• Tidak ada hasil yang ditemukan

Induksi Mutasi Iradiasi Sinar Gamma Untuk Pengembangan Galur Mutan Cabai Tahan Terhadap Begomovirus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Induksi Mutasi Iradiasi Sinar Gamma Untuk Pengembangan Galur Mutan Cabai Tahan Terhadap Begomovirus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

REDY GASWANTO

INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA

UNTUK PENGEMBANGAN GALUR MUTAN CABAI

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Induksi Mutasi Iradiasi Sinar Gamma untuk Pengembangan Galur Mutan Cabai Tahan terhadap

Begomovirus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Redy Gaswanto

(4)

RINGKASAN

REDY GASWANTO. Induksi Mutasi Iradiasi Sinar Gamma untuk Pengembangan Galur Mutan Cabai Tahan terhadap Begomovirus. Dibimbing oleh MUHAMAD SYUKUR sebagai ketua, BAMBANG SAPTA PURWOKO dan SRI HENDRASTUTI HIDAYAT sebagai anggota komisi pembimbing.

Salah satu faktor penghambat rendahnya produktivitas cabai di Indonesia adalah terjadinya penyakit keriting daun kuning cabai akibat infeksi Begomovirus

yang dapat menyebabkan kehilangan hasil 20–100%. Perkembangan luas serangan Begomovirus di Indonesia sangat cepat. Penyebaran di lapangan hanya terjadi melalui serangga vektor kutu kebul (Bemisia tabaci Genn). Upaya program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan cabai varietas tahan terkendala oleh sulitnya mendapatkan sumber gen ketahanan terhadap Begomovirus. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keragaman genetik adalah induksi mutasi sinar gamma karena memiliki energi yang cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada struktur dan atau komposisi materi genetik. Di Indonesia beberapa usaha perakitan varietas cabai menggunakan iradiasi sinar gamma telah banyak dilakukan, namun bukan ditujukan untuk ketahanan terhadap

Begomovirus.

Penelitian dilakukan dalam empat kegiatan, yaitu: (1) Evaluasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai M1 asal benih diradiasi sinar gamma, (2) Optimasi perbanyakan vektor Bemisia tabaci dan metode penularan

Begomovirus secara massal, (3) Seleksi ketahanan terhadap Begomovirus serta evaluasi keragaman genetik tanaman cabai M2, dan (4) Estimasi keberadaan segregan transgresif pada famili mutan putatif M3 dan seleksi galur cabai mutan putatif M4 tahan Begomovirus.

Penelitian dilakukan dari tahun 2012-2014 di beberapa tempat, yaitu: Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, Pasar Jumat-Jakarta dan Kebun Penelitian Margahayu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran - Lembang (± 1200 m di atas permukaan laut). Penelitian menggunakan bahan genetik lima genotipe cabai bersari bebas, yaitu Kencana, Lembang-1, Tanjung 2, SSP, dan Seloka. Iradiasi sinar gamma dilakukan secara akut menggunakan alat iradiator Gamma Chamber 4000A pada dosis 0, 200, 400, 600, 800 Gy. Penapisan ketahanan terhadap Begomovirus dilakukan secara penularan massal menggunakan vektor B. tabaci dalam kondisi viruliferous (masa akuisisi 48 jam) dengan jumlah sekitar 20-30 ekor dalam satu kotak sungkup kain kassa untuk populasi 50 bibit tanaman uji. Sebagai kontrol genotipe tahan adalah IPBC-12 dan sumber inokulum Begomovirus adalah isolat asal Kersana-Brebes. Seleksi secara individu dilakukan pada populasi tanaman M2 secara tidak berulangan. Penanaman barisan famili M3 dilakukan menggunakan Rancangan Augmented

yang diulang tiga kali untuk genotipe pengontrol (M0), sedangkan untuk pengujian cabai galur-galur M4 digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang tiga kali.

(5)

Lembang-1, SSP, Tanjung-2, Seloka berturut-turut adalah: 538.41 Gy, 448.84 Gy, 614.79 Gy, 422.64 Gy, 629.68 Gy. Hasil seleksi berdasarkan perubahan akibat iradiasi sinar gamma telah mendapatkan 42 tanaman M1 asal lima genotipe cabai pada kisaran dosis iradiasi dosis letal 50 (LD50) untuk digunakan pada program penelitian selanjutnya.

Untuk pelaksanaan uji penapisan, tanaman terung ungu (S. melongena) dan kapas (G. hirsutum) sangat cocok dijadikan sebagai tanaman inang dalam usaha perbanyakan serangga vektor B. tabaci. Penggunaan vektor B. tabaci dalam kondisi viruliferous (masa akuisisi 48 jam) dengan jumlah sekitar 20-30 ekor dalam satu kotak sungkup kain kassa dapat digunakan sebagai metode penularan massal untuk populasi 50 bibit tanaman cabai (kondisi 2-4 daun sejati) dengan keefektifan setara dengan metode penularan secara individu. Penggunaan vektor

B tabaci dalam kondisi non viruliferous untuk penularan massal disarankan tetap terus dikaji mengingat untuk mendapatkan vektor B. tabaci kondisi viruliferous

yang tidak mengalami stress dibutuhkan suatu keterampilan khusus untuk dapat melakukannya

Hasil uji penapisan di rumah kassa hingga umur 10 minggu sesudah semai (MSS) menunjukkan bahwa rata-rata Genotipe Kencana M2 dan SSP M2 masuk dalam kategori tahan dan agak tahan terhadap infeksi Begomovirus, sedangkan Genotipe Seloka M2, Lembang-1 M2, dan Tanjung-2 M2 masuk dalam kategori rentan-agak rentan. Pada populasi tanaman M2 terjadi perubahan pada 12 karakter morfologi, yaitu: tipe tumbuh tanaman, warna batang, warna antosianin pada nodus, tipe percabangan, bentuk daun, warna daun, jumlah bunga per aksil, intensitas warna buah sebelum matang, permukaan buah, kemengkilapan permukaan buah, bentuk ujung buah, dan bentuk pangkal buah. Perubahan karakter kuantitatif pada tanaman cabai M2 lebih kecil jika dibandingkan dengan genotipe tetua M0 saat terinfeksi Begomovirus. Iradiasi sinar gamma mampu meningkatkan keragaman genetik dan heritabilitas arti luas (h2bs) untuk masa inkubasi penyakit dan beberapa karakter morfo-agronomi seperti tinggi tanaman, jumlah dan bobot buah pada populasi tanaman M2. Hasil seleksi berhasil mendapatkan 50 nomor individu tanaman M2 yang akan menjadi bahan genetik pada program pemuliaan berikutnya.

Hasil evaluasi famili-famili M3 yang diuji menunjukkan tidak terdeteksi adanya segregan transgresif karena semua keragaman di dalam famili M3 masih lebih tinggi daripada keragaman genotipe pengontrol (M0), meskipun pada beberapa peubah terdapat famili M3 yang memiliki keragaan yang lebih tinggi dari

genotipe pengontrol. Cabai Galur Kcn 400.23-30-8, SSP 600.18-14-3, dan Slk 600.03-12-20 dapat dijadikan sebagai kandidat cabai galur mutan putatif

harapan karena memiliki nilai AUDPC yang tidak berbeda nyata dengan kontrol genotipe tahan IPBC-12 dengan dengan kualitas dan kuantitas hasil yang telah sesuai preferensi konsumen. Disarankan dilakukan analisa marka molekuler terhadap ketiga kandidat calon galur mutan harapan tersebut untuk memastikan kebenaran perbedaan dengan tetua wild type.

(6)

SUMMARY

production in Indonesia. The Begomovirus damage area in Indonesia increases rapidly. The Begomovirus can only be transmitted in the field by insect vector whiteflies (Bemisia tabaci Genn). The Breeding program to obtain the resistant chili variety is challenging due to the difficulties in obtaining the resistant gene sources against Begomovirus. Gamma ray mutation induction could be used to increase the genetic variability, since the high energy of this ray could affect the changes of the structure and/or genetic material composition. Gamma ray irradiation has been widely used in the chili breeding program in Indonesia, however it was not specially applied for developing resistant variety against

Begomovirus infection.

The objectives of the current studies were: (1) Evaluation of the M1 plant growth and development derived from irradiated chili seeds by gamma rays, (2) Optimization of the insect vector Bemisia tabaci mass rearing and Begomovirus

mass transmission method, (3) Selection of Begomovirus resistance and the evaluation of genetic variability of M2 plants derived from irradiated chili seeds by gamma rays, (4) Estimation of transgressive segregation on M3 families and selection of M4 chili mutant lines that resistant against Begomovirus.

The research activities was conducted from 2012 until 2014 in The Center for Isotopes and Radiation Application - PATIR, Pasar Jumat, Jakarta and in Indonesian Vegetable Research Institute (IVEGRI) at Cikole-Lembang, elevation 1,200 m above sea level. The genetic material consisted of five open pollinated chilli genotipe, namely: Kencana, Lembang-1, Tanjung-2, SSP, and Seloka. Gamma rays irradiation applicated by acute using Gamma Chamber 4000A in range doses 0, 200, 400, 600, 800 Gy. Screening for resistance to Begomovirus

used mass transmission of insect vector B. tabaci viruliferous (acquitition 48 hours), 20-30 insect per cage covered by screen net for 50 seedlings. Genotype IPBC-12 was used as a control resistant genotype. Pathogen inoculum was used isolate from Kersana-Brebes. Individual selection was applied on M2 plant population without replication. Planting of M3 families used augmented design with three replications. Evaluation of M4 lines used a randomized block design with three replications.

(7)

The purple eggplant (S. melongena) and cotton plant (G. hirsutum) is a proper host plant for rearing of insect vector B. tabaci. Using of 20-30 insect vectors viruliferous B. tabaci (acquisition time 48 hours) in one cage covered by screen net could be applied as a mass transfer method for 50 plant seedlings population (2-4 true leaves). Its effectiveness was not different from individual transfer method. Use of non viruliferous insect vector B tabaci non viruliferous

for mass transmission should be continued because to obtain viruliferous insect vector B tabaci needed special skill.

Result of the screening test for resistance to Begomovirus in 10 weeks after sowing showed that average Genotype M2 Kencana and M2 SSP were in resistant and rather resistant categories to Begomovirus infection, whereas Genotype M2 Seloka, M2 Lembang-1, and M2 Tanjung-2 were in susceptible-rather susceptible categories. There were changes in morphological characters as affected by gamma rays irradiation on M2 plant population, namely: plant growth habit, stem colour, node pigment, branching habit, leaf shape, leaf colour, flower per axil, intensity of fruit colour before maturity, fruit glossiness, fruit shape of apex. Quantitative character change of five M2 genotypes were less than M0 genotype while infected by Begomovirus on growth and plant yield. Gamma rays irradiation could increase genetic variability and heritability (h2bs) for incubation time and several morpho-agronomical characters such as plant height, number and weight of fruit on M2 plant population. Selection obtained 50 individuals of M2 plant population for next selection program.

Evaluation result of M3 families showed that there was not existence of transgressive segregation phenomena because all variance of inter and intra M3 families was higher than control genotype (M0) eventhough in several parameters some M3 families had high mean value. Kcn 400.23-30-8, SSP 600.18-14-3, Slk 600.03-12-20 were promising chilli mutant line candidates.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA

UNTUK PENGEMBANGAN GALUR MUTAN CABAI

TAHAN TERHADAP

BEGOMOVIRUS

REDY GASWANTO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Awang Maharijaya, SP, MSi

(Staf Dosen Dept. Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB)

Dr Ir Syarifah Iis Aisyah, MscAgr

(Staf Dosen Dept. Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB)

Penguji pada Ujian Terbuka: Dr Liferdi, SP, MSi

(Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran - Lembang)

Dr Ir Syarifah Iis Aisyah, MscAgr

(Staf Dosen Dept. Agronomi dan Hortikultura,

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah pemuliaan mutasi, dengan judul Induksi Mutasi Iradiasi Sinar Gamma untuk Pengembangan Galur Mutan Cabai Tahan terhadap Begomovirus.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Muhamad Syukur, SP, MSi sebagai Ketua Komisi Pembimbing, dan kepada Prof Dr Ir Bambang Sapta Purwoko, MSc, dan Prof Dr Ir Sri Hendrastuti Hidayat, MSc sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan sejak persiapan, pelaksanaan penelitian sampai penyusunan disertasi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Syarifah Iis Aisyah, MScAgr, Dr Awang Maharijaya, SP, MSi, Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi pada ujian Pra Kualifikasi Program Doktor, Ujian Tertutup dan Ujian Terbuka dengan senantiasa memberikan masukan dan saran perbaikan untuk kesempurnaan disertasi ini. Demikian pula penulis menyampaikan terima kasih yang sedalamnya kepada Dr Ir Agus Purwito, MSc selaku Dekan Fakultas Pertanian IPB yang telah bersedia menjadi Ketua Sidang Promosi Terbuka.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kepala Pusat Penelitian Hortikultura dan Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran, yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi S3 di Institut Pertanian Bogor (IPB) serta telah memberikan dukungan dana penelitian melalui Program KKP3N tahum 2013.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada rekan-rekan sesama peneliti di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang, rekan-rekan sesama mahasiswa Pasca Sarjana IPB, khususnya mahasiswa S2 dan S3 pada Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman (PBT) angkatan 2010, keluarga, serta kerabat, atas segala motivasi, doa, dan kasih sayangnya.

Penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan disertasi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pemuliaan, khususnya untuk komoditas tanaman cabai di Indonesia.

Bogor, Agustus 2015

(13)

DAFTAR ISI

Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Begomovirus Penyebab Penyakit Daun Keriting Kuning

Bemisia tabaci Genn (Hemiptera : Aleyrodidae) sebagai Vektor

Begomovirus

Penularan Begomovirus

Genetika Ketahanan Tanaman terhadap Begomovirus

Pemuliaan Mutasi

Seleksi, Heritabilitas, dan Respon Seleksi Segregan Transgresif 3. EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN

CABAI M1 ASAL BENIH DIRADIASI SINAR GAMMA 4. OPTIMASI PERBANYAKAN VEKTOR Bemisia tabaci

DAN METODE PENULARAN BEGOMOVIRUS SECARA MASSAL 5. SELEKSI KETAHANAN TERHADAP BEGOMOVIRUS DAN

(14)

6. ESTIMASI KEBERADAAN SEGREGAN TRANSGRESIF PADA FAMILI M3 DAN SELEKSI GALUR CABAI M4 TAHAN

BEGOMOVIRUS Pendahuluan Bahan dan Metode Hasil dan Pembahasan Simpulan

65 66 67 72 83

7. PEMBAHASAN UMUM 84

8. SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

2.1 Jenis dan fungsi gen Begomovirus 9

3.1 Daya berkecambah benih cabai normal pada 30 hari sesudah semai 22 3.2 Kecambah cabai abnormal, benih mati, dan intensitas kehijauan daun pada

30 hari sesudah semai 23

3.3 Tinggi bibit tanaman cabai pada berbagai dosis iradiasi pada 30 hari

sesudah semai 25

3.4 Dosis letal 50 (LD50) lima genotipe cabai yang diradiasi sinar gamma 26 3.5 Evaluasi abnormalitas dari individu tanaman cabai M1 Genotipe Kencana,

Lembang-1, SSP, Tanjung-2, Seloka di lapangan 28

3.6 Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap umur dan tinggi tanaman

saat berbunga dan panen pada lima genotipe cabai M1 30 3.7 Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap hasil dan komponen hasil tanaman

dari lima genotipe cabai M1 32

3.8 Hasil seleksi tanaman cabai M1 terpilih untuk dilakukan selfing 33 4.1 Jumlah dan rata-rata imago serangga vektor B. tabaci pada berbagai jenis

tanaman inang 40

4.2 Keefektifan beberapa metode penularan Begomovirus menggunakan

serangga vektor B. tabaci 41

5.1 Jumlah tanaman hidup dari aksesi benih cabai M2 hasil selfing

tanaman M1 terpilih 46

5.2 Hasil uji penapisan ketahanan terhadap Begomovirus dari cabai tetua M0 dan M2 Genotipe Kencana, Lembang-1, SSP, Tanjung-2, Seloka, dan

IPBC-12 50

5.3 Masa inkubasi tiap individu cabai M2 Genotipe Kencana, Lembang-1, SSP,

Tanjung-2, Seloka, dan IPBC 50

5.4 Keragaman gejala infeksi Begomovirus pada cabai generasi M0 dan M2 dari Genotipe Kencana, Lembang-1, SSP, Tanjung-2, dan

Seloka di lapangan 52

5.5 Skoring gejala dan intensitas penyakit akibat infeksi Begomovirus pada

populasi individu M0 dan M2 dari lima genotipe cabai 53 5.6 Perubahan karakter morfologi pada mutan cabai Genotipe

Kencana M2, Lembang-1 M2, dan SSP M2 hasil iradiasi sinar gamma 56 5.7 Perubahan karakter morfologi pada mutan cabai Genotipe

Tanjung-2 M2 dan Seloka M2 hasil iradiasi sinar gamma 57 5.8 Efek perubahan pada beberapa karakter kuantitatif cabai akibat iradiasi sinar

gamma pada tanaman sehat dan terinfeksi Begomovirus 60 5.9 Koefisien keragaman genetik (KKG) dan fenotipe (KKF) serta heritabilitas

arti luas (h2bs) pada populasi tanaman cabai M2 62 5.10 Hasil seleksi individu tanaman cabai mutan putatif M2 dari Genotipe

Kencana, Lembang-1, SSP, Tanjung-2, dan Seloka 63

6.1 Model analisis ragam untuk rancangan augmented 71 6.2 Nilai AUDPC akibat infeksi Begomovirus pada cabai familia M3 Genotipe

Kencana, Lembang-1, dan SSP 73

6.3 Nilai AUDPC akibat infeksi Begomovirus pada cabai familia M3 Genotipe

(16)

6.4 Nilai tengah dan keragaman karakter kuantitatif dari cabai famili M3

Kencana 75

6.5 Nilai tengah dan keragaman karakter kuantitatif cabai dari famili M3

Tanjung-2 dan Seloka 76

6.6 Heritabilitas (h2ns) dan kemajuan seleksi (G) dari populasi cabai

famili M3 79

6.7 Seleksi cabai famili M3 berdasarkan nilai AUDPC, bobot, diameter,

dan panjang buah 80

6.8 Nilai AUDPC dan beberapa karakter kuantitatif pada galur cabai M4 81

DAFTAR GAMBAR

1.1 2.1

Diagram alir penelitian

Bemisia tabaci Genn. sebagai vektor dari Begomovirus

5 10 3.1 Daya berkecambah benih cabai M1 pada 15hari sesudah semai 23 3.2

3.3

Pengaruh beberapa dosis iradiasi terhadap keragaan bibit cabai M1 pada 6 minggu sesudah semai

Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap daun bibit cabai asal benih diradiasi sinar gamma

23 24 3.4 Kurva grafik nilai dosis letal 50 (LD50) dari cabai Genotipe

Kencana, Lembang-1, SSP, Tanjung-2, dan Seloka 27 3.5

3.6

Beberapa gejala abnormalitas individu tanaman cabai M1di lapangan Dua tipe cabai berdasarkan sifat pertumbuhan dan waktu berbunga serta panen

29 31 4.1 Pelaksanaan pengumpulan dan perbanyakan serangga vektor B. tabaci 36 4.2 Penilaian gejala penyakit Begomovirus pada cabai 38 5.1 Deteksi kebenaran isolat Begomovirus secara molekuler 46 5.2 Perubahan variabilitas waktu inkubasi gejala Begomovirus pada Genotipe

Kencana dan Lembang-1 (kategori rentan) generasi cabai M0 dan M2 51 5.3 Tingkat nilai keparahan gejala dari cabai generasi M0 dan M2 dari Genotipe

Kencana, Lembang-1, SSP, Tanjung-2, Seloka, dan IPBC-12 54 5.4 Perubahan bentuk ujung buah cabai dari Genotipe SSP 58 5.5 Perubahan tipe tumbuh tanaman cabai dari Genotipe SSP 58 5.6 Keberadaan antosianin pada nodus dari individu-individu tanaman

cabai M2 58

5.7 Warna batang dari individu-individu tanaman cabai M2 58 5.8

Perubahan jumlah bunga cabai per aksil pada Genotipe Kencana

Keragaman bentuk dan ukuran buah cabai dari tanaman cabai genotipe M2 Kondisi individu tanaman cabai M2 Genotipe Seloka saat fase generatif di lapangan

Dua dari 50 nomor individu tanaman cabai M2 terseleksi Denah rancangan augmented di lapangan

Kejadian penyakit akibat infeksi Begomovirus pada cabai famili M3 dan tetua M0 dari Genotipe Kencana, Lembang-1, SSP, Tanjung-2, Seloka, dan IPBC-12 di lapangan (3-9 MST)

(17)

6.3

6.4 6.5 6.6 6.7

Perkembangan skoring gejala cabai M0 dan famili M3 dari Genotipe Kencana, Lembang-1, SSP, Tanjung-2, Seloka, dan IPBC-12 pada umur 3 – 9 MST

Waktu berbunga, panen awal, dan panen akhir dari populasi tetua cabai M0 dan famili M3

Perbandingan bentuk dan ukuran buah cabai dari tetua M0 dan famili mutan M3

Keadaan tanaman cabai galur M4 di lapangan

Hasil amplifikasi Begomovirus menggunakan primer pAL1v1978 / pAR1c715

Data perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman cabai berdasarkan urutan maksimal dan minimal provinsi di Indonesia (2010-2014)

Perubahan karakter morfologi pada mutan putatif M2 (asal benih M0 diradiasi 400 Gy) dibandingkan tetua asal M0 (0 Gy) pada Genotipe Kencana, Lembang-1, SSP

Perubahan karakter morfologi pada mutan putatif M2 (asal benih M0 diradiasi 400 Gy) dibandingkan tetua asal M0 (0 Gy) pada Genotipe Tanjung-2 dan Seloka

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk menganalisa aspek teknis alat tangkap bubu lipat (Traps) di Perairan Tegal, menganalisa pendapatan, biaya dan keuntungan

Hasil output uji T terhadap komposisi hasil tangkapan rajungan dalam berat (kg) pada selang kepercayaan 95% (P>0,05) dan hasil output uji T hasil tangkapan dalam jumlah

Di antara arahannya yang sempat saya catat yaitu: tentang pelaksanaan kegiatan akademik untuk sementara dilakukan dengan online atau jenis lainya, kegiatan yang

Untuk itu, perlu dicari alternatif bahan baku lokal pembuatan pelet bijih besi di antaranya pemanfaatan mineral limonit dengan mengubahnya menjadi mineral hematit dilanjutkan

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan

(c) Prinsip amaliyah, sebagai konsekuensi aqidah dan ilmu yang telah diketahui tentang konsumsi Islami tersebut, seseorang dituntut untuk menjalankan

Menurut Soekondo Bustaman dalam bukunya, lukisan ini jelas sekali menampakkan pengaruh yang sangat besar dari karya Géricault yang berjudul The Raft of the “Medusa”