2002.

Setelah lulus S1, penulis menjadi asisten dosen hingga penulis diterima sebagai staf pengajar pada Program Studi Pendidikan Tata Boga Jurusan IKK FT UNJ pada bulan Januari 2004 hingga sekarang.

(12)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 5

Manfaat ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Produk Rekayasa Genetika ... 7

Peraturan Perundang-undangan ... 12

Sosialisasi PRG ... 14

Ibu Rumahtangga Sebagai Konsumen ... 15

Pengetahuan ... 16

Persepsi ... 18

Penerimaan ... 21

KERANGKA PEMIKIRAN ... 24

METODE Desain, Tempat dan Waktu ... 26

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh ... 26

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 28

Pengolahan dan Analisis Data ... 29

Definisi Operasional ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ibu Rumah Tangga ... 37

Penerimaan Ibu Rumah tangga Terhadap PRG Menurut Kota Berdasarkan Status Ekonomi ... 39

Pengetahuan Ibu Rumah tangga Terhadap PRG Menurut Kota Berdasarkan Status Ekonomi ... 41

Persepsi Ibu Rumah tangga Terhadap PRG Menurut Kota Berdasarkan Status Ekonomi ... 47

Kategori Peubah yang Diduga Mempengaruhi Penerimaan PRG . 51 Analisis Hubungan Masing-masing Faktor dengan Penerimaan PRG ... 54

(13)

Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(14)

1. Luas tanam dan jenis tanaman PRG (2006) ... 2

2. Jenis dan status tanaman transgenik di Indonesia (2008) ... 11

3. Jenis dan Cara pengumpulan Data ... 29

4. Skala pengukuran Variabel Penelitian ... 33

5. Sebaran ibu rumah tangga berdasarkan karakteristik demografi menurut kota tempat tinggal ... 37

6. Sebaran persentase jawaban pada setiap faktor penerimaan PRG Ibu rumah tangga di Jakarta berdasarkan status ekonomi ... 39

7. Sebaran persentase jawaban pada setiap faktor penerimaan PRG Ibu rumah tangga di Surabaya berdasarkan status ekonomi ... 40

8. Sebaran persentase jawaban pada setiap faktor penerimaan PRG Ibu rumah tangga di Medan berdasarkan status ekonomi ... 40

9. Sebaran tingkat penerimaan Ibu rumah tangga terhadap PRG .... 41

10. Sebaran persentase jawaban pada setiap faktor pengetahuan PRG Ibu rumah tangga di Jakarta berdasarkan status ekonomi ... 42

11. Sebaran persentase jawaban pada setiap faktor pengetahuan PRG Ibu rumah tangga di Surabaya berdasarkan status ekonomi ... 43

12. Sebaran persentase jawaban pada setiap faktor pengetahuan PRG Ibu rumah tangga di Medan berdasarkan status ekonomi ... 44

13. Hasil penelitian terhadap bahan dan produk yang mengandung PRG 45

14. Sebaran tingkat pengetahuan Ibu rumah tangga terhadap PRG ... 46

15. Sebaran persentase jawaban pada setiap faktor persepsi PRG Ibu rumah tangga di Jakarta berdasarkan status ekonomi ... 47

16. Sebaran persentase jawaban pada setiap faktor persepsi PRG Ibu rumah tangga di Surabaya berdasarkan status ekonomi ... 48

17. Sebaran persentase jawaban pada setiap faktor persepsi PRG Ibu rumah tangga di Medan berdasarkan status ekonomi ... 49

(15)

20. Hasil uji hubungan masing-masing faktor dengan Penerimaan PRG 55 21. Distribusi Ibu rumah tangga berdasarkan penerimaan menurut

status ekonomi ... 56 22. Distribusi Ibu rumah tangga berdasarkan penerimaan menurut

tingkat pendidikan ... 57 23. Distribusi Ibu rumah tangga berdasarkan penerimaan menurut

pekerjaan ibu ... 58 24. Distribus i Ibu rumah tangga berdasarkan penerimaan menurut

pengetahuan ... 58 25. Distribusi Ibu rumah tangga berdasarkan penerimaan menurut

persepsi ... 59 26. Distribusi Ibu rumah tangga berdasarkan penerimaan menurut

(16)

Halaman

1. Perkembangan luas tanam kedelai PRG di dunia (Juta Hektar) ... 9

2. Perkembangan luas tanam jagung PRG di dunia (Juta Hektar) ... 10

3. Kerangka pemikiran analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PRG pada Ibu rumah tangga perkotaan ... 25

4. Teknik penarikan contoh ... 27

5. Sebaran Status ekonomi ... 51

6. Sebaran Tingkat pendidikan ... 51

7. Sebaran Pekerjaan ... 52

8. Sebaran Pengetahuan ... 52

9. Sebaran Persepsi ... 53

(17)

Halaman

1. Sebaran peubah yang menentukkan penerimaan ... 71

2. Hasil analisis Regresi Logistik ... 73

3. Foto kegiatan pengambilan data ... 78

(18)

Latar Belakang

Bioteknologi modern merupakan hasil penerapan organisme hidup yang bagian-bagiannya mempunyai susunan genetik baru (Pasal 1 PP No.21 Tahun 2005 tentang keamanan hayati). Perkembangan baru dalam bidang bioteknologi memiliki berbagai kemungkinan pemanfataannya seperti pemindahan sifat genetik antar makhluk hidup, yang hasilnya dikenal dengan istilah Produk Rekayasa Genetika (PRG). Genetically Modified Organisms atau Produk Rekayasa Genetika (pangan rekayasa genetika) atau organisme hasil modifikasi genetik (OHMG) secara umum diartikan sebagai suatu organisme yang memiliki material genetik yang diperoleh dari teknik rekayasa genetika. Perkembangan pemanfaatan teknologi rekayasa genetika (GMO) melalui rekombinasi DNA, telah menghasilkan produk rekayasa genetika atau tanaman transgenik yang mempunyai sifat-sifat baru yang diinginkan untuk mengatasi kendala utama dalam rangka meningkatkan pertanian, menghasilkan produk pangan yang lebih berkualitas dan meningkatkan daya saing produk di pasar global. Prinsip umum dalam menghasilkan pangan rekayasa genetika dilakukan dengan mengintroduksi material genetik baru ke dalam genom individu (Chang et al 1973). Pasal 1 angka 7 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik menyebutkan bahwa produk rekayasa genetik atau organisme hasil modifikasi genetik yang selanjutnya disebut Pangan Rekayasa Genetika adalah organisme hidup, yang bagian–bagian hasil olahannya mempunyai susunan genetik baru dari hasil penerapan bioteknologi modern (Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005).

(19)

USA, Argentina, Brazil, Canada, India dan China (ISAAA, 2007). Luas tanam kapas meningkat tiga kali lipat dari 1.3 juta hektar menjadi 3.8 juta hektar. PRG berupa tomat, pepaya, alfalfa dan beras masih kecil luas tanamnya (Tabel 1). Seluas 4000 hektar padi PRG ditanam di Iran.

Selama dekade terakhir luas tanam kedelai PRG di dunia meningkat pesat dari di bawah dua hektar pada tahun 1996 menjadi sekitar 55 juta hektar pada tahun 2006. Luas tanam jagung PRG juga meningkat pesat selama dekade terakhir meskipun tidak sepesat perkembangan peningkatan luas tanaman kedelai. (ISAAA (International Service for the Acquisition of Agri-Biotech Applications) 2007).

Tabel 1. Luas Tanam dan Jenis Tanaman Produk Rekayasa Genetika (PRG) 2006

No Negara Luas Tanam

(Juta Ha) Jenis Produk Rekayasa Genetika

1 USA 54,6 Kedelai, jagung, kapas, beras squash, pepaya,alfafa

2 Argentina 18,0 Kedelai, jagung, kapas

3 Brasil 11,5 Kedelai, kapas

4 Canada 6,1 Beras, jagung, kedelai

5 India 3,8 Kapas

6 China 3,5 Kapas

7 Paraguay 2,0 Kedelai

8 South Africa 1,4 Jagung, kedelai, kapas

9 Uruguay 0,4 Kedelai, jagung

10 Philippines 0,2 Jagung

11 Australia 0,2 Kapas

12 Romania 0,1 Kedelai

13 Mexico 0,1 Kapas, kedelai

14 Spain 0,1 Jagung

15 Colombia <0,1 Kapas

16 France <0,1 Jagung

17 Iran <0,1 Beras

18 Honduras <0,1 Jagung

19 Czech Republic

<0,1 Jagung

20 Germany <0,1 Jagung

21 Portugal <0,1 Jagung

22 Slovakia <0,1 Jagung

Sumber: ISAAA Briefs No 35-2006

(20)

tahun 2000 lalu, dengan produksi diperkirakan tiga kali lipat lebih besar dibanding kapas lokal. Malaysia mengembangkan riset PRG untuk tanaman pangan, tanaman industri, hias dan kehutanan. Sedangkan Thailand mengembangkan riset PRG dan uji lapang komoditas tomat, jagung, kacang panjang dan kapas (Sitepu 2001).

Selain aspek riset dan uji coba lapang, di Indonesia juga beredar beberapa produk PRG impor seperti kedelai, jagung dan komponen-komponen dari kedelai dan jagung PRG yang diimpor. Berbagai komponen kedelai seperti isolat protein, lecithin dan lainnya diproduksi secara massal dari kedelai PRG. Selain itu, gula sirup jagung dari jagung PRG. Komponen-komponen ini digunakan untuk bahan tambahan pangan atau ingredient makanan/minumnan dalam industri pangan. Demikian pula jagung PRG untuk ternak diimpor untuk pakan ternak dan hasil ternaknya dimakan penduduk Indonesia.

Pesatnya pertumbuhan populasi dunia, sangat membutuhkan upaya peningkatan suplai pangan yang demikian besar pula. Salah satu alternatif upaya penyelesaian masalah pangan adalah dengan adanya teknologi transgenik (Matsui, Miyazaki, Kasamo 1997). Perkembangan transgenik yang luar biasa dalam tiga tahun terakhir membawa kekhawatiran dan persepsi masyarakat umum terutama Ibu rumah tangga yang dalam hal ini merupakan individu yang sangat penting dalam penentuan konsumsi pangan keluarga. Namun kekhawatiran dan persepsi ini telah muncul lebih seperempat abad lalu setelah Herbert Boyer dan Stanley Cohen pada tahun 1973 berhasil untuk pertama kalinya mengembangkan transgenik, meskipun secara alamiah rekombinasi DNA sebenarnya juga terjadi (BPPT 2000).

(21)

Ditengah semakin meningkatnya produksi dan penggunaan PRG, tahun 2007 dilakukan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengetahuan, persepsi dan harapan masyarakat tentang PRG serta merumuskan implikasi alternatif kebijakan PRG terhadap kebijakan pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia. Masyarakat dalam hal ini adalah pihak pemangku kepentingan yang mencakup rumah tangga, petani, pimpinan instansi pemerintah dan pimpinan instansi non pemerintah. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan melalui kerjasama perguruan tinggi dengan Departemen Pertanian yang salah satunya terpusat pada Ibu rumah tangga sebagai konsumen pangan dan produk pertanian.

Perkembangan bioteknologi telah membawa populasi manusia dengan cepat ke masa depan. Searah dengan adanya perkembangan pangan rekayasa genetika harus tetap terkontrol sehingga tidak menimbulkan kerugian tetapi akan membawa manfaat atau dampak positif.

Faktor pendukung perkembangan pangan rekayasa genetika ini salah satunya adalah pengetahuan, dimana dengan pengetahuan dapat lebih menekankan kepada pengamatan dan pengalaman. Pengetahuan konsumen akan penggunaan atau pengkonsumsian pangan rekayasa genetika akan mempengaruhi penerimaan. Hal ini dapat dianalisis dengan adanya aspek–aspek yang dapat menggambarkan bahwa Ibu rumah tangga mengetahui akan pangan rekayasa genetika atau tidak, sampai kepada bagaimana penerimaannya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diduga bahwa pengetahuan, tingkat pendidikan, pekerjaan, status ekonomi dan kota tempat tinggal akan berhubungan dengan pembentukkan persepsi Ibu rumah tangga yang kemudian akan mempengaruhi keputusan untuk menerima atau mengkonsumsi. Menurut Setiadi (2003), persepsi timbul akibat adanya keadaan yang merupakan tanggapan indera penerimaan secara cepat terhadap suatu rangsangan dasar. Persepsi merupakan proses bagaimana rangsangan–rangsangan itu diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan.

(22)

informasi sebelumnya. Dalam melakukan kajian tersebut, penulis melakukan survey untuk mengetahui sejauh mana masyarakat, khususnya ibu rumah tangga di perkotaan telah mengenal dan dapat menerima PRG dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi : a) Bagaimana penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG ?, b) Apakah terdapat perbedaan penerimaan Ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal dan status ekonomi ?, c) Apakah terdapat hubungan faktor-faktor (status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan Ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal) dengan penerimaan PRG ?, dan d) Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG ?.

Tujuan

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga di perkotaan terhadap Pangan Rekayasa Genetika (PRG).

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :

a. Menganalisis penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG. b. Menganalisis perbedaan penerimaan PRG Ibu rumah tangga berdasarkan

kota tempat tinggal dan status ekonomi.

c. Menganalisis hubungan faktor-faktor (status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan Ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal) dengan penerimaan PRG.

d. Menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG.

Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

(23)

2. Sebagai langkah dasar untuk penelitian selanjutnya, sehingga nantinya lebih banyak masyarakat khususnya Ibu rumah tangga yang akan memanfaatkan PRG dalam kehidupan sehari-hari.

3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan program yang tepat bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan untuk lebih mensosialisasikan Pangan Rekayasa Genetika. 4. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pendukung untuk penelitian

(24)

Produk Rekayasa Genetika

Teknologi Rekayasa Genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Misalnya gen pankreas babi ditransplantasikan ke bakteri Escheria coli sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya gen bakteri yang menghasilkan toksin pembunuh hama ditransplantasikan ke tanaman jagung maka akan diperoleh jagung transgenik yang tahan hama tanaman. Gen dari sel kambing susu domba ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri yang kemudian ditumbuhkembangkan di dalam kandungan induknya sehingga lahirlah domba Dolly yang merupakan hewan kloning (cangkokan) pertama di dunia. Demikian pula gen tomat ditransplantasikan ke ikan transgenik sehingga ikan menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan.

Pangan rekayasa genetika biasa disebut dengan trangenik . Transgenik disini berupa tanaman yang mengandung gen dan sudah dimodifikasi atau direkayasa dengan menyelipkan gen dari organisme atau spesies lain dengan tujuan agar tanaman tersebut menghasilkan jenis protein dari organisme atau spesies lain dari mana gen tersebut berasal. Prinsip teknologi transgenik adalah memindahkan satu atau beberapa gen, yaitu potongan DNA yang menyandikan sifat tertentu, dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Dengan demikian, suatu tanaman yang tadinya tidak mempunyai sifat tertentu dapat direkayasa sehingga memiliki sifat tersebut.

Aplikasi bioteknologi melalui teknologi rekayasa genetika (transgenik) telah memasuki sektor pertanian secara luas. Menurut Hikam (2000) keberadaan bioteknologi ini tidak akan terhindarkan. Masalahnya, walau muncul berbagai kontroversi terhadap pertanian dan pangan transgenik, teknologi tersebut kini telah berada di Indonesia dan akan terus berkembang.

(25)

bagi penduduk (Pardey 2001). Menurut Bouis et al (2003) pengembangan PRG dimaksudkan untuk 1) meningkatakan produktifitas pangan atau produk pertanian, 2) meningkatkan jumlah zat gizi atau bio-aktif bermanfaat yang dikandung pangan, 3) meningkatkan mutu zat gizi dan bio-aktif bermanfaat yang dikandung pangan, 4) meningkatkan kualitas penampakan dan citarasa (organoleptik) produk pangan, dan 5) Meningkatkan daya tahan produk dalam proses distribusi dan pemasaran produk pangan. Dengan adanya produk-produk rekayasa genetika tersebut dapat dikatakan bahwa produk rekayasa genetika khususnya bahan pangan mengintroduksi unsur toksis, bahan-bahan asing dan berbagai sifat yang belum dapat dipastikan dan berbagai karakteristik lainnya. Oleh karena itu muncullah berbagai keingintahuan dalam menggunakan dan mengkonsumsi bahan pangan transgenik, salah satunya beras transgenik (golden rice) yang mengandung beta karotene dan karotenoid lainnya yang diperlukan untuk memproduksi vitamin A telah dikembangkan. Beras ini dapat mencegah kebutaan akibat kekurangan vitamin A. Di masa depan, pangan dari organisme yang direkayasa secara genetik akan semakin banyak dikembangkan. Di antaranya adalah bahan pangan yang memiliki lemak rendah, komposisi nutrisi yang lebih baik, umur simpan yang lebih lama atau rasa yang lebih baik.

Dunia pertanian Indonesia sampai saat ini sudah dapat mengakses bahan PRG setidaknya 10 tanaman transgenik, diantaranya jagung, kapas, kacang tanah, kakao, kentang, tembakau, padi, tebu, dan ubi jalar. Bahkan kapas transgenik jenis Bt (artinya rangkaian gen tanaman kapas ini disisipi gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang mengandung racun mematikan untuk hama tertentu), telah mendapat legalisasi pemerintah, lewat SK Menteri Pertanian No. 107/Kpts/KB/430/2/2001, untuk ditanam sebagai varietas unggul di tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan. Keputusan tersebut kontan ditentang oleh para aktifis lingkungan hidup karena dinilai melompati prosedur AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang dipersyaratkan bagi setiap penglepasan jenis hewan atau tanaman baru.

(26)

tahun 2006 (Gambar 1). Luas tanaman Kedelai PRG yang signifikan adalah di USA, Argentina, Brazil, Canada, Paraguay, Uruguay, Meksiko, Afrika Selatan, dan Rumania. Rumania pada tahun 2006 menanam 115 ribu hektar kedelai PRG, namun dilarang oleh European Union (EU) karena negara tersebut baru saja menjadi anggota EU.

Juta (ha)

(tahun)

Gambar 1. Perkembangan Luas Tanam Kedelai PRG di Dunia (Juta Hektar) 1996-2006.

(27)

Juta (ha)

(tahun)

Gambar 2. Perkembangan Luas Tanam Jagung PRG di Dunia (Juta Hektar) 1996-2006.

Indonesia meski tidak tercatat sebagai negara produsen tanaman PRG, tapi kenyataannya beberapa tanaman PRG telah diintroduksi dan ditanam di beberapa propinsi. Sejak tahun 1999 lebih kurang 10 jenis tanaman transgenik yang dihasilkan oleh perusahaan–perusahaan multinasional dan Lembaga Penelitian telah dilakukan uji coba lapangan (Tabel 2), bahkan melalui SK Mentan No. 107/Kpts/KB/430/2/2001 telah dilepas varietas kapas PRG Bt DP 5690B dan ditanam di tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan secara komersial (Intisari 2001).

Indonesia, yang selama ini menjadi negara konsumen pangan hasil rekayasa genetika ini. Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sejak tahun 2001, 2002, dan 2005, terhadap beberapa produk diantaranya panganan yang selama ini merupakan menu kegemaran para konsumen warteg alias 'warung tegal', tahu dan tempe. Dari kedua panganan itu ditemukan kandungan kedelai yang merupakan hasil rekayasa genetika.

(28)

perlu diberlakukan pengkajian resiko dan pengujian terlebih dahulu. Yang meliputi teknik perekayasaan, efikasi dan persyaratan keamanan hayati. Untuk proses itu, peraturan pemerintah tadi juga sudah menunjuk Tim Teknis Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan (TTKHKP) di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Namun sampai sekarang, tim ini belum juga terbentuk. Sehingga produk rekayasa genetika bebas beredar di pasaran.

Pangan yang mengandung materi rekayasa genetika menurut hasil penelitian YLKI adalah produk pangan impor seperti jagung, kedelai, dan kentang olahan. Kebanyakan kedelai transgenik datang dari Amerika yang menguasai 60 persen pasar kedelai dunia. Sedangkan kebutuhan kedelai kita 70 persennya tergantung dari impor. Umumnya kedelai lokal mudah dibedakan secara fisik dengan kedelai impor hasil rekayasa genetika. Kedelai transgenik yang beredar umumnya adalah bentuk yang besar-besar dan bagus butirannya. Sedangkan kedelai lokal umumnya kecil-kecil.

Tabel 2. Jenis dan Status Tanaman transgenik di Indonesia, 2008

Tanamam Sifat Agen Status

Jagung Bt Tahan hama Monsanto dan

Pioneer

Uji lapangan

Jagung Pin ll Tahan hama Balitbio Sedang

dikembangkan

Jagung RR Tahan herbisida Monsanto Uji lapangan

Kacang tanah Tahan virus Balitbiogen &

ACIAR

Uji lapangan

Kedelai Tahan herbisida Monsanto Uji lapangan

Kentang Bt Tahan hama Balitsa/MSU Uji lapangan

Padi Bt &GNA

Tahan hama LIPI Sedang

Dikembangkan

Kedelai Pin II Tahan hama &pin II Balitbiogen Uji laboratorium

Kakao Bt Tahan penggerek

Buah

Balitbiogen Uji laboratorium

Pepaya Tahan virus & CP Balitbiogen,

Balitsa, Balitbun

Uji laboratorium

Tebu Tahan penggerek P3GI Uji laboratorium

(29)

Keanekaragaman hayati merupakan istilah payung untuk menunjukan derajat keanekaragaman alam pada umumnya, secara lebih spesifik istilah tersebut menurut McNeely, dipahami sebagai suatu konsep yang memiliki tiga dimensi yang mencakup konsep keanekaragaman ekosistem (the diversity of ecosystems), keanekaragaman spesies (the diversity of species) dan keanekaragaman genetik dalam spesies (genetic diversity within species). Dari ketiga dimensi tersebut, keanekaragaman ekosistem merupakan dimensi yang terpenting sebab semua organisme hidup berada dan melakukan fungsinya di alam ekosistem. Keanekaragaman genetik dianggap sebagai konsep yang paling fundamental mengingat genus yang ada didalam dan diantara spesies tersebut merupakan bahan dasar dari inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan, industri pertanian yang diperlukan dalam mempertahankan biosfer pada saat terjadinya degradasi lingkungan yang terus berlanjut sampai saat ini.

Peraturan Perundang-undangan

Keberadaan Produk Rekayasa Genetika (PRG, GMOs) bertujuan sebagai upaya manusia dalam mewujudkan ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Ketersedian pangan memiliki arti yang luas dalam hal jumlah, kualitas, dan distribusi sehingga dapat mewujudkan ketahanan pangan. Departemen Pertanian (2003) merumuskan indikator terwujudnya ketahanan pangan (food security) yang kokoh meliputi : (1) ketersediaan pangan bagi masyarakat (food availability), (2) keterjangkauan pangan oleh masyarakat (food accessibility), (3) kelayakan pangan untuk diterima konsumen (consumer acceptability), (4) keamanan untuk dikonsumsi masyarakat (food safety), dan (5) kesejahteraan masyarakat, keluarga, dan perorangan (people’s welfare).

(30)

a. Tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia;

b. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab;

c. Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Berkaitan dengan ketahanan pangan maka peredaran dan pemanfaatan PRG diatur dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention of Biological Diversity) dan suatu Protokol yaitu Protokol Cartagena (Cartagena Protokol). Kedua ketentuan internasional tersebut telah diratifikasi dalam peraturan perundang-undangan yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan BangsaBangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati) dan Undang undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena Tentang Keamanan Hayati atas Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati).

Penjabaran operasional pelaksanaan pengawasan pemanfaatan dan peredaran PRG diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Peraturan pemerintah ini bertujuan meningkatkan hasilguna dan dayaguna PRG bagi kesejahteraan rakyat berdasarkan prinsip kesehatan dan pengelolaan sumberdaya hayati, perlindungan konsumen, kepastian hukum, dan kepastian dalam melakukan usaha. Ruang lingkup yang diatur meliputi : (1) jenis dan persyaratan PRG; (2) penelitian dan pengembangan PRG; (3) pemasukan PRG dari luar negeri; (4) pengkajian, pelepasan dan peredaran, serta pemanfaatan PRG; (5) pengawasan dan pengendalian PRG; (6) kelembagaan; (7) pembiayaan, dan (8) ketentuan sanksi.

(31)

mencukupi sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan pemanfaatan dan peredaran PRG.

Sosialisasi Produk Rekayasa Genetika

Selama hampir dua puluh tahun berbagai upaya telah dilaksanakan di

banyak negara guna mengevaluasi keamanan penggunaan bioteknologi modern,

khususnya menyangkut potensi manfaat yang dinikmati petani dan konsumen di

negara-negara berkembang. Pada prinsipnya dalam aplikasi bioteknologi di

bidang pangan, kesehatan, pertanian, dan lingkungan, masyarakat harus

memperoleh informasi yang transparan tentang manfaat dan resikonya. Ilmuwan,

industri, dan pemerintah dituntut memfasilitasi pemahaman publik sehingga

penggunaan bioteknologi dapat diatur secara efektif dan bertanggungjawab.

Isu utama dalam pemasyarakatan bioteknologi, khususnya produk

transgenik, bukan terletak pada aspek ilmu pengetahuan, riset, dan teknologinya,

tetapi pada jaminan keamanan penggunaannya bagi kesehatan dan lingkungan

(biosafety). Keamanan hayati (biosafety) dicapai melalui penilaian dan

pengelolaan resiko lingkungan, evaluasi potensi konsekuensi ekonomi, dan

membandingkan keduanya terhadap potensi manfaatnya. Pedoman penilaian

keamanan hayati secara internasional dituangkan dalam Protokol Cartagena,

sedang di tingkat nasional tertuang dalam Surat Keputusan Bersama Menteri

Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan

dan Hortikultura pada tanggal 29 September 2000, khusus untuk produk pertanian

PRG.

Pada prinsipnya sebuah pedoman keamanan hayati yang efektif memiliki

empat unsur kunci, yaitu : (i) pedoman yang transparan, ilmiah, dan fleksibel; (ii)

pengambilan keputusan yang kompeten; (iii) proses review berdasarkan informasi

ilmiah mutakhir; dan (iv) mekanisme umpan balik dalam merevisi pedoman

berdasarkan informasi terbaru. Tidak optimalnya salah satu dari unsur kunci

tersebut akan berakibat timbulnya perbedaan persepsi di dalam menilai kelayakan

pemasyarakatan produk transgenik. Lebih jauh lagi, ketidakjelasan peraturan akan

menimbulkan kebingungan, baik di pihak masyarakat maupun instansi- instansi

(32)

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, Kantor Menteri Negara Riset dan

Teknologi menyarankan beberapa langkah strategis yang perlu diambil

pemerintah sebagai berikut : a). Revisi SKB Empat Menteri tersebut di atas

menjadi peraturan yang tingkatnya lebih tinggi (Peraturan Pemerintah atau

Undang- Undang) tentang Produk Transgenik, b). Ratifikasi Protokol Keamanan

Hayati Cartagena, c). Sosialisasi secara luas, transparan, dan seimbang kepada

masyarakat tentang manfaat dan potensi resiko pemanfaatan produk transgenik,

d). Alokasi dana yang memadai di bidang riset dan pembangunan fasilitas

pendeteksian, pengujian, dan evaluasi potensi resiko produk transgenik.

Ibu Rumah Tangga sebagai Konsumen

Negara Indonesia memiliki kepadatan jumlah penduduk yang begitu besar dimana kebutuhan akan sandang, pangan dan papan pun harus dipenuhi juga. Kebutuhan in i sangat dibutuhkan untuk hajat hidup orang banyak. Berkaitan dengan kebutuhan pangan yang harus dipenuhi setiap harinya, dimana kebutuhan pangan yang berasal dari pangan rekayasa genetika. Dalam pemenuhan bahan pangan memerlukan seorang tenaga ahli yang berskala sederhana yaitu ibu rumah tangga, walaupun tidak menutup kemungkinan seorang kepala keluarga yang memutuskan dalam pemenuhan bahan pangan. Ibu rumah tangga adalah bagian dari konsumen yang merupakan seseorang yang akan membeli suatu produk untuk dipakai sendiri dan tidak untuk dijual kembali.

Menurut Sumarwan (1997), perilaku konsumen adalah kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Schiftmann dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumberdaya yang tersedia (waktu, uang, usaha dan energi).

(33)

melakukan kegiatan konsumsi, baik pangan dan non pangan maupun jasa. Konsumen akan menggunakan berbagai kriteria dalam membeli produk dan merek tertentu (Sumarwan 2003).

Ibu rumah tangga sebagai bagian dari konsumen adalah individu yang memiliki keragaman latar belakang budaya, tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh karena itu para pemasar berkewajiban memahami ibu rumah tangga, mengetahui apa yang dibutuhkan, apa seleranya dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga produsen dapat memproduksi barang dan jasa sesuai kebutuhan konsumen.

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk pada proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (Engel, Blackwell dan Miniard 1994). Perilaku konsumen dalam hal ini ibu rumah tangga sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi konsumen dalam perolehan bahan pangan rekayasa genetika (PRG).

Ibu rumah tangga merupakan sosok yang penting dalam pemenuhan kebutuhan, baik dalam hal perencanaan keuangan sampai pada pengelolaan keuangan. Akses pengelolaan diatur sedemikian rupa oleh ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Pada tahap pembelian suatu bahan pangan dimana ibu akan menentukan jenis bahan pangan apa yang akan dibeli dan akan dikonsumsi untuk keluarganya. Mayoritas para ibu rumah tangga memperoleh bahan pangan dengan mudah, baik itu di supermaket atau pasar tradisional. Ibu pun mulai teliti akan produk bahan pangan yang akan dibeli dan dikonsumsi bagi keluarganya, sehingga diperlukan suatu pengetahuan akan perolehan bahan pangan.

Pengetahuan

(34)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 1995).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu cara untuk mendapat dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwewenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti Aristoteles. Pengetahuan dapat diketahui dengan cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan eksperimen seperti dilakukannya metode ilmiah. Pengetahuan juga dapat diturunkan dengan cara logika secara tradisional, otoritatif, atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengujian.

Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu semakin banyak pengetahuan yang dimiliki konsumen maka akan semakin baik pula dalam mengambil keputusan. Selain itu, pengetahuan konsumen menyebabkan konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi serta mampu mengingat informasi dengan lebih baik (Sumarwan 2003). Pengetahuan konsumen terbagi menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan objektif, pengetahuan subjektif dan informasi mengenai pengetahuan lainnya. Pengetahuan objektif adalah informasi yang benar mengenai kelas produk yang disimpan dalam memori jangka panjang konsumen. Pengetahuan subjektif adalah persepsi konsumen mengenai apa dan berapa banyak yang diketahui mengenai kelas produk. Selain itu, konsumen juga memiliki informasi mengenai berbagai pengetahuan lainnya (Sumarwan 2003).

(35)

Menurut Engel, Blackwell & Miniard (1995) pengetahuan dapat meningkatkan kemampuan konsumen untul mengerti suatu pesan, membantu konsumen mengamati logika yang salah dan dapat menghindari penafsiran yang tidak benar. Lebih lanjut Engel, Blackwell & Miniard (1994) menjelaskan bahwa pengetahuan konsumen terhadap suatu barang dibagi dalam tiga jenis yaitu 1) pengetahuan produk (product knowledge), 2) pengetahuan pembelian (purchase knowledge) dan 3) pengetahuan penggunaan (usage knowledge).

Persepsi

Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan lingkungannya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima rangsangan (stimulus) dari lingkungannya. Individu mengenal dan memahami lingkungannya, merupakan persoalan yang berhubungan dengan penginderaan dan pengamatan (sensation dan perception).

Kata persepsi sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu perseptio yang berarti mengambil, mengerti atau menagkap dan dalam bahasa Inggris yaitu perception yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami. Sedangkan dalam bahasa sehari-hari persepsi diartikan sebagai mengerti, memahami atau menyadari. Menurut Jalaludin Rahmat, 1992 persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan atau juga proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Pengertian persepsi yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera (Bimo 2002).

Pada umumnya pengertian persepsi berkisar diantara penginderaan dan pemikiran. Namun demikian persepsi bukan hanya sekedar hasil penginderaan, ada unsur penafsiran (interpretation) terlebih dahulu terhadap stimulus yang diterima. Persepsi merupakan proses penginterpretasian yang merupakan pemaknaan hasil pengamatan.

(36)

objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut. Misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja. Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat otak mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang banyak coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu tulisan menjadi jelek.

Menurut Irawan, Wijaya dan Sudjoni (1997) seseorang dapat muncul dengan persepsi yang berbeda terhadap objek rangsangan yang sama karena tiga proses yang berkenaan dengan persepsi. Proses tersebut adalah penerimaan rangsangan secara selektif, perubahan makna informasi secara selektif dan mengingat sesuatu secara selektif. Muhadjir (1992) menyatakan persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari domain kognitif berupa ekspresi pendapat yang lebih tepat atau kurang tepat. Menurut Cshlosberg dalam Muhadjir (1992) pengukuran persepsi dapat disajikan dalam dua dimensi senang–tidak senang dan menerima–menolak. Selanjutnya Noeng dalam Muhadjir (1992) menyederhanakan pengukuran persepsi dalam bentuk skala penilaian setuju dan tidak setuju.

Persepsi tentang sesuatu merupakan interpretasi atau respon kesadaran sesorang terhadap lingkungan fisik atau stimulasi yang diperolehnya (Hardinsyah dan Yunita 1997). Persepsi juga dinyatakan sebagai proses seseorang mengungkapkan pendapat atau opini dari berbagai stimulus yang diterimanya. Apa yang didengar, dibaca, dilihat, dirasakan dan dibaui oleh seseorang akibat faktor lingkungannya yang akan memberi respon persepsi dari seseorang.

(37)

knowledge). Dalam teori Perilaku Konsumen, persepsi dan pengetahuan seserorang merupakan dua hal yang penting diperhatikan bahkan dijadikan sasaran perubahan untuk tujuan pemasaran. Demikian pula dalam psikologi untuk tujuan terapi (Belch GE dan Belch MA 1995).

Penelitian di Inggris mengenai persepsi konsumen tentang penggunaan produk PRG pada tahun 1996 (lebih detail disajikan pada bagian selanjutnya), menunjukkan bahwa sebagain besar responden menolak menggunakan pangan hasil PRG. Sisi negatif dari penolakan ini adalah tidak berkembangnya perdagangan dan pasar pangan produk PRG. Bagi Inggris yang merupakan negara maju dan masih memungkinkan untuk memproduksi dan membeli pangan non-PRG, tidak menimbulkan masalah food insecurity di negaranya. Tetapi bila hal tersebut terjadi di negara-negara yang padat penduduk dan produksi pangannya tidak memadai (tergantung sebagian pada Impor pangan), seperti indonesia, bisa jadi masalah tersebut dapat menimbulkan masalah ketidaktahanan pangan. Meskipun sebenarnya definisi ketahanan pangan bukan berarti setiap negara harus mampu memproduksi sendiri untuk kebutuhan sendiri (Handewi, P.S. Rachman dan Mewa Ariani, 2002; Hardinsyah, 2001).

(38)

Knight dan Paradkar (2008) menjelaskan bahwa konsumen di India tidak begitu tertarik terhadap isu GMO, masyarakat umumnya tidak memahami dan kurang menyadari akan isu GMO.

Penerimaan

Menurut David L.Ludon (1984) perilaku konsumen adalah sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mempergunakan barang dan jasa. Adapun menurut James F. Engel et al (1994) perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Teori perilaku konsumen ini sejalan dengan penerimaan PRG dimana konsumen yaitu Ibu rumah tangga akan mengevaluasi, memperoleh, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa yaitu Pangan Rekayasa Genetika.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam penerimaan adalah sebagai berikut :

1. Faktor Kebudayaan

a. Budaya : Faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen. Budaya (culture) adalah penyebab paling mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang. b. Subbudaya : Faktor Sosial setiap kebudayaan mengandung sub

kebudayaan yang lebih kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan meliputi: kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah geografis.

2. Faktor Sosial

(39)

3. Faktor Psikologis

Meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan dan keyakinan serta sikap.

Penerimaan seseorang terhadap suatu produk pangan secara umum dapat dilihat dari jumlah yang dikonsumsi. Daya terima pangan dapat juga dinilai dari jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan pangan yang dikonsumsi. Beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap makanan yang disajikan menurut Khumaidi (1994) antara lain :

a. Faktor internal, yaitu suatu kondisi yang ada dalam diri seseorang yang mempengaruhi konsumsi makanannya

b. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu yang dapat mempengaruhi konsumsi makan.

Dengan adanya pernyataan yang dikemukakan oleh Khumaidi 1994 maka faktor internal dan faktor eksternal mempengaruhi pengkonsumsian makanannya. Penerimaan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dipengaruhi pula oleh faktor internal dimana dalam pemenuhan bahan pangan ibu yang menentukan, akan tetapi untuk faktor eksternal dapat dipengaruhi oleh faktor luar dalam hal ini keluarga dimana masing-masing individu menginginkan jenis pangan yang akan dikonsumsi.

Selanjutnya Lisdiana (1997) menambahkan bahwa penerimaan terhadap makanan juga dipengaruhi oleh pengalaman dan respon yang diperlihatkan orang lain terhadap makanan sejak ia masih anak-anak.

Penerimaan suatu makanan ditentukan oleh rangsangan yang timbul melalui panca indera penglihatan, penciuman, pencicip dan indera pendengaran. Namun faktor yang pada akhirnya mempengaruhi penerimaan adalah rangsangan citarasa yang ditimbulkan oleh makanan. Penerimaan lebih ditentukan oleh faktor kesehatan dan kepercayaan, sedangkan kesukaan lebih dipengaruhi oleh selera. Potter & Hotchkiss (1996) menambahkan bahwa penerimaan sangat dipengaruhi oleh mutu produk.

(40)
(41)

Pangan rekayasa genetika merupakan produk hasil pencangkokan dari satu gen ke gen yang lain. Pangan rekayasa genetika juga merupakan suatu produk yang mempunyai kemampuan untuk memenuhi kecukupan pangan dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Dimana keberadaannya sudah beredar dimana-mana, hanya masyarakat umum tidak mengetahui secara pasti akan pangan rekayasa genetika itu.

Keberadaan pangan rekayasa genetika bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia masih asing ditelinga, bahkan tak jarang yang memandang negatif akan produk ini. Akan tetapi di luar negeri, dikarenakan terbatasnya lahan pertanian dan pesatnya teknologi, pangan rekayasa genetika merupakan sesuatu hal yang sudah tidak langka lagi.

Banyak faktor yang menyebabkan pangan rekayasa genetika ini kurang dikenal masyarakat Indonesia, selain kurangnya sosialisasi oleh departemen atau lembaga yang terkait, juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan besarnya pendapatan masyarakat Indonesia. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak pengetahuan dan persepsi positif mengenai pangan rekayasa genetika, sehingga mereka tidak ragu dan takut untuk mengkonsumsi atau menerima produk PRG tersebut. Sebaliknya juga demikian, bila tingkat pendidikannya rendah maka pengetahuan dan persepsi akan pangan rekayasa genetika juga rendah yang pada akhirnya mereka tidak menginginkan untuk mengkonsumsi pangan rekayasa genetika.

(42)

Keterangan :

[image:42.596.113.487.74.621.2]

Peubah yang diteliti Peubah yang tidak diteliti

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PRG pada Ibu Rumah Tangga Perkotaan.

Karakteristik Ibu Rumah Tangga

• Status ekonomi

• Tingkat pendidikan

• Pekerjaan Ibu

• Kota Tempat Tinggal

PENGETAHUAN

Pangan Rekayasa

Genetika

PERSEPSI

Pangan Rekayasa

Genetika * Komunikasi * Interpretasi * Tanggapan

PENERIMAAN

Pangan Rekayasa

Genetika

HARAPAN

• Media Massa

(43)

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian utama yang dilakukan oleh Hardinsyah et al 2007 melalui kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dengan Departemen Pertanian. Penelitian utama menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis sederhana dengan sebaran distribusi. Sedangkan rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional Study yang bersifat deskriptif analitis dengan menjelaskan kekuatan hubungan dan faktor demografi serta status ekonomi yang mempengaruhi penerimaan PRG khususnya kedelai dan olahannya terutama tahu dan tempe.

Penelitian ini dilakukan di tiga kota besar yang dipilih secara sengaja yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga November 2007.

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dan ibu rumah tangga dipilih sebagai responden. Penentuan ibu rumah tangga sebagai responden didasarkan atas asumsi bahwa ibu merupakan anggota keluarga yang berperan sangat besar dalam hal pengadaan dan penyiapan konsumsi di rumah tangga.

(44)

Penentuan kelurahan dari masing–masing kota diambil secara sengaja (purposive) yang berasal dari lima kelurahan dengan prevalensi kemiskinan yang berbeda. Setelah diperoleh informasi mengenai prevalensi kemiskinan rata-rata di setiap kota (berdasarkan data BPS di masing-masing kota), maka dipilih satu kelurahan dengan prevalensi kemiskinan terbawah, satu kelurahan dengan prevalensi kemiskinan teratas dan tiga kelurahan dengan prevalensi kemiskinan di sekitar rata-rata prevalensi kemiskinan kota sebagai tempat pelaksanaan penelitian. Teknik penarikan contoh secara terinci dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4. Teknik Penarikan Contoh. Indonesia

DKI Jakarta Jawa Timur Sumatera Utara

1 Kota (Jakarta)

5 Kelurahan

Kel. Miskin

- Kel. Cipinang Cempedak Kel. Menengah

- Kel. Baru

- Kel. Cipinang Muara - Kel. Kebon Pala Kel. Atas - Kel. Rambutan

150 Rumahtangga 1 Kota (Surabaya) 5 Kelurahan Kel. Miskin - Kel. Kebraon Kel. Menengah

- Kel. Mojo - Kel. Keputih - Kel. Ploso Kel. Atas

- Kel. Gading

150 Rumahtangga 1 Kota (Medan) 5 Kelurahan Kel. Miskin - Kel. Teladan Timur Kel. Menengah

- Kel. Pasar Merah - Kel. Sudi Rejo I - Kel. Sudi Rejo II Kel. Atas

- Kel. Teladan Barat

(45)

Sebanyak 30 rumahtangga dipilih dari setiap kelurahan dengan cara berkonsultasi dengan petugas kelurahan atau ketua tim penggerak Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), sehingga dari setiap kota diperoleh sebanyak 150 responden, dan dari ketiga kota dikumpulkan responden total sebanyak 450 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini dikumpulkan dari data hasil penelitian utama. Adapun jenis data yang dikumpulkan dari studi penelitian utama meliputi data primer dan data sekunder. Secara umum data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden yang mencakup : usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Data mengenai pengetahuan tentang PRG meliputi : pengetahuan tentang istilah PRG, pemahaman tentang PRG, peredaran PRG, manfaat PRG, uji keamanan untuk manusia dan pakan ternak. Data untuk persepsi tentang PRG meliputi : kualitas PRG, nilai gizi, manfaat PRG bagi kesehatan, produktivitas PRG, tahan hama, biaya dan produktivitas PRG serta pestisida yang hemat untuk PRG. Data yang dikumpulkan untuk faktor penerimaan adalah pernah mengkonsumsi PRG, kuantitas konsumsi PRG, produk berformalin yang lebih berbahaya banding PRG, daging ayam yang terinfeksi flu burung yang lebih berbahaya banding PRG, pangan penyebab diare yang lebih berbahaya banding PRG dan pewarna pangan yang lebih berbahaya banding PRG. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan.

Adapun langkah yang dilakukan sebelum ibu rumah tangga mengisi kuesioner yaitu dengan wawancara terlebih dahulu untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan PRG. Enumerator juga memberi arahan dengan menyebutkan salah satu contoh PRG yang sudah umum dan mudah dipahami oleh ibu rumah tangga seperti jenis kacang kedelai impor yang merupakan produk rekayasa genetika dimana mempunyai ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan kacang kedelai lokal.

(46)
[image:46.596.114.493.180.527.2]

PRG baik nasional maupun internasional. Dalam kaitannya dengan penarikan contoh/sampling, di setiap lokasi penelitian diperlukan data sekunder tentang kemiskinan tingkat desa di setiap kabupaten dan kota yang menjadi lokasi penelitian (Hardinsyah, et al 2007).

Tabel 3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

No Jenis Data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik Kuesioner (Usia, Pendidikan, Jumlah anggota keluarga, Sumber pendapatan utama, Besar pengeluaran pangan, Besar pengeluaran non pangan)

2 Penerimaan Kuesioner (pernah mengkonsumsi PRG)

3 Pengetahuan Kuesioner (pengetahuan tentang PRG, pengetahuan tentang istilah PRG, peredaran PRG, manfaat PRG, perlunya uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia, konsumsi pangan berformalin lebih berbahaya dibandingkan PRG, konsumsi daging terinfeksi flu burung lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi makanan penyebab diare berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi pewarna lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG dan perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak)

4 Persepsi Kuesioner (kualitas PRG, pangan PRG mempunyai nilai gizi lebih baik, pangan PRG mempunyai manfaat bagi kesehatan, produktivitas PRG lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lokal sejenis, PRG tahan terhadap serangan hama, PRG memiliki biaya produksi rendah dan keuntungan tinggi, jumlah pemakaian pestisida pada PRG lebih hemat dibandingkan dengan tanaman lokal sejenis)

Pengolahan dan Analisis Data

(47)

tidak miskin, dimana kategori miskin diberi skor 0 dan tidak miskin diberi nilai 1 yang kemudian masing-masing kategori dipresentasekan.

Menurut tingkat pendidikan Ibu rumah tangga diukur berdasarkan jenjang pendidikan yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (Tidak sekolah dan SD), menengah (SLTP dan SLTA) dan tinggi (Perguruan Tinggi). Pengkategorian tersebut diberi skor masing-masing, yaitu kategori rendah diberi skor 0, kategori sedang diberi skor 1 dan kategori tinggi diberi skor 2.

Pekerjaan Ibu rumah tangga diukur berdasarkan profesi yang dijalani saat ini yang dibagi dalam dua kategori yaitu bekerja (PNS, karyawan swasta, buruh, profesional) dan tidak bekerja (hanya sebagai Ibu rumah tangga yang mengurusi keluarganya).

Penerimaan dinilai berdasarkan persentase atas jawaban dari pertanyaan yaitu: pernah mengkonsumsi PRG. Pertanyaan terdiri dari dua pilihan dimana jawaban ya (artinya pernah mengkonsumsi) akan diberi skor 1 dan jawaban tidak (tidak pernah mengkonsumsi) akan diberi skor 0.

Pengetahuan dinilai berdasarkan persentase atas jawaban yang benar dari enam pertanyaan, mengenai pengetahuan tentang pengertian PRG, pengetahuan tentang manfaat PRG, pemahaman tentang defenisi PRG, mengetahui bahwa di Indonesia atau daerah tempat tinggal responden saat ini telah beredar produk pangan PRG, PRG harus mela lui uji keamanan sebelum diedarkan, konsumsi pangan berformalin lebih berbahaya dibandingkan PRG, konsumsi daging terinfeksi flu burung lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi makanan penyebab diare berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi pewarna lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG dan PRG yang akan diolah jadi pakan ternak juga harus melalui uji keamanan sebelum diedarkan.

Tiap pertanyaan terdiri dari dua pilihan dan jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan salah akan diberi skor 0. Total skor dari sepuluh komponen pertanyaan kemudian dipersentasekan untuk ditetapkan menjadi dua kategori pengetahuan yaitu tidak baik dengan batas pengelompokkan skor < 60 persen dan untuk kategori baik apabila skor yang diperoleh > 60 persen.

(48)

lebih baik, PRG punya manfaat bagi kesehatan, produktivitas PRG lebih tinggi dibandingkan produk lokal sejenis, PRG tahan hama, biaya produksi rendah, hemat pestisida.

Tiap pertanyaan terdiri dari dua pilihan dan jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan salah akan diberi skor 0. Total skor dari tujuh komponen pertanyaan kemudian dipersentasekan untuk ditetapkan menjadi dua kategori persepsi yaitu persepsi salah apabila skor yang diperoleh <60 persen dan persepsi benar jika skor yang diperoleh > 60 persen.

Kota tempat tinggal dibedakan atas tiga kota besar yang ada di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan.

Entri data primer dari responden penelitian dilakukan menggunakan program Excel. Entri data dilakukan setelah disiapkan suatu code book, sebagai pedoman entri data. Double entry dilakukan pada 5 persen kuesioner untuk mengecek secara sepintas kesalahan entri data. Kecurigaan akan kemungkinan kesalahan entri menghendaki pengecekan ulang data dari kuesioner, sampai diyakini hasil entri data tersebut benar.

Pengolahan data dilakukan dengan analisis menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 12.0, yang diawali dengan menentukan hasil statistik deskriptif yaitu nilai proporsi untuk setiap kategori dari masing-masing peubah sudah dientri.

(49)

ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal.

Analisis data menggunakan regresi logistik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahapan analisis univariat untuk melihat sebaran data, bivariat atau regresi logistik sederhana yaitu untuk melihat hubungan masing-masing peubah independen dengan penerimaan sebagai peubah dependen. Seterusnya data yang memenuhi kriteria persyaratan, dianalisis dengan uji regresi logistik berganda yaitu untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang secara bersamaan akan berpengaruh terhadap penerimaan PRG pada ibu rumah tangga perkotaan.

(50)

0 1 1 2 2

( ... )

1

1

X X kXk

Y

e

− β β+ +β + +β

=

+

dimana :

Y = penerimaan PRG (1 = menerima, 0 = tidak menerima) X1 = status ekonomi (1 = tidak miskin, 0 = miskin)

X2 = tingkat pendidikan (2 = tinggi, 1 = sedang, 0 = rendah)

X3 = pekerjaan ibu (1 = bekerja, 0 = tidak bekerja)

X4 = pengetahuan tentang PRG (1 = baik, 0 = tidak baik)

X5 = persepsi terhadap PRG (1 = menerima, 0 = tidak menerima)

X6 = kota tempat tinggal (2 = Medan, 1 = Surabaya, 0 = Jakarta)

ßo = intercept

ß1,ß2,...,ß6 = koefisien regresi untuk peubah X1, X2, . . ., X6

e = galat

[image:50.596.132.484.366.593.2]

Adapun skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Skala pengukuran variabel-variabel penelitian

No Variabel Kategori Sumber

1 Pendidikan * Rendah (Tidak Sekolah dan SD)

* Menengah (SLTP dan SLTA) * Tinggi (Perguruan Tinggi)

2 Status Ekonomi * Miskin

* Tidak Miskin

(Jakarta Rp.658.764, Surabaya Rp.345.498,- dan Medan

Rp.391.159)

Data Susenas 2005 (Besar Pengeluaran)

3 Pekerjaan * Tidak Bekerja

* Bekerja

4 Penerimaan * Tidak Menerima : < 60%

* Menerima : > 60% 5 Pengetahuan * Tidak Baik : < 60%

* Baik : > 60%

6 Persepsi * Persepsi Salah : < 60%

(51)

Definisi Operasional

Penerimaan adalah daya terima ibu rumah tangga terhadap suatu produk pangan rekayasa genetika yang mereka konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk penerimaan ini yang merupakan nilai Y dalam regresi logistik berganda dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu menerima diberi skor 1 dan tidak menerima diberi skor 0.

Pangan Rekayasa Genetika (PRG) adalah produk yang secara genetik telah mengalami modifikasi (penyisipan gen tertentu) melalui teknologi penggabungan DNA untuk mendapatkan produk pangan baru yang lebih unggul. Dalam penelitian ini dibatasi pada jenis PRG yaitu kedelai impor dimana dalam beberapa literatur bahwa kedelai impor dapat dikenali dari ukurannya yang relatif besar-besar dibandingkan kedelai lokal.

Ibu Rumah Tangga adalah wanita yang berperan sebagai istri dan ibu untuk anak-anaknya, serta merupakan seseorang yang mengelola pemenuhan pangan keluarga dalam rumah tangga.

Status Ekonomi adalah keadaan tingkat ekonomi ibu rumah tangga yang dikategorikan miskin dan tidak miskin menurut besar pengeluaran pangan dan besar pengeluaran non pangan setiap keluarga berdasarkan data BPS Susenas 2005. Pengkodean skor yaitu tidak miskin diberi skor 1 dan miskin diberi nilai 0.

(52)

Pekerjaan adalah status pekerjaan ibu yang dikategorikan bekerja yaitu meliputi: PNS, Karyawan swasta, Wiraswasta, Buruh, dan Profesional, kategori tidak bekerja yaitu ibu rumah tangga. Pengkodean skor yaitu bekerja diberi skor 1 dan tidak bekerja diberi nilai 0.

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui ibu rumah tangga PRG meliputi: pengetahuan tentang PRG, pengetahuan tentang istilah PRG, pengetahuan peredaran PRG, pengetahuan manfaat PRG, perlunya uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia, konsumsi pangan berformalin lebih berbahaya dibandingkan PRG, konsumsi daging terinfeksi flu burung lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi makanan penyebab diare berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi pewarna lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG dan perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak. Peubah ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu baik yang berarti ibu rumah tangga dapat menjawab > 60% pertanyaan dengan benar yang diberi skor 1 dan tidak baik yang berarti ibu rumah tangga dapat menjawab < 60% pertanyaan yang salah dan diberi skor 0.

(53)
(54)

Karakteristik Ibu Rumah Tangga

[image:54.596.129.477.279.642.2]

Data yang dianalisis pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dengan menyebar kuesioner. Ibu rumah tangga merupakan responden dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini berjumlah 450 Ibu rumah tangga orang yang ditemui di tiga kota yang berbeda yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Karakteristik yang dilihat yaitu usia, tingkat pendidikan, besar pengeluaran pangan, besar pengeluaran non pangan dan jumlah anggota keluarga.

Tabel 5. Sebaran Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Demografi Menurut Kota Tempat Tinggal

Karakteristik Jakarta Surabaya Medan Total

Miskin Tidak Miskin

Miskin Tidak Miskin

Miskin Tidak Miskin

Miskin Tidak Miskin n(%)

Usia (tahun)

20 – 35 36 – 55 > 55 16(53.3) 14(46.7) 0 (0) 44(36.7) 71(59.2) 5(4.2) 13(44.8) 13(44.8) 3(10.3) 48(39.7) 65(53.7) 8(6.6) 15(46.9) 13(40.6) 4(12.5) 22(18.6) 87(73.7) 9(7.6) 44(48.4) 40(44.0) 7(7.7) 114(31.8) 223(62.1) 22(6.1) Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi 0(0) 6(20) 7(23.3) 14(46.7) 3(10) 0(0) 9(7.5) 21(17.5) 65(54.2) 25(20.8) 0(0) 10(34.5) 3(10.3) 11(37.9) 5(17.2) 0(0) 4(3.3) 11(9.1) 42(34.7) 64(52.9) 3(9.4) 6(18.8) 6(18.8) 11(34.4) 6(18.8) 0(0) 12(10.2) 21(17.8) 64(54.2) 21(17.8) 3(3.3) 22(24.2) 16(17.6) 36(39.6) 14(15.4) 0(0) 25(7) 53(14.8) 171(47.6) 110(30.6) Pekerjaan Ibu PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Buruh Profesional Lainnya 1(3.3) 14(46.7) 14(46.7) 0(0) 0(0) 1(3.3) 16(13.3) 62(51.7) 36(30) 1(0.8) 1(0.8) 4(3.3) 1(3.4) 10(34.5) 9(31) 5(17.2) 0(0) 4(13.8) 34(28.1) 43(35.5) 27(22.3) 1(0.8) 11(9.1) 5(4.1) 1(3.1) 0(0) 2(6.3) 1(3.1) 1(3.1) 27(84.4) 27(22.9) 8(6.8) 31(26.3) 9(7.6) 1(0.8) 42(35.6) 3(3.3) 24(26.4) 25(27.5) 6(6.6) 1(1.1) 32(35.2) 77(21.4) 113(31.5) 94(26.2) 11(3.1) 13(3.6) 51(14.2) Jumlah Anggota Keluarga (orang)

(55)

Data sebaran karakteristik yang diperoleh, memperlihatkan usia Ibu rumah tangga pada status ekonomi tidak miskin menunjukkan rentang usia 36 hingga 55 tahun dengan jumlah persentase 62%, namun untuk status ekonomi miskin ada pada usia 20 hingga 35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa status ekonomi miskin cenderung menikah atau berkeluarga di usia yang relatif muda. Ibu rumah tangga dari tiga kota yang tersebar di Indonesia berdasarkan status ekonomi miskin menunjukkan persentase yang terbesar 39% berpendidikan SLTA. Namun untuk status ekonomi tidak miskin menunjukkan hasil dimana 47%

Gambar

Gambar 3.   Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PRG
Tabel 3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Tabel  4. Skala pengukuran variabel-variabel penelitian
Tabel 5.  Sebaran Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Demografi   Menurut Kota Tempat Tinggal
+7

Referensi

Dokumen terkait

4 ) The operation of banks which use the system ' s interest now in fact have rejected the various damaged faced by society at the macro and the micro for the entrepreneurs. 5 )

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Interaksi dengan bakteri dapat terjadi pada sela jari kaki dengan gambaran klinis yang lebih berat dengan etiologi polimikroba disebut dengan dermatofitosis

PermataBank telah berkembang menjadi sebuah bank swasta utama yang menawarkan produk dan jasa inovatif serta komprehensif terutama disisi delivery channel-nya

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Kegiatan pengembangan kompetensi kelulusan untuk siswa kelas XII MA Al Widyan Alue Lhok secara umum bertujuan agar siswa dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan

Seminar ini merupakan konferensi nasional yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Semarang untuk memfasilitasi para peneliti, akademisi dan praktisi industri

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan